You are on page 1of 10

ANALISIS PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN

MENGGUNAKAN,BENEISH RATIO INDEX


(Studi,Pada,Perusahaan Sektor,Manufaktur yang Terdaftar di Bursa,Efek,Indonesia
Periode 2016-2017)

Islami Putri Apriani


Nila Firdausi Nuzula
Fakultas Ilmu Administrasi
Univesitas Brawijaya
Malang
E-mail: islamiputri97@gmail.com

ABSTRACT
Companies always want to show that they are in good financial conditions. Companies sometimes commit
financial statements fraud to make its financial conditions look good. This study aims to find out how many
manufacturing sector companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2016-2017 commit fraudulent
financial statements and analyzed the loopholes used in conducting fraud. This research is a descriptive study
with a quantitative approach. The indicators that used were eight variables of Beneish ratio index and M-
score based on Beneish's 1999 findings in his journal "The Detection of Manipulation Earning". That eight
variables is consist of DSRI,/GMI,/AQI,/SGI,/DEPI,/SGAI, LVGI, and TATA. These eight variables are used
to determine the value of M-Score and detect companies that manipulate or commit fraudulent financial
statements. The results of the research stated that of the 66 companies studied, 25 companies were indicated
as manipulators, 38 companies indicated as non-manipulators and 3 companies indicated as gray companies.
The percentage of each company indicated as manipulators, non-manipulators and gray companies were
37.88%, 57.58%, and 4.55% respectively. The company that has the highest M-Score value is PT Kabelindo
Murni Tbk. (KBLM), while the lowest is PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG).

Keywords: Financial Statement Fraud, Beneish ratio index, M-Score.

ABSTRAK
Perusahaan selalu ingin menampilkan kondisi keuangan yang baik. Ketika menampilkan kondisi keuangan
yang baik tersebut, perusahaan kadangkala melakukan kecurangan dengan cara memanipulasi laporan
keuangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2016-2017 yang terindikasi melakukan kecurangan laporan
keuangan dan menganalisis celah yang digunakan dalam melakukan kecurangan tersebut. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Indikator yang digunakan adalah delapan
variabel Beneish ratio index dan M-score berdasarkan hasil penemuan Beneish tahun 1999 dalam jurnalnya
“The Detection of Manipulation Earning”. Beneish ratio index tersebut adalah DSRI,/GMI,/AQI,/SGI,/DEPI,
SGAI,/LVGI, TATA. Delapan variabel tersebut digunakan untuk mengetahui nilai M-Score dan mendeteksi
perusahaan yang memanipulasi atau melakukan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian menyatakan
dari 66 perusahaan yang diteliti, sebanyak 25 perusahaan terindikasi sebagai manipulator, 38 perusahaan
terindikasi sebagai,non-manipulator dan 3 perusahaan terindikasi sebagai grey,company. Persentase masing-
masing perusahaan terindikasi manipulator, non-manipulator dan grey company berturut-turut adalah 37,88%,
57,58%, dan 4,55%. Nilai M-Score paling tinggi dimiliki oleh PT Kabelindo Murni Tbk. (KBLM), sedangkan
nilai M-Score terendah dimiliki oleh PT Polychem Indonesia Tbk. (ADMG).

Kata kunci: Kecurangan Laporan Keuangan, Beneish ratio index, M-Score.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 224


