Professional Documents
Culture Documents
) LAHAN
KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU
YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN
BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING
DINI ROSDIANINGSIH
A24080042
langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan di lapangan yang terdiri dari aspek
teknis, aspek manajerial dan aspek khusus. Selama bekerja langsung di kebun,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu sesuai dengan jadwal yang telah tersusun
oleh pihak kebun, sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data sekunder PG Madukismo beserta studi pustakanya.
Berdasarkan pengamatan kegiatan yang dilakukan di lapangan, diperoleh
data produktivitas tebu dan dosis pupuk yang digunakan untuk setiap kategori
tanaman tebu. Pemupukan di PG Madukismo dilakukan sebanyak dua kali untuk
tanaman keprasan yaitu pemupukan I dan pemupukan II. Pada tanaman pertama
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pemupukan dasar, pemupukan I dan
pemupukan II. Dosis pupuk PG Madukismo direkomendasikan oleh P3GI
(Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula Indonesia). Dosis pupuk tanaman
pertama dan tanaman keprasan umumnya sama, yaitu 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha
Phonska namun untuk tanaman pertama diaplikasikan pupuk Madros sebagai
pupuk dasar yaitu pupuk organik yang berbahan baku dari blotong tebu yang
biasanya diaplikasikan secara bersamaan dengan kegiatan penanaman.
Produktivitas terbaik diperoleh pada tanaman tebu yang ditanam di lahan yang
mempunyai tipologi RPL (jenis tanah ringan, pengairan lancar (pompa) dan
drainase lancar) yaitu Kebun Kledokan di Kabupaten Magelang dengan
produktivitas 598 ku/ha dan Kebun Sikendal di Kabupaten Temanggung dengan
produktivitas 693 ku/ha.
BUDIDAYA TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN
KERING DI PG MADUKISMO PT MADUBARU
YOGYAKARTA DENGAN ASPEK KHUSUS PEMUPUKAN
BEBERAPA KATEGORI TANAMAN TEBU LAHAN KERING
DINI ROSDIANINGSIH
A24080042
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Dini Rosdianingsih
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ................................................. 3
Syarat Tumbuh Tanaman Tebu ........................................................... 3
Budidaya Tebu Lahan Kering.............................................................. 5
Pemupukan .......................................................................................... 6
METODE MAGANG ....................................................................................... 8
Tempat danWaktu................................................................................ 8
Metode Pelaksanaan ............................................................................ 8
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ............................................................. 10
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan .............................................. 10
Visi dan Misi Perusahaan .................................................................... 12
Lokasi dan Luas Areal Perusahaan ...................................................... 12
Kondisi Iklim dan Tanah ..................................................................... 13
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan ........................ 14
Keadaan Tanaman dan Produksi ......................................................... 19
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .................................................... 21
Aspek Teknis ....................................................................................... 21
Aspek Manajerial ................................................................................. 42
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 44
Pola Kemitraan Pabrik Gula Madukismo dengan Petani .................... 44
Sumber Daya Manusia (SDM) ............................................................ 46
Dosis Pupuk PG. Madukismo .............................................................. 47
Pelaksanaan Pemupukan PG. Madukismo .......................................... 47
Kondisi Umum Kebun Contoh ............................................................ 49
Produktivitas Tebu Kebun Contoh ...................................................... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 53
Kesimpulan .......................................................................................... 53
Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
LAMPIRAN ...................................................................................................... 57
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Latar Belakang
masih mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, membangun perusahaan gula baru
(Manggabarani, 2008).
Penggunaan pupuk sangatlah penting karena selain dapat membantu
menyuburkan tanah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pemupukan yang efektif dan efisien
akan tercapai apabila diketahui terlebih dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis
tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan
spesifik lokasi kebun tertentu (Hakim dan Djakasutami, 2009).
Pemupukan sebagai salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah, pada
jumlah dan kombinasi tertentu dapat menaikkan produksi tebu dan gula.
Rekomendasi pemberian macam dan jenis pupuk harus didasarkan pada
kebutuhan optimum dan terjadinya unsur hara dalam tanah disertai dengan
pelaksanaan pemupukan yang efisien yaitu waktu pemberian dan cara pemberian.
Kombinasi jenis dan jumlah pupuk yang digunakan berkaitan erat dengan
rendemen tebu dan tingkat produktivitas (Sutardjo, 1996).
Tujuan
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah
tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara
4
35ºLS dan 39º LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman
tebu adalah tanah, curah hujan, sinar matahari, angin dan suhu. Syarat tumbuh
tanaman tebu menurut Indrawanto et al. (2010) adalah sebagai berikut :
Tanah
Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang gembur
sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna. Tanaman tebu dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6–7.5, akan tetapi masih
toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8.5 atau tidak lebih rendah dari 4.5. Pada
pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas. Sedangkan pada pH
kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada tanaman, oleh karena
itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCO3) agar unsur Fe dan Al dapat
dikurangi.
Curah hujan
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik didaerah dengan curah hujan
berkisar antara 1 000 – 1 300 mm pertahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan
kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah pada
periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per
bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan
125 mm dan 4-5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang
merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan generatif
dan pemasakan tebu.
Suhu
Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrisa pada tebu
cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24ºC–34ºC dengan
perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10ºC. Pembentukan
sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal pada suhu 30ºC.
