You are on page 1of 16

SISTEM PENGETAHUAN PELAYARAN DAN PENANGKAPAN

IKAN PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN RANGAS,


KABUPATEN MAJENE
SHIPPING AND FISH CATCHING KNOWLEDGE SYSTEM OF THE
FISHERMEN COMMUNITY IN THE VILLAGE OF RANGAS,
MAJENE REGENCY

Ansaar
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: ansaar_@yahoo.co.id
HP: 085145775302 / 081342362575
Diterima: 17 Oktober 2019; Direvisi: 06 November 2019; Disetujui: 29 November 2019

ABSTRACT
This paper describes the shipping and fish catching knowledge system which has been applied until now by
the fishermen community in the Village of Rangas, Majene Regency. This research is descriptive
qualitative. The information presented in this paper is captured from interviews, observation, and
literature studies. The results show that the fishermen in carrying out activities at the sea were guided by
the sailing knowledge system that they had, such as knowledge of the waves, the corals, the constellations,
the clouds, the moon calculations, and the occult. In terms of fish caught, they have a variety of local
knowledge systems, such as knowledge about driving a boat, procedures for lowering the fishing gear from
the boat, the wind direction, the location of fish, and other problems that may be experienced during
fishing and their solution. This knowledge is a picture of the fishermen community tradition continuity in
the Village of Rangas.
Keywords: Shipping knowledge, fish catching, and fishermen community.

ABSTRAK
Tulisan ini mendeskripsikan sistem pengetahuan pelayaran dan penangkapan ikan yang hingga kini
diterapkan oleh masyarakat nelayan di Kelurahan Rangas, Kabupaten Majene. Penelitian ini bersifat deskriktif
kualitatif. Informasi yang tersaji dalam tulisan ini terjaring melalui metode wawancara, pengamatan, dan
studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para nelayan dalam menjalankan aktifitas di laut
berpedoman pada sistem pengetahuan pelayaran yang mereka miliki, seperti pengetahuan tentang ombak,
keberadaan karang, perbintangan, awan, perhitungan bulan, dan ilmu gaib. Dalam hal penangkapan ikan,
mereka memiliki berbagai sistem pengetahuan lokal, seperti pengetahuan tentang mengemudikan perahu,
tata cara menurunkan alat tangkap dari perahu, arah angin, lokasi banyaknya ikan, dan hambatan-hambatan
lain yang kemungkinan bisa dialami selama melaut dan cara menanggulanginya. Pengetahuan tersebut
merupakan gambaran kesinambungan tradisi masyarakat nelayan di Kelurahan Rangas.
Kata kunci: Pengetahuan pelayaran, penangkapan ikan, dan masyarakat nelayan.

PENDAHULUAN dalam memahami pentingnya budaya, termasuk


Bangsa Indonesia yang terdiri dari dalam hal ini budaya bahari. Budaya bahari
berbagai etnik atau suku bangsa menjadi hendaknya dipahami sebagai cara atau pola pikir
keunikan tersendiri, karena setiap etnik tersebut sekelompok masyarakat yang menetap di wilayah
memiliki nilai-nilai lokal di samping keragaman pesisir dengan memiliki cara pandang tertentu
budaya yang telah mempengaruhi bangsa ini tentang religi (pandangan hidup), bahasa, seni,

139
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

mata pencaharian, organisasi, pengetahuan dan Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi. Melalui analogi dari unsur universal (IPTEK) modern di bidang perikanan telah
budaya, ketujuh unsur tersebut diarahkan pada memberi kesempatan yang luas pada masyarakat
pemberdayaan dan sumber daya kelautan untuk pesisir dalam mengeksploitasi sumber daya
pertumbuhan dan dinamika masyarakat yang hayati laut semaksimal mungkin. Namun
menetap di wilayah pesisir. manfaat teknologi yang terperagakan tersebut
Bagi masyarakat pesisir, sikap hidup mulai dipertanyakan akibat merosotnya kualitas
tersebut yang menganggap laut merupakan dan kuantitas sumber daya hayati perairan, serta
sumber daya untuk kelangsungan, pertumbuhan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, dalam
dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
masyarakat pesisir di wilayah Indonesia development,) maka pendekatan secara non-
memiliki cara pandang tertentu terhadap sumber struktural melalui peranan pengetahuan
daya laut dan persepsi kelautan. Melalui latar lokal penduduk asli dalam mengelola dan
belakang budaya yang dimiliki oleh masyarakat memanfaatkan sumber daya hayati, perairan
pesisir, muncul suatu tradisi untuk menghormati yang sarat dengan nilai konservasi memiliki
kekuatan sumber daya laut. Tradisi tersebut peranan penting dan strategis. Sementara
lazimnya diwujudkan melalui ritual, yang pendekatan secara struktural, pemerintah harus
bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur mengenal dan mendorong sepenuhnya identitas,
karena alam melalui sumber daya laut telah budaya dan keinginan masyarakat dalam
memberikan kelimpahan serta rejeki dalam melestarikan aktifitas-aktifitas secara tradisional
kelangsungan hidup mereka (Ismail, 2007:92). yang tetap dipertahankan dan mendukung
Orang Mandar di Sulawesi Barat, pemanfaatan sumber daya hayati perairan secara
khususnya Kabupaten Majene, sejak dahulu berkelanjutan.
dikenal sebagai pelaut dengan etos bahari Komunitas nelayan di Sulawesi Barat
yang tinggi. Kebudayaan maritim tidak hanya sampai saat ini mengelola, memelihara
dikenal dalam folklore atau kisah tentang dan memanfaatkan sumberdaya hayati laut
pelayaran Mandar atau kepandaian membuat berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai budaya
perahu layar sejak dahulu, tetapi juga lontarak melalui penggunaan teknologi cara (soft ware
tentang pelayaran terutama Hukum Pelayaran technology) maupun teknologi alat (hard ware
dan Perniagaan Amanna Gappa tahun 1667 technology) yang bersifat partisipatif, assosiatif,
(Mattulada, 1997:40). Dengan catatan sejarah analogik dan orientif, yang melembaga serta
tersebut, terungkap jelas bahwa masyarakat dipertahankan melalui pengendalian sosial
nelayan suku Bugis-Makassar dan Mandar (social control) oleh setiap warganya.
telah mengembangkan kemampuannya menjadi Kelurahan Rangas yang berada
masyarakat nelayan yang tertata pada suatu dalam wilayah administratif Kecamatan
sistem sosial kemasyarakatan dengan orientasi Banggae, Kabupaten Majene, merupakan
kebudayaan kepada laut. Orientasi kepada salah satu wilayah pesisir yang sebagian
laut merupakan sarana dalam rangka aktivitas besar masyarakatnya hidup sebagai nelayan.
kehidupan mereka maupun dalam kegiatan Proses yang terjadi dalam kegiatan keseharian
pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan cukup kompleks, khususnya yang berkaitan
laut. Hal itu tergambar dalam kehidupan dengan aktivitas yang sebagian besar
masyarakatnya yang mampu mengembangkan bermatapencaharian di sektor penangkapan ikan
kemampuan dalam bidang pelayaran (nelayan). Masyarakat nelayan yang tinggal di
penangkapan ikan, teknologi pelayaran, usaha daerah ini banyak yang masih berada dalam
perdagangan dan aturan-aturan hukum di kondisi ekonomi yang belum memadai. Hal
bidang perdagangan. tersebut tercermin dari rumah-rumah mereka

