You are on page 1of 13

JURNAL MANEKSI VOL 11, NO.

1, BULAN JUNI TAHUN 2022

PENGGUNAAN TEKNIK AKUNTANSI FORENSIK DALAM PENDETEKSIAN DAN


PENCEGAHAN OCCUPATIONAL FRAUD: KAJIAN LITERATUR

Natalis Christian1), Resnika2)


1,2,)
Akuntansi, Universitas Internasional Batam
1,2)
natalis.christian@uib.ac.id, 1942125.resnika@uib.edu

ABSTRACT
Occupational fraud and abuse is the biggest threat to the continuity of a corporation's business.
Misappropriation of assets, manipulation of financial statements, and corruption are categories of fraud that
involve a person's position in an organization to achieve personal gain. The purpose of this study is to determine
the methods of detecting and preventing fraud from a forensic accounting perspective. Qualitative research
methods are carried out by collecting and reviewing research sources and documentation relevant to the
research. The results of data collection indicate that fraud detection methods tend to be passive. Passive fraud
detection approaches usually use non-analytical methods such as confidential reports or tip, coincidences, law
enforcement, and so on. Meanwhile, forensic accounting techniques can be applied if the company wants to take
proactive steps in eradicating fraud. Forensic accounting techniques involve analytical procedures and
statistical software in processing large amounts of data. This analytical method has the advantage of accurate
fraud detection with a short duration of time. However, the limitations of this method are the high cost and the
company's preference for passive non-analytical methods. The literature review in this study can provide a
comprehensive understanding of the pros and cons as well as an overview of corporate fraud detection
techniques.

ABSTRAK
Kecurangan yang berhubungan dengan pekerjaan (occupational fraud and abuse) merupakan ancaman terbesar
bagi keberlangsungan usaha suatu korporasi. Penyalahgunaan aset, manipulasi laporan keuangan, dan korupsi
merupakan kategori kecurangan yang melibatkan jabatan seseorang untuk mencapai keuntungan pribadi. Tujuan
penelitian adalah mengetahui metode pendeteksian dan pencegahan kecurangan dari perspektif akuntansi
forensik. Metode penelitian secara kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan dan mengkaji sumber riset dan
dokumentasi yang relevan dengan penelitian. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa metode pendeteksian
kecurangan cenderung bersifat pasif. Pendekatan deteksi kecurangan yang bersifat pasif biasanya menggunakan
metode non analitis seperti laporan rahasia, kebetulan, penegakan hukum, dan sebagainya. Sementara itu, teknik
akuntansi forensik dapat diterapkan apabila perusahaan ingin mengambil langkah yang proaktif dalam
memberantas kecurangan. Teknik akuntansi forensik melibatkan prosedur analitis dan perangkat lunak statistik
untuk pengolahan data yang berjumlah besar. Metode analitis tersebut memiliki keunggulan dalam pendeteksian
kecurangan yang akurat dengan durasi waktu yang singkat. Namun, keterbatasan dari metode tersebut adalah
biaya yang mahal serta preferensi perusahaan terhadap metode non analitis yang bersifat pasif. Kajian literatur
dalam penelitian ini dapat memberikan pemahaman komprehensif mengenai pro dan kontra serta gambaran
teknik pendeteksian kecurangan perusahaan.

Kata Kunci: occupational fraud, pendeteksian kecurangan, pencegahan kecurangan, teknik akuntansi forensik,
metode analitis.

1. PENDAHULUAN Vassiljev dan Alver (2016) menyatakan bahwa


Tantangan terbesar yang mengancam reputasi dan masa depan korporasi dapat diragukan
keberlangsungan usaha suatu korporasi dan efisiensi oleh pihak pemangku kepentingan apabila
pasar modal adalah kecurangan (Margret & Hoque, perusahaan terlibat dengan skandal kecurangan.
2016). Menurut Arens et al. (2017), kecurangan Kecurangan yang berhubungan dengan
(fraud) didefinisikan sebagai suatu tindakan yang pekerjaan (occupational fraud) adalah penggunaan
disengaja dalam mengurangi atau mencabut hak jabatan seseorang dalam suatu organisasi untuk
suatu pihak atas kepemilikan sumber dayanya. keuntungan pribadi dengan menyalahgunakan atau
Kecurangan (fraud) merupakan sebuah perbuatan memanipulasi sumber daya atau aset dari entitas
yang disengajakan serta dirancang untuk menipu dan tersebut. ACFE juga menjelaskan bahwa
mengakibatkan kerugian bagi korban dan penyalahgunaan aset oleh karyawan merupakan
keuntungan bagi pelaku (Crain et al., 2015). skema kecurangan terbanyak sebesar 86% dari
seluruh kasus dengan dampak kerugian rata-rata
terendah yaitu sebesar USD 100.000 per kasus.
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 287
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

