You are on page 1of 5

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA-SISWI

KELAS XI IPA TERHADAP KUSTA DI SMAN I KUTALIMBARU

KALVIN TUTAMANA HUTABARAT

ABSTRACT

Background: Leprosy is a disease caused by M.leprae, which has great


affinity in nerve cells. Leprosy is still feared by the community, including
some health workers. The dreaded thing of this leprosy disease is the
disability caused by this disease. Indonesia is the third country in the
world with most leprosy patients. While the city of Medan is the city with
the most leprosy patients in the region of North Sumatra. Based on age
distribution, most cases of leprosy occur in productive age and high school
students are included in the productive age.
Objectives: This study aims to determine the level of knowledge,
attitudes, and actions of students of class XI IPA SMA Negeri 1
Kutalimbaru about leprosy.
Method: This research is descriptive research with cross sectional
Fakultas Kedokteran approach. Performed at SMAN 1 Kutalimbaru. Data were taken from 57
Universitas Methodist Indonesia samples of students selected by simple random sampling technique. From
each sample, data were collected with questionnaires related to
knowledge, attitudes and actions on leprosy.
Results: Of the 57 people analyzed, 27 data were obtained with sufficient
Korespondensi: Kalvin Tutamana knowledge, 16 were knowledgeable, and 14 had less knowledge. For
Hutabarat attitudes of respondents, most respondents have enough attitude, and for
Email: fkmethodistmedan@yahoo.co.id
the actions of most respondents have enough action.
Conclusion: the knowledge that the students of class XI IPA on leprosy is
still included in the category enough, while for the attitude also included
in the category enough and the act of entry in enough category.
Keywords: Leprosy; Knowledge, Attitude and Action

ABSTRAK

Latar Belakang:Penyakit kusta merupakan penyakit yang disebabkan


M.leprae, yang mempunyai daya afinitas yang besar pada sel
saraf.Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga
termasuk sebagian petugas kesehatan.Hal yang ditakuti dari penyakit kusta
ini adalah kecacatan yang ditimbulkan penyakit ini.Indonesia merupakan
negara ketiga didunia dengan penderita kusta terbanyak. Sedangkan kota
Medan merupakan kota dengan penderita kusta terbanyak di wilayah
Sumatera Utara. Berdasarkan distribusi usia, kejadian kusta terbanyak
terjadi pada usia produktif dan siswa-siswi SMA termasuk dalam usia
produktif.
Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan,
sikap, dan tindakan siswa-siswi kelas XIIPA SMA Negeri 1
Kutalimbarutentang kusta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Dilakukan di SMAN 1 Kutalimbaru.Data
diambil dari 57 sampel siswa-siswi yang dipilih dengan teknik simple
random sampling.Dari masing-masing sampel, data diambil dengan
kuesioner yang berkaitan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan
terhadap kusta.

1
Hasil: Dari 57 orang yang dianalisis, diperoleh data sebanyak 27 orang
yang memiliki pengetahuan cukup, 16 orang berpengetahuan baik, dan 14
orang berpengetahuan kurang. Untuk sikap yang dimiliki responden,
sebagian besar responden memiliki sikap cukup, dan untuk tindakan
sebagian besar responden memilki tindakan yang cukup.
Kesimpulan: pengetahuan yang dimiliki siswa-siswi kelas XI IPA
terhadap kusta masih termasuk dalam kategori cukup, sedangkan untuk
sikap juga termasuk dalam kategori cukup dan tindakan masuk dalam
kategori cukup.
Kata Kunci : Penyakit Kusta ; Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

