You are on page 1of 5

NAMA: GM.

RIZKA ZANNAH RIA


JURUSAN: FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PRODI: PGMI
KELAS: D2
NO.absen: 06

BIOGRAPHY R.A KARTINI

One of very famous female figures in Indonesia is Raden Ajeng Kartini. She is also commonly
known as R.A Kartini. She is known as one of the national hero determined to fight for the
emancipation of women.

R.A Kartini was born on April 21st 1879 in Jepara. Since the number of services and struggle for
people of Indonesia, the day of her birth was celebrated as Kartini Day.

Kartini was born in a noble family so she earned R.A (Raden Ajeng) in front of her name.
According to Javanese tradition the title used before she got married, while after marriage then
knighted used is R.A (Raden Ayu).

Her father named R.M. Sosroningrat is a son of Prince Ario Tjondronegoro IV. At that time,
Kartini’s father was a regent in Jepara and an honorable man. Kartini’s mother named M.A.
Ngasirah was the son of ‘Kyai’ / religion teacher in Telukawur, Jepara. She was not highborn,
but just ordinary people. That’s what makes R.A Kartini must have a stepmother. This is because
the Dutch colonial rule requires a regent married to noblesse. Finally Kartini’s father then
married a descendant of Madura’s King noblewoman named Raden Adjeng Woerjan.
R.A Kartini was the fifth of 11 siblings, consisting of siblings and half-brother. Nevertheless, she
was the oldest of her sisters. As derived from the offspring of nobility, Kartini is entitled to
receive a decent education. Then, her father sent her to ELS (Europese Lagere School).
According to Javanese tradition, after the 12 years old, the child should be ‘dipingit‘ (living at
home), is no exception for R.A Kartini. However, although she was at home, she still continues
to learn. Her lofty ideals are eager to see the indigenous women can study and learn as today.

New ideas about emancipation or equality of indigenous women by her, considered a novelty
that can change society’s views.

In addition, her writings also contain about the significance of belief, wisdom and beauty,
humanity and nationalism.

Not only that, she also touched on religion, for example, she questioned why a man may practice
polygamy, why the holy book should be read and memorized without obligation to understand,
and more.

After becoming adult moman, then in 1903 R.A Kartini married a regent of Rembang City
named K.R.M. Duke Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Although many historians say that the
wedding is the insistence of her parents.
Most people estimate at the time of marriage, Kartini R.A still wants to live freely. But in order
to make the hearts of parents happy and proud, she prefers to follow the wishes of her parents.

While it is like other destiny. Exactly a year after getting married, she must be in the call by the
God (25 years old). Note before she died, she had a son name R.M Soesalit Djojoadhiningrat.

RA Kartini’s Books :

 Aku Mau … Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella


Zeehandelaar 1899-1903
 Habis Gelap Terbitlah Terang
 Kartini surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandiri dan suaminya
 Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
 Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer)
 Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
The Brief Biography of RA Kartini
Full Name : Raden Ajeng Kartini
Others Name : Raden Ayu Kartini, RA Kartini
Date of Birth : April 21th 1879
Zodiac : Taurus
Place of Birth : Dutch Flag Jepara, Central Java , the Indies
Date of Death : September 17th 1904
Points Died : Rembang, Central Java, The Indies
Died Age : 25 years
Known for : The Emancipation of Women
Nationality : Indonesia
Religion : Islam
Husband : K.R.M Duke Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Children : R.M Soesalit Djojoadhiningrat
Grandchildren : RM. Boedi Setiyo Soesalit