Sukrosa yang terbentuk akan disimpan pada batang dimulai dari ruas paling
bawah. Proses penyimpanan ini paling efektif dan optimal pada suhu 15ºC.
Sinar matahari
Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12–14 jam setiap harinya. Proses
asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman memperoleh radiasi
penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang berawan pada siang hari
5
Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian
dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan suplai
dari curah hujan (Setiawan, 2009). Beda pokok lahan kering dan lahan basah
adalah cara penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman. Pada lahan pertanian
basah kebutuhan air tersedia kurang lebih tetap secara alamiah, dapat dicukupi
dari air permukaan, misalnya rawa, mata air dan sungai. Sementara pada pertanian
lahan kering tanaman hanya memperoleh air dari air hujan (tadah hujan).
Penanaman tebu di lahan kering memerlukan perhatian yang lebih seksama.
Kondisi krisis yang sering dijumpai di lahan kering, seperti miskin hara, jumlah
air terbatas, rawan erosi, gulma dan hama. Tanpa unsur hara/makanan dan air
yang cukup tebu tidak mungkin tumbuh normal (Susilowati, 2008).
Salah satu masalah penting yang dihadapi dalam upaya meningkatkan
produksi gula adalah areal tebu lahan basah yang semakin sempit. Oleh karena itu
tidak ada pilihan lain bagi perindustrian gula selain berupaya mengelola dan
meningkatkan produktivitas tebu di lahan kering (Ismail, et. al, 1990). Budidaya
tebu lahan kering merupakan pilihan yang sangat menjanjikan untuk mempercepat
proses pencapaian kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi gula menuju
kemandirian gula nasional. Produktivitas tebu lahan kering tidak kalah dengan
tebu lahan sawah jika masalah bibit dan penyediaan air menurut ruang dan waktu
dapat dilakukan dengan baik. Titik kritis dari pengelolaan tebu lahan kering yaitu
kondisi kekeringan yang kelak akan berdampak terhadap penurunan produksi tebu
6
per hektar, terutama pada fase pembentukan gula maupun fase pematangan
(Irianto, 2003).
Pemupukan
Metode Pelaksanaan
Aspek teknis
Pada aspek teknis mahasiswa bekerja sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama 3 minggu. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengolahan lahan,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pengendalian organisme pengganggu
tanaman, klentek, pemupukan), pemanenan dan pengolahan hasil.
Aspek manajerial
Pada aspek menejerial mahasiswa bekerja sebagai :
a. Pendamping mandor kebun yang dilakukan selama 3 minggu. Kegiatan yang
dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan di kebun dan membuat
jurnal harian dari hasil kegiatan di kebun.
b. Pendamping Sinder Kebun Wilayah (SKW) yang dilakukan selama 6 minggu,
kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengelola dan mengawasi
pekerjaan karyawan, melakukan kegiatan kontrol lapang, mengamati dan
membantu penyusunan laporan serta mempelajari dan menganalisis kegiatan
administrasi kebun.
9
Aspek khusus
Aspek khusus yang dilakukan yaitu mempelajari pemupukan di PG
Madukismo. Data primer diperoleh dengan melakukan kegiatan, melakukan
pengamatan, melakukan wawancara langsung dengan petani serta pengambilan
data dari bagian gudang pupuk dan bagian tanaman.
Ketenagakerjaan
Tabel 3. Jadwal Jam Kerja Khusus Mandor (Mandor Riet Teller, Laboratorium,
NPP, Tobong, Gamping, Pemurnian, Penguapan dan Masakan)
Shift Jam Mulai Jam Selesai
Pagi 05.30 WIB 13.30 WIB
Siang 13.30 WIB 21.30 WIB
Malam 21.30 WIB 05.30 WIB
Sumber : Bagian Pabrikasi PG Madukismo, Bantul (2012)
18
Tabel 4. Jadwal Jam Kerja Khusus Mandor dan Tenaga (Mandor dan Tenaga
Putaran Gudang Gula)
Shift Jam Mulai Jam Selesai
Pagi 06.30 WIB 14.30 WIB
Siang 14.30 WIB 22.30 WIB
Malam 22.30 WIB 06.30 WIB
Sumber : Bagian Pabrikasi PG Madukismo, Bantul (2012)
Produksi unggulan Pabrik Madukismo tidak hanya gula saja tetapi juga
spiritus oleh karena itu pabrik tersebut dinamakan PT Madubaru PG/PS
Madukismo. Disamping produk unggulan, PG Madukismo pun mempunyai
produk sampingan yaitu berupa blotong, tetes dan ampas tebu. Blotong ini biasa
digunakan sebagai pupuk organik yang biasa diaplikasikan saat pemeliharaan
tanaman tebu di lahan. Tetes digunakan sebagai bahan baku industri alkohol dan
spirtus. Ampas tebu biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar tambahan pabrik
tersebut. Sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan PG Madukismo terdapat data
hasil produksi lima tahun terakhir yang merupakan suatu kinerja PG Madukismo.
Berikut adalah data hasil produksi lima tahun terakhir yang merupakan kinerja PG
Madukismo dengan hasil yang berfluktuatif (Tabel 6).
