Professional Documents
Culture Documents
Laporan Praktikum ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam Praktikum Fisiologi
Oleh :
Kelompok 9
1. Fajria Shofa Rahma U – 11181330000122
2. Annisa Ayu Wardani – 11181330000094
3. Ananda Fadhila Putri – 11181330000110
4. Hanun Raihan FS – 11181330000008
5. Retno Ayu – 11181330000102
6. Fadilah Muan – 11181330000040
7. Shafiya Fatiha Rahmi – 11181330000023
8. M. Syafril MSL – 11181330000111
9. Wipan Kurniawan – 11181330000080
10. Aisya Tazkia – 11181330000088
11. Dendi A – 11181330000056
12. Khair El Nisa – 11181330000065
13. Tsamara Zakiyyah (2015 ) - 11151030000074
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
MUSCLE PERFORMANCE TEST
A. PURPOSE
a. healthy
ii. have lunch at least two hours before the time of the test
1. Do the sit up, push up, and vertical jump test on each group member.
3. Record the result and write a group report (see attachment: Guidelines for
Muscle Performance Test Report).
4. The report is due 1 week after the laboratory work, and has to be submitted to
the Department of Physiology administration office (Tata Usaha Departemen
Fisiologi).
D. Hasil
1. Push Up
a. Female
b. Male
2. Sit Up
a. Female
b. Male
3. Vertical Jump
a. Female
b. Male
E. Pembahasan
1. Push Up
Pada percobaan push up, OP laki – laki dapat melakukan push up sebanyak 45
kali dalam waktu 1 menit, dimana population average pada umurnya adalah 29,
rating yang didapat adalah average yang menandakan bahwa kekuatan untuk push
upnya normal di umurnya.
2. Sit up
Pada percobaan sit up, otot – otot yang bekerja adalah m. rectus
abdominis, m. transverse abdominis, m. external oblique, m. internal oblique,
m. tensor fasciae latae dan m. rectus femoris.
OP laki – laki berusia 18 tahun dapat melakukan sit up sebanyak 40
kali, dimana pada usia 18 tahun, rata – rata yang bisa didapat melakukan
sebanyak 46 kali dan mendapat rating fair. Hal ini menunjukkan bahwa
kekuatan otot pada OP ketika melakukan sit up tidak bermasalah karna masih
berada dibatas wajar.
OP perempuan berusia 18 tahun dapat melakukan sit up sebanyak 17
kali, dimana pada perempuan dengan usia 18 tahun, population averagenya
adalah 42, dan didapat rating poor.
OP perempuan ini adalah orang yang sama dengan OP perempuan
ketika hanya bisa push up sebanyak 27 kali, yang menunjukkan bahwa
kekuatan otot yang digunakan ketika push up jauh lebih kuat dibandingkan
kekuatan otot yang digunakan ketika sit up.
3. Vertical Jump.
Pada percobaan vertical jump, otot – otot yang digunakan adalah m.
quadriceps femoris. Ketika m. quadriceps femoris ini berkontraksi secara
explosive, tubuh kita dapat melompat sesuai kekuatan otot tersebut.
Pada OP laki – laki 18 tahun, dia dapat melompat setinggi 63 cm,
dimana population average pada umur 18 adalah 49,53 cm dan mendapat
rating excelent. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan explosive m. quadrisep
femoris OP laki – laki ini sangatlah baik.
Pada OP perempuan 18 tahun, dia dapat melompat setinggi 26 cm,
dimana population average pada perempuan berumur 18 tahun adalah 33,528
cm dengan rating fair. Hal ini menunjukkan bahwa m. quadriceps femoris
pada perempuan ini dalam batas rata-rata.
F. Kesimpulan.
Pada saat melakukan push up, sit up dan vertical jump. Banyak otot –
otot yang bekerja. Pada saat push up otot – otot yang bekerja adalah m. trisep,
m. pectoralis major, m. deltoideus, m. serratus anterior dan m.
coracobrachialis. Ketika sit up otot – otot yang bekerja adalah m. rectus
abdominis, m. transverse abdominis, m. external oblique, m. internal oblique,
m. tensor fasciae latae dan m. rectus femoris. Dan pada saat vertical jump otot
– otot yang bekerja adalah m. quadriceps femoris.
Daftar Pustaka
TUJUAN
PRINSIP KERJA
Mencatat tinggi mekanomiogram hasil kontraksi otot fleksor jari telunjuk yang
menarik ergograf jari pada berbagai beban kerja (frekuensi kontraksi dan berat
beban) dan kondisi kerja (keadaan peredaran darah local, faktor istirahat dan
massage).
1. Instruksi OP untuk melakukan satu tarikan tiap detik menurut irama metronom
di ruang praktikum, sampai ½ putaran tombol.
2. Setiap kali setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari OP dari pelatuk
sehingga pelatuk kembali ke tempat semula.