Sebaliknya, manipulasi laporan keuangan adalah indikasi kecurangan (red flags). Selain itu, metode
skema kecurangan dengan frekuensi terendah yaitu pendeteksian yang umum digunakan adalah laporan
10% dari kasus dengan dampak kerugian tertinggi (tip), audit internal, reviu manajemen, pengawasan,
(ACFE, 2020). rekonsiliasi akun-akun, kontrol teknologi informasi,
Kecurangan yang berhubungan dengan penemuan secara tidak sengaja, dan sebagainya.
pekerjaan (occupational fraud) memiliki Kunci utama dalam mendeteksi kecurangan adalah
konsekuensi yang berat terhadap hubungan dengan mengevaluasi kelemahan pengendalian
korporasi dengan investor. Bosse dan Phillips (2016) internal perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
berpendapat bahwa kecurangan juga meningkatkan pengendalian internal (internal control) yang
biaya agensi. Manipulasi laporan keuangan juga memadai mampu mengurangi kesempatan dalam
merusak kepercayaan antara korporasi dan investor melakukan kecurangan. Menurut Halbouni et al.
sehingga efisiensi pasar modal menjadi terganggu (2016), organisasi dengan program pencegahan
(Amiram et al., 2018). Tindakan yang tidak etis kecurangan (anti fraud control) yang baik mampu
tersebut menyebabkan kepailitan, masalah legal, menjalankan fungsi pendeteksian dan pencegahan
penurunan tingkat pekerjaan serta dampak lainnya kecurangan dengan maksimal.
terhadap korban kecurangan seperti investor, Sebagai salah satu spesialisasi dalam ilmu
kreditor, karyawan, konsumen, dan komunitas (Box akuntansi, akuntansi forensik (forensic accounting)
et al., 2019). memiliki peran dan ruang lingkup pekerjaan dalam
Kasus kecurangan profesi di Indonesia yang mencegah, melakukan investigasi, dan memberikan
bersifat high profile tidak hanya terbatas pada masukan bagi organisasi dalam
manipulasi laporan keuangan pada perusahaan mengimplementasikan prosedur dan kontrol yang
terbuka. Berdasarkan hasil survei dari ACFE preventif terhadap kecurangan (fraud) (Silverstone
Indonesia (2019), fraud yang memiliki frekuensi et al., 2012). Prosedur dan teknik yang digunakan
kejadian tertinggi adalah korupsi dengan persentase akuntansi forensik bervariasi dari penggalian data
sebesar 64.4%. Dampak kerugian fraud akibat (data mining), pencocokan data (data matching),
korupsi memiliki rentang dari 100 juta rupiah hingga peninjauan dokumen, arbitrasi, mediasi, penggunaan
500 juta rupiah per kasus. Kasus korupsi terbesar perangkat lunak berbasis statistik, dan sebagainya
menurut sumber dari Kompas (2022) adalah kasus (Oyedokun, 2017). Berbagai uji analitis dengan
PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), perangkat lunak juga digunakan oleh akuntan atau
PT Asabri, PT Jiwasraya, Bank Century, dan auditor forensik dalam mendeteksi apabila terjadi
Kotawaringin Timur. Negara mengalami kerugian penyimpangan yang mengarah pada kecurangan
sebesar triliunan rupiah per kasus akibat dari skandal (Nigrini, 2020). Hal tersebut menunjukkan bahwa
kecurangan tersebut. kecurangan (fraud) dapat dideteksi dengan metode
Di sisi lain, manipulasi laporan keuangan non analitis atau analitis.
memiliki frekuensi terendah yaitu sebesar 6.7%. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
Hasil tersebut menunjukkan perbedaan yang kajian literatur terhadap penelitian-penelitian
signifikan dengan hasil dari ACFE yang meneliti terdahulu serta dokumentasi yang ada. Urgensi
secara global (ACFE Indonesia, 2019). Berdasarkan penelitian adalah untuk mengkaji peran dan metode
sumber dari CNBC Indonesia (2021), beberapa akuntansi forensik dalam mendeteksi kecurangan
skandal laporan keuangan seperti kasus PT Kimia pekerjaan (occupational fraud). Penelitian ini dibagi
Farma, PT KAI, PT Garuda Indonesia, PT menjadi lima bagian. Bagian pertama dan kedua
Indofarma Tbk, PT Hanson International Tbk, dan adalah bagian pendahuluan yang membahas
perusahaan lainnya menunjukkan rekayasa laporan mengenai latar belakang masalah dan tinjauan
keuangan dengan menyajikan laba bersih yang lebih pustaka yang terkait dengan kecurangan dan metode
tinggi dari angka sebenarnya. pendeteksian. Bagian ketiga adalah metodologi
Peningkatan kasus kecurangan telah penelitian yang diterapkan. Bagian berikutnya
mendorong dunia bisnis untuk melakukan membahas mengenai hasil dari kajian literatur
pencegahan dan penanggulangan dalam mengurangi beserta interpretasi dari hasil penemuan. Kesimpulan
kasus kecurangan. Berdasarkan laporan Report to merupakan bagian terakhir yang mencakup
the Nations oleh ACFE pada tahun 2018, durasi ringkasan dan saran dari hasil penelitian.
waktu untuk kecurangan yang tidak terdeteksi dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kerugian dan 2. TINJAUAN PUSTAKA
perluasan skema kecurangan terhadap sumber daya Definisi dari kecurangan (fraud) adalah suatu
korporasi. Perusahaan dapat mengambil langkah pelanggaran yang menimbulkan konsekuensi berat
yang proaktif dalam mendeteksi kecurangan dengan bagi ekonomi suatu korporasi, individu, atau entitas.
memahami skema kecurangan serta menerapkan Kecurangan tersebut melibatkan suatu skema dalam
strategi pencegahan dengan efektif (ACFE, 2018). menyebarkan informasi yang salah serta
Menurut Singleton dan Singleton (2010), menyembunyikan fakta. Salah satu sub jenis dari
pendeteksian kecurangan dapat dilakukan setelah kecurangan yang menyebabkan kerugian finansial
memahami latar belakang dan prinsip dari adalah kecurangan pekerjaan (white- collar crime).
kecurangan, skema kecurangan (fraud schemes), dan Pelaku kecurangan adalah pegawai suatu organisasi
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 288
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

yang melakukan aksi secara sengaja dalam efektif dapat mencegah, mendeteksi, serta
menggelapkan dana, memanipulasi akun-akun, memperbaiki aspek-aspek yang terkait dengan
menerima suap, dan melakukan berbagai skema kecurangan pekerjaan. Tindakan pendeteksian
untuk merugikan organisasi (Silverstone et al., dilakukan secara simultan dengan pencegahan
2012). Arens et al. (2017) menjelaskan bahwa kecurangan pekerjaan. Metode pendeteksian
kecurangan (fraud) adalah tindakan yang disengaja kecurangan dapat bersifat analitis atau non analitis.
berdasarkan standar audit, sehingga perlu dibedakan ACFE (2018) juga menjelaskan bahwa perusahaan
dengan kesalahan yang bersifat tidak sengaja dapat mengambil langkah secara proaktif dalam
(error). mengurangi durasi dan nominal kecurangan.
Kecurangan pekerjaan menurut ACFE (2020)
juga disebut sebagai occupational fraud and abuse. 3. METODOLOGI
Kecurangan tersebut melibatkan pekerjaan Metode penelitian yang digunakan adalah
seseorang untuk kepentingan pribadi terutama secara metode kualitatif, di mana metode kualitatif
finansial dengan menyalahgunakan aset dan sumber merupakan sebuah prosedur riset yang menggunakan
daya organisasi secara sengaja. Klasifikasi data deskriptif, dapat berupa kata-kata tertulis
kecurangan pekerjaaan dalam fraud tree oleh ACFE ataupun lisan yang diperoleh dari orang-orang atau
terdiri dari korupsi, penyalahgunaan aset, dan pelaku yang diamati. Menurut Walidin et al. (2020),
manipulasi laporan keuangan. Penyalahgunaan aset penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
merupakan tindakan dalam mencuri atau digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menyalahgunakan aset perusahaan. Skema menggambarkan, dan menjelaskan fenomena yang
manipulasi laporan keuangan adalah aksi dilihat dengan konteks dan keadaan apa adanya atau
kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan alamiah. Sumber data dalam penelitian ini adalah
yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. sumber data sekunder, yaitu data yang didapatkan
Korupsi adalah kecurangan pekerjaan yang dari studi-studi,sebelumnya yang relevan. Data
melibatkan suap, konflik kepentingan, dan sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
pemerasan. seperti jurnal ilmiah, laporan, buku, riset, dan
Sesuai dengan perkembangan kecurangan sebagainya.
pekerjaan sepanjang masa, peran akuntansi forensik Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menjadi semakin relevan. Akuntansi forensik adalah menggunakan studi literatur. Studi literatur
ilmu yang mendalami investigasi kecurangan secara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dari
komprehensif. Selain melakukan pendeteksian berbagai sumber yang dapat dipercaya dan relevan
kecurangan, akuntansi forensik juga merancang terhadap isi penelitian. Teknik ini dilakukan dengan
kontrol anti kecurangan (anti fraud control) sebagai cara memperoleh dan mengumpulkan buku, riset,
tindakan pencegahan. Investigasi kecurangan ataupun karya ilmiah yang sesuai dengan bahan
dilakukan oleh seorang akuntan forensik dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data
membuktikan kecurangan sesuai dengan bukti yang teoritis yang dapat mendukung penelitian (Aziza,
dikumpulkan. Selain itu, seorang akuntan forensik 2017).
juga bersifat independen dan objektif dalam proses Analisis data dilakukan setelah pengumpulan
investigasi kecurangan (Singleton & Singleton, data-data. Teknik analisis yang digunakan dalam
2010). penelitian ini adalah membaca dan memahami data
Singleton & Singleton (2010) juga menjelaskan yang diperoleh. Setelah itu, peneliti akan memproses
bahwa beberapa konsep yang fundamental seperti data menjadi informasi dan menarik kesimpulan dari
fraud tree, fraud triangle, skema kecurangan (fraud semua informasi yang diperoleh. Rancangan
schemes), dan indikasi kecurangan (red flags) penelitian yang akan digunakan yaitu: menjelaskan
berperan dalam tahap deteksi awal kecurangan. Red pengumpulan informasi/data pendukung,
flags menunjukkan indikasi bahwa kecurangan dapat menguraikan langkah-langkah untuk
terjadi. Identifikasi red flags bersifat krusial dalam membahas/menganalisis serta penjelasan asumsi.
melakukan pendeteksian awal terhadap kecurangan Metodologi dapat menggambarkan teknik atau
pekerjaan. Konsep dari red flags adalah indikasi prosedur analisis data (Fadli, 2021).
yang bersifat tidak lazim pada laporan keuangan
perusahaan yang menunjukkan performa perusahaan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mengalami peningkatan secara drastis. 4.1. Metode Non Analitis dalam Pendeteksian
Menurut Wells (2017), pencegahan kecurangan dan Pencegahan Kecurangan (Fraud)
yang paling efektif adalah pengendalian internal Langkah pendeteksian (detection) beserta
(internal control) yang baik. Berbagai skema teknik yang digunakan bersifat signifikan terhadap
kecurangan mampu dicegah apabila perusahaan kecepatan penemuan kecurangan yang berdampak
memiliki kontrol pengendalian internal yang pada pertumbuhan kerugian suatu organisasi
memadai dalam mengurangi kesempatan bagi pelaku (Mansour et al., 2021). Menurut Oyerogba (2021),
kecurangan. Nigrini (2020) menjelaskan bahwa organisasi dapat mengoptimalkan upaya deteksi
pengendalian internal dapat bersifat preventif, dengan memahami secara fundamental mengenai
detektif, dan korektif. Pengendalian internal yang cara pendeteksian. Efektivitas dalam menemukan
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 289
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

