Professional Documents
Culture Documents
Analisis SWOT Sapi Perah PDF
Analisis SWOT Sapi Perah PDF
SKRIPSI
RAY SEMBARA
H34062698
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRACT
RAY SEMBARA
H34062698
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi
Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Bayongbong
Kabupaten Garut, Jawa Barat
Nama : Ray Sembara
NIM : H34062698
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah Koperasi Unit Desa (KUD)
Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat“ adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Ray Sembara
NIM. H34062698
RIWAYAT HIDUP
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah Koperasi Unit
Desa (KUD) Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor baik internal
maupun eksternal organisasi yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha
ternak sapi perah KUD Bayongbong, kemudian memberikan alternatif strategi
yang bisa diterapkan dalam meningkatkan pengembangan usaha ternak sapi perah
KUD Bayongbong.
Penerapan startegi ini diharapkan dapat membantu kinerja koperasi
sebagai organisasi yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
kesejahteraan peternak, dan mampu merepresentasikan kepentingan anggota
peternak dalam mengembangkan usaha tenak sapi perah yang dijalankan.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan nikmat
yang diberikan-Nya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Rahmat Yanuar, SP, MSi., selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini
2. Eva Yolynda Aviny, SP, MM dan Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji
pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta
memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini
3. Dra. Yusalina, MS., yang telah menjadi pembimbing akademik dan
pembimbing penulisan karya ilmiah yang selalu memberikan masukan,
motivasi dan dukungannya, serta kepada seluruh dosen dan staf
Departemen Agribisnis
4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik
5. Keluarga Yusuf Kurnia, pihak-pihak KUD Bayongbong, Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut, Dinas UKM,
Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, dan BPS Kabupaten Garut atas
waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan
6. Pihak Indofood dalam kerangka Indofood Riset Nugraha (IRN) 2010 yang
telah memberikan bantuan dana penelitian
7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 43, 44,
dan 45 atas semangat, dukungan, bantuan dan sharing selama penelitian
hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terima kasih.
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ....................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................... 6
1.3. Tujuan ................................................................... 8
1.4. Manfaat ................................................................. 8
1.5. Ruang Lingkup ...................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................. 10
2.1. Pembangunan Peternakan Indonesia ...................... 10
2.2. Strategi dan Klasifikasinya ..................................... 11
2.3. Koperasi dan Nilai-Nilai Koperasi ......................... 16
2.4. Tujuan dan Jati Diri Koperasi ................................. 18
2.5. Fungsi, Peran dan Pronsip Koperasi ....................... 19
2.6. Organisasi Koperasi ............................................... 20
2.7. Kajian Peneliti Terdahulu ....................................... 23
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................... 26
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................. 26
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................... 36
IV. METODE PENELITIAN ........................................... 40
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 40
4.2. Penentuan Responden ............................................ 40
4.3. Desain Penelitian ................................................... 40
4.4. Data dan Instrumentasi ........................................... 41
4.5. Metode Pengumpulan Data .................................... 41
4.6. Metode Pengolahan Data ....................................... 41
V. DESKRIPSI KUD MANDIRI BAYONGBONG ....... 49
5.1. Sejarah KUD Mandiri Bayongbong ....................... 49
5.2. Visi dan Misi KUD Mandiri Bayongbong .............. 50
5.3. Kegiatan KUD Mandiri Bayongbong ..................... 50
VI. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN ORGANISASI ..... 58
6.1. Analisis Situasi ..................................................... 58
6.2. Lingkungan Internal Unit Ternak Sapi Perah
KUD Mandiri Bayongbong ................................... 63
6.3. Lingkungan Eksternal Unit Ternak Sapi Perah
KUD Mandiri Bayongbong ................................... 78
VII. FORMULASI STRATEGI ......................................... 90
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Unit Ternak
Sapi Perah KUD Mandiri Bayongbong ................. 90
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Unit Ternak
Sapi Perah KUD Mandiri Bayongbong .................. 96
7.3. Analisis Matriks Internal-Eksternal (I-E) ............... 103
7.4. Analisis Matriks SWOT ......................................... 104
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................... 108
8.1. Kesimpulan ............................................................ 108
8.2. Saran ..................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 111
LAMPIRAN ................................................................................. 114
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Segar
Nasional Tahun 2005-2008 ...................................................... 2
2. Jumlah Ekspor dan Impor Susu Indonesia Periode
Tahun 2003-2008 .................................................................... 2
3. Peringkat 10 Besar Daerah Penghasil Susu Jawa Barat ............ 3
4. Perkembangan Populasi dan Produksi Berdasarkan Wilayah
Koperasi Persusuan di Jawa Barat Tahun 2004 ........................ 4
5. Perolehan Laba Unit-Unit Usaha di KUD Bayongbong
Tahun 2004-2008 .................................................................... 6
6. Perkembangan Anggota KUD Bayongbong
Tahun 2004-2008 .................................................................... 6
7. Jumlah Penyaluran Susu Sapi Perah KUD Bayongbong
Tahun 2004-2008 .................................................................... 7
8. Analisis Stakeholders .............................................................. 42
9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan .............. 43
10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ............ 46
11. Persentasi Penerimaan Susu KUD Bayongbong oleh IPS ......... 61
12. Analisis Pengaruh Stakeholders terhadap Usaha Ternak Sapi
Perah KUD Bayongbong ......................................................... 62
13. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Garut Atas Dasar
Harga Konstan pada Tahun 2006-2008 .................................... 79
14. Faktor-Faktor Lingkungan Internal .......................................... 90
15. Faktor-Faktor Lingkungan eksternal ........................................ 97
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Strategik Generik Menurut Porter (1991) ...................... 12
2. Struktur Sederhana Organisasi Koperasi .................................. 22
3. Model Komprehensif Manajemen Strategis ............................. 26
4. Model Lima Kekuatan Porter ................................................... 33
5. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan
KUD Bayongbong ................................................................... 39
6. Struktur Organisasi KUD Mandiri Bayongbong ....................... 52
7. Perkembangan Anggota KUD Mandiri Bayongbong
Tahun 2004-2009 .................................................................... 53
8. Perkembangan Jumlah Pedet Sapi KUD Mandiri
Bayongbong Tahun 2004-2009 ................................................ 55
9. Denah KUD Bayongbong ........................................................ 59
10. Perkembangan Penjualan Susu KUD Bayongbong ke IPS
Tahun 2004-2009 .................................................................... 68
11. Perkembangan Harga Susu KUD Bayongbong di Tingkat
Peternak Tahun 2006-2009 ...................................................... 69
12. Proses Pengontrolan Distribusi Susu KUD Mandiri
Bayongbong ............................................................................ 70
13. Perkembangan SHU Keseluruhan KUD Bayongbong
Tahun 2004-2009 .................................................................... 73
14. Perkembangan SHU Unit Usaha KUD Mandiri
Bayongbong Tahun 2004-2009 ................................................ 73
15. Proses Produksi Susu Sapi Perah ............................................. 74
16. Perkembangan Produksi Susu KUD Bayongbong
Tahun 2004-2009 .................................................................... 75
17. Matriks I-E Usaha Ternak Sapi Perah KUD Mandiri
Bayongbong ............................................................................ 103
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Matriks IFE dan EFE ............................................................... 115
2. Daftar Tarif tol ........................................................................ 117
3. Data Populasi Ternak Sapi Perah KUD Mandiri Bayongbong
Tahun 2009 ............................................................................. 118
4. Produk Domestik dan Laju Pertumbuhan Regional Bruto
Kab, Garut adh Konstan *2000 Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2005-2008 .................................................................... 129
4. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia Tahun
2005- 2010 .............................................................................. 120
5. Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia Tahun 2010 ......... 121
6. Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Menurut Provinsi ...... 122
7. Hasil Pengisian Kuesioner Penentuan Faktor Eksternal dan
Internal, Rating dan Pembobotan Responden 1 ........................ 123
8. Hasil Pengisian Kuesioner Penentuan Faktor Eksternal dan
Internal, Rating dan Pembobotan Responden 2 ........................ 127
9. Hasil Pengisian Kuesioner Penentuan Bobot Responden 3 ....... 131
10. Hasil Pengisian Kuesioner Penentuan Bobot Responden 4 ....... 133
11. Analisis SWOT ....................................................................... 135
12. Daftar Penelitian Terdahulu ..................................................... 137
13. Form Kuisoner Faktor-Faktor Eksternal ................................... 140
14. Form Kuisoner Faktor-Faktor Internal ..................................... 146
15. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 153
vii
I. PENDAHULUAN
1
Direktorat Jenderal Peternakan (Ditjennak), 2006
kelembagaan yang tepat dan secara ekonomis menguntungkan dalam
penerapannya2.
Pengembangan peternakan sapi perah dilakukan dalam rangka
meningkatkan produksi susu nasional, namun berdasarkan data yang diperoleh
dari Ditjennak, perkembangan peternakan nasional dari tahun 2005 hingga 2008
jumlah populasi sapi perah dan tingkat produksi susu dalam negeri tidak
mengalami perubahan yang signifikan. Rata-rata laju perkembangan jumlah
populasi maupun produksi susu tahun 2005-2008 tidak lebih dari 20 persen.
Table 1. Jumlah Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Segar Nasional Tahun
2005 – 2008
Tahun Sapi Perah (ekor) Produksi Susu (ton) Konsumsi (kg)
2005 361.351 535.960 845.744*
2006 369.008 616.548 2.534.960
2007 374.067 567.682 2.555.270
2008 457.577 646.953 2.277.200
Ket : * Tidak termasuk dalam beberapa provinsi
Sumber : Ditjen Peternakan Deptan, Tahun 2009
Tabel 2. Jumlah Ekspor dan Impor Susu Indonesia Periode Tahun 2003 - 2008
Ekspor Susu Olahan Impor Susu Bubuk
Tahun
(Kg) Nilai (US $) (Kg) Nilai (US $)
2003 46.027.220 53.172.102 117.318.145 207.475.321
2004 36.725.220 59.664.476 165.411.493 329.382.793
2005 45.018.446 90.150.666 173.084.444 399.165.422
2006 35.241.220 71.541.786 188.128.220 416.183.463
2007 30.739.140 68.138.949 198.217.220 637.007.025
2008* 52.243.810 211.296.157 170.307.160 625.985.803
Ket : * Data sampai dengan November 2008
Sumber : BPS, diolah Dit. PI, Tahun 2009
2
Ilham. 2006. Analisa sosial ekonomi dalam rangka pencapaian swasembada daging 2010.
Direktorat Ruminansia, Ditjenak, Jakarta. Unpublished 2
Pada Tabel 2, terlihat bahwa ekspor susu mengalami pekembangan yang
cukup fluktuatif, sedangkan impor susu mengalami tren peningkatan dari tahun ke
tahun. Volume ekspor susu olahan tertinggi dicapai pada tahun 2008 sebesar
52.243.810 Kg dengan nilai US $ 211.296.157, sedangkan volume impor tertinggi
dicapai pada tahun 2007 sebesar 198.217.220 Kg dengan nilai US $ 637.007.025.
Tingginya volume impor disebabkan karena rendahnya produktivitas peternak dan
produksi susu nasional yang belum memenuhi permintaan Industri Pengolahan
susu (IPS) dan kebutuhan masyarakat.
Salah satu provinsi yang cocok untuk pengembangan peternakan sapi
perah adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut Amaliah (2008) wilayah yang cocok
untuk pengembangan usaha sapi perah di Indonesia adalah daerah pegunungan
dengan ketinggian minimum 800 meter di atas permukaan laut. Penelaah
hubungan produksi susu sapi perah dengan topografi wilayah memperlihatkan
bahwa selisih ketinggian 100 meter berkaitan erat dengan perbedaan produksi
rata-rata empat persen. Provinsi Jawa Barat memiliki pegunungan dan dataran
tinggi yang merupakan iklim yang cocok untuk peternakan sapi perah. Di samping
itu Provinsi Jawa Barat masih memiliki lahan yang relatif luas untuk ketersediaan
pakan hijau (rumput) sehingga pasokan pakan akan tetap terjamin. Beberapa
daerah di Jawa Barat telah menjadi sentra persusuan. Berikut ini 10 daerah yang
menjadi sentra persusuan sapi perah di Provinsi Jawa Barat.
Tabel 3. Peringkat 10 Besar Daerah Penghasil Susu Jawa Barat Tahun 2003-2006
Tahun Jumlah
Kab/ Kota
No. Produksi
2003 2004 2005 2006
(2003-2006)
1. Bandung 94.860,29 97.232,34 109.580,1 115.780 417.452,73
2. Garut 50.785,53 51.799,94 27.859,63 30.808,38 161.253,78
3. Kuningan 15.337,81 14.793,77 13.414,06 12.711,15 56.256,79
4. Sumedang 10.739,52 11.814,56 12.719,85 14.301,95 49.575,88
5. Bogor 11.207,40 11.655,69 11.827,61 11.148,64 45.839,34
6. Sukabumi 6.907,24 7.864,76 8.260,83 9.137,84 32.170,67
7. Cianjur 3.834,45 3.965,03 4.062,95 4.145,65 16.008,08
8. Tasikmalaya 3.107,60 3.307,81 3.357,87 3.414,45 13.187,73
9. Kota Bogor 3.190,30 3.508,02 2.263,24 1.431,45 10.393,5
10. Kota Depok 1.310,07 1.921,58 1.971,63 2.169,67 7.372,95
Sumber : Dinas Peternakan Jawa Barat, Tahun 2008
3
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa Kabupaten Bandung memiliki total
produksi paling besar dari tahun 2003 hingga 2006, yaitu sebesar 417.452,73 liter
susu. Sedangkan Kabupaten Garut yang menjadi lokasi penelitian menempati
urutan ke dua dengan jumlah 161.253,78 liter susu.
Koperasi mempunyai peran yang cukup strategis untuk menopang
perkembangan persusuan di Indonesia. Perkembangan dari koperasi persusuan
tergantung pada mekanisme yang terjadi di koperasi tersebut. Koperasi peternakan
sapi perah berperan sebagai tempat pengumpul susu dari peternakan rakyat yang
merupakan anggota koperasi. Oleh karena itu, peranan koperasi sangat penting
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Adapun perkembangan populasi
sapi perah dan produksi susu dari seluruh koperasi persusuan yang ada di Jawa
Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa koperasi-koperasi seperti
KPSBU Lembang, KSU Tandangsari, KPBS Pangalengan, KUD Puspa Mekar,
KUD Sarwa Mukti, KUD Cikajang, dan KUD Bayongbong merupakan koperasi
yang mempunyai jumlah produksi susu segar lebih dari 8 ribu ton. Data tersebut
menunjukkan bahwa peternak rakyat mendominasi usaha ternak sapi perah di
Jawa Barat. Berikut tabel mengenai perkembangan dan produksi berdasarkan
wilayah koperasi persusuan di Jawa Barat pada tahun 2004.
Koperasi diupayakan sebagai pilar yang kokoh bagi penggerak ekonomi
rakyat yang tangguh, kuat, dan mandiri dalam upaya memajukan sektor pertanian.
Menurut Baga (2005) secara umum terdapat banyak alasan yang menyebabkan
koperasi menjadi hal yang dibutuhkan bagi pengembangan pertanian. Pertama,
petani menjalankan usaha yang relatif kecil dibandingkan partner-nya, sehingga
memiliki posisi rebut tawar yang lemah. Kedua, pasar produk pertanian yang
pada umumnya dikuasai oleh pembeli yang jumlahnya relatif sedikit dibandingkan
petani yang jumlahnya banyak. Ketiga, besarnya permintaan pembeli produk
umumnya baru dapat dipenuhi dari penggabungan volume produksi banyak
petani. Keempat, keragaman kualitas produk pertanian menyulitkan proses
pemasaran apabila dilakukan secara individu. Kelima, karakter sektor pertanian
yang secara geografis menyebar menyebabkan hanya sedikit petani menjangkau
berbagai alternatif pembeli. Keenam, kualitas sumberdaya manusia petani pada
umumnya relatif rendah sehingga menyulitkan ekspansi usaha. Ketujuh, cara
hidup petani yang identik dengan prinsip gotong royong berpengaruh terhadap
proses pemecahan masalah.
Adanya peran kelembagaan koperasi dalam peternakan ini memberikan
peluang besar terhadap sektor peternakan untuk mampu berkembang dengan baik.
Upaya pengembangan peternakan ini tentunya membutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, mulai dari penerapan pengelolaan teknis peternakan
yang baik serta peran kelembagaan yang berjalan dengan efektif. Hal ini akan
berdampak terhadap perkembangan populasi sapi perah dan produksi susu dari
sektor peternakan tersebut.
5
1.2. Perumusan Masalah
KUD Bayongbong merupakan salah satu koperasi yang terdapat di
Kabupaten Garut yang memiliki beberapa unit usaha yang menjadi pilar
penyanggah kegiatan koperasi, diantaranya meliputi Unit usaha sapi perah, Unit
Waserda, Unit makanan ternak, Unit Kredit Candak Kulak (KCK), Unit Listrik,
Unit SP PUK, dan Unit simpan pinjam. Sejak awal berdirinya KUD Bayongbong
bisnis utamanya adalah unit usaha sapi perah. Pada unit usaha sapi perah KUD
Bayongbong memiliki 22 kelompok peternak yang tersebar dalam enam wilayah
kerja KUD Bayongbong yang meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan
Bayongbong dan Cigedug.
Peran yang diberikan unit usaha susu perah KUD Bayongbong dalam
memajukan koperasi sangat dominan. Hal ini ditunjukan dengan besarnya
kontribusi perolehan laba usaha yang diperoleh setiap tahunnya serta banyaknya
anggota yang terlibat dalam unit usaha sapi perah.
