You are on page 1of 8

1

Hubungan asupan natrium, faktor stres dan pengetahuan gizi dengan hipertensi pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019

The relationship of sodium intake, stress factors and nutritional knowledge with hypertension in the elderly in the
work area of Pangkalan Kerinci Health Center in Pelalawan Regency in 2019

Weni Wahyuni1
Program studi S1 Gizi fakultas ilmu kesehatan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

ABSTRACT

Background: Hypertension or high blood pressure is influenced by several factors including food intake, stress factors
and nutritional knowledge. These factors are important things that must be known by the elderly. Objective: The
purpose of this study was to analyze the relationship of sodium consumption, stress factors and nutritional knowledge
with the incidence of hypertension in the elderly in the Work Area of Pangkalan Kerinci Community Health Center in
2019. Method: This type of research is quantitative with cross sectional study design. This research was conducted on
June 17-July 17 2019 with a total of 94 samples obtained by purposive sampling technique. Analysis of the data used is
univariate and bivariate analysis with Chi Square test. Results: The results found there is a relationship between
sodium intake with the incidence of hypertension in the elderly in the Work Area of Pangkalan Kerinci Community
Health Center with a value (p = 0.01), stress factors (p = 0.00), nutritional knowledge (p = 0.00). Conclusion: Thus
there is a significant relationship between sodium intake, stress factors and nutritional knowledge with the elderly in
the Pangkalan Kerinci Community Health Center in 2019.

Keywords: consumption of sodium, stress factors, nutritional knowledge, the incidence of hypertension

ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi atau penyakit darah tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti
asupan makanan, faktor stress dan pengetahuan gizi. Faktor-faktor tersebut merupakan hal penting yang harus
diketahui oleh lansia. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan konsumsi natrium,
faktor stres dan pengetahuan gizi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkalan
Kerinci Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional study. Metode:
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 Juni-17 Juli 2019 dengan jumlah 94 sampel yang diperoleh dengan teknik
purposive sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di
di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkalan Kerinci dengan nilai (p=0,01), faktor stres (p=0,00), pengetahuan gizi
(p=0,00). Kesimpulan: Dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara asupan natrium, faktor stres
dan pengetahuan gizi dengan lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkalan Kerinci Tahun 2019. Diharapkan
kepada pelayanan kesehatan agar berperan ganda sebagai pemberi pelayanan dan pendidik untuk memberi
informasi hipertensi bagi lansia.