140
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

yang kebanyakan masih berbentuk rumah dengan segala aspek kehidupannya, seperti
panggung yang sangat sederhana. Demikian terlihat pada masyarakat pesisir di Kelurahan
pula alat-alat elektronik yang mereka gunakan Rangas Kecamatan Banggae sebagai sebuah
masih tergolong minim, seperti televisi dengan kesatuan yang dalam hidupnya tidak dapat
ukuran relatif kecil, kipas angin, dan radio. dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan
Sisi implementasi program-program yang erat kaitannya dengan lingkungan alam
pemerintah yang berada di daerah nelayan, laut. Dalam usaha melihat antropologi ke arah
seperti di Kelurahan Rangas perlu diungkap lebih spesifik, terutama yang terkait dengan
lebih dalam, khususnya yang berhubungan kehidupan nelayan, maka lahirlah sebuah
dengan aspek budaya. Hal ini cukup penting, disiplin ilmu antropologi yang lebih khusus
karena faktor-faktor keberhasilan suatu berbicara tentang manusia dalam hubungannya
pembangunan tidak semata-mata karena faktor dengan dunia laut yang disebut “antropologi
struktural saja. Faktor trust (rasa saling percaya) maritim”. Selain antropologi maritim, dikenal
antara masyarakat saja secara nyata memberikan pula disiplin ilmu antropologi yang sasarannya
gambaran bahwa masyarakat dengan tingkat erat kaitannya dengan dunia laut, disebut
kepercayaan yang tinggi, mereka akan merasa “antropologi bahari”, kajian terfokus pada
nyaman berada di lingkungan, percaya kepada asumsi dan pandangan yang melihat lingkungan
setiap orang, organisasi/perkumpulan dan laut sebagai potensi sejumlah sumber daya yang
sebagainya. dapat dimanfaatkan masyarakat.
Persoalan yang dihadapi bangsa ini Kebudayaan menurut Geertz (1973) adalah
adalah lambannya gerak perkembangan menuju sebagai sebuah sistem makna dibalik fenomena
masyarakat yang kuat, modern, produktif, empirik. Kebudayaan dapat pula dipahami
kompetitif, dan terbebas dari kemiskinan. sebagai sebuah sistem simbol. Kebudayaan
Kebijakan pembangunan di berbagai sektor dipahami sebagai sebuah rangkaian dari
telah dilakukan dan dengan semangat yang strategi adaptif untuk bertahan dalam kaitannya
cukup tinggi. Hasilnya, lebih banyak menemui denga lingkungan (ekologi) dan sumber daya.
kendala dan dalam beberapa hal mengalami Sedangkan menurut Daeng (2000), kebudayaan
kegagalan dibanding keberhasilan. Hal ini itu didapatkan dalam serangkaian jaringan yang
diduga berkaitan dengan belum tertariknya dinamis, proses negosiasi terjadi secara intensif
berbagai pihak pada dimensi sosio-kultural dalam proses konstruksinya.
sebagai bagian yang menentukan kegagalan Pengetahuan lokal sebagaimana diketahui
atau keberhasilan pembangunan (Hasbullah, merupakan salah satu unsur kebudayaan
2006:25). yang berlaku secara universal terhadap setiap
Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok masyarakat sesuai yang digambarkan
maka fokus permasalahan yang akan ditelaah (Koentjaraningrat, 2002:203-204), yang mem-
dalam penelitian ini adalah: bagaimana sistem bagi kebudayaan atas tujuh unsur. Secara
pengetahuan pelayaran dan sistem pengetahuan umum pengetahuan lokal dapat diartikan
penangkapan ikan yang dimiliki masyarakat sebagai sebuah pandangan atau cara berpikir
nelayan di Kelurahan Rangas, Kecamatan yang dimiliki sekelompok masyarakat yang
Banggae, Kabupaten Majene. orientasinya masih mengarah pada penerapan
Antropologi adalah salah satu disiplin aturan-aturan dan norma-norma budaya lokal
ilmu pengetahuan yang inti kajiannya adalah sebagai warisan leluhur yang posisinya sebagai
menganalisis dan menafsirkan manusia cikal bakal lahirnya budaya nasional. Oleh
karena itu, penerapan pengetahuan lokal secara

141
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

faktual masih lebih dominan dijumpai pada angka minimumnya ada dua orang yang hidup
kelompok atau komunitas masyarakat yang bersama, b) Bercampur untuk waktu yang cukup
hidup dan berkembang di wilayah pedesaan lama. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul
yang boleh dikatakan masih terisolasi dari sistem komunikasi dan peraturan-peraturan
suatu bentuk kehidupan masyarakat kota yang yang mengatur hubungan antarmanusia dalam
klasifikasi kehidupannya telah berorientasi kelompok tersebut. c) Mereka sadar bahwa
kepada budaya modern. Bahkan Geertz (1973) mereka merupakan satu kesatuan, d) Mereka
melihat pengetahuan lokal sebagai sebuah merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
konsep yang bersumber dari fakta dan hukum- kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan,
hukum sosial yang diwariskan secara kultural karena setiap anggota kelompok merasa dirinya
yang membentuk perilaku. Koentjaraningrat terikat satu dengan yang lainnya.
(2002: 372-373) melihat isi dari sistem Jika konsep komunitas dan masyarakat
pengetahuan dalam suatu kebudayaan menga- dikaitkan dengan konsep nelayan, maka
rah kepada cabang-cabang pengetahuan setiap kelompok-kelompok masyarakat yang meng-
suku bangsa, seperti 1) pengetahuan tentang gantungkan hidup mereka pada kegiatan
alam sekitar, 2) pengetahuan tentang alam yang masih berkaitan dengan menangkap
flora, 3) pengetahuan tentang alam fauna, 4) ikan, misalnya menjual ikan hasil tangkapan
pengetahuan tentang zat-zat, bahan mentah nelayan, membuat perahu yang akan digunakan
dan benda-benda, 5) pengetahuan tentang menangkap ikan, menyewakan perahu untuk
tubuh manusia, 6) pengetahuan tentang sifat penangkapan ikan, dan sebagainya, maka
dan tingkah laku sesama manusia, dan 7) kriteria pekerjaan tersebut bagi komunitas
pengetahuan tentang ruang dan waktu. yang menekuninya dapat dikategorikan sebagai
Masyarakat adalah orang yang hidup masyarakat nelayan.
bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Dilihat dari perspektif antropologi,
Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak masyarakat nelayan berbeda dengan masyarakat
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada lain, seperti masyarakat petani, perkotaan,
kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah atau masyarakat di dataran tinggi. Perspektif
dan pendukungnya. Walaupun secara teoritis antropologi ini didasarkan pada realitas sosial,
dan untuk kepentingan analitis, kedua persoalan bahwa masyarakat nelayan memiliki pola-pola
tersebut dapat dibedakan dan dipelajari secara kebudayaan yang berada di masyarakat lain
terpisah (Soekanto, 1982). Selain itu, masyarakat sebagai hasil dari interaksi mereka dengan
juga dapat diartikan sebagai kesatuan hidup lingkungan beserta sumber daya yang ada di
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem dalamnya (Kusnadi, 2008:3).
adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama METODE
(Koentjaraningrat, 1990:146-147). Penelitian ini bersifat deskriptif-
Menurut Soekanto (1982), bahwa sebagai kualitatif yang diharapkan menghasilkan data
suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk deskriptif-kualitatif pula. Sumber-sumber data
kehidupan bersama manusia, maka masyarakat dari sebuah penelitian kualitatif diperoleh
itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu: a) melalui wawancara (interview), observasi
Manusia hidup bersama. Di dalam ilmu sosial, (observation), dan dokumen personal atau
tak ada ukuran yang mutlak atau angka yang data tertulis. Data yang diperoleh dari sumber-
pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia sumber tersebut dianalisis secara kualitatif dan
yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, hasilnya diuraikan dalam kalimat-kalimat yang
berbentuk deskripsi.

142
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan dilakukan dengan menggunakan pedoman


