You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MUSCULO SCELETAL

MODUL : MUSCULOSCELETAL SENSORY AND INTEGUMENT

Laporan Praktikum ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam Praktikum Fisiologi

Oleh :
Kelompok 9
1. Fajria Shofa Rahma U – 11181330000122
2. Annisa Ayu Wardani – 11181330000094
3. Ananda Fadhila Putri – 11181330000110
4. Hanun Raihan FS – 11181330000008
5. Retno Ayu – 11181330000102
6. Fadilah Muan – 11181330000040
7. Shafiya Fatiha Rahmi – 11181330000023
8. M. Syafril MSL – 11181330000111
9. Wipan Kurniawan – 11181330000080
10. Aisya Tazkia – 11181330000088
11. Dendi A – 11181330000056
12. Khair El Nisa – 11181330000065
13. Tsamara Zakiyyah (2015 ) - 11151030000074

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
MUSCLE PERFORMANCE TEST

In 1994, Bouchard and Shepard proposed a model describing the relationships


among physical activity, fitness, and health. They defined fitness as "matching of the
individual to his or her physical and social environment" and pointed out that the two
goals of fitness were performance and health. Performance-related fitness was
proposed to include motor skills; cardiorespiratory power and capacity; muscular
power, strength, and endurance; body size; body composition; motivation; nutritional
status; and genetics. Health-related fitness was defined as having "an ability to
perform daily activities with vigor" and a low risk of developing degenerative
diseases. The components of health-related fitness include body composition, strength
and endurance, cardiovascular and respiratory function, and intracellular metabolism.
Clearly, these two goals of fitness lie on a continuum.1 As clearly stated above, a
musculoskeletal assessment is essential to determine a person’s overall fitness level. It
can also identify specific areas of strength and weakness so a person will be able to
plan his/her exercise accordingly. In this lab work, you will try some of the available
online muscle performance assessment rewritten from ExRx.net (Exercise
Prescription on the Net - http://www.exrx.net/index.html). Try these exercises on your
group members. Try these exercises, and then write a group report as stated by the
Guidelines of the Lab Report on Muscle Physiology (see attachment). The indepth
analysis will require you to explore various subject related to musculoskeletal work,
sometimes from outside of the physiological standpoint.

A. PURPOSE

1. To evaluate muscle performance using a set of muscle performance tests.

2. To analyze the individual and group result of muscle performance tests.

B. PREPARATION AND REQUIREMENTS


1. Read the following Lab Manual before the physiology lab session in order to
understand the assessment techniques.

2. Every group member has to be the subject of each experiment.

3. The subjects have to meet the following conditions:

a. healthy

b. have no cardiovascular and musculoskeletal conditions

c. prepare themselves to perform the test on physiology lab session; therefore


they are required to:

i. get enough sleep prior to the time of the test

ii. have lunch at least two hours before the time of the test

iii. wear comfortable clothing suitable for doing exercise

C. LABORATORY WORK PROTOCOL

1. Do the sit up, push up, and vertical jump test on each group member.

2. Calculate the result using a personal computer connected to the internet.

3. Record the result and write a group report (see attachment: Guidelines for
Muscle Performance Test Report).

4. The report is due 1 week after the laboratory work, and has to be submitted to
the Department of Physiology administration office (Tata Usaha Departemen
Fisiologi).

D. Hasil
1. Push Up
a. Female
b. Male

2. Sit Up
a. Female

b. Male
3. Vertical Jump
a. Female

b. Male
E. Pembahasan
1. Push Up

Pada percobaan push up, OP laki – laki dapat melakukan push up sebanyak 45
kali dalam waktu 1 menit, dimana population average pada umurnya adalah 29,
rating yang didapat adalah average yang menandakan bahwa kekuatan untuk push
upnya normal di umurnya.

Hal ini menunjukkan bahwa m. trisep, m. pectoralis major, m. deltoideus, m.


serratus anterior dan m. coracobrachialis dalam keadaan normal.

Pada OP perempuan, OP hanya dapat melakukan push up sebanyak 27 kali,


Sehingga rating yang didapat adalah average.

