You are on page 1of 11

SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012

“Sticks and Carrots”


Reward and Punishment

MANAJEMEN SISTIM PEMADAM KEBAKARAN


PADA BANGUNAN UMUM DI SEMARANG
MANAJEMEN SISTIM PEMADAM KEBAKARAN
PADA BANGUNAN UMUM DI SEMARANG

Dzulfikkar 1), Sumarwanto 2)


Mahasiswa Program Studi Teknik Arsitektur 1)
Dosen Program Studi Teknik Arsitektur 2)
Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang1,2)
E-mail : fikkardzul@ymail.com1)
E-mail : wanto.sumar@ymail.com2)

ABSTRACT

The rate of growth is very rapid development in Indonesia, especially public buildings as a
community service center in a wide range of activities and interests. But as an increasing number of
public buildings is not supported by aspects of safety and security in the building and its environment.
Because most of the buildings generally are not met standards of fire protection. Lack of community
understanding of the importance of fire prevention may lead to greater fire risk again. The lack of
preparation of human resources from both the government and team building outage can threaten the
security and safety of buildings. Therefore, the required number of fire protection strategies in order to
anticipate the risk of fire hazard, especially in public buildings.
New facilities and renovation projects need to be designed to incorporate efficient, cost-effective
passive and automatic fire protection systems. These systems are effective in detecting, containing,
and controlling and/or and extinguishing a fire event in the early stages. Fire protection engineers
must be involved in all aspects of the design in order to ensure a reasonable degree of protection of
human life from fire and the products of combustion as well as to reduce the potential loss from fire
(i.e., real and personal property, information, organizational operations). Planning for fire protection
in/around a building involves knowing the four sources of fire: natural, manmade, wildfire and
incidental and taking an integrated systems approach that enables the designer to analyze all of the
building's components as a total building fire safety system package.

Keywords: public buildings, strategies, fire protection

1. PENDAHULUAN
Pada perkembangan pembangunan gedung di Indonesia yang semakin pesat terutama
di dalam bangunan umum banyak sekali aspek-aspek keselamatan yang kurang
diperhatikan yaitu perlindungan terhadap kebakaran. Padahal dalam sebuah bangunan
dituntut harus memiliki standarisasi proteksi terhadap kebakaran.
Dari kondisi tersebut dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam bangunan
umum:
a. Belum terpenuhi berbagai alat penyelamatan di luar bangunan terhadap tinggi
bangunan.
b. Kurangnya pemahaman tentang fleksibilitas desain bangunan tinggi khususnya
perkantoran yang mampu mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran.
c. Kurangnya pemenuhan terhadap standart yang ditetapkan akibat adanya
pertumbuhan kebutuhan yang sangat kompleks.

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.1


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

d. Tidak adanya persiapan pada SDM dalam rangka penanggulangan kebakaran baik
dari tim pemadam kebakaran dari pihak pemerintah maupun tim pemadam
kebakaran gedung juga menentukan keamanan dan keselamatan bangunan.

2. KAJIAN PUSTAKA

Tujuan Fire Safety


Tujuan perencanaan penanggulangan kebakaran (Fire Safety) adalah untuk
menyelamatkan jiwa manusia dan kemudian menghindari kerusakan seminimal mungkin.
Beberapa fungsi langkah penyelamatan terhadap bahaya kebakaran, antara lain:
• mencegah api/kebakaran
• mencegah api berkembang tidak terkendali
• mendeteksi adanya api sedini mungkin
• memadamkan api secepatnya
• memudahkan pengevaluasian penghuni dan barang
• meminimalkan kerusakan

Klasifikasi Bangunan
Kelas bangunan adalah pembagian bangunan atau bagian bangunan sesuai dengan
jenis penggunaan bangunan sebagai berikut :

No. Klasifikasi Spesifikasi bangunan


1. Kelas 1 Gedung hunian biasa
2. Kelas 2 Gedung hunian terdiri dari 2 atau lebih unit hunian (terpisah)
3. Kelas 3 Gedung hunian diluar bangunan gedung kelas 1 atau kelas 2
4. Kelas 4 Gedung hunian campuran
5. Kelas 5 Gedung kantor
6. Kelas 6 Gedung perdagangan
7. Kelas 7 Gedung penyimpanan gudang
8. Kelas 8 Gedung laboratorium/industri/pabrik
9. Kelas 9 Gedung umum
10. Kelas 10 Gedung atau struktur yang bukan hunian
(PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000)