Rangas, Kabupaten Majene. Penetapan lokasi wawancara (interview guide), sehingga
tersebut digunakan metode ‘purpossive wawancara antara peneliti dan informan dapat
sampling’. Dalam hal ini lokasi penelitian berlangsung secara lancar dan terarah. Menurut
ditentukan berdasarkan alasan atau Singarimbun (1981), dalam menerapkan teknik
pertimbangan-pertimbangan antara lain: wawancara tersebut, peneliti melemparkan
Kelurahan Rangas adalah termasuk salah satu pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang
kelurahan yang terletak di pesisir pantai yang sistematis dan berstruktur. Sedangkan informan
mayoritas penduduknya bermatapencaharian memberi jawaban-jawaban dalam bentuk
di sektor kelautan atau sebagai nelayan. Selain praktis. Jawaban inilah yang dicermari peneliti
itu, di kelurahan tersebut terdapat beberapa untuk mencari keakuratan dan kapabelnya
kelompok atau klasifikasi nelayan, sehingga setiap informasi.
peneliti bebas menentukan kelompok nelayan Studi pustaka, merupakan salah satu
yang akan dijadikan objek pengumpulan data. teknik pengumpulan data dan informasi yang
Sementara itu, informan yang dipilih dilakukan dipandang relevan, bahkan sangat mendukung
secara purpossif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini, terutama untuk menjaring
mereka memiliki pengetahuan dan wawasan berbagai informasi dan konsep-konsep ilmu
yang luas, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan yang berkaitan dengan materi
sistem pengetahuan pelayaran dan penangkapan penelitian. Metode kepustakaan sangat efektif
ikan. Dalam hal ini informan-informan yang dalam rangka penyusunan kerangka pemikiran
dimaksud tersebut antara lain: para nelayan yang selanjutnya menjadi acuan dalam penelitian
yang sudah cukup lama bergelut dengan laut, ini. Operasionalisasi studi pustaka dilakukan
ponggawa nelayan khususnya ponggawa sawi dengan teknik inventarisasi dan dokumentasi.
dan beberapa tokoh masyarakat setempat, Hal ini dilakukan untuk mencatat segenap nama
termasuk tokoh agama. dan judul pustaka yang akan dijadikan sasaran
Untuk memperoleh data yang akurat, studi. Sedangkan teknik dokumentasi dilakukan
penelitian menggunakan metode: 1) untuk menjaring informasi yang bersumber dari
pengamatan (observation), 2) wawancara bahan-bahan pustaka.
(interview) dan 3) studi kepustakaan (library
research). Teknik pengamatan yang diterapkan PEMBAHASAN
dalam penelitian ini dipandang proporsional Gambaran Umum Kelurahan Rangas
untuk menjaring data yang secara langsung
dapat diamati, seperti lokasi dan keadaan alam Rangas adalah nama sebuah kelurahan
daerah penelitian, persiapan nelayan sebelum yang terletak di pesisir panta timur Kota Majene,
melaut, keadaan perahu dan alat tangkap yang Provinsi Sulawesi Barat. Kelurahan ini juga
digunakan, serta hal-hal lainnya yang terkait dikenal sebagai salah satu perkampungan
dengan materi penelitian. Sementara itu, teknik nelayan, khususnya di Kecamatan Banggae,
wawancara (interview) dilakukan secara bebas Kabupaten Majene. Untuk mencapai kelurahan
dan mendalam terhadap para informan yang ini mudah karena selain ditunjang oleh prasarana
telah dipilih dan ditetapkan sebelumnya. Dalam jalan yang mulus (beraspal), terutama saat
hal ini, informan dipilih dari tokoh-tokoh melintasi jalan poros, juga didukung oleh sarana
masyarakat setempat, tokoh agama, warga transportasi yang cukup lancar, baik berupa
masyarakat nelayan, atau orang-orang tertentu kendaraan roda dua (motor) maupun roda empat.
yang dianggap mempunyai pengetahuan cukup Secara administratif pemerintahan,
luas, terutama yang berkaitan dengan objek yang Kelurahan Rangas memiliki luas wilayah
diteliti. Penerapan teknik wawancara tersebut 621 ha dan membawahi 4 wilayah tingkat

143
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

lingkungan, 18 RT dan 1.679 KK. Ada pun ke 4 Jarak antara Kelurahan Rangas dengan
wilayah lingkungan yang dimaksud itu, adalah: ibu kota kecamatan sebagaimana dikemukakan
Lingkungan Rangas Timur, Lingkungan Rangas di atas, termasuk relatif dekat dan hanya
Tamalassu, Lingkungan Rangas Pa’besoang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 10
dan Lingkungan Rangas Barat (Monografi menit dengan menggunakan kendaraan roda
Kelurahan Rangas, 2016). dua maupun roda empat. Ini dimungkinkan
Masyarakat yang bermukim di kampung karena kondisi jalan yang dilalui, terutama
ini sangat giat beraktifitas di laut (sebagai pada jalan poros trans sulawesi sudah cukup
nelayan). Mereka rata-rata mulai turun laut bagus (beraspal). Sementara itu, jalan yang
pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 wita atau menghubungkan ibu kota kelurahan dengan
sesudah salat subuh dan biasanya baru kembali wilayah lingkungan yang ada di sekitarnya juga
sekitar pukul 22.00 sampai pukul 00.00 wita. sudah memadai di mana jaringan jalan yang
Namun semua itu bisa sewaktu-waktu berubah tersedia sebagian besar sudah berupa jalan aspal,
berdasarkan kondisi cuaca dan keadaan alam. bahkan ada yang sudah dibeton khususnya pada
Selain bekerja di sektor penangkapan ika, poros kantor Kelurahan Rangas dan sekitarnya.
sebagian di antara mereka, ada juga yang Jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan
membuat perahu atau kapal bercadik yang Rangas sampai pada akhir tahun 2016, adalah
dikenal dengan sandeq (perahu tradisional 7.404 jiwa, terdiri atas laki-laki sebanyak 3.599
khas Mandar, berbadan kecil dan memiliki jiwa dan perempuan sebanyak 3.805 jiwa. Data
cadik di kedua sisinya). Bahkan tidak hanya ini menunjukkan, bahwa jumlah penduduk
perahu bercadik, perahu dengan ukuran yang perempuan lebih banyak bila dibadingkan
relatif lebih besar pun mampu dibuatnya berkat dengan jumlah penduduk laki-laki dengan
pengetahuan tradisional yang dimilikinya. selisih jumlah perbandingannya yakni tidak
Kelurahan Rangas secara geografis berada lebih dari 206 jiwa (Monografi Kelurahan
di wilayah dataran rendah dan dikelilingi alam Rangas tahun 2016).
pantai yang indah. Apabila kita berdiri di pesisir Jenis mata pencaharian yang paling
pantai, maka kita dapat melihat perahu-perahu banyak digeluti penduduk setempat adalah
nelayan sedang beroperasi menuju lokasi sebagai nelayan, dengan jumlah tidak kurang
penangkapan ikan. Kelurahan Rangas juga dari 1.402 orang. Banyaknya warga yang
dapat ditandai dengan batas-batas administratif menggeluti mata pencaharian di sektor tersebut,
sebagai berikut: sebelah utara berbatasan tentu tidak terlepas dari kondisi geografis
dengan Kelurahan Baurung, sebelah barat wilayah pemukiman mereka yang memang
berbatasan dengan Selat Makassar, sebelah berada di sekitar pantai atau laut. Terkait dengan
selatan berbatasan dengan Kelurahan Pangaliali hal tersebut, salah seorang informan (nelayan)
dan sebelah timur berbatasan dengan Desa mengatakan, bahwa sejak dahulu sampai
Pamboborang (Sumber: Monografi Kelurahan sekarang, kebanyakan warga Rangas, terutama
Rangas, 2016). yang berdomisili di sekitar pantai cenderung
Orbitasi Kelurahan Rangas terhadap ibu memilih sektor pekerjaan (sebagai nelayan) jika
kota kecamatan (Kecamatan Banggae), berjarak dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya.
kurang lebih 3 km, begitupun ke ibu kota Karena menurut mereka, bekerja sebagai
kabupaten (Kota Majene), jaraknya juga relatif nelayan (terutama nelayan tradisional) tidak
sama yakni sekitar 3 Km. Hal ini memungkinkan perlu mengeluarkan modal banyak kecuali
karena letak ibu kota kabupaten berada di dalam tenaga dan keuletan bekerja, dan hasil yang
wilayah Kecamatan Banggae. Ada pun orbitasi didapatkan cukup untuk menopang kebutuhan
terhadap Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi keluarga (Wawancara: 26 Mei 2017).
Selatan adalah berkisar 273 Km.