kecurangan juga bergantung pada metode yang Terdapat tiga jenis hotline secara umum pada suatu
digunakan. Selain itu, landasan tersebut diperkuat korporasi. Hotline jenis pertama adalah hotline
dengan adanya jejak historis dari kasus-kasus paruh waktu yang ditujukan untuk keperluan
kecurangan sebelumnya. Perkembangan zaman dan karyawan dan staf di bidang lainnya. Jenis hotline
kemudahan teknologi telah menyebabkan ini biasanya memiliki biaya yang lebih rendah
keragaman bentuk kriminalitas. Oleh sebab itu, pola dibandingkan jenis lainnya. Kekurangan dari hotline
kecurangan dan temuan hasil investigasi perlu yang bersifat paruh waktu adalah keraguan
ditinjau dan dievaluasi dalam rangka mempermudah karyawan untuk melaporkan pada pegawai
upaya deteksi kecurangan berikutnya. perusahaan. Selain itu, karyawan hanya dapat
Berdasarkan temuan ACFE (2020), laporan melaporkan pada waktu tertentu. Jenis hotline kedua
rahasia (tip) adalah metode paling umum dalam adalah hotline yang bersifat purna waktu. Hotline
mendeteksi kecurangan. Pada grafik di bawah ini, ketiga adalah jenis hotline yang berada pada luar
laporan dapat mendeteksi hingga 43% dari total perusahaan dan dibiayakan sesuai jumlah karyawan.
pendeteksian kecurangan, sedangkan pengakuan Hotline tersebut bersifat paling unggul dan
(confession) hanya berkontribusi sebesar 1%. Proses menjamin anonimitas dan efisiensi pendeteksian
untuk mengolah dan mengevaluasi laporan secara kecurangan.
menyeluruh harus menjadi prioritas bagi penyelidik Hasil survei ACFE juga didukung oleh Nigrini
tindakan kecurangan dalam menginvestigasi (2020) yang menyatakan bahwa pelaporan secara
peristiwa yang dapat merugikan organisasi. Audit anonim memberikan suatu asurans bagi pelapor
internal (internal audit) dan ulasan manajemen dalam memberitahukan insiden kecurangan tanpa
(management review) merupakan metode yang perlu khawatir dengan pembalasan. Selain
paling banyak mendeteksi kecurangan selain laporan pelaporan, audit internal juga berkontribusi terhadap
rahasia. tingkat pendeteksian kecurangan dalam suatu
Gambar 1. korporasi. Auditor internal memiliki tanggung jawab
Metode Deteksi Awal Kecurangan Pekerjaan dalam mengevaluasi indikasi terjadinya kecurangan
Secara Global dan pelanggaran lainnya dalam suatu organisasi.
Ulasan manajemen juga terbukti efektif sebagai
metode pendeteksian untuk meninjau laporan
perusahaan yang menunjukkan angka yang tidak
lazim terutama pada pembiayaan.
Gambar 2.
Metode Deteksi Awal Kecurangan Pekerjaan
pada Wilayah Asia Pasifik dan Indonesia

Sumber: ACFE Global, 2020

Data tersebut juga didukung dengan hasil


survei dalam wilayah Asia Pasifik dan Indonesia
oleh ACFE (2020b) dan ACFE Indonesia Chapter
(2019). Hasil tersebut menerangkan bahwa deteksi
awal terhadap kecurangan didominasi oleh laporan,
secara berturut-turut sebesar 44% dan 38,9%.
Persentase ini secara implisit menandakan bahwa
media pendeteksian paling umum, baik secara global Sumber: ACFE Asia Pasifik, 2020
maupun lokal adalah laporan atau pengaduan dari
berbagai pelapor. Walaupun survei tersebut Informasi yang dihimpun oleh ACFE Asia
diadakan pada wilayah geografis dengan kultur yang Pasifik dan Indonesia secara kolektif menyebutkan
berbeda, laporan (tip) tetap menjadi metode yang bahwa laporan memiliki frekuensi pendeteksian
paling diandalkan dalam mengungkapkan kasus yang lebih tinggi dibanding audit internal. Laporan
kecurangan dalam suatu entitas. Selain itu, audit (tip) dapat dilaporkan oleh pihak internal maupun
internal dan ulasan manajemen adalah metode eksternal seperti karyawan, kreditur, pemasok,
pendeteksian kecurangan dengan persentase terbesar pelanggan, dan sebagainya. Proses pelaporan
selain laporan dengan persentase sebesar 15% dan bersifat aman apabila perusahaan memiliki sistem
12%. pelaporan pelanggaran (whistleblowing system)
Wells (2017) menjelaskan bahwa pelaporan dalam menjamin kerahasiaan identitas pelapor.
pelanggaran berupa kecurangan (whistleblowing) Metode lainnya seperti audit internal dan ulasan
cenderung dilakukan dengan media hotline. manajemen bersifat lebih proaktif dibandingkan
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 290
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