Terdapat dua jenis kebun di PG Madukismo yaitu Kebun Bibit dan Kebun
Tebu Giling. Pengelolaan kebun bibit dilakukan secara bertahap yaitu Kebun
Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) dan
Kebun Bibit Datar (KBD). Varietas yang dibudidayakan di PG Madukismo adalah
varietas yang berasal dari P3GI dan pabrik gula lainnya. PG Madukismo
menggunakan varietas bibit unggul untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman tebu. Varietas yang digunakan berdasarkan fase kemasakan
tanaman tebu yaitu fase masak awal, masak tengah dan masak akhir. Varietas
yang dikembangkan PG Madukismo ditunjukkan pada Tabel 7.
20
Aspek Teknis
1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah yang dilakukan di PG Madukismo yaitu pembajakan,
rotafasi (penggaruan) dan pengkairan.
Pembajakan
Pembajakan merupakan kegiatan menghancurkan dan membalikkan tanah
dengan tujuan menghancurkan gulma dan tunggul tebu dengan membalikannya ke
dalam tanah sehingga sirkulasi udara dan pertumbuhan akar lebih baik.
Pembajakan hanya dilakukan satu kali. Kedalaman pembajakan yaitu sekitar 40 –
50 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan menggunakan traktor 80 HP 4
WD atau 110 HP 4 WD dengan implemen bajak piring ( HD Disc Plough ) 4
piringan atau menggunakan 110 HP 4 WD dengan implemen bajak piring 5
piringan.
Rotafasi (Penggaruan)
Rotafasi dilakukan setelah pembajakan dengan tujuan untuk meremahkan
tanah, menghancurkan bongkahan tanah hasil pembajakan, meratakan tanah,
mencacah dan mematikan tunggul dan tunas tebu yang masih tersisa dalam kebun.
Kegiatan rotafasi dapat dilaksanakan bersamaan dengan pembajakan dalam waktu
yang sama. Rotafasi memiliki arah tegak lurus terhadap arah pembajakan. Traktor
yang digunakan untuk melakukan kegiatan rotafasi sama dengan traktor yang
digunakan untuk melakukan pembajakan.
Pengkairan
Pengkairan merupakan kegiatan pembuatan alur tanam (juringan) sebagai
tempat bibit bagal ditanam. Pembuatan juringan dilakukan setelah rotafaktor.
Kedalaman kairan yaitu sekitar sekitar 40 cmdengan panjang juringan 10 m per
juring sedangkan jarak dari pusat ke pusat (PKP) adalah 1 m, sehingga dalam 1 ha
terdapat 1 000 juringan. Dalam pembuatan kairan harus memperhatikan pola
kontur lahan agar jumlah juringan yang dibuat pada lahan yang bentuknya bukan
persegi dapat sesuai harapan. Traktor yang digunakan adalah traktor 4 WD 110
22
HP. Setelah dilakukan pengkairan terkadang di lahan terdapat daerah head land
yaitu bagian tanah yang tidak dapat dijangkau oleh traktor, pengerjaan ini akan
dilaksanakan secara manual dengan menggunakan cangkul.
2. Pembuatan got
Pembuatan got dilakukan dengan tujuan agar proses pengairan berjalan
dengan baik dan lancar. Pembuatan got pada lahan kering biasanya dilakukan
dengan mekanisasi kecuali pembuatan got keliling. Terdapat tiga jenis got yang
dibuat di kebun PG Madukismo yaitu got malang, got mujur dan got keliling.
Pekerjaan pembuatan got diawali dengan pembuatan got keliling kemudian got
mujur dan yang terakhir adalah got malang. Got dibuat lebih dalam dari pada
juringan agar tebu yang ditanam tidak busuk karena terendam air terutama pada
lahan sawah kedalaman got sangat dipelukan.
Got mujur adalah saluran air yang searah atau sejajar dengan juringan.
Got mujur dibuat dengan kedalaman 70 cm dengan lebar 50 cm sedangkan got
malang adalah got yang tegak lurus terhadap got mujur dan juringan. Got malang
dibuat dengan kedalaman 60 cm dengan lebar 50 cm. Got keliling dibuat lebih
dalam dari pada got mujur dan got malang karena dalam hal ini got keliling
berfungsi untuk membuang kelebihan air ke dalam saluran buangan besar secara
cepat dan efektif. Got keliling dibuat dengan kedalaman 80 cm dengan lebar 50
cm.
23
serangan penggerek batang kurang dari 2 %, serangan penyakit noda daun (karat
daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10 %.
Bibit yang siap tebang adalah bibit yang berumur 6 – 8 bulan. Proporsi
kebutuhan bahan tanam dari KTG untuk KBD adalah 1 : 9 artinya satu hektar
kebun bibit datar (KBD) dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk sembilan hektar
Kebun Tebu Giling (KTG). Pemeliharaan KBD pada dasarnya sama dengan
pemeliharaan KTG namun pada KBD tidak dilakukan pengelentekan, hal ini
bertujuan agar mata tunas terlindungi dan tidak rusak.
Pemupukan di kebun bibit datar dilakukan dua dua kali yaitu pemupukan
pertama dengan mengaplikasikan 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Phonska.
Pemupukan pertama dilakukan sebelum tanaman berumur dua minggu dan
pemupukan kedua dilakukan dua bulan setelah tanam (BST) dengan
mengaplikasikan 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Phonska. Sebelum melaksanakan
pemupukan pertama, terlebih dahulu dilakukan pemupukan dasar yaitu pupuk
madros yang terbuat dari blotong tebu dengan dosis 1.1 ton per hektar yang
dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman tebu.