6
Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar anggota yang tergabung dalam KUD
Bayongbong merupakan para peternak sapi yang bertanggung jawab dalam
mengelola dan menjalankan usaha ternak sapi perah.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian pengembangan usaha ternak
sapi perah KUD Bayongbong adalah belum mampunya KUD Bayongbong
memasok susu secara konstan permintaan IPS baik secara kualitas dan kuantitas.
Berdasarkan data Laporan Tahunan KUD Bayongbong tahun 2004-2008 KUD
Bayongbong telah memasok produk susunya ke beberapa IPS seperti: PT.
Indomilk, PT. Frisian Flag Indonesia (FFI), dan PT Isam (Diamond).
7
dalam mengelola usahanya. Hal ini ditunjukan dengan masih mahalnya harga
pakan tambahan serta langkanya pakan hijauan mengakibatkan peternak kurang
maksimal dalam memberikan pakan tambahan tersebut. Kemudian terkait dengan
harga susu yang diterima pada tingkat peternak pun masih dirasa kurang sesuai
dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternak.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk memperbaharui dan
mengatasinya diperlukan suatu strategi yang tepat dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. Perumusan strategi yang akan dibentuk membutuhkan
analisis dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam KUD
Bayongbong, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal
organisasi meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh organisasi,
sedangkan faktor internal meliputi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh
organisasi tersebut. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap
pengembangan usaha ternak sapi perah di KUD Bayongbong?
2. Alternatif strategi apakah yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
ternak sapi perah yang sesuai dengan KUD Bayongbong?
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal
yang berpengaruh dalam pengembangan usaha ternak sapi perah KUD
Bayongbong
2. Menganalisis dan merekomendasikan alternatif strategi yang bisa
diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi perah yang sesuai
dengan KUD Bayongbong
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan, antara lain:
1. Sebagai referensi dan masukan bagi KUD Bayongbong untuk mengambil
keputusan dalam rangka menyelesaikan permasalahan eksternal dan
internal organisasi
8
2. Sebagai sumber rujukan, bahan kajian, perolehan data dan informasi bagi
pemerintah, perguruan tinggi, dan bagi pihak-pihak yang mendalami
bidang kajian penerapan strategi pengembangan koperasi dan
kelembagaan agribisnis
3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti
dalam melakukan analisis permasalahan khususnya penerapan strategi
pengembangan koperasi dan kelembagaan agribisnis.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Soehadji, 1994. Membangun Peternakan yang Tangguh. Bandung. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan Universitas Padjajaran. Orasi Ilmiah
4
Saragih, 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan, Kumpulan Pemikiran. Bogor. Pusat
studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
pengolahan pertanian lain, peralatan dan input-input pertanian, serta barang
konsumsi lain.
11
1. Strategi bersifat koheren, menyatu dan menunjukan pola keputusan yang
integratif
2. Strategi menentukan dan menyatakan secara tersurat arah organisasi terutama
dalam hal tujuan jangka panjang, program-program kegiatan yang akan
dilakukan dan prioritas alokasi sumberdaya.
3. Strategi digunakan untuk memilih bisnis apa yang akan dimasuki oleh
organisasi saat ini atau yang akan ditekuni oleh organisasi tersebut di masa
yang akan datang
4. Strategi merupakan usaha organisasi untuk mencapai keunggulan jangka
panjang secara terus menerus dalam setiap bisnis yang dimasukinya dan dari
ancaman yang berasal dari lingkungan bisnis yang dihadapinya
5. Strategi menentukan kontribusi natural ekonomi dan non ekonomis bagi para
stakeholders yang bersangkutan.
Kepemimpinan
Diferensiasi
Biaya Menyeluruh
(Differentiation)
(Cost Leadership)
12
1. Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh (Cost Leadership)
Strategi bersaing biaya rendah ditujukan untuk mencapai sasaran pasar di
keseluruhan industri. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas
skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan
overhead yang ketat, penghindaran pelanggan yang marginal, dan minimisasi
biaya dalam bidang-bidang seperti litbang, pelayanan armada penjualan,
periklanan, dan lain-lain. Dengan memiliki posisi biaya rendah
memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa
persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasarnya yang tinggi memungkinkan
memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya
karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang
murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri dan
hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin.
2. Strategi Diferensiasi (Diferentiation)
Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah
produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik.
Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam bentuknya,
yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan, atau ciri khas,
pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika penerapan strategi
diferensiasi tercapai maka strategi ini merupakan strategi aktif untuk
mendapatkan laba di atas rata-rata dalam suatu bisnis karena adanya loyalitas
merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen terhadap harga
menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berfungsi sebagai
penghalang masuk industri karena perusahaan-perusahaan baru harus
mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan produk mereka
melalui cara-cara tertentu.
3. Strategi Fokus (Focus)
Strategi fokus dibangun untuk melayani target tertentu secara spesifik. Strategi
fokus dibagi dua, yaitu strategi fokus biaya dan strategi fokus diferensiasi.
Strategis fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya dan
didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani target
strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing yang
13
bersaing lebih luas. Sedangkan strategi fokus diferensiasi berkonsentrasi pada
kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar geografis tertentu dimana
segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu pembeli dengan kebutuhan
tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran yang melayani pasar berbeda
dari pesaing lainnya.
2) Strategi Intensif
Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif
perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini dibagi
tiga menjadi :
a) Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration)
Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/ jasa saat
ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar termasuk
14
meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan
promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usia publisitas.
b) Strategi Pengembangan Pasar (Market Development)
Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area
geografi yang baru
c) Startegi Pengembangan Produk (Product Development)
Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan
dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini.
Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya penelitian dan
pengembangan yang besar.
3) Strategi Diversifikasi
Terdapat tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu :
a) Startegi Konsentrik
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa
baru yang masih berhubungan.
b) Startegi Horisontal
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa
baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini. Tujuan strategi ini
adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk memuaskan
pelanggan yang sama.
c) Strategi Konglomerat
Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa
baru yang tidak berkaitan dengan produk atau jasa lama. Tujuan strategi
ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk
pasar yang berbeda.
4) Strategi Dipensif
Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi retrechment, divestasi, dan
likuidasi.
a) Strategi Retrechment
Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokan ulang melalui
pengurangan aset dan biaya untuk membalikan penjualan dan laba yang
15
menurun. Kadang-kadang strategi ini disebut sebagai strategi berputar
(reorganisasi).
b) Strategi Divestasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagian dari suatu
organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis
atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari
keseluruhan startegi retrechment untuk menyingkirkan bisnis perusahaan
yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal, atau yang tidak
cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.
c) Strategi Likuidasi
Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan baik secara
terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riil-nya.
16
Visi masyarakat koperasi dunia dalam menghadapi millenium ketiga,
sebagaimana hasil Kongres 100 tahun International Cooperation Alliance (ICA)
di Manchaster 1995, adalah bahwa perekonomian akan memerlukan lebih banyak
unsur percaya pada diri sendiri, demokratis, dan partisipatif agar setiap orang
lebih mampu menguasai kehidupan ekonomi dan sosialnya. Dengan demikian
perekonomian akan menjadi makin penting bagi kehidupan banyak orang di masa
mendatang. Soedjono (2000), salah seorang pakar koperasi mendefinisikan
koperasi sebagai perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi,
sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan
mereka kendalikan secara demokratis.
Sifat ganda pada koperasi, menurut UU Nomor 25 tahun 1992 tentang
Perkoperasian, antara lain dicirikan oleh bentuknya sebagai badan usaha sekaligus
sebagai pengguna jasa. Dengan sifat gandanya itu tujuan koperasi tidak hanya
untuk mensejahterakan kehidupan anggotanya, tetapi juga untuk mendorong
tumbuhnya partisipasi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi. Oleh karena itu,
kehidupan koperasi tidak hanya pada dimensi ekonomi saja tetapi juga berada
pada dimensi ideologi politik dan sosial budaya. Di samping itu dalam
melaksanakan kegiatannya, koperasi juga dilandasi oleh nilai dan prinsip-prinsip
yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang syarat dengan nilai etika
bisnis. Dengan demikian, jika mendefinisikan suatu koperasi atau organisasi
koperasi tidak cukup hanya mendefinisikan karakter sosial, tetapi juga harus
mendefinisikan karakter ekonomi, dan sebaliknya.
17
semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan keperluan
bersama, bukan keuntungan” (Hatta, 1954).
2. ”Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat yang menggerakan perekonomian
rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat” (Swasono, 1992).
3. ”Koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola
secara demokratis” (Baswir, 1997).
4. ”Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial,
budaya dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan
diawasi secara demokratis” (ICA dalam Hendrojogi, 2004)
5. ”Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan rakyat yang berdasarkan atas dasar asas
kekeluargaan” (UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 1).
18
perusahaan swasta, karena tidak ada koperasi yang memiliki bangunan megah
atau usaha berskala besar. Tujuan koperasi bukanlah untuk mendirikan usaha
besar serta gedung mewah, tetapi yang jelas tugas utama koperasi adalah tetap
berusaha meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran anggotanya”.
Sesuai dengan pengertian koperasi, maka dapat dikemukakan jatidiri
koperasi sebagai berikut :
1. Anggota koperasi (pemilik/pemodal) adalah juga pengguna jasa dari koperasi
2. Koperasi dibentuk untuk :
a. Mencapai tujuan bersama dengan cara memanfaatkan organisasi yang
dimodali bersama
b. Memenuhi kepentingan bersama dan mengawasi secara demokratis oleh
anggota
c. Anggota koperasi disebut pemilik dan pengguna jasa koperasi yang
bersangkutan (UU Nomor 25 tahun 1992).
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa jati diri koperasi adalah :
”Berfungsinya anggota sebagai pemilik/pemodal sekaligus sebagai pelanggan atau
pengguna jasa perusahaan koperasi” (Nasution, 2002).
19
Prinsip koperasi merupakan dasar kerja koperasi sebagai badan usaha serta
menjadi ciri khas dan jatidiri koperasi yang membedakannya dari badan usaha
lainnya. Namun apabila terdapat organisasi lain yang memiliki nama selain
koperasi namun ia menjalankan prinsip-prinsip tersebut maka ia layak disebut
koperasi. Adapaun prinsip-prinsip kerja koperasi antara lain sebagai berikut :
1. Keanggotaan sukarela dan terbuka
2. Pengawasan demokratis oleh anggota (one man one vote)
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
4. Otonomi dan kemandirian
5. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
6. Kerjasama antar koperasi
7. Kepedulian terhadap masyarakat
20
1992 tentang Perkoperasian, pasal 22 sampai pasal 27. Hak dan suara Rapat
Anggota umumnya berlaku untuk satu suara (one man one vote) dan tidak boleh
diwakilkan (no voting by proxy). Hal ini dilakukan untuk mendorong anggota
dalam menghadiri rapat sehingga ikut berpartisipasi dalam manajemen koperasi
secara tidak langsung.
Pada setiap Rapat Anggota ditetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pokok, yaitu bagaimana koperasi seharusnya menjalankan usahanya untuk
mencapai tujuannya. Kebijaksanaan yang ditetapkan tersebut merupakan pagar
yang tidak boleh dilanggar oleh setiap pelaksana kebijakan. Rapat Anggota
melimpahkan wewenangnya kepada pengurus untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan berbagai keputusan lainnya. Selain itu Rapat
Anggota juga mendelegasikan wewenangnya kepada pengurus untuk menjalankan
kegiatan koperasi dan kepada badan pengawas untuk melakukan pengawasan
terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh koperasi.
Unsur kedua dalam organisasi koperasi adalah pengurus. Pengurus
bertanggung jawab mengambil keputusan yang menyangkut kebijakan strategis
berdasarkan keputusan Rapat Anggota (supreme decision centre function), serta
bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaanya. Undang-Undang Nomor 25
tahun 1992 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa pengurus koperasi
merupakan personifikasi atau pengejawantahan badan hukum koperasi. Fungsi
dan peran diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian pasal 29 sampai pasal 37.
Dalam operasi koperasi di Indonesia dikenal adanya Badan Pengawas.
Pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota
dan bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Pengawas Koperasi bertugas
terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi serta membuat laporan
tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengawas koperasi berwenang untuk
meneliti catatan yang ada pada koperasi serta mendapatkan segala keterangan
yang diperlukan dan merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
Dalam menjalankan tugasnya, pengawas diberi wewenang khusus oleh Undang-
Undang. Tugas peranan, wewenang, dan tanggung jawab badan pengawas adalah
tunggal atau kesemuanya bersumber dari Rapat Anggota yang memiliki
21
kekuasaan tertinggi pada koperasi dan bersumber dari hukum yang berlaku pada
koperasi.Sejalan dengan tumbuh kembang dan kemajuan-kemajuan yang dicapai
koperasi, maka diperlukan perangkat tambahan seperti manajer dan karyawan
untuk membantu pengurus dalam melaksanakan kegiatan koperasi. Prof. Ewel
Paul Roy, Ph. D. dari Agricultural Economics and agribusiness Lousiana State
University menyebutkan bahwa terdapat empat unsur (perangkat) manajemen dari
koperasi, yaitu : Anggota, Badan Pengawas, Pengurus, Manajer, dan Karyawan
yang berperan sebagai penghubung antara manajemen dan anggota (Hendrojologi,
2002). Berikut ini adalah gambaran struktur sederhana organisasi koperasi.
Manajer
Unit Bisnis
Anggota Koperasi
22
6. Pembagian sisa hasil usaha
7. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi
23
Usaha KUD Minasari di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi
Jawa Barat.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang terkait langsung
dengan topik strategi pengembangan yakni teletak pada objek kajian, tempat
penelitian dan hasil dalam penelitian. Adapun persamaannya terletak pada tujuan
penelitian dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan serta
merumuskan alternatif strategi bagi perusahaan berdasarkan analisis lingkungan
internal dan eksternal tersebut. Dalam melakukan penelitian dibutuhkan analisa
terhadap penelitian terdahulu sebagai referensi untuk menggambarkan dan
menyimpulkan sesuatu yang terkait dengan penelitian strategi pengembangan
yang dilakukan. Analisa menunjukan bahwa penelitian yang dilakukan memiliki
kecenderungan hasil yang sama dalam menentukan strategi pengembangan yang
dilakukan. Seperti pada penelitian Malawat (2008), Brikmar (2008), Karyadi
(2008), Ikhsan (2009) dan Dharmanthi (2009) menunjukan analisis strategi
dengan menggunakan analisis matriks I-E menghasilkan kecenderungan sel yang
sama yaitu pada sel V matriks I-E, sehingga secara umum strategi yang diterapkan
perusahaan atau organisasi adalah strategi untuk bertahan dan memelihara.
Sedangkan pada penelitian Linawati (2008) dan Ramadhan (2009), hasil matriks
I-E menunjukan secara berurutan analisis berada pada sel IV dan sel II, artinya
secara umum strategi yang diterapkan untuk perusahaan atau organisasi yang
diteliti adalah tumbuh dan membangun. Kemungkinan kecenderungan yang
terjadi diakibatkan oleh pengaruh pembobotan yang dilakukan oleh masing-
masing responden. Responden sebagian besar memberikan besar pembobotan
yang hampir sama, yang mampu membentuk perusahaan pada kondisi penerapan
strategi umum untuk memelihara dan mempertahankan perusahaan atau untuk
tumbuh dan membangun perusahaan.
Dengan mempelajari penelitian sebelumnya diharapkan peneliti memiliki
gambaran bagaimana hasil penelitian yang dilakukan untuk menganalisis strategi
pengembangan unit usaha sapi perah di KUD Bayongbong, penelitian ini
diharapkan dapat membantu KUD agar dapat memanfaatkan peluang, mencapai
tujuan dan memperoleh keuntungan. Penelitian strategi pengembangan unit usaha
sapi perah ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan potensi sumberdaya
24
yang dimiliki untuk dapat mengambil peluang dan meminimalkan dampak
ancaman yang ada pada lingkungan operasional perusahaan. Upaya tersebut
ditujukan untuk dapat mencapai tingkat produksi yang menentukan perolehan
keuntungan organisasi di tengah persaingan dan lingkungan industri. Dalam
menganalisis strategi pengembangan ini dilakukan pengumpulan input dengan
menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan/organisasi.
Penyusunan alternatif strategi menggunakan integrasi matriks I-E dan matriks
SWOT untuk merangsang pengembangan strategi yang akan diterapkan dalam
perusahaan atau organisasi yang diteliti.
25
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Melakukan
Audit
Eksternal
Melakukan
Audit
Internal
27
masing-masing divisi. Para manajer pada tingkat bisnis menentukan
bagaimana perusahaan akan bersaing di arena pasar produk tertentu.
3. Strategi tingkat fungsional yang disusun berdasarkan sasaran tahunan dan
strategi jangka pendek di tingkat fungsional. Strategi fungsional ini lebih
bersifat operasional, karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-
fungsi manajemen yang berada pada tingkat bawah.
28
4) Penerapan yang Efektif
Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika
tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan
pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang
mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai
dan mobilisasi sumberdaya sebagai pelengkap strategi.
29
visi dan misi; (2) berdimensi waktu, tujuan harus konkrit dan bisa diantisipasi
kapan terjadinya; (3) layak, tujuan hendaknya merupakan suatu tekad yang bisa
diwujudkan; (4) fleksibel, tujuan senantiasa bisa disesuaikan atau peka terhadap
perubahan situasi dan kondisi; (5) mudah dipahami.
5
Suhendar S, 2006. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung. Grafindo
30
kepentingan dalam proyek dan/atau kemampuan untuk mempengaruhi
hasilnya baik positif atau negatif6.
d. Institusi
Institusi merupakan setiap struktur atau mekanisme dari tatanan sosial dan
kerjasama yang mengatur perilaku dari himpunan individu dalam komunitas
manusia yang diberikan7.