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN dibandingkan dengan jenis fraud lainnya. Kerugian
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan dari jenis financial//statement fraud tahun 2018
menyediakan informasi keuangan yang dapat adalah sebesar $800.000, meski memiliki frekuensi
digunakan oleh pemegang kepentingan perusahaan kasus paling sedikit. Dari data tersebut dapat
(stakeholder) dalam membuat keputusan disimpulkan bahwa financial statement fraud
ekonominya (IAI, 2016). Berdasarkan pentingnya adalah jenis fraud yang jarang terjadi namun
informasi keuangan untuk masing-masing menimbulkan kerugian yang fatal. Terkait fakta
stakeholder, perusahaan harus menyajikan laporan tersebut, kecurangan laporan keuangan menjadi
keuangannya dengan seakurat mungkin (Jusup, menarik untuk diteliti lebih jauh.
2011). Meski demikian, pada praktiknya masih
banyak perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan tidak cocok dengan keadaan
sesungguhnya. Sebut saja kasus PT Kimia Farma
Tbk. yang memanipulasi laporan keuangannya
tahun 2001. Perusahaan menyatakan laba bersih
sebesar Rp132,3 milyar yang seharusnya hanya
sebesar Rp99,6 Milyar (Tempo.co, 2003). Terkait
penggelembungan laba tersebut, dewan direksi
Kima,Farma dikenai hukuman berupa denda satu
miliar rupiah.
Kasus salah saji lainnya dilakukan oleh PT
Waskita Karya untuk periode laporan,keuangan Gambar 1. Persentase Frekuensi Kasus Rata-rata
tahun/2004-2008 yang baru terungkap tahun 2009 Kerugian Berdasarkan Jenis-jenis
(liputan6.com, 2009). PT Waskita Karya Fraud
menyajikan laporan keuangannya dengan kondisi Sumber: RTTN ACFE, 2018.
kelebihan pencatatan laba bersih sebesar Rp500
Laporan keuangan yang disampaikan kepada
miliar. Selain terjadi di dalam negeri, kasus serupa
publik memegang peranan penting bagi perusahaan
juga terjadi pada perusahaan luar negeri seperti
dalam hal menjaga keefisiensian kapitalnya
Enron, WorldCom dan Waste Manajement, Inc.
(Zimbelman dan Albrecht, 2012). Kapital yang
Kasus WorldCom yang terungkap tahun 2002
dimiliki perusahaan tersebut berbentuk saham dan
merupakan contoh lain dari penggelembungan
obligasi. Kedua komponen tersebut besarnya akan
laba. WorldCom melaporkan laba sebesar $2,4
ditentukan oleh keputusan investor dan pemberi
milyar, padahal kenyataannya merugi sebesar $662
pinjaman dana yang didasarkan dari penilaian
juta (Tuanakotta, 2013).
mereka terhadap laporan keuangan perusahaan.
Kesalahan-kesalahan dalam menyatakan laba
Berdasarkan alasan tersebut, perusahaan ingin
kepada publik tersebut dikenal sebagai fraud
selalu menampilkan laporan keuangan yang
(kecurangan). Kecurangan adalah tindakan
mencerminkan kondisi keuangan yang baik. Hal
menyalahi hukum yang berupa kesengajaan
inilah yang menjadi motif perusahaan ketika
disertai niat jahat untuk menipu, menyembunyikan,
melakukan kecurangan laporan keuangan.
dan menyalahgunaan amanah dengan tujuan
Baik apapun alasan yang dimiliki oleh
menguntungkan diri sendiri, baik berupa uang
perusahaan, melakukan tindakan fraud bukanlah
maupun barang/harta (Tuanakotta, 2013).
sesuatu yang dapat dibenarkan. Sebisa mungkin
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
tindakan fraud harus dicegah dan ditangani dengan
merumuskan fraud tree, yaitu pemetaan fraud
baik agar tidak merugikan banyak pihak. Bentuk
menjadi tiga jenis (ACFE, 2016). Pemetaan fraud
perlindungan untuk stakeholder terkait kebenaran
oleh ACFE terbagi menjadi korupsi,
informasi yang disampaikan dari laporan keuangan
penyimpangan,/atas,/aset, dan financial statement
perusahaan diwujudkan dengan adanya audit oleh
fraud (kecurangan/manipulasi laporan keuangan).
kantor akuntan publik.
Berdasarkan Report to the Nation (RTTN) 2018
Segenap usaha dalam hal penjaminan kebenaran
yang diterbitkan oleh ACFE, jenis financial
laporan keuangan tersebut belum seratus persen
statement fraud memiliki frekuensi kasus paling
dapat membuat perusahaan menerbitkan laporan
sedikit, yaitu sebanyak 10% (ACFE, 2018).
keuangan yang tidak dimanipulasi. Kantor
Berdasarkan data RTTN ACFE tahun 2018 yang
Akuntan Publik (KAP) belum tentu semuanya
sama, jenis financial statement fraud memiliki
kredibel. Beberapa kasus menyatakan bahwa KAP
tingkat kerugian rata-rata yang paling tinggi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 225
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mengeluarkan pernyataan atau mengadakan mempergunakan perusahaan sektor manufaktur
pemeriksaan yang kurang tepat sehingga masih yang terdaftar di BEI sebagai objek. Dipilihnya
terdapat celah bagi kecurangan. Akuntan publik sektor manufaktur dengan alasan terdapat banyak