4. Penanaman
Penanaman adalah kegiatan menanam bibit tebu berupa bagal tebu yang
ditanam di dalam juringan. Penanaman dilakukan 1 - 2 hari setelah kegiatan
pengolahan tanah selesai. Dalam setiap juringan, tebu yang ditanam berjumlah
sekitar 80 mata tunas. Dalam satu bagal terdiri dari 2 mata tunas sehingga rata-
rata bagal yang ditanam per juring yaitu sekitar 40 bagal. Sistem penanaman yang
digunakan adalah over lapping. Sistem penanaman over lapping yaitu menanam
tebu dengan cara menyimpan bagal ke dalam juringan secara zigzag, bagian
ujungnya ditambahkan lagi satu bibit sejajar dengan bibit yang sebelumnya (Bibit
Sumpingan). Penggunaan sistem penanaman ini bertujuan untuk meminimalkan
penyulaman.
25
(A) (B)
Gambar 2. Pola Tanam Bibit : A. Over Lapping; B. Bibit Sumpingan
Keterangan :
B (berat dengan kadar lempung tinggi)
R (ringan dengan kadar lempung rendah-sedang)
P (tersedia air cukup dari irigasi/pompa)
R (tadah hujan dan atau ada pengairan yang tidak memadai)
L (drainase lancar pada musim hujan), J (drainase kurang baik pada musim penghujan)
Penanaman tebu terdiri dari tebang bibit, angkut bibit, pembersihan bibit,
seleksi bibit dan klentek bibit, pemotongan bibit, pengeceran, penutupan bibit
serta penyiraman.
26
a. Tebang bibit
Tebang bibit merupakan kegiatan menebang bibit pada kebun yang telah
ditentukan dan memenuhi kriteria untuk ditebang yaitu umur sekitar 6-7 bulan.
Tebang bibit dilakukan satu hari sebelum penanaman. Tebang bibit dilakukan
dengan menggunakan golok tebang dengan cara menebang tebu sampai mepet
tanah dan memotong tebu bagian pucuk pada titik tumbuh.
b. Angkut bibit
Angkut bibit merupakan kegiatan membawa bibit dari kebun bibit ke
kebun tanam. Bibit tebu diangkut dengan menggunakan truk berkapasitas
sekitar 5-6 ton, pengangkutan bibit dilakukan sehari sebelum tanam.
c. Pembersihan bibit
Pembersihan bibit merupakan kegiatan membersihkan bibit tebu yang
telah tersedia di kebun tanam. Bibit tebu dibersihkan dari daun-daun (klaras).
27
d. Seleksi bibit
Seleksi bibit dilakukan setelah batang tebu bersih dari daun-daunnya.
Seleksi bibit dilakukan dengan tujuan memisahkan bibit yang layak tanam
dengan yang tidak layak tanam. Seleksi bibit dilakukan dengan cara mengamati
keadaan fisik batang tebu.
Bibit yang layak ditanam yaitu bibit yang segar (tidak mengkerut dan tidak
kering), bermata tunas sehat (tidak cacat), tidak terserang hama dan penyakit
dan tidak tercampur dengan varietas lain. Bibit yang tidak layak tanam
dipisahkan dan dibakar. Untuk mendapatkan bibit yang baik, PG Madukismo
28
memiliki standar mutu kebun bibit yaitu KBPU/KBP harus bebas dari
campuran varietas lain, serangan penggerek pucuk kurang dari 5 %, Serangan
penggerek batang kurang dari 2 % dan seerangan penyakit noda daun (karat
daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10 %.
e. Pemotongan bibit
Pemotongan bibit tebu dilakukan dengan menggunakan golok atau pisau
tajam. Adapun tujuan dari pemotongan bibit adalah untuk menyeragamkan
perkecambahan tebu yang ditanam. Golok atau pisau yang digunakan untuk
memotong bibit dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air dengan
campuran Lisol dengan takaran 300 ml lisol dicampur dengan 10 liter air.
Penggunaan larutan Lisol ini bertujuan agar golok yang digunakan steril dan
tidak menyebabkan bagal tebu terkontaminasi. Pada saat pemotongan bibit
tebu, batang tebu diposisikan miring ke arah membelakangi mata tunas agar
mata tunas tidak rusak sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik. Panjang bibit
bagal sekitar 30 – 35 cm dengan jumlah mata tunas sekitar 2 mata tunas.
f. Pengeceran bibit
Pengeceran bibit merupakan kegiatan menyimpanan bibit ke dalam
juringan. Jumlah mata tunas per meter adalah 8 mata tunas sehingga dalam satu
juringan ditanam sekitar 80 mata tunas.
29
g. Penutupan bibit
Penutupan bibit dilakukan setelah bagal tebu berada dalam juringan. Bagal
tebu ditutup oleh tanah hingga bagal tertutup semua secara merata. Tujuan dari
penutupan bibit adalah untuk menjaga kelembaban bibit dan mengurangi
terjadinya penguapan.
h. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setelah bibit ditanam. Pada saat musim hujan,
penyiraman dilakukan dengan mengandalkan air hujan sedangkan pada saat
musim kemarau tanaman disiram air sungai yang diambil dengan menggunaan
pompa dari sumber airnya. Kegiatan pengairan bertujuan untuk menjaga
kelembaban tanah, merangsang pertumbuhan, menyediakan kebutuhan air bagi
tanaman sehingga tanaman tetap tumbuh dan tidak kekurangan air.