6
Internasional finance Corporation (IFC), 2007. Stakeholders Engagement. Washington D.C.
2121 pennsylvania Aveue, N.W. 31
7
Weber S. 2001. Institution and Interpretation. California. Stanford University Press
a) Kekuatan ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk
pula iklim berbisnis. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya
bersama-sama mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi ekonomi
menuju lebih baik. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah siklus bisnis,
ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan
jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.
b) Kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan
Kondisi sosial masyarakat yang berubah-ubah dapat mempengaruhi
perusahaan. Aspek kondisi sosial seperti sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan
kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang
dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius,
pendidikan dan etnis.
c) Kekuatan politik, pemerintah dan hukum
Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi
para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan
berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Beberapa hal
utama yang perlu diperhatikan dari faktor politik adalah undang-undang
tentang lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar
negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan
kerja, dan sistem perpajakan.
d) Kekuatan teknologi
Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di
bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi
tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru, tetapi juga meliputi cara-
cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu
pekerjaan.
e) Kekuatan Kompetitif (Analisis Lingkungan Industri)
Model lima kekuatan porter tentang analisis kompetitif adalah pendekatan
yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak
32
industri. Model lima kekuatan porter dapat dilihat dalam Gambar 4. Menurut
Porter, Persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima
kekuatan yaitu kemungkinan masuknya pesaing baru, kekuatan tawar-
menawar penjual/pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen,
tekanan dari produk subtitusi, dan persaingan antar perusahaan sejenis.
Potensi Masuknya
Pesaing Baru
33
a. Manajemen
Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan organisasi yang
mecakup sistem produksi, pemasaran, pengelolaan sumberdaya manusia, dan
keuangan. Fungsi manajemen terdiri dari: perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian, penyusunan staf dan pengontrolan.
b. Pemasaran
Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptakan, dan
memenuhi kebutuhan, dan keinginan pelanggan akan produk. Terdapat tujuh
fungsi dasar pemasaran, yaitu: (1) analisis pelanggan, (2) menjual produk, (3)
merencanakan produk dan jasa, (4) menetapkan harga, (5) distribusi, (6) riset
pemasaran, (7) analisis peluang.
c. Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing
perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan
keuangan amat penting untuk merumuskan strategi secara efektif.
d. Produksi dan Operasi
Fungsi produksi terdiri atas aktivitas mengubah masukan menjadi barang dan
jasa. Manajemen produksi dan operasi menangani masukan perubahan dan
keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar.
e. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Istilah litbang digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Dalam
beberapa institusi, para ilmuan melakukan penelitian dan pengembangan dasar
di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis. Sementara di
perusahaan, para ahli melakukan pengembangan produk dengan
berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk.
f. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Sistem Informasi Manajemen (SIM) bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. SIM
yang efektif berusaha mengumpulkan, memberi kode, menyimpan,
mensintesa, dan menyajikan informasi database, sehingga dapat
melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi yang tepat.
34
3.1.8. Matriks Internal-Eksternal (I-E)
Matriks I-E menggunakan parameter yang meliputi parameter kekuatan
internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-masing akan
diidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal melalui matriks Eksternal
Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Tujuan
penggunaan matriks I-E adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat
perusahaan yang lebuh detail (Rangkuti, 2000).
Menurut David (2004), tujuan melakukan audit eksternal dalam suatu
matriks EFE adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat
dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari. Audit eksternal
tersebut meliputi aspek ekonomi, sosial budaya, politik, pemerintah, teknologi,
persaingan, dan konsumen.
Sementara audit internal dalam matriks I-E dilakukan dengan
mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan
dibidang-bidang fungsional, termasuk manajemen, pemasaran,
keuangan/akunting, produksi/operasi, pendidikan dan pengembangan dan sistem
informasi komputer (David, 2009).
Pengembangan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks internal-
eksternal (I-E) yang menghasilkan sembilan macam sel yang diperlihatkan
kombinasi total nilai terboboti dari matriks IFE-EFE. Tetapi, pada prinsipnya
kesembilan sel dapat dikelompokan menjadi tiga strategi utama yang memiliki
implikasi strategi yang berbeda.
Pertama, Growth Strategy, dapat disebut tumbuh dan membangun. Divisi
ini berbeda dengan sel I, II, atau IV. Dalam hal ini perusahaan biasanya mengejar
pertumbuhan dalam keuntungan, pangsa pasar, dan tujuan primer lain. Strategi
Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk).
Kedua, Stability Strategy, dapat dikelola dengan strategi pertahankan dan
pelihara. Divisi ini berada pada sel III, V, VII. Perusahaan menerapkan strategi
tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Tujuannya relatif dipensif,
yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit.
Ketiga, Retrechment Strategy, dapat pula disebut strategi panen atau
divestasi. Divisi ini masuk ke dalam sel VI, VII, IX. Pada saat kelangsungan
35
hidup perusahaan terancam dan tidak lagi dapat bersaing secara efektif. Seringkali
strategi ini menekankan pada penghematan.
36
dikembangkan untuk menjadi organisasi yang mampu mencapai tujuannya,
dengan menerapkan strategi pengembangan usaha yang tepat KUD Bayongbong
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode analisis
yang mampu memberikan beberapa alternatif strategi yang bisa dilakukan. Dalam
merumuskan strategi pengembangan yang dilakukan peneliti menggunakan
landasan teori yang dikemukakan oleh David yaitu, bahwa terdapat tiga tahapan
analisis yang bisa dilakukan dalam mengembangkan strategi. Tahapan tersebut
meliputi tahap input, tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan. Tahap
input merupakan tahapan dengan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap suatu organisasi dalam menjalankan usahanya. Faktor-faktor tersebut
meliputi faktor internal dan faktor eksternal organisasi.
Pada tahap input dilakukan beberapa analisis diantaranya analisis situasi,
analisis faktor internal dan eksternal perusahaan. Analisis situasi meliputi analisis
terhadap faktor biofisik, infrastruktur, stakeholders, dan institusi. Sedangkan,
untuk analisis faktor internal perusahaan meliputi faktor-faktor yang
mempengaruhi organisasi dari dalam organisasi tersebut. Faktor internal yang
dapat dianalisis yakni manajemen pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan
operasi, sumberdaya manusia serta riset dan pengembangan. Selanjutnya hasil
analisa faktor internal tersebut kemudian dianalisis faktor-faktor mana saja yang
merupakan kekuatan dan kelemahan organisasi. Setelah mengetahui faktor
kekuatan dan kelemahan tersebut langkah selanjutnya adalah
memformulasikannya ke dalam matriks IFE.
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
organisasi dari luar organisasi tersebut. Hal yang dianalisa dari faktor eksternal
yakni lingkungan umum dan lingkungan industri. Lingkungan umum meliputi
sosioekonomi (ekonomi, sosial, demografi, dan iklim), teknologi, dan pemerintah.
Sedangkan lingkungan industri meliputi persaingan antar perusahaan, masuknya
pesaing baru, produk substitusi, kekuatan tawar menawar penjual/pemasok, dan
kekuatan tawar menawar pembeli/konsumen. Analisa terhadap faktor eksternal
tersebut kemudian diidentifikasi mana yang termasuk ancaman dan peluang bagi
organisasi, untuk diformulasikan ke dalam matriks EFE.
37
Hasil dari matriks IFE dan EFE kemudian digambarkan dalam matrik I-E
untuk diperoleh posisi perusahaan saat ini, sehingga dapat diketahui strategi
alternatif mana saja yang digunakan dengan kondisi organisasi saat ini. Sedangkan
analisis SWOT berfungsi untuk merumuskan alternatif strategi sebagai hasil
analisis dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang menghasilkan
alternatif strategi SO (kekuatan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WO
(kelemahan-peluang), WT (kelemahan-ancaman). Alternatif strategi yang
dihasilkan merupakan upaya untuk mengembangkan KUD Bayongbong yang
didasarkan pada kondisi lingkungan baik internal maupun eksternal organisasi.
Strategi alternatif yang dihasilkan pun tetap mengacu pada visi dan misi dari
organisasi sehingga tidak terjadi penyimpangan tujuan yang akan dicapai oleh
KUD Bayongbong sebagai organisasi yang mampu memberikan pelayanan
terbaik kepada anggotanya.
38
KUD Bayongbong
Identifikasi Permasalahan :
1. KUD Bayongbong belum mampu memasok permintaan susu
secara konstan baik dari segi kualitas maupun kuantitas
2. KUD Bayongbong belum maksimal dalam memberikan
pelayanan kepada anggotanya (peternak)
3. Rendahnya tingkat kedisiplinan dan kesadaran dari
sumberdaya manusia peternak KUD Bayongbong dalam
mengelola unit usaha sapi perah
Analisis Situasi
Biofisik; Infrastruktur; Stakeholders; Institution
Alternatif Strategi
39
IV. METODE PENELITIAN
41
Perumusan strategi dalam penelitian ini menggunakan analisis tiga tahap
perumusan strategi untuk mengevaluasi keragaan umum perusahaan serta
mengidentifikasi situasi organisasi, faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan. Selanjutnya pengembangan alternatif strategi yang akan dijalankan
oleh perusahaan atau organisasi. Menurut David (2009), tiga tahap formulasi
strategi yang dapat dilakukan adalah :
1) Tahap Input
a) Analisis Situasi
Analisis situasi bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor
biofisik, infrasturktur, stakeholders, dan institusi yang mempengaruhi
terhadap perencanaan dan desain pengambilan keputusan penerapan
strategi suatu organisasi atau perusahaan. Pada analisis lingkungan
biofisik, digambarkan bagaimana pengaruh dan interaksi antara
lingkungan dan usaha yang dijalankan. Kemudian pada analsis
infrastruktur, dilihat bagaimana infrastruktur yang ada mampu menunjang
usaha yang dilakukan. Sedangkan pada analisis stakeholders melihat
bagaimana kepentingan serta pengaruh stakeholders yang ada terhadap
usaha yang dilakukan dengan menggunakan tabel analis sebagai berikut.
42
operasional produksi, keuangan, dan sumberdaya manusia. Hasil dari
analisis lingkungan internal kemudian diolah dengan menggunakan
matriks IFE. Matrik IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dianggap penting. Berikut ini adalah tahapan kerjanya :
i) Identifikasi faktor internal perusahaan, kemudian dilakukan dengan
wawancara atau diskusi dengan responden terpilih dengan
menetukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan
kondisi internal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih
dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk
menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator
vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator
vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator
vertikal
43
Xi Keterangan :
αi = αi = bobot variable ke -i
n Xi = nilai variable ke -i
∑ Xi
i=1 i = 1, 2, 3, …
n = jumlah variable
44
c) Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang
yang mungkin dihadapi oleh perusahaan. Analisis lingkungan eksternal
dapat dilihat dari lingkungan umum dan lingkungan industri. Lingkungan
umum terdiri dari sosioekonomi (ekonomi, sosial, demografi, iklim)
teknologi dan pemerintahan. Lingkungan industri terdiri dari kekuatan
persaingan dalam industri, kekuatan kemungkinan masuknya pendatang
baru, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar
pembeli, dan potensi pengembangan produk substitusi. Dari analisis
lingkungan eksternal ini kemudian diolah dengan menggunakan matriks
EFE. Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan dalam lingkungan eksternal perusahaan. Hal ini penting karena
faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
terhadap perusahaan. Berikut ini adalah tahapan kerjanya :
i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan, kemudian dilakukan
wawancara atau diskusi dengan responden terpilih untuk
menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan
kondisi eksternal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih
dengan menggunakan metode paired comparation. Untuk
menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator
vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator
vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator
vertikal
45
Tabel 10. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan
Faktor Strategi
A B C D ... Total Bobot
Internal
A
B
C
D
...
Total
Sumber : Kinnear dan Taylor (2001)
46
4 = Sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih dan
mengatasi ancaman tersebut superior
2) Tahap Pencocokan
Hasil dari tahap input kemudian dilanjutkan ke dalam tahap pencocokan.
Tahap pencocokan ini terdiri dari :
a) Matriks Internal-Eksternal (I-E)
Matriks I-E bermanfaat untuk memperoleh berbagai alternatif strategi
yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan. Matriks I-E terdiri dari
dua dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE pada sumbu X dan Matriks
EFE pada sumbu Y. Sumbu X pada I-E matriks, skornya 3 yaitu : 1,0-1,99
menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor 2,0-2,99 posisinya
adalah rata-rata, dan skor 3,0-4,0 adalah kuat. Dengan cara yang sama,
pada sumbu Y yang dipakai pada matriks EFE, skor 1,0-199 adalah
rendah, 2,0-2,99 posisinya adalah sedang, dan skor 3,0-4,0 adalah tinggi.
Perusahaan yang dianggap paling sukses adalah perusahaan yang mampu
menghasikan bisnis yang berada pada sel satu (1).
b) Matriks SWOT atau TOWS
Matriks Strenghts- Weakness- Opportunity- Threats (SWOT) merupakan
salah satu matching tool yang membantu para manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi. Keempat strategi yang dimaksud
adalah SO (kekuatan peluang- strenghts opportunity), WO (kelemahan
47
peluang- weakness opportunity), ST (kekuatan ancaman- strenght threats)
dan WT (kelemahan ancaman- weakness threaths). Matriks SWOT terdiri
dari sembilan sel. Terdapat empat key success factor, empat sel untuk
strategi dan satu sel yang selalu kosong. Keempat sel strategi berlabelkan
S-O, W-O, S-T, W-T yang dikembangkan melalui key success factor pada
sel yang berlabelkan S, W, O, T. Berikt ini adalah tahapan matriks SWOT:
1) Buat daftar peluang eksternal perusahaan
2) Buat daftar ancaman eksternal perusahaan
3) Buat daftar kekuatan internal perusahaan
4) Buat daftar kelemahan internal perusahaan
5) Cocokan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya dalam strategi SO
6) Cocokan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya dalam strategi WO
7) Cocokan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal
dan catat hasilnya dalam strategi ST
8) Cocokan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam strategi WT.
Perlu diketahui bahwa kegunaan dari setiap alat pada matching stage
adalah untuk membangkitkan strategi alternatif yang fisibel untuk
dilaksanakan, bukan untuk memilih dan menentukan strategi mana yang
terbaik. Jadi, tidak semua strategi dikembangkan dalam matriks SWOT.
48
V. DESKRIPSI KUD BAYONGBONG
50
tujuh unit usaha yang dikelolanya seperti unit usaha ternak sapi perah, unit usaha
makanan ternak, unit usaha warseda, unit usaha simpan pinjam, SP PUK, dan
KCK, serta unit usaha listrik.
51
sebagai media informasi dan konsultasi yang dilakukan antara anggota dengan
pengurus KUD Bayongbong.
Rapat Anggota
Pengawas Pengurus
Manajer Utama
Bagian
Makanan Bagian Bagian USP
Ternak Personalia
Keanggotaan
Bagian Kredit
Bagian Populasi
Sapi Bagian Umum
UUO
Kasubag
Sekretariat
Anggota
52
organisasi yang diterapkan KUD Bayongbong. Kegiatan yang berkaitan dalam
bidang organisasi lainnya adalah kegiatan penyuluhan, pelatihan dan studi
banding yang dilakukan KUD Mandiri Bayongbong dengan beberapa instansi
seperti gerakan koperasi, dinas pemerintahan setempat, mitra usaha, organisasi
atau lembaga sosial dan instansi pendidikan yaitu perguruan tinggi dan SLTA.
5000
4000
3000
Orang
2000
1000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Banyak Anggota
53
peternak untuk menjual produksi susunya ke tempat yang mampu membayar
produksi susunya lebih tinggi dari KUD Bayongbong. Walaupun pada saat itu
telah terdapat kebijakan rayonisasi antar koperasi di Kabupaten Garut, tetapi
karena kebijakan tersebut belum berjalan dengan baik mengakibatkan banyak
anggota KUD Bayongbong yang beralih pada organisasi lain sejenis yang mampu
menampung produksi susu hasil ternaknya dengan harga yang lebih baik.
Pada tahun 2007, KUD Bayongbong mulai melakukan pembenahan
sedikit demi sedikit pada manajemen koperasinya. Hal tersebut pun berdampak
pada peningkatan kembali jumlah anggota secara berangsur-angsur diikuti dengan
meningkatnya kapasitas dan kualitas produksi susu yang dihasilkan.
54
tanggung jawab peternak, yang kemudian dibantu dengan pelayanan yang
diberikan KUD Bayongbong melalui penyuluhan, pemeriksaan kesehatan hewan
dan Inseminasi Buatan (IB) melalui penyediaan dokter hewan keliling. Kemudian
untuk menjaga kapasitas dan kualitas sangat bergantung terhadap upaya kerjasama
peternak dalam menjaga kebersihan dan kesehatan ternaknya. Disamping
pemberiaan penyuluhan upaya pengontrolan secara berkala pun dilakukan untuk
mengetahui kondisi pengelolaan ternak dilapangan.
Populasi ternak sapi perah KUD Mandri Bayongbong saat ini mencapai
4.325 ekor sapi dengan jumlah peternak kurang lebih 1761 orang5. Berdasarkan
Laporan Tahunan KUD Bayongbong Tahun Buku 2004-2009 berikut
perkembangan jumlah pedet KUD Bayongbong.
3500
3000
Jumlah Populasi
2500
2000
1500
1000
500
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
5
Data populasi ternak sapi perah KUD Bayongbong 2009 (Lampiran 3 ).
55
melebihi standar yang ditentukan. Hal ini berdampak pada penurunan harga susu
yang diberikan IPS. Untuk memenuhi standar tersebut KUD Bayongbong
menerapkan SOP dalam pengelolaan susu mulai penerimaan dari peternak hingga
pada pengiriman ke IPS yang menjadi target pemasaran susu segar KUD
Bayongbong.
