You are on page 1of 7

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI


TAHUN 2014

Enita Rizka Wahyuni Nst1, Arifin Siregar2, Zulhaida Lubis2


1
Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
2
Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
Email: nitarizkawahyuninst@gmail.com

ABSTRACT

The excessive sodium intake can increase the blood pressure. Intake sodium will be
directly absorbed into blood vessels. This causes sodium level in the blood increases. Sodium has
water holding trait, that cause the blood volume increase. Consuming of high sodium
continuously causes hypertension. The purpose of this study is to know the relationship of sodium
intake with hypertension in UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai years 2014.
Types of research using a cross-sectional study design. Total population as many as 180
of elderly and uses as a sample 0f 63 elderly. The sampling technique with purposive sampling.
Measurements on the incidence of hypertension using a sphygmomanometer is done by nurses.
The collecting of data on food consumption of the elderly in panti werdha obtained by food
weighing and recording food from outside the panti werdha using a recall. The content of sodium
in diet was analyzes using software nutrisurvey. The relationship of sodium intake with the
occurrence of hypertension was analyzed by Chi-square test.
The results of this study show that sodium intake into more sufficient category (66.7%)
did not suffer hypertension and sodium intake into over category (70%) suffer hypertension, and
obtained p=0,005 means there is significant relationship between sodium intake with the
occurrence of hypertension in the elderly in UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai years
2014.
From the results of this research suggested nutritionist to more better maintain and
supervise the food consumed elderly. It suggested for elderly to limit salt intake and reducing the
sodium content of foods high in order to keep blood pressure normal.

Keywords: Sodium Intake, Hypertension, Elderly

Pendahuluan Pola makan dengan konsumsi


Meningkatnya taraf hidup tinggi lemak, tinggi protein, tinggi garam
masyarakat dan tuntutan hidup serba cepat tetapi rendah serat membawa konsekuensi
terutama di negara maju dan kota-kota terhadap berkembangnya penyakit
besar membawa perubahan pada pola degeneratif yang salah satunya adalah
hidup individu. Perubahan tersebut hipertensi.
membawa pada perubahan pola makan dan Hipertensi merupakan peningkatan
pola penyakit yang ada, terutama pada tekanan darah secara tidak wajar dan terus-
penyakit yang berhubungan dengan gaya menerus karena rusaknya salah satu atau
hidup seseorang. beberapa faktor yang berperan

