You are on page 1of 10

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MDSM), PENDEKATAN

NORMATIF VERSUS KONTEKSTUAL

Siswanto1

ABSTRACT
There has been a number of human resource management (HRM) books offering principles, components, and step-
by-step of HRM. However, there are no books which elaborate how to practice HRM contextually in reality. This article
aims at elaborating HRM practice contextually, either in health organizations or non-health organizations. From analysis
of general management and HRM references, a number of points can be identified as follows. First, from the perspective
of philosophy of sciences, management sciences can be categorized into two groups, i.e. instrumental view, starting the
analysis from “organization” and social action view, starting the analysis from “actors’ actions”. Second, HRM models
can also be categorized into two groups, i.e. hard model (Michigan model), focusing on “organization”, and soft model
(Harvard model), focusing on “human needs”. Third, in real HRM practice a manager should integrate hard model and
soft model to form a long spectrum in such a way that he can move from one pole to another pole to adjust with variance
of organization as an entity and variance of organization components within which he manages. It can be concluded that
an effective manager is the one who is mastering all of HRM approach models, then he can implement them in proper
situations (contingency in characteristics).

Key words: human resource management, intrumental, social action, contingency

ABSTRAK
Banyak buku-buku manajemen sumber daya manusia (MSDM) menawarkan prinsip-prinsip, komponen, dan langkah-
langkah MSDM. Namun demikian, belum ada buku yang membahas bagaimana sesungguhnya MSDM dipraktikkan
secara kontekstual. Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi praktik MSDM secara kontekstual, berlaku baik organisasi
kesehatan maupun non-kesehatan. Dari analisis terhadap referensi manajemen secara umum dan juga MSDM, sejumlah
poin penting dapat diidentifikasi sebagai berikut. Pertama, secara filsafat ilmu analisis ilmu manajemen terbagi dalam
dua kelompok, yakni cara pandang instrumental (instrumentl view) yang analisisnya bertolak dari “organisasi” dan cara
pandang tindakan sosial (social action view) yang analisisnya bertolak dari “tindakan aktor”. Kedua, model MSDM juga
terbagi dalam dua kelompok, yakni hard model (model Michigan) yang berorientasi pada “organisasi” dan soft model (model
Harvard) yang berorientasi pada “kebutuhan manusia”. Ketiga, dalam praktik MSDM sesungguhnya seorang manajer harus
mengintegrasikan hard model dan soft model dalam suatu spektrum, sehingga ia mampu bergerak dari satu kutub ke kutub
lainnya untuk menyesuaikan dengan variasi organisasi sebagai sebuah entitas dan variasi komponen di dalam organisasi
yang ia pimpin. Dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa seorang manajer yang efektif adalah seseorang yang menguasai
kesemua model pendekatan MSDM, kemudian ia mampu menerapkannya pada situasi yang tepat (bersifat kontijensi).

Kata kunci: manajemen sumber daya manusia, instrumental, tindakan sosial, kontijensi

Naskah masuk: 9 Desember 2009, Review 1: 11 Desember 2009, Review 2: 11 Desember 2009, Naskah layak terbit: 21 Desember 2009

PENDAHULUAN preskriptif, atau generik, adalah terkait dengan “apa


yang seharusnya oleh para manajer lakukan dalam
Sebagaimana sudah banyak dituangkan
mengelola organisasi”. Domain normatif biasanya
dalam berbagai tulisan ilmiah bahwasanya ilmu
dibatasi oleh teori-teori yang sudah mapan dan bersifat
manajemen selalu dapat dilihat dalam dua perspektif,
linear-rasional, dikembangkan dengan pendekatan
yakni normatif dan realitas. Perspektif normatif,

1 ���������������������������������������������������������������������������������������������
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Jl. Indrapura 17 Surabaya.
Korespondensi: ...............................
E-mail: siswantos@yahoo.com