Sarana Penyelamatan
Adapun komponen sarana penyelamatan dalam sebuah bangunan antara lain :
1. Sumber daya listrik darurat ( Emergency Power )
Beberapa sumber daya listrik darurat yang digunakan. : batre dan generator (PU,
Kepmeneg PU No.10/KPTS 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000). Dengan asumsi
harus dapat bekerja secara otomatis terlebih saat sumber listrik utama sedang padam
dan sumber daya listrik darurat dapat digunakan setiap saat.
2. Pencahayaan darurat ( Emergency Light )
Proses evakuasi pastinya memerlukan penerangan atau pencahayaan(PU, Kepmeneg
PU No.10/KPTS 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000), yakni suatu sistem
pencahayaan darurat harus dipasang di setiap jalur keselamatan.
3. Pintu darurat ( Fire Door )
Dalam sarana penyelamatan, peran pintu darurat sangat penting. Beberapa syarat yang
harus dipenuhi pada pintu darurat (Juwana, 2005), yakni :
a. tahan terhadap api sekurang – kurangnya dua jam.

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.2


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

b. dilengkapi dengan minimal tiga engsel.


c. dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis ( door closer ).
d. dilengkapi dengan tuas atau tangkai pembuka pintu berada di luar ruang tangga
e. dilengkapi tanda peringatan : “ TANGGA DARURAT – TUTUP KEMBALI “
f. dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1m²
g. dicat dengan warna merah.
4. Tangga kebakaran ( Fire Escape )
Pada saat terjadi keadaan darurat, bagi bangunan bertingkat, tangga darurat sangat
penting untuk penyelamatan jiwa manusia. Syarat – syarat tangga darurat (Tanggoro,
2006) adalah :
a. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan
kebakaran selama 2 jam.
b. Tangga dipisahkan dengan dinding beton yang tebalnya minimum 15 cm atau tebal
tembok 30 cm yang mempunyai ketahanan kebakaran selama 2 jam.
c. Bahan – bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan
tidak licin, susuran tangga terbuat dari besi.
d. Lebar minimum 120 cm ( untuk lalu lintas 2 orang ).
e. Supaya asap kebakaran tidak masuk dalam ruangan tangga, berupa Exhaust fan
(menghisap asap) dan Pressure fan (menekan atau memberi tekanan asap).
f. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah ke
tangga dengan daya otomatis atau emergency.
5. Sistem kendali asap ( Smoke Vestibule ).
Salah satu contoh untuk pengendalian asap yakni Vent and Exhaust. Alat ini dipasang
pada tempat – tempat khusus seperti tangga kebakaran. Vent and Exhaust memiliki
beberapa peran atau fungsi (Tanggoro, 2006) diantaranya adalah :
a. Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi mengisap asap yang akan
masuk pada tangga yang dibuka pintunya.
b. Dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam ruangan tangga. Tekanan tersebut akan
mengatur tekanan udara di dalam ruangan lebih besar daripada udara
6. Komunikasi darurat
Sistem komunikasi darurat, sebaiknya slalu ada pada bangunan gedung. Hal ini sangat
penting dan berperan pada saat terjadi keadaan darurat. Sistem komunikasi darurat
dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat proses penyelamatan.
Adapun penjelasan mengenai beberapa alat komunikasi (Tanggoro, 2006), adalah :
a. Speaker Sound Pressure
b. Horn Speaker
c. Microphone dan Amplifier
7. Petunjuk arah jalan keluar
Petunjuk “ EXIT “ harus dapat dilihat dengan jelas, diberi lampu yang menyala pada
kondisi darurat, dengan kuat cahaya tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda minimum
155 cm² serta ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm ( tebal huruf minimum 2 cm )
(Juwana, 2005).
8. APAR
APAR harus mudah dilihat keberadaannya, karena jika terjadi keadaan darurat, maka
akan mempermudah dan mempercepat menjangkaunya APAR sehingga api dapat
segera dipadamkan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh APAR yang
berbentuk tabung, yakni :
a. Tabung dengan segelnya harus dalam keadaan baik.
b. Etikel atau label mudah dibaca dengan jelas dan dapat dimengerti
c. Selang harus tahan terhadap tekanan tinggi.
d. Bahan baku pemadam selalu dengan keadaan baik.
e. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang diisyaratkan.

