You are on page 1of 10

Agus Tri Darmawanto, Maryunani, Iswan Noor

JAM Pengukuran Jatidiri dan Daya Saing Koperasi dengan


13, 4 Pendekatan Development Ladder Assesment (DLA)
Diterima, Agustus
Studi pada KUD Subur, KPRI Universitas
2015
Direvisi, September
Brawijaya, dan KWSU BAM di Kota Malang
2015
Nopember
2015
Disetujui, Desember Agus Tri Darmawanto
2015 Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Maryunani
Iswan Noor
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Abstract: The aim of this study is to analyze theoretically that the Development Ladder
Assesment DLA variables in which could be a measurement tool for the identity and
competitiveness of a cooperation. The concept of DLA in this study is applied in order to
categorize the cooperation in which has the identity between KUD Subur, KPRI Brawijaya
University and KWSU BAM. The object of the study is Koperasi Unit Desa (KUD), KPRI
Brawijaya University and KWSU BAM in Malang. The subjects of this study are the senior
members of management, leader, and members, or at least two members. Data collection
was performed by interviewing in a group discussion using a questionnaire. The analysis
method uses DLA approach with variable vision, capacity,resources, and network, as well
as DLA approach with Daniel Cote models and ICA ROAP Grid Model. From the finding,
it is found that KUD Subur is on the yellow zone means KUD Subur in performance is
generally satisfactory, but it needs indicators in order to improve the organization
management. KPRI Brawijaya University and KWSU BAM is at the green zone, it means
KPRI Brawijaya University and KWSU BAM performance has been good in terms of vision,
capacity, and network resources. Daniel cote model analysis, KUD Subur, KPRI Brawijaya
University and KWSU BAM in general are in quadrant I. KWSU BAM has a very good
performance in applying the identity of cooperatives and doing well in the competition.

Keywords: vision, capacity, resources, and network, DLA,Daniel Cote and ICA ROAP grid
Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM)
model
Vol 13 No 4, 2015
Terindeks dalam Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara teoritis, variabel-variabel DLA
Google Scholar dapat dijadikan alat ukur jatidiri suatu koperasi. Konsep DLA dalam penelitian ini
diterapkan untuk menentukan kategori koperasi yang berjatidiri, antara Koperasi Unit Desa
(KUD) subur, KPRI Universitas Brawijaya dan KWSU BAM.Obyek Penelitian adalah
Koperasi Unit Desa (KUD) Subur, KPRI Universitas Brawijaya dan KWSU BAM Di Kota
Alamat Korespondensi: Agus
Tri Darmawanto, Program Malang. Dengan subyek penelitian antara lain personil senior dari manajemen, ketua dan
Magister Ilmu Ekonomi salah seorang anggota pengurus, dan sekurang-kurangnya dua orang anggota. Metode
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
pengambilan data dilakukan dengan wawancara diskusi kelompok dengan instrumen
kuesioner DLA. Metode analisis dengan menggunakan pendekatan DLA dengan variabel
visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja, serta pendekatan DLA dengan Model
Daniel Cote dan Grid Model menurut ICA Roap. Hasil penelitian berdasarkan penilaian
DLA, KUD subur berada pada zona kuning artinya KUD

1 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015Nama Orang


Agus Tri Darmawanto, Maryunani, Iswan Noor

610adalah pendidikan koperasi sangat penting dalam memberikan pemahaman


subur dalam kinerja pada umumnya memuaskan namun ada perlu indikator-indikator yang perlu dilakukan
perbaikan manajemen organisasi. KPRI UB dan KWSU BAM berada pada zona hijau, artinya KPRI UB dan KWSU
BAM dalam kinerjanya sudah baik dari segi visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja. Analisa Daniel cote,
KUD subur, KPRI UB dan KWSU BAM ini secara umum berada dalam kuadran I. Hal ini menunjukkan bahwa
koperasikoperasi telah secara baik dalam mengimplementasikan jatidirinya namun masih lemah dalam menghadapi
intensitas pasar (persaingan). Analisa Grid Model, KUD Subur, KPRI UB dan KWSU BAM telah menempati pada
kuadran I. KWSU BAM dalam kinerjanya sangat baik dalam mengaplikasikan jatidiri koperasi dan baik dalam
melakukan persaingan.