32
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

kuantitatif-verifikatif. Sementara, perspektif realita, Fenomena demikian, sudah barang tentu juga
profane, deskriptif, atau kontekstual, adalah terjadi pada ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia
pandangan yang terkait dengan “praktik sebenarnya (MSDM). Dalam buku-buku teks tentang MSDM kita
tentang manajemen di lapangan dalam mengelola biasanya akan dengan mudah menemukan fungsi-
organisasi”. Domain deskriptif, biasanya dikembangkan fungsi MSDM secara normatif (lihat Bernardin &
dari penelitian-penelitian yang bersifat kualitatif- Russell, 1993; Ivancevich, 1995). Buku-buku demikian
eskploratif. Pendekatan normatif versus deskriptif biasanya menguraikan dengan gamblang tentang
demikian tentunya juga berlaku pada organisasi ”apa yang seharusnya dikerjakan oleh manajer
kesehatan, misalnya, Dinas Kesehatan, Rumah terkait dengan manajemen sumber daya manusia”.
Sakit, dan Puskesmas. Strauss dkk. (1963), misalnya, Bahasannya biasanya menyangkut komponen
meneliti interaksi antar aktor (dokter, perawat, dan fungsi-fungsi MSDM berserta uraian ”how to do” dari
manajemen) pada setting organisasi rumah sakit masing-masing komponen. Sebaliknya, manajemen
dengan pendekatan deskriptif kualiatif, menemukan deskriptif (kontekstual) tentang MSDM, biasanya kita
bahwa interaksi antar aktor di rumah sakit adalah ketemukan dalam tulisan jurnal, tesis, atau disertasi
berpola sebagai “negotiated order”. Artinya, yang yang bertujuan memperbaiki atau melengkapi teori
terjadi sesungguhnya dalam interaksi antar aktor yang sudah mapan, sebagaimana ditulis dalam buku-
di rumah sakit adalah jauh dari praktik manajemen buku teks.
instrumentalistik (POAC, atau POSDCORBE), namun Dalam rangka untuk memahami MSDM secara
lebih kepada proses negosiasi antar aktor (dokter, utuh dan komprehensif, kiranya perlu dibahas
perawat dan manajemen). komparasi antara pendekatan normatif dan kontekstual
Pengembangan ilmu manajemen dalam perspektif dalam MSDM. Tulisan ini bertujuan untuk membahas
realita ini dalam tiga dekade terakhir menjadi sangat manajemen sumber daya manusia dalam pandangan
berkembang. Sebut saja, tulisan Minzberg dengan normatif versus kontekstual, guna mendapatkan
judul: ”The Manager’s Job: Folklore and Facts” adalah pemahaman MSDM secara kritis dan analitis.
hasil dari pertanyaan sederhana yang diangkat oleh
Mintzberg, yaitu (i) apa yang sesungguhnya dikerjakan DUA CARA PANDANG DALAM ILMU
manajer?, (ii) bagaimana organisasi membentuk MANAJEMEN
struktur oleh dirinya sendiri?, (iii) bagaimana strategi
organisasi terbentuk? (Mintzberg, 2005). Untuk Realitas sosial yang bernama ‘organisasi’ telah
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Mintzberg dimaknai oleh berbagai pengemuka teori manajemen
melakukan observasi terhadap kegiatan manajer sesuai dengan latar belakang dari pengemuka teori,
(semacam time and motion study). Hasil pengamatan karena latar belakang seseorang akan mengarahkan
Mintzberg ini mampu menghasilkan cara pandang lain kepada objek formal ilmu (teropong) tertentu yang
tentang ilmu manajemen. Sebagaimana dimaklumi, digunakannya. Seorang engineer akan melihat
pada perkembangan awal, ilmu manajemen sangat organisasi sebagai mesin, behaviorist melihatnya
didominasi oleh cara pandang instrumentalism, yakni sebagai sasana memenuhi kebutuhan manusia,
organisasi dilihatnya sebagai ”alat” (lihat POAC-nya biologist melihatnya sebagai sistem organisme,
Taylor, POSDCORBE-nya Gulick, dan sebagainya). matemathician melihatnya sebagai entitas matematik,
Melalui metode pengelompokan secara tematik, political scientist melihatnya sebagai wahana politik,
Mintzberg telah berhasil mengidentifikasi tiga dan akhirnya anthropologist melihatnya sebagai entitas
peran utama manajer, yakni (i) interpersonal roles, budaya. Cara pandang (teropong ilmu) yang berbeda
(ii) information roles, dan (iii) decision roles, yang inilah yang melahirkan beragam teori manajemen.
mana dalam masing-masing jenis peran masih Lebih jauh, Morgan (1996) menyatakan bahwa
mengandung beberapa sub-jenis peran (Pugh, bermacam cara pandang dalam teori organisasi ini
1990). Hasil penelitian Minztberg ini menawarkan ibarat metafora. Dinamakan metafora karena setiap
”sesuatu yang berbeda” dibandingkan dengan para teori mencoba melihat ‘organisasi’ dan ‘manajemen’
pendahulunya (Taylor, Gulick), yang terkesan sangat menurut kaca matanya (analogi) masing-masing,
normatif. tanpa melihat realitas praktek manajemen yang
senyata-nyatanya.