56
serta peminjaman dana untuk kepentingan anggota. Unit usaha ini memberikan
kemudahan bagi anggotanya untuk memperoleh pinjaman modal dengan tingkat
bunga yang rendah serta prosedur yang sederhana. Sumber permodalan unit
simpan pinjam berasal dari anggota sendiri, serta bantuan instansi lain yang
kemudian dikelola oleh KUD Bayongbong untuk digunakan untuk kepentingan
anggota.
57
VI. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN ORGANISASI
6.1.2. Infrastruktur
Infrastruktur yang dimiliki KUD Mandiri Bayongbong meliputi
pemenuhan fasilitas pendukung kegiatan usaha yang dijalankan. Fasilitas yang
dimiliki meliputi fasilitas kantor/ gedung, kendaraan operasional, ruang produksi
dan pengolahan, ruang laboratorium dan pengecheckan, ruangan konsultasi dan
pelayanan anggota dan fasilitas umum lainnya. Dalam Unit usaha ternak sapi
perah KUD Mandiri Bayongbong fasilitas yang mendukung berjalannya distribusi
usaha ternak adalah kendaraan operasional yang terdiri dari kendaraan pengangkut
susu dari peternak, kendaraan penyalur susu ke IPS, kendaraan pengangkut pakan,
dan kendaraan kesehatan hewan.
Keterangan:
11 12 13
1. Loket Pembayaran
Listrik
10 2. Gudang Pakan
Konsentrat
3. Ruang Keswan dan
9 IB
2
4. Waserda
5. Ruang Satpam
6. Mushola
7. Taman
8. Gedung Kantor
KUD Bayongbong
9. Ruang Staf Susu
10. Lab. Rusu
8 11. Ruang Pengetesan
Susu
6 12. Ruang Chilling
13. Gudang
1
5
4
3
7
59
Pada kegiatan produksi dan pengolahan KUD Bayongbong memiliki ruang
chilling pengolahan susu, ruang laboratorium dan pengontrolan susu, dan ruang
staf khusus pengelola susu. Selain itu, dalam mengelola produksi susu KUD
Bayongbong didukung oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai sesuai
standar baku. Pemenuhan fasilitas ini ditujukan untuk mendukung kelancaran
pengelolaan produksi susu yang memiliki kualitas yang baik.
6.1.3. Stakeholders
Stakeholders merupakan seseorang, kelompok, organisasi, atau sistem
yang mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh tindakan organisasi.
Stakeholders KUD Mandiri Bayongbong terdiri dari stakeholder input,
stakeholder on farm, dan stakeholder output. Stakeholder input merupakan pihak
yang memiliki kepentingan dengan KUD Bayongbong dengan usaha ternaknya
dalam hal penyediaan input seperti modal, dan bahan pakan ternak. Dalam
memenuhi sumber permodalan KUD melakukan kerjasama dengan beberapa
lembaga keuangan seperti bank. Bank yang bekerjasama dengan KUD Mandiri
Bayongbong dalam membantu unit ternak sapi perah yaitu Bank Harapan Saudara
(BHS), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Central Asia (BCA), Bank Mandiri, dan Bank Pendapatan Daerah (BPD).
Untuk memenuhi kebutuhan pakan khususnya bahan pakan konsentrat
KUD Bayongbong bekerjasama dengan beberapa pemasok seperti pengumpul
yang mampu mensuplai kebutuhan sawit, jagung, dedak, tepung telur, garam dan
roti. Sedangkan, GKSI merupakan pemasok tetap kopra dan polard dan untuk
mineral dipasok oleh perusahaan penyediaan bahan mineral dari daerah Solo.
KUD Mandiri Bayongbong memiliki daya tawar lebih kuat terhadap bebrapa
pemasok usaha ternak sapi perah KUD Mandiri Bayongbong. Hal ini ditunjukan
dengan tidak bergantungnya KUD Mandiri Bayongbong terhadap salah satu
pemasok.
Stakeholders yang terlibat dalam kegiatan on farm adalah peternak yang
juga merupakan anggota dari KUD Bayongbong. Peternak merupakan pihak yang
penting dalam hal pengelolaan ternak sapi perah, karena peternak merupakan
pelaku utama dari usaha ini. Cepat lambatnya perkembangan usaha ternak sangat
bergantung dari keinginan untuk maju dari para peternak.
60
Stakeholders output merupakan pihak yang terlibat dalam menyerap hasil
produksi dari usaha ternak sapi perah yaitu susu. Saat ini susu segar yang
dihasilkan oleh KUD Bayongbong hanya ditampung oleh IPS, IPS yang
menampung susu KUD Bayongbong meliputi PT. Indomilk dan PT. Frisian Flag
Indonesia (FFI).
61
Tabel 12. Analisis Pengaruh Stakeholders terhadap Usaha Ternak Sapi Perah
KUD Bayongbong
Kepentingannya Kekuatan &
Pengaruhnya
Stakeholders Peran yang terkait
(+) (-) Kuat Lemah
GKSI Pemasok Kopra, dan Polard v - v -
Pemasok, Dedak, Jagung,
Pengumpul v - - v
Tepung telu, Bubuk Roti
Lembah Hijau Pemasok Garam dan
v - v -
Multifarm Mineral
Bank Pinjaman Modal Keuangan v - v
Peternak Pengelola Hewan Ternak v - - v
IPS Penerima Susu Segar v - v -
6.1.4. Institusi
Intitusi merupakan suatu organisasi atau lembaga yang mampu menunjang
serta mendukung sistem agribisnis usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong.
Institusi yang terkait dalam usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong terdiri dari
lembaga keuangan, asosiasi peternak atau koperasi susu, dan lembaga
pemerintahan. Lembaga keuangan merupakan suatu institusi yang mampu
mendukung KUD Bayongbong dalam memberikan modal keuangan, dan institusi
keuangan dapat berasal dari perbankan atau non perbankan. Dalam menunjang
permodalan, masing-masing institusi keuangan memiliki kententuan yang harus
dipenuhi dalam menjaga kelancaran kerjasama yang dilakukan. Bentuk dukungan
62
yang diberikan institusi keuangan dapat berupa pinjaman modal (kredit) dengan
bunga ringan tanpa agunan.
KUD Bayongbong sebagai salah koperasi susu di Jawa Barat tentunya
menginduk sebagai anggota dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa
Barat. Peran GKSI merupakan suatu lembaga yang mampu menunjang
kepentingan dan kebutuhan koperasi susu yang merupakan wakil dari para
peternak lokal. Bentuk dukungan yang diberikan GKSI berupa penyuluhan dan
pembinaan, pemenuhan kebutuhan input peternak serta sebaga media konsultasi
terhadap permasalahan dan kendala yang dihadapi peternak.
Lembaga pemerintahan merupakan pihak yang menetapkan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan perkembangan usaha ternak. Kebijakan yang
ditetapkan seharusnya mampu mendukung dan menunjuang terhadap kemajuan
usaha ternak yang dijalankan oleh para peternak dan perindustri susu di Indonesia.
Saat ini perkembangan industri susu Indonesia berkembangan dengan pesat,
namun pemerintah masih kurang memperhatikan kondisi para peternak lokal. Hal
ini dikarenakan kebijakan-kebijakan yang ada kurang mengangkat dan kurang
mewakili kepentingan para peternak lokal.
6.2.1. Manajemen
Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas pokok yaitu, perencanaan,
pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan atau
pengendalian (David, 2009).
63
6.2.1.1. Perencanaan
Perencanaan selalu dilakukan KUD Bayongbong setiap tahunnya guna
meningkatkan kinerja unit ternak sapi perah. Penyusunan rencana untuk tahun
selanjutnya merupakan hasil evaluasi usaha ternak sapi perah RUA sebelumnya.
Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Bayongbong Tahun Buku 2009, dalam
rangka peningkatan kualitas dan kuantitas susu, KUD Bayongbong merencanakan
upaya-upaya pada tahun 2010 sebagai berikut: meningkatkan harga susu di tingkat
peternak, meningkatkan kualitas pakan ternak dan penyerapannya, pembinaan
kepada para anggota dalam perbaikan kulitas susu, mempertahankan populasi
sekaligus mencegah penjualan sapi ke luar wilayah kerja KUD Bayongbong,
bekerjasama dengan pihak perbankan yaitu Bank Mandiri untuk pinjaman modal
anggota dalam penambahan populasi ternak, melengkapi sarana yang masih
kurang seperti tangki lapangan, dan alat-alat laboratorium, serta bekerjasama
dengan pemerintah dalam upaya meningkatkan penanganan usaha sapi perah
sehingga menghasilkan usaha yang optimal.
6.2.1.2. Pengorganisasian
Pengambil keputusan tertinggi dalam pengorganisasian KUD Bayongbong
adalah Rapat Anggota Tahunan (RAT). Oleh karena itu segala keputusan yang
berkaitan dengan kebijakan di KUD harus berdasarkan kesepakatan anggota.
Dalam manajemen pengelolaannya unit ternak sapi perah dikelola oleh pengurus
dibawah koordinasi manajer divisi peternakan dan kendaraan yang membawahi
sub divisi bagian MC, sub divisi bagian makanan ternak, dan bagian populasi
sapi. Sub divisi MC bertanggung jawab terhadap pengontrolan kualitas susu yang
dihasilkan peternak serta menjamin pemasaran susu ke IPS agar kualitas susu
yang diminta sesuai dengan standar kebutuhan IPS. Pada sub divisi bagian
makanan ternak pengelolaan difokuskan pada keterjaminan makanan ternak sapi
perah. Upaya menjaga ketersediaan makanan ternak dikelola melalui unit
makanan ternak dimana unit ini mampu menyediakan fasilitas kendaraan
operasional untuk penyediaan pakan hijauan dan mampu memproduksi makan
ternak konsentrat secara mandiri. Kemudian untuk sub divisi bagian populasi sapi
menjamin pelestarian ternak, kebersihan serta kesehatan ternak. Sub divisi ini
64
memiliki tenaga penyuluh lapang dan dokter hewan yang melakukan aktivitas
menjaga kebersihan, kesehatan dan pelestarian ternak sapi perah.
6.2.1.5. Pengendalian/Kontrol
Pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan
untuk memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Dalam unit ternak sapi perah pengendalian dilakukan melalui pengontrolan ke
lapangan mulai dari penyediaan makanan ternak hingga susu tersebut dipasarkan
ke IPS. Pengendalian dalam penyediaan makanan ternak dilakukan pada
pemilihan pemasok bahan baku pakan konsentrat guna menghasilkan pakan ternak
berkualitas. Kemudian pengontrolan dalam kegiatan budidaya sapi perah
65
dilakukan melalui pengontrolan oleh tim penyuluh dan dokter hewan yang secara
berkala berkeliling pada setiap peternak.
Pengontrolan pun dilakukan pada saat proses pengambilan susu oleh KUD
Bayongbong dari peternak terdapat prosedur pengontrolan susu yang akan
dilakukan di lapangan menggunakan peralatan pengukur standar kualitas susu.
Pengontrolan dilakukan standar kualitas susu tidak hanya dilakukan dilapangan
saja, pengontrolan dilakukan juga saat susu diterima di KUD Bayongbong hingga
susu akan dipasarkan ke IPS. Kegiatan pengontrolan susu tersebut selanjutnya
diinput dan diolah untuk mengetahui kadar di dalam susu yang telah dihasilkan,
kemudian data hasil olahan diterbitkan setiap harinya sebagai bahan evaluasi
terhadap kualitas susu yang dihasilkan.
Selain pengecheckan lapangan terkait kualitas susu, terdapat juga
pengontrolan pendistribusian susu. Pengontrolan ini terkait dengan adanya
kebijakan rayonisasi yang disepakati oleh masing-masing KUD yang terdapat di
Kabupaten Garut. Kebijakan rayonisasi merupakan kebijkan yang mengatur
wilayah kerja KUD di daerah setempat. Pengontrolan terkait wilayah kerja ini
sering mengalami kendala, kondisi dilapangan menunjukan terdapat
penyelewengan yang dilakukan peternak. Kadang kala demi memperoleh
keuntungan yang lebih baik peternak sering mengabaikan aturan akan adanya
wilayah kerja masing-masing KUD. Hal ini sangat rawan terjadi pada daerah-
daerah perbatasan antar KUD. Akibat rendahnya pengontrolan yang dilakukan
KUD Bayongbong sering kali terjadi pendistribusian susu ke luar wilayah kerja.
6.2.2. Pemasaran
Sasaran pemasaran koperasi berbeda dengan perusahaan yang pada
umunya. Dalam koperasi sasaran pemasaran tidak hanya memaksimumkan
keuntungan saja, melainkan perlu memaksimumkan output, meminimumkan
biaya rata-rata, keseimbangan kompetitif, dan memaksimumkan deviden (SHU)
per anggota guna memberikan pelayanan dan kesejahteraan terhadap anggota.
Untuk mencapai pemasaran yang optimal organisasi perlu memperhatikan
konsumen, penjualan produk, perencanaan produksi, penetapan harga, distribusi,
riset pemasaran dan analisis peluang pasar.
66
6.2.2.1. Analisis Pelanggan
Pelanggan produk unit ternak sapi perah KUD Bayongbong merupakan
industri pengolahan susu (IPS) yang membutuhkan konsumsi susu segar dalam
jumlah yang besar. Konsumsi terhadap susu segar tersebut, selanjutnya akan
diolah menjadi berbagai macam produk olahan susu.
PT. Indomilk, dan PT. Frisian Flag Indonesia merupakan industri
pengolahan susu yang menampung hasil susu KUD Bayongbong. Dalam proses
menyerap susu segar dari peternak, IPS menetapkan standar kualitas susu yang
harus dipenuhi KUD. Hal ini berkaitan dengan upaya perusahaan dalam menjaga
citra perusahaan terhadap produk olahan susu yang dihasilkan, melihat kondisi
masyarakat yang semakin selektif dan kritis dalam menggunakan produk olahan
susu. Namun, di sisi lain adanya penetapan standar penerimaan susu IPS ini
hanyalah strategi yang di terapkan oleh perusahaan untuk memberi peluang besar
konsumsi susu impor serta menghambat penyerapan susu lokal.
Secara umum saat ini standar kualitas susu yang diterapkan perusahaan
meliputi komponen Total Solid (TS), Total Plate Count (TPC), Fat (Lemak Susu),
Solid Non Fat (SNF), Freezing Point, Lactose, Ph, dan Antibiotik. Berikut rincian
standar kualitas susu yang diterapkan :
- TPC : < 5 juta/ ml susu
- TS : > 11.3
- Fat : +/- 4 %
- SNF : +/- 8 %
- Freezing Point : < 0.565
- Lactose : < 4.6
- Ph : < 6.9
- Antibiotik :-
Hingga saat ini produksi akan susu segar dari peternak dalam negeri masih
belum memenuhi kebutuhan produksi perusahaan. Masing-masing perusahaan
hanya mampu menyerap kurang lebih 400-475 ton per hari susu segar dari
peternak. Jumlah itu hanya memenuhi 20-25 persen (%) dari kebutuhan
perusahaan, sedangkan sisanya IPS menyerap dari susu impor.
67
IPS. Penjualan susu KUD Bayongbong dilakukan kepada dua perusahaan IPS di
Indonesia yaitu PT. Indomilk dan PT. Frisian Flag Indonesia. Perkembangan
penjualan susu KUD Bayongbong mengalami tren peningkatan pada salah satu
IPS dan tren penurunan pada IPS lainnya. Namun saat ini, KUD Bayongbong
hanya mampu memasok satu IPS yaitu Frisian Flag Indonesia. Kondisi ini
disebabkan karena permintaan terhadap susu di masing-masing IPS semakin
meningkat sedangkan produksi susu yang dihasilkan peternak KUD Bayongbong
belum mampu memenuhi kapasitas permintaan yang dibutuhkan.
9000000
8000000
7000000
6000000
Liter Susu
8
Harga Susu Bubuk Dunia Naik, Harga Frisian Flag Masih Bertahan. 20 Oktober 2010.
http://indocashregister.com/. (Diakses 9 November 2010) 68
peningkatan kuantitas susu yang dihasilkan oleh sapi perah. Fokus rencana
tersebut dilakukan karena semakin ketatnya standar kualitas susu yang diterapkan
IPS, serta gencarnya akses impor susu yang dipermudah dengan penerapan bea
masuk nol persen.
Jumlah kapasitas susu yang dihasilkan KUD Bayongbong pun perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya
permintaan akan susu, sebagai dampak dari peningkatan jumlah penduduk dan
pola hidup masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan9. Dalam mencapai
rencana produksi tersebut KUD Bayongbong menerapkan motto ”Sapiku Sehat,
Susunya Enak, Peternakku Kuat”. Upaya yang dilakukan berbentuk kegiatan
penyuluhan dan pengontrolan kesehatan ternak, dan pemenuhan kelengkapan
fasilitas pengontrolan kualitas susu dengan berstandar industri.
3000
2500
Rupiah (Rp)
2000
1500
1000
500
0
2006 2007 2008 2009
Tahun
9
Indonesi Perlu Genjot Produksi Susu Nasional. 5 Maret 2010. http://www.kontan.co.id/
(Diakses 20 Oktober 2010) 69
Gambar 11, menunjukan bahwa tren perkembangan harga susu KUD
Bayongbong di tingkat peternak semakin meningkat. Hal ini menunjukan bahwa
kualitas susu yang dihasilkan semakin baik. Jaminan kualitas susu ini yang
membuat KUD Mandiri Bayongbong semakin percaya diri untuk terus
mengembangkan usaha ternak sapi perah.