Kata Kunci: visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja, Daniel Cote dan ICA ROAP grid model
Dengan lahirnya pengetahuan dan memberikan arah dalam menjalankan praktik perkoperasian yang
koperasi yang sesuai amanat Internasional Cooperative Alliance (ICA) baik itu dari sisi definisi,
berkembang di nilai dan prinsip koperasi dengan jatidiri koperasi. Berkaitan dengan penelitian ini
Indonesia yaitu penting dilakukan, karena dalam realitanya masih banyak terdapat gap antara
dalam rangka realita koperasi yang berkembang dengan teori jati diri koperasi yang meliputi
untuk definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip sebagaimana apa yang telah diamanatkan
mengaktualisasika oleh ICA.
n kelembagaan Dalam karya ini peneliti akan memperkenalkan konsep dan pengukuran
masyarakat yang Development Ladder Assesment (DLA) sebagai alat ukur jati diri koperasi yang
memiliki jiwa dapat digunakan mengukur kelembagaan koperasi. Metode pendekatan DLA ini
”gotong royong”, masih jarang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam mengkaji perkoperasian.
untuk Keunggulan menggunakan alat DLA dibandingkan dengan alat ukur lain, antara
menggerakkan lain; (i) pembanding dan dasar yang sistematis untuk mengukur pengembangan
pembangunan kelembagaan sebuah koperasi melalui waktu tertentu, (ii) memberikan metoda
dalam mencapai penilalan yang cepat, terpercaya, konsisten dan efektif biaya (cost effective) dengan
kesejahteraan biaya rendah, (iii) metode yang digunakan bisa menjelaskan metode secara
masyarakat. kuantitatif dan kualitatif secara simultan, (iv) dapat menilai sendiri secara
Berbagai peraturan partisipasi lembaga koperasi atau (participatory self assesment). Oleh karena itu,
yang mengatur pengukuran jatidiri dengan DLA sangat relevan digunakan untuk mengukur jati diri
koperasi dibuat koperasi secara nasional. Pengukuran Jati Diri dengan menggunakan alat DLA,
untuk adalah mengukur jati diri kelembagaan koperasi dari sisi organisasi yaitu dilihat
mempercepat dari visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja.
sosialisasi koperasi Dengan pendekatan dalam DLA penelitian ini dilakukan untuk mengukur jati
sekaligus untuk diri koperasi di daerah Kota Malang yaitu di Koperasi Unit Desa Subur (KUD
memberikan arah Subur), Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas Brawijaya (KPRI UB)
bagi dan Koperasi Wanita Serba Usaha Bhakti Asta Makmur (KWSU BAM).
pengembangan Tujuan penelitian ini adalah; (i) untuk mengkaji secara teoritis, variabel-
koperasi, sehingga variabel DLA dapat dijadikan alat ukur jatidiri suatu koperasi, (ii) untuk
koperasi mampu menerapkan konsep DLA untuk menentukan kategori koperasi yang berjati diri,
bersaing dan dapat antara KUD Subur, KPRI UB dan
mampu KWSU BAM.
memperkuat
perekonomian Pemahaman Jati Diri Koperasi Definisi Koperasi
nasional Menurut ICA 1995, koperasi adalah perkumpulan otonomi dari orang-orang
(Maryunani, yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-
2007). aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka
Hal yang tidak kendalikan secara demokratis.
kalah pentingnya
2 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015Nama Orang
Pengukuran Jatidiri dan Daya Saing Koperasi dengan Pendekatan Development Ladder Assesment (DLA) Studi

Nilai-Nilai ekonomi anggota; prinsip keempat, otonomi dan kebebasan; prinsip kelima,
Koperasi pendidikan, pelatihan dan informasi; prinsip keenam, kerjasama di antara koperasi-
koperasi; prinsip ketujuh, kepedulian terhadap komunitas.
Menurut ICA
1995, koperasi-
koperasi Teori Kelembagaan
berdasarkan nilai- Kelembagaan (institutions) sebagai sekumpulan aturan dalam suatu komunitas,
nilai menolong diri atau lebih formal disebutkan sebagai batasan-batasan yang mengatur interaksi antar
sendiri, tanggung manusia, sehingga konsekuensinya akan menuju kepada pertukaran kemampuan
jawab sendiri, individu, apakah secara politis, sosial, atau ekonomi. Kelembagaan akan mengubah
demokratis, cara berinteraksi dalam suatu komunitas seiring waktu dan karena pula menjadi
persamaan, kunci pemahaman terhadap perubahan sejarah (Noerth, 1991).
keadilan, dan Mengedepankan organisasi dan manajemen sebagai bagian dari konsep
kesetiakawanan. kelembagaan yang mengarah kepada pekerjaan yang dilakukan secara kolektif
Mengikuti tradisi (Pranaji, 2003). Maksudnya adalah jika seseorang bekerja secara individu maka
para pendirinya, hasilnya akan kurang efektif dan efisien dibandingkan dengan jika individuindividu
anggotaanggota tadi menjalin kerjasama dalam suatu komunitas dengan kesepakatan dan cara
koperasi percaya tertentu.
pada nilai-nilai etis
dari kejujuran, METODE
keterbukaan , Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut
tanggung jawab (Wirartha,2006), penelitian deskriptif (descriptif research) adalah menggambarkan
sosial kepedulian dan meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Penelitian deskriptif
terhadap orang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa
lain. sebagaimana adanya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Arikunto, 2005)
bahwa penelitian deskripstif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
Prinsip-Prinsip mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
Koperasi gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian
Menurut ICA deskriptif dalam penelitian dilakukakan dengan menggunakan metode deskrptif.
Cooperative menurut (Nazir, 2009) bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu metode
Identity Statement. dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
Manchester, pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
September 23,1995 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (i) data primer; yaitu,
terdapat tujuh data yang diperoleh langsung dari objek penelitian dan data primer diperoleh dari
prinsip koperasi hasil diskusi kelompok pada koperasi yaitu personil senior dari manajemen, ketua
yang secara rinci dan salah seorang anggota pengurus, dan sekurang-kurangnya dua orang anggota
dijelaskan sebagai biasa, (ii) data sekunder; yaitu, data yang telah diolah dan disajikan oleh pihak-
berikut: prinsip pihak tertentu dan data sekunder diperoleh dari laporan pertanggungjawaban
kesatu, koperasi serta dokumen lain yang mendukung penelitian.
keanggotaan
sukarela dan Uji Validitas dan Realibilitas
terbuka; prinsip Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut (Sugiyono, 2009)
kedua, meliputi; pertama, uji credibility; kedua, transferability; ketiga, dependability dan
pengendalian oleh keempat, confirmability.
anggota-anggota Pertama, uji credibility data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
secara demokratis; kualitatif antara lain melalui; (i) perpanjangan pengamatan, maksudnya peneliti
prinsip ketiga, kembali ke lapangan, melakukan wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
partisipasi ditemui maupun yang baru; (ii) peningkatan ketekunan, maksudnya melakukan
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693- 3
5241
Agus Tri Darmawanto, Maryunani, Iswan Noor