dengan pelaporan (tip), namun untuk sebelumnya karena persentase yang berasal dari
mengidentifikasi indikasi terjadinya kecurangan dan pelanggan hanya sebesar 6,7% pada tahun 2019.
melanjutkan ke proses investigasi memerlukan Persentase ini dapat menjelaskan bahwa rendahnya
prosedur dan waktu yang lebih banyak. kontribusi pelanggan di Indonesia terhadap
Bagi organisasi atau perusahaan berskala pendeteksian kecurangan korporasi.
kecil, laporan atau pengaduan (tip) memegang Gambar 3.
peranan penting dalam mengungkap kasus Komposisi Status Pelapor Kecurangan
kecurangan. Organisasi atau perusahaan yang
berskala kecil dinilai belum siap untuk melakukan
inisiasi pelaksanaan pendeteksian lainnya seperti
audit internal, pemeriksaan oleh manajemen secara
berkala, audit eksternal, pengawasan sehingga media
pelaporan yang sederhana menjadi sumber informasi
kecurangan terbesar bagi organisasi. Hal tersebut
didukung oleh Hess dan Cottrell (2016) yang
menyebutkan bahwa organisasi berskala kecil
memiliki keterbatasan sumber daya untuk
membentuk sistem manajemen risiko dalam
mengantisipasi kecurangan. Sumber: ACFE Global, 2020
Berdasarkan hasil survei tersebut, metode
pendeteksian dengan persentase terendah adalah Pada umumnya, pelaporan kecurangan oleh
penegakan hukum yaitu sebesar 1% di wilayah Asia pelapor atau saksi (whistleblower) disampaikan ke
Pasifik dan 0,4% di Indonesia. Data tersebut pihak-pihak yang berbeda. Informasi terkait
menunjukkan kontribusi penegakan hukum yang kecurangan dapat dilaporkan kepada pihak eksternal
masih bersifat minim terhadap pendeteksian maupun internal. Melalui sistem pelaporan
kecurangan. Menurut Velasco et al. (2021), badan pelanggaran (whistleblowing system), identitas
penegakan hukum tidak memiliki suatu sistem pelapor bersifat anonim sehingga kerahasiaan dan
penilaian risiko yang sistematis terhadap keamanan pelapor dapat terjaga. Berikut ini
pendeteksian kecurangan korporasi. Selain itu, merupakan data penerima laporan rahasia (tip)
informasi yang didapatkan dalam rangka terkait kecurangan:
melanjutkan investigasi juga didapatkan dari laporan Gambar 4.
rahasia atau pengaduan secara anonim (tip). Penerima Laporan Sistem Whistleblowing
Pengakuan (confession) adalah salah satu
metode pendeteksian terendah yaitu sebesar 2% di
wilayah Asia Pasifik dan 0,8% di Indonesia. Tingkat
pendeteksian yang berasal dari pengakuan
menunjukkan bahwa budaya anti kecurangan (anti-
fraud control) beserta etika organisasi menjadi salah
satu faktor penentu kecurangan. May (2016)
menyatakan bahwa risiko kecurangan dapat
diminimalkan apabila suatu organisasi atau negara
memiliki peraturan, kebijakan, dan kode etik yang
tegas. Menurut Corona dan Randhawa (2018),
korporasi seringkali menyembunyikan kecurangan Sumber: ACFE Global, 2020
untuk menghindari terjadinya kehilangan reputasi.
Oleh sebab itu, pengakuan merupakan metode Berdasarkan survei ACFE (2020a), persentase
pendeteksian yang jarang mengungkapkan pelapor yang meneruskan informasi kepada atasan
kecurangan. langsung sebesar 28%, tim penyelidik organisasi
Pengaduan dari karyawan merupakan sebesar 14%, dan audit internal sebesar 12%. Pihak
sumber pelaporan kecurangan tertinggi yaitu sebesar yang menerima laporan dari pelapor paling sedikit
50% di Asia Pasifik dan 50,2% di Indonesia. diterima oleh audit eksternal sebesar 1% saja. Selain
Sumber lainnya berasal dari berbagai pihak eksternal itu, sebesar 7% dari pelaporan kecurangan
seperti pelanggan sebesar 22%, sumber anonim disampaikan kepada regulator atau penegak hukum.
sebesar 15%, pemasok sebesar 11%, sumber lain Hal tersebut menandakan bahwa organisasi tidak
sebesar 8%, kompetitor dan pemegang saham menyediakan sistem pelaporan pelanggaran
sebesar 2%. Data dari ACFE Asia Pasifik (whistleblowing) yang memadai untuk memberikan
menunjukkan bahwa pelanggan adalah pihak yang asurans terhadap kerahasiaan pelapor. Menurut
melaporkan aduan terkait kecurangan terbanyak Khemakhem et al. (2021), budaya perusahaan dan
selain karyawan, yaitu sebesar 28% dan diikuti oleh kode etik memegang peran penting dalam
pihak anonim sebesar 20%. Adapun data regional meningkatkan efektivitas proses pelaporan
Indonesia berbanding terbalik dengan dua temuan pelanggaran berupa kecurangan.

p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 291


JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

Survei dari ACFE (2020) menunjukkan bahwa adalah tindakan yang benar dan sesuai dengan
para pelapor pelanggaran (whistleblower) budaya perusahaan.
menggunakan berbagai media pelaporan untuk Berdasarkan hasil survei di atas dapat
melaporkan kecurangan. Jenis saluran yang diketahui bahwa masing-masing metode
digunakan berbanding lurus dengan perkembangan pendeteksian memiliki sifat proaktif atau pasif.
teknologi. Saluran pelaporan dengan media kertas Metode pendeteksian yang bersifat proaktif adalah
seperti surat dan formulir kurang diminati seiring metode di mana pihak yang terlibat memiliki
dengan berjalannya waktu. Penurunan tren sebesar inisiatif dalam menanggapi potensi kecurangan.
12% ini disebabkan oleh perkembangan era digital. Sebaliknya, metode pendeteksian yang bersifat pasif
Faksimile hanya digunakan oleh 1% dari adalah penemuan kecurangan yang tidak berasal dari
keseluruhan pelapor. Saluran yang menjadi media inisiasi pihak yang terlibat dalam proses
utama pelaporan kecurangan di tempat kerja pendeteksian. ACFE (2020) menunjukkan bahwa
(occupational fraud) adalah melalui surat elektronik, kecurangan yang dideteksi secara proaktif mampu
formulir berbasis web, dan layanan hotline. mengurangi besarnya kerugian perusahaan seiring
Gambar 5. dengan jangka waktu pendeteksian. Sementara itu,
Mekanisme Saluran Pelaporan pendeteksian pasif berpotensi dalam meningkatkan
angka kecurangan secara finansial dan peluang
untuk memperpanjang skema. Pendeteksian dapat
bersifat gabungan antara proaktif dan pasif dalam
menemukan kecurangan di dalam suatu organisasi.
Gambar 6.
Hubungan Metode Deteksi dengan Kerugian dan
Durasi Kecurangan