6.2.2.5. Distribusi
Saluran distribusi susu yang dilakukan KUD Bayongbong yaitu dimulai
dari peternak, kemudian dilakukan proses dan pengechekan standar industri oleh
KUD, hingga pada penyaluran langsung ke IPS. Dalam pendistribusian susu ini,
KUD Bayongbong menyediakan beberapa unit kendara operasional pada masing-
masing wilayah peternak untuk mengangkut susu, dan kendaraan operasional
penyalur ke IPS. Dalam pendistribusian susu dari peternak hingga ke IPS terdapat
proses pengecheckan dan pengolahan susu yang dilakukan KUD Bayongbong
guna menjamin kualitas susu yang disalurkan ke IPS. Proses pengontrolan
pertama berawal dari pengambilan susu dari peternak yang dilakukan pada pos-
pos penampungan susu KUD di daerah setempat. Pengontrolan ini meliputi tes
total solid (TS), berat jenis, serta suhu susu. Setelah susu dinyatakan lolos check
maka susu dimasukan kedalam tangki penampungan untuk kemudian dibawa ke
KUD dilakukan proses berikutnya.
70
tangki penampungan pertama adalah proses chilling, proses ini merupakan
kegiatan pengolahan susu untuk sterilisasi susu yang dihasilkan. Setelah proses
chilling susu kemudian dimasukan ke tangki penampungan kedua dan dilakukan
pengecheckan terakhir sebelum susu disalurkan ke IPS, di dalam tangki
penampungan susu dikondisikan pada suhu lima hingga enam derajat celcius
untuk menghambat perkembangan bakteri selama perjalanan.
Susu yang telah mengalami proses pengecheckan dan pengolahan
berdasarkan standar industri selanjutnya dikirim ke IPS. Distribusi susu dari
koperasi menuju IPS cukup memakan banyak risiko pengurangan susu mulai dari
penyusutan, dan tumpah lapang. Jarak KUD dengan IPS kurang lebih mencapai
209 - 221 Km. Lokasi IPS terletak di Jl. Raya Bogor Km. 5, Pasar Rebo -
Cijantung, Jakarta yang merupakan alamat dari PT. FRISIAN FLAG
INDONESIA serta PT. INDOLAKTO (factory Jakarta) atau PT. INDOMILK
yang terletak di Jl. Raya Bogor Km.26,6 Jakarta.
71
Berdasarkan Laporan Tahunan KUD Bayongbong Tahun Buku 2009,
modal kerja yang dimiliki KUD Bayongbong sebagai sumber yang digunakan
untuk kegiatan usahanya, antara lain:
1. Simpanan Pokok dan Wajib : Rp. 568.566.115,00
2. Modal Donasi : Rp. 750.000,00
3. Cadangan : Rp. 1.102.444.202,58
4. Investasi : Rp. 1.718.643.041,00
5. Dana Pemupukan Modal : Rp. 2.919.662.661,53
6. SHU Tahun 2009 : Rp. 743.451.302,60 +
Jumlah Rp. 7.053.517.322,71
72
Perkembangan SHU Keseluruhan KUD Bayongbong Tahun 2004-2009
900000000
800000000
700000000
Besar SHU (Rp)
600000000
500000000
400000000
300000000
200000000
100000000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
600000000
500000000
300000000 Listrik
Waserda
200000000 Simpan Pinjam
KCK
100000000 SP PUK
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
-100000000
Tahun
Gambar 14. Perkembangan SHU Unit Usaha KUD Mandiri Bayongbong Tahun
2004-2009
73
Gambar 14, menunjukan bahwa unit usaha ternak sapi perah merupakan
unit usaha yang memberikan kontribusi SHU terbesar untuk KUD Bayongbong.
Laporan Tahunan KUD Bayongbong Tahun Buku 2009 menunjukan perolehan
SHU unit ternak sapi perah mencapai Rp. 508.733.278,60. Sedangkan untuk unit
usaha makanan ternak Rp. 66.354.350,-, untuk unit simpan pinjam, SP PUK, dan
KCK, masing-masing mencapai Rp. 59.016.920,-; Rp. 16.208.494,-; Rp.
594.000,-. Kemudian Waserda 13.549.200,- dan Jasa Rekening Listrik Rp.
78.995.060,-.
Pemeliharaan
74
Untuk teknis budidaya kegiatan yang perlu diperhatikan yaitu mulai dari
penyediaan sarana dan peralatan, kegiatan pembibitan, dan pemeliharaan yang
meliputi sanitasi dan tindakan preventif, pemeliharan kesehatan sapi, pakan sapi
dan kandang sapi. Untuk kegiatan panen mencakup kegiatan pemerahan susu,
namun sebelum melakukan kegiatan pemerahan perlu memperhatikan sapi yang
akan diperah serta persiapan alat yang steril dipergunakan dalam kegiatan
pemerahan. Selanjutnya adalah kegiatan pascapanen, karena KUD Bayongbong
hanya menyalurkan produksi susu segar saja sehingga pada kegiatan pascapanen
hanya meliputi pengawetan susu. Pengawetan ini mencakup kegiatan yaitu
penyaringan susu, penanganan mutu dan pendinginan susu.
9000000
8000000
Produksi Susu (Liter)
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
75
dibandingkan dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan pada tahun
sebelumnya. Tahun 2008 produksi susu mencapai 8.247.329 liter, sedangkan pada
tahun 2009 susu hanya mencapai 8.072.991 liter artinya terdapat penurunan
jumlah produksi sebesar 1.07 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan
faktor cuaca yang ekstrim dan tidak menentu serta penggunaan pakan yang kurang
terjamin berdampak pada kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
76
ternak sapi mereka. Selain itu, sebagian besar angkatan kerja hanya mengenyam
pendidikan hingga SMP, SD bahkan terdapat yang tidak mengenyam pendidikan.
Dampak keterbatasan pendidikan tersebut mengakibatkan sulitnya merubah pola
pikir lama para anggota untuk melakukan teknis pengelolaan yang lebih maju
serta penggunaan teknologi modern.
77
6.2.6. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen berkaitan dengan upaya suatu organisasi
dalam mengumpulkan data dan informasi yang kemudian diolah untuk dapat di
implementasikan dan dijadikan sebagai informasi tambahan dalam penetapan
pengambilan keputusan. Pengelolaan sistem informasi manajemen akan lebih
efektif jika menggunaan sofware dan hardware dengan beragam analisis dan basis
data. Pengelolaan sistem manajemen yang diterapkan KUD Bayongbong belum
berjalan secara efektif dan maksimal. Hal ini ditunjukan dengan masih terbatasnya
peralatan pendukung untuk mengelola informasi yang ada, walaupun upaya
pencatatan data dan informasi dilakukan secara rutin. Selain itu, sumberdaya
manusia yang terbatas akan penggunaan teknologi menjadi kendala penggunaan
perangkat olah data sistem informasi.
1) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari tahun ke tahun ditunjukan dengan
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB
atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan
78
ini digunakan harga dasar tahun 2000. Untuk PDRB Kabupaten Garut dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 13 . Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Garut Atas Dasar Harga
Konstan pada Tahun 2006 – 2008
Table 13 menunjukan bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan yang
dihasilkan oleh Kabupaten Garut mengalami tren yang meningkat. Laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Garut pada tahun 2008 sebesar 4.69 persen,
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 4.76 persen. Sementara untuk kontribusi
ekonomi terhadap PDRB masih didominasi oleh oleh sektor pertanian10. Hal
tersebut menjelaskan bahwa perekonomian di Kabupaten Garut bercorak agraris
(pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan). Kondisi ini menunjukan
penduduk Kabupaten Garut sebagian besar berprofesi sebagai petani dan peternak.
Hal ini diharapkan menjadi peluang serta mampu mendukung kelancaran
pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong.
2) Tingkat Inflasi
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Desember 2009 angka
inflasi mencapai 2.78 persen dimana angka tersebut merupakan angka terendah
dalam satu dekade terakhir, dengan Indeks Harga Konsemen 117.03. Berita
Statistik BPS Indonesia Desember 2009 pun menunjukan terdapat lima kelompok
dari enam kelompok mengalami inflasi, kelompok tertinggi terjadi pada kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7.81 persen, disusul
kelompok sandang 6.00 persen, kelompok kesehatan dan pendidikan dan rekreasi
dan olahraga mencapai 3.89 persen, kelompok bahan makanan 3.88 persen dan
kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1.83 persen,
10
Data PDRB & Lajunya adh 2000 Menurut Lapangan Usaha Th 2005-2008 (Lampiran 4 )
79
sementara kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami
deflasi sebesar -3.67 persen11.
Data BPS 2010 menunjukan angka inflasi Indonesia hingga Oktober 2010
mencapai 5.35 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 123.29, kemudian
data Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari kelompok pertanian pada tahun
2009 rata-rata IHPB mencapai 209 persen sedangkan data IHPB hingga Juli 2010
rata-rata mencapai 226 persen12. Adanya peningkatan inflasi berdampak pada
peningkatan secara umum produk-produk, ini mengakibatkan terjadinya
peningkatan harga baik produk impor maupun produk dalam negeri. Kondisi ini
mendorong IPS untuk lebih mengefisienkan biaya produksi, salah satunya dengan
menurunkan harga susu yang diserap dari peternak lokal melalui koperasi. Hal ini
tentunya menjadi suatu permasalahan bagi para peternak karena penetapan harga
susu yang dihasilkannya semakin rendah, ditambah dampak dari inflasi
mengakibatkan harga pakan ternak semakin mahal.
11
Data IHK dan Inflasi Indonesia 2010 (Lampiran 5)
12
Data IHPB Indonesia 2010 (Lampiran 6) 80
Transportasi dan Pelayanan Umum tidak mengalami perubahan. Harga jual eceran
BBM tertentu, yaitu Bensin Premium, Minyak Solar (Gas Oil) dan Minyak Tanah
(Kerosene) dinyatakan tidak berubah dan tetap mengacu kepada Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 tahun 2009, tanggal 12
Januari 2009 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah
(Kerosene), Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk Keperluan
Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan
Umum, yaitu untuk Bensin Premium sebesar Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus
rupiah) per liter, Minyak Solar (Gas Oil) sebesar Rp. 4.500,- (empat ribu lima
ratus rupiah) per liter dan Minyak Tanah (Kerosene) sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu
lima ratus ribu rupiah) per liter. Tidak adanya perubahan harga pada BBM dapat
dijadikan sebagai kesempatan untuk KUD Bayongbong terus mengembangkan
usaha ternaknya karena dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik biaya untuk
BBM masih pada kondisi yang tetap.
4) Tarif Tol
Tarif tol merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap
biaya operasional. Hal ini berkaitan dengan kegiatan distribusi susu yang
menggunakan truk tangki susu yang termasuk pada jenis kendaraan golongan 3
(IIA). Tarif tol untuk golongan 3 relatif cukup tinggi, untuk jalur Padalarang-
Cikampek mencapai Rp. 55.000,-13. Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 397/KPTS/M/2010 dan Nomor 398/KPTS/M/2010 dan
akan mulai berlaku tujuh hari setelah tanggal ditetapkan, yakni tepatnya Senin, 12
Juli 2010 pukul 00.00 WIB, tarif tol mengalami kenaikan sebesar 9.5 hingga 10
persen pada beberapa jalur tol di Jakarta dikarenakan adanya peningkatan
pelayanan. Walupun besar kenaikan tarif tol tidak terlalu signifikan, besarnya
biaya tol tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan pada biaya operasional dalam
kegiatan distribusi susu .
5) Harga Susu
Harga susu dunia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga susu
di tingkat peternak karena saat ini sebagian besar IPS masih mengacu pada tingkat
harga susu dunia untuk menetapkan harga. Hal tersebut mengakibatkan harga susu
13
Daftar Tari Tol. (Lampiran 2)
81
responsif walaupun perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Tinggi
rendahnya susu di tingkat peternak bergantung juga pada naik turunya harga susu
dunia. Saat ini harga susu dunia mengalami tren yang meningkat, sehingga
berdampak pada tingkat harga susu lokal yang semakin baik. Hal ini diperjelas
oleh Fonterra Cooperative Group Ltd. Yang menyatakan, harga susu bubuk di
pasar internasional sudah mulai diperdagangkan di level antara US$ 3.250 hingga
US$ 3.600 per ton sejak awal Januari 2010 lalu. Dalam yang digelar awal April
2010 lalu harga susu bubuk itu menyentuh US$ 4.092 per ton. Level itu
merupakan yang paling tinggi sejak Juli 2008 sekaligus lompatan harga yang
paling tinggi sejak September 200914. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap
peningkatan penerimaan harga susu di tingkat peternak, dan menjadi peluang
untuk para peternak meningkatkan kinerjanya dalam mengembangkan usaha
ternak sapi perah.
14
Harga Susu Bubuk Dunia Naik, Harga Frisian Flag Masih Bertahan. 20 Oktober 2010.
http://indocashregister.com/. (Diakses 9 November 2010) 82
6.3.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki
karakteristik laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik diikuti dengan laju
pertumbuhan yang pesat 15. Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan
dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan (demand) produk pangan
masyarakat. Selain itu, perkembangan masyarakat saat ini lebih ke arah yang lebih
maju baik dari segi pendapatan maupun tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai pentingnya nilai gizi pangan. Hal ini membuat masyarakat cenderung
lebih meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi tinggi. Salah satu
produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya
adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu
per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg per kapita pada tahun 2001 dan
meningkat menjadi 6,8 kg per kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi
Peternakan, 2009).
Menurut Ditjennak, Peningkatan konsumsi susu nasional tidak diimbangi
dengan peningkatan produksi susu nasional. Dimana konsumsi susu masyarakat
Indonesia terus meningkat dari 883.758 ton pada tahun 2001 menjadi 1.758.243
ton pada tahun 2007 atau terjadi peningkatan sebesar 98.9% selama kurun waktu 6
tahun dan diprediksikan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Produksi susu yang tidak berkembang tersebut dapat kita lihat dari jumlah
populasi sapi yang relatif tetap (stagnan), bahkan produksi dan produktivitas susu
menunjukkan tren yang menurun dari tahun ke tahun akibat terbatasnya
kemampuan produksi susu nasional.
Pengembangan sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi perah di
Indonesia saat ini perlu dilakukan karena kemampuan pasok susu peternak lokal
saat ini baru mencapai 25 persen sampai 30 persen dari kebutuhan susu nasional
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Besarnya volume impor susu menunjukan
prospek pasar yang sangat besar dalam usaha peternakan sapi perah untuk
menghasilkan susu sapi segar sebagai produk substitusi susu impor16.
Pada sisi budaya, minum susu saat ini belum menjadi kebiasaan bagi
bangsa Indonesia. Susu hanyalah salah satu makanan bergizi yang sampai saat ini
masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Karena harga susu mahal dan
15
Data Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia (Lampiran 6 )
16
Revitalisasi Peternakan Sapi Perah Harus Digalakan. 10 November 2009. 83
http://www.iasa-pusat.org/. (Diakses 6 November 2010)
budaya minum susu belum tertanam di kalangan masyarakat. Saat ini, tingkat
konsumsi susu segar masyarakat Indonesia terus meningkat. Meski begitu,
dibandingkan dengan konsumsi susu di banyak negara lain, Indonesia masih
tertinggal jauh. Saat ini tingkat konsumsi susu segar masyarakat Indonesia adalah
10,47 liter per kapita per tahun. Konsumsi susu tersebut meningkat dibandingkan
dengan tahun 2009 yang baru mencapai 7,7 liter per kapita pertahun.
Peningkatan konsumsi susu itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan
konsumsi susu penduduk Malaysia serta di negara-negara maju seperti Jepang dan
AS. Saat ini tingkat konsumsi susu segar masyarakat Malaysia mencapai 27 liter
per kapita per tahun, Jepang 37 liter per kapita per tahun, AS 83,9 liter per kapita
per tahun, dan Belanda 120 liter per kapita per tahun17.
Untuk menanggulangi permasalahan rendahnya konsumsi susu serta
tingkat gizi masyarakat pemerintah melaksanakan program Pemberian Makanan
Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Program ini bertujuan untuk memperbaiki
asupan gizi peserta didik di tingkat TK dan SD, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan ketahanan fisik, minat, dan kemampuan belajar. Program ini
merupakan realisasi dari Inpres No. 1 Tahun 2010 itu rencananya menjangkau 27
kabupaten di 27 provinsi yang merupakan kabupaten tertinggal dan persentase
penduduk miskinnya besar. Sasarannya adalah 1,2 juta siswa TK dan SD, serta
185 ribu siswa Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang
setingkat TK dan SD. Total anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut
sebesar Rp 218 miliar dari APBNP. Biaya per siswa sekali makan adalah Rp
2.250 untuk kawasan Indonesia barat, dan Rp 2.600 untuk kawasan Indonesia
18
timur . Kondisi sosial, demografi, budaya dan lingkungan masyarakat saat ini
dapat dijadikan suatu peluang bagi para pelaku usaha ternak sapi perah untuk
terus menggenjot produksi serta menjaga kualitas produk yang dihasilkan, guna
memasok kebutuhan susu yang masih tinggi serta sebagai upaya mendukung dan
mensukseskan peningkatan gizi masyarakat Indonesia.
17
Konsumsi Susu Segar Masih Rendah. 1 Juni 2010. http://bataviase.co.id/.