Marlina dan Merlliyana Syamsul tertangkap tidak tahap dalam proses bisnisnya, sehingga celah untuk
menerapkan standar audit dengan benar ketika melakukan kecurangan lebih besar dibandingkan
memeriksa kondisi internal perusahaan PT dengan sektor lain.
Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance)
(cnnindonesia.com, 2018). Kedua akuntan publik KAJIAN PUSTAKA
tersebut belum melaksanakan prosedur yang benar Kecurangan (Fraud)
terkait proses deteksi resiko kecurangan. Menurut ACFE dalam Priantara (2013), fraud
Berdasarkan alasan tersebut, stakeholder dalam arti luas adalah segala upaya untuk
membutuhkan suatu cara yang dapat membantu mengelabui atau memperdaya pihak lain untuk
mereka untuk mendeteksi kecurangan/manipulasi mendapat manfaat (any attemp to deceive another
laporan keuangan. Messod Daniel Beneish dalam party to gain benefit). Crawford (2011)
penelitiannya yang berjudul “The Detection of menyatakan, fraud secara umum dianggap aktivitas
Earning Manipulation” tahun 1999 berhasil yang terjadi di lingkungan sosial dan memiliki
menemukan cara untuk mengidentifikasi laporan pengaruh signifikan terhadap ekonomi, entitas
keuangan yang sekiranya dipalsukan (Beneish, bisnis dan individual. Menurut Tuanakotta (2013),
1999). Beneish melaksanakan studi terhadap kecurangan adalah tindakan menyalahi hukum
perusahaan-perusahaan yang memang yang berupa kesengajaan disertai niat jahat untuk
memalsukan laporan,keuangannya, kemudian menipu, menyembunyikan, dan menyalahgunaan
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang amanah dengan tujuan menguntungkan diri sendiri,
terdaftar di Compustat pada periode 1982-1992. baik berupa uang maupun barang/harta.
Hasil penelitian tersebut, Beneish menemukan ACFE dalam “Report to the Nations on
karakteristik-karakteristik laporan keuangan yang Occupational Fraud and Abuse” (2018)
dimanipulasi, seperti kenaikan tidak wajar pada mencantumkan fraud tree, yaitu pemetaan jenis-
piutang, penurunan laba kotor dan aktiva, jenis fraud menjadi tiga kelompok besar, sebagai
peningkatan pertumbuhan penjualan, serta berikut:
peningkatan akrual. 1. Korupsi
Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut Korupsi adalah perbuatan penyalahgunaan
Beneish merumuskan Beneish Ratio Index dan M- kekuasaan dalam transaksi bisnis oleh karyawan
score, yaitu delapan variabel (berbentuk rumus) atau pejabat dan melanggar tugas/tanggung
yang sanggup diterapkan untuk menangkap adanya jawabnya kepada pemberi kerja untuk
kecurangan laporan,keuangan (Beneish, 1999). memperoleh keuntungan baik secara langsung
Beneish,ratio index terdiri dari DSRI (rasio piutang maupun tidak langsung.
terhadap penjualan), GMI (rasio laba kotor), AQI 2. Penyimpangan atas aset
(ratio kualitas aset), SGI (rasio pertumbuhan Penyimpangan aset adalah tindakan karyawan
penjualan), DEPI (rasio tingkat depresiasi), SGAI yang mencuri atau menyalahgunakan sumber
(rasio biaya penjualan, administrasi dan umum), daya perusahaan.
LVGI (rasio leverage), dan TATA (rasio akrual 3. Kecurangan/manipulasi laporan keuangan
terhadap total aset). Hasil dari Beneish ratio index (financial,statement,fraud)
akan mengumpulkan perusahaan berdasarkan Kecurangan laporan keuangan adalah
statusnya, yaitu sebagai manipulator atau,non- tindakan internal perusahaan yang dengan
manipulator. Tingkat ketepatan Beneish ratio index sengaja menerbitkan laporan keuangan yang
dalam mengidentifikasi perusahaan manipulator salah kepada publik
mencapai 71% (Beneish, 1999). Meski belum
mencapai 100%, kemampuan Beneish ratio index Kecurangan,Laporan,Keuangan,(Financial
sangat membantu stakeholder untuk terhindar dari Statement,Fraud)
pengambilan keputusan yang mencelakakan. Menurut ACFE, kecurangan/manipulasi laporan
Hal-hal yang telah tersebut di ataslah yang keuangan adalah kesengajaan karyawan
membuat peneliti tergugah untuk mengetahui menampilkan salah saji informasi material dalam
seberapa banyak perusahaan yang terindikasi laporan keuangan perusahaan. Schroeder, Clark,
sebagai manipulator/dan/non-manipulator di dan Cathey (2005) menyatakan bahwa manipulasi
Indonesia berdasarkan teori yang ditemukan pendapatan yang bermaksud untuk menipu investor
Beneish tersebut. Peneli memutuskan untuk dan kreditor termasuk dalam tindakan kecurangan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 226
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
laporan keuangan. Priantara (2013:98) tersebut secara lebih spesifik dijelaskan sebagai
menjelaskan lebih detail jenis-jenis fraud yang tertera di bawah ini:
pencatatan dan pelaporan pendapatan, yaitu 1. Days Sales in Receivables Index (DSRI)
pendapatan fiktif, penjualan dengan kondisi atau 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠 (𝑡)
persyaratan, perbedaan waktu pencatatan, kontrak 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡)
jangka panjang, channel stuffing, perjanjian 𝐷𝑆𝑅𝐼 =
𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠 (𝑡 − 1)
sampingan, retur dan refund, transaksi bill and 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡 − 1)
hold, pengiriman lebih awal dan penerimaan up Sumber: Beneish (1999)
front fee, pengiriman parsial (partial shipments)
dan kontrak dengan syarat beberapa pengiriman Indeks DSRI menunjukkan rasio piutang
(multiple deliverebles), round-tripping, konsinyasi terhadap penjualan pada tahun berjalan
dan barang contoh, alokasi yang salah dalam dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai
penetapan pendapatan. Sedangkan jenis fraud DSRI yang tinggi menunjukkan adanya
pencatatan dan pelaporan beban dan utang menurut pengubahan kebijakan kredit perusahaan untuk
Priantara (2013:102) adalah mengeluarkan mendorong penjualan. Namun, peningkatan
liabilitas dan beban, mengkapitalisasi beban, piutang yang tidak proporsional dapat
membebankan belanja modal, retur dan rabat serta disimpulkan sebagai indikasi penggelembungan
jaminan purnajual, tidak mampu mengungkap pendapatan. Nilai cut-off DSRI (Beneish,
biaya garansi dan liabilitas, transaksi dengan pihak 1999:27) dijelaskan sebagai berikut:
berelasi. a. DSRI < 1,031 = non-manipulator
b. DSRI > 1,031 = manipulator
Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan 2. Gross Margin Index (GMI)
Koornhof (2000) menyatakan bahwa, tidak
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡 − 1) − 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐺𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑆𝑜𝑙𝑑 (𝑡 − 1)
mudah mengidentifikasi gejala dari kecurangan 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡 − 1)
laporan keuangan segera setelah dilakukannya GMI =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡) − 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝐺𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑆𝑜𝑙𝑑 (𝑡)
tindakan tersebut oleh perusahaan, sebab 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡)
pelakunya adalah pihak manajerial, sehingga Sumber: Beneish (1999)
tersembunyi dengan baik dari auditor, investor dan
stakeholder lainnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan Apabila nilai GMI melewati titik cut-off,
pencegahan kecurangan laporan keuangan, seperti yaitu 1,014 maka hal tersebut adalah tanda
memberi peringatan sedini mungkin dengan bahwa perusahaan mengalami penurunan laba
penggunaan red flags. Red flags yang dikenal juga kotor yang berarti sinyal negatif untuk prospek
sebagai symptom atau fraud indicator adalah perusahaan di masa depan. Beneish menilai
karakteristik yang timbul, baik berupa keadaan perusahaan dengan prospek yang buruk lebih
lingkungan maupun perilaku seseorang, saat berpotensi untuk melakukan manipulasi
melakukan tindakan fraud (Priantara, 2013). pendapatan. Nilai cut-off GMI (Beneish,
Selain menggunakan red flags, untuk 1999:27) dijelaskan sebagai berikut:
menemukan perusahaan yang berlaku curang pada a. GMI < 1,014 = non-manipulator
pengungkapan laporan keuangannya dapat b. GMI > 1,014 = manipulator
menggunakan Beneish ratio index dan M-Score. 3. Asset Quality Index (AQI)
Beneish ratio index dan M-Score adalah sebuah alat 1−(
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (𝑡) + 𝑃𝑃𝐸 (𝑡)
)
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑡)
𝐴𝑄𝐼 =
(𝑡 (𝑡
( 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 − 1) + 𝑃𝑃𝐸 − 1)
perusahaan yang melakukan financial statement 1−(
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑡 − 1)
)
fraud. Yang mana alat ini ditemukan oleh Messod
Daniel Beneish pada tahun 1999. Beneish ratio Sumber: Beneish (1999)
index dan M-Score (Beneish, 1999) terdiri dari
Index AQI mengukur kualitas aset
delapan variabel, yaitu DSRI, GMI, AQI, SGI,
perusahaan. AQI menunjukkan perubahan
DEPI, SGAI, LVGI, dan TATA. Beneish ratio
dalam aset di luar aset lancar dan aset tetap
index dapat menangkap distorsi laporan keuangan
dalam total aset tahun berjalan dibandingkan
akibat manipulasi (ditunjukkan oleh variabel
dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain,
DSRI, AQI, DEPI, dan TATA) atau
AQI dapat digunakan untuk menunjukkan
mengidentifikasi kecenderungan laporan keuangan
berapa proporsi aset lain-lain dalam total aset.
yang akan dimanipulasi (ditunjukkan oleh variabel
Tingginya AQI mengindikasikan perusahaan
GMI, SGI, SGAI, dan LVGI). Kedelapan variabel
melakukan penangguhan beban. Penangguhan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 227