Sumber: ACFE Global, 2020

Pada tahun 2020, pelaporan kecurangan


melalui surat elektronik (e-mail) dan formulir
berbasis web adalah sebesar 33% dan 32% dari
keseluruhan pelaporan. Saluran-saluran tersebut Sumber: ACFE Global, 2020
memperoleh peningkatan secara drastis
dibandingkan hotline yang mengalami penurunan Gambar 7.
sebesar 9% di tahun yang sama. Keunggulan dari Jumlah Kerugian Akibat Kecurangan
kedua saluran tersebut adalah pelapor tidak
memerlukan interaksi secara verbal atau fisik
dengan penerima laporan. Namun, saluran hotline
memiliki kelebihan di mana terjadi interaksi dua
arah yang dapat meningkatkan kejelasan informasi
pelanggaran dalam korporasi. Peran vital dari hotline
ditunjukkan dengan adanya persentase sebesar 64%
dari seluruh perusahaan yang memilih media
tersebut sebagai saluran pelaporan pelanggaran.
Selain itu, saluran hotline juga terbukti dapat
mendeteksi kecurangan lebih awal yaitu sekitar
enam bulan.
Media saluran untuk pelaporan pelanggaran Sumber: ACFE Indonesia, 2019
perlu dioptimalkan dalam rangka membangkitkan
kewaspadaan dan kesadaran terhadap kecurangan. Laporan atau pengaduan menempati posisi
Hal yang dapat dilakukan korporasi adalah dengan teratas untuk durasi pendeteksian secara proaktif dan
mengadakan sosialisasi, seminar, workshop, pasif. Metode pendeteksian kecurangan ini
pelatihan/pendidikan mengenai cara membutuhkan keterlibatan dari pihak internal dan
mengidentifikasi indikasi kecurangan. Selain itu, eksternal. Posisi organisasi dalam pendeteksian
organisasi perlu menetapkan kode etik dan budaya kecurangan bergantung pada pihak internal yang
perusahaan yang menegaskan bahwa segala bentuk berinisiatif, seperti karyawan atau penggerak tata
kecurangan tidak akan ditoleransi. Peran penerima kelola perusahaan. Metode pendeteksian yang
laporan seperti atasan, pemilik, audit internal, dan bersifat proaktif seperti pengawasan
pihak lainnya bersifat esensial dalam menyediakan (surveillance/monitoring), kontrol teknologi
asurans bagi pihak pelapor bahwa tindakan tersebut informasi, rekonsiliasi akun, hingga audit internal
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 292
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

memiliki durasi waktu pendeteksian yang paling abnormal (tests for abnormal duplications), tes
singkat yaitu kurang dari 12 bulan. Selain itu, untuk bilangan bulat, tes untuk outlier, dan tes untuk
pendeteksian secara proaktif juga meminimalkan perubahan pola musiman data (tests for changes in
kerugian finansial bagi korban kecurangan. Secara the seasonal patterns of the data).
keseluruhan, metode pendeteksian dengan Berdasarkan panduan dari CPA Canada (2016),
efektivitas terendah adalah melalui pihak kepolisian.
langkah-langkah dalam melakukan prosedur analitis
Metode ini memiliki durasi deteksi sekitar 24 bulan
dengan nilai median kerugian sekitar $900,000. forensik adalah dengan menetapkan tujuan dari
Berdasarkan data ACFE Indonesia di atas, pengujian, menentukan jenis data yang relevan,
metode pendeteksian yang mampu menemukan memilih uji yang sesuai dengan objektif penelitian,
kecurangan dengan kerugian terbesar adalah kendali memilih perangkat lunak (software) dan grafik yang
teknologi informasi, penegakan hukum, dan sesuai, mengumpulkan data yang relevan dari
rekonsiliasi akun. Hasil survei tersebut menunjukkan departemen di perusahaan, menguji reliabilitas data,
bahwa nilai kerugian yang dideteksi berkisar dari Rp menghapus data yang bermasalah, memulai uji
100 juta hingga Rp 500 juta. Durasi untuk analisis data, mengevaluasi data, dan menyajikan
pendeteksian di Indonesia umumnya berkisar antara laporan. Beberapa masalah yang dapat muncul
0-12 bulan. Durasi yang sebenarnya dapat
dalam proses tersebut adalah kurangnya kerja sama
menunjukkan hasil yang berbeda dikarenakan hasil
dari pihak organisasi yang diaudit yang
survei hanya menunjukkan periode rata-rata
pendeteksian. Meskipun demikian, pencapaian menyebabkan kesulitan dalam pengumpulan data.
tersebut membuktikan bahwa pendeteksian dalam Selain itu, pihak pelaku kecurangan memiliki
jangka waktu singkat mampu mencegah kerugian kemungkinan untuk menghapus jejak kecurangan
finansial yang berkelanjutan. sebelum mengirimkan data untuk auditor forensik.
Sebelum memasuki tahap analisis dan
4.2 Metode Analitis dalam Pendeteksian dan pengujian data dengan teknik akuntansi forensik,
Pencegahan Kecurangan akuntan atau auditor forensik perlu melakukan
Teknik akuntansi forensik dengan metode pendeteksian awal (initial detection) pada skema
analitis (forensic analytics) bersifat krusial dalam kecurangan (fraud schemes) yang mungkin terjadi
mendeteksi kecurangan yang berhubungan dengan pada korporasi. Berdasarkan fraud tree dari ACFE
pekerjaan (occupational fraud). Hal tersebut (2020), tiga kategori besar dari kecurangan profesi
dikarenakan pendeteksian kecurangan perlu (occupational fraud) adalah penyalahgunaan aset
dilaksanakan secara proaktif. Metode pendeteksian (asset misappropriations), korupsi (corruption), dan
non analitis seperti laporan rahasia (tip), kebetulan, manipulasi laporan keuangan (fraudulent financial
penegakan hukum, dan metode lainnya merupakan statements). Contoh skema kecurangan yang paling
metode pendeteksian kecurangan yang bersifat pasif umum terkait dengan penyalahgunaan aset adalah
dan dapat menimbulkan kerugian besar apabila tidak pencurian uang tunai dari pendapatan perusahaan
teridentifikasi pada jangka waktu yang singkat sebelum dicatat ke dalam sistem (skimming
(Nigrini, 2020). Data dari ACFE (2018) yang revenue), pencurian persediaan (inventory theft), dan
menunjukkan bahwa kerugian rata-rata dari kecurangan terkait daftar gaji (payroll fraud). Skema
kecurangan meningkat apabila kecurangan tidak kecurangan terkait dengan korupsi yang biasanya
dideteksi lebih awal. Oleh sebab itu, mekanisme terjadi adalah penerimaan komisi sebagai bentuk
pendeteksian kecurangan yang bersifat proaktif kolusi di antara dua pihak (kickback) dan terlibat
mampu meminimalkan kerugian bagi korban dalam konflik kepentingan (conflicts of interest).
kecurangan. Manipulasi laporan keuangan biasanya dilakukan
Menurut American Institute of Certified Public dengan melaporkan pendapatan yang lebih tinggi
Accountants (2017), metode analitis akuntansi (overstatement of revenues) atau liabilitas dan biaya
forensik (forensic analytics) adalah suatu ilmu dan yang lebih rendah (understatement of
seni untuk menemukan dan menganalisis pola, liabilities/expenses).
mengidentifikasi anomali, dan mengekstraksi Wells (2017) menjelaskan bahwa terdapat
informasi berguna lainnya dalam data yang beberapa metode pendeteksian yang dapat
mendasari atau terkait dengan subyek audit melalui diaplikasikan pada kategori kecurangan dari
analisis, pemodelan, dan visualisasi untuk tujuan penyalahgunaan aset, korupsi, dan manipulasi
perencanaan atau pelaksanaan audit. Analisis laporan keuangan. Prosedur yang dapat dilakukan
forensik merupakan suatu pendekatan yang adalah dengan melakukan analisis horizontal dan
digunakan untuk mendeteksi kecurangan atau vertikal pada setiap akun secara spesifik, analisis
anomali secara proaktif. Teknik-teknik yang rasio, inspeksi dokumen-dokumen terkait, analisis
digunakan biasanya melibatkan tes ikhtisar tingkat pencatatan perusahaan, konfirmasi dengan pihak
tinggi (high-level overview test), tes duplikasi ketiga, pengecekan fisik, pengambilan sampel
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 293
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

