You are on page 1of 7

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM KOPI DAN MEROKOK

TERHADAP KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI DENPASAR


I Wayan Juniarsana1 dan Ni Komang Wiardani2
1,2
Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
Abstract. Osteoporosis is a epidemic diseases in the worldwide especially suffer from elderly
and increased sharply about 70 % to eighty years old. According to WHO, the bone fracture
occurs due to osteoporosis increased three times between 1990 until 2050. Its caused by
lack of Calcium, Vitamin D consumption, physical activities, drinking coffee more than 300
mg and smoking habit. The study conducted to know the relationship between drinking coffee
and smoking habit towards risk of osteoporosis for elderly in Denpasar city. The study was
observational with matched cross sectional study. Subject was elderly in Denpasar city who’s
follow Multi Stage Random Sampling. The consumption data was collected by Semi
Quantitative Food Frequency Quesionare (FFQ), and measuring of bone density. The study
shows that most of elderly drinking coffee habit (70,7%) and most of them consuming one
time per day 34,7 %. Smoking habits only 12,4 % and most of them with lengthen more than
1 year 11,6 %. The higher risk of osteoporosis eg. 64,5 % and the lower risk to 35,5 %.
There was no significant correlation between drinking coffee and smoking habits with risk of
osteoporosis (p>0,05)(RP : 2,61 ; 95 %, CI ; 1,49-4,56). Conclusion, drinking coffee and
smoking habits was not as mayor factor caused osteoporosis for the elderly because its
possible cause by lack of calcium consumption and physical exercise.
Keywords: Osteoporosis, drinking coffee, smoking habit

Osteoporosis merupakan salah satu masalah penduduk Indonesia memiliki risiko


kesehatan yang perlu mendapat perhatian osteoporosis. Angka ini diperkirakan lebih
serius pada usia lanjut dewasa ini. tinggi dari prevalensi di dunia. Sedangkan
Osteoporosis merupakan penyakit metabolik osteoporosis telah mencapai 19,7%. Insiden
tulang yang ditandai dengan penurunan osteoporosis lebih tinggi pada wanita
densitas masa tulang atau penurunan dibandingkan dengan laki-laki terutama
kepadatan tulang dan kemunduran mikro setelah pasca menapouse (Usia ≥50 tahun)
arsitektur tulang sehingga tulang menjadi karena pada wanita terjadi penurunan
rapuh, keropos dan mudah patah. Kondisi kepadatan tulang akibat berkurangnya
ini diakibatkan oleh pembentukan massa hormon estrogen. Penurunan hormon ini
puncak tulang yang kurang baik selama dimulai usia 35 tahun dan berakhir usia 65
pertumbuhan dan terjadi pengurangan massa tahun. Pada wanita menunjukkan 1: 5
tulang yang lebih cepat setelah menapouse sedangkan pada laki-laki 1 : 7.
pada wanita setelah memasuki usia lanjut. Penyebab utama osteoporosis adalah
Penelitian Puslitbang Gizi Bogor ( 2005), di pembentukan massa puncak tulang yang
16 wilayah di Indonesia, ditemukan kurang baik selama pertumbuhan dan
prevalensi osteopenia ( osteoporosis dini) di meningkatnya pengurangan massa tulang
Indonesia 41,7% yang berarti dua dari lima setelah menapouse.