Hal ini menunjukkan bahwa m. trisep, m. pectoralis major, m. deltoideus, m.


serratus anterior dan m. coracobrachialis dalam keadaan normal.

2. Sit up
Pada percobaan sit up, otot – otot yang bekerja adalah m. rectus
abdominis, m. transverse abdominis, m. external oblique, m. internal oblique,
m. tensor fasciae latae dan m. rectus femoris.
OP laki – laki berusia 18 tahun dapat melakukan sit up sebanyak 40
kali, dimana pada usia 18 tahun, rata – rata yang bisa didapat melakukan
sebanyak 46 kali dan mendapat rating fair. Hal ini menunjukkan bahwa
kekuatan otot pada OP ketika melakukan sit up tidak bermasalah karna masih
berada dibatas wajar.
OP perempuan berusia 18 tahun dapat melakukan sit up sebanyak 17
kali, dimana pada perempuan dengan usia 18 tahun, population averagenya
adalah 42, dan didapat rating poor.
OP perempuan ini adalah orang yang sama dengan OP perempuan
ketika hanya bisa push up sebanyak 27 kali, yang menunjukkan bahwa
kekuatan otot yang digunakan ketika push up jauh lebih kuat dibandingkan
kekuatan otot yang digunakan ketika sit up.

3. Vertical Jump.
Pada percobaan vertical jump, otot – otot yang digunakan adalah m.
quadriceps femoris. Ketika m. quadriceps femoris ini berkontraksi secara
explosive, tubuh kita dapat melompat sesuai kekuatan otot tersebut.
Pada OP laki – laki 18 tahun, dia dapat melompat setinggi 63 cm,
dimana population average pada umur 18 adalah 49,53 cm dan mendapat
rating excelent. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan explosive m. quadrisep
femoris OP laki – laki ini sangatlah baik.
Pada OP perempuan 18 tahun, dia dapat melompat setinggi 26 cm,
dimana population average pada perempuan berumur 18 tahun adalah 33,528
cm dengan rating fair. Hal ini menunjukkan bahwa m. quadriceps femoris
pada perempuan ini dalam batas rata-rata.

F. Kesimpulan.
Pada saat melakukan push up, sit up dan vertical jump. Banyak otot –
otot yang bekerja. Pada saat push up otot – otot yang bekerja adalah m. trisep,
m. pectoralis major, m. deltoideus, m. serratus anterior dan m.
coracobrachialis. Ketika sit up otot – otot yang bekerja adalah m. rectus
abdominis, m. transverse abdominis, m. external oblique, m. internal oblique,
m. tensor fasciae latae dan m. rectus femoris. Dan pada saat vertical jump otot
– otot yang bekerja adalah m. quadriceps femoris.

Daftar Pustaka

Sherwood L. 2014. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta:EGC


KELELAHAN OTOT PADA MANUSIA

TUJUAN

1. Memahami perbedaan kerja steady state dan kerja dengan kelelahan.


2. Memahami pengaruh berbagai faktor eksternal (beban kerja) dan internal
(aliran darah local, waktu istirahat dan massage) terhadap kerja otot.
3. Mendeteksi berbagai perubahan yang terjadi akibat berbagai faktor pada butir
2 (baik melalui analisis hasil mekanomiogram maupun analisis pada OP) dan
menjelaskan mekanisme yang mendasari terjadinya berbagai perubahan
tersebut.

PRINSIP KERJA

Mencatat tinggi mekanomiogram hasil kontraksi otot fleksor jari telunjuk yang
menarik ergograf jari pada berbagai beban kerja (frekuensi kontraksi dan berat
beban) dan kondisi kerja (keadaan peredaran darah local, faktor istirahat dan
massage).

ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Kimograf + kertas + perekat + kipas kimograf dengan berbagai ukuran


2. Manset stigmomanometer
3. Ergograf
4. Metronom (frekuensi 1 detik)
TATA KERJA

I. PERSIAPAN ALAT DAN ORANG PERCOBAAN (OP)


1. Pasang semua alat sesuai dengan Gambar KO-1.
2. OP duduk di samping ergograf dan meletakkan lengan kanan bawah
pada papan fiksasi ergograf jari, sesuai petunjuk Gambar KO-1.
3. Pasang metronome (mintalah bantuan petugas laboratorium).