statistik, dan berbagai prosedur lainnya. Selain itu, anomali pada pencatatan akuntansi, perkembangan
pendeteksian awal dapat dilakukan dengan yang terlalu pesat, laba yang tidak lazim, kelemahan
mengidentifikasi indikasi terjadinya kecurangan (red pengendalian internal, agresivitas dari manajemen
flags). eksekutif, obsesi terhadap tren harga saham oleh
Identifikasi indikasi kecurangan (red flags) eksekutif, dan gaya kepemimpinan manajemen yang
dapat dijadikan sebagai metode pendeteksian awal mengontrol secara berlebihan (micro management).
dan pencegahan kecurangan. Menurut Sandhu Indikasi penyalahgunaan aset dapat diperhatikan dari
(2016), karakteristik perilaku yang menunjukkan perbedaan perilaku karyawan, masalah karakter,
indikasi kecurangan dapat dikaitkan dengan teori gaya hidup yang mewah, kecenderungan untuk
fraud triangle. Tiga faktor seperti tekanan atau menyalahkan orang lain, dan sebagainya. Ciri-ciri
motivasi (pressure), kesempatan (opportunity), dan perilaku yang mengindikasi terjadinya korupsi
rasionalisasi (rationalization) dapat menunjukkan adalah kedekatan di antara pihak internal dan pihak
perilaku yang bersifat abnormal pada pelaku eksternal seperti kontraktor, ketidaklaziman dalam
kecurangan. Sebagai contoh, indikasi kecurangan proses pemilihan kontraktor atau pemasok, serta
yang terkait dengan tekanan atau motivasi adalah pencatatan akuntansi yang menunjukkan anomali.
ambisi yang berlebihan serta masalah pribadi terkait Menurut Chartered Global Management
dengan finansial atau legal. Selain itu, rasionalisasi Accountant (CGMA), seorang anggota profesional
pada kecurangan dapat menunjukkan tanda-tanda perlu memiliki pengalaman, pelatihan, keterampilan,
seperti ketidakpuasan pada pekerjaan dan sifat yang pola pikir, dan bersifat skeptis terhadap setiap
cenderung menyembunyikan sesuatu. Indikasi kemungkinan atau indikasi terjadinya kecurangan
kecurangan terkait dengan kesempatan adalah (fraud). Selain itu, beberapa teknik akuntansi
penolakan untuk cuti dan perpanjangan jam kerja forensik yang dapat diterapkan dalam mengenali dan
tanpa alasan yang jelas. menganalisis anomali yang berpotensi sebagai
Gambar 8. kecurangan. Teknik-teknik tersebut adalah
Integrasi Indikasi Kecurangan (Red Flags) pemahaman latar belakang kecurangan (background
dengan Teori Fraud Triangle reading), perbandingan dengan tolak ukur
(benchmarking), analisis rasio (ratio analysis),
penilaian risiko (risk assessment), analisis
pengendalian internal (systems analysis), pemodelan
matematika (mathematical modelling), pelaporan
pengecualian (exception reporting), dan penggunaan
perangkat lunak spesialis (CGMA, 2012).
CGMA (2012) menjelaskan bahwa
pemahaman latar belakang (background reading)
merupakan teknik dalam memperbarui wawasan
Sumber: Sandhu, 2016
mengenai isu kecurangan melalui media seperti
internet, berita, buku, dan sebagainya. Perbandingan
Penelitian dari Sandhu (2020) membuktikan
dengan tolak ukur (benchmarking) adalah teknik
bahwa pelaku kecurangan seringkali menunjukkan
yang membandingkan antara satu periode dengan
indikator kecurangan (red flags) yang dapat
periode lainnya serta membandingkan kinerja dari
diobservasi dari perilaku yang bersifat tidak lazim.
perusahan dengan standar industri. Analisis rasio
Observasi oleh kolega dari pelaku kecurangan
dilakukan untuk mengidentifikasi tren atau
biasanya merupakan pendeteksian awal kecurangan
kecenderungan pola yang bersifat abnormal.
yang bersifat efektif. Feess dan Timofeyev (2020)
Penilaian risiko dilakukan dengan menguji secara
menjelaskan bahwa indikasi kecurangan seperti sifat
spesifik berdasarkan sistem manajemen risiko yang
karyawan yang licik (wheeler-dealer attitude) dapat
sudah dirancang. Analisis sistem pengendalian
meningkatkan kemungkinan kecurangan seperti
internal berfungsi untuk mengidentifikasi kelemahan
penyalahgunaan aset. Indikasi kecurangan yang lain
kontrol internal yang mampu menjadi kesempatan
tidak seharusnya diabaikan dan perlu diinvestigasi
bagi pelaku kecurangan. Pemodelan matematika
lebih lanjut untuk menghindari kerugian yang masif
(mathematical modelling) menggunakan model
bagi korporasi.
spesialis seperti Benford’s Law dan pemodelan
Singleton dan Singleton (2010)
database dengan tujuan untuk menemukan
menjelaskan bahwa terdapat beberapa tanda yang
penyimpangan. Pelaporan pengecualian (exception
dapat mengindikasikan kecurangan berdasarkan tiga
reporting) merupakan teknik di mana sistem dapat
jenis kategori kecurangan. Indikasi-indikasi (red
menemukan adanya hasil yang bersifat jauh dari
flags) pada manipulasi laporan keuangan berupa
batas nilai pengecualian. Perangkat lunak khusus
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 294
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