Kata kunci : Konsumsi natrium, faktor stres, pengetahuan gizi, kejadian hipertensi
PENDAHULUAN rata-rata Indonesia (Kemenkes RI, Riskesdas 2018). Data
Menurut Fatmah (2010) lanjut usia (lansia) Riskesdas 2013 di provinsi Riau menunjukkan bahwa
merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia prevalesi hipertensi mencapai 20.9%.
individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ Menurut Udjianti (2010) hipertensi atau tekanan
tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-
otot tubuh. Lebih lanjut, Fatmah (2010) menambahkan lebih dari suatu periode. Studi empiris yang dilakukan
bahwa penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibatoleh Fitriana dkk (2015) menunjukkanbahwa hipertensi
dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. termasuk jenis penyakit yang dikategorikan sebagai
Dengan demikian kemampuan jaringan tubuh untuk penyakit yang membunuh secara diam-diam, karena
mempertahankan fungsi secara normal menghilang, penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
memperbaiki kerusakan yang diderita. darahnya.
Jumlah lansia yang semakin Hipertensi atau penyakit darah tinggi
meningkat dari tahun ketahunnya membawa dampak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
positif maupun negatif dimasa depan (Kementerian penyebab hipertensi adalah asupan makanan. Silalahi
Kesehatan Republik Indonesia, 2017 (Kemenkes (2010) RI, menyatakanmakanan mempunyai peranan penting
2017). Dampak positif apabila penduduk lansia berada dalam meningkatkan tekanan darah seperti konsumsi
natrium berlebih dan tinggi lemak. Hampir seperempat
dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain,
besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika penduduk Indonesia (24,5%) yang berusia diatas 10
lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang tahun mengkonsumsi makanan asin setiap harinya
berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan,(Riskesdas, 2018). Dengan demikian tidak
penurunan pendapatan/penghasilan, mengherankan
peningkatan jika hipertensi menjadi penyakit nomor
satu
disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan pada lansia (Tabel 1.2) akibat pola makan tinggi
yang tidak ramah terhadap penduduk lansia. natrium.
Risiko penyakit hipertensi juga dipengaruhi
Menurut World oleh
Health faktor stres. Hasil riset Healtwise (2009)
Organizastion(WHO), di kawasan Asia Tenggara mengatakan bahwa stres dapat membuat seseorang
merasa gelisah, mudah marah dan tegang. Salah satu
populasi lansia pada tahun 2000 terdapat 53.000.000 atau
akibat stres yang paling sering adalah hipertensi. Lebih
sekitar 7,4%, kemudian di tahun 2010 naik sebesar 9,77%
lanjut, stres mengakibatkan aktivitas simpatis meningkat,
atau sebanyak 240.000.000 lansia dan diperkirakan pada
tahun 2020 jumlah lansia di asia tenggara meningkat terjadi konstriksi vena dan peningkatan kontraktilitas,
sebesar 11,34% atau 288.000.000, hal volume
ini preload naik, curah jantung meningkat dan
mengindikasikan bahwa setiap tahun adanya lansia yangakhirnya meningkatkan hipertensi.
meningkat. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun Selain faktor konsumsi natrium dan
2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai sekitar stres,pengetahuan gizi merupakan hal yang penting
80.000.000 jiwa. (KemenkesRI, 2013). diketahui oleh para lansia. Hal ini karenagizi merupakan
Penyakit yang mendominasi lansia faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan
adalah golongan penyakit tidak menular, penyakit kronik
dan degeneratif, terutama golongan mental lansia (Dona dkk, 2017).
penyakit
kardiovaskular. Adapun penyakit dengan persentase Survey awal untuk penelitian ini menunjukkan
bahwa di Puskesmas Pangkalan Kerinci jumlah pasien
tertinggiadalah hipertensi dengan persentase > 50% yang
menandakan bahwa lansia beresiko mengidap penyakit hipertensi lansia adalah yang terbanyak diantara
ini. Puskesmas lainnya di Kabupaten Pelalawan yaitu
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan berjumlah 602 pasien dan diprediksi akan terus
bahwa prevalensi hipertensi meningkat. Ditinjau dari pola makan yang biasa
di Indonesia 25.8%,
meningkat di tahun 2018 yaitu 34.1% dan prevalensi dikonsumsi oleh masyarakat Pangkalan Kerinci pada
hipertensi di provinsi Riau berada dibawah prevalensiumumnya memiliki kadar natrium yang tinggi. Dengan
demikian risiko untuk mengidap penyakit hipertensi cross sectional.. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17
sangat tinggi, maka dari itu ada asumsi mengenai Juni-16 Juli di Puskesmas Berseri Kecamatan Pangkalan
hubungan dari variabel-variabel yang telah dijelaskan
Kerinci Kabupaten Pelalawan.. Sampel penelitian ini
sebelumnya terhadap hipertensi pada lansia yang adaadalah
di Lansia usia 45-74 tahun yang terdaftar di wilayah
Kecamatan Pangkalan Kerinci. kerja Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci dengan,
bersedia menjadi sampel sampai penelitian selesai.
METODE PENELITIAN Jumlah sampel sebanyak 94 lansia. Varibel bebas dalam
penelitian ini adalah asupan natrium, afktor stress dan
Penelitian ini menggunakan metode jenis pengetahuan gizi. Variabel terikat dalam penelitian ini
penelitian observasional analitik dengan pendekatanadalah Hipertendi pada lansia.
HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat
Tabel 4.2 Distribusi Lansia Menurut Food Recall 24 Jam Asupan Natrium

Asupan Frekuensi Persentase (%)


Natrium (n)

Tidak Baik 62 66

Baik 32 34

Total 94 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan distribusi lansia menurut asupan natrium dari 94 lansia
didapatkan 62 (66 %) lansia termasuk kategori tidak baik.

Tabel 4.3 Distribusi Lansia Menurut Faktor Stres


Faktor Stres Frekuensi (n) Persentase (%)

Sangat Tinggi 5 5.3

Tinggi 65 69.1

Cukup Tinggi 15 16.0

Rendah 6 6.4

Sangat Rendah 3 3.2

Total 94 100

Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan distribusi lansia menurut faktor stres dari 94 lansia didapatkan
65 lansia (69.1%) termasuk kategori cukup tinggi.