144
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

Pengetahuan Pelayaran pada sumbu bagian bawah layar harus bisa


Pengetahuan pelayaran adalah merupakan menggerakkannya denga lincah, begitu juga
salah satu bagian dari sistem pengetahuan kemudi atau guling yang terdapat di bagian
kelautan atau yang dikenal di Mandar dengan buritan perahu harus disesuaikan dengan arah
Paissangang Posasiang. Paissangang perahu yang akan dituju (wawancara: Dari, 25
posasiang ini adalah suatu hal mutlak yang Mei 2017).
harus diketahui oleh seorang yang menjadi Sebagaimana dengan nelayan-nelayan
nakhoda atau ponggawa lopi, karena dengan tradisional lainnya yang ada di berbagai
penguasaan pengetahuan tersebut, berarti bisa wilayah, nelayan Mandar di Kelurahan Rangas
melayarkan armada laut. juga mengenal beberapa tanda alam yang ada
Pengetahuan pelayaran yang akan di laut, seperti gelombang, arah angin, dan arus
dikemukakan di sini, adalah pengetahuan yang air. Sedangkan untuk daratan, dapat diketahui
terkait tentang bagaimana perahu dijalankan seperti adanya gunung, tanjung, burung, dan
atau dilayarkan serta bagaimana ketika sedang tanda-tanda terentu. Di langit, dapat dilihat
berada di lautan. Pada umumnya nelayan tanda-tanda seperti awan, bintang, bulan, dan
bisa melayarkan atau mengemudikan perahu, matahari. Semua tanda-tanda alam tersebut,
namun tidak semua hal yang berkaitan dengan oleh para nelayan dijadikannya sebagai petunjuk
pelayaran diketahui oleh mereka. Pengetahuan atau pedoman dalam menentukan posisi dan
pelayaran mengandung pengetahuan tentang arah perahu disaat sedang berlayar atau berada di
berbagai hal yang berhubungan dengan laut, laut, agar pelayaran tetap berjalan stabil dan
pelayaran, cuaca, dan sebagainya. terhindar dari gangguan yang dapat
Pelayaran merupakan suatu misi kelautan mengakibatkan hal- hal yang tidak diharapkan.
yang menggunakan perahu layar. Cara Untuk mengetahui lebih jelas berbagai
melayarkan perahu layar berbeda dengan kapal pengetahuan pelayaran yang dimiliki nelayan, di
perahu yang sudah mengunakan mesin (KPM). bawah ini dapat diuraikan:
Pelayaran dengan menggunakan perahu layar
1. Pengetahuan Mengenai Ombak
sangat terkait dengan angin dan cuaca. Jika
Menurut para nelayan setempat, bahwa
anginnya kencang maka perahu akan melaju
dengan cepat, begitu pun sebaliknya. Angin tanda-tanda alam di laut berupa ombak, sangat
terkait dengan angin, arus, dan keberadaan
juga menentukan arah haluan dan kibaran layar.
karang di laut. Nelayan Mandar mengenal
Posisi layar bisa berpindah-pindah apakah pada
beberapa jenis ombak atau yang mereka
posisi kanan atau kiri, tergantung arah yang
namakan lembong. Jika dilihat dari ukuran besar
akan dituju.
kecilnya, maka lembong terbagi atas: lembong
Menurut salah seorang informan
kaiyang (ombak besar), lembong sirua-rua
yang pernah berprofesi sebagai nelayan
(ombak yang berukuran sedang), dan lembong
selama kurang lebih 30 tahun, bahwa dalam
kaccu (ombak kecil). Selanjutnya jika dilihat
menentukan haluan perahu serta posisinya,
dari konteksnya, lembong ini masuk lembong
ada beberapa istilah yang digunakan, seperti
siruppa-ruppa (pertemuan ombak). Lembong ini
Biluq, artinya perahu diarahkan menghadap
terjadi karena adanya arus yang saling bertemu
arah angin; Turuq, artinya perahu diarahkan
sehingga menimbulkan adanya pusaran air.
keluar dari arah angin; Tunggeng turuq, artinya
Selain lembong siruppa-ruppa, ada juga yang
perahu dibelokkan dengan mengikuti arah
dinamakan lembong silatu-latu (ombak yang
angin; dan Tunggeng biluq, artinya perahu
datang dari berbagai arah). Munculnya ombak
dibelokkan ke arah angin. Bagi para nelayan,
(lembong) dalam ukuran-ukuran tertentu sangat
penentuan arah perahu sangat terkait dengan
tergantung dari kencangnya angin. Jika angin
posisi layar. Oleh karena itu, tali yang mengikat
kencang searah dengan arus, maka ombaknya

145
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

agak lebih rendah dan panjang. Tetapi jika angin aktifitasnya di laut, yakni dengan mengamati
berlawanan dengan arus, maka ombaknya agak atau memperhatikan keberadaan bintang-
tinggi dan tidak panjang. Saat perahu berlayar bintang di langit. Sebab dengan melalui bintang-
di atas gelombang ombak yang besar, maka bintang ini, para nelayan bisa mengetahui
para awaknya harus lebih berhati-hati, karena adanya pergantian musim serta posisi letak
peralatan atau bagian-bagian perahu bisa saja keberadaannya di laut.
berantakan akibat hantaman ombak. Menurut keterangan dari beberapa nelayan
lokasi penelitian, bahwa ada empat jenis bintang
2. Pengetahuan Mengenai Keberadaan yang dijadikan pedoman untuk mengetahui arah
Karang dan pergantian musim. Keempat jenis bintang itu
Nelayan di Kelurahan Rangas juga adalah: 1) balunus, 2) tallu-tallu, 3) towalu dan
mengenal pengetahuan pelayaran lainnya, yakni 4) boyang kepang. Posisi atau letak dari bintang-
yang terkait dengan keberadaan karang di laut. bintang di langit tersebut, tidak tetap dan selalu
Dalam kaitannya dengan karang laut atau yang bergeser sedikit demi sedikit sesuai dengan
dikenal dengan sebutan taka bagi nelayan di musim. Begitu pula kemunculannya, tidak bisa
Mandar, ombak (lembong) merupakan petunjuk diketahui dengan pasti.
utama. Jika ombak tidak terlalu besar, kemudian Menurut keterangan beberapa nelayan,
memiliki jarak yang yang rapat (sekitar 1 hingga bahwa bintang boyang kepang biasanya baru
2 meter) antara satu sama lain, maka itu berarti terbit sesudah isya dan menghilang menjelang
ada karang laut. Selain itu, warna air laut sudah subuh. Demikian, jika bintang boyang kepang
tidak terlalu biru, karena adanya perubahan sudah tidak kelihatan lagi atau menghilang,
mendadak dari hitam kebiru-biruan menjadi maka nelayan mempersiapkan segala sesuatu,
biru muda, itu juga merupakan suatu pertanda termasuk alat tangkap yang akan digunakan
adanya karang laut. dalam operasi penangkapan ikan.
Selain apa yang telah dijelaskan di atas, Semua bintang yang telah digambarkan di
salah seorang informan lain yang juga berprofesi atas, oleh para nelayan setempat dapat dijadikan
sebagai nelayan mengemukakan, bahwa untuk sebagai tanda atau pedoman dalam menentukan
mengetahui adanya karang saat berlayar, maka arah selama di laut. Seperti balunus, dapat
yang harus dilakukan salah seorang awak perahu menandai selatan, dan tallu-tallu menentukan
(nelayan), yakni turun ke bagian dalam atau arah utara. Petunjuk bintang-bintang ini, hingga
bawah perahu sambil merapatkan telinga atau sekarang masih digunakan para nelayan apabila
pendengaran pada dinding perahu. Jika sudah berlayar pada malam hari. Sedangkan pada
berada di bagian bawah perahu dan terdengar siang hari, yang dijadikan sebagai petunjuk
adanya suara seperti gesekan-gesekan, maka itu adalah arah ombak serta tanda-tanda alam
merupakan pertanda bahwa tidak jauh dari jalur lainnya yang ada di laut dan di darat.
yang sementara dilewati (sekitar 20 sampai 30
meter) terdapat karang. Di samping itu, tanda- 4. Pengetahuan Terkait Awan
tanda lainnya akan adanya karang (bila cuaca Bagi para nelayan, keberadaan awan
cerah) juga dapat diketahui dari jarak pandang di langit juga dapat dijadikan pedoman atau
sekitar setengah mil. Pada jarak tersebut di petunjuk ketika akan melakukan aktifitas
bawah permukaan air laut tampak keputih- penangkapan ikan di laut. Menurut pengetahuan
putihan (wawancara: Masril, 27 Mei 2017). mereka, bahwa jika awan di langit tampak
seperti berombak, maka itu suatu pertanda
3. Pengetahuan Perbintangan bahwa ombak di laut tidak besar dan angin tidak
Tanda-tanda alam lainnya yang juga kencang sehingga memungkinkan para nelayan
sangat membantu nelayan dalam menjalankan