pengamatan secara merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal
cermat dan menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
berkesinambungan populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan
; (iii) triangulasi, pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam
sebagaimana situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung pada pemakai
menurut Wiersma hingga mana hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi
dalam (Sugiyono, sosial lain. Supaya dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
2009), kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam
Triangulation is membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci jelas, sistematis dan
qualitive cross dapat dipercaya.
validation. It asses Ketiga, dependability, dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut
the sufficiency of reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
the data sources or mengulangi atau mereplikasikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian
multiple data kualitatif, uji dependability dimaksudkan untuk melakukan audit terhadap terhadap
collection keseluruhan penelitian.
procedurs artinya Keempat, confirmability, dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip
trianggulasi adalah dengan uji dependability, sehingga confirmability dapat dilakukan secara
validasi silang bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian dengan
kualitatif. Ini dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
menilai kecukupan
dari sumber data Metode Analisa Data
atau beberapa Analisis Penilaian Tangga Pengembangan (PTP) sebagai terjemahan dari
prosedur dasar Development Ladder Assesment (DLA) yaitu dengan menggunakan scoring.
pengumpulan data. Dengan pendekatan Development Ladder Assesment (DLA). Di mana, pertanyaan-
Triangulasi dalam pertanyaan tersebut dibedakan ke dalam empat kelompok variabel, yaitu: (a) visi,
pengujian (b) kapasitas, (c) sumber daya dan (d) jaringan kerja.
kredibiltas ini Selanjutnya, metode analisis yang digunakan adalah skoring terhadap setiap
diartikan sebagai indikator yang meliputi lima ukuran (dari nilai berskala 1 hingga 5). Dalam
pengecekan data melakukan skoring, professional judgement sangat diperlukan terutama dalam
dari berbagai memadukan data sekunder dengan informasi yang diperlukan dari hasil wawancara
sumber dengan dan ditunjang dengan hasil pengamatan penilaian.
berbagai cara, dan
berbagai waktu, Tabel 1. Skor Penilaian DLA
(iv) analisis kasus Skala
negatif adalah Keterangan
Nilai
kasus yang tidak Kemajuan secara konsisten atau baik 5
sesuai atau berbeda
dengan hasil Kemajuan terjadi sejak penilaian terakhir 4
penelitian hingga
saat tertentu (v) Kinerja naik turun 3
member check, 2
Dalam keadaan yang terbaik, bukti yang
adalah proses
ada tidak sempurna berbeda dari pencapain
pengecekan data
Sedikit atau tidak ada pembuktian tentang 1
yang diperoleh
pencapaian selama periode terakhir
peneliti kepada Sumber: Soedjono 2003
pemberi data.
Kedua,
transferability, ini
4 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015Nama Orang
Pengukuran Jatidiri dan Daya Saing Koperasi dengan Pendekatan Development Ladder Assesment (DLA) Studi