PENDAHULUAN pada tanggal 17 Februari 2017 – 7 Juni 2017 dengan


target populasi remaja di kabupaten Deli Serdang.
Penyakit kusta merupakan penyakit yang disebabkan Untuk menentukan jumlah sampel pada
M.leprae, yang mempunyai daya afinitas yang besar penelitian ini digunakan rumus estimasi proporsi. 14
pada sel saraf (sel Schwann) dan sel dari retikulo Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel (n) dalam
endothelial dengan waktu pembelahannya 2-3 penelitian ini sebanyak 57 orang.Teknik pengambilan
minggu.Penyakit kusta merupakan salah satu sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
penyakit menular yang menimbulkan masalah yang simple random sampling atau pengambilan sampel
sangat kompleks.Masalah yang dimaksud bukan secara acak sederhana.14
hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah Uji validitas digunakan untuk mengukur
sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sah/valid atau tidaknya suatu keuisioner. Kuesioner
nasional.8 Masyarakat masih banyak yang dikatakan valid jika pernyataan pada angket mampu
beranggapan bahwa kusta disebabkan oleh kutukan, untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
guna-guna, dosa, makanan ataupun keturunan.18 oleh pernyataaan tersebut. Pengujian validitas
Berdasarkan distribusi usia, kejadian kusta dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi
terbanyak terjadi pada usia produktif .8 Menurut 17.00 untuk menguji keshahihan butir. Jika r hitung >
Badan Pusat Statistik usia produktif adalah penduduk rtabel, dengan taraf signifikan α = 0,05 maka
yang berusia 15 tahun dan lebih.2 Promosi kesehatan pertanyaan dikatakan valid. Jika rhitung< rtabel, dengan
melalui komunitas sekolah merupakan salah satu taraf signifikan α = 0,05 maka pertanyaan dikatakan
sarana promosi kesehatan yang efektif diantara upaya tidak valid.
kesehatan masyarakat, khususnya pengembangan Terdapat beberapa definisi operasional
perilaku hidup sehat, sehingga mudah dijangkau yaitu tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, jenis
dalam upaya kesehatan masyarakat dan anak sekolah kelamin, dan sumber informasi. Semua data yang
merupakan kelompok yang sangat peka untuk terkumpul akan diperiksa ketepatan dan
menerima perubahan atau pembaruan.19 kelengkapannya (editing), diberi kode secara manual
Berdasarkan latar belakang tersebut, (coding), dimasukkan ke dalam program komputer
diketahui bahwa penyakit kusta adalah penyakit yang SPSS (entry), diperiksa semua data yang telah
angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia, dan dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari
penyakit ini sering menyerang usia produktif yang kesalahan pemasukan data (cleaning), disimpan data
mana siswa-siswi SMA termasuk dalam usia untuk siap dianalisis (saving), kemudian data
produktif. Maka dari itu peneliti tertarik untuk dianalisis lebih lanjut.
melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan,
sikap, dan tindakan siswa-siswi kelas XI IPA SMA HASIL PENELITIAN
Negeri 1 Kutalimbaru tentang kusta.
Responden yang terpilih dalam penelitian ini adalah
METODE siswa-siswi kelas XI IPA yang berada di SMA
Negeri I Kutalimbaru sebanyak 57 orang.Dari
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini keseluruhan responden data yang diambil meliputi
adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan jenis kelamin dan sumber informasi.
pendekatan cross sectional.14 Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Kutalimbaru Jl. Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Pendidikan Pasar IV, Suka Rende, Kec. Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
Kutalimbaru, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara jumlah responden Perempuan sebanyak 39 orang