146
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

menjalankan aktifitasnya tanpa hambatan. gaib yang akan dikemukakan di sini, adalah
Tanda-tanda seperti ini amat diperhatikan pengetahuan yang berkaitan dengan cara
nelayan sebelum turun melaut. menyambungkan keinginan kepada yang gaib,
terutama yang bermotifkan keselamatan dan
5. Pengetahuan perhitungan bulan juga yang bermotifkan rezeki agar senantiasa
Tanda-tanda alam lainnya di langit yang bertambah. Pengetahuan tentang ilmu gaib
juga dijadikan sebagai pedoman atau penetapan tersebut tidak semua nelayan memilikinya,
waktu turun ke laut bagi nelayan, adalah bulan. kecuali bagi mereka (khususnya punggawa
Umumnya para nelayan ketika akan melaut lopi) yang sudah puluhan tahun menekuni
menggunakan perhitungan bulan Qamariah profesi sebagai nelayan. Untuk memahami lebih
dan juga bulan Syamsiah. Bulan Qamariah jelas tentang pengetahuan ilmu gaib tersebut, di
digunakan sebagai tanda untuk menetapkan bawah ini dapat dikemukakan:
waktu turun ke laut. Para nelayan setempat tidak
mau turun ke laut pada perhitungan awal bulan a. Pengetahuan ilmu gaib yang bermotifkan
(bulan pertama hingga bulan ketiga), bulan keselamatan
pertengahan (empat belas hingga enam belas) Bagi masyarakat nelayan, laut
dan pada hitungan tiga terakhir (27 hingga 30). menjadi tempat menggantungkan diri dalam
Sebab menurut pengetahuan nelayan, bahwa menghidupi keluarganya. Oleh karena itu, usaha
dalam kondisi naiknya bulan-bulan seperti itu, penangkapan ikan bagi mereka merupakan
angin kencang dan ombak besar akan terjadi perjuangan yang berat. Baginya, laut diliputi
sehingga para nelayan harus mengurungkan oleh misteri-misteri yang tidak dapat diketahui
niatnya terlebih dahulu untuk melaut. Di saat-saat oleh para nelayan. Suatu saat, laut sangat
seperti itu, kemungkinan akan terjadinya bahaya tenang dan memberikan kebahagiaan dan
di laut lebih besar, begitupun ikan-ikan akan sulit kesejahteraan bagi masyarakat. Di saat yang
didapatkan akibat tingginya gelombang laut. lain, ia mengamuk seperti sedang menghadapi
Sementara itu, bulan Syamsiah dalam musuh yang tangguh. Dalam kondisi seperti
perhitungan tahun Masehi, digunakan untuk ini, para nelayan merasa ngeri dan takut akan
mengetahui dua musim yang silih berganti kemarahan dewa penjaga laut. Mereka berusaha
datang setiap tahun. Para nelayan cukup supaya kekuatan-kekuatan gaib yang penuh
memahami, bahwa musim timur dimulai pada misteri yang terdapat dalam laut tetap tenang
bulan April sampai Mei hingga bulan September dan senantiasa memberikan kesejahteraan dan
sampai Oktober. Sedangkan musim barat kebahagiaan bagi mereka. Bahkan kemungkinan
dimulai pada bulan Oktober sampai November mereka bisa mendapatkan musibah kecelakaan
hingga bulan Maret sampai April. yang besar, apakah kecelakaan itu sumbernya
datang dari laut atau dari atas (seperti angin,
6. Pengetahuan Ilmu Gaib petir dan kilat). Walau perhitungan secara
Nelayan secara sadar mengakui, bahwa matang sudah dilakukan dari awal, namun ada-
di balik dunia nyata terdapat dunia gaib atau ada saja hal yang bersifat misterius. Kejadian-
dunia yang tidak tampak. Di dunia gaib terdapat kejadiannya sangat aneh dan tidak rasional,
makhluk-mahkuk halus sebagai penghuninya. tetapi itulah yang terjadi.
Makhluk-makhluk tersebut dianggap memiliki Terkait dengan apa yang telah dijelaskan
kekuatan yang melebihi kekuatan manusia. di atas, beberapa nelayan pernah mengalaminya,
Kekuatan-kekuatan itu sering ditampakkannya, di antaranya adalah Dari (72 tahun), nelayan
terutama jika ada perlakuan manusia yang tersebut menceritakan pengalamannya, bahwa
dinilai tidak wajar. sekitar tahun 1983, tepatnya di perairan
Pengetahuan yang terkait dengan ilmu Kalimantan (perbatasan antara Selat Mandar

147
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

dan Kalimantan), perahunya tenggelam karena nelayan tersebut memberitahu temannya yang
terkena badai atau angin kencang. Menurutnya, kebetulan ikut bersamanya untuk mematikan
semua isi perahu ketika itu tidak ada yang bisa lampu perahu yang sementara menyala dan
diselamatkan dan tidak ada yang bisa dilakukan mengambil kue (bagea) yang dibawanya
kecuali hanya berdoa kepada Tuhan YME. Dia untuk kemudian meletakkannya ke laut dengan
terombang ambing di laut selama kurang lebih dilapisi daun sambil membaca bacaan Alquran
6 jam, dan baru diselamatkan ketika ada perahu dan berdoa untuk keselamatan. Dan setelah
nelayan yang kebetulan lewat di sekitar lokasi prosesi ini dilakukan, berkat perlindungan
kejadian (wawancara, 25 Mei 2017). dari Allah swt, binatang laut itu langsung
Pengalaman lainnya diceritakan oleh menghilang. Menurut penuturan nelayan
Abdul Latif (68 tahun) yang pernah puluhan tersebut, bahwa wilayah yang dilewatinya itu
tahun menjadi nelayan. Menurut informan memang tergolong keramat dan semua nelayan
tersebut, bahwa pernah suatu waktu ketika memahaminya, tetapi jika kita sudah mengerti,
sedang menuju lokasi penangkapan ikan yang Insya Allah Tuhan akan senantiasa melindungi
lokasinya cukup jauh dari garis pantai, tiba- kita (Wawancara, 27 Mei 2017).
tiba dalam perjalanan angin kencang dan Beberapa pengalaman yang telah
ombak besar datang menerpa. Perahu yang diceritakan oleh para nelayan sebagaimana
ditumpanginya sempat terombang ambing dijelaskan di atas, memiliki konteks cerita yang
selama beberapa saat. Dalam menghadapi berbeda. Cerita pertama dan kedua berkaitan
situasi seperti itu, selain berdoa kepada Tuhan dengan situasi laut yang muncul secara alami
YME agar tetap diberi keselamatan, nelayan dan bisa dirasionalkan, tetapi pada cerita yang
tersebut berupaya semaksimal mungkin untuk ketiga sepertinya sulit untuk dirasionalkan,
menyelamatkan diri. Cara yang dilakukan karena adanya keterkaitan dengan yang gaib.
ketika itu, yakni dengan menurunkan layar Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu
perahu sambil mengikuti arus ombak dan situasinya sama-sama bisa membahayakan dan
arah angin hingga reda atau yang diistilahkan mengancam keselamatan jiwa manakala tidak
“meanus” (menghanyutkan diri). Menurutnya, dihadapi dengan memanfaatkan pengetahuan
cara seperti itu termasuk cukup efektif untuk tradisonanal yang dimiliki.
menghindar dari situasi yang sedang dialami Pengalaman yang diceritakan oleh
(wawancara, 26 Mei 2017). nelayan seperti di atas, juga menunjukkan bahwa
Di samping cerita pengalaman yang betapa kerasnya lingkungan kerja nelayan yang
pernah dialami oleh nelayan sebagaimana tentunya setiap saat bahaya selalu saja datang
digambarkan di atas, ada pula pengalaman mengancam, baik yang datang dengan tiba-tiba
lain yang pernah dialami oleh seorang maupun yang memang sudah tertentu tempat
nelayan bernama Masril (44 tahun). Menurut dan waktu kedatangannya. Lingkungan kerja
pengakuan nelayan tersebut, bahwa pernah yang demikian merupakan suatu tantangan yang
suatu ketika dalam perjalanan antara Mamuju harus dihadapai oleh nelayan, terutama yang
dengan Banggae (Majene), dalam situasi hujan dipercayakan memimpin armada pelayaran atau
deras, angin agak kencang dan ombak besar, yang disebut punggawa lopi, karena tanggung
tiba-tiba dari kejauhan muncul binatang laut jawab selama dalam menjalankan aktifitas di
yang oleh nelayan setempat menyebutnya laut berada di tangannya.
“Kawao”. Binatang ini menurut nelayan
b. Pengetahuan ilmu gaib yang bermotifkan
tersebut mengeluarkan cahaya yang terang
rezeki
dan lama kelamaan semakin mendekat
sehingga membuat dirinya merasa ketakutan. Pekerjaan sebagai nelayan sangat berbeda
Dalam menghadapi situasi seperti ini, si dengan pekerjaan lainnya, baik dilihat dari