38
Juni Arsana dan Wiardani (Hubungan kebiasaan minum kopi...)

Hal tersebut berkaitan dengan faktor gizi dan pada lansia di kota Denpasar, menentukan
aktivitas fisik. Dari segi faktor gizi, disebabkan tingkat kebiasaan minum kopi dan rokok pada
kurangnya konsumsi kalsium, asupan vitamin lansia di Kota Denpasar dan menganalisis
D rendah, kurangnya kebiasaan masyarakat hubungan antara kebiasaan minum kopi dan
minum susu, konsumsi kafein yang berlebihan rokok terhadap risiko osteoporosis pada
disertai dengan kebiasaan merokok dalam lansia di kota Denpasar.
jangka waktu yang lama. Beberapa hasil
Metode Penelitian
penelitian para ahli menyangkut gaya hidup
minum kopi dan rokok berlebih menyebabkan Penelitian ini merupakan penelitian analitik
osteoporosis. Penelitian oleh LK Massey and observasional dengan rancangan crosss
SJ Whiting of Washington State University sectional. Penelitian dilaksanakan di Kota
menyatakan bahwa konsumsi kopi yang Denpasar dengan waktu penelitian selama 3
berlebihan (>300 mg/hari) menjadi faktor bulan yaitu Juni sampai Agustus 2010.
risiko terjadinya osteoporosis karena efek Populasi penelitian adalah lansia di kota
diuretik kafein yang mengganggu penyerapan Denpasar. Sampel adalah sebagian dari
kalsium dan meningkatkan ekskresi kalsium populasi dengan kriteria yaitu lansia laki-laki
setelah 3 jam dikonsumsi, sehingga banyak maupun perempuan berumur 56-75 tahun,
kadar kalsium ada dalam urin. Sedangkan terdaftar pada posyandu lansia, berdomisili
menurut WHO, menyatakan bahwa di Denpasar, dan bersedia diteliti.
kebiasaan merokok juga menjadi faktor Pengambilan sampel dan pemilihan lokasi
risiko terjadinya osteoporosis oleh karena dilakukan dengan teknik Multi Stage
perokok akan kehilangan massa tulang pada Random Sampling. Kota Denpasar memiliki
tingkat lebih cepat dibandingkan dengan non- 4 wilayah Kecamatan yang terdiri dari
perokok. Risiko patah tulang pada perokok beberapa puskesmas. Dari 4 wilayah
lebih besar pada semua umur, naik dari 17% Puskesmas di Kecamatan, dipilih secara acak
lebih besar pada usia 60 hingga 71% pada di masing-masing satu Puskesmas. Dari satu
usia 80 tahun dan 108% pada usia 90 tahun. puskesmas terpilih, dipilih satu posyandu.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka Selanjutnya seluruh lansia yang memenuhi
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kriteria dan hadir pada pelaksanaan kegiatan
kebiasaan minum kopi dan rokok terhadap lansia dan pada pelaksanaan penelitian diambil
terjadinya osteoporosis pada lansia di kota sebagai sampel penelitian. Berdasarkan
Denpasar. metode tersebut diperoleh besar sampel yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui memenuhi kriteria penelitian sebanyak 242
hubungan kebiasaan minum kopi dan rokok orang.
terhadap risiko osteoporosis pada lansia di Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
Kota Denpasar.Tujuan khusus dari penelitian yaitu: identitas sampel, berat badan, tinggi
ini adalah mengidentifikasi risiko osteoporosis badan, pola konsumsi kopi dan rokok dan

39
Jurnal Ilmu Gizi, Volume 3 Nomor 1, Februari 2012 : 38 - 44

data risiko osteoporosis (densitas tulang). Rerata berat badan sampel adalah 56,45 kg.
Sedangkan cara pengumpulan data yaitu data Penelitian yang dilakukan pada 242 sampel,
identitas sampel menggunakan form identitas dapat diketahui tinggi badan minimum sampel
sampel. Data pola konsumsi kopi dan rokok adalah 140 cm sedangkan maksimum tinggi
dikumpulkan dengan cara wawancara dengan badan sampel adalah 178 cm dengan rata-
dengan bantuan form Food Frequency rata tinggi badan adalah 157,67 cm. Salah
Questionarre (FFQ). Data risiko satu parameter untuk menilai status gizi
osteoporosis dilakukan dengan cara seseorang adalah dengan menentukan Indeks
mengukur densitas tulang menggunakan Massa Tubuh (IMT). Menurut perhitungan,
Densitometer. diperoleh IMT minimum 14,36, dan IMT
Data yang diperoleh diproses dengan program maksimum 37,64 sedangkan rata-rata IMT
software komputer dengan analisis statistik sampel adalah 22,69.
univariat dan bivariat. Data identitas sampel Sebaran sampel menurut jenis kelamin,
ditabulasi dan dibuat dalam bentuk diskripsi pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada
dan tabel distribusi frekuensi. Data pola tabel 1.
konsumsi kopi dan rokok diolah dengan Tabel 1
program software food processor komputer. Sebaran karakteristik sampel
Data risiko osteoporosis melalui pengukuran
Karakteristik n %
densitas tulang selanjutnya dibandingkan Jenis kelamin Laki-laki 112 46,3
Perempuan 130 53,7
dengan criteria T-score menurut WHO
Pendidikan Tidak Sekolah 112 46,3
dengan kategori risiko rendah jika nilai >-2,5 SD 78 32,2
SLTP 21 8,7
dan risiko tinggi jika nilai ≤-2,5. Untuk
SLTA 24 9,9
menganalisis hubungan konsumsi kopi dan Perguruan Tinggi 7 2,9
rokok dengan risiko osteoporosis digunakan Pekerjaan Tidak bekerja 89 36,8
Petani 24 9,9
analisis Chi Square. Pedagang 15 6,2
PNS 7 2,9
Hasil dan Pembahasan Karyawan Swasta 4 1,7
Wiraswasta 31 12,8
Pensiunan 72 29,7
Karakteristik Sampel
Berdasarkan metode Multi Stage Random Kebiasaan minum kopi
Sampling diperoleh sampel sebanyak 242 Konsumsi tinggi kafein dapat meningkatkan
orang dengan umur rata-rata 65,39±5,79 pengeluaran kalsium secara besar-besaran
tahun. Umur minimum sampel adalah 56 tahun, melalui air seni. Begitu juga dengan minuman
sedangkan umur maksimum sampel adalah 75 softdrink yang mengandung karbonat dapat
tahun. Sedangkan data berat badan sampel, menghambat penyerapan kalsium oleh tubuh,
diketahui berat badan minimum sampel adalah yang akhirnya dapat berakibat osteoporosis.
34,50 kg dan berat badan maksimum sampel (Siswono, 2003). Berdasarkan hasil
adalah 100,00 kg. wawancara terhadap sampel, diketahui
40
Juni Arsana dan Wiardani (Hubungan kebiasaan minum kopi...)