Tabel 4.4 Distribusi Lansia Menurut Pengetahuan Gizi


Pengetahuan Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Tinggi 13 13.8

Sedang 38 40.4
Rendah 43 45.7

Total 94 100

Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan distribusi lansia menurut pengetahuan gizi dari 94 lansia
didapatkan 43 lansia (45.7%) termasuk kategori rendah.

Tabel 4.5 Distribusi Lansia Menurut Hipertensi


Status gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya 82 87.2

Tidak 12 12.8

Total 94 100

Sumber: Data Primer 2019


Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan distribusi lansia menurut hipertensi dari 94 lansia
didapatkan 82 lansia (12.8%) menderita hipertensi.

B. Analisa Bivariat
Tabel 4.6 Hubungan Asupan Natrium dengan Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019

Kejadian Hipertensi
Asupan Total
Ya Tidak P Value
Natrium
n % n % n %
Tidak Baik 58 70.7 4 33.3 62 66.0
0.019
Baik 24 29.3 8 66.7 32 34.0
Jumlah 82 100 12 100 94 100
Sumber: Hasil Uji Chi Square
Tabel 4.6 menunjukkan hubungan antara Setelah data mengenai asupan natrium pada
asupan natrium dengan kejadian hipertensi bahwa penelitian didapatkan, data di uji menggunakan
dari 62 lansia yang termasuk kategori asupan Fisher Exact Test (Pilihan Alternatif bila data tidak
natrium tidak baik terdapat 4 (33.33%) orang layak uji Chi Square Test). Dari uji Fisher Exact
lansia yang berstatus tidak hipertensi dan sebanyak Test didapatkan adanya hubungan antara asupan
32 lansia yang termasuk kategori asupan natrium natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di
baik terdapat 24 (29.3%) orang lansia yang wilayah kerja puskesmas Pangkalan Kerinci
berstatus hipertensi. Kabupaten Pelalawan Tahun 2019 (p-value ≤ 0.05).

Tabel 4.6 Hubungan Asupan Natrium dengan Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019

Kejadian Hipertensi
Asupan Total
Ya Tidak P Value
Natrium
n % N % n %
Tidak Baik 58 70.7 4 33.3 62 66.0 0.019
Baik 24 29.3 8 66.7 32 34.0
Jumlah 82 100 12 100 94 100
Sumber: Hasil Uji Chi Square

Tabel 4.6 menunjukkan hubungan antara Setelah data mengenai asupan natrium pada
asupan natrium dengan kejadian hipertensi bahwa penelitian didapatkan, data di uji menggunakan
dari 62 lansia yang termasuk kategori asupan Fisher Exact Test (Pilihan Alternatif bila data tidak
natrium tidak baik terdapat 4 (33.33%) orang layak uji Chi Square Test). Dari uji Fisher Exact
lansia yang berstatus tidak hipertensi dan sebanyak Test didapatkan adanya hubungan antara asupan
32 lansia yang termasuk kategori asupan natrium natrium dengan kejadian hipertensi pada lansia di
baik terdapat 24 (29.3%) orang lansia yang wilayah kerja puskesmas Pangkalan Kerinci
berstatus hipertensi. Kabupaten Pelalawan Tahun 2019 (p-value ≤ 0.05).

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019

Kejadian Hipertensi
Pengetahuan Total
Ya Tidak P Value
Gizi
n % n % N %
Rendah 43 52.4 0 0 43 45.7
Sedang 36 43.9 2 16.7 38 40.4 0.00
Tinggi 3 3.7 10 83.3 13 13.8
Jumlah 82 100 12 100 94 100
Sumber: Hasil Uji Chi Square