II. SYARAT PENCATATAN


1. Pencatatan dilakukan pada tromol yang berputar.
2. Kecepatan putaran tromol disesuaikan dengan frekuensi tarikan jari
sehingga menghasilkan mekanomiogram yang baik (hemat kertas
namun tetap dapat terlihat perubahan tinggi antara satu
mekanomiogram dengan mekanomiogram berikutnya).
3. Perubahan frekuensi kerja dilakukan dengan mengubah frekuensi
tarikan dengan referensi motronom yang berfrekuensi 1 detik.
4. Perubahan beban beban kerja dilakukan dengan mengatur pegas dan
susunan tuas pada ergograf jari.
P.KO.1. Bagaimana cara mengatur berat pembebanan ergograf jari?
Jawab: Perubahan beban beban kerja dilakukan dengan mengatur pegas dan
susunan tuas pada ergograf jari.

III. PROSES PENCATATAN


KERJA STEADY STATE DAN PENGARUH GANGGUAN
PEREDARAN DARAH

1. Instruksi OP untuk melakukan satu tarikan tiap detik menurut irama metronom
di ruang praktikum, sampai ½ putaran tombol.
2. Setiap kali setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari OP dari pelatuk
sehingga pelatuk kembali ke tempat semula.
3. Selama melakukan percobaan, OP tidak boleh memperhatikan hasil kerjanya.

P-KO.2. Apa yang dimaksud dengan kerja steady state?


Jawab : Kerja steady state adalah suatu mekanisme percobaan dimana pada
OP (objek percobaan) melakukan tarikan pada alat yang tersedia yang dapat
dinyatakan sebagai mekanisme kontraksi otot dengan waktu
istirahat/relaksasi selama kira-kira 4 detik sebelum melakukan kontraksi
kembali.

4. Setelah OP beristirahat 5 menit, pasang manset stigmomanometer pada lengan


atas kanan.
5. Sebagai latihan, lakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas
dengan jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut a. radialis tak
teraba lagi.

P.KO.3. Apa yang dimaksud dengan oklusi pada percobaan ini?


Jawab: Oklusi adalah penutupan pembuluh darah arteri dan vena karena
tekanan dari luar.

P.KO.4. Bagaimana kita mengetahui bahwa oklusi sudah tercapai pada


latihan ini?
Jawab: Tanda-tanda oklusi adalah saat pembuluh darah distal dari tempat
oklusi berisi darah tetapi denyut menghilang. Pada percobaan ini digunakan
frekuensi 4 detik juga karena menggunakan OP dan beban yang sama.

Percobaan selanjutnya (langkah 6 s/d 10) dilakukan terus menerus dengan frekuensi
tarikan tetap yaitu satu tarikan tiap 4 detik)

6. Dengan manset tetap terpasang namun tanpa oklusi, lakukan 12 kali tarikan
yang tercatat pada kimograf.

P.KO.6. Mengapa frekuensi yang digunakan tetap satu tarikan tiap 4 detik?
Jawab: Pada kimograf terlihat bahwa semua garis tingginya sejajar. Ini yang
dinamakan steady state yaitu selama kerja terdapat pemulihan sempurna,
sehingga tidak terjadi kelelahan. Pemulihan sempurna tersebut tampak dari
jeda tiap 4 detik sebelum otot melakukan kontraksi kembali.

7. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset


dengan cepat sampai denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.
8. Berilah tanda pada kurva, saat denyut nadi a. radialis tidak teraba lagi.
9. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan di dalam manset dengan cepat
sehingga peredaran darah pulih kembali.

P-KO.8. Mengapa terjadi kelelahan?


Jawab:
Kelelahan umumnya terjadi karena faktor :
a. Kekurangan oksigen
b. Kekurangan ATP / energy

P-KO.9. Bagaimana saudara mengetahui kelelahan total telah terjadi?