30
5. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan di PG Madukismo adalah
penyulaman, pemupukan, pembumbunan (urug tanah), pengendalian hama,
pengendalian gulma (dangir) dan klentek.
a. Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan menanam bibit tambahan pada suatu
kebun yang terdapat beberapa bibit yang tidak tumbuh. Kegiatan penyulaman
ini dilakukan untuk mencapai populasi tanaman yang optimal. Kegiatan
penyulaman dilakukan oleh tenaga kerja borongan. Penyulaman pada tanaman
tebu pertama (PC) dilakukan pada saat 3 minggu setelah tanam bibit sedangkan
penyulaman pada tanaman keprasan dilakukan satu seminggu setelah tebang
atau setelah kebun bersih. Bibit sulaman diletakkan di pinggir petak sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan. Bibit yang digunakan sebagai bahan sulam
adalah bibit dederan berumur sekitar 3 minggu. Penyulaman juga dapat
dilakukan dengan memecah rumpun atau memindahkan rumpun.
b. Pemupukan
Pemupukan adalah salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah.
Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui terlebih
dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan
hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu (Hakim,
2009). Pemupukan di PG Madukismo dilakukan sebanyak dua kali untuk
tanaman keprasan yaitu pemupukan I dan pemupukan II sedangkan untuk
31
(A) (B)
Gambar 11. Pemupukan : A. Aplikasi pupuk I (ZA dan Phonska);
B. Aplikasi pupuk dasar (madros)
c. Pembumbunan
Pembumbunan atau urug tanah adalah kegiatan meninggikan tanah pada
barisan tanaman dengan cara menimbun pangkal tebu dengan tanah.
Pembumbunan ini dilakukan dengan tujuan agar unsur hara yang ada di dalam
tanah dapat terserap oleh tanaman secara optimal, pertumbuhan anakan teratur,
memberikan tambahan kekuatan bagi tegaknya tanaman dan memperbaiki
aerasi. Dalam satu musim tanam pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali.
Pembumbunan pertama dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 1.5 – 2
BST (bulan setelah tanam) sedangkan pembumbunan kedua dilakukan satu
bulan setelah pembumbunan pertama (2.5 – 3 BST).
32
d. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma yaitu kegiatan mengurangi populasi tumbuhan yang
ada disekitar tanaman yang ditanam (tumbuhan selain tanaman utama).
Pengendalian gulma ini bertujuan untuk mengurangi persaingan dalam
memperoleh unsur hara antara tanaman tebu dengan gulma. Beberapa jenis
gulma dominan di kebun wilayah kerja PG Madukismo ditunjukkan pada
Tabel 9.
Tabel 10. Aplikasi Jenis dan Dosis Herbisida Musim Tanam 2011/2012
Kategori Jenis Dosis (l/Ha)
Tanaman Pertama Amigras 1 – 1.5
Damin 1 – 1.5
Tanaman Keprasan Amigras 1 – 1.5
Damin 1 – 1.5
Sumber : Bina sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012)
33
Pemasangan pias sebanyak 20 lembar pias per hektar dan disebar secara
merata. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara memotong pucuk
tebu sekitar 2 cm. Pengendalian secara manual ini dilakukan pada saat tebu
berumur 1.5 – 2 bulan.
35
(A) (B)
Gambar 14. Aplikasi pias : A. pias yang siap diaplikasikan di kebun tebu;
B. Pemasangan pias pada daun tebu
Uret (Lepidiota stigma F.) adalah hama tanaman tebu yang menyerang
akar tanaman. Uret menyerang tanaman tersebut dengan cara memakan akar
tanaman sehingga tanaman mudah roboh. Hama uret juga kadang-kadang
menyerang bagian bawah batang di dalam tanah dengan cara menggerek.
Hama uret ini adalah hama yang paling utama menyerang kebun tebu PG
Madukismo, terutama kebun yang berada di daerah Kabupaten Purworejo.
Pengendalian hama uret secara hayati yaitu dengan mengaplikasikan jamur
Metorhizium onisapliae A. yang dapat menyerang uret. Pengendalian secara
mekanis yaitu dengan melakukan manipulasi waktu tanam dan tebang,
pengolahan tanah diikuti secara intensif yang dilakukan oleh pekerja untuk
mengambil larva secara manual, pengumpulan serangga dewasa saat musim
penebangan di awal musim hujan dan pergiliran tanaman.
Tikus sawah (Rattus argentiventer R.) menyerang tebu pada saat musim
panen padi dan banjir. Tanaman tebu yang banyak diserang tikus adalah
tanaman yang berada didekat persawahan. Serangan yang dilakukan oleh hama
tikus terhadap tanaman tebu yaitu dengan cara menggigit tunas pada bagal
sehingga menyebabkan tanaman mati. Tanaman yang terkena serangan hama
tikus ditandai dengan layunya daun hingga mengering. Hama tikus
dikendalikan dengan menggunakan rokus (roti tikus) jika serangan hama tikus
sangat tinggi maka digunakan rodentisida untuk mengendalikannya.
f. Klentek
Klentek adalah kegiatan melepas daun kering pada batang tebu hingga
bersih. Tujuan dari pengelentekan adalah agar tebu dapat mencapai BSM
(bersih, manis, segar) dan dapat mempermudah kegiatan tebang angkut. Selain
itu juga agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar dan sinar matahari
dapat masuk kebun serta dapat menyinari batang-batang tebu sehingga tebu
tidak mudah roboh. Di PG Madukismo pengelentekan dilakukan sebanyak tiga
kali dalam satu musim tanam.