33
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Degeling (1997) membagi kesemua hiruk- yang bersifat dinamis, sesaat, dan berubah dari waktu
pikuk ilmu organisasi dan manajemen menjadi ke waktu. Karena cara pandang ini menjelaskan apa
dua kelompok cara pandang, yakni cara pandang yang sebenarnya dikerjakan oleh para aktor termasuk
instrumental (instrumental view) dan cara pandang manajer pada kehidupan nyata organisasi, maka
tindakan sosial (social action view). Dalam cara cara pandang ini sering disebut dengan pemikiran
pandang instrumental, objek formal yang dilihat adalah manajemen deskriptif, profane atau realita.
organisasi (sekelompok orang dalam kelembagaan), Perdebatan cara pandang instrumental dengan
sehingga organisasi bersifat pre-existent (organisasi cara pandang tindakan sosial dalam ilmu manajemen
sudah ada lebih dulu sebelum tindakan para sesungguhnya analog dengan perdebatan panjang
anggotanya); manajemen dilihat sebagai aktivitas tentang terbentuknya struktur sosial dalam sosiologi.
yang rasional, sekuensial (urut), prediktif, dan bebas Pada sebagian teori, misalnya Durkheim, menyatakan
dari kepentingan manajer. Dengan kata lain, aktivitas bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh hukum
manajemen adalah penguasaan ilmu yang bersifat umum dari suatu struktur sosial; sementara teori
‘teknik’ untuk menjalankan organisasi. Cara pandang lainnya, Weber misalnya, menyatakan bahwa perilaku
ini sering disebut dengan manajemen normatif atau individu berawal dari motif-motif dan pemaknaan
preskriptif, karena berusaha menawarkan resep realitas yang berasal dari diri individu sendiri (Worsley,
yang bersifat generik. 1991). Dengan mencermati apa yang telah diuraikan
Sebaliknya, objek formal pada cara pandang diperoleh pemahaman yang semakin jelas, bahwa
tindakan sosial dimulai dari individu (aktor) yang semua teori manajemen telah menggunakan objek
ada dalam organisasi; dengan demikian diskursus formal (objek keilmuan) yang berbeda dalam melihat
dalam cara pandang ini adalah membahas “apa yang apa itu organisasi dan apa itu manajemen, yang
dikerjakan para aktor dalam membangun interaksinya berakibat pada pemaknaan parsial ketimbang
dengan aktor lain sehingga terbentuklah organisasi pemaknaan yang utuh. Perbandingan cara pandang
(getting organized)”. Organisasi dilihatnya sebagai instrumental dan cara pandang tindakan sosial dapat
produk dari tindakan para aktor yang terlibat (non pre- dideskripsikan pada Tabel 1.
existent), dan perilaku para aktor bukanlah semata- Kalau kita melihat Tabel 1, maka dalam praktik
mata produk manajer tapi lebih kepada produk manajemen yang sebenarnya tampaknya baik
individual masing-masing aktor dalam memaknai pendekatan normatif maupun pendekatan deskriptif
realitas dan untuk mengejar kepentingannya. harus tetap dijalankan secara bersama-sama.
Konsekuensinya, ’organisasi’ merupakan entitas Pertanyaannya adalah pada konteks apa harus

Tabel 1. Perbandingan Cara Pandang Instrumental Vs Cara Pandang Tindakan Sosial (hasil analisis oleh
penulis)
Cara Pandang Instrumental (intrumental Cara Pandang Tindakan Sosial
No Domain
view) (Social action view)
1 Asumsi Terdapat metoda dan prinsip-prinsip umum Terdapat metoda dan prinsip-prinsip umum
untuk mengelola organisasi (sekelompok untuk memengaruhi orang (individu) untuk
orang) untuk mencapai tujuan tertentu mencapai tujuan tertentu
2 Ontologi:
− Objek Manusia Manusia
material
− Objek Organisasi (sekelompok orang dalam Tindakan sosial individu (aktor)
formal kelembagaan)
3 Epistemologi Melihat dan menganalisis perilaku orang- Melihat dan menganalisis perilaku orang-
orang di dalam ‘organisasi’ (kelembagaan) orang dalam berinteraksi sehingga
membentuk komunitas ’organisasi’ (getting
organized)