1
mempertahankan tekanan darah tetap terbilang tinggi, yaitu tiga kali lebih besar
normal (Jain Ritu, 2011). Pada umumnya dari angka anjuran maksimal 6 gram
tekanan darah bertambah secara perlahan perhari. Itulah salah satu penyebab angka
dengan bertambahnya umur. Hipertensi hipertensi di Indonesia meningkat setiap
ditemukan sebanyak 60-70% pada tahunnya (Khasanah, 2012). Menurut
populasi berusia di atas 65 tahun. Lansia muchtady dkk dalam Siagian (1999),
yang berumur di atas 80 tahun sering konsumsi garam yang tinggi dapat
mengalami hipertensi persisten, dengan menyebabkan terganggunya keseimbangan
tekanan sistolik menetap di atas 160 ion-ion dalam cairan tubuh. Dalam
mmHg. Jenis hipertensi yang khas sering menjaga proses keseimbangan ion-ion
ditemukan pada lansia adalah isolated dalam cairan tubuh, perbandingan antara
systolic hypertension (ISH), di mana kalium dan natrium harus 1:1 untuk
tekanan sistoliknya saja yang tinggi ≥140 mencegah terjadinya hipertensi.
mmHg namun tekanan diastolik tetap Hasil Penelitian Mulyati dkk,
normal < 90 mmHg (JNC VII, 2003). (2011), menunjukan mengkonsumsi
Menurut WHO dan the Natrium dalam jumlah yang tinggi adalah
International Society of Hypertension 5,6 kali lebih besar terkena hipertensi
(ISH), terdapat 600 juta penderita dibandingkan dengan yang mengkonsumsi
hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta natrium dalam jumlah yang rendah.
diantaranya meninggal setiap tahunnya Natrium memiliki hubungan yang
(Rahajeng dan Tuminah). Prevalensi sebanding dengan timbulnya hipertensi.
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 % atau Semakin banyak jumlah natrium di dalam
1 dari 3 orang dewasa mengalami tubuh, maka akan terjadi peningkatan
hipertensi, sebanyak 76,1% tidak volume plasma, curah jantung dan tekanan
mengetahui dirinya mengidap hipertensi. darah. Meskipun demikian, reaksi
Prevalensi hipertensi diperkirakan akan seseorang terhadap jumlah natrium di
terus meningkat, dan diprediksi pada tahun dalam tubuh berbeda-beda.
2025 sebanyak 29% orang dewasa di Hasil penelitian Mamoto fifi dkk,
seluruh dunia menderita hipertensi (2013), terdapat hubungan yang bermakna
(Depkes, 2013). antara asupan natrium dengan kejadian
Hasil Riskesdas 2007 menunjukan hipertensi di Puskesmas Tumaratas uji
bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera hubungan ini menunjukan OR sebesar
Utara yaitu sebesar 26,3% (Depkes, 2007). 4,063, ini berarti bahwa responden yang
Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 mengkonsumsi asupan natrium lebih
prevalensi hipertensi di Sumatera Utara memiliki peluang 4,063 kali lebih besar
sebesar 24,7%. Dan prevalensi hipertensi menderita hipertensi dibandingkan dengan
berdasarkan umur untuk usia 55-64 tahun responden yang mengkonsumsi natrium
sebesar 45,9%, 65-74 tahun sebesar 57,6% cukup.
sedangkan untuk usia lebih dari 75 tahun Mengkonsumsi makanan yang
memiliki resiko sebesar 63,8%. (Depkes, tinggi natrium dapat meningkatkan
2013). tekanan darah. Natrium yang masuk ke
Berkembangnya hipertensi sangat dalam tubuh akan langsung diserap ke
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, dalam pembuluh darah. Hal ini
kelebihan berat badan, kurang berolahraga, menyebabkan kadar natrium dalam darah
mengkonsumsi makanan yang berkadar meningkat. Natrium mempunyai sifat
garam tinggi, kurang mengkonsumsi buah menahan air, sehingga menyebabkan
dan sayuran segar, dan terlalu banyak volume darah menjadi naik.
minum alkohol (Palmer, 2005). Mengkonsumsi natrium secara terus-
Dalam kenyataannya, konsumsi menerus dapat menyebabkan hipertensi
garam masyarakat Indonesia masih