2
(68,4 %), dan laki-laki sebanyak 18 orang (31,6 %). distribusi frekuensi tertinggi adalah tingkat
Dengan demikian, mayoritas responden berjenis pengetahuan cukup tentang kusta adalah sebanyak 27
kelamin perempuan sebanyak 39 orang (68,4%). orang (47,37%).
Tabel 1. Frekuensi responden berdasarkan jenis Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kelamin dilakukan oleh Subhan19 pada siswa-siswi SMAN 1
Karakteristik Frekuensi (N) Persentasi (%) Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara dimana
Jenis Kelamin pengetahuan yang paling banyak dimiliki responden
Laki-Laki 18 31,6 adalah pada kategori cukup. Tingkat pengetahuan
Perempuan 39 68,4 siswa-siswi ini masih dalam kategori cukup
Jumlah 57 100 dikarenakan letak sekolah yang jauh dari pusat kota
sehingga masih sulit dijangkau informasi, dan
Distribusi berdasarkan sumber informasi sekolah jarang memberikan materi yang berkaitan
Diketahui bahwa dari 57 diketahui responden, dengan penyakit kusta.
8 orang (14,0%) memiliki sumber informasi dari
penyuluhan, 30 orang (52,6%) dari media massa, 11 Tabel 4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
orang (19,3%) dari sekolah, 7 orang (12,3%) dari responden mengenai penyakit kusta berdasarkan
keluarga/teman, dan 1 orang (1,8%) dari tetangga. jenis kelamin
Dengan demikian, mayoritas responden mendapatkan Tingkat Pengetahuan Jumlah
Jenis
informasi melalui media massa, yakni sebanyak 30 Baik Cukup Kurang
Kelamin
orang (52,6%). N % N % N % N %
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan Laki-laki 5 8,8 9 15, 4 7 1 31,
sumber informasi 8 8 6
Karakteristik Frekuensi(N) Persentasi(%) Perempua 1 19, 1 31, 1 17, 3 68,
Sumber Informasi n 1 3 8 6 0 5 9 4
Penyuluhan 8 14,0 Jumlah 1 28, 2 47, 1 24, 5 100
Media Massa 30 52,6 6 1 7 4 4 6 7
Sekolah 11 19,3
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
Keluarga/Teman 7 12,3 bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik
Tetangga 1 1,8 tentang kusta, 5 orang (8,8%) berjenis kelamin laki-
Jumlah 57 100 laki, dan 11 orang (19,3%) berjenis kelamin
perempuan. Responden dengan tingkat pengetahuan
PEMBAHASAN cukup tentang kusta, 9 orang (15,8%) berjenis
kelamin laki-laki dan 18 orang (31,6 %) berjenis
Dari hasil penelitian, berdasarkan jenis kelamin kelamin perempuan. Responden dengan tingkat
diketahui jumlah responden laki-laki sebanyak 18 pengetahuan kurang tentang kusta, 4 orang (7%)
orang sebanyak 31,6% dan perempuan sebanyak 39 berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang (17,5%)
orang (68,4%). Berdasarkan sumber informasi berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian,
responden mengenai penyakit kusta yang paling distribusi frekuensi tertinggi adalah tingkat
banyak adalah melalui media massa yaitu sebanyak pengetahuan cukup tentang kusta dengan jenis
30 orang (52,6 %). kelamin perempuan sebanyak 18 orang (31,6%).
Menurut Tubagus20, Perempuan secara
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat pegetahuan psikologi lebih termotivasi dan labih rajin dalam hal
responden mengenai penyakit kusta belajar dan bekerja daripada laki-laki. Hal ini
Tingkat Frekuensi Persentase membuat tingkat pengetahuan perempuan lebih baik
Pengetahuan (N) (%) daripada laki-laki.
Baik 16 28,1
Cukup 27 47,4 Tabel 5. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
Kurang 14 24,6 responden mengenai penyakit kusta berdasarkan
Jumlah 57 100 sumber informasi
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Tingkat Pengetahuan
bahwa kategori tingkat pengetahuan baik tentang Sumber Jumlah
Baik Cukup Kurang
kusta sebanyak 16 orang (28,1%). Kemudian tingkat Informasi
N % N % N % N %
pengetahuan cukup tentang kusta sebanyak 27 orang Penyuluh 14,
(47,4%). Dan tingkat pengetahuan kurang tentang 1 1,8 5 8,8 2 3,5 8
an 0
kusta sebanyak 14 orang (24,6%). Dengan demikian,