Pemberian Hendaknya digunakan nilai yang serendah mungkin apabila kasus-kasus di mana
skala nilai dapat informasi yang ternyata tidak diperoleh secara terus menerus. Hal ini memberikan
pula diberikan perangsang bagi organisasi yang bersangkutan untuk memberikan informasi,
angka score rendah daripada menahannya karena takut untuk memperoleh angka (score) rendah. Untuk
dengan angka 0 kasus tertentu berkaitan dengan penilaian keterlambatan laporan-laporan keuangan
pada kasus-kasus koperasi ditanyakan hanya kalau laporan-laporan keuangan tidak diperoleh dan
seperti sistem- bertanda negatif. Jika laporanlaporan keuangan diperoleh maka pertanyaan ini tidak
sistem operasi dan ditanyakan atau dinilai 0.
pengaturan Penjumlahan terhadap nilai skala dimaksudkan untuk menetapkan zonasi
keuangan, 5 tahun kinerja koperasi. Setiap zonasi diberikan simbol-simbol untuk menjelaskan
laporan audit, tingkatan kinerja koperasi contoh. Ada tiga tingkatan kinerja koperasi, yaitu: (1)
pemberian Zona hijau, yang berarti kinerja koperasi umumnya baik. (2) Zona kuning, berarti
pelayanan kepada kinerja koperasi memuaskan tetapi memerlukan perhatian. (3) Zona merah, berarti
anggota, organisasi koperasi dalam kesulitan.
kecukupan modal, Adapun skala masing-masing zona dari tiap-tiap indikator dapat dilihat pada
pertumbuhan asset, tabel 2.
manajemen asset, informasi ini seringkali tidak lengkap dan juga bahwa tidak ada yang homogen
kebijakan penuh dari hasil studi yang satu ke studi yang lain.
perkreditan, Koperasi A di Kuadaran I. Posisi ini menggambarkan bahwa koperasi yang
kebijakan fiskal. bersangkutan kuat da-
Tabel 2. Skala Menurut Indikator dalam Penilaian menjumlahkan dari setiap skala indikator. Secara
Kinerja Koperasi umum DLA membagi atas tiga zona yaitu,
Zona pertama, zona hijau, kinerja yang dilakukan baik
No Indikator dari segi visi, sumber, daya, kapasitas dan jaringan
Hijau Kuning Merah kerja; kedua, zona kuning, menunjukkan kinerja
pada umumnya memuaskan sesuai visi koperasi
1 Visi 22-35 12-21 0-11 namun ada indikator yang perlu dilakukan
2 Kapasitas 26-40 13-25 (-5)-12 perbaikan. Zona merah, menunjukkan kinerja yang
3 Sumberdaya 28-40 15-27 0-7 dilakukan koperasi dalam kondisi kesulitan sesuai
Jaringan kerja dengan visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan
(tanpa kerja.
4 15-20 8-14 0-7
wawancara
tambahan) Model Daniel Cote
Jaringan kerja
Posisi koperasi mencerminkan informasi yang
(dengan
5 22-35 12-21 0-11 relevan mengenai koperasi yang bersangkutan yang
wawancara
tambahan) dihimpun secara (empiris). Harus disadari bahwa
Sumber: Soedjono, 2003 lam mengaplikasikan jatidirinya dan aturan-aturan
yang terkait, tetapi tidak melakukan kegiatan yang
Indikator-indikator yang terdapat pada tabel 2 penuh persaingan, seperti pada bidang pendidikan/
sebagai penentuan dalam menilai jati diri koperasi pelatihan yang khusus dibutuhkan oleh
dengan menggunakan Development Ladder anggotaanggotanya. Posisi ini juga
Assesment (DLA). Rentang atau jarak yang menggambarkan bahwa anggota-angbota koperasi
memungkinkan dari indikator-indikator tersebut mematuhi dan berpartisipasi dalam kegiatan-
antara lain: Hijau dengan rentang (150 - (-5)) = kegiatan yang dilakukan oleh koperasi.
145 - 98, kuning rentang (97-52), merah rentang Koperasi B di Kuadran II. Koperasi yang ada
(51- (-5)). Hasil perolehan rentang tersebut dalam kuadran ini cenderung lemah atau sangat
diperoleh dari tabulasi setiap indikator dengan lemah dalam jatidirinya dan aplikasi aturan-aturan

TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693- 5


5241
Agus Tri Darmawanto, Maryunani, Iswan Noor

perkoperasian dan juga kecil daya saingnya. ditempatkan sebagai ”koperasi G” dalam kuadran
Banyak koperasi di Indonesia yang menempati ini.
posisi seperti ini antara lain menggambarkan Dalam menempatkan koperasi pada kuadran
bahwa koperasi ini tidak memiliki akar kuat harus diperhatikan konteks koperasi yang
dikalangan anggota atau lemahnya partisipasi bersangkutan, hingga mencerminkan profil
anggota. koperasi yang obyektif. Karena kuadran ini terdiri
Koperasi C di Kuadran III. Ada koperasi- dari dua poros, vertikal dan horizontal dan masing-
koperasi yang berhasil dalam bidang usaha dan masing poros dibagi menjadi tiga kemungkinan.
memiliki daya saing besar, akan lemah dan sangat Dengan menggeser tempat koperasi dari atas ke
lemah dalam jatidirinya dan pelaksanaan aturan- bawah atau sebaliknya, dari kanan ke kiri atau
aturan serta prinsipprinsip koperasi. Koperasi ini sebaliknya, maka tempat yang mendekati ketepatan
umumnya tidak terlalu memperhatikan kedudukan dapat diperoleh. Koperasi-koperasi yang letaknya
dan peran para anggota sebagai pemilik/pelanggan di luar kuadran kerangka kerja koperasi sudah tidak
dan kegiatannya lebih dilakukan dengan pihak luar relevan lagi untuk pengkajian koperasi dalam
koridornya. Sebenarnya koperasi-koperasi ini lebih konteks indeksasi ini. Tempat di kuadran V dan VI
merupakan korporasi, tetapi berbaju koperasi. adalah sekedar untuk perbandingan saja atau untuk
Tempatnya ada di kuadran III dan cenderung memahami proses yang terjadi.
menjadi koperasi E yang berada di luar kerangka Untuk memperoleh tempat yang tepat bagi
kerja koperasidan berubah statusnya menjadi koperasi dalam kuadran perlu diketahui
korporasi. kordinatnya dalam kuadran yang bersangkutan.
Koperasi D di Kuadran IV. Koperasi dalam Penjelasan diatas akan digambarkan dalam diagram
posisi ini adalah yang paling ideal, karena kuat 1.
jatidirinya, konsisten dalam aplikasinya, berakar Model ini sangat penting untuk mengenal
pada anggotaanggota yang mendukungnya dan tingkat kekuatan jatidiri dan pratek-praktek
berpartisipasi penuh. Di samping itu sebagai perkoperasian. Sebaliknya juga untuk mengetahui
sebuah perusahaan koperasi ini berhasil/sangat mengenai koperasikoperasi yang kehilangan
berhasil tanpa melanggar jatidirinya dan tetap jatidirinya, atau secara spesifik membedakan
dalam koridornya karena jenis kegiatannya mereka dari perusahaan kapitalis. Melalui analisis
terintegrasikan secara efektif. Koperasi-koperasi ini cepat dari kasus suatu koperasi dapat diketahui
memang ada di Indonesia, meskipun belum terlalu dengan adanya variasi konteks dan profilnya.
banyak. Koperasi-koperasi lain yang ada di Dengan memahami profil dan variasi konteks-
kuadrankuadran lain dapat dan hrus diarahkan konteks tersebut adalah sangat penting untuk dapat
memasuki kuadran IV ini, melalui cara-cara yang memperbaiki koperasi.
tepat. Untuk melihat perbedaan antara
Koperasi di Kuadran V dan VI. Kuadran ini organisasiorganisasi koperasi dapat digunakan dua
sudah berada di luar kerangka kerja koperasi. poros. Poros pertama (vertikal) mencerminkan
Koperasikoperasi di kuadran V adalah yang sudah jantung jatidiri koperasi meliputi nilai-nilai dan
tidak dapat atau tidak mampu berfungsi lagi karena legitimasi yang merupakan watak, prinsip-
lemahnya/ kehilangan sifat dan ciri-ciri koperasiya, prinsip/praktek perkoperasian dan sifat khas
tidak memiliki daya saing, bekerja sesuai dengan koperasi. Poros pertama ini juga dapat
aturan-aturan korporasi, itupun asal bisa hidup saja menunjukkan kepada kehilangan sepenuhnya
seperti ”koperasi F”. kelompok-kelompok arisan jatidiri koperasi dengan kehilangannya
dan kerjasama lain misalnya dapat saja kebersamaan (demutualisasi) koperasi. Poros
ditempatkan dalam kuadran VI ini. kedua (horisontal) mengukur dinamika-dinamika
Kuadran V adalah tempat bagi badan usaha lingkungan di mana koperasi beroperasi, dicirikan
yang mirip atau bekas koperasi dan bekerja semata- oleh makin kecilnya atau makin besarnya intensitas
mata atas dasar aturan-aturan korporasi seperti persaingan. Seperti halnya pada poros pertama,
”koperasi H”. mungkin pra-koperasi dapat
6 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015Nama Orang
Pengukuran Jatidiri dan Daya Saing Koperasi dengan Pendekatan Development Ladder Assesment (DLA) Studi

disini dapat terjadi pula bahwa sementara koperasi koperasi) dapat dibagi menjadi tiga kemungkinan:
beroperasi dalam lingkunagn tanpa persaingan. intensitas aplikasi kuat (+) dari nilai-nilai aplikasi
Gambar di atas mempertemukan kedua poros lemah (-) dan demutulisasi di mana koperasi telah
tersebut dan memungkinkan kita menggambarkan meninggalkan ikatan kebersamaannya dan berganti
perbedaan profil koperasi. Poros vertikal (jatidiri dengan status korpo-
tekanannya lebih diberikan pada peningkatan daya
Intensitas dari Jatidiri
Koperasi

saing, karena intensitas pelaksanaan jatidirinya


Jatidiri Koperasi - I IV
sangat baik. Garis lurus a dimaksudkan untuk
 A D
menentukan arah perbaikab itu sendiri yang dapat
Nilai-nilai Legitimasi
 Prinsip-prinsip dan Praktek-
praktek Perkoperasian