2
hingga komplikasi seperti stroke, gagal berturutData kejadian hipertensi diperoleh
jantung, kerusakan ginjal dan angina. melalui pemeriksaan tekanan darah pada
Perumusan masalah dalam lansia dengan menggunakan alat
penelitian ini adalah “Apakah ada tensimeter.
hubungan asupan natrium dengan kejadian
hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Hasil Penelitian dan Pembahasan
Usia Binjai”.
Tujuan penelitian ini adalah Distribusi karakteristik lansia di UPT
Menganalisis hubungan antara asupan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai dapat
natrium dengan kejadian hipertensi pada dilihat pada tabel 1.
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Tabel 1.Karakteristik Lansia di UPT
Usia Binjai. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Binjai tahun 2014.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis No Karakteristik n %
rancangan penelitian ini adalah cross Lansia
sectional study. Penelitian ini dilaksanakan 1. Jenis Kelamin
di UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut Laki-laki 31 49,2
(Panti Werdha) Binjai pada bulan Perempuan 32 50,8
November 2014. Populasi dalam penelitian Total 63 100,0
ini adalah 180 orang dan yang dijadikan 2. Umur (tahun)
sampel sebanyak 63 orang. 55-64 11 17,5
Data primer meliputi karakteristik 60-74 33 52,4
lansia, asupan natrium, dan kejadian ≥75 19 30,2
hipertensi. Data karakteristik lansia Total 63 100,0
meliputi umur, jenis kelamin, suku, dan 3. Suku
riwayat penyakit diperoleh melalui Batak 31 49,2
wawancara dengan responden dengan Jawa 25 39,7
bantuan formulir isian data penelitian. Padang 5 7,9
Data asupan natrium diperoleh dari Aceh 2 3,2
makanan. Data asupan antrium lansia Total 63 100,0
diperoleh dari makanan yang dikonsumsi 4. Riwayat Penyakit
lansia selama satu hari. Makanan yang Tidak ada 13 20,6
dikonsumsi dari dapur diperoleh denngan Hipertensi 30 47,6
penimbangan berat makanan yang Rematik 9 14,3
dikonsumsi lansia. Penimbangan makanan Diabetes 2 3,2
dilakukan untuk makan pagi, siang dan Maag 6 9,5
malam hari. Kemudian dicatat kedalam TB Paru 3 4,8
formulir food weighing. Sedangkan Total 63 100,0
makanan selingan yang dikonsumsi lansia
dari luar panti diperoleh dengan Pada tabel 1 diatas diketahui bahwa
melakukan recall dalam setiap kali jenis kelamin lansia paling dominan adalah
penimbangan. Kemudian makanan yang jenis kelamin perempuan sebanyak 32
dikonsumsi lanjut usia dianalisis dengan orang (50,8%). Umur lansia yang paling
menggunakan software nutrisurvey versi dominan pada penelitian ini adalah lansia
Indonesia untuk mengatahui asupan yang berumur 65-74 tahun, yaitu sebanyak
natrium lanjut usia selama satu hari. 33 orang (52,4%). Suku lansia paling
Pengukuran asupan natrium lansia di UPT dominan adalah lansia yang bersuku
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai batak, yaitu sebanyak 31 orang (49,2%).
dilakukan selama dua hari tidak Riwayat penyakit lansia paling dominan

3
adalah lansia yang menderita hipertensi Tabel 4. Tabulasi Silang Jenis Kelamin
sebanyak 30 orang (47,6%). dengan Kejadian Hipertensi di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Tabel 2. Distribusi Kejadian Hipertensi Usia Binjai tahun 2014
Pada Lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Binjai tahun Kejadian Hipertensi
Tidak
2014 Jenis Hipertens Hipertensi Total p
Kelamin i

Kejadian n % n % n %
n % Laki-laki 11 35,5 20 64,5 31 100,0
Hipertensi Perempu 0,045
20 62,5 12 37,5 32 100,0
Tidak Hipertensi 31 49,2 an
Hipertensi 32 50,8
Total 63 100,0 Pada tabel 4 diatas diketahui bahwa
jenis kelamin laki-laki dan wanita
Pada tabel 2 diatas diketahui bahwa memiliki persentase yang sama terhadap
lansia dalam penelitian ini yang memiliki kejadian hipertensi. Akan tetapi jenis
kejadian hipertensi dengan tekanan darah kelamin laki-laki 64,5% cenderung
≥140/90 mmHg sebanyak 32 orang menderita hipertensi. Hasil tabulasi silang
(50,8%). Dan tidak hipertensi dengan antara jenis kelamin dengan kejadian
tekanan darah <140/90 mmHg sebanyak hipertensi didapat nilai p sebesar 0,045
31 orang (49,2%). (p<0,05) artinya jenis kelamin
berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Tabel 3. Distribusi Asupan Natrium Hal ini disebabkan karena gaya hidup
Lansia di UPT Pelayanan lansia laki-laki yang pada akhirnya dapat
Sosial Lanjut Usia Binjai tahun mempengaruhi kejadian hipertensi, seperti
2014 kebiasaan merokok pada kebanyakan
lansia yang berjenis kelamin laki-laki,
stress, konsumsi kopi, dan makan tidak
Asupan Natrium n % terkontrol.
Cukup 33 52,4 Menurut Irza (2009) pada dasarnya
Lebih 30 47,6 prevalensi terjadinya hipertensi pada pria
Total 63 100,0 sama dengan wanita. Pada wanita
premenopouse wanita mulai kehilangan
Pada tabel 3 diatas diketahui bahwa sedikit demi sedikit hormone estrogen
lansia dengan asupan natrium dalam yang selama ini melindungi pembuluh
kategori cukup (<2400 mgNa) sebanyak darah dari kerusakan. Proses ini akan terus
33 orang (52,4%) dan lansia dengan berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
asupan natrium dalam kategori lebih berubah kuantitasnya sesuai dengan umur
(>2400 mgNa) sebanyak 30 orang wanita secara alami, yang umumnya mulai
(47,6%). terjadi pada wanita 45-55 tahun. Oleh
karena itu ketika wanita sudah monopuse
akan sama beresikonya untuk terkena
penyakit hipertensi dengan jenis kelamin
laki-laki.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Napitupulu (2014), di
menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin
dengan hipertensi dengan nilai p=0,001
(<0,05) artinya terdapat hubungan yang