3
Media 15, 1 22, 14, 3 52, distribusi frekuensi tertinggi adalah sikap cukup
9 8
Massa 8 3 8 0 0 6 tentang kusta yakni sebanyak 22 orang (38,6%).
10, 1 19, Menurut Notoatmodjo14, dalam penentuan
Sekolah 6 4 7,0 1 1,8
5 1 3 sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
Keluarga 12, dan emosi memegang peranan penting. Maka,
0 0 4 7,0 3 5,3 7
/ Teman 3 pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat
Tetangga 0 0 1 1,8 0 0 1 1,8 digunakan untuk menilai atau bersikap terhadap suatu
1 28, 2 47, 1 24, 5 10 stimulus.Dengan demikian pengetahuan akan sejalan
Jumlah dengan sikap yang dimiliki seseorang.
6 1 7 4 4 6 7 0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa responden dengan tingkat pengetahuan baik Tabel 7. Distribusi frekuensi tindakan responden
tentang kusta, 1 orang (1,8%) mendapat informasi mengenai penyakit kusta
dari penyuluhan, 9 orang (15,8%) mendapat Tindakan Frekuensi(N) Persentase(%)
informasi dari media massa, dan 6 orang (10,5%) Baik 18 31,6
mendapat informasi dari sekolah. Responden dengan Cukup 24 42,1
tingkat pengetahuan cukup tentang kusta, 5 orang Kurang 15 26,3
(87,5%) mendapat informasi dari penyuluhan, 13 Jumlah 57 100
orang (22,8%) mendapat informasi dari media massa, Dari tabel diatas diketahui bahwa tindakan
4 orang (7,0%) mendapat informasi dari sekolah, 4 responden adalah tindakan baik sebanyak 18 orang
orang (7,0%) mendapat informasi dari (31,6%). Untuk tindakan responden yang memiliki
keluarga/teman, dan 1 orang (1,8%) mendapat tindakan cukup sebanyak 24 orang (42,1%), dan yang
informasi dari tetangga. Responden dengan tingkat memiliki tindakan kurang sebanyak 15 orang
pengetahuan kurang tentang kusta, 2 orang (3,5%) (26,3%), Dengan demikian, distribusi frekuensi
mendapat informasi dari penyuluhan, 8 orang tertinggi adalah tindakan cukup tentang kusta yakni,
(14,0%) mendapat informasi dari media massa, 1 sebanyak 24 orang (42,1%).
orang (1,8%) mendapat informasi dari sekolah, dan 3 Menurut Notoatmodjo14, pengetahuan juga
orang (5,3%) mendapat informasi dari berpengaruh terhadap tindakan seseorang. Karena
keluarga/teman. Dengan demikian sumber informasi sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku
yang paling banyak digunakan untuk memperoleh baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
pengetahuan mengenai kusta adalah melalui media manfaat perilaku atau tindakan tersebut bagi dirinya.
massa sebanyak 30 orang (52,6%). Dengan demikian, tindakan seseorang akan sejalan
Penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dengan pengetahuan yang ia miliki.
mengatakan bahwa penyakit kusta jarang dibahas
baik disekolah, keluarga dan lingkungan sosial. Hal KESIMPULAN
ini membuat media massa merupakan sumber Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas XI IPA
informasi yang lebih memudahkan siswa dalam terhadap kusta di SMAN 1 Kutalimbaru adalah
memperoleh informasi. Hasil ini juga sejalan dengan kategori cukup yakni sebanyak 27 orang (47,4%).
pendapat Subhan19 yang menunjukkan media massa Sikap siswa-siswi SMAN 1 Kutalimbaru terhadap
berupa leaflet merupakan sumber informasi yang kusta dikategorikan cukup, yakni sebanyak 22 orang
mudah untuk diterima oleh siswa dan dapat dipelajari (38,6%). Tindakan siswa-siswi SMAN 1 Kutalimbaru
secara mandiri. terhadap kusta dikategorikan cukup, yakni sebanyak
24 orang (42,1%).
Tabel 6. Distribusi frekuensi sikap responden
mengenai penyakit kusta DAFTAR PUSTAKA
Sikap Frekuensi(N) Persentase(%)
1. Arikunto S. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta:
Baik 20 35,1 Rineka Cipta, h: 268-274
Cukup 22 38,6 2. Badan Pusat Statistik. 2016. Tenaga Kerja
Kurang 15 26,3 https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6 (accessed : 30
Jumlah 57 100 November 2016)
3. Chandra. 2013. Hubungan Derajat Pengetahuan
Dari tabel diatas diketahui bahwa sikap Masyarakat tentang Penyakit kusta terhadap
responden adalah sikap baik sebanyak 20orang penerimaan Sosial pada Mantan Penderita Penyakit
(35,1%). Untuk sikap responden yang memiliki sikap Kusta. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Airlangga
cukup sebanyak 22 orang (38,6%) dan sikap kurang 4. Departemen Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2015
sebanyak 15 orang (26,3% Dengan demikian, http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/