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
beban akan membuat laba lebih besar dan Sumber: Beneish (1999)
termasuk dalam salah satu cara dalam
melakukan kecurangan laporan keuangan. Nilai Index SGAI yang bernilai lebih dari atau sama
cut-off AQI (Beneish, 1999:27) dijelaskan dengan 1 mengindikasikan peningkatan
sebagai berikut: pengeluaran pada biaya pemasaran dan
a. AQI < 1,039 = non-manipulator administrasi. Hal ini menunjukkan turunnya
b. AQI > 1,039 = manipulator efisiensi penggunaan biaya pemasaran dan
4. Sales Growth Index (SGI) administrasi, secara tidak langsung
menggambarkan naiknya resiko kerugian yang
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡)
SGI = akan dialami perusahaan di masa depan.
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡 − 1) Kondisi perusahaan yang demikian itu
Sumber: Beneish (1999) cenderung untuk melakukan kecurangan
laporan keuangan. Nilai cut-off SGAI (Beneish,
SGI merupakan index yang fokusnya 1999:27) dijelaskan sebagai berikut:
mengamati kondisi naik turunnya penjualan a. SGAI < 1,054 = non-manipulator
perusahaan. Nilai SGI yang lebih dari 1,134 b. SGAI > 1,054 = manipulator
mengindikasikan adanya kenaikan penjualan 7. Leverage Index (LVGI)
dari tahun kemarin. Perusahaan yang 𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 (𝑡) + 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 (𝑡)
mengalami kenaikan penjualan, cenderung LVGI =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑡)
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 (𝑡 − 1) + 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 (𝑡 − 1)
berusaha untuk mempertahankan kondisi 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑡 − 1)
tersebut dan lebih bermotif untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan. Hal tersebut Sumber: Beneish (1999)
dikarenakan posisi keuangan perusahaan dan
kebutuhan atas kapital memberikan tekanan LVGI adalah ratio yang membandingkan
pada manajer untuk mencapai target, sehingga antara total utang dengan total aktiva. Nilai
kemungkinan dilakukan kecurangan cukup LVGI lebih dari 1 menunjukkan kenaikan pada
besar. Nilai cut-off SGI (Beneish, 1999:27) leverage. Leverage yang tinggi menunjukkan
dijelaskan sebagai berikut: resiko utang atau kebutuhan membayar utang
a. SGI < 1,134 = non-manipulator yang tinggi, sehingga perusahaan akan
b. SGI > 1,134 = manipulator cenderung melakukan manipulasi laporan
5. Depreciation Index (DEPI) keuangan. Nilai cut-off LVGI (Beneish,
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑡 − 1) 1999:27) dijelaskan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑡 − 1) + 𝑃𝑃𝐸 (𝑡 − 1) a. LVGI < 1,037 = non-manipulator
DEPI = b. LVGI > 1,037 = manipulator
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑡)
𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (𝑡) + 𝑃𝑃𝐸 (𝑡) 8. Total Accruals to Total Assets (TATA)
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 − 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
TATA =
Sumber: Beneish (1999) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (𝑡)
Sumber: Beneish (2012)
Apabila besar ratio DEPI melebihi 1,001,
maka hal ini menunjukkan perusahaan TATA mengukur rasio akrual perusahaan
melakukan usaha menangguhkan pengakuan terhadap total aset. Diikutsertakannya aspek
beban depresiasi, atau dengan kata lain akrual sebab pada akrual terdapat
menaikkan umur aset. Di sampaing peluang/celah yang besar untuk melakukan
kemungkinan itu, besarnya rasio DEPI juga kecurangan. TATA mengetahui pendapatan
menunjukkan usaha perusahaan dengan cara yang berasal dari akrual (accounting profit) dan
menerapkan metode baru untuk meningkatkan bukan dari kas (cash profit). Nilai cut-off
pendapatan. Nilai cut-off DEPI (Beneish, TATA (Beneish, 1999:27) dijelaskan sebagai
1999:27) dijelaskan sebagai berikut:
berikut:
a. DEPI < 1,001 = non-manipulator
b. DEPI > 1,001 = manipulator a. TATA < 0,018 = non-manipulator
6. Sales General and Administrative Expenses b. TATA > 0,018 = manipulator
Index (SGAI)
Hasil dari kedelapan Beneish ratio index tersebut
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠, 𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑠 (𝑡)
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡) dapat digunakan untuk mencari M-Score dengan
SGAI =
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠, 𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑎𝑛𝑑 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑠 (𝑡 − 1) persamaan matematika seperti yang tertera di
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 (𝑡 − 1)
bawah ini:
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 228
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
𝑀 − 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 = −4,84 + (0,92 × 𝐷𝑆𝑅𝐼) + (0,528 ratio index dan M-Score. Fokus penelitian ini
× 𝐺𝑀𝐼) + (0,404 × 𝐴𝑄𝐼) + (0,892 adalah mengetahui jumlah perusahaan sektor
× 𝑆𝐺𝐼) + (0,115 × 𝐷𝐸𝑃𝐼) − (0,172
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2017
× 𝑆𝐺𝐴𝐼) + (4,679 × 𝑇𝐴𝑇𝐴)
yang terindikasi sebagai manipulator, non-
− (0,327 × 𝐿𝑉𝐺𝐼)
manipulator dan grey company menurut Beneish
ratio index.
Sumber: Beneish (2012)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai cut-off M-score tertera di bawah ini: Analisis Hasil Perhitungan Beneish ratio index
a. M-Score < -2,22; tergolong sebagai non- Berikut adalah rata-rata hasil perhitungan dari
manipulator. kedelapan variabel Beneish ratio index
b. M-Score > -2,22; tergolong sebagai dibandingkan dengan masing-masing nilai cut-off-
manipulator. nya.
c. M-Score = -2,22; tergolong dalam grey area
(grey company). Tabel 1 Cut-off Masing-masing Variabel
Beneish ratio index dengan rata-rata
Penggolongan perusahaan berstatus sebagai Beneish ratio index perusahaan sampel
menipulator atau bukan menggunakan M-score, Variabel Cut-off Rata-rata
sedangkan nilai cut-off masing-masing variabel DSRI 1,031 1,158
digunakan untuk mendeteksi bagian laporan GMI 1,014 0,886
keuangan mana yang dimanipulasi. Namun, AQI 1,039 1,372
penemuan Beneish ini masih mengandung SGI 1,134 1,178
keterbatasan, yaitu Beneish ratio index tidak dapat DEPI 1,001 1,198
digunakan pada perusahaan yang bersifat privat SGAI 1,054 1,042
(tidak mempublikasikan laporan keuangan) dan LVGI 1,037 0,966
kurang efektif untuk mendeteksi kecurangan
TATA 0,018 0,001
laporan keuangan yang bersifat understatement
Sumber: Penulis, 2019.
(menyatakan laba lebih rendah dari seharusnya).
Masing-masing variabel Beneish ratio index
Kerangka Pemikiran
tersebut dapat menunjukkan bagian laporan
keuangan yang tidak wajar sebagai akibat atau
tanda perusahaan melakukan kecurangan laporan
keuangan. Pada variabel DSRI nilai cut-off-nya
adalah 1,031, sedangkan rata-rata nilai variabel
DSRI pada penelitian ini melebihi cut-off tersebut,
yaitu sebesar 1,158. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata perusahaan sampel menggunakan piutang
sebagai celah kecurangannya. Kemudian, nilai
rata-rata variabel GMI perusahaan sampel adalah
sebesar 0,886, sedangkan nilai cut-off GMI adalah
1,014. Nilai rata-rata variabel GMI tidak melewati
cut-off sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 66
perusahaan tidak banyak yang mengalami
penurunan laba kotor dan tidak cukup punya motif
Gambar 2. Kerangka Pemikiran untuk melakukan kecurangan.
Sumber: Penulis, 2019. Variabel yang ketiga adalah AQI dengan nilai
cut-off sebesar 1,039. Rata-rata variabel AQI dari
METODE PENELITIAN 66 perusahaan adalah 1,372. Rata-rata AQI
Jenis penelitian yang digunakan adalah melewati cut-off, sehingga dapat diartikan bahwa
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi dari perusahaan yang diteliti cukup banyak
penelitian adalah perusahaan sektor manufaktur perusahaan yang berusaha menangguhkan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). biayanya dengan cara menurunkan kualitas
Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, asetnya. Berikutnya, variabel SGI memiliki nilai
sedangkan analisis data menggunakan Beneish cut-off 1,134. Hasil perhitungan rata-rata variabel