Jawab: Kelelahan otot OP dapat diamati dengan cara melihat pada ergograf.
Pada ergograf terlihat semakin lama garis semakin turun. Hal ini terjadi
karena dalam serabut- serabut otot kekurangan ATP.

P-KO.10. Bagaimana saudara mengetahui peredaran darah telah pulih


kembali?
Jawab: Garis di kimograf akan semakin menaik yang menandakan terjadi
pemulihan otot.

10. Teruskan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh faktor oklusi tidak terlihat
lagi.

P-KO.11. Apa tandanya pengaruh oklusi tak terlihat lagi?


Jawab: Denyut nadi terasa kembali.

PENGARUH ISTIRAHAT DAN MASSAGE

1. Latihan ini dilakukan oleh OP lain.


2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal.

P-KO.12. Mengapa beban harus sedemikian berat?


Jawab: Beban yang diberikan harus berat agar terjadi kelelahan yang nyata.

3. Sambil dicatat, lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol.

P-KO.13. Mengapa frekuensi dipercepat menjadi satu tarikan tiap detik?


Jawab: Kelelahan nyata dibuat dengan cara menaikkan frekuensi satu tarikan
tiap satu detik sehingga dengan frekuensi ini otot tidak dapat berelaksasi dan
kelelahan akan cepat terjadi.

4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan di


meja.
5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang (+- 2cm), jalankan kimograf
dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai
terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol.
6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini, lakukanlah
massage pada lengan orang percobaan.

P-KO.14. Apa tujuan massage dalam latihan ini?


Jawab: memperlancar peredaran darah agar oksigen yang terdapat dalam
darah dapat mengalir ke lengan tangan.

P-KO.15. Bagaimana kita melakukan massage?


Jawab: Dengan cara mengurut dengan tekanan kuat kearah perifer.

P-KO.16. Bagian mana dari lengan yang di-massage?


Jawab: Bagian otot-otot di lengan supaya tidak tegang.

7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang +- 2cm, jalankan kimograf


dan lakukan kembali tarikan seperti butir 5.
8. Bandingkan ke tiga ergogram yang saudara peroleh dan buat analisis hasil
percobaan tersebut serta kesimpulannya.

RASA NYERI, PERUBAHAN WARNA DAN SUHU KUL


IT KARENA ISKEMIA

1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan.
2. Pasanglah manset pada lengan atas kanan OP dan berikan pebebanan yang
cukup berat sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan
ujung pencatat yang kecil.
3. Lakukan satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi
kelelahan total, atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahankan. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan kanan OP selama melakukan percobaan ini.

P-KO.17. Bagaimana terjadinya rasa sakit pada iskemia?


Jawab: Pasang manset pada lengan atas kanan OP dan berikan pembebanan
yang cukup berat sehingga penarikan hanya akan mempe rlihatkan
penyimpangan ujung pencatat yang kecil. Lakukan satu tarikan tiap satu detik
sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan total, atau sampai terjadi
rasa sakit yang tak tertahankan.

4. Hentikan tindakan oklusi segera setelah OP merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP setelah percobaan
dihentikan.

P-KO.18. Bagaimana mekanisme terjadinya perubahan warna kulit selama


dan setelah oklusi?
Jawab: Suhu awal OP normal dan warna kulit putih. Setelah mengukur suhu
dan warna kulit terjadi perubahan suhu dan warna kulit pada si OP. Suhu
berubah menjadi terasa panas dan warna kulit menjadi terlihat agak kebiru –
biruan. Terjadi perubahan disebabkan karena aliran darah yang menuju ke
otot terhambat dan kurang mendapat oksigen karena pembebanan yang cukup
berat saat dipasangkan manset pada lengan bawah kanan OP hingga terjadi
rasa sakit yang tak tertahan.
PENGARUH SIKAP TUBUH TERHADAP KEKUATAN KONTRAKSI OTOT
EKSTENSOR DAN FLEKSOR MANUSIA

TUJUAN

Memahami pengaruh perubahan panjang awal akibat perubahan sikap tubuh terhadap
kekuatan kontraksi otot pada manusia.