18
(Diakses 10 November 2010) 84
Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah diluncurkan. 13 Agustus 2010.
http://www.tempointeraktif.com. (Diakses 10 November 2010)
sapi perah di Indonesia. Saat ini kebijakan yang menjadi pusat perhatian peternak
adalah adanya kebijakan impor susu dan tarif bea masuk susu yang meresahkan
peternak dalam negeri dalam menjalankan usahanya. Kebijakan Inpres No. 4
Tahun 1998, tentang koordinasi pembinaan dan pengembangan persusuan
nasional menetapkan bahwa penghapusan rasio jumlah susu impor yang diserap
IPS untuk melindungi peternak lokal. Data Direktorat Jenderal Peternakan (2007),
perkembangan ekspor susu olahan dan impor susu bubuk (Skim Milk Powder-
SMP) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari tahun
2003-2006, volume ekspor dan produk susu olahan tertinggi dicapai pada tahun
2003 sebesar 49.593.646 kg dengan nilai US $54.830.373. Sedangkan, volume
impor tertinggi juga dicapai pada tahun 2005 sebesar 173.084.444 kg dengan nilai
US $399.165.422. Dari angka tersebut, terlihat bahwa volume impor susu jauh
lebih besar daripada volume ekspornya19.
Pada tahun 2010, untuk meningkatkan daya saing kompetitif di pasar
global pemerintah memberi peluang untuk pembebasan bea masuk bahan baku
olahan susu. Dasar Hukum Penghapusan Bea Masuk didasarkan pada Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) No. 07/PMK.011/2010 tahun 2010 tentang Bea Masuk
Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Dan Bahan Untuk memproduksi
Barang dan/atau Jasa Guna Kepentingan Umum Dan Peningkatan Daya Saing
Industri Sektor Tertentu Untuk Anggaran 201020.
Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah berdampak
pada tingginya jumlah impor susu serta rendahnya pajak masuk impor susu yang
diterapkan telah menekan produksi di Indonesia serta proses produksi semakin
tidak efisien. Hal ini tentunya menjadi suatu ancaman bagi para peternak sebagai
pelaku usaha sapi perah kurang terperhatikan kepentingannya oleh pemerintah.
19
Revitalisasi Peternakan Sapi Perah Harus Digalakan. 10 November 2009.
http://www.iasa-pusat.org/. (Diakses 6 November 2010) 85
20
Harga Susu Impor Lebih Murah dari Susu Lokal. 7 Mei 2010. http://bataviase.co.id.
(Diakses 10 November 2010)
teknologi pemerahan, teknologi pengolahan kotoran dan teknologi pengelolaan
administrasi dan informasi. Seperti pada pengolahan pakan sapi terdapat alat
pencampur pakan basah, kemudian pada budidaya dan perbanyakan terdapat
teknologi Inseminasi Buatan (IB) dan Embrio Transfer (ET) serta berbagai
teknologi yang memberikan kemudahan dalam mengelola usaha ternak sapi perah.
Berbagai teknologi yang berkembang dalam mendukung kegiatan usaha ternak
sapi perah menjadi peluang yang besar untuk mendapatkan hasil produksi susu
yang maksimal, tentunya diimbangi dengan kemampuan sumberdaya manusianya
dalam menggunakan dan mengelola teknologi tersebut.
21
Populasi Sapi Perah Garut Capai 15.015 Ekor. 10 November 2009.
http://www.garutkab.go.id/. (Diakses 10 November 2010) 86
Dalam menjalankan bidang usaha yang sama banyak celah yang mampu
menimbulkan terjadinya persaingan. Persaingan terjadi dalam menjaga
ketersedian pakan yang semakin terbatas dan harga yang tinggi, kemudian
persaingan juga terjadi pada sisi pelayanan yang diberikan kepada anggota
peternak. Pelayanan yang diberikan kepada anggota peternak merupakan faktor
yang paling penting dalam menjaga kestabilan usaha ternak untuk mampu
bersaing. Sistem koperasi yang terbuka memungkinkan anggota dengan mudah
dapat beralih keanggotaan pada koperasi susu yang lain.
87
6.3.5.3. Ancaman Produk Subtitusi
Produk substitusi dari susu yang dihasilkan KUD Bayongbong yang
kemudian di pasarkan ke IPS adalah susu impor. Susu impor merupakan ancaman
bagi para pelaku usaha susu lokal. Karena hingga saat ini sebagian besar pasokan
kebutuhan susu nasional dan IPS masih di dominasi oleh susu impor. Kebutuhan
susu segar nasional yang mencapai 5.200 ton hingga 5.600 ton per hari,
sedangkan produksi susu nasional baru bisa memenuhi seperempatnya, atau
sekitar 1.300 ton - 1.400 ton per hari, padahal 95 persen dari produksi susu segar
tersebut dipasok untuk industri susu.
Untuk PT. Frisian Flag hingga saat ini masih mengimpor susu untuk
memenuhi sebagian besar bahan bakunya. Karena pasokan dari pasar domestik
hanya mampu memenuhi 20% -25% kebutuhan bahan baku Frisian Flag. Menurut
Manajer Komunikasi Frisian Flag Anton Susanto, setiap hari, Frisian Flag hanya
mendapat suplai susu segar sebanyak 475 ton. Susu segar itu dipasok dari 21.600
peternak yang tergabung dalam 21 koperasi yang tersebar di Jawa Barat, Jawa
Timur dan Jawa Tengah."Jumlah tersebut baru mencukupi sekitar 20%-25%
kebutuhan bahan baku kita," jelasnya. Untuk susu impor sisanya didatangkan dari
Belanda, Australia dan Selandia Baru. Namun, imbuh Anton. Setiap tahunnya PT.
Frisian Flag meningkatkan penyerapan susu segar dari lokal sebesar 14 persen22.
Kebergantungan kebutuhan susu nasional dan IPS terhadap susu impor tersebut
menjadi suatu perhatian khusus yang perlu segera ditangani oleh pemerintah guna
melindungi keberlangsungan usaha ternak lokal.
22
Indonesia Perlu Genjot Produksi Susu Segar Nasional. 5 Maret 2010.
http://www.kontan.co.id/. (Diakses 20 Oktober 2010) 88
Lembah Hijau Multifarm penyedia bahan mineral di Solo. Untuk bahan baku
lainnya KUD Bayongbong memperoleh pasokan dari pemasok yang berada di
sekitar daerah wilayah kerja KUD Bayongbong atau setidaknya masih berada di
daerah Garut. Sebagian besar pemasok merupakan para pengumpul yang
mengambil bahan-bahannya dari hasil pertanian.
Terdapatnya beberapa pemasok bahan baku pakan yang dimiliki KUD
Bayongbong menunjukan bahwa daya tawar pemasok lemah terhadap usaha
ternak sapi perah KUD Bayongbong. Hal ini ditunjukan dengan tidak
bergantungnya KUD Bayongbong terhadap salah satu pemasok. KUD
Bayongbong dan dapat memilih pemasok mana yang dapat diambil bahan
pasokannya. KUD Bayongbong selektif dalam memilih bahan pakan karena selain
memperhatikan kualitas pakan, faktor harga bahan pakan pun menjadi
pertimbangan.
89
VII. FORMULASI STRATEGI
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Unit Ternak Sapi Perah KUD
Mandiri Bayongbong
Identifikasi kekuatan dan kelemahan unit ternak sapi perah KUD
Bayongbong didasarkan pada hasil analisis lingkungan internalnya. Berikut
faktor-faktor lingkungan internal usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong.
2. Bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan usaha lainnya
Perizinan usaha merupakan faktor penting bagi suatu organisasi yang akan
menjalankan usahanya secara resmi. Izin usaha bermanfaat dalam memberikan
kemudahan, jika organisasi ingin melakukan hubungan kerjasama atau kemitraan
dengan pihak tertentu. KUD Mandiri merupakan suatu organisasi yang
memperoleh badan hukum didasarakan pada No. 5948 A/ BH/ KWK-10/ 14,
selain izin berbadan hukum KUD Bayongbong telah memiliki SPKM didasarkan
pada No. 343/ DK/ KPTS/ A-VIII/ 80/ I dan SIUP didasarkan pada No. 026/ 026/
E/ PK/ 10-2/ NAS. Pada tanggal 24 Desember 1973 merupakan tanggal pendirian
KUD Bayongbong. Adanya izin usaha serta badan hukum yang dimiliki
memberikan kemudahan KUD Bayongbong untuk melakukan hubungan
kerjasama (bermitra) dengan pemasok dan IPS, perolehan program bantuan
pengembangan usaha ternak dari pemerintah, bantuan permodalan dengan
lembaga keuangan dan kegiatan lainnya yang bersangkutan pemenuhan syarat
perizinan usaha.
91
Adanya hubungan baik antara produsen dan konsumen mampu menciptakan suatu
kepercayaan diantara kedua belah pihak. Kepercayaan yang diberikan IPS kepada
KUD Bayongbong dapat dijadikan suatu keunggulan bersaing dalam menjalankan
usaha ternak sapi perah dibandingkan dengan pesaingnya.
92
mengakses dan mengantarkan bahan yang dibutuhkan oleh KUD Bayongbong.
Kondisi tersebut memberikan keuntungan baik dari sisi pemasok yang tidak
merasa sulit dalam mengantar pesan dan sisi KUD Bayongbong yang memperoleh
bahan-bahan yang dibutuhkan dengan secara mudah dan cepat.
93
penelitian menentukan cepat atau lambatnya perkembangan suatu organisasi.
Dalam melakukan penelitian dan pengembangan KUD Bayongbong melakukan
kerjasama dengan beberapa instansi pendidikan guna meningkatkan pengendalian
terhadap perkembangan susu yang dihasilkan peternak.
94
loyalitas anggota adalah kurang maksimalnya upaya pelayanan serta perhatian
yang diberikan KUD Bayongbong terhadap anggotanya. Hal ini menjadi sesuatu
yang perlu mendapat perhatian khusus guna menjaga keberlangsungan usaha
ternak sapi perah KUD Bayongbong.
95
7. Kapasitas susu yang dihasilkan masih terbatas
Pasokan susu yang diberikan KUD Bayongbong masih jauh dari
kebutuhan IPS. Hal ini disebabkan jumlah susu yang dihasilkan oleh KUD
Bayongbong masih terbatas. Perkembangan produksi susu KUD Bayongbong
tidak mengalami perubahan yang signifikan, hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor mulai dari penggunaan pakan, teknik pengelolaan ternak, cuaca populasi
sapi dan sebagainya. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap keterbatasan
jumlah susu yang dihasilkan adalah perkembangan populasi dari ternak yang
lambat dan cenderung stagnan.
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Unit Ternak Sapi Perah KUD
Mandiri Bayongbong
Beberapa faktor lingkungan eksternal usaha ternak sapi perah KUD
Bayongbong dijelaskan pda Tabel 15.
96
Tabel 15. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal
Faktor Peluang Ancaman
1. Pertumbuhan ekonomi
1. Peningkatan Tingkat
masyarakat yang baik
Inflasi
2. Harga BBM yang
2. Perkembangan harga
Ekonomi stagnan
pakan yang meningkat
3. Perkembangan harga
di pasar
susu yang meningkat di
3. Peningkatan Tarif Tol
pasar
4. Pertumbuhan Penduduk
yang meningkat
5. Adanya kesadaran
masyarakat pentingnya
Sosial, Budaya,
hidup sehat 4. Perubahan cuaca yang
Demografi, dan
6. Adanya Program tidak menentu
Lingkungan
Makanan Tambahan
Anak Sekolah (PMTAS)
7. Kondisi Geografis yang
mendukung
5. Adanya kebijakan
pemerintah tentang
Politik, Pemerintah,
- impor susu
dan Hukum
6. Rendahnya penetapan
bea masuk susu impor
8. Perkembangan
Teknologi -
Teknologi yang cepat
7. Kekuatan tawar
menawar IPS yang kuat
9. Rendahnya kekuatan 8. Adanya pesaing
Kompetitif
tawar-menawar pemasok koperasi susu lainnya
9. Keberadaan produk
substitusi susu
97
2. Harga BBM yang stagnan
Perkembangan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2010 dapat
dikatakan stagnan atau tetap. Hal ini didasarkan pada siaran pers Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM) No: 30/HUMAS
KESDM/2010 tanggal 13 Juni 2010 dan No. 52/ HUMAS KESDM/2010 tanggal
13 Oktober 2010 bahwa ketentuan mengenai Harga Jual Eceran Bahan Bakar
Minyak Jenis Minyak Tanah (Kerosene), Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas
Oil) untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi
dan Pelayanan Umum tidak mengalami perubahan. harga jual eceran BBM
tertentu, yaitu Bensin Premium, Minyak Solar (Gas Oil) dan Minyak Tanah
(Kerosene) dinyatakan tidak berubah dan tetap mengacu kepada Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 tahun 2009, tanggal 12 Januari 2009
tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah (Kerosene),
Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk Keperluan Rumah Tangga,
Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum, yaitu untuk
Bensin Premium sebesar Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) per liter,
Minyak Solar (Gas Oil) sebesar Rp. 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah) per liter
dan Minyak Tanah (Kerosene) sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus ribu
rupiah) per liter. Kondisi tersebut dapat dijadikan peluang untuk bisa
mengefisienkan biaya produksi usaha ternak KUD Bayongbong.
98
sangat mendukung perkembangan usaha ternak sapi perah dalam meningkatkan
kapasitas produksi susunya.
99
geografis yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah ini,
merupakan peluang yang baik untuk KUD Bayongbong terus menjalankan usaha
ternak sapi perah yang dikelolanya.
100
untuk menetapakan harga rendah terhadap susu yang diserap dari peternak lokal
serta meningkatkan biaya produksi yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha
ternaknya
101
tersebut tentunya akan merugikan usaha ternak sapi perah terkait risiko penolakan
dari IPS atau penalti akibat tidak sesuai standar yang dibutuhkan.
102
9. Keberadaan produk substitusi susu
Susu impor merupakan produk substitusi dari susu lokal untuk memenuhi
kebutuhan nasional. Keberadaan susu impor tersebut tentunya menjadi ancaman
para pelaku usaha ternak sapi perah lokal dalam bersaing dengan susu impor baik
pada sisi kualitas dan kuantitas guna memenuhi kebutuhan susu nasional dan IPS.
23
Matriks IFE dan EFE. (Lampiran 1)
103
Srategi penetrasi pasar adalah berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk
produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar
mencakup meningkatkan jumlah belanja iklan atau menawarkan promosi
penjualan dan penetapan harga yang kompetitif. Pengembangan produk adalah
strategi yang ditujukan untuk mencari peningkatan penjualan dengan
memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa saat ini.
Alternatif strategi yang dihasilkan matriks I-E masih bersifat umum dan
menempatkan strateginya sebagai suatu cara sebuah perusahaan dalam
memelihara dan mempertahankan kondisi perusahaan saat ini. Pada kasus
pengembangan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong alternatif strategi yang
dihasilkan matriks I-E kurang cocok untuk diterapkan dalam sebuah koperasi,
karena peran koperasi berbeda dengan suatu perusahaan yang hanya berorientasi
pada perolehan maksimisasi keuntungan. Koperasi memiliki peran tidak hanya
berorientasi pada keuntungan saja, tetapi juga bagaimana koperasi mampu
memberikan pelayanan (service) maksimal terhadap anggotanya. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan terhadap alternatif strategi yang dihasilkan dari
matriks I-E menyebabkan rawan terjadinya ketidakkonsistenan dengan alternatif
strategi yang dihasilkan dengan alat analisis lainnya.
104
yang memadai serta untuk meningkatkan kapasitas susu yang dihasilkan yang
hingga saat ini kebutuhan susu IPS belum terpenuhi oleh KUD Bayongbong.
Menjaga kualitas dan meningkatkan kapasitas susu ini diharapkan mampu
memaksimalkan perolehan pendapatan KUD Bayongbong yang juga berdampak
pada peningkatan perolehan keuntungan bagi para peternak.
Strategi lain yang dapat diterapkan adalah dengan meningkatkan kekuatan
permodalan peternak dengan memfasilitasi pinjaman modal bunga ringan tanpa
agunan (S2). Adanya perhatian lebih KUD Bayongbong dalam memfasilitasi
permodalan peternak dengan memanfaatkan hubungan kerjasama dengan
beberapa lembaga keuangan diharapkan mampu membatu kebutuhan permodalan
peternak yang saat ini dirasakan masih kurang mencukupi serta guna memacu
semangat dan memotivasi para peternak untuk fokus dalam mengembangkan
usaha ternak sapi perah yang dijalankannya karena memiliki prospek yang baik
bila dijalankan dengan sungguh-sungguh.
105
mengantisipasi serta menangani permasalah yang sering terjadi pada bidang
manajemen keuangan KUD Bayongbong. KUD Bayongbong perlu menerapkan
sistem mengenai proses pengelolaan keluar masuknya keuangan guna
mengefisienkan biaya produksi, kemudian mengatur juga terkait sistem
peminjaman dan pengembaliannya sehingga risiko kredit macet anggota dapat
dihindari.
106
peningkatan pengontrolan ini pun perlu diikuti dengan peningkatan fasilitas sarana
dan prasarana yang mendukung upaya pengontrolan.
Membangun sistem pengelolaan usaha ternak sapi perah yang tertib dan
bersih serta melakukan kerjasama dengan pihak terkait mengenai pengembangan
teknologi pengelolaan limbah ternak (S7). Penerapan strategi ini diharapkan
mampu menciptakan lingkungan ternak yang sehat dan bersih. Saat ini kondisi
lingkungan para peternak KUD Bayongbong kurang memperhatikan mengenai
kebersihan sehingga berdampak pada cukup tingginya tingkat penyakit yang
menjangkit hewan ternak. Selain itu, pengelolaan limbah (kotoran) ternak belum
terorganisir dengan baik. Kotoran ternak belum mampu dimanfaatkan atau
dikelola dengan baik, bahkan para peternak membuang kotoran ternaknya masih
berada disekitar lingkungan ternak atau ke aliran kali yang akan menjadi sesuatu
yang menggangu (polusi). Oleh karena itu, permasalahan pengelolaan limbah
harus segera ditangani melalui kerjasama KUD Bayongbong dengan lembaga
pendidikan, pihak swasta atau pemerintah dalam membantu mengatasi
pengelolaan limbah ternak tersebut.