Pengendalian Demokratis
Pemilik Pelanggan
F
III
menempuh jalur yang berliku-liku tergantung
Cadangan yang tak dibagi II
 Pembagian SHU
B C
kondisi internal dan eksternal koperasi.
G +
Intensitas dari Aturan-
Koperasi B di kuadran II. Kedudukan koperasi
Lingkungan bukan Pasar
H
-
E
+
aturan Pasar
B dikuadran II sebagai titik temu koordinat Y+5
dan X-7 mencerminkan hubungannya dengan
Aturan-aturan dari  Solvabilitas Permintaan
Korporasi  Intensitas dari Kekuatan Pasar
 Deregulasi
 Globalsiasi
pemerintah. Karena intervensi pemerintah yang
Gambar 1. Kuadran Profil Koperasi (Keragaman relatif jauh ke dalam organisasi intern koperasi
Konteks Berdasarkan Jatidiri Koperasi) Sumber: (angka -7) akan sulit bagi koperasi untuk
Soedjono, 2003 mengembangkan jatidirinya (angka +5). Kalau
rasi. Poros horizontal (pasar bebas) juga dibagi koperasi A ditempatkan dalam kuadran II, maka
menjadi tiga bagian: intensitas persaingan yang intensitas ketelibatan pemerintah seharusnya
kuat (+), dan intensitas persaingan lemah (-) dan mendekati angka X-1. adalah sulit bagi koperasi A
lingkungan bukan pasar. dikuadran I untuk mencapai posisinya pada Y+8,
bilamana pemerintah melakukan intervensi yang
Grid Model Menurut ICA ROAP jauh. Upaya koperasi B untuk mencapai posisi
ideal akan jauh lebih sulit dari koperasi A, karena
Dengan menempatkan koperasi pada model
harus membebaskan diri dari intervensi yang
kisikisi, akan secara jelas diketahui kondisi
berlebihan dari pemerintah.
koperasi pada saat tertentu dilihat dari segi
Koperasi C di Kuadran III. Koperasi C dalam
perusahaan maupun perkumpulan. Kelebihan dari
posisi Y-9 dan X-4 sebenarnya sudah sulit tidak
model kisi-kisi ini adalah unsur pemerintah
memenuhi persyarayan sebagai koperasi lagi.
dimasukkan dalam sistem ini.
Kalau mau memeperbaiki koperasi seperti ini,
Dengan demikian model ini sekaligus dapat
maka akan menghadapi tiga kendala berat:
digunakan untuk mengukur intervensi pemerintah
mengembalikan wataknya dari korporasi menjadi
dalam pengembangan koperasi sebagaimana
koperasi dengan jatidirinya,
terdapat pada kuadran-kuadran bagian kiri sumbu
meniadakan/mengurangi intervensi pemerintah dan
X (kuadran II dan III). Adapun penjelasannya
memperkuat organisasi, manajemen dan usaha
sebagai berikut:
untuk mampu bersaing dalam pasar. Dalam kondisi
Diagram kisi-kisi grid model menurut ICA
seperti itu dan beratnya upaya penyelamatan, maka
ROAP secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai
cara yang paling logis adalah membubarkan
berikut:
koperasi yang bersangkutan atau membiarkan
Koperasi A di Kuadran I. Koperasi A yang
merubah dirinya sebagai korporasi (usaha berbasis
terletak pada titik temu kordinat Y+8 (absis) dan
modal).
X+5 (ordinat) menggambarkan keadaan yang
Koperasi D di Kuadran IV. Koperasi D dalam
cukup baik dilihat dari intensitas jatidiri (angka 8),
posisi Y-4 (yang lebih dekat dalam korporasi) dan
meskipun daya saingnya masih sedang (angka 5).
X+8 mempunyai posisi yang lebih ringan untuk
Garis a menunjukkan arah dan sekaligus jenis
penyesuaian kembali menjadi koperasi. Jarak
perbaikan yang perlu dilakukan untuk mendekati
diagramnya relatif pendek, meskipun dalam
kondisi yang ideal. Dalam kasus koperasi A
praktek belum tentu semudah apa yang dilihat pada
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693- 7
5241
Agus Tri Darmawanto, Maryunani, Iswan Noor

gambar. Hal ini sangat tergantung pada persepsi HASIL DAN PEMBAHASAN
koperasi yang bersangkutan dan besarnya kamauan Perbandingan Karakteristik KUD Subur,
untuk ”back to basics” atau kembali pada jatidiri KPRI UB dan KWSU BAM
koperasi yang sebenarnya
Perbandingan Karakteristik antara KUD
Subur, KPRI UB dan KWSU BAM masing-masing
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Analisa
Perbandingan karakteristik koperasi dengan
menggunakan empat variabel DLA yaitu visi,
Ja ti di r i Ko p er a s i ( Y ) (
kapasitas, sumber daya dan
10)

Kwadran I
Keadaan Terbaik
dan KWSU
7 A
a
BAM.
Kwadran II b Kwadran I

B
5

Mampu Bersaing
(Ekonomi Pasar Yang Sudah
Pengendalian Negara
(-10) -7 -4 5 9 Dideregulasi)
(-10)
d

( Kwadran III )
Kwadran IV

C -9

( Kwadran III )
Keadaan Terburuk

(-10)

Prinsip-prinsip Perusahaan
dengan Orientasi Invesator
( Perusahaan Dikendalikan Dan
Digerakan Oleh Modal)