untuk audit forensik juga digunakan dalam 4.3 Penggunaan Anti-Fraud Control sebagai
melakukan analisis pencocokan data (data Upaya Pencegahan Kecurangan
matching). Berdasarkan data ACFE (2020), kontrol yang
Debnath (2017) berpendapat bahwa metode paling banyak digunakan oleh organisasi adalah
atau teknik yang bersifat statistik mampu membantu audit eksternal sebesar 83%. Namun, perlu diketahui
akuntan forensik dalam menemukan penyimpangan bahwa audit eksternal tidak dirancang untuk
mendeteksi kecurangan, melainkan diperuntukkan
data yang bersifat abnormal pada jumlah data yang
untuk memeriksa kepatuhan laporan keuangan
besar. Teknik seperti penambangan data (data
terhadap standar akuntansi yang berlaku. Kesimli
mining), pencocokan data (data matching), dan (2019) menjelaskan bahwa kecurangan yang
pemodelan Benford’s Law sering digunakan dalam bersifat kompleks umumnya tidak terdeteksi oleh
mendeteksi kecurangan. Eko et al. (2020) auditor eksternal. Berdasarkan grafik sebelumnya,
menjelaskan bahwa teknik data mining adalah audit eksternal hanya mampu mendeteksi 4% kasus
penggunaan perangkat lunak dalam melakukan kecurangan dari total keseluruhan kasus. Sebaliknya,
ekstraksi terhadap informasi prediktif yang bersifat penghargaan bagi pelapor merupakan kontrol yang
tersembunyi. Selain itu, teknik tersebut dapat bersifat kurang umum sebesar 13%. Kurangnya
mencari data yang tidak normal dan mencurigakan. apresiasi bagi pihak pelapor terutama karyawan
Menurut Oyedokun (2017), teknik data matching dapat menyebabkan rendahnya motivasi untuk
mengambil risiko dalam melaporkan kecurangan di
adalah teknik pendeteksian kecurangan dengan
organisasi.
mengidentifikasi adanya duplikasi data.
Gambar 9.
Model Benford’s Law merupakan salah satu
Kontrol Anti Kecurangan (Anti Fraud Control)
teknik akuntansi forensik yang utama dalam yang Umum Digunakan
mendeteksi adanya duplikasi data yang bersifat
abnormal. Model tersebut memberikan frekuensi
yang diekspektasi dari data akuntansi yang sudah
ditabulasi. Indikasi kecurangan dapat dideteksi
apabila terdapat ketidaksesuaian hasil dengan model
Benford’s Law pada situasi tertentu. Tujuan uji yang
berbasis digit tersebut adalah mendeteksi
kecurangan di mana pelaku melakukan duplikasi
pada data secara berlebihan atau kesalahan yang
bersifat sistematis (Nigrini, 2020). Efektivitas dari
model Benford’s Law juga didukung oleh penelitian
dari Horton et al. (2020) yang membuktikan bahwa Sumber: ACFE Global, 2020
pemodelan matematika tersebut mampu untuk
Data ACFE Indonesia (2019) menunjukkan bahwa
mengindikasikan kemungkinan terjadinya
kontrol anti kecurangan yang mayoritas diterapkan
kecurangan dalam proses pendeteksian.
oleh organisasi adalah kebijakan anti fraud sebesar
Bănărescu (2015) menjelaskan bahwa sistem 14%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
pendeteksian kecurangan dengan menggunakan berupa kode etik dan budaya perusahaan menjadi
teknik analisis data bersifat penting seiring dengan pedoman dalam mencegah terjadinya kecurangan di
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. suatu organisasi. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan
Selain itu, kelebihan dari teknik analitis adalah di Indonesia menunjukkan tingkat penggunaan
pendeteksian kecurangan dapat dilakukan dalam hotline atau sistem pelaporan pelanggaran yang
durasi waktu singkat dan mampu menghasilkan minim yaitu sebesar 2%. Persentase tersebut
analisis dengan akurasi data yang tinggi. Efisiensi menunjukkan bahwa organisasi-organisasi di
dalam menggunakan metode analitis dengan baik Indonesia masih kurang memperhatikan efektivitas
saluran hotline dalam menerima pelaporan (tip).
mampu menaikkan tingkat pendeteksian kecurangan
berikutnya dan mencegah terjadinya kecurangan di
korporasi. Namun, terdapat keterbatasan yang
berkaitan dengan teknik analitis yang bersifat
proaktif ini dibandingkan metode lainnya yaitu dari
segi biaya yang mahal. Selain itu, perusahaan
cenderung untuk tidak melakukan pendeteksian
kecurangan tanpa adanya indikasi kecurangan yang
mendorong investigasi lebih lanjut.

p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 295


JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

Gambar 10. dibandingkan metode pasif seperti laporan,


Kontrol Anti Kecurangan (Anti Fraud Control) kebetulan, dan lain-lain.
yang Umum Digunakan di Indonesia Peran akuntansi forensik bersifat vital dalam
mendeteksi dan mencegah kecurangan pada
organisasi secara proaktif. Metode analitis forensik
(forensic analytics) yang bersifat statistik membantu
akuntan forensik untuk menemukan penyimpangan
data dalam jumlah yang besar dengan tingkat akurasi
pendeteksian yang tinggi. Menurut CGMA (2012),
teknik-teknik tersebut berguna dalam menilai
kelayakan suatu indikasi kecurangan untuk
ditindaklanjuti dan diinvestigasi. Teknik-teknik
Sumber: ACFE Indonesia, 2019 tersebut juga melibatkan penggunaan perangkat
lunak statistik dalam proses analisis data. Contoh
teknik akuntansi forensik yang umum digunakan
Perusahaan dapat meningkatkan persepsi adalah data mining, pencocokan data (data
terhadap deteksi (perception of detection) untuk matching), Benford’s Law, analisis rasio,
mencegah kecurangan oleh karyawan. Program- perbandingan dengan tolak ukur, dan sebagainya.
program seperti pelatihan anti fraud, kebijakan Fungsi dari metode-metode analitis tersebut adalah
fraud yang bersifat proaktif, audit mendadak untuk memerika duplikasi data dan abnormalitas
(surprise audit), peningkatan penggunaan reviu yang seringkali sulit untuk dideteksi dalam jumlah
analitis, dan program pelaporan yang memadai transaksi yang besar. Walaupun metode analitis
mampu meningkatkan persepsi karyawan bahwa forensik mampu menemukan kecurangan dalam
setiap kecurangan yang dilakukan mampu durasi waktu yang singkat serta tingkat kesalahan
dideteksi dengan mudah. Audit mendadak dapat (error) yang rendah, penerapan metode tersebut
mencegah pelaku kecurangan dalam memerlukan biaya yang mahal. Selain itu,
menghancurkan atau menyembunyikan dokumen perusahaan cenderung bergantung pada metode pasif
yang terkait. Program pelaporan pada organisasi dibandingkan proaktif dalam mendeteksi
perlu menekankan bahwa perusahaan secara aktif kecurangan.
mendukung karyawan dalam melaporkan segala
bentuk kecurangan. Selain itu, karyawan dapat 5.2. Saran
melaporkan secara anonim dengan melalui hotline Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di
atau website perusahaan. Hal tersebut bertujuan atas, penulis menyarankan agar pencegahan dan
untuk memberikan keyakinan bagi karyawan pendeteksian kecurangan pekerjaan dapat dilakukan
dalam melaporkan kecurangan (J T Wells, 2017). oleh setiap perusahaan dan instansi pemerintah di
Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
5. PENUTUP menggunakan metode akuntansi forensik yang
5.1. Kesimpulan terdiri dari metode analitis dan non analitis. Metode
Pendeteksian dan pencegahan kecurangan yang pendeteksian kecurangan tersebut bersifat signifikan
berhubungan dengan pekerjaan (occupational fraud) dalam mencegah kerugian akibat pekerjaan yang
dapat dilakukan dengan menggunakan metode non berjumlah besar dan berimplikasi pada kelangsungan
analitis dan metode analitis. Metode non analitis usaha suatu entitas. Rekomendasi bagi peneliti
seperti laporan (tip), kebetulan, penegakan hukum, selanjutnya adalah untuk mengembangkan kajian
dan metode lainnya merupakan pendekatan yang secara literatur mengenai praktik pendeteksian
bersifat pasif dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan pekerjaan (occupational fraud) di
kecurangan. Namun, berdasarkan Report to the Indonesia. Penelitian dengan topik metode
Nations ACFE (2020), pelaporan (tip) merupakan pendeteksian secara akuntansi forensik masih
metode yang mendeteksi paling banyak kecurangan bersifat minim, sehingga diperlukan pengembangan
yaitu sebesar 43% selain audit internal dan ulasan lebih lanjut.
manajemen. Pelaporan kecurangan biasanya
dilakukan oleh karyawan perusahaan melalui sistem DAFTAR PUSTAKA
pelaporan pelanggaran (whistleblowing system)
berupa hotline. Kerugian organisasi dapat meningkat ACFE. 2018. Report To The Nations: 2018 Global
seiring dengan durasi kecurangan yang belum Study on Occupational Fraud and Abuse. In
terdeteksi. Hasil survei tersebut juga menunjukkan Report to the Nations (Vol. 10).
bahwa metode pendeteksian yang bersifat proaktif ACFE. 2020a. Report to the nations - 2020 global
seperti pengawasan, ulasan manajemen,
study on occupational fraud and abuse.
pemeriksaan dokumen, dan sebagainya mampu
ACFE. 2020b. Report to the nations - 2020 global
mendeteksi kecurangan dalam jangka waktu 7-12
study on occupational fraud and abuse (Asia-
bulan dengan kerugian yang bersifat minim
pacific edition).
ACFE Indonesia. 2019. Survei Fraud Indonesia
p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 296
JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

