You are on page 1of 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TANDENGAN SATU
KECAMATAN ERIS KABUPATEN MINAHASA
Anggun A. Manawan1), A. J. M. Rattu1), Maureen I. Punuh1)
1)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRACT

Hypertension is a manifestation of hemodynamic balance disorders of the cardiovascular system.


Patients with hypertension rose from 600 million in 1980 to nearly 1 billion in 2008. Based on
data Riskesdas 2013, an increase in the prevalence of hypertension is based on interviews of
9.5%. The next picture in the year 2013 by using individual analysis unit show that nationally
25.8% of Indonesian people suffering from hypertension. Based on data from Minahasa district
health department in 2014, amounted to 32.910 cases of hypertensive disease, and resume the
sub-district health profile of Eris in 2014, a percentage of the total hypertension reached 90.28%,
this indicating that hypertension remains a major public health problem in the world. The study
was observational analytic with cross sectional study. This research was conducted in the village
of Tandengan The Minahasa District of Eris at 45-59-year-old community with a population of
265 people and which meet the criteria as much as 94 people. The prevalence of respondents with
hypertension as much as 40.4%. Statistical test result p= 0.392, which means there is no
relationship between carbohydrate intake with hypertension, p= 0.000, meaning that there is a
relationship between fat intake with the incidence of hypertension and the relationship between
sodium intake with hypertension, with p=0.000.

Key words: carbohydrate intake, fat intake, sodium intake, hypertension

ABSTRAK

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskular.


Penderita hipertensi meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar pada tahun
2008. Berdasarkan data Riskesdas 2013, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan
wawancara mencapai 9,5%. Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit
analisis individu menunjukan bahwa secara nasional 25,8% masyarakat Indonesia menderita
penyakit hipertensi. Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Minahasa tahun 2014, penyakit
hipertensi berjumlah 32,910 kasus, dan resume profil kesehatan kecamatan Eris tahun 2014,
presentase total hipertensi mencapai 90,28%, ini menunjukkkan bahwa hipertensi masih menjadi
masalah utama kesehatan masyarakat di dunia. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional
dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tandengan Satu
Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa pada masyarakat yang berumur 45-59 tahun dengan jumlah
populasi 265 orang dan yang memenuhi kriteria sebanyak 94 orang. Prevalensi responden yang
menderita hipertensi sebanyak 40,4%. Hasil uji statistik nilai p=0,392 yang artinya tidak terdapat
hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian hipertensi, p=0,000 artinya terdapat
hubungan antara asupan lemak dengan kejadian hipertensi dan terdapat hubungan antara asupan
natrium dengan kejadian hipertensi dengan nilai p=0,000.

Kata kunci : Asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan natrium, hipertensi

340
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN kabupaten Minahasa, 2014).


Hipertensi adalah gejala dari Berdasarkan resume profil kesehatan
sebuah sindroma, kemudian akan tercatat bahwa Desa Tandengan Satu
memicu pengerasan pembuluh darah menempati tingkat pertama dengan
sampai terjadi kerusakan target organ kejadian kasus hipertensi terbanyak di
terkait. Hipertensi merupakan wilayah kecamatan Eris jumlah
manifestasi gangguan keseimbangan keseluruhan yang menderita hipertensi
hemodinamik sistem kardiovaskular, berjumlah 138,51% atau 651 jiwa.
yang mana patofisiologinya adalah multi Menurut Bustan (2007) faktor risiko
faktor. Ada banyak faktor risiko yang adalah faktor-faktor atau keadaan-
berberperan untuk kejadian komplikasi keadaan yang mempengaruhi
penyakit kardiovaskular, ialah faktor perkembangan suatu penyakit atau status
risiko mayor seperti hipertensi, dan kesehatan. Istilah mempengaruhi
kerusakan organ sasaran seperti jantung, mengandung pengertian menimbulkan
otak, penyakit ginjal kronik, penyakit risiko lebih besar pada individu atau
arteri perifer (Yogiantoro, 2014). masyarakat untuk terjangkitnya suatu
Berdasarkan laporan World penyakit atau terjadinya status kesehatan
Health Organization, prevalensi tertentu. Faktor risiko yang dapat
peningkatan tekanan darah pada orang berpengaruh pada kejadian hipertensi
dewasa berusia 25 tahun ke atas sekitar ada faktor risiko yang dapat diubah dan
40% pada tahun 2008 dan penderita faktor risiko yang tidak dapat diubah.
hipertensi meningkat dari 600 juta pada Beberapa faktor risiko yang tidak dapat
tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar diubah seperti genetik, usia, jenis
pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi kelamin, dan ras. Sedangkan faktor
tertinggi terdapat di kawasan Afrika risiko yang dapat diubah berhubungan
sebesar 46%, dan terendah di Amerika dengan faktor lingkungan berupa
sebesar 35% (WHO, 2013), pada data perilaku atau gaya hidup seperti obesitas,
Riskesdas (2013) terjadi peningkatan kurang aktivitas, stres, dan konsumsi
prevalensi hipertensi berdasarkan makanan. Konsumsi makanan yang
wawancara, apakah pernah didiagnosis memicu terjadinya hipertensi
tenaga kesehatan dan minum obat diantaranya adalah konsumsi makanan
hipertensi mencapai 9,5%. Berdasarkan asin, konsumsi makanan manis, dan
hasil tekanan darah, prevalensi hipertensi konsumsi makanan berlemak (Bustan,
pada masyarakat umur 18 tahun ke atas 2007).
tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar
31,7%. Pengaruh asupan natrium terhadap
Berdasarkan data dinas kesehatan hipertensi terjadi melalui peningkatan
Kabupaten Minahasa tahun 2014, volume plasma atau cairan tubuh dan
penyakit hipertensi juga merupakan tekanan darah (Gray, dkk, 2009).
penyakit menonjol yang kedua dari Berdasarkan penelitian oleh Rawasiah,
sepuluh penyakit yang ada di Minahasa dkk tentang hubungan faktor konsumsi
dengan jumlah 32,910 kasus (Dinkes makanan dengan kejadian hipertensi