PRINSIP KERJA

Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor tungkai pada berbagai sikap
tubuh dengan menggunakan dinamometer.

ALAT YANG DIPERLUKAN

Dinamometer yang dihubungkan dengan pergelangan kaki melalui sebuah katrol.

TATA KERJA

I. PERSIAPAN ALAT DAN ORANG PERCOBAAN (OP)


1. Untuk mengukur kekuatan otot fleksor tungkai, OP duduk menghadap
dinamometer; sedangkan untuk ekstensor, OP duduk membelakangi
dinamometer.
2. Untuk mengukur kekuatan otot fleksor, digunakan kawat penghubung
yang pendek ke pergelangan kaki, sedangkan untuk otot ekstensor
digunakan kawat yang panjang.

II. SYARAT PENCATATAN


1. Setiap gerakan fleksi maupun ekstensi dilakukan sebanyak 3 kali.
2. Nilai kekuatan kontraksi merupakan nilai rerata dari 3 kali pencatatan.
3. Pada waktu melakukan gerakan, tangan OP diletakkan di paha (tidak
diperkenankan berpegangan pada meja).

III. PROSES PENCATATAN

MENGUKUR KEKUATAN KERUTAN OTOT EKSTENSOR


1. OP duduk di pinggir meja, dengan posisi membelakangi timbangan dan
tungkai bawahnya tergantung secara bebas.
2. Pasang ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkan ban
kulit tersebut dengan kawat baja yang dapat menarik timbangan melalui
katrol.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan tungkainya (ekstensi lutut) sekuat
tenaga sebanyak 3 kali dan catat nilai rerata kekuatan kerutan otot
ekstensor untuk tiap sikap berikut ini:
3.1.Duduk tegak
3.2.Duduk sambil membungkukkan badan sejauh-jauhnya
3.3.Berbaring terlentang

MENGUKUR KEKUATAN KERUTAN OTOT FLEKSOR

1. OP duduk di pinggir meja, dengan posisi menghadap timbangan dan


tungkai bawahnya tergantung secara bebas.
2. Pasang ban kulit seperti pada butir 2 prosedur otot ekstensor.
3. Suruhlah orang percobaan membengkokkan tungkainya (fleksi lutut)
sekuat tenaga sebanyak 3 kali dan catat nilai rerata kekuatan kerutan otot
fleksor untuk tiap sikap seperti pada butir 3 prosedur otot ekstensor.
4. Berdasarkan hasil percobaan, jawablah pertanyaan berikut:
 Apakah terdapat perbedaan kekuatan kontraksi otot ekstensor dan
fleksor pada berbagai sikap tersebut? Jelaskan jawaban anda!

HASIL

Dari percobaan yang telah dilakukan kami mendapatkan data sebagai berikut:

KEKUATAN OTOT EKSTENSOR

OP Duduk Tegak Duduk Membungkuk Berbaring Terlentang

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

Pria 16 12 13 11 19 16
Wanita 8 13 8 8 9 14

KEKUATAN OTOT FLEKSOR

OP Duduk Tegak Duduk Membungkuk Berbaring Terlentang

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

Pria 9 10 12 10 5 4

Wanita 7 5 10 7 3 4

Apakah terdapat perbedaan kekuatan kontraksi otot ekstensor dan fleksor pada
berbagai sikap tersebut? Jelaskan jawaban anda!

Ya, dari data yang kami dapat kekuatan kontraksi otot ektensor yang terbesar tejadi
pada sikap berbaring terlentang sedangkan untuk fleksor pada sikap duduk
membungkuk halan ini dikarenakan saat posisi tersebut terjadi peregangan otot
terbesar.
PENGUKURAN BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DITAHAN OLEH
OTOT BISEP PADA BERBAGAI SUDUT SENDI

TUJUAN

Menguji konsep bahwa perbedaan sudut sendi akan mengubah panjang otot dan
keuntungan mekanisnya yang akibatnya adalah berat beban maksimum yang mampu
ditahan akan bervariasi.