4
bermakna antara jenis kelamin dengan Tabel 6. Tabulasi Silang Asupan
kejadian hipertensi. Dan nilai OR 2,043 Natrium dengan Kejadian
artinya jenis kelamin laki-laki lebih Hipertensi di UPT
beresiko 2.043 kali lebih beresiko terkena Pelayanan Sosial Lanjut
hipertensi dibanding kan jenis kelamin Usia Binjai tahun 2014
perempuan.
Status Hipertensi
Asupan Tidak
Tabel 5. Tabulasi Silang Umur dengan Natrium Hipertensi
Hipertensi Total p
Kejadian Hipertensi di UPT n % n % n %
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Cukup 6 54,5 5 45,5 11 100,0
0,005
Binjai tahun 2014 Lebih 9 30,0 21 70,0 32 100,0

Kejadian Hipertensi
Umur Tidak Pada tabel 6 diatas diketahui bahwa
Hipertensi Total p
(thn) Hipertensi asupan natrium lansia baik dalam kategori
n % n % n % cukup dan lebih memiliki persentase yang
55-64 6 54,5 5 45,5 11 100,0 hampir sama terhadap kejadian hipertensi.
65-74 14 42,4 19 57,6 33 100,0 0,520 Dengan rata-rata asupan natrium lansia
≥75 11 57,9 8 42,1 19 100,0
sebesar 1856,42 mgNa . Asupan natrium
lebih 70% cenderung menyebabkan
Pada tabel 5 diatas diketahui bahwa
hipertensi. Hasil tabulasi silang antara
kejadian hipertensi pada lansia memiliki
asupan natrium dengan kejadian hipertensi
rentang umur yang sama yaitu 65-74
didapat nilai p sebesar 0,005 (p<0,05)
tahun. Hasil tabulasi silang antara umur
artinya asupan natrium memiliki hubungan
dengan kejadian hipertensi didapat nilai p
yang signifikan dengan kejadian
sebesar 0,520 (p>0,05) artinya umur tidak
hipertensi.
memiliki hubungan yang signifikan
Untuk mengukur asupan natrium
dengan kejadian hipertensi.
didalam tubuh terhadap kejadian hipertensi
Menurut Rahayu (2012)
dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
peningkatan kejadian hipertensi yang
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada
dipengaruhi oleh bertambahnya umur
waktu sore hari. Karena ketika sore hari
terjadi secara alami sebagai proses menua
lanjut usia sudah beristirahat disetiap
dan didukung oleh beberapa faktor
wisma masing-masing. Sehingga
eksternal. Hal ini berkaitan dengan
pemeriksaan tekanan darah menjadi lebih
perubahan struktur dan fungsi
optimal. Rata-rata tekanan darah lansia
kardiovaskular. Seiring dengan
yaitu 140/90 mmHg atau disebut juga
bertambahya umur, dinding vertrikel kiri
hipertensi tingkat ringan.
dan katub jantung menebal serta elastisitas
Untuk mengetahui asupan natrium
pembuluh darah menurun. Atherosclorosis
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
meningkat, terutama pada individu dengan
Usia Binjai tahun 2014 dilakukan
gaya hidup tidak sehat. Kondisi inilah
penimbangan makanan pagi, siang dan
yang menyebabkan peningkatan tekanan
malam hari. Penimbangan makanan
darah sistolik maupun diastolik berdampak
dilakukan selama dua hari tidak berturut.
pada peningkatan tekanan darah.
Sedangkan untuk makanan selingan yang
Hal ini sama dengan penelitian
dikonsumsi lansia dari luar panti dilakukan
yang dilakukan oleh Elisabeth (2011) tidak
recall kepada lansia dengan menanyakan
ada hubungan yang bermakna antara umur
makanan apa saja yang dikonsumsi lansia
dengan kejadian hipertensi pada kelompok
setiap kali penimbangan makanan.
umur > 60 tahun dengan nilai p 0,570
Asupan natrium yang berlebih
(>0,05).
menyebabkan hipertensi dikarenakan
lansia menambah garam ke dalam