Strategi lainnya yang dapat diterapkan KUD Bayongbong adalah
peningkatan kompetensi pelaku usaha ternak sapi perah dalam membangun sistem
informasi manajemen (SIM) untuk meningkatkan kinerja pengelolaan usaha yang
dijalankannya (S8). Peningkatan dan pembangunan SIM ini dilakukan karena
penanganan dan pengelolaan data dan informasi saat ini sangat terbatas, yang
mengakibatkan lambatnya respon KUD Bayongbong dalam menanggapi kondisi
pasar global dan persaingan industri yang ada karena keterbatasan informasi.
Upaya pembangunan SIM tentunya perlu didukung dengan kualitas pengelola
yang berkompetensi dalam mengatur jalannya SIM, sehingga diperlukan pelatihan
terhadap pelaku usaha baik pengurus maupun anggota dalam memahami SIM
yang dilakukan oleh KUD Bayongbong.
107
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan serta hasil dan pembahasan penelitian ini, dapat
disimpulkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal usaha ternak sapi
perah KUD Bayongbong dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
serta peluang dan ancaman yang dihadapi usaha ternak sapi perah KUD
Bayongbong. Kekuatan usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong meliputi:
pengorganisasian kerja berjalan dengan baik, bentuk usaha yang telah berbadan
hukum dan perizinan usaha lainnya, hubungan kerjasama KUD dengan IPS yang
baik, KUD memiliki sumber permodalan usaha yang baik, kualitas produk (susu)
yang terjamin dihasilkan KUD, letak KUD yang strategis dengan pemasok bahan
baku, letak KUD yang dekat dengan peternak sapi perah, fasilitas produksi
memadai yang dimiliki KUD, hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok
bahan baku, dan intensitas pelaksanaan litbang yang intensif. Sedangkan
kelemahannya yaitu: masih lemahnya pengontrolan distribusi susu di lapangan,
masih rendahnya tingkat pendidikan anggota (peternak), pelayanan yang diberikan
KUD pada anggota kurang maksimal, lokasi IPS yang cukup jauh dengan KUD,
masih terdapatnya kredit macet yang terjadi pada anggota, ketersediaan pakan
yang semakin langka dan mahal, kapasitas produksi (susu) yang dihasilkan KUD
belum memenuhi kebutuhan pemasok, belum adanya pengelolaan limbah ternak
dan penggunaan dan sumberdaya pendukung sistem informasi yang masih
terbatas.
Peluang usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong meliputi: pertumbuhan
ekonomi masyarakat yang baik, harga BBM yang stagnan, perkembangan harga
susu yang meningkat di pasar, pertumbuhan penduduk yang meningkat, adanya
kesadaran masyarakat pentingnya hidup sehat, adanya Program Makanan
Tambahan Anak Sekolah (PMTAS), kondisi geografis yang mendukung,
perkembangan teknologi yang cepat, dan rendahnya kekuatan tawar-menawar
pemasok. Sedangkan ancaman yang dihadapinya yaitu: peningkatan tingkat
inflasi, perkembangan harga pakan yang meningkat di pasar, peningkatan tarif tol,
perubahan cuaca yang tidak menentu, adanya kebijakan pemerintah tentang impor
susu, rendahnya penetapan bea masuk susu impor, kekuatan tawar menawar IPS
yang kuat, adanya pesaing koperasi susu lainnya, dan keberadaan produk
substitusi susu.
Berdasarkan hasil analisis SWOT usaha ternak sapi perah KUD
Bayongbong menunjukan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan yaitu:
meningkatkan kegiatan produksi dengan proses pengelolaan yang berstandar
mulai dari kegiatan penyediaan input hingga output produk yang dihasilkan,
meningkatkan kekuatan permodalan peternak dengan memfasilitasi pinjaman
modal bunga ringan tanpa agunan, melakukan peningkatan sumberdaya manusia
(SDM) peternak melalui pembinaan intensif dan berkelanjutan dan
memaksimalkan pelayanan KUD dalam memenuhi kebutuhan anggota peternak,
meningkatkan manajemen pengelolaan keuangan yang berbasiskan prinsip rasa
kepemilikan bersama dan tanggung jawab, menjaga hubungan kerjasama yang
baik yang telah terbetuk dengan stakeholder pendukung mulai dari penyediaan
input, kegiatan on farm peternakan sapi perah KUD Bayongbong hingga kegiatan
output usaha ternak, untuk menjaga keberlangsungan sistem agribisnis usaha
ternak sapi perah KUD Bayongbong, meningkatkan dan membangun manajemen
pengontolan usaha ternak KUD Bayongbong mulai dari penyediaan input,
pengelolaan on farm hingga kegiatan output, membangun sistem pengelolaan
usaha ternak sapi perah yang tertib dan bersih serta melakukan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintahan terkait pengembangan teknologi
pengelolaan limbah ternak dan peningkatan kompetensi pelaku usaha ternak sapi
perah dalam membangun sistem informasi manajemen (SIM) untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan usaha yang dijalankannya.
8.2. Saran
109
serta kualitas susu yang dihasilkan untuk meningkatkan keuntungan (profit)
dan pendapatan peternak usaha ternak sapi perah, diikuti dengan pengontrolan
secara intensif untuk meminimalisasi kesalahan dan ketidaksesuaian dalam
pengelolaan usaha ternak sapi perah.
3. Mengoptimalkan peran dan tanggung jawab seluruh stakeholder usaha ternak
sapi perah mulai dari masyarakat untuk fokus dan tertib dalam mengelola
usaha ternak yang sesuai dengan standar pengelolaan ternak yang baik,
kemudian pihak swasta yang juga turut memperhatikan dan membantu
kebutuhan akan peternak, sehingga mulai dari bahan baku hingga proses
pengelolaan mampu menjamin terciptanya kualitas susu yang baik untuk
ditampung oleh pihak swasta khususnya IPS, serta peran pemerintah untuk
intensif memperhatikan dan mendukung para pelaku usaha pengembangan
peternakan sapi perah nasional, khususnya dalam mengangkat posisi tawar
para peternak lokal.
110
DAFTAR PUSTAKA
David FR. 2006. Strategic Management. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat
David FR. 2009. Strategic Management. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Hatta, M. 1954. Kumpulan Karangan. Jilid Ketiga. Jakarta: Balai Buku Indonesia
Hendrojologi. 2004. Koperasi: Azas, Teori, dan Praktek. Jakarta. Rajawali Press
112
Swasono, 1992 Undang-Undang Perkoperasian No. 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian
113
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kelemahan
Masih lemahnya pengontrolan
11. distribusi susu di lapangan 1 0.0515 0.0515
Masih rendahya tingkat pendidikan
12. anggota 1 0.0556 0.0556
Pelayanan yang diberikan KUD pada
13. anggota kurang maksimal 1 0.0581 0.0581
14. Lokasi IPS yang jauh dari KUD 1 0.0424 0.0424
Masih terdapat kredit macet yang
15. terjadi pada anggota 1 0.0545 0.0545
Ketersediaan pakan yang semakin
16. langka dan mahal 1 0.0592 0.0592
Kapasitas produksi susu yang
dihasilkan belum memenuhi
17. kebutuhan pasokan 1 0.0556 0.0556
18. Pengelolaan Limbah produksi 1 0.0515 0.0515
Penggunaan dan sumberdaya
pendukung sistem informasi
19. manajemen masih terbatas 1 0.0515 0.0515
Total Kelemahan 0.4799
Total 1.000 2.5411
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
No. Rating Rata- Bobot Rata-
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Rata Rata Skor Total
Peluang
Pertumbuhan ekonomi masyarakat
1 0.0494 0.0494
1 yang baik
2 Harga BBM yang stagnan 1 0.0408 0.0408
Perkembangan harga susu yang
2 0.0633 0.1266
3 meningkat
Pertumbuhan masyarakat yang
1.5 0.0515 0.07725
4 meningkat
5 Kesadaran masyarakat pentingnya
1.5 0.0486 0.0729
hidup sehat
6 Program makanan tambahan anak
2 0.0462 0.0924
sekolah (PMTAS)
7 Kondisi Geografis 4 0.0547 0.2188
8 Perkembangan teknologi 2.5 0.0560 0.14
Rendahnya kekuatan tawar menawar
3.5 0.0527 0.18445
9 pemasok
Total Peluang 1.0026
Ancaman
10 Peningkatan tingkat inflasi 3 0.0552 0.1656
11 Perkembangan harga pakan yang
4 0.0601 0.2404
meningkat di pasar
12 Peningkatan tarif tol 1 0.0429 0.0429
13 Kondisi cuaca yang tidak menentu 2.5 0.0560 0.14
14 Kebijakan pemerintah tentang impor
4 0.0699 0.2796
susu
15 Rendahnya penerapan bea masuk
4 0.0694 0.2776
susu impor
16 Kekuatan tawar menawar IPS 4 0.0588 0.2352
17 Adanya pesaing koperasi susu lainnya 3 0.0596 0.1788
18 Keberadaan produk substitusi susu 4 0.0650 0.26
Total Ancaman 1.8201
Total 1.000 2.8227
116
Lampiran 2
117
Lampiran 3
Januari 118.53 1.43 138.72 1.36 147.41 1.04 158.26 1.77 113.78 -0.07 118.01 0.84
Februari 118.33 -0.17 139.53 0.58 148.32 0.62 159.29 0.65 114.02 0.21 118.36 0.30
Maret 120.59 1.91 139.57 0.03 148.67 0.24 160.81 0.95 114.27 0.22 118.19 -0.14
April 121.00 0.34 139.64 0.05 148.43 -0.16 161.73 0.57 113.92 -0.31 118.37 0.15
Mei 121.25 0.21 140.16 0.37 148.58 0.10 164.01 1.41 113.97 0.04 118.71 0.29
Juni 121.86 0.50 140.79 0.45 148.92 0.23 110.08*) 2.46*) 114.10 0.11 119.86 0.97
Juli 122.81 0.78 141.42 0.45 149.99 0.72 111.59 1.37 114.61 0.45 121.74 1.57
Agustus 123.48 0.55 141.88 0.33 151.11 0.75 112.16 0.51 115.25 0.56 122.67 0.76
September 124.33 0.69 142.42 0.38 152.32 0.80 113.25 0.97 116.46 1.05 123.21 0.44
Oktober 135.15 8.70 143.65 0.86 153.53 0.79 113.76 0.45 116.68 0.19 123.29 0.06
November 136.92 1.31 144.14 0.34 153.81 0.18 113.90 0.12 116.65 -0.03
Desember 136.86 -0.04 145.89 1.21 155.50 1.10 113.86 -0.04 117.03 0.33
Tingkat Inflasi 17.11 6.6 6.59 11.06 2.78 5.35
*) Sejak Juni 2008, IHK didasarkan pada pola konsumsi pada survei biaya hidup di 66 kota tahun 2007 (2007=100)
Lampiran 6
1. Pertanian (37) 209 222 224 224 225 225 229 233 226
2. Pertambangan dan Penggalian (7) 206 210 210 211 211 212 212 212 211
3. Industri (176) 165 169 170 170 170 171 171 172 170
4. Impor (48) 157 160 158 158 161 161 159 159 159
5. Total Expor (46) 134 135 135 135 138 139 139 137 137
a. Expor Non Migas (44) 142 139 139 139 140 143 144 143 141
b. Expor Migas (2) 108 125 122 121 129 128 121 117 123
Indeks Umum (314) 163 167 167 168 169 170 170 170 169
Indeks Umum Tanpa Ekspor Migas (312) 166 170 170 170 171 172 173 173 171
Indeks Umum Tanpa Ekspor (268) 171 177 177 177 178 179 179 180 178
Indeks Umum Tanpa Impor (266) 164 169 169 170 171 171 172 172 171
Indeks Umum Tanpa Impor dan Ekspor Migas (264) 168 172 173 173 173 174 176 176 174
Indeks Umum Tanpa Impor dan Ekspor (220) 175 182 182 183 183 183 185 186 183
121
Lampiran 7
Faktor-Faktor Strategis
No. Internal Kekuatan Kelemahan 1 2 3 4
Pengorganisasian kerja berjalan
1 dengan baik v v
Bentuk usaha yang telah
berbadan hukum dan perizinan
2 lainnya v v
Masih lemahnya pengontrolan v
3 distribusi susu di lapangan v
Masih rendahya tingkat
4 pendidikan anggota v v
Pelayanan yang diberikan KUD v
5 pada anggota kurang maksimal v
Hubungan kerjasama dengan
6 IPS yang baik v v
7 Lokasi IPS yang jauh dari KUD v v
KUD memiliki sumber
8 permodalan yang baik v v
Masih terdapat kredit macet
9 yang terjadi pada anggota v v
Kualitas produk (susu) yang v
10 terjamin dihasilkan KUD v
Letak strategis KUD dengan
11 pemasok bahan baku v v
Letak KUD dekat dengan v
12 peternak v
Fasilitas produksi yang
13 memadai dimiliki KUD v v
Hubungan kerjasama dengan
14 pemasok bahan baku yang baik v v
Ketersediaan pakan yang v
15 semakin langka dan mahal v
Kapasitas produksi susu yang
dihasilkan belum memenuhi
16 kebutuhan pasokan v v
Belum adanya pengelolaan v v
17 Limbah ternak
18 Intensitas pelaksanaan litbang v v
19 Penggunaan dan sumberdaya
pendukung sistem informasi
manajemen masih terbatas v v
123
Responden 1
Faktor
Strategis Total
Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Xi Bobot
1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 41 0.05994
2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 41 0.05994
3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
5 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 40 0.05848
6 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 41 0.05994
7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 3 1 1 25 0.03655
8 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
9 1 1 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
10 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 41 0.05994
11 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 28 0.04094
12 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 23 0.03363
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
14 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
15 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 37 0.05409
17 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 30 0.04386
18 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
19 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 0.05117
Total 684 1
Responden 1
Faktor
Strategis Total
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Xi Bobot
1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 28 0.04575
2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 27 0.04412
3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 39 0.06373
4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 0.06046
5 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 0.06536
6 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 29 0.04739
7 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 27 0.04412
8 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 25 0.04085
9 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 0.03595
10 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 33 0.05392
11 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 31 0.05065
12 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 43 0.07026
13 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 43 0.07026
14 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 1 1 1 31 0.05065
15 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 35 0.05719
16 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 38 0.06209
17 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 42 0.06863
18 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 42 0.06863
Total 612 1
Lampiran 9
Faktor-Faktor Strategis
No. Internal Kekuatan Kelemahan 1 2 3 4
Pengorganisasian kerja berjalan
1 dengan baik v v
Bentuk usaha yang telah
berbadan hukum dan perizinan
2 lainnya v v
Masih lemahnya pengontrolan v
3 distribusi susu di lapangan v
Masih rendahya tingkat
4 pendidikan anggota v v
Pelayanan yang diberikan KUD v
5 pada anggota kurang maksimal v
Hubungan kerjasama dengan
6 IPS v v
7 Lokasi IPS yang jauh dari KUD v v
KUD memiliki sumber
8 permodalan yang baik v v
Masih terdapat kredit macet
9 yang terjadi pada anggota v v
Kualitas produk (susu) yang v
10 terjamin dihasilkan KUD v
Letak KUD dengan pemasok
11 bahan baku v v
12 Letak KUD dengan peternak v v
Fasilitas produksi yang dimiliki
13 KUD v v
Hubungan kerjasama dengan
14 pemasok bahan baku v v
Ketersediaan pakan yang v
15 semakin langka dan mahal v
Kapasitas produksi susu yang
dihasilkan belum memenuhi
16 kebutuhan pasokan v v
17 Pengelolaan Limbah produksi v v
18 Intensitas pelaksanaan litbang v v
Penggunaan dan sumberdaya
pendukung sistem informasi
19 manajemen masih terbatas v v
Responden 2
Faktor
Strategis Total
Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Xi Bobot
1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 32 0.04678
2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 32 0.04678
3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 0.04971
4 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 36 0.05263
5 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 42 0.0614
6 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 34 0.04971
7 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 33 0.04825
8 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 44 0.06433
9 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 34 0.04971
10 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
11 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 32 0.04678
12 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 33 0.04825
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
15 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 46 0.06725
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 36 0.05263
18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 34 0.04971
Total 684 1
Responden 2
Faktor
Strategis Total
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Xi Bobot
1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 27 0.04412
2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 27 0.04412
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 44 0.0719
4 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 31 0.05065
5 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 38 0.06209
6 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 28 0.04575
7 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 29 0.04739
8 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 28 0.04575
9 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 28 0.04575
10 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 1 2 2 2 2 1 38 0.06209
11 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 1 2 2 2 2 1 38 0.06209
12 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 44 0.0719
13 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 44 0.0719
14 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 29 0.04739
15 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 32 0.05229
16 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 33 0.05392
17 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 33 0.05392
18 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 41 0.06699
Total 612 1
Responden 3 (Bapak Asep Hamdani, Kepala Seksi Pelestarian Bibit Lokal dan Hewan Kesayangan)
Faktor
Strategis Total
Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Xi Bobot
1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 31 0.04532
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 34 0.04971
3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 33 0.04825
4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 38 0.05556
5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 37 0.05409
7 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 2 30 0.04386
8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
9 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 40 0.05848
10 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 42 0.0614
11 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 31 0.04532
12 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 28 0.04094
13 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
15 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 41 0.05994
16 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 41 0.05994
17 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05263
19 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 35 0.05117
Total 684 1
131
Responden 3
Faktor
Strategis Total
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Xi Bobot
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 0.05556
2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 23 0.03758
3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 37 0.06046
4 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 37 0.06046
5 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 37 0.06046