Gambar 2. Diagram Kisi-Kisi (Grid Model) menurut


ICA
ROAP
Sumber: Soedjono, 2003

jaringan kerja.
Berdasarkan penilaian variabel visi, kapasitas,
sumber daya dan jaringan kerja. KUD subur berada KUD Subur, KPRI UB
pada zona kuning dengan skor 90 atau tepatnya Sumber: Data Primer, Diolah
berada pada rentang 57–97, artinya KUD subur
dalam kinerja pada umumnya memuaskan namun Berdasarkan gambar 3 koperasi-koperasi yang
ada perlu indikator-indikator-indikator yang perlu diteliti dalam penelitian ini berada dalam kuadran
dilakukan perbaikan. KPRI UB berada pada zona I. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi-koperasi
hijau dengan skor 119 atau tepatnya berada pada baik dalam mengimplementasikan jatidirinya
rentang 98-145, artinya KPRI UB dalam kinerjanya namun masih lemah dalam menghadapi intensitas
baik dari segi visi, kapasitas, sumber daya dan pasar (persaingan). Indikator-indikator yang
jaringan kerja. Sedangkan, KWSU BAM berada terdapat dalam kuadran I KUD Subur antara lain;
pada zona hijau dengan skor 124 atau tepatnya (i) nilai-nilai dan legitimasi; (ii) pengendalian
berada pada rentang 98–145, artinya KWSU BAM secara demokratis; (iii) SHU dan (iv) pemilik dan
dalam hal kinerjanya baik dari segi visi, kapasitas, pengguna jasa (v) globalisasi. Indikatorindikator
sumber daya dan jaringan kerja. yang terdapat dalam kuadran I KPRI UB kuadran
Keragaman Konteks Berdasarkan Jatidiri KUD II antara lain; (i) solvabilitas dan (ii) intensitas
Subur, KPRI UB dan KWSU BAM dengan Model kekuatan pasar dan (iii) SHU. Sedangkan
Daniel Cote. indikatorindikator yang perlu diperbaiki KWSU
Berikut gambar keragaman konteks BAM dalam kuadaran I yaitu, globalisasi dan
berdasarkan Jatidiri secara keseluruhan KUD kuadran II yaitu solvabilitas. Harapannya baik
Subur, KPRI UB indikator-indikator yang terdapat dalam kuadran I
dan II dapat menuju ke arah kuadran yang di

8 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015Nama Orang


Pengukuran Jatidiri dan Daya Saing Koperasi dengan Pendekatan Development Ladder Assesment (DLA) Studi

idealkan yaitu kuadran IV, dimana memiliki jatidiri koperasi tersebut termasuk kategori koperasi yang
yang baik dan dapat berdaya saing. berjatidiri dan mampu melakukan persaingan.
Meskipun demikian dalam hal konteks berdaya
Model Kisi-Kisi (Grid Model) KWSU BAM saing ketiga koperasi tersebut memiliki karakter
Menurut ICA ROAP KUD Subur, KPRI yang berbeda-beda. Pertama, KUD subur sebagai
UB dan KWSU BAM koperasi bentukan pemerintah, baik dalam
mengaplikasikan jatidiri koperasi, namun dalam
Berikut ini merupakan gambar diagram model
melakukan persaingan masih rendah. Kedua, KPRI
kisi-kisi (Grid Model) secara keseluruhan dimana
UB baik dalam melakukan jatidiri koperasi
menunjukkan kondisi existing masing-masing
meskipun dalam penerapan jatidiri masih dan
koperasi. Berdasarkan gambar diagram model kisi-
cukup baik dalam melakukan persaingan. Ketiga,
kisi grid model ICA ROAP menunjukkan bahwa
KWSU BAM sangat baik dalam menerapkan
KUD Subur, KPRI UB dan KWSU BAM telah
jatidiri koperasi dan baik melakukan persaingan.
menempati pada kuadran I. Artinya, Ketiga
antara lain; (i) nilai-nilai dan legitimasi; (ii) indikatorindikator yang terdapat dalam kuadran I
pengendalian secara demokratis; (iii) pemilik dan dan II dalam model daniel cote. Sebagaimana
pengguna jasa; (iv) dana cadangan. Indikator- dikaitkan dengan model daniel cote masih terdapat
Indikator yang terdapat dalam kuadran I KWSU beberapa indikator yang terdapat dalam kuadaran I
BAM yaitu indikator globalisasi. antara lain; (i) nilainilai dan legitimasi; (ii)
Namun, masih banyak indikator-indikator pengendalian secara demokratis; (iii) SHU dan (iv)
yang lebih penting untuk diperhatikan yaitu pada pemilik dan pengguna jasa (v) globalisasi.
kuadran II, dimana masih banyak indikator- Sedangkan untuk kuadran II juga masih banyak
indikator yang masuk dalam kuadran tersebut. Hal indikator-indikator dalam kuadran tersebut, antara
tersebut menggambarkan bahwa koperasi-koperasi lain; (i) solvabilitas; (ii) intensitas Kekuatan Pasar
mengindikasikan ke arah aturan-aturan korporasi. dan (iii) Dana Cadangan. Kemudian, untuk KPRI
Ada beberapa indikator yang perlu diperbaiki pada UB masih ada beberapa indikator yang terdapat
KUD Subur dalam kuadran II antara lain; (i) dalam kuadran I antara lain; (i) nilai-nilai dan
solvabilitas; (ii) intensitas Kekuatan Pasar dan (iii) legitimasi; (ii) pengendalian secara demokratis;
Dana Cadangan. Indikatorindikator yang perlu (iii) pemilik dan pengguna jasa; (iv) dana
diperbaiki KPRI UB dalam cadangan. Sedangkan untuk kuadaran II masih
banyak indikatorindikator dalam kuadran tersebut
antara lain; (i) solvabilitas dan (ii) intensitas
kekuatan pasar dan (iii)
SHU. Selanjutnya, untuk KWSU BAM
indikatorindikator yang terdapat dalam kuadran I
hanya indikator globalisasi dan di dalam kuadran II
hanya terdapat indikator solvabilitas. Indikator-
indikator yang perlu diperbaiki oleh KWSU BAM
relatif sedikit di bandingkan dengan KUD Subur
maupun KPRI UB.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan


Berdasarkan penilaian DLA dengan variabel
Gambar 4. Model Kisi-Kisi (Grid Model) KUD visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja,
Subur, KPRI UB dan KWSU BAM menurut ICA
KUD subur berada pada zona kuning artinya KUD
ROAP Sumber: Data Primer, Diolah
subur dalam kinerja pada umumnya memuaskan.
KUD Subur masih rendah dalam melakukan
Namun, ada perlu indikator-indikator-indikator
persaingan dikarenakan masih banyaknya
yang perlu dilakukan perbaikan dalam manajemen
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 ISSN: 1693- 9
5241
Agus Tri Darmawanto, Maryunani, Iswan Noor

organisasi. KPRI UB dan KWSU BAM berada Mengupayakan peningkatan kesejahteraan


pada zona hijau, artinya KPRI UB dan KWSU anggota dalam bentuk pembagian SHU dan dana
BAM menunjukkan kinerja yang baik dari segi cadangan dalam lembaga koperasi yang selama ini
visi, kapasitas, sumber daya dan jaringan kerja. masih fluktuatif.
Berdasarkan analisa Daniel cote, KUD subur, Variabel-variabel yang digunakan dalam
KPRI UB dan KWSU BAM ini secara umum konsep DLA ini harapannya dapat terus untuk
memposisikan berada dalam kuadran I. Hal ini dikembangkan seiring dengan dinamika
menunjukkan bahwa koperasi-koperasi perkoperasian. Karena, konsep DLA yang
menunjukkan kinerja yang baik dalam dilakukan dalam penelitian ini tentunya masih
mengimplementasikan jatidirinya namun masih memiliki kelemahan-kelemahan dalam penggunaan
lemah dalam menghadapi intensitas pasar variabel-variabel untuk pengukuran jatidiri
(persaingan). koperasi.
Berdasarkan analisa Grid Model, KUD Subur,
KPRI UB dan KWSU BAM telah menempati pada DAFTAR RUJUKAN
kuadran I. Artinya, Ketiga koperasi tersebut Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta:
termasuk kategori koperasi yang berjati diri dan Rineka Cipta.
mampu melakukan persaingan. KUD subur ICA. 1995. Statement on the Cooperative Identity”,
menunjukkan kinerja yang baik dalam Report to the 31 st Congress Manchester in Review
mengaplikasikan jati diri koperasi, namun dalam of International Cooperation, 88.3.
melakukan persaingan masih rendah. KPRI UB Maryunani. 2007. Pengukuran Jatidiri Koperasi
terhadap KUD, Koperasi Fungsional dam
baik dalam mengaplikasikan jati diri koperasi dan
Koperasi Gerakan dengan Pendekatan
cukup dalam melakukan persaingan. KWSU BAM Development Laddder Assesment (DLA). Proposal
sangat baik dalam mengaplikasikan jatidiri Adopkop Indonesia.1–2.
koperasi dan baik dalam melakukan persaingan. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghaliia
Indonesia Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Jakarta:
Saran Ghalia Indonesia
North, C.D. 1991. Institution, Institutional Change and
Kekuatan internal anggota dalam upaya Economic Performance Political Economy of
meningkatkan kecukupan modal koperasi Institution and Decisionss, Cambridge Unversity
ditingkatkan melalui simpanan wajib, simpanan Press.
pokok dan simpanan sukarela. Meminimalkan Pranaji. 2003. Reformasi Kelembagaan dan
kekuatan permodalan akan ketergantungan dari Kemandirian Perekonomian Pedesaan Kajian
pihak luar. Sehingga, untuk mengurangi beban pada Kasus Agrebisnis Padi Sawah. Makalah
hutang dalam sisi kewajiban. Seminar Nasional” Peluang Indonesia untuk
Harapannya perlunya adanya dukungan Mencukupi Sendiri Kebutuhan Beras
Nasionalnya”. Badan Litbang Pertanian,
penerapan sistem tanggung renteng koperasi yang
Departemen Pertanian, Jumat 2 Oktober 2003 di
diterapkan dalam implementasi praktik-praktik Bogor.
perkoperasian, guna untuk memperkokoh kekuatan Soedjono, I. 2003. Instrumen-InstrumenPengembangan
keanggotaan koperasi dan menerapkan koperasi Koperasi. Jakarta: LSP2I.
yang berjati diri.dan Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
berdaya saing Alfa Beta.
Forum komunikasi, pelatihan, pendidikan Wiratha, I.M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial
berkaitan dengan perkoperasian maupun Ekonomi. Yogyakarta: Andi offset.
penyikapan teknologi informasi harapannya secara
rutin untuk terus dilaksanakan sebagai upaya
melibatkan partisipasi aktif anggota dan
peningkatan sumber daya manusia dalam
perkoperasian.

10 JURNAL APLIKASI MANAJEMEN | VOLUME 13 | NOMOR 4 | DESEMBER 2015Nama Orang

You might also like