4
profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-
2015.pdf (accessed: 29 October 2016)
5. Departemen Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara Tahun
2014.http://www.depkes.go.id/resources/download/prof
il/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/02_Sumut_2014.pd
f (accessed: 29 October 2016)
6. Djuanda Adhi, dkk. 2013. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI h: 88-100
7. Endang Th Purwoastuti, dkk. 2015. Perilaku dan
softskills Kesehatan Panduan Tenaga Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press h: 19-26
8. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Nasional
Program Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta:
Direktorial Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehat Lingkungan
9. Lewis felisah S. 2016. Dermatologic Manifestations of
Leprosy.
http://emedicine.medscape.com/article/1104977-
overview. (Accessed: 5 November 2016)
10. Linuwih Sri SW Menaldi, dkk. 2015. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI h: 87-
102
11. Maharani, Ayu. 2015. Penyakit Kulit, Perawatan,
Pencegahan, dan Pengobatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press h: 48-52
12. Marne Ramesh Bhat and Chaitra Prakash. 2012.
Leprosy: An Overview of Pathophysiology. India:
Department of Dermatology, Father Muller Medical
College, Karnataka, Mangalore
13. Gisele Monica Costa Pinheiro , Bezerra e Silva SY,
Moura IBL et al. Contribution of Educational Actions
for Knowledge Of High School Students Of About
Leprosy
http://www.revista.ufpe.br/revistaenfermagem/index.ph
p/revista/article/viewFile/6686/pdf_8858
14. Notoatmojo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rhineka Cipta h: 34-65
15. Oentari Widyaningsih dan Sri linuwih Menaldi. 2014.
kusta. dalam: Tanto chris, dkk. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius h: 88-91
16. Scott Darvin Smith. 2016.
Leprosy.http://emedicine.medscape.com/article/220455
-overview. (Accessed: 5 November 2016)
17. S.Siregar.R. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit. Jakarta: EGC h: 94-97
18. Soedarjatmi, dkk. 2009. Faktor-Faktor yang
Melatarbelakangi Persepsi Penderita Terhadap Stigma
Penyakit Kusta. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Vol. 4. No.1. h: 18-24
19. Subhan Muhammad. 2015. Efektivitas Promosi
Kesehatan Tentang Kusta dengan Metode Ceramah
Dibandingkan dengan Leaflet Bagi Siswa SMAN 1
Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura. Vol.3.
No.1. hal: 1-13
20. Tubagus Indriani. 2013. Gambaran Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit
HIV/AIDS di SMU Negeri 2 Kota Menado. Jurnal
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Vol.1 No.1. hal: 1-6
21. Widoyono. Dr. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi,
penularan Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta:
Erlangga h: 78-81
22. WHO (2016) Weekly Epidemiological Report
Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/249601/1/WER
9135.pdf?ua=1 (accessed: 1 November 2016)

You might also like