BIOGRAFI R.A KARTINI


Salah satu tokoh wanita yang sangat terkenal di Indonesia ialah Raden Ajeng Kartini.
Beliau juga biasa dikenal sebagai R.A Kartini, Beliau dikenal sebagai salah satu
pahlawan nasional yang gigih untuk memperjuangkan emansipasi wanita.
R.A Kartini lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di kota Jepara. Karena banyaknya
jasa dan perjuangannya pada bangsa Indonesia maka hari kelahiranyya itu kemudian di
peringati sebagai Hari Kartini. Kartini lahir di keluarga bangsawan oleh karenanyalah ia
memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya. Menurut tradisi jawa gelar itu
digunakan sebelum beliau menikah, sedangkan setelah menikah maka gelar
kebangsawanan yang di pergunakan adalah R.A (Raden Ayu).
Ayah beliau bernama R.M Sosroningrat adalah Seorang putra dari pangeran Ario
Tjondronegoro IV. Pada saat dilahirkan, ayah R.A Kartini adalah Seorang bupati di
Jepara dan merupakan orang yang terpandang. Ibu Kartini Bernam M.A Ngasirah adalah
anak seorang kiai/guru agama di Telukawur, Jepara. Belia Bukanlah keturunan
bangsawan, melainkan hanya rakyat biasa. Hal itulah yang membuat R.A Kartini harus
mempunyai seorang Ibu tiri. Hal ini karena peraturan colonial Belanda mengharuskan
seorang bupati menikah dengan bangsawan lain juga. Hingga pada akhirnya ayah kartini
kemudian menikah dengan seorang wanita bangsawan keturunan Raja Madura bernama
Raden Ajeng Woerjan.
R.A Kartini adalah anak kelima dari 11 orang saudara, yang terdiri dari saudara kandung
dan saudara inti. Meskipun anak kelima, namun beliau adalah anak perempuan paling tua
dari saudara-saudarnya. Karena berasal dari keturunan bangsawan, kartini berhak
mendapatkan pendidikan yang layak. Lalu, Ayahnya menyekolakan beliau di ELS
(Europese Lagere School).
Menurut tradisi jawa, setelah anak perempuan berusia 12 tahun maka anak tersebut harus
‘dipingit’(tinggal dirumah), tidak terkecuali R.A Kartini. Akan tetapi, meskipun beliau
berada dirumah, beliau tetap harus belajar. Cita-cita luhur beliau adalah ingin melihat
perempuan asli pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar saat ini.
Gagasan-gagasan baru mengenai emnasipasi atau persamaan hak wanita pribumi oleh
beliau, dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan masyarakat.
Selain itu, tulisan beliau juga berisi tentang yaitu makna ketuhanan, kebijaksanaan dan
keindahan, peri kemanusiaan dan juga nasionalisme. Tidak hanya itu, beliau juga
menyinggung tentang agama, misalnya oa mempertahankan mengapa laki-laki dapat
berpoligami, mengapa kitab suci harus dibaca dan di hafal tanpa perlu kewajiban untuk
memahaminya, dan lainnya.
Setelah dewasa, barulah pada tahun 1903 R.A Kartini menikah dengan seorang Bupati
Kota Rembang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Meskipun
banyak sejarawan yang mengatakan bahwa pernikahan tersebut adalah desakan dari
orang tua.
Sebagian besar orang memperkirakan pada saat menikah, R.A Kartini masih ingin hidup
dengan bebas. Tetapi karena ingin membuat hati orang tua senang dan bangga, beliau
lebih memilih untuk mengikuti keinginn orang tuanya. Meskipun memang takdir
berkehendak lain. Tepat setahun setelah menikah beliau harus dipanggil Yang Maha
Kuasa (25 tahun). Diketahui sebelim wafat beliau mempunyai seorang anak bernama
R.M Soesalit Djojoadhiningrat.
Buku-Buku R.A Kartini :

 Aku Mau … Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella


Zeehandelaar 1899-1903
 Habis Gelap Terbitlah Terang
 Kartini surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandiri dan suaminya
 Surat dari Kartini, Seorang feminis Indonesia 1900-1904
 Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer)
 Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya

Biografi singkat R.A Kartini


 Nama Lengkap : Raden Ajeng Kartini
 Nama Lain : Raden Ayu Kartini, RA Kartini
 Tanggal Lahir : 21 April 1879
 Zodiak : Taurus
 Tempat Lahir : Bendera Belanda Jepara, Jawa Tengah,Hindia Belanda
 Tanggal Meninggal : 17 Spetember 1904
 Tempat Meninggal : Rembang, Jawa Tengah, Hindia Belanda
 Usia Meninggal : 25 tahun
 Dikenal karena : Emansipasi Wanita
 Warga Negara : Indonesia
 Agama : Islam
 Suami : K.R.M Duke Ario Singgih Djojo Adhiningrat
 Anak : R.M Soesalit Djojoadhiningrat
 Cucu : RM. Boedi Setiyo Soesalit

You might also like