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 229


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
SGI adalah 1,178, sedikit melebihi cut-off-nya. Hal 4 ALKA 3,09 37 MRAT -2,41
ini menunjukkan ada cukup banyak perusahaan 5 ALMI -1,07 38 MYOR -2,42
yang mengalami pertumbuhan penjualan, sehingga AMIN
6 -1,84 39 MYTX -1,48
ada motif perusahaan untuk menjaga kondisi
laporan keuangannya terus naik dan berbuat 7 ARNA -2,95 40 PBID -2,22
kecurangan. 8 ASII -2,40 41 PCAR -1,73
Variabel DEPI memiliki nilai cut-off 1,001, 9 AUTO -2,28 42 PICO -1,74
sedangkan hasil perhitungan rata-rata variabel 10 BELL -2,46 43 POLY -3,06
tersebut dari 66 perusahaan adalah 1,198. Nilai 11 BRAM -2,22 44 PSDN -1,55
DEPI yang melebihi cut-off tersebut mencerminkan
12 BRPT -2,04 45 PYFA -2,70
rata-rata perusahaan sampel melakukan
kecurangan dengan cara menggunakan celah 13 BTON -2,34 46 RICY -2,97
depresiasi (memperpanjang masa hidup aset, dan 14 BUDI -2,53 47 RMBA -2,53
lain-lain). Kemudian, variabel SGAI memiliki nilai 15 CINT -2,69 48 SKBM -0,31
cut-off sebesar 1,054. Hasil rata-rata perhitungan 16 CLEO -1,97 49 SKLT -2,23
variabel SGAI adalah 1,042. Meski hampir
17 DLTA -2,93 50 SMSM -2,02
mendekati nilai cut-off, rata-rata SGAI masih
dibawahnya. Nilai SGAI perusahaan sampel yang 18 DVLA -2,65 51 SPMA -2,43
tidak melebihi cut-off mencerminkan bahwa rata- 19 GGRM -1,36 52 SRIL -2,29
rata perusahaan cukup efisien mengelola 20 HOKI -0,23 53 SRSN -3,07
pengeluaran penjualan dan administrasinya, 21 IMAS -2,26 54 STTP -2,63
sehingga perusahaan tidak memiliki motif untuk 22 INCI -2,02 55 TBMS -1,61
melakukan kecurangan.
23 INDR -2,89 56 TCID -2,59
Variabel berikutnya adalah LVGI yang memiliki
nilai cut-off sebesar 1,037. Rata-rata hasil 24 INDS -2,75 57 TKIM -2,30
perhitungan variabel tersebut adalah 0,966. Nilai 25 INKP -2,55 58 TOTO -2,48
rata-rata tersebut masih di bawah cut-off, sehingga 26 KAEF -2,10 59 TPIA -2,24
dapat diartikan rata-rata perusahaan sampel tidak 27 KBLI -1,59 60 TSPC -2,39
memiliki utang yang tinggi sehingga perusahaan KBLM 3,48 ULTJ -2,79
28 61
tidak memiliki dorongan untuk menyatakan
laporan keuangannya tidak sama dengan 29 KDSI -1,98 62 UNVR -2,35
kenyataan. Terakhir, variabel TATA memiliki nilai 30 KICI -3,67 63 VOKS -2,01
cut-off sebesar 0,018. Rata-rata perhitungan TATA 31 KLBF -2,22 64 WOOD -1,36
dari 66 perusahaan adalah 0,001. Rata-rata 32 KMTR -3,05 65 WSBP -2,65
perhitungan masih lebih kecil dari cut-off, hal ini 33 KRAS -2,87 66 WTON 0,16
menunjukkan rata-rata perusahaan sampel cukup
Manipulator (ditandai dengan ) 25
taat mencatat pendapatan akrual yang diikuti
Non-manipulator
dengan kas.
(ditandai dengan ) 38
Pengklasifikasian perusahaan berdasarkan Grey Company (ditandai dengan ) 3
nilai M-Score. Sumber: Penulis, 2019.
Setelah mengetahui nilai dari delapan variabel,
dicarilah nilai M-Score. Berikut adalah hasil Penentuan besar persentase perusahaan yang
perhitungan Beneish M-Score untuk terindikasi manipulator, non-manipulator, dan
mengelompokkan perusahaan sampel termasuk grey company.
perusahaan yang terindikasi sebagai manipulator, Berikut adalah perhitungan persentase masing-
non-manipulator dan grey company. masing klasifikasi perusahaan:
a. Persentase Perusahaan Terindikasi sebagai
Tabel 2 Hasil Perhitungan M-Score Manipulator
Kode M- Kode M- % Perusahaan Manipulator
No No 25
Perusahaan score Perusahaan score
= × 100% = 37,88%
1 ADMG -5,14 34 LMSH -0,40 66
2 AGII -2,32 35 MARK -2,28 b. Persentase Perusahaan Terindikasi sebagai
Non-manipulator
3 ALDO -1,83 36 MLBI -1,72
% Perusahaan Non − manipulator
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 230
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
38 Score yang kemudian menjadi indikator penentu
= × 100% = 57,58% sebuah perusahaan adalah manipulator atau bukan.
66
c. Persentase Perusahaan Terindikasi sebagai Apabila nilai M-Score lebih besar dari -2,22 maka
Grey Company perusahaan terindikasi sebagai manipulator.
% Perusahaan 𝐺𝑟𝑒𝑦 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑎𝑛𝑦 Sebaliknya apabila lebih kecil maka perusahaan
3 terindikasi sebagai non-manipulator. Perusahaan
= × 100% = 4,55%
66 yang memiliki nilai tepat pada -2,22 akan tergolong
dalam grey area atau berstatus sebagai grey
company.
4,55% Semakin tinggi M-Score menandakan semakin
Manipulator besar kemungkinan suatu perusahaan memalsukan
laporan keuangannya. M-Score tersebut didapatkan
37,88% Non- dari delapan variabel Beneish ratio index. Besar
manipulator tiap variabel akan mempengaruhi M-Score dan cut-
57,58% Grey off masing-masing variabel akan menunjukkan
Company
celah dimana perusahaan sekiranya melakukan
kecurangan.
Hasil penelitian menunjukkan perusahaan yang
Gambar 3. Pie Chart Penggolongan Perusahaan
Sumber: Penulis, 2019. memegang nilai M-Score paling tinggi adalah PT
Kabelindo Murni Tbk. (KBLM), yaitu sebesar
Interpretasi Hasil Penelitian 3,48. Kondisi variabel PT Kabelindo adalah tujuh
Beneish ratio index adalah indikator deteksi variabel melewati titik cut-off dan hanya satu yang
kecurangan laporan keuangan yang ditemukan oleh berada di bawah titik cut-off. Satu-satunya variabel
Messod Daniel Beneish, seorang profesor yang bernilai lebih rendah dari titik cut-off adalah
akuntansi di Universitas Bloomington Indiana. variabel SGAI. Sedangkan perusahaan yang
Beneish ratio index pertama kali dipublikasikan memiliki nilai M-Score paling rendah adalah PT
pada tahun 1999 oleh Beneish dalam jurnalnya Polychem Indonesia Tbk. (ADMG), yaitu sebesar -
yang berjudul “The Detection of Earning 5,14. Pada PT Polychem hanya terdapat dua dari
Manipulation”. Penemuan Beneish tersebut delapan variabel yang bernilai melebihi titik cut-
ditandai sebagai penemuan yang besar setelah off, yaitu AQI dan SGI.
berhasil mendeteksi kecurangan yang dilakukan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan
Enron jauh sebelum kebangkrutannya tahun 2001. dan hasil yang didapatkan, diketahui jumlah
Setelah itu, temuan Beneish tersebut telah dikutip perusahaan yang terindikasi manipulator masih
dalam buku teks analisis laporan keuangan, seperti lebih sedikit dibandingkan yang non-manipulator.