34
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

Cara Pandang Instrumental (intrumental Cara Pandang Tindakan Sosial


No Domain
view) (Social action view)
4 Konsekuensi
perbedaan
ontologi dan
epistemologi
(1) Definisi tentang Organisasi adalah alat untuk mencapai Organisasi adalah produk dari tindakan sosial
organisasi tujuan kelompok, yang keberadaannya tidak para anggota melalui negosiasi makna dan
tergantung dari persepsi, pemahaman, dan kepentingan, sehingga organisasi bersifat
kepentingan dari aktor di dalam maupun di dinamis dan sesaat
luar organisasi.
(2) Definisi tentang Aktivitas manajemen diasumsikan netral, Aktivitas manajemen adalah tidak netral,
manajemen rasional, dapat diprogramkan, dan bebas kadang irasional, tergantung persepsi dan
dari persepsi dan kepentingan manajer kepentingan manajer
(3) Diskursus Diskursus mencakup tema: tujuan Diskursus mencakup tema: tata nilai, norma,
organisasi, tugas, wewenang, peran, ritual, seremoni, pemaknaan realitas,
fungsi, perencanaan, departemenisasi, kepentingan, kekuasaan (power), negosiasi,
penggerakan, motivasi, monitoring, evaluasi, kompromi, tawar- menawar, dan sejenisnya
efektivitas, efisiensi dan sejenisnya
(4) Konsep struktur Struktur organisasi adalah bagan organisasi Struktur organisasi adalah pola hubungan
organisasi yang menggambarkan pembagian tugas perilaku antar anggota yang terlibat,
dan fungsi dari bagian-bagian organisasi yang bukan semata-mata sebagai produk
yang diasumsikan akan membentuk perilaku manajemen tapi lebih kepada hasil kontes
anggota organisasi, oleh karenanya perilaku pemaknaan realitas dan perebutan
anggota organisasi dianggap sebagai produk kepentingan antar aktor yang terlibat
manajemen
(5) Konsep tentang Perilaku anggota organisasi dibentuk dan Perilaku anggota dalam organisasi adalah
perilaku anggota diarahkan oleh manajemen dalam bentuk hasil dari proses negosiasi kepentingan dan
di dalam aturan dan prosedur, guna pencapaian kontes pemaknaan yang dilembagakan oleh
organisasi tujuan organisasi aktor yang terlibat
5 Aksiologi Ilmu yang ditawarkan bersifat preskriptif Ilmu yang ditawarkan bersifat deskriptif
(normatif) tentang teknik dan prosedur (eksplanatif), kemudian aksiologinya bersifat
memanage organisasi taktik dan strategi memengaruhi orang lain

menjalankan manajemen normatif, dan pada konteks SDM, penggajian (compensation), kesehatan dan
apa harus menjalankan manajemen deskriptif. keselamatan kerja (occupational health and safety),
Hal ini tentunya memerlukan ”seni” dalam praktik dan hubungan industrial (employee and labour
manajemen yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidak relation), serta fungsi pendukung lainnya dalam
dapat dipungkiri bahwa praktik manajemen adalah bentuk riset SDM (human resource research) (Masdar,
”kombinasi ilmu dan seni” untuk mengelola manusia Asmorowati & Irianto, 2009). Uraian dari fungsi-fungsi
dalam mencapai tujuan tertentu. MSDM dapat dilihat pada Tabel 2.
Untuk menjelaskan keterkaitan antar konsep
MODEL NORMATIF MSDM (konstruk) dalam ruang lingkup MSDM, para ahli telah
mengembangkan berbagai model MSDM. Banyak
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah model yang telah dikembangkan oleh para ahli,
penggunaan (utilisasi) sumber daya manusia namun dalam bahasan ini hanya dikemukakan dua
dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang telah model MSDM, yakni model Michigan dan Harvard.
ditetapkan. Tentu saja ini adalah definisi normatif Kedua model ini dibahas di sini karena kedua model ini
MSDM yang memberikan penekanan bahwa organisasi menggunakan pendekatan yang berlawanan, di mana
adalah alat untuk mencapai tujuan, yang merupakan model Michigan berorientasi pada “tujuan organisasi”
interpretasi organisasi secara normatif. sehingga sering disebut “hard model” sedangkan
Dalam MSDM terdapat berbagai fungsi, yakni model Harvard lebih berorientasi pada “manusia”
staffing (rekrutmen dan seleksi), pengembangan sehingga sering disebut “soft model”. Dikaitkan dengan

35
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Tabel 2. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (Masdar, Asmorowati dan Irianto, 2009)