148
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

sisi lahan garapan maupun dari sisi cara apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan
mencarinya. Pekerjaan lain, misalnya petani, oleh orang-orang yang ada di atas kapal
lahannya tertentu dan jelas apa yang ditanamnya atau perahu. Umumnya nelayan setempat
serta waktu memetiknya juga sudah tertentu. mengetahui tempat-tempat makhluk halus
Sebaliknya nelayan tidak punya lahan yang sering menampakkan diri, sehingga setiap
jelas, tidak ada lahan tertentu yang harus perahu yang melewati tempat yang dimaksud
digarap, kecuali mereka yang sudah menanam selalu melakukan sesuatu atau perlakuan secara
roppong sebagai tempat persembunyian atau khusus, seperti meletakkan makanan sebagai
perlindungan ikan. Namun roppong tersebut sesaji atau persembahan terhadap mahluk halus
bisa saja hanyut atau hilang terbawa arus yang ada di lokasi itu. Menurut penuturan Dari
sehingga untuk memperoleh hasilnya tentu (72 tahun), bahwa salah satu tempat atau
juga nihil. Demikian, para nelayan dalam lokasi yang dianggap sangat berbahaya bagi
melakukan opereasi penangkapan ikan di nelayan Mandar ketika sedang melaut adalah
laut, tidak selamanya memperoleh hasil yang ngaloq. Tempat ini dikenal angker dan amat
menggembirakan sehingga pendapatan mereka ditakuti nelayan maupun pelayar lainnya,
dianggap tidak jelas dan susah memprediksinya. karena bilamana terperangkap di dalamnya
Dalam kaitannya dengan ketidakpastian maka tidak ada yang bisa dilakukan selain
rezeki, para nelayan tidak pasrah begitu saja memasrahkan diri kepada Tuhan Yang Maha
menerima nasib mereka. Mereka tetap berusaha Kuasa. Di tempat ini tak jarang perahu yang
membenahi diri untuk keluar dari kesulitan tenggelam karena terperangkap pusaran air.
hidup yang dihadapinya. Setiap saat mereka Karena itu jika nelayan melewati tempat itu
melakukan pembaharuan-pembaharuan, baik haruslah berhati-hati dan sedapat mungkin
pada alat transformasi yang digunakannya memohon keselamatan kepada Tuhan disertai
(perahu atau kapal motor), maupun pada pemberian sesuatu kepada yang menempatinya
perbaikan teknis penangkapan ikan. Selain (Wawancara, 25 Mei 2017).
itu, pada diri nelayan selalu terpatri keyakinan Sehubungan dengan itu, agar makhluk-
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bahwa Dialah makhluk gaib dapat memberi keselamatan
sumber segala-galanya, termasuk sumber kepada para nelayan saat berada di laut, maka
rezeki. Oleh karena itu, walaupun lahannya para nelayan itu (terutama punggawa lopi)
tidak pasti dan kemungkinan berhasilnya seyogyanya memiliki pengetahuan tentang
menangkap ikan sangat tipis, mereka tetap paissangang posasiang (ilmu kelautan) yang
yakin bahwa Tuhan yang menetukan segalanya. di dalamnya terdapat pengetahuan tentang ilmu
Dengan keyakinan tersebut, para nelayan gaib. Sebab ilmu ini, selain sebagai perangkat
berusaha untuk mengetahui hal-hal yang bisa pelengkap yang harus ada dalam diri seorang
digunakan sehubungan dengan Yang Kuasa. punggawa, juga sebagai media komunikasi
Para nelayan mengakui adanya pengetahuan dalam rangka menjalin keharmonisan hubungan
khusus menyangkut hal tersebut yang tidak dengan yang gaib.
secara terbuka disosialisasikan, sehingga
keberadaannya dinilai sakral. 8. Pengetahuan Mengenai Hal-hal yang
Membahayakan
7. Pengetahuan Tempat-tempat Makhluk Bagi masyarakat nelayan, fenomena-
Halus fenomena alam dan kekuatan gaib yang sering
Makhluk halus sebagai penghuni dunia dijumpai ketika sedang berlayar merupakan
gaib sering melakukan ekspansi ke dunia nyata. hal yang sangat ditakuti dan bahkan bisa
Waktu-waktu penampakannya tidak diketahui mengancam keselamatan jiwa mereka. Untuk
secara pasti, hanya diyakini kehadirannya mengatasi semua itu mereka punya cara

149
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

tersendiri sesuai keyakinan yang mereka miliki. janganlah di antara kita saling merusak”.
Adapun fenomena alam dan kekuatan-kekuatan Selain itu, ada juga cara lain yang mereka
gaib yang dimaksud itu dapat digambarkan biasa lakukan, yakni dengan membuka celana
sebagai berikut. (baik dalam maupun luar) lalu menghidupkan
“barangnya” dan berucap “Io dzitinglasoanging,
a. Angin topan damo’ mai dzini, apaq dzini bandi sitemmu.”
Angin topan termasuk salah satu Artinya: Wahai laso anging, kamu tidak usah ke
fenomena alam yang ditakuti dan sering sini, karena di sini ada yang serupa denganmu.
mengancam keselamatan para nelayan ketika Cara yang dilakuan nelayan seperti itu, memang
sedang di laut. Fenomena alam ini, muncul kelihatan jorok, namun nelayan meyakininya
berbeda dengan makhluk-makhluk gaib seperti sebagai suatu kebenaran. Di samping itu, ada
hantu laut. Karena sebelum muncul, didahului pula di antaranya yang menggunakan bacaan
oleh tanda-tanda, seperti awan menggumpal Alquran, seperti membaca ayat-ayat kursi
berwarna hitam dan biasanya disertai hujan sambil berdoa memohon keselamatan kepada
deras. Jadi dengan adanya tanda-tanda seperti Tuhan Yang Maha Esa, sebab mereka juga
ini, maka para nelayan harus bersiap-siap yakin bahwa dengan doa tersebut, Tuhan akan
menghadapinya. Adapun langkah-langkah menghindarkannya dari malapetaka.
yang harus dilakukan adalah, memeriksa
dengan baik semua tali pengikat (terutama c. Hantu laut
yang berhubungan dengan tiang layar, cadik Selain fenomena-fenomena alam seperti
atau yang disebut pula palatto), dan berbagai yang telah diuraikan di atas, masyarakat
peralatan lainnya yang memungkinkan bisa nelayan ketika berada di tengah laut, juga sangat
dihantam ombak besar. Hal penting lainnya mengkuatirkan dan selalu terbayang akan
yang juga harus dilakukan, adalah menutup munculnya salah satu makhluk yang ditakuti
petak lubang yang terdapat di bagian atas dek mereka, yang disebutnya sebagai Ana’bulena
perahu untuk menghindari masuknya air ke Bayo, yaitu sejenis hantu laut yang bentuknya
dalam ruang badan perahu. seperti bola dan mengeluarkan cahaya yang
cukup terang. Bagi para nelayan, kemunculan
b. Laso anging mahluk yang sering mencelakakan perahu dan
Laso anging juga termasuk salah satu awaknya tersebut biasanya tiba-tiba, tanpa
fenomena alam yang diperhitungkan oleh para diketahui sebelumnya. Biasanya ia muncul
nelayan ketika sedang berada di laut. Menurut dalam bentuk cahaya, hinggap atau bertengger
pengetahuan para nelayan, bahwa pemunculan di ujung atas tiang layar, di haluan perahu atau
laso anging ini sudah dapat dirasakan ketika pada ujung cadik perahu bagian luar . Menurut
angin mulai bertiup kencang dan dari kejauhan keyakinan nelayan, bahwa kalau hantu laut itu
terlihat udara mendung dan tampak agak hitam. jatuh ke perahu, maka perahu bisa saja pecah
Pada saat itu juga tampak ombak menggumpal sehingga air masuk ke dalam ruang perahu.
menghambur ke atas seperti air mancur di Namun biasa juga tidak jatuh, tetapi secara
tengah kolam, maka yakin bahwa di sana ada tiba-tiba perahu bocor dan air masuk ke dalam
laso anging. Apabila laso anging semakin perahu hingga pada akhirnya tenggelam.
mendekat, maka cara tradisional yang biasa Menurut penuturan salah seorang nelayan
dilakukan oleh sebagian nelayan Mandar yang telah berpuluh tahun beraktifitas di laut
adalah berdiri di bagian depan haluan perahu (Abd. Latif), bahwa kemunculan hantu laut
lalu berkata: “I’o dzi anna iyau sipendaiyang seperti itu seringkali didapati ketika sedang
la’ba, damo naita nasipodza-podzae”. Artinya: melaut di malam hari, terutama saat kondisi
“Engkau dan aku sama-sama berbahaya, cuaca tidak mendukung (keadaan langit agak

150
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

gelap disertai hujan rintik). Dalam kondisi penanggulangannya.