5
makanan dan membeli makanan dari luar Pengaruh asupan natrium terhadap
panti atau memasak makanan sendiri. Hal timbulnya hipertensi terjadi melalui
ini disebabkan karena tidak cukupnya atau peningkatan volume plasma, curah
kurang selera makan lansia terhadap jantung, dan tekanan darah. Konsumsi
makanan yang diberikan oleh panti. Panti natrium yang berlebih menyebabkan
membuat siklus menu 7 harian yang konsentrasi natrium didalam cairan
menyebabkan lansia bosan dengan menu ekstraseluler meningkat. Untuk
yang sama setiap minggunya. Makanan menormalkannya, cairan intraseluler
selingan seperti buah-buahan juga ditarik keluar, sehingga cairan
dibagikan kepada lansia setiap seminggu ekstraseluler meningkat. Meningkatnya
sekali. Adapun jenis makanan yang tinggi cairan ekstraseluler tersebut meningkatkan
akan kandungan natrium yang dikonsumsi volume darah. Disamping itu, konsumsi
oleh lansia yang disediakan dari panti garam dalam jumlah yang tinggi dapat
adalah ikan teri, susu, sayur sawi, tahu, mengecilkan diameter arteri, sehingga
tempe, nasi goreng, indomi dan garam. jantung harus memompa lebih keras untuk
Makanan yang dikonsumsi lansia dari luar mendorong volume darah yang meningkat
panti yang tinggi akan kandungan melalui ruang semangkin sempit akibatnya
natriumnya adalah gorengan, lontong, nasi dapat menyebabkan hipertensi (Anggraini,
gurih, roti coklat, keripik. 2008).
Asupan natrium yang berlebih Hal ini sejalan dengan penelitian
namun tidak menyebabkan hipertensi pada yang dilakukan oleh Mamoto,dkk (2013)
lansia hal ini disebabkan karena lansia di Puskesmas Tumaratas Kecamatan
tersebut lebih banyak melakukan aktifitas Langowan Barat Kabupaten Minahasa
fisik sehingga cenderung menurunkan menunjukan bahwa terdapat hubungan
tekanan darahnya. yang signifikan antara asupan natrium
Asupan natrium yang cukup namun dengan kejadian hipertensi dengan nilai p
menyebabkan hipertensi pada lansia hal ini 0,003 (nilai <0,05). Dengan nilai OR 4,063
disebabkan karena pada dasarnya lansia artinya asupan natrium lebih dari 2400
sudah memiliki riwayat penyakit mgNa lebih beresiko 4,063 kali lebih
hipertensi. Asupan natrium yang beresiko terkena hipertensi dibandingkan
dianjurkan untuk penderita hipertensi yaitu asupan natrium kurang dari 2400 mgNa.
<1200 mgNa. Akan tetapi asupan natrium Namun berbeda dengan penelitian
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut yang dilakukan oleh Syarifuddin (2012),
Usia Binjai yang penderita hipertensi dari 100 lansia hanya 21 orang yang
selalu ≥1200 mgNa sehingga asupan natriumnya lebih sehingga
menyebabkan tekanan darah penderita didapatkan nilai p dari uji chi-square 1,000
selalu diatas 140/90 mmHg. Asupan artinya tidak terdapat hubungan antara
natrium yang terus-menerus tinggi lansia yang mengkonsumsi asupan natrium
menyebabkan tekanan darah juga ikut lebih dengan kejadian hipertensi.
tinggi. Dan jika tekanan darah terus-
menerus tinggi menyebabkan terjadinya Kesimpulan dan Saran
hipertensi dan dapat memicu terjadinya 1. Kesimpulan
komplikasi pada lansia seperti gagal a. Lansia yang berada di UPT
jantung, perdarahan otak, kerusakan pada Pelayanan Sosial Lanjut Usia
retina mata, gagal ginjal dan angina. Binjai ada 50,8% yang menderita
Adapun yang menyebabkan panti tidak hipertensi, lebih banyak terjadi
mampu untuk membedakan menu antara pada lansia yang berjenis kelamin
penyakit tertentu disebabkan karena laki-laki (64,5% ) dengan rentang
kurangnya anggaran dari pemerintah umur 65-74 tahun sebesar (57,6%).
sehingga diet yang disajikan tidak optimal.