341
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

pada lansia di puskesmas Pattingallong kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 94


bahwa ada hubungan antara konsumsi orang. Data primer dalam penelitian ini
makanan asin dengan hipertensi adalah data yang didapat dari melakukan
(Rawasiah, dkk, 2014). Penelitian yang pemeriksaan tekanan darah dan survei
dilakukan oleh Pradono menunjukkan konsumsi makanan yang ditinjau dari
bahwa ada hubungan makan atau minum asupan karbohidrat, asupan lemak, dan
manis dengan hipertensi (Pradono, asupan natrium. Analisis data dilakukan
2010). Lemak jenuh dan kolesterol dengan univariat dan bivariat dengan uji
diketahui dapat memperbesar risiko chi-square. Variabel hipertensi
seseorang untuk terkena hipertensi dan ditentukan dengan mengukur tekanan
penyakit jantung (Sulistyoningsih, darah pada responden dengan
2011). Penelitian yang dilakukan oleh sphygmomanometer dan stetoskop, dan
Syahrini tentang faktor-faktor risiko variabel konsumsi makanan diukur
hipertensi primer di puskesmas dengan menggunakan semiquantitative
Tlogosari Kulon kota Semarang food frequency questionnaire. Data
menunjukkan bahwa ada hubungan sekunder dalam penelitian ini adalah
antara kebiasaan konsumsi makanan data yang diperoleh dari profil Desa
berlemak dengan kejadian hipertensi Tandengan Satu dan Profil Puskesmas
(Syahrini, dkk, 2012). Tujuan dari Tandengan.
penelitian ini adalah mengetahui HASIL
hubungan antara konsumsi makanan Berdasarkan tabel karakteristik
sumber karbohidrat, lemak, dan natrium responden jumlah responden dengan
dengan kejadian hipertensi di Desa jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 20
Tandengan Satu Kecamatan Eris orang atau 21,3% dan responden yang
Kabupaten Minahasa. jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
74 orang atau 78,7%. Jumlah responden
METODE PENELITIAN yang bekerja sebagai PNS sebanyak 27
Penelitian ini merupakan jenis orang atau 28,7%, responden yang
penelitian yang bersifat analitik bekerja sebagai pegawai swasta
observasional dengan rancangan cross sebanyak 1 orang atau 1,1%, responden
sectional study. Penelitian ini dilakukan yang bekerja sebagai wiraswasta
di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris sebanyak 9% atau 9,6%, responden yang
Kabupaten Minahasa, pada bulan bekerja sebagai petani dan nelayan
September – Desember 2015. Populasi sebanyak 15 orang atau 16%, responden
dalam penelitian ini adalah seluruh yang bekerja sebagai buruh dan tukang
masyarakat yang berumur 45-59 tahun di sebanyak 1 orang atau 1,1%, dan
Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris responden yang tidak memiliki
Kabupaten Minahasa. Populasi yang pekerjaan sebanyak 41 orang atau
diperoleh yaitu sebanyak 265 orang. 43,6%.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling
dengan besar sampel yang memenuhi