seperti itu, para nelayan selalu waspada, karena
kemunculannya biasanya tiba-tiba. Karena 2. Wilayah Tangkapan
itu, jika hantu laut benar-benar muncul, maka Pengetahuan lokal nelayan yang berkaitan
cara tradisional yang biasanya nelaya lakukan dengan wilayah penangkapan ikan menjadi
adalah, membuka celana dalam lalu berdiri suatu keharusan bagi mereka. Bagi nelayan
mengibas-ngibaskan ke arah hantu laut itu pemula tentu mencari informasi dari para
sambil membaca mantra. Prosesi ini harus nelayan yang sudah berpengalaman, tentang di
benar-benar dilakukan dalam keadaan khusyuk mana saja wilayah penangkapan ikan yang baik
sambil berdoa kepada Allah swt. Menurut dan banyak ikannya untuk ditangkap.
keyakinan nelayan, bahwa insyaallah, jika kita Pengetahuan tentang wilayah
tetap berupaya dan disertai dengan doa, Allah penangkapan merupakan pengetahuan yang
akan senantiasa melindungi kita (Wawancara, mengalir begitu saja pada diri para nelayan.
26 Mei 2017). Di samping tempat-tempat yang memang
sudah biasa mereka kunjungi, terkadang juga
Pengetahuan Penangkapan Ikan mereka bereksperimen sendiri atau mencoba
Pengetahuan lokal nelayan seperti yang sendiri dengan petunjuk alam. Suatu wilayah
terdapat di Kelurahan Rangas, menunjukkan perairan laut dapat dikatakan sebagai daerah
adanya kesinambungan di antara anggota penangkapan ikan apabila terjadi interaksi antara
masyarakat nelayan di kelurahan tersebut. para nelayan dengan sumber daya ikan yang
Salah satu pengetahuan lokal yang dimaksud menjadi target tangkap nelayan. Tentu dalam
tersebut adalah pengetahuan yang berkaitan proses penangkapan ikan tersebut para nelayan
dengan proses penangkapan ikan. mempergunakan alat khusus sesuai karakter ikan
yang ada di lokasi yang dituju. Sebab walaupan
1. Penangkapan ikan pada suatu areal perairan terdapat sumber
daya ikan yang menjadi target penangkapan,
Pengetahuan pelayaran, termasuk
tetapi alat tangkap yang dibawa tidak dapat
pengetahuan yang terkait dengan cara
dioperasikan karena berbagai faktor, misalnya
penangkapan ikan, dapat dimiliki oleh seorang
rusak atau salah mempergunakannya. Faktor
nelayan melalui pengalaman melaut yang cukup
lain adalah faktor cuaca, sehingga kawasan
lama. Misalnya, pengetahuan mengemudikan
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah
perahu, baik yang bermesin maupun yang
penangkapan ikan, demikian pula jika terjadi
mengandalkan tenaga angin, pengetahuan cara
sebaliknya. Penangkapan ikan bergantung
menggunakan atau menurunkan alat tangkap
pada kemudahan bersama para nelayan yang
dari perahu. Pengetahuan tersebut dapat
mempunyai hak yang sama terhadap sumber
diperoleh melalui pengalaman berlayar dalam
daya laut. Nelayan dapat berpindah dari satu
jangka waktu yang panjang.
tempat ke tempat yang lainnya karena beberapa
Selain pengetahuan teknikmengemudikan
alasan, tergantung keberadaan ikan.
perahu, seorang nelayan, juga harus berbekal
Wilayah penangkapan ikan dapat
pengetahuan tentang arah angin, mengetahui
dilakukan dimana saja karena laut dianggap
arah tujuan pelayaran, mengetahui lokasi
milik bersama. Laut sebagai warisan bersama
banyak terdapat ikan, dan mengetahui risiko
yang dititipkan oleh Allah swt. dan warisan
atau hambatan-hambatan yang kemungkinan
kebiasaan dan sistem pengetahuan yang
dapat dialami selama melaut. Di samping
ditinggalkan oleh nenek moyang untuk
pengetahuan memahami akan timbulnya
dimanfaatkan dan dipelihara. Oleh karena itu,
masalah-masalah tersebut, masyarakat nelayan
semua nelayan yang merasa berkepentingan
juga harus mampu mengetahui cara-cara

151
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

terhadap tempat itu, sepanjang tidak ada tanda- pancing terlebih dahulu mencari informasi letak
tanda yang memilikinya secara khusus, apa atau posisi rompong yang akan menjadi tujuan
lagi tidak ada aturan dan larangan, maka para memancing. Sekalipun tidak mengantongi
nelayan berhak untuk memanfaatkan dan izin dari pemilik rompong, nelayan pancing
memeliharanya karena sumber daya laut sebagai bebas memancing di lokasi rompong sepanjang
sumber mata pencahariannya. Bahkan laut oleh nelayan pancing tidak menggunakan alat
sebagian nelayan menganggap sebagai rumah berupa pukat dan gae. menurut informan Sabri
kedua karena hampir separuh waktu hidupnya (40 tahun), bahwa nelayan pancing bebas
dihabiskan di laut. memancing di rompong milik orang lain,
Nelayan Mandar yang berdomisili walaupun tidak ada kesepakan antara nelayan
di Kelurahan Rangas dalam melakukan pancing dengan pemilik rompong. Pemilik
aktifitasnya, tidak hanya terfokus di satu rompong tidak keberatan kepada nelayan
wilayah penangkapan saja, akan tetapi mereka pancing karena merasa ada yang menjaga
juga menjelajahi berbagai wilayah. Tidak rompongnya. Dalam beraktivitas, nelayan
hanya di sekitar pantai Kecamatan Banggae, pancing memasang lampu pada malam hari,
tetapi meluas hingga daerah-daerah sekitarnya, sehingga mudah dapat diketahui keberadaan
Selat Makassar, bahkan sampai perbatasan rompong. Hal ini merupakan keberuntungan
Kalimantan. Mereka berpindah-pindah mencari bagi pemilik rompong, karena dengan adanya
ikan disesuaikan dengan peredaran musim, lampu yang dipasang oleh nelayan pancing,
dan jenis ikan yang ditangkap. Para nelayan dari kejauhan dapat terlihat, sehingga dapat
mengetahui tempat-tempat penangkapan ikan terhindar dari kecelakan pelayaran.
berdasarkan pengalaman dan warisan secara
turun-temurun, serta berdasarkan informasi 3. Pengetahuan Tentang Musim
dari sesama nelayan atau kerabat. Berdasarkan Salah satu pengetahuan yang harus
pengalaman melaut dan warisan secara turun dipahami oleh para nelayan, adalah
temurun, nelayan mengetahui daerah mana pengetahuan tentang musim, sebab musim
yang banyak ikannya, dan daerah mana yang sangat menentukan gelombang air laut dan
kurang ikannya. Nelayan bisa mengetahui perilaku-perilaku kelautan lainnya. Musim
adanya ikan pada suatu tempat berdasarkan yang ada di Sulawesi Barat sebenarnya hanya
tanda-tanda alam yang ada di sekitar wilayah ada dua, yaitu musim barat dan musim timur,
yang diyakini terdapat ikan. Tanda-tanda alam tetapi ada suatu situasi dan kondisi di Sulawesi
tersebut, seperti adanya gelombang laut yang Barat yang sering membawa suatu perubahan.
agak besar dan berbusa putih, adanya gemercik Baik perubahan yang terkait dengan alam,
air dipermukaan laut, air laut berwarna kehijau- maupun perubahan yang terkait dengan aktifitas
hijauan. masyarakatnya akibat masa pancaroba, yaitu
Nelayan Rangas yang khusus sebagai musim peralihan antara musim timur ke musim
nelayan pancing tidaklah sulit untuk barat dan demikian juga sebaliknya.
menentukan lokasi-lokasi keberadaan ikan, Pengetahuan tentang pergantian musim
menurutnya keberdaan tempat ikan dapat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
diketahui atau ditandai dengan adanya rompong pelayaran, karena dengan mengetahui perubahan
milik nelayan lainnya. Rompong bagi nelayan dan pergantian musim nelayan dapat membuat
pancing merupakan tempat yang strategis perencanaan kegiatan pelayaran. Perencanaan
untuk mencari atau memancing ikan. Pada yang dimaksud adalah perencanaan turun ke
umumnya nelayan pancing jika melaut selalu laut dan perencanaan manfaat dan bahaya
mengarahkan perahunya ke arah di mana ada yang ditimbulkan oleh setiap musim tersebut.
rompong. Sebelum berangkat melaut, nelayan Misalnya kalau musim timur, keuntungan