6. Panen
Panen merupakan kegiatan terakhir dari budidaya tanaman tebu. Kegiatan
akhir dari panen tebu yaitu tebang dan angkut. Sebelum melaksanakan kegiatan
tebang angkut, terdapat beberapa tahapan kegiatan panen yang dilaksanakan
sebelumnya yaitu taksasi produksi dan analisis pendahuluan.
Taksasi produksi adalah kegiatan melakukan perkiraan besarnya produksi
yang akan dicapai. Taksasi produksi dilakukan oleh PG Madukismo sebanyak dua
kali yaitu Taksasi Desember dan Taksasi Maret. Kegiatan Taksasi Desember
yaitu hanya menghitung jumlah batang saja karena tanaman belum tumbuh
optimal. Biasanya taksasi Desember tidak dapat dijadikan perkiraan produksi.
Kegiatan yang dilakukan pada taksasi Maret adalah menghitung rata-rata jumlah
batang per meter juring, rata-rata tinggi batang, rata-rata bobot batang permeter
dan jumlah juring per hektar (faktor lubangan), dengan data yang diperoleh
tersebut dapat diketahui hasil produktivitas tebu perhektar yang dihitung dengan
rumus :
Hasil/ha = rata-rata jumlah batang/meter juring x rata-rata tinggi batang x
rata-rata bobot batang/meter x jumlah juringan (faktor lubangan)
Jumlah batang per meter adalah jumlah batang yang dihitung dari juringan
yang dijadikan sampel yang dipilih secara acak. Tinggi batang adalah panjang
batang yang diukur dari pangkal batang tebu hingga ujung batang bagian cincin
buku tebu teratas. Bobot batang permeter adalah bobot batang yang diperkirakan
dapat dicapai pada waktu tebang dibagi tinggi batang.
38
Di Pabrik Gula Madukismo tebu dianggap matang dan siap tebang jika
FK < 25 %, idealnya FK = 0 dimana Rendemen atas = Rendemen bawah.
39
KP = x 100 %
Rumus HK = x 100 %
Daya tahan ini didapat dengan perbandingan dengan 2 periode yang lalu.
Adapun dasar penilaian KDT adalah sebagai berikut :
a. KDT > 100 (Tebu bisa ditahan)
Bila KDT diatas angka 100, berarti tebu tersebut masih kuat ditahan.
b. KDT = 100 (Tebu minta ditebang)
Bila KDT sama dengan 100 maka tebu tersebut sudah mencapai optimal,
sebentar lagi akan turun maka tebu sudah saatnya ditebang.
c. KDT < 100 (tebu harus segera ditebang)
Bila KDT dibawah angka 100, berarti daya tahan tebu sudah mulai
menurun maka tebu tersebut harus segera ditebang.
a. Pemerahan nira
Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk
dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung
gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan
5 gilingan. Ampas yang diperoleh sekitar 30 % tebu untuk bahan bakar tebu
distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke stasiun
pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena
bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.
b. Pemurnian nira
Pemurnian nira di PG Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira
mentah ditimbang, dipanaskan 70ºC-75ºC, direaksikan dengan susu kapur
dalam defecator dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian
dipanaskan lagi sampai suhu 100ºC-105ºC. Kotoran yang dihasilkan
diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring menggunakan
rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blotong)
digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blotong ini dibawah 2 %.
Nira jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.
c. Penguapan nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan yang disusun secara
interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan
padatan terlarut 16 % dapat dinaikkan menjadi 64 % dan disebut nira kental
yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Nira kental yang
berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan dan siap untuk
dikristalkan.
d. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi
sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD,
dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed),
serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap
dengan tekanan vacum sebesar 65 CmHg sehingga suhu didihnya hanya 65ºC,
jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan
42
Aspek Manajerial
Mandor lapangan
Kemitraan adalah suatu ikatan yang terjalin atas kerjasama kedua belah
pihak atau lebih dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling
memperkuat dan saling menguntungkan. Kemitraan dalam hal ini dilakukan oleh
Pabrik Gula Madukismo dan petani tebu rakyat. Pabrik gula membutuhkan tebu
yang dihasilkan oleh petani tebu rakyat untuk memenuhi pasokan bahan baku tebu
sedangkan petani tebu membutuhkan permodalan yang cukup tinggi yang dapat
diperoleh melalui kredit dengan Pabrik Gula. Kemitraan antara pabrik gula dan
petani juga melibatkan bank sebagai pemilik modal.
Kewajiban utama Pabrik Gula adalah membantu petani dalam perencanaan
produksi, permodalan, pengolahan, jaminan pendapatan dan memperoleh kredit.
Kewajiban utama petani adalah memproduksi tebu untuk diolah di Pabrik Gula.
Prosedur menanam, menebang dan mengangkut tebu dilakukan sesuai dengan
standar yang telah disepakati. Selanjutnya petani berkewajiban mengembalikan
semua pinjaman ketika mereka mendapat penerimaan dari penjualan gula mereka.