No Fungsi Kegiatan
1 Staffing Analisis jabatan
Perencanaan SDM
Rekrutmen dan Seleksi
2 Pengembangan SDM (Human resource Pelatihan dan pengembangan
development) Perencanaan karir
Penilaian kinerja
Pengembangan organisasi
3 Penggajian (compensation) Gaji pokok
Tunjangan fungsional dan struktural
Tunjangan lain
4 Kesehatan dan keselamatan kerja Jaminan kesehatan
(Occupational health and safety) Jaminan keselamatan
5 Hubungan industrial (Employee and labour Serikat pekerja
relation)
6 Riset SDM (Human resource researh) Riset pada semua fungsi MSDM untuk mendukung
organisasi dalam mengelola SDM

analisis bahwa cara pandang organisasi terdikotomi Pada Gambar 1, terlihat bahwa terdapat
menjadi cara pandang instrumental versus tindakan hubungan erat antara misi dan strategi organisasi
sosial, maka dapat dikatakan bahwa model Michigan dengan lingkungan (ekonomi, politik dan budaya),
merupakan interpretasi organisasi sebagai alat untuk yang selanjutnya misi dan strategi organisasi
mencapai tujuan (instrumental view), sedangkan akan memengaruhi penstrukturan organisasi dan
model Harvard merupakan interpretasi organisasi manajemen SDM. Selanjutnya pada Gambar 2,
sebagai produk tindakan sosial (social action view). menggambarkan kerangka kerja sederhana tentang
Model Michigan terdiri dari dua perspektif, hubungan antara seleksi, kinerja, penghargaan,
yakni perspektif hubungan antara strategi dengan reward, dan pelatihan. Di sini tampak ada hubungan
lingkungan (Gambar 1) dan perspektif MSDM-nya timbal balik antara kinerja, penghargaan, reward dan
sendiri (Gambar 2) (Gill, 1999). training. Sebagaimana sudah disitir di depan, jelas

Political
Forces

Economic Cultural
Forces Forces

Mission and
Strategy

Organizational Organization Human Resource


Structure Management

Gambar 1. Perspektif Hubungan antara Strategi dengan Lingkungan Model Michigan

36
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

Reward

Selection Performance Appraisal

Training

Gambar 2. Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia Model Michigan

Stakeholder
interests:
- Shareholders
- Management
- Employee groups
- Government
- Community
- Unions
HRM policy
HRM outcomes Long term
choices:
(4Cs): consequences:
- Employee
- Commiment - Individual well-
Situational influence
- Competences being
falctors: - Human recource
- Congruence - Organizational
- workforce flow
- Labour market effectiveness
characteristics - Reward system
- Cost effectiveness - Societal well-being
- Business strategy - Work system
and conditions
- Management
philosophy
- Labour market
- Task technology
- Law and societal
values

Gambar 3. Kerangka Kerja MSDM Model Harvard

sekali tampak bahwa model Michigan menekankan kebijakan manajemen SDM yang akan digunakan.
pada “kepentingan organisasi”, sehingga pendekatan Pilihan manajemen SDM untuk merespon kedua hal
ini sering disebut “hard model”. tersebut meliputi pengaruh pegawai, alur SDM, sistem
Sementara itu, model Harvard menggambarkan penghargaan, dan sistem pekerjaan.
kerangka kerja yang menghubungkan antara pilihan Dari upaya strategi organisasi dalam memilih
kebijakan MSDM dengan lingkungan internal dan pilihan kebijakan, selanjutnya akan diperoleh hasil
eksternal, serta keterkaitannya dengan outcome SDM manajemen SDM berupa 4 Cs, yakni Commitment
dan konsekuensi jangka panjangnya (lihat Gambar (komitmen), Competence (kompetensi), Congruence
3) (Gill, 1999). (keselarasan), dan Cost effectiveness (efektivitas
Pada Gambar 3, terlihat bahwa lingkungan biaya). Hasil jangka panjang yang diharapkan dari
eskternal (stakeholder interests) dan lingkungan pencapaian 4 Cs adalah kesejahteraan individu,
internal (situational factors) menentukan pilihan efektivitas organisasi dan juga kesejahteraan

37
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Tabel 3. Perbandingan Model Michigan dan Model Harvard dalam MSDM (Dimodifikasi dari Masdar, Asmorowati
& Irianto, 2009; Gill, 1999)
Aspek Model Michigan (Hard Model) Model Harvard (Soft Model)
Fokus Kinerja individu untuk mencapai tujuan Manusia (SDM) sebagai aset organisasi
organisasi
Dasar Kontrol organisasi terhadap SDM Pengembangan manusia (human development)
Konsentrasi Penyesuaian cara manajemen SDM dengan misi Peningkatan kompetensi dan komitmen untuk
dan strategi organisasi daya saing organisasi
Isi Siklus MSDM, manajemen strategis SDM Sistem MSDM, Outcome MSDM
Komponen Struktur organisasi, misi dan strategi organisasi,
Pilihan kebijakan MSDM (sistem pekerjaan,
MSDM yang terdiri dari seleksi, kinerja, imbalan, alur SDM, dan pengaruh karyawan),
penghargaan, imbalan dan pengembangan faktor situasional, faktor stakeholders, outcome
SDM, dan konsekuensi jangka panjang
Strategi − Penyelarasan antara SDM dengan strategi − SDM dianggap sebagai “human assets”
bisnis − Mendorong komitmen dengan pelibatan,
− SDM dianggap sebagai biaya partisipasi dan komunikasi
− SDM dianggap sebagai faktor dalam produksi − Pengembangan dan pelatihan untuk memenuhi
kebutuhan individu dan organisasi
Klasifikasi Pendekatan normatif Pendekatan analitis (deskriptif)