Fridson tahun 2002 dan Stickney et al. Tahun 2003. Perusahaan sektor manufaktur yang terindikasi
Temuan ini juga diangkat dalam artikel yang melakukan kecurangan laporan keuangan
diarahkan oleh auditor, pemeriksa penipuan (manipulator) menurut Beneish M-Score (2012)
bersertifikat, dan profesional investasi, seperti pada berjumlah 25 dengan persentase 37,88% dari 66
Cieselski 1998, Merrill Lynch 2000, Wells 2001, perusahaan yang diteliti. Sedangkan perusahaan
DKW 2003, dan Harrington 2005 (Beneish, 2012). yang terindikasi tidak melakukan kecurangan
Pada jurnalnya, Beneish menemukan Beneish laporan keuangan sebanyak 38 dari 66 perusahaan
ratio index yang terdiri atas delapan variabel yaitu dengan jumlah persentase 57,58%. Kemudian, sisa
DSRI, GMI, AQI, SGI, DEPI, SGAI, LVGI dan tiga perusahaan dari 66 perusahaan yang diteliti
TATA. Penemuan Beneish tersebut kemudian terendus sebagai grey company dengan besar
dikembangkan lagi dalam jurnalnya tahun 2012 persentase 4,55%.
yang berjudul “Fraud Detection and Expected Meski perusahaan manufaktur yang terindikasi
Returns”. Penelitian tersebut mengubah rumus sebagai manipulator berdasarkan M-Score lebih
variabel TATA (Total Acrual to Total Asset) yang sedikit dibandingkan dengan yang tidak, 25
mewakili pos akrual. Pada penelitian tahun 1999, manipulator dari 66 perusahaan sampel termasuk
penentuan akrual diambil dari neraca, sedangkan jumlah yang cukup besar. Hasil tersebut
pada penelitian tahun 2012, akrual diambil dari mengindikasikan bahwa masih cukup banyak
arus kas karena dinilai lebih mudah dan tepat. perusahaan yang tidak jujur dalam pengungkapan
Kedelapan variabel Beneish ratio index tersebut kondisi keuangannya, sehingga investor dan
kemudian digunakan untuk menemukan nilai M- kreditur perlu lebih berhati-hati dalam membuat
keputusan investasi atau pemberian kreditnya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 231
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Sedapat mungkin investor dan kreditur tidak
berinvestasi atau memberikan kredit pada Saran
perusahaan yang berstatus manipulator dan grey 1. Bagi perusahaan yang terindikasi sebagai
company. manipulator disarankan untuk mengecek
Namun, perlu diingat kembali bahwa ketepatan internal perusahaan (divisi-divisi
Beneish ratio index dalam mendeteksi kecurangan operasionalnya) akan adanya kemungkinan
laporan masih sebatas 71% saja. Sehingga hasil kecurangan yang lolos dari pengawasan
dari penelitian ini masih memerlukan pemeriksaan auditor internal dan eksternal. Dengan kata lain
lebih lanjut oleh pihak-pihak yang memiliki akses perusahaan disarankan untuk menyajikan
lebih luas terkait kondisi internal perusahaan. laporan keuangannya dengan lebih teliti, sebab
Meski ketepatan pendeteksian belum mencapai hasil penelitian ini adalah warning (peringatan)
100%, seperti yang diungkapkan Beneish dalam atas terjadinya kecurangan laporan keuangan.
jurnalnya, masih lebih baik memiliki alat 2. Bagi kreditur dan investor disarankan dalam
pendeteksian demi menghindari kerugian yang membuat keputusan investasi atau pemberian
tidak diinginkan di masa depan. Dari penjelasan kredit lebih berhati-hati dengan cara tidak
tersebut dapat disimpulkan bahwa Beneish ratio berinvestasi atau memberi kredit perusahaan
index adalah sebagai alat “deteksi awal” yang tergolong sebagai manipulator atau grey
kecurangan laporan keuangan. company, agar dapat meminimalisir resiko
Yang perlu diingat lagi adalah Beneish ratio kerugian di masa depan. Di samping itu, baik
index dan M-Score adalah alat pendeteksian investor dan kreditur disarankan untuk selalu
kecurangan yang masih memiliki kemungkinan waspada dan memastikan laporan keuangan
ketidaktepatan dalam menggolongkan perusahaan. telah disampaikan dengan jujur oleh
Oleh karena itu, belum tentu perusahaan- perusahaan.
perusahaan yang tergolong sebagai manipulator
benar-benar melakukan kecurangan dan yang DAFTAR PUSTAKA
bukan tergolong sebagai manipulator pada
kenyataannya tidak melakukan kecurangan. ACFE. (2016). The Fraud Tree Occupational
Sehingga hasil penelitian ini bukan dimaksudkan Fraud And Abuse Classification System.
untuk menuduh atau memberikan judgement 2016 ed. Austin. Texas.
kepada pihak manapun, tetapi sebagai langkah
antisipasi atau berjaga-jaga atas tindak kecurangan. ACFE. (2018). Report to the Nation (RTTN). 2018
ed. Austin. Texas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Beneish, D. Messod. (1999). The Detection of
1. Perusahaan yang terindikasi sebagai Earning Manipulation. Financial Analysis
manipulator menurut Beneish ratio index Journal, Vol. 55, pp. 24-36.
sebanyak 25 perusahaan dari 66 perusahaan
Beneish, D. Messod., Lee, C., Nichols, D. 2012.
sektor manufaktur. Persentase perusahaan
Fraud Detection and Expected Returns. SSRN
manipulator terhadap seluruh perusahaan
Financial Accounting eJournal. Retrieved
sektor manufaktur yang diteliti adalah sebesar
May 2, 2019 from
37,88%.
https://ssrn.com/abstract=1998387.
2. Perusahaan yang terindikasi sebagai non-
manipulator menurut Beneish ratio index Crawford, Rodney L. (2011). Fraud guidance for
sebanyak 38 perusahaan dari 66 perusahaan corporate counsel reviewing financial
sektor manufaktur. Persentase perusahaan statements and reports. Journal of Financial
manipulator terhadap seluruh perusahaan Crime, Vol. 18(4), pp.347-360
sektor manufaktur yang diteliti adalah sebesar
57,58%. cnnindonesia.com. (2018). Kasus SNP Finance,
3. Perusahaan yang terindikasi sebagai grey Dua Akuntan Publik Diduga Bersalah.
company menurut Beneish ratio index Retrieved Februari 20, 2019 from CNN
sebanyak 3 perusahaan dari 66 perusahaan Indonesia:
sektor manufaktur. Persentase perusahaan https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20
manipulator terhadap seluruh perusahaan 180926072123-78-333248/kasus-snp-
sektor manufaktur yang diteliti adalah sebesar
4,55%.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 232
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
finance-dua-kantor-akuntan-publik-diduga-
bersalah.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2017). Tujuan,