3. Selama melakukan percobaan, OP tidak boleh memperhatikan hasil kerjanya.
Percobaan selanjutnya (langkah 6 s/d 10) dilakukan terus menerus dengan frekuensi
tarikan tetap yaitu satu tarikan tiap 4 detik)
6. Dengan manset tetap terpasang namun tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan
yang tercatat pada kimograf.
P.KO.6. Mengapa frekuensi yang digunakan tetap satu tarikan tiap 4 detik?
Jawab: Pada kimograf terlihat bahwa semua garis tingginya sejajar. Ini yang
dinamakan steady state yaitu selama kerja terdapat pemulihan sempurna,
sehingga tidak terjadi kelelahan. Pemulihan sempurna tersebut tampak dari
jeda tiap 4 detik sebelum otot melakukan kontraksi kembali.
10. Teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh faktor oklusi tidak terlihat
lagi.
3. Sambil dicatat, lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol.
1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan.
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan OP dan berikan pebebanan yang
cukup berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan
ujung pencatat yang kecil.
3. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi
kelelahan total, atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahankan. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan kanan OP selama melakukan percobaan ini.
4. Hentikan tindakan oklusi segera setelah OP merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP setelah percobaan
dihentikan.
TUJUAN
Memahami pengaruh perubahan panjang awal akibat perubahan sikap tubuh terhadap
kekuatan kontraksi otot pada manusia.
PRINSIP KERJA
Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor tungkai pada berbagai sikap
tubuh dengan menggunakan dinamometer.
TATA KERJA
HASIL
Dari percobaan yang telah dilakukan kami mendapatkan data sebagai berikut:
Pria 16 12 13 11 19 16
Wanita 8 13 8 8 9 14
Pria 9 10 12 10 5 4
Wanita 7 5 10 7 3 4
Apakah terdapat perbedaan kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor pada
berbagai sikap tersebut? Jelaskan jawaban anda!
Ya, dari data yang kami dapat kekuatan kontraksi otot ektensor yang terbesar tejadi
pada sikap berbaring terlentang sedangkan untuk fleksor pada sikap duduk
membungkuk halan ini dikarenakan saat posisi tersebut terjadi peregangan otot
terbesar.
PENGUKURAN BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DITAHAN OLEH
OTOT BISEP PADA BERBAGAI SUDUT SENDI
TUJUAN
Menguji konsep bahwa perbedaan sudut sendi akan mengubah panjang otot dan
keuntungan mekanisnya yang akibatnya adalah berat beban maksimum yang mampu
ditahan akan bervariasi.
PRINSIP KERJA
Menetapkan berat beban yang dapat ditahan oleh lengan pada berbagai sudut fleksi
sendi siku.
TATA KERJA
20 7 kg
45 11 kg
60 15 kg
90 21 kg
120 7 kg
25
20
15
10
0
20 45 60 90 120
Dari percobaan ini, didapatkan bahwa otot bisep dapat menahan beban
maksimum pada sudut 90 derajat. Pada saat otot bisep berada di posisi 90 derajat,
jarak antara lengan beban dan sendi siku yang menjadi titik tumpu adalah 0 cm,
sehingga otot tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk mencegah beban jatuh, karena
tulang ikut berperan dalam menahan beban sehingga beban semaksimal mungkin
dapat ditahan. Sedangkan pada sudut 120 derajat, beban yang diberikan tidak ditahan
oleh otot bisep, namun oleh otot trisep.
Pada sudut fleksi 90 derajat pula otot berada pada keuntungan mekanis
maksimal, karena posisi beban segaris dengan titik tumpu. Semakin dekat posisi
beban dengan titik tumpu, maka semakin sedikit gaya yang dibutuhkan. Hal ini
terbukti dengan data yang didapatkan dari praktikum ini, bahwa beban maksimal yang
dapat ditahan pada posisi 20 derajat, dimana beban berada jauh dari titik tumpu lebih
kecil daripada beban yang dapat ditahan pada posisi 45 derajat, dan beban maksimal
yang dapat ditahan pada posisi 45 derajat lebih kecil daripada beban maksimal pada
posisi 60 derajat, dimana posisi beban semakin mendekati titik tumpu.
Maka dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot dipengaruhi
oleh derajat posisi sendi serta jarak antara beban dan titik tumpu sendi. Karena
semakin dekat beban dengan titik tumpu, penekukan otot lebih optimal sehingga otot
dapat menahan beban maksimal.
REFERENSI
Jeongok Yang, PhD, Joongsook Lee, PhD, Bomjin Lee, PhD, Seounghoon Kim,
Dongho Shin, Younghyun Lee, Jaeseok Lee, Dongwook Han, PhD,
PT, and Sunkoung Choi. The Effects of Elbow Joint Angle Changes on Elbow Flexor
and Extensor Muscle Strength and Activation. Journal of Physical Therapy
Science:2014. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4135202/