masyarakat secara lebih luas. Sebagaimana juga metafora mempunyai kelebihan dan kekurangannya
sudah disitir di depan, bahwa model Harvard lebih masing-masing dalam menganalisis ilmu manajemen
menekankan pada “manusia” sebagai aset organisasi; (Morgan, 1996).
oleh karena itu model Harvard ini sering disebut Selanjutnya Quinn dkk. (2000) menawarkan
dengan ”soft model”. sebuah kerangka tunggal tentang kompetensi peran
Bila kedua model tersebut dibandingkan, maka dasar yang harus dikuasai oleh seorang manajer
secara umum perbandingan tersebut dapat dilihat agar dia mampu menjadi manajer yang efektif.
pada Tabel 3. Quinn menyatakan bahwa seorang manajer harus
mempunyai delapan kompetensi peran dasar secara
simultan dan menyeluruh guna merespon masalah
PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM MSDM
manajemen dari berbagai dimensi. Yang menarik dari
Sebagaimana telah diuraikan pada Tabel 3, model Quinn adalah bahwa ke delapan peran dasar
bahwasanya terdapat dua model MSDM, yakni tersebut bersifat ”bersaing”, artinya komponen peran
pendekatan hard dan pendekatan soft. Bila ditarik dasar tersebut bersifat paradoks (berlawanan) satu
benang merah dalam konteks pengembangan ilmu dengan yang lainnya, namun ke delapannya harus
manajemen, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan dikuasai dan dipraktikkan secara simultan. Dengan
hard adalah diturunkan dari falsafah Taylorism memainkan kedelapan peran bersaing tersebut secara
(scientific management), yang lebih menekankan tepat waktu dan situasi, maka pengamat dari luar
pada ”rekayasa SDM” untuk kepentingan organisasi. akan melihat perilaku manajer sepertinya tidak logis,
Sedangkan, pendekatan soft diturunkan dari falsafah tidak konsisten dan kontradiktif. Namun demikian,
hubungan kemanusiaan (human relations), yang bila dilihat secara utuh, perilaku yang kontradiktif itu
lebih menekankan pada komitmen dan keinginan menyatu dalam keseluruhan yang bersifat dinamis
SDM, sehingga misi organisasi merupakan komitmen dalam rangka menyesuaikan peran dan situasi, untuk
bersama. mencapai tujuan yang konsisten.
Dalam ilmu manajemen secara umum, sebenarnya Analog dengan model yang telah diusulkan oleh
juga terdapat setidaknya enam model (metafora) untuk Quinn, pendekatan soft dan hard dalam MSDM juga
menjelaskan fenomena manajemen, yakni Scientific dapat dipergunakan sebagai kerangka tunggal dalam
Management, Human Relations, Systems (Organic), manajemen SDM. Artinya untuk mempraktikkan
Contingency, Culture dan Politics. ��������������
Masing-masing MSDM yang efektif, manajer harus menggunakan

38
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

Tabel 4. Delapan Peran Dasar Manajer Dalam Satu Kerangka Tunggal Menurut Quinn∗)
Model/Metafora Peran Dasar Kecakapan Inti dari Masing-masing Peran Dasar
Model rasional Peran direktur Mengambil inisiatif
Penentuan sasaran
Mendelegasikan secara efektif
Peran produser Produktivitas dan motivasi pribadi
Memotivasi orang lain
Manajemen waktu dan stres
Model proses internal Peran koordinator Perencanaan
Pengelola
Pengontrolan
Peran pemantau Menerima dan mengelola informasi
Mengevaluasi informasi rutin
Berespon terhadap informasi rutin
Model hubungan manusia Peran mentor Memahami diri anda sendiri dan orang lain
Komunikasi antar pribadi
Mengembangkan bawahan
Peran fasilitator Pembentukan tim
Pengambilan keputusan yang partisipatif
Manajemen konflik
Model sistem terbuka Peran inovator Hidup bersama perubahan
Pemikiran yang kreatif
Mengelola perubahan
Peran broker (politisi) Membangun dan mempertahankan sebuah pusat kekuasaan
Merundingkan kesepakatan dan komitmen
Menyajikan gagasan-gagasan (framing meanings)
*) Adaptasi dari Quinn dkk. (2000), Menjadi Manajer yang Ahli, dengan sedikit perubahan oleh penulis.