sebagian besar sampel mempunyai kebiasaan 171 sampel yang biasa minum kopi sebanyak
minum kopi yaitu sebanyak 171 sampel 84 sampel (29,3%) yang minum kopi 1 kali
(70,7%) sedangkan sampel yang tidak biasa sehari, sedangkan sampel yang biasa minum
minum kopi sebanyak 71 sampel (29,3%), kopi 3 kali sehari sebanyak 12 sampel
seperti terlihat pada gambar 1. (5,0%). Berdasarkan lama minum kopi,
dapat diketahui bahwa sampel yang
mempunyai kebiasaan minum kopi lebih dari
1 tahun sebanyak 168 sampel (69,4%).
Distribusi sampel menurut kebiasaan minum
kopi dan lama minum kopi dapat dilihat
Gambar 1 pada tabel 2.
Kebiasaan Minum Kopi Pada Lansia Tabel 2
Sebaran kebiasaan minum kopi sampel
Frekuensi dan lama minum kopi
Kebiasaan Minum Kopi N %
Banyak yang berpendapat bahwa daya tarik Frekuensi 1 kali/hr 84 34,7
Minum Kopi 2 kali/hr 75 31
minum kopi ada pada citarasanya, kesan ritual 3 kali/hr 12 5
dan kehangatan yang ditimbulkannya. Namun, Lama Minum > 1 tahun 168 69,4
Kopi < 1 tahun 3 1,2
sebetulnya daya tarik utama kopi terletak
pada kandungan kafein yang tinggi. Sebagai Kebiasaan Merokok
bahan penyegar, kafein dapat menghilangkan
Merokok dapat menimbulkan berbagai jenis
rasa kantuk, reaksi gerak lebih cepat,
penyakit. Sedikitnya 25 jenis penyakit timbul
kewaspadaan dan konsentrasi meningkat.
karena kebiasaan merokok, termasuk
Sayangnya minuman ini juga membawa
diantaranya osteoporosis. Efek merugikan
dampak yang buruk bagi kesehatan kita, akan
penurunan kepadatan tulang berbanding lurus
terjadi peningkatan kadar kolesterol sebesar
dengan masa penggunaaan dan banyaknya
36%, penurunan kadar vitamin B6 sebesar
rokok. Kebiasaan merokok dapat
21%, dan penurunan kepadatan tulang sebesar
meningkatkan risiko patah tulang dua sampai
0,0023 %. Hal itu akan terjadi bila seseorang
tiga kali dibandingkan dengan laki-laki yang
minum lebih dari 3 cangkir kopi setiap hari
tidak merokok.
selama dua minggu. Penurunan kepadatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
tulang ini belum diketahui secara pasti, tetapi
242 sampel, terdapat 30 sampel (12,4%)
para ilmuwan menduga peningkatan
mempunyai kebiasaan merokok sedangkan
pembuangan kalsium terjadi melalui
sampel yang tidak mempunyai kebiasaan
pembuangan air seni akibat efek diuretik
merokok sebanyak 212 sampel (87,6%).
kafein.
Data Kebiasaan merokok sampel dapat
Jika dilihat dari distribusi sampel menurut
dilihat pada gambar 2 .
frekuensi minum kopi, terlihat bahwa dari

41
Jurnal Ilmu Gizi, Volume 3 Nomor 1, Februari 2012 : 38 - 44

telah merokok lebih dari 1 tahun terdapat 28


sampel (11,6%) sedangkan sampel yang
merokok kurang dari 1 tahun terdapat 2
sampel (0,8%). ( gambar 3)