342
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Tabel 1. Distribusi Tekanan Darah Pada Berdasarkan tabel 2, responden


Responden yang memiliki asupan karbohidrat lebih
No. Tekanan Darah n % sebanyak 16 orang (17,0%) dan
responden yang memiliki asupan
1. Hipertensi 38 40,4
karbohidrat cukup sebanyak 78 orang
2. Tidak Hipertensi 56 59,6 (83%). Responden yang memiliki asupan
Total 94 100 lemak lebih sebanyak 30 orang (31,9%)
dan responden yang memiliki asupan
Berdasarkan tabel 1, responden lemak cukup sebanyak 64 orang
yang menderita hipertensi sebanyak 38 (68,1%).. Responden yang memiliki
orang atau 40,4% dan responden yang asupan natrium lebih sebanyak 32 orang
tidak menderita hipertensi sebanyak 56 (34%) dan responden yang memiliki
orang atau 59,6% asupan natrium cukup sebanyak 62
orang (66%).
Tabel 2. Distribusi Asupan Karbohidrat, Hasil analisis Chi-Squar pada
Lemak, Dan Natrium Pada tabel 3. diperoleh p=0,392 (p > 0,05),
Responden yang artinya tidak terdapat hubungan
Asupan antara asupan karbohidrat dengan
No. Karbohidrat n % kejadian hipertensi.
Hasil analisis Chi-Square diperoleh
1. Lebih 16 17,0 p=0,000 (p < 0,05), yang artinya terdapat
2. Cukup 78 83,0 hubungan antara asupan lemak dengan
Asupan kejadian hipertensi.
No. Lemak n % Hasil analisis Chi-Square diperoleh
p=0,000 (p <0,05), yang artinya terdapat
1. Lebih 30 31,9 hubungan antara asupan natrium dengan
kejadian hipertensi.
2. Cukup 64 68,1
Asupan
No. Natrium n %

1. Lebih 32 34

2. Cukup 62 66

343
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Tabel 3. Hubungan Antara Asupan Karbohidrat, Lemak, dan Natrium Dengan Kejadian
Hipertensi Di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa.
Asupan Karbohidrat
Tekanan Total
No. Lebih Cukup p*
Darah
n % n % n %
1. Hipertensi 8 50,0 30 38,5 38 40,4 0,392
Tidak
2. Hipertensi 8 50,0 48 61,5 56 59,6 (p<0,05)
Jumlah 16 100 78 100 94 100
Asupan Lemak
Tekanan Total
No. Lebih Cukup p*
Darah
n % n % n %
1. Hipertensi 21 70,0 17 26,6 38 40,4 0,000
Tidak
2. Hipertensi 9 30,0 47 73,4 56 59,6 (p<0,05)
Jumlah 30 100 64 100 94 100
Asupan Natrium
Tekanan Total
No. Lebih Cukup p*
Darah
n % n % n %
1. Hipertensi 31 96,9 7 11,3 38 40,4 0,000
Tidak
2. Hipertensi 1 3,1 55 88,7 56 59,6 (p<0,05)
Jumlah 32 100 62 100 94 100

PEMBAHASAN karbohidrat tidak memiliki nilai


Hubungan Antara Asupan signifikan secara statistik sebagai faktor
Karbohidrat Dengan Kejadian risiko kejadian hipertensi (p=0,599)
Hipertensi (Widyaningrum, 2012).
Hasil analisis dengan menggunakan Karbohidrat memegang peranan
Chi-square dengan tingkat kemaknaan penting di alam, karena merupakan
95% dan nilai α atau tingkat kesalahan sumber energi utama (Khasanah, 2012).
=0,05 diperoleh p=0,392. Jadi tidak Namun, kelebihan energi akan terjadi
terdapat hubungan antara asupan apabila konsumsi energi yang masuk
karbohidrat dengan kejadian hipertensi melalui makanan melebihi energi yang
(p>0,05). Hal ini sejalan dengan hasil dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan
penelitian yang dilakukan oleh diubah menjadi lemak yang
Widyaningrum, 2012 tentang hubungan menyebabkan terjadinya obesitas. Asupan
antara konsumsi makanan dengan karbohidrat tinggi menjadi salah satu
kejadian hipertensi pada lansia yang faktor penyebab obesitas (Almatsier,
menunjukkan bahwa konsumsi 2009). Asupan karbohidrat lebih dapat