Tabel 4.8 menunjukkan hubungan antara


pengetahuan gizi dengan kejadian hipertensi bahwa
dari 43 lansia yang termasuk kategori pengetahuan
gizi rendah terdapat 43 (52.4%) orang lansia yang
berstatus hipertensi dan sebanyak 13 lansia yang
termasuk kategori pengetahuan gizi tinggi terdapat
10 (83.3%) orang lansia yang berstatus tidak
hipertensi.
Setelah data mengenai asupan natrium pada
penelitian didapatkan, data di uji menggunakan
Fisher Exact Test (Pilihan Alternatif bila data tidak
layak uji Chi Square Test). Dari uji Fisher Exact
Test didapatkan adanya hubungan antara
pengetahuan gizi dengan kejadian hipertensi pada
lansia di wilayah kerja puskesmas Pangkalan
Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019 (p-value
≤ 0.05).
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
PEMBAHASAN konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil meningkat. Untuk menormalkannya, cairan
uji statistik diperoleh nilai p value = 0,01 (p ≤ 0.05). intraseluler ditarik keluar, sehingga volume cairan
Hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
asupan natrium dengan kejadian hipertensi pada cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
lansia di wilayah kerja puskesmas Pangkalan meningkatnya volume darah. Di samping itu,
Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019. konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat
Asupan rendah kalium akan mengakibatkan mengecilkan diameter arteri, sehingga jantung harus
peningkatan tekanan darah. Kalium dan natrium memompa lebih keras untuk mendorong volume
adalah pasangan mineral yang bekerja sama dalam darah yang meningkat melalui ruang yang semakin
memelihara keseimbangan cairan, elektrolit, dan sempit dan akibatnya adalah hipertensi (Martono,
asam basa sehingga dua mineral tersebut 2010).
berpengaruh terhadap regulasi tekanan darah. Menurut asumsi peneliti bahwa asupan
Kalium banyak terdapat dalam bahan makanan natrium yang berlebihan berpengaruh pada tekanan
mentah atau segar. Proses pemasakan makanan darah. Peran keluarga sangat penting dalam upaya
dapat menyebabkan hilangnya kalium dalam bahan mengatasi lansia agar tidak kelebihan konsumsi
makanan dan penambahan garam kedalam proses garam. Usaha yang dapat dilakukan diantaranya
pemasakan makanan dapat menyebabkan kandungan adalah membiasakan lansia untuk mengonsumsi
natrium dalam makanan tersebut semakin meningkat buah-buahan dan sayuran setiap hari dan
sehingga dapat terjadi keseimbangan rasio natrium mengurangi garam pada masakan di rumah. Lansia
dan kalium dalam makanan tersebut. Pengaruh dengan hipertensi akan memperoleh manfaat dari
kalium dalam tekanan darah terjadi jika natrium mengonsumsi makanan berupa buah dan sayuran,
didalam tubuh juga tinggi, tetapi jika asupan natrium serat, dan produk rendah lemak untuk menurunkan
normal atau kurang maka pengaruh tersebut tidak asupan natriumnya
akan terlihat (Hasna, 2014). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian uji statistik diperoleh nilai p value = 0,00 (p ≤ 0.05).
yang dilakukan oleh Atun dkk (2014) hasil analisis Hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara
statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna Faktor Stres dengan kejadian hipertensi pada lansia
antara asupan natrium dengan tekanan darah. di wilayah kerja puskesmas Pangkalan Kerinci
Subyek dengan konsumsi natrium lebih mempunyai Kabupaten Pelalawan Tahun 2019.
risiko 5.7 kali terkena hipertensi dibandingkan Stres dapat memicu timbulnya hipertensi
dengan subyek yang mengonsumsi natrium cukup. melalui aktivasi sistem saraf simpatis yang
Subyek hipertensi mempunyai rasio asupan kalium mengakibatkan naiknya tekanan darah secara
natrium lebih (88%) dan 56 persen subyek non intermiten (tidak menentu) (Andria, 2013). Pada saat
hipertensi mempunyai rasio asupan kalium natrium seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan
baik. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan
yang bermakna antara rasio asupan kalium natrium tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi)
dengan tekanan darah. Subyek dengan rasio dan peningkatan denyut jantung. Apabila stres
konsumsi kalium natrium kurang mempunyai risiko berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga
5.8 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan orang tersebut akan mengalami hipertensi (South,
subyek yang rasio konsumsi kalium natrium baik. 2014).
Hal tersebut sama seperti penelitian yang Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
dilakukan oleh Putro (2009) yang menunjukkan yang dilakukan oleh Islami (2015) menunjukan
bahwa ada hubungan antara pola konsumsi sumber bahwa berdasarkan hubungan antara stres dan