2019. In Acfe Indonesia Chapter. Kesimli, I. 2019. External Audit from Quality
American Institute of Certified Public Accountants Perspective. In Accounting, Finance,
(AICPA). 2017. Audit Guide: Audit Data Sustainability, Governance and Fraud.
Analytics and Analytical Procedures. AICPA. Springer Singapore.
Arens, A. ., Randal, E. ., Beasley, M. S., & Hogan, https://doi.org/10.1007/978-981-13-0526-9_1
C. . 2017. Auditing and assurance services: An Khemakhem, H., Fontaine, R., Smaili, N., & Zaman,
integrated approach. In Sixteenth Edition. M. 2021. Whistleblowing Regulations And The
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Role Of Audit Committees: Insight From
2020. Report To the Nations 2020 Global Interviews. Journal of Management and
Study on Occupational Fraud and Abuse. Governance. https://doi.org/10.1007/s10997-
Bănărescu, A. .2015. Detecting and Preventing 021-09602-9
Fraud with Data Analytics. Procedia Mansour, A. Z., Ahmi, A., Popoola, O. M. J., &
Economics and Finance. 32(15), 1827–1836. Znaimat, A. 2021. Discovering The Global
https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)01485- Landscape Of Fraud Detection Studies: A
9 Bibliometric Review. Journal of Financial
Chartered Global Management Accountant Crime. 29(2), 701–720.
(CGMA). 2012. Fraud Risk Management: A https://doi.org/10.1108/JFC-03-2021-0052
guide to good practise. May, O. 2016. Fighting Fraud and Corruption in the
http://www.cgma.org/Resources/Reports/Dow Humanitarian and Global Development
nloadableDocuments/fraudriskmanagement.pd Sector. In Fighting Fraud and Corruption in
f the Humanitarian and Global Development
Chartered Professional Accountants of Canada (CPA Sector. Gower Book.
Canada). 2016. Audit Data Analytics Alert: https://doi.org/10.4324/9781315558301
Keeping up with the Pace of Change. CPA Nigrini, M. J. 2020. Forensic Analytics: Methods
Canada. and Techniques for Forensic Accounting
Corona, C., & Randhawa, R. S. 2018. The value of Investigations (Second Edi). John Wiley &
confession: Admitting mistakes to build Sons, Inc. https://doi.org/10.1007/978-3-319-
reputation. Accounting Review. 93(3), 133– 19614-5_11
161. https://doi.org/10.2308/accr-51893 Oyedokun, G. E. 2017. Forensic Accounting
Debnath, R. K. T. J. 2017. Forensic accounting: a Investigation Techniques: Any
blend of knowledge. Journal of Financial Rationalization? SSRN Electronic Journal.
Regulation and Compliance. 25(1), 73–85. https://doi.org/10.2139/ssrn.2910318
https://doi.org/10.1108/JFRC-05-2016-0043 Oyerogba, E. O. 2021. Forensic Auditing
Eko, E. U., Adebisi, A. W., & Moses, E. J. 2020. Mechanism And Fraud Detection: The Case
Evaluation of Forensic Accounting Techniques Of Nigerian Public Sector. Journal of
in Fraud Prevention / Detection in the Accounting in Emerging Economies, 11(5),
Banking Sector in Nigeria. International 752–775. https://doi.org/10.1108/JAEE-04-
Journal of Finance and Accounting. 9(3), 56– 2020-0072
66. https://doi.org/10.5923/j.ijfa.20200903.02 Sandhu, N. 2016. Behavioural Red Flags of Fraud -
Fadli, M. R. 2021. Memahami Desain Metode A Qualitative Assessment. Journal of Human
Penelitian Kualitatif. Humanika, Kajian Values. 22(3), 221–237.
Ilmiah Mata Kuliah Umum. 21(1), 2579–4248. https://doi.org/10.1177/0971685816650579
https://doi.org/10.21831/hum.v21i1. Sandhu, N. 2020. Behavioral Red Flags Of Fraud: A
Feess, E., & Timofeyev, Y. 2020. Behavioral Red Gender-Based Ex Post Analysis. Journal of
Flags And Loss Sizes From Asset Financial Crime. 27(4), 1307–1322.
Misappropriation: Evidence From The Us. https://doi.org/10.1108/JFC-04-2020-0048
Advances in Accounting Behavioral Research. Silverstone, H., Pedneault, S., Sheetz, M., &
23, 77–117. https://doi.org/10.1108/S1475- Rudewicz, F. 2012. Forensic Accounting And
148820200000023004 Fraud Investigation 3rd Edition. John Wiley
Hess, M. F., & Cottrell, J. H. 2016. Fraud Risk & Sons, Inc. www.cpestore.com
Management: A Small Business Perspective. Singleton, T. W., & Singleton, A. J. 2010. Fraud
Business Horizons, 59(1), 13–18. Auditing and Forensic Accounting Fourth
https://doi.org/10.1016/j.bushor.2015.09.005 Edition (4th ed.). John Wiley & Sons, Inc.
Horton, J., Krishna Kumar, D., & Wood, A. 2020. Velasco, R. B., Carpanese, I., Interian, R., Paulo
Detecting Academic Fraud Using Benford Neto, O. C. G., & Ribeiro, C. C. 2021. A
Law: The Case Of Professor James Hunton. Decision Support System For Fraud Detection
Research Policy. 49(8), 104084. In Public Procurement. International
https://doi.org/10.1016/j.respol.2020.104084 Transactions in Operational Research. 28(1),

p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 297


JURNAL MANEKSI VOL 11, NO. 1, BULAN JUNI TAHUN 2022

27–47. https://doi.org/10.1111/itor.12811
Wells, J T. 2017. Corporate Fraud Handbook:
Prevention and Detection. Wiley.
https://books.google.co.id/books?id=gLZpDg
AAQBAJ
Wells, Joseph T., & ACFE. 2017. Corporate Fraud
Handbook: Prevention and Detection Fifth
Edition. In Corporate Fraud Handbook (Fifth
Edit). John Wiley & Sons, Inc.
https://doi.org/10.1002/9781119351962

p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 298


JURNAL MANEKSI VOL …, NO. …, JUNI TAHUN 2022

p-ISSN: 2302-9560/e-ISSN: 2597-4599 299

You might also like