Kemitraan yang saling menguntungkan akan mamacu semangat petani untuk terus
menekuni usaha budi daya tebu. Adapun bentukbentuk kerja sama yang diberikan
PG Madukismo kepada para petani tebu yaitu :
a. Tebu Rakyat Mandiri
Tebu berasal dari petani, para petani secara perorangan menggilingkan
tebunya dengan sistem bagi hasil dimana petani mendapatkan 66 % gula yang
dihasilkan dari tebu mereka dan 34 % gula untuk PG Madukismo. Selain itu
petani juga mendapatkan hak atas tetes gula. Pabrik Gula menyediakan
pinjaman biaya garap & saprodi apabila dibutuhkan petani.
b. Tebu Rakyat Kerja Sama Usaha
Bentuk kemitraan ini dikhususkan untuk lahan sawah berpengairan teknis.
Petani secara berkelompok menanam tebu dengan fasilitas Kredit Ketahanan
Pangan Tebu Rakyat (KKPTR) atau bisa juga dikoordinasi melalui KUD.
Petani memperoleh Jaminan Pendapatan Minimal Petani (JPMP) agar petani
45
tidak mendapatkan kerugian dalam menanam tebu. Pada kemitraan KSU petani
memperoleh SHU (Sisa Hasil Usaha).
c. Tebu Rakyat Kemitraan
Sistem pembagian hasil pada klasifikasi tebu ini hampir sama dengan
Tebu Rakyat Kerja Sama Usaha yaitu petani mendapatkan Jaminan Pendapatan
Minimal Petani (JPMP) tetapi jika pada sistem Tebu Rakyat Kerja Sama Usaha
petani mengerjakan tebunya sendiri sedangkan pada Tebu Rakyat Kemitraan
dari pihak PG ikut turut serta dalam penanaman tebu sebagai pembimbing
teknis. Selain itu, kelebihan produksi kristal dari sasaran sebesar 20 %
dikembalikan ke petani (sasaran untuk lahan tegal sebesar 60 ku/ha dan lahan
sawah sebesar 80 ku/ha).
Keuntungan bagi petani dalam membentuk kemitraan dengan PG
Madukismo adalah sebagai berikut :
1. Kemudahan dalam memperoleh sarana produksi
a. Pinjaman Alat – alat Mekanisasi (Traktor & Hand Traktor)
b. Jaminan Bibit dari PG Madukismo
c. Jatah pupuk bersubsidi langsung diperoleh dari KPTR
2. Kemudahan dalam memperoleh Permodalan
a. Pinjaman Biaya Garap dari PG Madukismo
b. Dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (Dana Akselerasi)
c. Dana Kredit Ketahanan Pangan & Energi (KKP-E)
3. Kelembagaan yang baik dan kuat
a. Pembinaan dan pengarahan intensif dari Dinas Perkebunan dan PG
Madukismo
b. Adanya wadah petani melalui APTRI & KPTR
Kemitraan yang terjadi antara Pabrik Gula dan petani tebu rakyat juga
secara tidak langsung membantu dalam memberdayakan masyarakat di sekitar
Pabrik Gula, khususnya para petani baik dalam hal memperbaiki tingkat
perekonomian masyarakat maupun dalam hal mengurangi jumlah pengangguran.
Bahkan saat panen, petani tebu sampai mengambil tenaga kerja dari daerah lain
karena banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan.
46
Tabel 12. Realisasi Pemupukan Tebu pada Kebun Contoh di Kabupaten Magelang
dan Temanggung
Nama Kebun KategoriLuas Pupuk Aplikasi Produktvitas
Petani Tanaman Lahan ZA Phonska Madros (ku/ha)
(ha) (ku/ha) (ku/ha) (ku/ha)
KABUPATEN TEMANGGUNG
Slamet Tembarak B PC 1.69 5.03 5.03 11.24 513
Sodik Sikendal PC 2.41 5.18 5.18 11.20 693
Slamet Tembarak A PC 1.6 5.00 5.00 11.25 696
Suramin Lembah Madu RC I 2.15 5.11 5.11 - 560
Slamet D. Kedunguling RC I 0.6 5.00 5.00 - 659
Rata-rata 624.2
KABUPATEN MAGELANG
Mandar Gandek RC I 1.19 5.04 5.04 - 700
Mujiyono Kledokan RC I 1.73 5.20 5.20 - 598
Subandi Bromo RC I 2.69 5.01 5.01 - 675
Moh Bakir Salam RC I 2.13 5.16 5.16 - 569
Asrofi Gaten RC I 2.96 5.07 5.07 - 650
Rata-rata 638.4
Sumber : Hasil Wawancara Lapangan (Maret, 2012)
untuk tanaman pertama serta 5 ku/ha ZA dan 5 ku/ha Phonska untuk tanaman
keprasan. Namun dapat dilihat pada Tabel 12 bahwa jika dihitung berdasarkan
kemasan pupuk yang digunakan yaitu 50 kg per karung, maka tidak semua pupuk
diaplikasikan sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Dosis rekomendasi
tersebut hanya acuan atau patokan saja, karena pada dasarnya aplikasi pupuk juga
disesuaikan dengan luas lahan dan kemasan pupuk yang ada.
masalah lain di kebun Tembarak yaitu banyaknya hama yang menyerang pada
kebun ini. Berdasarkan informasi yang didapat kebun Tembarak merupakan
kebun yang mengalami serangan berat oleh penggerek batang dan penggerek
pucuk. Dalam penanggulangannya pihak PG Madukismo melakukan aplikasi pias
yaitu musuh alami bagi penggerek agar serangan dapat menurun. Selain itu dari
informasi yang didapat, salah satu penyebab rendahnya produktivitas yang terjadi
di kebun tembarak B adalah adanya hama tikus yang menyerang sebelum masa
tanam tahun ini. Dalam pengendaliannya pihak pabrik gula melakukan pemberian
rokus (roti tikus) untuk meminimalkan serangan hama tikus tersebut.