6
b. Asupan natrium lansia di UPT Sumatera Utara Diakses tanggal
Pelayanan Sosial Lanjut Usia 03 Desember 2014.
Binjai dengan kategori lebih Napitupulu, Susi. 2014. Faktor-Faktor
sebesar 70% yang mengalami yang Behubungan dengan
hipertensi. Ada hubungan yang Hipertensi Pada Lansia Usia
signifikan antara asupan natrium Pertengahan di Desa Belang
dengan kejadian hipertensi di UPT Malum Kabupaten Dairi Tahun
Pelayanan Sosial Lanjut Usia 2014. Skripsi. Universitas
Binjai tahun 2014 Sumatera Utara. Diakses tanggal
20 Desember 2014
2. Saran Palmer, Anna, Bryan William, Elizabeth
a. Diharapkan ahli gizi di UPT Yasmine, Rina Astikawati, dan
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Amalia Safitri. 2005. Tekanan
Binjai lebih menjaga dan Darah Tinggi. Jakarta: Penerbit
mengawasi makanan yang Erlangga.
dikonsumsi lansia dengan Rahayu, Hesti. 2012. Faktor Resiko
melakukan pemantauan kesetiap Hipertensi Pada Masyarakat
wisma lansia. RW 01 Srengseng Sawah
b. Diharapkan kepada lanjut usia Kecmatan Jagakarsa Kota
untuk membatasi asupan garam Jakarta Selatan. Skripsi.
dan mengurangi makanan tinggi Universitas Indonesia. Diakses
kandungan natriumnya agar tanggal 03 Desember 2014.
tekanan darah tetap normal. Riskesdas. 2007. Laporan Nasional Hasil
Riset Kesehatan Dasar 2007.
Daftar Pustaka Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Chobanian. 2003. The Seventh Report of Departemen Kesehatan RI.
the Joint National Committee Mamoto, Fifi; Grace D. Kandou; dan
on Prevention, Detection, Victor D. Pijoh. 2013. Hubungan
Evaluation, and Treatment of Antara Asupan Natrium dan
High Blood Pressure. Jurnal The Obesitas dengan Kejadian
JNC 7 Report. Diakses tanggal Hipertensi Pada Pasien
05 Agustus 2014. Poliklinik Umum Di Puskesmas
Departemen Kesehatan RI. 2013. Data Tumaratas Kecamatan
dan Informasi Kesehatan. Langowan Barat Kabupaten
Jakarta : Kementrian Kesehatan Minahasa. Diakses tanggal 05
RI. Agustus 2014.
Elisabeth, Margareth. 2012. Faktor- Mulyati; Aminuddin; dan Syaifuddin.
faktor yang Berhubungan 2011. Hubungan Pola Konsumsi
dengan Hipertensi pada Lansia Natrium dan Kalium Serta
di Posyandu Lansia Wilayah Aktifitas Fisik Dengan
Kerja Puskesmas Parsoburan Kejadian Hipertensi Pada
Kecamatan Siantar Marihat Pasien Rawat Jalan di RSUP
Pematang Siantar. Skripsi Dr.Wahidin Sudirohusodo
Universitas Sumatera Utara. Makasar. Jurnal Media Gizi
Irza, Sukraini 2009. Analisis Faktor Masyarakat Indonesia. Diakses
Resiko Hipertensi pada tanggal 03 Agustus 2014.
Masyarakat Nagari
BungoTanjung Sumatera Barat
2009. Skripsi. Universitas

You might also like