Gambar 2
Kebiasaan Merokok Pada Lansia

Frekuensi merokok
Berdasarkan atas data 30 sampel yang
Gambar 3
mempunyai kebiasaan merokok, terdapat
Frekuensi Merokok Pada Lansia
sampel yang merokok 1 kali per hari yaitu
sebanyak 18 sampel (60%) sedangkan Risiko Osteoporosis
sampel yang mempunyai kebiasaan merokok Osteoporosis merupakan penyakit metabolik
3 kali sehari sebanyak 9 sampel (30%). tulang yang ditandai dengan penurunan
Kebiasaan merokok satu batang sehari dalam densitas massa tulang atau penurunan
satu bulan dapat mengakibatkan penurunan kepadatan tulang dan kemunduran mikro
massa tulang sebesar 0,004 persen. Zat-zat arsitektur tulang sehingga tulang menjadi
dalam rokok mencetuskan pemecahan rapuh, keropos dan mudah patah. Puncak
hormon estrogen pada wanita dan kepadatan tulang tercapai pada usia 30 tahun
testosterone pada laki-laki secara berlebihan. terlebih lagi pada usia lanjut. Banyak faktor
Akibatnya jumlah hormon dalam tubuh akan penyebab terjadinya osteoporosis diantaranya
menurun. Dengan menurunnya kedua jenis adalah faktor gizi dan aktivitas fisik. Faktor
hormon tersebut, pemeliharaan tulang jelas gizi diakibatkan oleh konsumsi kalsium dan
terpengaruh. Distribusi sampel menurut vitamin D rendah, dan hormon sexual serta
frekuensi merokok disajikan pada tabel 3. faktor gaya hidup karena konsumsi kopi dan
Tabel 3 rokok yang berlebihan. Risiko osteoporosis
Sebaran frekuensi merokok sampel pada seseorang dapat dilihat dari hasil
Frekuensi Merokok N % pemeriksaan densitas tulang pada
Tidak merokok 212 87,6 densitometer adalah ≤-2,5 T-score,
1 kali 18 7,4
2 kali 3 1,2 sedangkan risiko rendah apabila densitas
3 kali 9 3,7 tulang >-2,5 T-score. Hasil penelitian
Jumlah 242 100,0
menunjukkan 156 orang lansia (64,5 %)
Lama merokok berisiko tinggi terhadap osteoporosis,
Berdasarkan hasil wawancara yang berkaitan sedangkan yang berisiko rendah 86 orang
dengan lama merokok, diketahui dari 30 (35,5%). Sebaran sampel menurut risiko
sampel yang merokok diketahui sampel yang osteoporosis dapat dilihat pada gambar 4.

42
Juni Arsana dan Wiardani (Hubungan kebiasaan minum kopi...)

Menurut Martalena, 2007 menyatakan


frekuensi minum kopi lebih dari 2 cangkir
sehari seumur hidup berhubungan dengan
rendahnya densitas tulang. Frekuensi minum
kopi sampel dapat dilihat pada tabel 4.
Gambar 4 Tabel 4
Risiko osteoporosis Pada Lansia Sebaran risiko osteoporosis berdasarkan frekuensi
minum kopi
Kebiasaan minum kopi dengan risiko
Risiko Osteoporosis
Osteoporosis Frekuensi minum Tak
Berisiko Total
Konsumsi kafein atau minum yang kopi (hari) Berisiko
n % N % n %
mengandung kafein secara berlebihan terbukti Tidak Minum Kopi 27 38 44 62 71 100
1 kali 26 31 58 69 84 100
meningkatkan pengeluaran kalsium.
2 kali 29 38,7 46 61,3 75 100
Konsumsi kalsium rendah disertai menurunnya 3 kali 4 33,3 8 66,7 12 100
Total 86 35,5 156 64,5 242 100
kemampuan tubuh menyerap kalsium
terutama lansia menyebabkan osteoporosis. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh
(Martalena, 2007) bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi
Dari hasil penelitian diperoleh kebiasaan minum kopi dengan risiko osteoporosis
minum kopi 171 orang (70,7 %) dan tidak (p>0,05). Sedangkan kalau dilihat lamanya
mempunyai kebiasaan minum kopi 71 orang kebiasaan minum kopi dari 242 lansia
(29,3%). Sedangkan dari 171 orang yang diperoleh data sesuai pada tabel 5.
mempunyai kebiasaan minum kopi sebagian Tabel 5
besar 66,1 % berisiko osteoporosis dan Sebaran risiko osteoporosis berdasarkan lama minum
kopi dalam sehari
33,9% tak berisiko osteoporosis. Apabila
kebiasaan minum kopi pada lansia Risiko Osteoporosis
Tak
dihubungkan dengan risiko osteoporosis, Lama Minum Kopi Berisiko Total
Berisiko
maka hasil analisis menunjukkan bahwa tidak n % n % n %
Tak Minum Kopi 26 36,6 45 63,4 71 100
terdapat hubungan yang bermakna antara > 1 tahun 60 35,7 108 64,3 168 100
< 1 tahun 0 0 3 100 3 100
kebiasaan minum kopi dengan risiko
Total 86 35,5 156 64,5 242 100
osteoporosis (p>0.05). Hal tersebut bisa
Berdasarkan tabel 5 jelas terlihat bahwa
disebabkan kebiasaan minum kopi pada lansia
risiko osteoporosis lebih tinggi terjadi pada
tidak saat bersamaan dengan makan makanan
lansia yang mempunyai kebiasaan lama minum
utama sehingga kafein tidak menghambat
kopi >1 tahun 108 orang dibandingkan
penyerapan kalsium di dalam tubuh.
dengan < 1 tahun yaitu hanya 3 orang. Hasil
Frekuensi dan lama minum kopi
analisis statistik menujukkan bahwa tidak ada
dengan osteoporosis
hubungan yang signifikan antara lama minum
Frekuensi minum kopi seseorang sangatlah
kopi dengan risiko osteoporosis (P>0,05).
dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang.
43
Jurnal Ilmu Gizi, Volume 3 Nomor 1, Februari 2012 : 38 - 44