6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 23 0.03758
7 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05882
8 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 32 0.05229
9 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 31 0.05065
10 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 1 35 0.05719
11 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 38 0.06209
12 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 40 0.06536
13 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.06373
14 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05882
15 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 30 0.04902
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 0.05556
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 0.05556
18 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 36 0.05882
Total 612 1
132
Responden 4 (Drs. Asep Dedi Setiadi, MM. , Kepala Bidang Kelembagaan Dinas UKM, Koperasi, Perindustian dan Perdagangan Kab. Garut)
Faktor
Strategis Total
Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Xi Bobot
1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 0.05117
4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
5 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 41 0.05994
6 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
7 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0.04094
8 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
9 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 39 0.05702
10 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
11 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 25 0.03655
12 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 22 0.03216
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 38 0.05556
19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 37 0.05409
Total 684 1
133
Responden 4
Faktor
Strategis
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total Xi Bobot
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 32 0.0523
2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 23 0.0376
3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 0.0572
4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 30 0.049
5 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 32 0.0523
6 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 25 0.0408
7 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 34 0.0556
8 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 34 0.0556
9 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 32 0.0523
10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 28 0.0458
11 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 30 0.049
12 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 44 0.0719
13 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 44 0.0719
14 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 41 0.067
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 32 0.0523
16 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 39 0.0637
17 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 37 0.0605
18 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 40 0.0654
Total 612 1
134
Analisis SWOT
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik (S1) 1. Masih lemahnya pengontrolan distribusi susu
2. Bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan di lapangan (W1)
Internal perizinan lainnya (S2) 2. Masih rendahya tingkat pendidikan anggota
3. Hubungan kerjasama yang baik dengan IPS (S3) (W2)
4. KUD memiliki sumber permodalan yang baik (S4) 3. Pelayanan yang diberikan KUD pada anggota
5. Kualitas produk (susu) yang terjamin dihasilkan kurang maksimal (W3)
KUD (S5) 4. Lokasi IPS yang jauh dari KUD (W4)
6. Letak KUD strategis dengan pemasok bahan baku 5. Masih terdapat kredit macet yang terjadi pada
(S6) anggota (W5)
7. Letak KUD dekat dengan peternak (S7) 6. Ketersediaan pakan yang semakin langka dan
8. Fasilitas produksi yang memadai dimiliki KUD mahal (W6)
Eksternal (S8) 7. Kapasitas produksi susu yang dihasilkan
9. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok belum memenuhi kebutuhan pasokan (W7)
bahan baku (S9) 8. Belum adanya pengelolaan limbah ternak
10. Intensitas pelaksanaan litbang yang intensif (S10) (W8)
9. Penggunaan dan sumberdaya pendukung
sistem informasi manajemen masih terbatas
(W9)
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik (O1) (S1) = Meningkatkan kegiatan produksi dengan (S3) = peningkatan kualitas sumberdaya manusia
2. Harga BBM yang stagnan (O2) proses pengelolaan yang berstandar mulai dari (SDM) peternak melalui pembinaan intensif dan
3. Perkembangan harga susu yang meningkat (O3) kegiatan penyediaan input, kegiatan on farm hingga berkelanjutan serta memaksimalkan pelayanan
4. Pertumbuhan masyarakat yang meningkat (O4) kegiatan output produk yang dihasilkan (S1, S2, S3, KUD dalam memenuhi kebutuhan anggota
5. Kesadaran masyarakat pentingnya hidup sehat S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, O1, 02, O3, O4, O5, O6, peternak (W1, W2, W3, W6, W7, O1, O3, O4,
(O5) O7, O8, O9) O5, O7, O8)
6. Program makanan tambahan anak sekolah
(PMTAS) (O6) (S2) = Meningkatkan kekuatan permodalan peternak (S4) = meningkatkan manajemen pengelolaan
7. Kondisi Geografis yang mendukung (O7) dengan memfasilitasi pinjaman modal bunga ringan keuangan yang berbasiskan prinsip rasa
8. Perkembangan teknologi yang cepat(O8) tanpa agunan (S1, S2, S4, S7, O7, O8) kepemilikan bersama dan tanggung jawab (W5,
9. Rendahnya kekuatan tawar menawar pemasok O1, O2, O3, O8, 09)
(O9)
135
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Peningkatan tingkat inflasi (T1) (S5) = menjaga hubungan kerjasama yang telah (S6) = meningkatkan dan membangun
2. Perkembangan harga pakan yang meningkat di terbetuk dengan baik bersama stakeholder mulai dari manajemen pengontrolan usaha ternak KUD
pasar (T2) penyediaan input, kegiatan on farm hingga kegiatan Bayongbong mulai dari penyediaan input,
3. Peningkatan tarif tol (T3) outputnya, dalam menjaga keberlanjutan sistem pengelolaan on farm hingga kegiatan output (W1,
4. Kondisi cuaca yang tidak menentu (T4) agribisnis usaha ternak sapi perah KUD Bayongbong W2, W3, W4, W5, W6, W7, W8, T1, T2, T3, T4,
5. Kebijakan pemerintah tentang impor susu (T5) (S1, S2, S3, S4, S6, S7, S9, S10, T1, T2, T3, T5, T6, T5, T6, T7, T8, T9)
6. Rendahnya penerapan bea masuk susu impor (T6) T7, T8)
7. Kekuatan tawar menawar IPS yang kuat (T7) (S7) = membangun sistem pengelolaan usaha
8. Adanya pesaing koperasi susu lainnya (T8) ternak sapi perah yang tertib dan bersih serta
9. Keberadaan produk substitusi susu (T9) melakukan kerjasama dengan pihak terkait
mengenai pengembangan teknologi pengelolaan
limbah ternak (W8, T4)
136
Lampiran 13. Daftar Referensi Skripsi Peneliti Terdahulu
137
3. Didik Karyadi Strategi Pengembangan Usaha Mempelajari manajemen usaha ternak Analisis IFE dan Analisis matriks I-E
(2008) Peternakan Domba Rakyat domba rakyat di Desa Cigudeg, Kecamatan EFE menunjukan bahwa usaha
(Studi Kasus Desa Cigudeg, Cigudeg, Kabupaten Bogor Matriks I-E peternakan domba rakyat
Kecamatan Cigudeg, Menganalisis faktor internal (kekuatan dan Analisis SWOT berada pada posisi pelihara
Kabupaten Bogor) kelemahan) dan faktor eksternal (peluang Matriks QSP dan pertahankan atau berada
dan ancaman) yang terdapat pada usaha pada kuadran sel ke V. dan
ternak domba di Desa Cigudeg, Kecamatan prioritas strategi yang
Cigudeg, Kabupaten Bogor. disarankan adalah dengan
Merumuskan alternatif strategi melakukan perbaikan
pengembangan usaha yang cocok untuk manajemen usaha untuk
Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, menghadapi
Kabupaten Bogor persaingan dengan
berdasarkan nilai STAS
yang tertinggi
4. Mohammad Strategi Pengembangan Usaha Menganalisis lingkungan internal dan Analisis IFE dan Analisis matriks I-E
Ikhsan (2009) Peternakan Domba Agrifarm eksternal usaha ternak domba Agrifarm EFE menunjukan bahwa usaha
Desa Cihideung Udik Merumuskan strategi pengembangan bisnis Matriks I-E peternakan domba Agrifarm
Kecamatan Ciampea, usaha ternak domba Agrifarm Analisis SWOT berada pada kuadran sel ke
Kabupaten Bogor, jawa Barat Matriks QSP V atau berada pada posisi
pelihara dan pertahankan.
Sedangkan prioritas strategi
yang disarankan adalah
menjalin kontrak kerjasama
dengan pengusaha aqiqah
lainnya
138
5. Ria Dharmanthi Analisis Strategi Mengidentifikasi lingkungan internal yang Analisis IFE dan Berdasarkan hasil analisis
K. W. A (2009) Pengembangan Usaha pada menjadi kekuatan dan kelemahan serta EFE matrik I-E menunjukan
Primer Koperasi Produsen lingkungan eksternal yang menjadi peluang Matriks I-E bahwa usaha primer
Tempe Tahu Indonesia dan ancaman bagi usaha PRIMKOPTI Analisis SWOT koperasi PRIMKOPTI
(PRIMKOPTI) Kota Bogor Kota Bogor berada pada posisi kuadran
Merumuskan beberapa alternatif strtegi sel ke V atau berada pada
pengembangan usaha yang dapat strategi pelihara dan
diterapkan oleh PRIMKOPTI Kota Bogor pertahankan. Dengan
menerapkan strategi budaya
analisis data dan informasi
6. Linawati (2009) Formulasi Strategi Mengidentifikasi faktor-faktor internal Analisis IFE dan Analisis matriks I-E
Pengembangan Usaha Ayam (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal EFE menunjukan usaha ayam
Arab Petelur di Trias Farm (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh Matriks I-E arab petelur di Trias Farm
Kabupaten Bogor peternak Trias Farm Analisis SWOT berada pada kuadran sel ke
Merumuskan alternatif strategi bagi II atau pada posisi tumbuh
peternkan Trias Farm berdasarkan faktor dan membangun dalam
eksternal dan internal perusahaan menjalankan strategi yang
Menentukan prioritas strategi yang tepat dilakukannya
dalam mengembangkan usaha
7. De Aulia Analisis Strategi Menggambarkan keragaan Koperasi Unit Analisis IFE dan Berdasarkan analisis matriks
Ramadhan (2009) Pengembangan KUD Desa (KUD) Giri Tani EFE I-E KUD Giri Tani berada
(Koperasi Unit Desa) Giri Menganalisis faktor-faktor eksternal dan Matriks I-E pada posisi untuk
Tani (Kecamatan Cisarua, internal yang menjadi kekuatan (strengths) Analisis SWOT menerapkan strategi tumbuh
Kabupaten Bogor, Jawa Barat) dan kelemahan (weakness) serta peluang dan membangun atau pada
(opportunity) dan ancaman (threats) bagi kuadaran sel ke II.
KUD Giri Tani
Merekomendasikan strategi yang
dilakukan oleh KUD Giri Tani untuk
menyelesaikan permasalahn intenal dan
eksternal organisasi
139
Lampiran 14. Form Kuisoner Faktor-Faktor Eksternal
KUESIONER
Oleh :
Ray Sembara
H34062698
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor startegis yang akan dimasukan ke dalam kelompok
peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan KUD Bayongbong
Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Petunujuk Pengisian :
1. Berikan Tanda (x ) pada kolom peluang pada tabel berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi peluang dalam penelitian ini
2. Berikan Tanda (x ) pada kolom ancaman pada tabel berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi ancaman dalam penelitian ini
141
PENENTUAN PERINGKAT (RATING) FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
Petujuk Umum :
1. Dalam pengisisan kuesioner ini, responden diharapakan secara langsung (tidak
menunda) untuk menghindarai terjadinya inkonsistensi jawaban
2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor eksternal, baik faktor
peluang dan ancaman harus konsisten dengan tabel sebelumnya.
Tujuan :
Penentuan tingkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor eksternal ini
terdiri dari faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang
mungkin dapat diatasi dalam upaya strategis pengembangan KUD Bayongbong.
Petunjuk Pengisisan :
1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dalam strategi pengembangan KUD Bayongbong
2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman
dalam strategi pengembangan KUD Bayongbong, berikut ini dengan
menggunakan tanda (x ) pada penelitian Bapak/ Ibu.
3. Penentuan nilai rating berdasarkan keterangan berikut :
142
10. Kondisi Geografis yang mendukung
11. Kondisi Cuaca yang tidak menentu
12. Kebijakan pemerintah tentang impor susu
13. Rendahnya penerapan bea masuk susu impor
14. Perkembangan teknologi yang cepat
15. Rendahnya kekuatan tawar menawar pemasok
16. Kekuatan tawar menawar IPS yang kuat
17. Adanya asosiasi atau koperasi susu lainnya
18. Keberadaan produk substitusi susu
Tujuan :
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat
kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam strategi pengembangan KUD
Bayongbong. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot
terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi
pengembangan KUD Bayongbong.
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian Nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara
dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
strategi pengembangan KUD Bayongbong
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator
143
Tabel. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Eksternal
Faktor
Strategis
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total Xi Bobot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Keterangan :
1 = Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang baik
2 = Harga BBM yang stagnan
3 = Perkembangan harga susu yang meningkat
4 = Peningkatan tingkat inflasi
5 = Perkembangan harga pakan yang meningkat di pasar
6 = Peningkatan tarif tol
7 = Pertumbuhan masyarakat yang meningkat
8 = Kesadaran masyarakat pentingnya hidup sehat
9 = Program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS)
10 = Kondisi Geografis yang mendukung
11 = Kondisi Cuaca yang tidak menentu
12 = Kebijakan pemerintah tentang impor susu
13 = Rendahnya penerapan bea masuk susu impor
14 = Perkembangan teknologi yang cepat
15 = Rendahnya kekuatan tawar menawar pemasok
16 = Kekuatan tawar menawar IPS yang kuat
17 = Adanya asosiasi atau koperasi susu lainnya
18 = Keberadaan produk substitusi susu
Lampiran 15. Form Kuisoner Faktor-Faktor Internal
KUESIONER
Oleh :
Ray Sembara
H34062698
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor startegis yang akan dimasukan ke dalam kelompok
kekuatan dan kelemahan dalam strategi pengembangan KUD Bayongbong
Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Petunujuk Pengisian :
1. Berikan Tanda (x ) pada kolom kekuatan pada tabel berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi kekuatan dalam penelitian ini
2. Berikan Tanda (x ) pada kolom kelemahan pada tabel berikut ini, apabila
faktor-faktor tersebut menjadi kelemahan dalam penelitian ini
147
belum memenuhi kebutuhan pasokan
17. Belum adanya pengelolaan limbah produksi
18. Intensitas pelaksanaan litbang yang intensif
Penggunaan dan sumberdaya pendukung
19. sistem informasi manajemen masih terbatas
Petujuk Umum :
1. Dalam pengisisan kuesioner ini, responden diharapakan secara langsung (tidak
menunda) untuk menghindarai terjadinya inkonsistensi jawaban
2. Penentuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor
kekuatan dan kelemahan harus konsisten dengan tabel sebelumnya.
Tujuan :
Penentuan tingkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini
terdiri dari faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang
mungkin dapat diatasi dalam upaya strategis pengembangan KUD Bayongbong.
Petunjuk Pengisisan :
1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dalam strategi pengembangan KUD Bayongbong
2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor kekuatan dan
kelemahan dalam strategi pengembangan KUD Bayongbong, berikut ini
dengan menggunakan tanda (x ) pada penelitian Bapak/ Ibu.
3. Penentuan nilai rating berdasarkan keterangan berikut :
148
Tabel. Penentuan Peringkat (Rating) Faktor Internal Strategis
Peringkat
No. Faktor Internal Strategis
1 2 3 4
1. Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik
Bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan
2.
perizinan lainnya
Masih lemahnya pengontrolan distribusi susu di
3.
lapangan
4. Masih rendahya tingkat pendidikan anggota
Pelayanan yang diberikan KUD pada anggota
5.
kurang maksimal
6. Hubungan kerjasama dengan IPS yang baik
7. Lokasi IPS yang jauh dengan KUD
8. KUD memiliki sumber permodalan yang baik
Masih terdapat kredit macet yang terjadi pada
9.
anggota
Kualitas produk (susu) yang terjamin dihasilkan
10.
KUD
11. Letak KUD strategis dengan pemasok bahan baku
12. Letak KUD dekat dengan peternak
13. Fasilitas produksi yang memadai dimiliki KUD
Hubungan kerjasama dengan pemasok bahan baku
14.
yabg baik
Ketersediaan pakan yang semakin langka dan
15.
mahal
Kapasitas produksi susu yang dihasilkan belum
16.
memenuhi kebutuhan pasokan
17. Belum adanya pengelolaan Limbah ternak
18. Intensitas pelaksanaan litbang yang intensif
Penggunaan dan sumberdaya pendukung sistem
19.
informasi manajemen masih terbatas
149
PEMBOBOTAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
(Kekuatan dan Kelemahan)
Tujuan :
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat
kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam strategi pengembangan KUD
Bayongbong. Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot
terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan strategi
pengembangan KUD Bayongbong.
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian Nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara
dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
strategi pengembangan KUD Bayongbong
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama penting daripada indikator
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator
150
Tabel. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Internal
Faktor
Strategis
Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total Xi Bobot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Keterangan :
1 = Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik
2 = Bentuk usaha yang telah berbadan hukum dan perizinan lainnya
3 = Masih lemahnya pengontrolan distribusi susu di lapangan
4 = Masih rendahya tingkat pendidikan anggota
5 = Pelayanan yang diberikan KUD pada anggota kurang maksimal
6 = Hubungan kerjasama dengan IPS yang baik
7 = Lokasi IPS yang jauh dari KUD
8 = KUD memiliki sumber permodalan yang baik
9 = Masih terdapat kredit macet yang terjadi pada anggota
10 = Kualitas produk (susu) yang terjamin dihasilkan KUD
11 = Letak KUD strategis dengan pemasok bahan baku
12 = Letak KUD dekat dengan peternak
13 = Fasilitas produksi yang memadai dimiliki KUD
14 = Hubungan kerjasama dengan pemasok bahan baku yang baik
15 = Ketersediaan pakan yang semakin langka dan mahal
16 = Kapasitas produksi susu yang dihasilkan belum memenuhi kebutuhan pasokan
17 = Belum adanya pengelolaan Limbah produksi
18 = Intensitas pelaksanaan litbang yang intensif
19 = Penggunaan dan sumberdaya pendukung sistem informasi
manajemen masih terbatas
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
153
154