Kebun Sikendal merupakan salah satu satu kebun PG Madukismo yang
ditanami tebu varietas PS 862 dengan jenis tanaman PC. Kebun Sikendal terletak
di Desa Samiraman, Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. Kebun
Sikendal memiliki jenis tanah ringan, berpengairan lancar dan tersedia (pompa)
serta drainase lancar. Selain dari air hujan pengairan di kebun ini juga berasal dari
sumur pantek yang dibuat oleh petani sehingga tidak terjadi kekurangan air saat
tanaman membutuhkan.
Tabel 13. Realisasi Pemupukan dan Hasil Taksasi Maret Kebun Salam dan Kebun
Kledokan
Peubah Kebun
Kledokan Salam
Pupuk :
Phonska (ku/ha) 5.20 5.16
ZA (ku/ha) 5.20 5.16
Madros (ku/ha) - -
Jumlah Batang/juring 66 a 65 a
Bobot Batang/meter (kg) 0.45 a 0.46 a
Tinggi (m) 2.11 a 2.04 b
Faktor Lubangan 954 a 933 b
Produktivitas (ku/ha) 598 a 569 b
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2012)
Keterangan : Angka pada tiap baris yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji-t
dengan taraf 5%.
Tabel 14. Realisasi Pemupukan dan Hasil Taksasi Maret Kebun Tembarak B dan
Kebun Sikendal
Peubah Kebun
Tembarak B Sikendal
Pupuk :
Phonska (ku/ha) 5.03 5.18
ZA (ku/ha) 5.03 5.18
Madros (ku/ha) 11.24 11.20
Jumlah Batang/juring 77 a 69 b
Bobot Batang/meter (kg) 0.40 a 0.45 b
Tinggi (m) 1.50 a 2.25b
Faktor Lubangan 1108 a 992 b
Produktivitas (ku/ha) 513 a 693 b
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2012)
Keterangan : Angka pada tiap baris yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji-t
dengan taraf 5%.
Kesimpulan
Saran
dibutuhkan oleh tanaman tersebut. Koordinasi dan kerjasama yang baik antara
staf, tenaga kerja pabrik dan tenaga kerja kebun (lapang) sangat diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, E.B. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung. 275 hal.
Irianto, G. 2003. Tebu Lahan Kering dan Kemandirian Gula Nasional. Tabloid
Sinar Tani. 3hal.
Ismail, I.S. dan S.E. Saputro. 1990. Kajian tentang Masa Tanam dan Umur
Tebang dari Dua Varietas Unggul Q 90 dan PS 61 di Tanah Ultisol PG.
Bunga Mayang. Majalah Perusahaan Gula. 26 (4):7-12.
Prawiro, M.K. 2011. Usahatani Tebu (Saccharum officinarum L.) antara Sistem
Bongkar Ratoon dengan Sistem Rawat Ratoon di Wilayah Kecamatan
Prambon. http://eprints. upnjatim.ac.id/1389/ [17 Februari 2012]
Soepandi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah dan Sumber Daya
Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sri Setyati, H. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. 197 hal.
Sudiatso, S. 1999. Tanaman Bahan Baku Pemanis dan Produksi Pemanis. Jurusan
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 87 hal.
CH(mm) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Spt Okt Nop Des Jumlah
1995 363 692 417 159 20 215 17 0 5 75 568 454 2985
1996 452 324 157 142 10 5 0 6 0 198 97 386 1777
1997 269 234 69 129 5 0 0 1 0 0 5 234 946
1998 200 380 409 329 70 216 144 26 45 301 324 403 2847
1999 439 314 341 265 171 2 40 0 45 9 316 288 2230
2000 321 600 446 296 55 117 0 0 0 195 493 131 2654
2001 439 329 446 289 83 96 15 0 0 198 427 172 2494
2002 366 562 164 203 94 0 0 0 0 32 220 433 2074
2003 277 521 356 48 105 6 0 0 0 92 284 360 2049
2004 329 257 338 0 77 11 30 0 0 20 182 442 1686
2005 381 336 201 143 0 61 24 0 0 76 82 637 1941
2006 436 238 493 321 191 0 0 0 0 0 50 410 2139
2007 89 346 335 244 53 42 5 0 0 85 168 687 2054
2008 232 368 407 178 46 22 0 0 0 172 464 298 2187
2009 269 344 176 177 179 31 0 0 0 68 153 118 1518
2010 162 199 378 165 304 129 83 182 315 510 263 529 3219
Rata-rata 314 377.75 320.81 193 91.43 59.56 22.37 13.43 25.81 126.93 256 373.87 2169.37
Sumber : Bina Sarana Tani PG Madukismo, Bantul (2012)
66
67
SEK DEKOM
DIREKTUR
KEPALA
SPI
Kabag Kabag Staf Direktur Kabag Kabag Kabag Kabag Kepala Pabrik
SDM& Keuangan Khusus TLD Tanama Instalasi Pemasaran Pabrikasi Spiritus
Umum n
Sinder
Mandor
67
68
Lampiran 5. Peta Wilayah Kerja PG. Madukismo PT. Madubaru bagian Bantul
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73