Kebiasaan Merokok dengan Risiko Sedangkan analisis statistik pada lansia


osteoporosis perokok tidak terdapat hubungan yang
Dari hasil pengumpulan data diperoleh orang bermakna dengan risiko osteoporosis
yang mempunyai kebiasaan merokok (p>0,05).
mempunyai risiko osteoporosis lebih kecil Daftar Pustaka
(12,8%) dibandingkan dengan orang yang Darmodjo, Budi. Geriatri ; Ilmu kesehatan
tidak merokok (87,2%). Hal ini sangatlah Usia Lanjut. Jakarta ; Balai Penerbit
berbeda dengan pendapat para ahli yang FKUI, 1995
menyatakan bahwa merokok menyebabkan Ebeling, PR (2000). Farmacologi
management of Osteoporosis : Geriatric
risiko osteoporosis lebih besar dikarenakan Theurapetic, Australia J. Hosp. Fharm,
karena pengaruh toksik terhadap osteoblast, 2000,30: 111 – 115
gangguan keseimbangan remodeling tulang, Kalim, H. Diagnosis dan Manajemen
wanita perokok alami menopause dini, Osteoporosis, Simposium Gerontologi
Medik, Jakarta, 2001
cenderung kurus sehingga kehilangan massa Massey, LK., Whiting, SJ. Osteopenia and
tulang, tetapi uji statistik menyatakan tidak Osteoporosis, http://www.osteo
ada hubungan yang signifikan antara lansia penia3.com/bones-caffeine.html
perokok dengan risiko osteoporosis Pranarka, Kris. Penatalaksanaan
Osteoporosis. Temu Ilmiah Geriatri
(p>0,05), hal ini mungkin disebabkan jumlah Jakarta : FKUI, 2003
rokok yang dikonsumsi per hari oleh lansia Pranarka, Kris. Perubahan Fisiologis Pada
tidak terlalu banyak. Pasien Geriatri, Fokus Pada
Osteoporosis. Dalam makalah
Kesimpulan dan Saran Pertemuan Nasional ASDI III,
Semarang : 2007
Sebagian besar sampel (70,7%) mempunyai Purba, Martalena, Faktor Nutrisi Pencegah
kebiasaan minum kopi, dan tidak biasa minum Osteoporosis. Dalam makalah
kopi sebanyak 29,3%. Frekuensi minum kopi Pertemuan Nasional ASDI III,
paling sering 1 kali/hr yaitu 34,7% dan lama Semarang, 2007
Sastroasmoro, Sudigdo. Dasar-dasar
minum kopi paling banyak > 1 tahun sebanyak Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta;
69,4% sedangkan lama minum kopi < 1 tahun Sugeng Seto, 2005
sebanyak 1,2%. Sedangkan kebiasaan World Health Organization Prevention and
merokok sampel 12,4% dan yang tidak Management of Osteoporosis. WHO
Technical Report Series Geneva :
mempunyai kebiasaan merokok sebanyak WHO, 2005
87,6% dengan lama merokok > 11,6% dan
< 1 tahun 0,8%. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara kebiasaan minum kopi
dengan risiko osteoporosis (p>0.05).

44

You might also like