Kegunaan, dan Keterbatasan Pelaporan
Keuangan Bertujuan Umum. No.1.02.
PSAK-IAI. Jakarta

Jusup, Al. Haryono. (2011). Dasar-dasar


Akuntansi. Edisi 7. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga
Pahlawan Negara

Koornhof, C. (2000). Red flagging as an indicator


of financial statement fraud: The perspective
of investors and lenders. Meditari
Accountancy Research, Vol. 8 Issue: 1,
pp.69-93

liputan6.com. (2009). Dua Direksi Waskita


Dicopot. Retrieved Februari 19, 2019 from
Liputan 6:
https://www.liputan6.com/news/read/24230
6/dua-direksi-waskita-dicopot.

Priantara, Diaz. (2013). Fraud Auditing &


Investigation. Mitra Wacana Media.

Schroeder, Richard G. et. al. (2005). Financial


Accounting Theory and Analysis. 8th ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc.

Tempo.co. (2003). Bapepam: Kasus Kimia Farma


Merupakan Tindak Pidana. Retrieved
Februari 20, 2019 from Tempo.co:
http://bisnis.tempo.co/read/33339/bapepam-
kasus-kimia-farma-merupakan-tindak-
pidana.

Tuanakotta, Theodorus M. (2013). Mendeteksi


Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta
Selatan: Salemba Empat

Zimbelman, Mark F. dan Albrecht, Conan C.


(2012). Forensic Accounting. 4th ed. South
Western: Cengage Learning.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 72 No. 2 Juli 2019| 233


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like