344
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

menyebabkan penyakit salah satunya Lemak di dalam hidangan


obesitas dan pada orang yang menderita memberikan kecenderungan
obesitas atau kelebihan berat badan akan meningkatkan kholesterol darah, terutama
beresiko meningkatkan prevalensi lemak hewani yang mengandung lemak
penyakit kardiovaskular termasuk jenuh. Kholesterol yang tinggi bertalian
hipertensi (Departemen Gizi dan dengan peningkatan prevalensi penyakit
Kesehatan Masyarakat, 2013). hipertensi (Jauhari, 2013).

Hubungan Antara Asupan Lemak Hubungan Antara Asupan Natrium


Dengan Kejadian Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil analisis Chi- Berdasarkan uji statistik terdapat
Square pada tingkat kemaknaan 95% dan hubungan antara asupan natrium dengan
nilai α atau tingkat kesalahan =0,05 kejadian hipertensi di Desa Tandengan
diperoleh p=0,000. Jadi terdapat Satu Kecamatan Eris Kabupaten
hubungan antara asupan lemak dengan Minahasa, di peroleh p=0,000 (p<0,05).
kejadian hipertensi (p<0,05). Hal ini Penelitian ini sejalan dengan penelitian
disebabkan karena kebudayaan makan yang dilakukan oleh Anggara, dan
masyarakat minahasa, pada masyarakat prayitno dari uji statistik diketahui ada
desa Tandengan Satu makanan berlemak hubungan yang bermakna antara asupan
yang paling banyak dikonsumsi yaitu natrium dengan tekanan darah dengan
daging babi, daging anjing/RW, dan nilai p=0,000 (Anggara dan Prayitno,
makanan-makanan yang digoreng dengan 2012).
frekuensi makan daging 3-4 kali per Natrium merupakan satu-satunya
bulan dan makanan yang digoreng 2 kali elemen yang biasa dikonsumsi dalam
per hari. Penelitian ini sejalan dengan bentuk garam dapur (Jauhari, 2013). Bila
penelitian yang dilakukan oleh Salsabila asupan natrium meningkat maka ginjal
pada tahun 2014 tentang hubungan antara akan merespons agar ekskresi garam
obesitas sentral, asupan energi, lemak, keluar bersama urine ini juga akan
dan natrium dengan kejadian hipertensi meningkat. Tetapi bila upaya
menunjukkan bahwa ada hubungan mengekskresi natrium melebihi ambang
signifikan antara asupan lemak dengan kemampuan ginjal, maka ginjal akan
hipertensi dengan nilai p=0,03 (Salsabila, meretensi oksigen sehingga volume intra
2014). Namun, penelitian ini tidak sejalan vaskular meningkat (Yogiantoro, 2014).
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rawasiah, dkk tentang hubungan faktor
konsumsi makanan dengan kejadian KESIMPULAN
hipertensi pada lansia di puskesmas Berdasarkan hasil analisis dan
Pattingallong menunjukkan bahwa tidak pembahasan dalam penelitian “Hubungan
ada hubungan antara lemak dengan Antara Konsumsi Makanan Dengan
kejadian hipertensi (Rawasiah, dkk, Kejadian Hipertensi Di Desa Tandengan
2014). Satu Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa” dapat disimpulkan bahwa:

345
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

1.) Prevalensi responden yang menderita yang merupakan faktor risiko


hipertensi sebanyak 38 orang atau hipertensi, dan usahakan untuk
40,4%. mendapat populasi dan memperbesar
2.) Berdasarkan hasil analisis hubungan sampel lebih banyak sehingga
antara asupan karbohidrat dengan hasilnya lebih akurat.
kejadian hipertensi di Desa
Tandengan Satu Kecamatan Eris
Kabupaten Minahasa tidak terdapat DAFTAR PUSTAKA
hubungan antara asupan karbohidrat
dengan kejadian hipertensi. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
3.) Berdasarkan hasil analisis hubungan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
antara asupan lemak dengan kejadian Utama.
hipertensi di Desa Tandengan Satu Anggara F.H.D, Prayitno N. 2013.
Kecamatan Eris Kabupaten Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Minahasa terdapat hubungan antara Dengan Tekanan Darah Di
asupan lemak dengan kejadian Puskesmas Telaga Murni Cikarang
hipertensi. Barat Tahun 2012.
4.) Berdasarkan hasil analisis hubungan http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/art
antara asupan natrium dengan ikel%204.%20vol%205%20no%20
kejadian hipertensi di Desa 1_feby.pdf. (Jurnal Online, Diakses
Tandengan Satu Kecamatan Eris pada tanggal 25 mei 2015).
Kabupaten Minahasa terdapat
hubungan antara asupan lemak Bustan M.N. 2007. Epidemiologi
dengan kejadian hipertensi. Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
SARAN
Dinkes, 2014. Profil Kesehatan
1.) Bagi masyarakat Desa Tandengan
Kabupaten Minahasa.
Satu Kecamatan Eris untuk dapat
rutin 2 kali seminggu untuk Departemen Gizi dan Kesehatan
mengecek tekenan darah di Masyarakat, 2013. “Gizi dan
Puskesmas atau tempat pelayanan Kesehatan Masyarakat”. Jakarta:
kesehatan. Raja Grafindo Persada.
2.) Disarankan agar masyarakat dapat
menerapkan pola makan yang sehat Gray H. Huon, Dawkins D. Keith,
dan seimbang dan untuk masyarakat Simpson A. Iain, dan Morgan M.
yang sudah menderita hipertensi John, 2009. Kardiologi. Edisi
kiranya dapat menerapkan diet keempat. Jakarta: Erlangga.
rendah garam dan membatasi asupan https://books.google.co.id/books?id
lemak. =VbLekHPo5CEC&pg=PA59&dq
3.) Untuk penelitian selanjutnya =pengaruh+asupan+natrium+terhad
diharapkan dapat melakukan ap+tekanan+darah&hl=id&sa=X&
penelitian dengan topik yang sama ved=0CBsQuwUwAGoVChMI75H

346
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302 - 2493

Uyr2myAIFB5COCH1R3w9f. Syahrini Nur, Setyawan E.H, Udiyono A,


(Diakses online pada tanggal 3 2012. Faktor-Faktor Risiko
Oktober 2015). Hipertensi Primer Di Puskesmas
Tlogosari Kulon Kota
Jauhari Ahmad, 2013. “Dasar-Dasar Semarang.http://ejournals1.undip.a
Ilmu Gizi”. Yogyakarta: Jaya Ilmu c.id/index.php/jkm. (Jurnal online.
Khasanah, N. 2012. Waspadai Beragam Diakses pada tanggal 21 September
Penyakit Degeneratif Akibat Pola 2015).
Makan. Yogyakarta: Laksana. Widyaningrum, S. 2012. Hubungan
Pradono Julianty, 2010. Faktor-Faktor Antara Konsumsi Makanan Dengan
Yang Mempengaruhi Terjadinya Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi Di Daerah Perkotaan. (Studi di UPT Pelayanan Sosial
http://ejournal.persagi.org/go/index. Lanjut Usia Jember.
php/gizi_indon/article/viewFile/83/ http://bagiangizikesehatanmasyara
80. (Jurnal online. Diakses pada katfakultaskesmasuniversitasjember
tanggal 25 Mei 2015). //journal.org (Skripsi online
Diakses pada tanggal 25 Mei 2015).
Rawasiah A.B, Wahiduddin, Rismayanti.
2014. Hubungan Faktor Konsumsi WHO, 2013. A global brief on
Makanan Dengan Kejadian hypertension : Silent killer, global
Hipertensi Pada Lansia di public health crisis.
Puskesmas Pattingallong. http://www.who.int/cardiovascular_
http://Respository.unhas.ac.id/bitstr diseases/publications/global_brief_
eam/handle/123456789/10836/A.B hypertension/en (Diakses online
ESSERAWASIAHM.MAPPAGILI pada tanggal 20 mei 2015).
NG (Jurnal online. Diakses pada
Yogiantoro Mohammad, 2014. Buku Ajar
tanggal 25 Mei 2015).
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi
Salsabila Syefira, 2014. “Hubungan VI. Jakarta: Interna Publishing.
Antara Obesitas Sentral Asupan
Energi, Lemak, Dan Natrium
Dengan Kejadian
Hipertensi”http://etd.repository.ug
m.ac.id/index.php?mod=penelitian_
detail&sub=PenelitianDetail&act=v
iew&typ=html&buku_id=72610.(J
urnal online. Diakses online pada
tanggal 1 Desember 2015).

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk


Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

347

You might also like