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.3


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

f. Penggunaannya belum kadaluwarsa.


g. Warna tabung harus mudah dilihat ( merah, hijau, biru, atau kuning )
9. Sprinkler
Adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung
deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah
secara merata (PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS 2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
2000). Berdasarkan jenis dan fungsi bangunan maka jenis sprinkler dibedakan menjadi
tiga yakni :
a. Wet Pipe Sprinkler System
b. Dry Pipe Sprinkler System
c. Special Sprinkler System (ASS), terdapat 2 macam yaitu menggunakan kabut air (
FOG ) bukan cairan dan menggunakan Dry Chemical

Tabel 1: Tabel klasifikasi bangunan dan kebutuhan sprinkler (Juwana, 2005)


Klasifikasi Tinggi/ Jml Lantai Penggunaan Sprinkler
Bangunan
A. Tidak Bertingkat s/d 8 m (1lantai) Tidak diharuskan
B. Bertingkat rendah s/d 8 m (2lantai) Tidak diharuskan
C. Bertingkat renah s/d 14 m (4 lantai) Tidak diharuskan
D. Bertingkat Tinggi s/d 40 m (8 lantai) Diharuskan,mulai dari lantai 1
E. Bertingkat Tinggi Lebih dari 40 m (8 lantai) Diharuskan,mulai dari lantai 1

10. Hydrant
Hidran kebakaran adalah suatu alat yang dilengkapi dengan siang dan mulut pancar (
nozzel ) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman
kebakaran (PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS 2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
2000).
Berdasarkan lokasi penempatan (Juwana, 2005), jenis hidran dibagi atas :
a. Hidran Bangunan ( Box Hydrant – Kotak Hidran ), ditempatkan pada jarak 35 meter,
ditambah 5 meter jarak semprotan air.
b. Hidran Halaman ( Pole Hydrant ), diletakkan di luar bangunan pada lokasi yang aman
dari api.
11. Detektor
Alat ini bertugas untuk mendeteksi adanya sinyal – sinyal bahaya. Beberapa jenis alat
detektor ada 3 macam (Poerba, 2007), yakni :
a. Alat deteksi asap ( Smoke Detector )
b. Alat deteksi nyala api ( Flame Detector )
c. Alat deteksi panas ( Heat Detector )
12. Sistem Alarm
Adanya alarm kebakaran, dapat meminimalkan jumlah korban yang terjadi pada bahaya.
Hal ini dikarenakan pada saat ada bahaya seperti kebakaran, maka alarm ini akan
berdering keras, memberi tanda pada penghuni gedung bahwa ada bahaya yang
mengancam, sehingga para penghuni dapat melakukan proteksi dini.
13. FSM ( Fire System Management )
Dalam suatu keamanan pada banguanan gedung, selain didukung oleh peralatan atau
komponen – komponennya ( utilitas ), perlu juga adanya sistem manajemen yang
mengatur secara aktif tentang jalannya semua peralatan, teknis untuk keamanan
bangunan gedung tersebut. Manajemen seperti ini sering disebut sebagai Fire System
Management ( FSM ).

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.4


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

3. METODE PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini kita mengambil beberapa sampel dari bangunan umum di Indonesia
terutama terhadap komponen sarana penyelamatan :
1. Jalur Evakuasi (koridor) dan Jarak Tempuh
Jalur evakuasi atau koridor berfungsi sebagai penghubung antar ruangan, hal ini
bertujuan untuk menghubungkan ruangan umum menuju ke ruangan aman atau area
aman.