kerangka integratif antara pendekatan hard dan soft soft) untuk mendapatkan kombinasi yang tepat sesuai
secara simultan dengan menyesuaikan pada ”kondisi kondisi/situasi. Determinan
������������������������������������
kondisi di sini meliputi
organisasi”. determinan organisasi sebagai ”sebuah entitas”
Secara praktis, pendekatan hard adalah dalam maupun ”variasi di dalam organisasinya sendiri”.
rangka memberikan arah yang jelas tentang strategi Determinan organisasi sebagai sebuah entitas,
manajemen SDM disesuaikan dengan misi dan misalnya lingkungan organisasi, SDM organisasi, dan
strategi organisasi. Sementara itu, pendekatan soft teknologi, sementara determinan di dalam organisasi,
juga harus dijalankan dalam rangka ”memanusiakan” misalnya variasi kompetensi SDM, variasi tempat dan
karyawan sedemikian rupa sehingga SDM dapat waktu kaitannya dengan peran ”leading”.
mengekspresikan ”aktualisasi dirinya” dalam Menurut Guest (1997), secara ideal tujuan
lingkungan organisasi. Menyeimbangkan antara (outcome) MSDM adalah quality (peningkatan skill
keduanya merupakan ”seni” dalam manajemen dan ability), commitment (peningkatan motivasi dan
organisasi, termasuk MSDM. Terlalu menekankan effort), dan flexibility (peningkatan struktur peran
pada pendekatan hard, manajemen menjadi terlalu dan persepsi). Secara
��������������������������������������
detail hubungan antara praktik
”mekanistik”, sementara terlalu menekankan pada MSDM dengan outcome MSDM dapat dilihat pada
pendekatan soft, juga membahayakan organisasi Tabel 5.
karena arah organisasi menjadi tidak jelas. Dalam Tabel 5, tampak bahwa fungsi MSDM
yang diidentifikasi oleh Guest (1997) merupakan
PRAKTIK MSDM SECARA KONTEKSTUAL integrasi dari pendekatan soft dan pendekatan hard.
Ketiga fungsi tersebut adalah dalam rangka mencapai
Te l a h d i j e l a s k a n b a h w a p r a k t i k M S D M tujuan (outcome) MSDM, yakni quality, commitment,
yang sebenarnya agar efektif adalah dengan dan flexibility. Namun demikian harus dipahami
mengintegrasikan berbagai pendekatan (hard dan bahwa ketiga fungsi tersebut bukanlah fungsi generik

39
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 32–41

Tabel 5. Hubungan antara praktik MSDM dan Outcome MSDM (dimodifikasi dari Guest, 1997)
No Fungsi MSDM Pendekatan Outcome MSDM
1 Selection Hard Skill and ability (Quality)
Training dan development
Quality improvement programs
2 Single status Soft dan hard
Job security Effort / motivation
Internal promotion (Commitment)
Individualized reward system
3 Communication Soft
Employee involvement Role structure dan perception
Team working (Flexibility)
Job design
Flexible job descriptions