PRINSIP KERJA

Menetapkan berat beban yang dapat ditahan oleh lengan pada berbagai sudut fleksi
sendi siku.

ALAT YANG DIBUTUHKAN

1. Fleksometer atau karton ukuran 60 cm x 30 cm dengan gambar busur derajat


20, 45, 60, 90, dan 120 derajat.
2. Dumbbell berbagai ukuran.

TATA KERJA

1. Lengan orang percobaan diletakkan di depan fleksometer/karton, dengan


lengan atas (bahu hingga siku) mendatar di permukaan alas. Lengan bawah
diangkat sehingga siku fleksi setinggi 20 derajat, berpatokan pada garis
penunjuk di fleksometer/karton.
2. Perkirakan berat beban yang akan mampu ditahan oleh OP pada posisi
tersebut. Letakkan dumbbell yang sesuai beratnya pada telapak tangan OP. OP
harus berusaha menahan beban sesuai dengan posisi/sudut awalnya.
3. Jika OP masih dapat menahan beban, tambahkan beban sedikit demi sedikit
hingga ia tidak lagi dapat menahan beban tersebut.
4. Catat beban maksimum yang dapat ditahan.
5. Ulangi langkah 1-4 untuk sudut selanjutnya.
6. Terapkan nilai yang diperoleh pada grafik xy dengan sumbu x untuk sudut dan
sumbu y untuk berat beban.

Sudut Beban maksimum (lengan kanan)

20 7 kg

45 11 kg

60 15 kg

90 21 kg

120 7 kg

25

20

15

10

0
20 45 60 90 120

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan ini, didapatkan bahwa otot bisep dapat menahan beban
maksimum pada sudut 90 derajat. Pada saat otot bisep berada di posisi 90 derajat,
jarak antara lengan beban dan sendi siku yang menjadi titik tumpu adalah 0 cm,
sehingga otot tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk mencegah beban jatuh, karena
tulang ikut berperan dalam menahan beban sehingga beban semaksimal mungkin
dapat ditahan. Sedangkan pada sudut 120 derajat, beban yang diberikan tidak ditahan
oleh otot bisep, namun oleh otot trisep.
Pada sudut fleksi 90 derajat pula otot berada pada keuntungan mekanis
maksimal, karena posisi beban segaris dengan titik tumpu. Semakin dekat posisi
beban dengan titik tumpu, maka semakin sedikit gaya yang dibutuhkan. Hal ini
terbukti dengan data yang didapatkan dari praktikum ini, bahwa beban maksimal yang
dapat ditahan pada posisi 20 derajat, dimana beban berada jauh dari titik tumpu lebih
kecil daripada beban yang dapat ditahan pada posisi 45 derajat, dan beban maksimal
yang dapat ditahan pada posisi 45 derajat lebih kecil daripada beban maksimal pada
posisi 60 derajat, dimana posisi beban semakin mendekati titik tumpu.

Keuntungan hubungan panjang – ketegangan otot berada pada sudut fleksi 90


derajat. Hal ini dikarenakan pada sudut fleksi 90 derajat, lamen-lamen tipis
bertumpuk dengan lamen tebal, tempat menonjolnya jembatan silang. Jembatan silang
yang dihasikan pada panjang ini memudahkkan aktin untuk mengikat dan menekuk
maksimal.

Maka dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot dipengaruhi
oleh derajat posisi sendi serta jarak antara beban dan titik tumpu sendi. Karena
semakin dekat beban dengan titik tumpu, penekukan otot lebih optimal sehingga otot
dapat menahan beban maksimal.

REFERENSI

Jeongok Yang, PhD, Joongsook Lee, PhD, Bomjin Lee, PhD, Seounghoon Kim,
Dongho Shin, Younghyun Lee, Jaeseok Lee, Dongwook Han, PhD,
PT, and Sunkoung Choi. The Effects of Elbow Joint Angle Changes on Elbow Flexor
and Extensor Muscle Strength and Activation. Journal of Physical Therapy
Science:2014. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4135202/

You might also like