Tabel 2: Perbandingan jalur evakuasi dengan persyaratan dalam standart


Lantai Dimensi Lebar Standar (*) Keterangan
Maksimal Minimal
(m) (m)
Basement 4,75 3,60 >180 cm M
Lower Ground 5,05 4,30 M
Ground 1,60 1,20 TM
1 st Floor 2,45 2,00 M
2 nd Floor 2,45 2,00 M
3 rd Floor 2,40 1,50 TM
Sarana Fire Detector Ada M
Pelengkap Alarm Ada M
APAR Ada M
Hidrant Box Ada M
Sprinkler Ada M
(PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000)
Keterangan : M =Memenuhi, TM= Tidak memenuhi

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.5


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

Berikut tabel mengenai Evaluasi Jarak tempuh dengan pembanding Peraturan menteri
Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008,tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Tabel 3: Perbandingan jarak tempuh dengan persyaratan dalam standart (*)


Lantai Dimensi Panjang Standar (*) Keterangan
Maksimal Minimal Tanpa Bersprinkler Lebar
(m) (m) Sprinkler (m) Dinding
(m) Koridor
Basement 76,90 43,20 45 120 M
Lower 76,80 45,90 M
Ground
Ground 76,40 44,50 M
1 st Floor 74,40 38,90 M
2 nd Floor 73,90 39,10 M
3 rd Floor 74,80 38,70
(PU, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 Tanggal 30 Desember 2008
Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan dan Lingkungan,
2008)
Keterangan : M =Memenuhi, TM= Tidak memenuhi

2. Tangga darurat
Tangga darurat terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar (Tanggoro, 2006)
Selain itu juga terdapat pegangan besi baja pada tangga darurat. Pada ruang tangga
juga terdapat pencahayaan darurat seperti lampu emergency. Namun pada tangga
atau ruang tangga tidak terdapat sistem kendali asap (exhaust fan dan pressure fan).

Gambar 1.Pintu koridor Gambar 2. Pintu darurat

Tabel 4: Perbandingan jalur evakuasi dengan persyaratan dalam standart


Aspek Keterangan Standart (*) Ket
Fisik Dimensi Lebar = 125 cm Dapat dilewati 2 M
orang secara
bersamaan minimum
120 cm
Lebar pijakan min 250-355 mm M
(G)=300 mm
Tinggi Pijakan 115-190 mm M

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.6


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

(R)=176 mm
Jumlah (2R+G)=652 Tidak lebih dari 700 M
mm mm dan tidak kurang
dari 550 mm

Jumlah Tanjakan=15 Tidak lebih dari 18 M


tanjakan atau kurang dari 2
tanjakan

Bahan Anak Tangga= beton Terbuat dari bahan M


yang tidak mudah
terbakar

Susuran=besi Terbuat dari besi M


minimal dipasang di
satu tepi tangga
yang tidak dibatasi
dinding
Fungsi Banyak tangga darurat yang Hanya digunakan M
disfungsi karena tidak pernah untuk keadaan
dipakai (terkunci), yang berfungsi darurat. Tidak
hanya jalur tangga darurat. disalahgunakan.
Jumlah Terdapat 6 jalur tangga darurat, - -
yakni untuk pengunjung dan untuk
karyawan
Pintu Fisik Lebar = 90 cm Minimum bila terbuka TM
Darurat sempurna tidak
kurang dari 1
meter
Tinggi= 210 cm Tidak kurang dari 200 M
cm ( 2 m )
Bahan= Besi Terbuat dari bahan M
api
Jumlah Engsel=3 Pintu harus dilengkapi TM
minimal 2 engsel
Warna=Abu-abu Pintu harus dicat TM
dengan warna merah
Arah Bukaan=keluar Keluar ( menuju ke M
jalur penyelamatan )
Fungsi Disfungsi karena Hanya digunakan M
tidak pernah terpakai, pada waktu evakuasi
selalu terkunci
Perlengka Panic bar = ada Pintu dilengkapi panic M
pan bar
Tulisan EXIT = ada Pintu dilengkapi M
dengan
peringatan tulisan “
EXIT “
Kaca tahan api = ada Terdapat kaca tahan M
api
Penutup otomatis= Pintu dilengkapi M
ada dengan penutup pintu