152
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: Sistem Pengetahuan Pelayaran dan... Ansaar

apa yang bisa dimanfaatkan dan diperoleh tangkapan nelayan melimpah jika dibandingkan
oleh para nelayan, dan biasanya bulan-bulan dengan waktu-waktu lainnya.
berapa. Demikian juga pada musim barat selalu
diperhitungkan sehingga perencanaan melaut 4. Pengetahuan Tentang Astronomi
sangat penting bagi nelayan. Pengetahuan tentang astronomi
Adanya kebiasaan seperti itu, akan bagi para nelayan Rangas sudah menjadi
menjadi pengetahuan tersendiri bagi para pengetahuan umum dan bersifat turun temurun
nelayan, termasuk tanda-tanda pergantian dari generasi ke generasi berikutnya. Letak
musim. Pengetahuan tentang pergantian musim bintang di langit menurut pemahaman mereka
dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda akan mempengaruhi gejala-gejala alam dan
alam, seperti dengan melihat arah dan letak bulan memengaruhi arah angin dan musim terjadi.
sabit. Pada musim barat bulan sabit agak miring Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh nelayan
ke utara, pada musim timur bulan sabit agak dalam melakukan aktifitas melaut terkait
miring ke selatan. Tanda-tanda perubahan dan astronomi, digunakan untuk menentukan arah
pergantian musim juga dapat diketahui melalui yang akan menjadi tujuan.
perubahan arus gelombang laut (pasang surutnya Tanda-tanda bintang di langit sangat
air laut). Musim barat dapat diketahui dengan membantu para nelayan dalam hal kapan bisa
melihat keadaan air laut pasang, terutama pada melaut dan menentukan arah angin. Petunjuk
waktu sore hari. Pada musim barat, nelayan yang bintang-bintang di langit digunakan apabila
berpengalaman dapat mengetahui dengan pasti melakukanaktivitasmelautpadamalamhari.Jika
adanya bentuk dan arah gelombang yang tetap bintang-bintang di langit tidak menampakkan
di wilayah-wilayah perairan tertentu. Selain diri akibat keadaan cuaca, maka yang dijadikan
itu, berdasarkan pengalaman berlayar nelayan sebagai pedoman petunjuk arah adalah arus dan
juga mengenal dengan pasti bahwa pada musim gelombang air laut. Adapun bintang-bintang
tertentu di sepanjang palung perairan selat yang dikenal masyarakat nelayan yang biasa
Makassar pada pagi hari gerak arus tetap menuju dijadikan sebagai pedoman dalam pelayaran
ke utara, dan pada siang hari menuju ke selatan. seperti tallu-tallu, towalu, mangiwang, tanra
Manfaat setiap musim yang sering dan manuq (Abbas,2000:144).
menjadi pertimbangan para nelayan, contohnya Untuk mengetahui gerak arus pada malam
pada musim barat, di mana angin bertiup dari hari, nelayan melakukan cara-cara tradisional
arah barat ke timur yang biasanya disertai seperti, mencelupkan tangan ke dalam air laut
dengan datangnya musim hujan (November atau mengulurkan sepotong kayu ke dalam
sampai dengan bulan Maret), biasanya nelayan laut. Dengan cara ini nelayan berpengalaman
mengurangi aktivitas melaut. Kalaupun melaut dapat mengetahui gerak arus dan bentuk-bentuk
hanya akan memperoleh hasil tangkapan yang gelombang. Sedangkan pada siang hari, yang
relatif minim. Sementara musim timur yang dijadikan sebagai pedoman adalah tanda-tanda
ditandai dengan angin bertiup dari arah timur alam lainnya, baik yang ada di laut, darat,
ke barat. Musim timur ini berkisar pada bulan maupun di langit. Tanda-tanda darat seperti
April sampai dengan Oktober. Dalam musim gunung-gunung, tanjung. Sedangkan tanda-tanda
timur ini terdapat waktu (bulan) dikenal dengan di langit adalah matahari. Dengan mengetahui
istilah ‘malino” yang berarti tenang. Dikatakan letak matahari mereka dapat mengetahui letak
demikian karena pada waktu itu hampir tidak mata angin dan dapat mengontrol arah pelayaran.
ada hujan dan tidak ada angin kencang. Pada Jika matahari tidak kelihatan akibat cuaca yang
musim timur terutama pada wettu malino (April- buruk, mendung atau hujan, maka yang dijadikan
Juli) para nelayan memanfaatkan keadaan pedoman untuk mengetahui arah angin adalah
cuaca yang bersahabat ini karena biasanya hasil gelombang atau arus air laut.

153
WALASUJI Volume 10, No. 2, Desember 2019: 139—154

Pengetahuan lokal nelayan tersebut pengetahuan tentang ombak, keberadaan


menjadi penting, karena para nelayan tradisional karang, perbintangan, awan, perhitungan
tidak begitu peduli dengan kompas, mereka bulan, ilmu gaib, dan sebagainya. Sementara
lebih terbiasa dan percaya dengan kebiasaannya pengetahuan lokal terkait penangkapan ikan
memahami gejala-gejala alam. Menurut mereka juga telah dimiliki seperti, pengetahuan tentang
bahwa posisi bintang-bintang di langit tidak wilayah penangkapan, musim, dan astronomi.
tetap dan selalu bergeser sedikit demi sedikit
sesuai dengan musim pemunculannya juga DAFTAR PUSTAKA
tidak menentu. Pengetahuan tentang tanda- Abbas, Ibrahim, 2000. Pendekatan Budaya
tanda di laut dan di angkasa berupa kilat, awan Mandar. Makassar: Hijrah Grafika.
hitam, bunyi kemudi perahu, cahaya laut yang Arifin, Ansar. 2014. Perangkap Kemiskinan
dihubungkan dengan peristiwa atau datangnya dan Kekerasan Struktural Dibalik Relasi
angin kencang, adanya batu karang dan lain- Kerja Pinggawa Sawi. Jakarta: Orbit
lain, untuk hal-hal seperti ini para nelayan Publishing
menggunakan pengetahuannya dengan indera Hasbullah, Jousairi. 2006. Sosial Capital
penglihatan, pendengaran, penciuman, firasat, (Menuju Keunggulan Budaya Manusia
dan keyakinan. Indonesia). Jakarta: MR-United Press
Ismail, Arifuddin, 2007. “Religi Manusia
PENUTUP Nelayan Masyarakat Mandar” Makassar:
Upaya memperoleh pengetahuan Indobis Rekagrafis
pelayaran bagi para nelayan di Kelurahan Koentjraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
Rangas memerlukan proses tersendiri, dimulai Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
dari perlakuan-perlakuan sakral ketika akan Kantor Kelurahan Rangas, Kecamatan Banggae,
melaut, maupun pada saat berada di laut, Kabupaten Mejene. 2016. Monografi
terutama ketika berhadapan dengan hal-hal yang Kelurahan Rangas. Majene
mengancam keselamatan jiwa mereka. Saat-saat Kusnadi, dkk. 2006. Perempuan Pesir.
seperti itu, secara tidak langsung disosialisasikan Yogyakarta: LKiS.
oleh nelayan yang telah memiliki pengetahuan Kusnadi.2008. Akar Kemiskinan Nelayan.
pelayaran kepada nelayan lainnya yang masih Yogyakarta: LkiS
belum cukup pengalaman, kecuali untuk hal Lisungan, Joni.2014. Teknologi Tradisional
yang bersifat mendasar ditransfer pada waktu Nelayan. Cetakan Pertama. Makassar:
yang dianggap baik. Pustaka Sawerigading Kerjasama Balai
Dalam menjalankan aktifitas di laut Pelestarian Nilai Budaya Makassar
(menangkap ikan), para nelayan di Kelurahan Mattulada. 1997. Sketsa Pemikiran Tentang
Rangas memiliki berbagai pengetahuan lokal, Kebudayaan, Kemanusian dan
seperti kemahiran dalam menjalankan perahu Lingkungan Hidup. Ujung Pandang:
serta kemampuan menggunakan alat tangkap Hasanuddin University Press
yang mereka bawa. Selain itu, agar proses Syani, Abdul. 1994.Sosiologi Skematika. Teori
penangkapan ikan yang mereka lakukan dapat dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
berjalan lancar, aktivitas mereka ditunjang Singarimbun, Masri, Irawati dan Sofyan
dengan beberapa pengetahuan lokal lain, Effendi. 1981. Metode Penelitian Survei.
khususnya sistem pelayaran dan penangkapan Jakarta: LP3S.
ikan. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu
Pengetahuan terkait pelayaran yang Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
dimiliki nelayan Kampung Rangas meliputi, Persada.

154

You might also like