yang dapat diterapkan pada semua organisasi tanpa pendekatan hard (yang menekankan pada pencapaian
terkecuali. misi organisasi) haruslah dikedepankan. Sementara,
�����������
Pada konteks organisasi sebagai sebuah entitas, pada event organisasional ”training” maka pendekatan
maka organisasi dengan format pekerjaan yang jelas soft (yang menekankan pada team dan komitmen)
dan mekanistik (misalnya perusahaan manufaktur, haruslah dikedepankan.
Mc Donald, dan sejenisnya) maka pendekatan hard Dengan demikian, sebagai kesimpulan adalah
akan lebih tepat. Namun demikian, pada organisasi bahwa praktik manajemen SDM yang sesungguhnya
yang menekankan pada keahlian (misalnya lembaga haruslah bersifat situasional (kontijensi) sesuai
riset, lembaga pendidikan tinggi, dan sejenisnya) dengan determinan organisasi, determinan SDM,
maka pendekatan soft akan lebih tepat. Tentu saja dan determinan event organisasional yang dihadapi.
pembagian ini bukanlah dua kutub yang terpisah, Oleh karenanya, agar seorang manajer menjadi efektif
tetapi keduanya merupakan dua ujung dari spektrum dalam MSDM, maka ia haruslah menguasai seluruh
yang sangat lebar, sehingga kebanyakan organisasi kerangka konsep dan teori terkait MSDM sehingga
haruslah dikelola di antara keduanya. Di sinilah ia mampu menggunakannya pada kondisi dan event
perlunya kejelian manajer dalam menemukan “seni” yang tepat. Ibarat seorang penyanyi klub malam,
yang tepat dalam mempraktikkan manajemen maka ia haruslah mampu melantunkan lagu sesuai
SDM secara kontekstual sesuai dengan kondisi dengan konteks suasana dan acara yang dihadapi,
organisasinya. termasuk juga dalam memenuhi request pengunjung
Selanjutnya dalam konteks bahwa di dalam yang hadir.
organisasi juga terdapat variasi, menyangkut SDM
dan “event organisasional”, maka seorang manajer KESIMPULAN DAN SARAN
SDM juga tidak boleh menggunakan resep generik
dalam mengelola SDMnya. Misalnya, dalam lembaga Kesimpulan
riset, tentunya manajer SDM haruslah mengelola Dari apa yang telah diuraikan dalam tulisan ini
secara berbeda antara “tenaga fungsional peneliti” maka dapat disimpulkan:
dibandingkan dengan “tenaga staf pendukung” 1. Analisis ilmu manajemen, termasuk ilmu MSDM,
dan struktural. Pendekatan soft lebih cocok untuk dapat berangkat dari ”organisasi” maupun
mengelola tenaga fungsional peneliti, sementara ”manusia” sebagai titik awal analisis; apabila
pendekatan hard lebih cocok untuk mengelola staf berangkat dari ”organisasi” akan menghasilkan
pendukung dan tenaga struktural. Demikian
���������������
pula, instrumental view, sementara bila berangkat
pendekatan yang dipakai haruslah tepat (match) dari ”manusia” akan menghasilkan social action
dengan event organisasional yang dihadapi. Misalnya,
���������� view.
pada saat “rapat evalusi kinerja organisasi” maka

40
MDSM, Pendekatan Normatif Versus Kontekstual (Siswanto)

2. M o d e l n o r m a t i f M S D M p a d a d a s a r n y a DAFTAR PUSTAKA
terkelompokkan menjadi pendekatan hard, Bemardin HJ & Russell JEA. 1993. Human Resource
berorientasi pada ”organisasi”, dan pendekatan Management, An Experencial Approach. McGraw-
soft, berorientasi pada kebutuhan ”manusia”. Hill Inc. New York.
3. Pendekatan integratif baik hard model maupun Degeling P. 1997. Management and Organization, School of
soft model merupakan pendekatan yang efektif Health Service Management, UNSW.
dalam praktik MSDM yang sebenarnya. Gill C. 1999. Use of Hard and Soft Models of HRM to
4. Untuk menjadi manajer yang efektif, pendekatan illustrate the gap between Rhetoric and Reality in
Workforce Management, RMIT Business.
situasional (kontijensi) dalam aspek variasi
Guest D. 1997. ‘Human Resource Management and
organisasi sebagai sebuah entitas dan variasi di
Perforrmance: a Riview and Research Agenda’,
dalam organisasi itu sendiri merupakan suatu seni The International Journal of Human Resource
yang harus dikuasai oleh praktisi MSDM secara Management,. vol 8, no 3, pp 263–276. Ivancevich,
kontekstual. Irianto J. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis
Kompetensi untuk Pelayanan Publik, Airlangga
Saran
University Press, Surabaya.
Untuk mempraktikkan MSDM yang efektif dalam Minztberg H. 2005. Development Theory About The
suatu organisasi, baik organisasi kesehatan maupun Development of Theory. Oxford University Press,
organisasi non-kesehatan, maka disarankan agar Oxford.
setiap manajer mampu menguasai keseluruhan Morgan G. 1996. Image of Organization, Sage Publication,
pendekatan dan model MSDM yang ada, kemudian California.
ia harus mampu meramunya secara tepat sesuai Pugh DS. 1990. Organization Theory, Penguin Books,
London.
dengan situasi organisasi yang ia pimpin (pendekatan
Quinn dkk. 2000. Menjadi Seorang Manajer yang Ahli
kontijensi). (Terjemahan), Interaksara, Batam.
Worsley P. 1991. The New Modern Sociology Readings,
Penguin Books, London.
Strauss A. dkk. 1963. The Hospital and Its Negotiated
Order, Sage Publication, New York.

41

You might also like