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.7


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

otomatis
Perlengka Basement Terpendek = 43,20 Mudah dijangkau, TM
pan Terpanjang = 76,90 tidak lebih dari 60 m
Lower Terpendek = 45,90 jarak antar eksit.
Ground Terpanjang = 76,80 Jarak dari sentral
Ground Terpendek = 44,50 kegiatan tidak lebih
Terpanjang = 76,40 dari 30 m. Tangga
1 st Floor Terpendek = 38,90 berada dalam
Terpanjang = 74,40 ruangan tahan api.
2 nd Floor Terpendek = 39,10
Terpanjang = 73,90
3 rd Floor Terpendek = 38,70
Terpanjang = 74,80
(PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000)
Keterangan : M =Memenuhi, TM= Tidak memenuhi

3. APAR

Gambar 3. APAR warna merah

Tabel 5: Perbandingan data APAR dengan persyaratan dalam standart


Lantai Jumlah Jenis Luas 1 tabung Standart (*) Ket
APAR Media Lantai /luas (m²)
Tiap Tiap Zona
Zona (m2)
Basement 12 DP=12 13.526 1 tabung/1.127 1 TM
tabung/
Lower Ground 12 DP=12 13.526 1 tabung/1.127 500 m²
TM
Ground 12 DP=12 13.526 1 tabung/1.127 TM
1 st Floor 14 DP=14 12.990 1 tabung/927 TM
2 nd Floor 14 DP=14 12.990 1 tabung/927 TM
3 rd Floor 14 DP=14 12.793 1 tabung/913 TM
(PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000)
Keterangan : M =Memenuhi, TM = Tidak memenuhi

4. Detektor
Detektor yang digunakan adalah Heat Detector. Sistem detektor juga berhubungan
dengan sistem alarm. Alarm dihubungkan oleh Panel Fire Alarm.

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.8


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

Gambar 4. Fire Detektor Gambar 5. Alar


Tabel 6: Perbandingan detektor dengan persyaratan dalam standart
Lantai Jumlah Luas 1 detektor Standart Lebar
detektor lantai tiap /luas (*) Dinding
zona Koridor
Basement 297 13.526 45,5 1 M
Lower Ground 298 13.526 45 detektor/ M
Ground 301 13.526 45 46 m² M
1 st Floor 290 12.990 44 M
2 nd Floor 290 12.990 44 M
3 rd Floor 293 12.793 43 M
(PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000)
Keterangan : M =Memenuhi, TM = Tidak memenuhi

5. Hidrant Box
Hydrant box berwarna merah. Berikut pengukuran fisik hydrant box ;

Gambar 6. Hidrant box ruangan Gambar 7. Hidrant box halaman

Tabel 7: Perbandingan data hidrant box dengan persyaratan dalam standart


No. Aspek Keterangan Standart 1 Ket
1. Fisik Kotak hydrant : Plat baja Baja, besi, M
tembaga
Panjang : 66 cm 52 cm M
Lebar : 20 cm 15 cm M
Tinggi : 66 cm 66 cm M
Katup Hidrant : 2 inch 1,5 inch M
Selang
Diameter : 2 inch M
Panjang : 30 m 30 m M
Nozle : 2 inch 1,5 inch M
2. Sumber Air Air sumur PAM, sumur M
ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.9
SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

Luas Lantai (m) Jumlah Hidrant Box 1 hidrant/ luas


Basement=13.526 m² 10 1/800 m² TM
Lower Ground=13.526 m² 10 TM
Ground=13.526 m² 14 M
1 st Floor=12.990 m² 7 TM
2 nd Floor=12.990 m² 18 M
3 rd Floor=12.793 m² 12 TM
3. Pompa Motor listrik dan mesin Minimal 1 1 M
bekerja secara
Diesel otomatis dan
manual
(PU, Kepmeneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000)

6. Sumber Listrik
Yaitu daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya listrik darurat
diperoleh sekurang – kurangnya dari dua sumber tenaga listrik (PU, Kepmeneg PU
No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2000) berikut :
a) PLN,
b) Sumber daya listrik darurat berupa batere, generator, dan lain-lain.
Sumber lisrik pada gedung Paragon Mall menggunakan 2 sumber listrik yakni
PLN dan Genset.
7. Sistem Komunikasi Darurat
Pada beberapa bangunan ini sistem komunikasi darurat menggunakan HT yang
dibawa security, dan pada gedungnya menggunakan speaker sound pressure. Hal ini
untuk memberikan informasi pada pengunjung jika sewaktu-waktu terjadi keadaaan
darurat yang membahayakan.
8. Sprinkler
Pada beberapa bangunan sudah terdapat beberapa spingkler pada tiap ruang dan
koridor

Gambar 8. Sprinkler

9. FSM ( Fire System Management )


FSM ( Fire System Management ) pada beberapa bangunan tidak ada. Namun hanya
terdapat manajemen teknisi, yang manajemen ini hanya mengurusi masalah mesin–
masin dan kelistrikan. Sehingga tidak terdapat pelatihan kebakaran dan pelatihan
evakuasi. Namun masih terdapat pemeriksaan APAR oleh Kodamkar secara berkala.

5. KESIMPULAN

Pembahasan pada kajian ini dibahas dengan menggunakan beberapa pembanding,


yakni Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000, Peraturan menteri Pekerjaan

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.10


SEMINAR NASIONAL SCAN#3:2012
“Sticks and Carrots”
Reward and Punishment

Umum No.26/PRT/M/2008,tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada


Bangunan Gedung dan Lingkungan, dan Juwana;2005. Hal ini dikarenakan beberapa
bangunan gedung dibangun tahun 2009. Berikut kesimpulannya :
1. Bentuk fisik dari Sarana Penyelamatan pada sebagaian besar bangunan telah
memenuhi persyaratan.. Berikut komponen – komponen emergency exitnya :
a. Jalur evakuasi ditinjau dari segi fisik perhitungan jarak tempuh menurut Peraturan
menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, sudah memenuhi syarat.
b. Tangga darurat ditinjau secara fisik menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.10/KPTS/2000 memenuhi syarat. Namun ditinjau dari fungsinya tidak
memenuhi syarat karena tidak terpakai (terkunci)..
c. APAR menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000, sebagian
besar sudah memenuhi syarat karena jumlah APAR dengan sebanding dengan
luas lantai bangunannya.
d. Sprinkler menurut Juwana, 2005 sebagian besar telah memenuhi syarat karena
jumlah sprinkler hampir di setiap ruangan tersedia.
e. Detektor ditinjau menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.10/KPTS/2000, sudah sesuai karena hampir setiap sprinkler di pasang
detektor. Sedangkan untuk alarm, ditinjau dari Peraturan menteri Pekerjaan
Umum No.26/PRT/M/2008,tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, memenuhi syarat karena
alarm berjalan secara otomatis.
f. Hidran Box ditinjau secara fisik menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.10/KPTS/2000, hidrant box Paragon Mall memenuhi syarat. Namun ditinjau
secara jumlah hidran dan jangkauannya banyak yang tidak aman.
g. Sumber listrik menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000,
sumber listrik pada beberapa bangunan memenuhi persyaratan karena memiliki 2
sumber listrik yakni PLN dan Genset.
h. Sistem komunikasi darurat pada Paragon Mall sudah cukup memenuhi karena
terdapat HT yang slalu siap digunakan oleh petugas dan speaker sound pressure.
2. Perencanaan tata letak Sarana Penyelamatan ditinjau dari aturan standar Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, Tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa perencanaan
tata letak Sarana Penyelamatan pada beberapa bangunan banyak yang tidak
memenuhi persyaratan ( tidak aman ).

6. DAFTAR PUSTAKA

1. Juwana, J. S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan Praktisi
Bangunan. Jakarta: Erlangga.
2. Poerba, H. (2007). Utilitas Bangunan. Jakarta: Djambatan.
3. PU, K. M. (2000). Kepmeneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
4. PU, K. M. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 Tanggal 30
Desember 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan dan Lingkungan.
5. Tanggoro, D. (2006). Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Press.

ETIKA, HUKUM, DAN HAM II.11

You might also like