natrium dengan tekanan darah. Kebiasaan hipertensi, stress lebih banyak dialami oleh penderita
mengonsumsi makanan asin berisiko menderita hipertensi dengan persentase. Hal ini menunjukan
hipertensi sebesar 3.9 kali dibandingkan orang yang bahwa stres berpengaruh terhadap hipertensi.
tidak mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan Penelitian yang dilakukan oleh Mahmudi (2012)
asin. mendukung hasil penelitian yang telah diperoleh
Pengaruh asupan garam (natrium) terdapat dalam penelitian ini yang dalam penelitiannya
timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan mengungkapkan bahwa 76,9% pasien hipertensi
volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. mengalami stres. Stres dapat mempengaruhi sistem
kardiovaskular, khususnya hipertensi, dan dipercaya menyebabkan kondisi hipertensinya menjadi lebih
sebagai faktor psikologis yang dapat meningkatkan berat (Lawson, 2011).
tekanan darah (Ikhsan dkk, 2012). Menurut asumsi peneliti dari pengertian
Setelah dilakukan uji analisis statistik diatas dapat diartikan bahwa stres dianggap
dengan uji korelasi koefisien kontingensi didapatkan sebagai respon yang merupakan kondisi atau
nilai p <0,001 yang berarti terdapat korelasi yang keadaan sebagai akibat dari tekanan emosional
sangat bermakna antara dua variabel yang diuji dimana beban yang dirasakan tidak sepadan
dengan nilai r = 0,473 artinya kekuatan korelasi dari dengan kemampuan untuk mengatasi beban
dua variabel yang diuji sedang. Arah korelasi positif tersebut sehingga dapat memicu timbulnya atau
(+) yang berarti searah, semakin besar nilai satu kambuhnya hiprtensi.
variabel maka nilai variabel lainnya juga semakin Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
besar (Siswanto dkk, 2013). Berdasarkan hasil yang uji statistik diperoleh nilai p value = 0,00 (p ≤ 0.05).
diperoleh melalui uji analisis statistik dengan tingkat Hal ini menunjukkan ada hubungan signifikan antara
kesalahan 10% bahwa apabila seseorang mengalami Pengetahuan Gizi dengan kejadian hipertensi pada
stres akan berisiko hipertensi 0,541 kali lebih besar lansia di wilayah kerja puskesmas Pangkalan
daripada orang yang tidak stres. Selain variabel stres, Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019. Hasil
terdapat variabel lain yang dapat mempengaruhi penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
risiko hipertensi yang direpresentasikan oleh nilai dilakukan oleh Usdiana dkk (2013) Nilai p adalah
konstanta sebesar 0,264. 0,019, karena nilai p<0,05 maka artinya ada
Menurut Sugiharto (2009) seseorang dengan hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan
stres kejiwaan 6 mengalami hipertensi. Kondisi stres pengendalian tekanan darah. Hasil penelitian
meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang membuktikan ada hubungan antara pengetahuan
kemudian meningkatkan tekanan darah secara tentang hipertensi dengan pengendalian tekanan
bertahap, artinya semakin berat kondisi stres darah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
seseorang maka semakin tinggi pula tekanan responden dengan tingkat pengetahuan yang baik
darahnya. Stres merupakan rasa takut dan cemas dari tentang hipertensi umumnya tekanan darahnya
perasaan dan tubuh seseorang terhadap adanya terkendali, sedangkan responden yang mempunyai
perubahan dari lingkungan. Apabila ada sesuatu hal tingkat pengetahuan tidak baik mengenai hipertensi
yang mengancam secara fisiologis kelenjar pituitary umumnya tekanan darahnya tidak terkendali.
otak akan mengirimkan hormon kelenjar endokrin Berdasarkan konsep tersebut dapat
kedalam darah, hormon ini berfungsi untuk dijelaskan bahwa semakin meningkatnya
mengaktifkan hormon adrenalin dan hidrokosrtison, pengetahuan pasien tentang hipertensi akan
sehingga membuat tubuh dapat menyesuaikan diri mendorong seseorang untuk berperilaku yang lebih
terhadap perubahan yang terjadi. Secara alamiah baik dalam mengontrol hipertensi sehingga tekanan
dalam kondisi seperti ini seseorang akan merasakan darahnya tetap terkendali. Perilaku yang baik
detak jantung yang lebih cepat dan keringat dingin tersebut bisa diterapkan dengan mengubah gaya
yang mengalir di daerah tengkuk. Selain itu hidup seperti membatasi makanan yang berlemak,
peningkatan aliran darah ke otot-otot rangka dan mengurangi makanan bergaram, tidak merokok,
penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran tidak mengkonsumsi alkohol, olahraga yang teratur,
pencernaan juga dapat terjadi karena stres. dan menghindari stres. Pengetahuan pasien
Kondisi stres yang membuat tubuh mengenai hipertensi juga berpengaruh pada
menghasilkan hormon adrenalin lebih banyak, kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan.
membuat jantung berkerja lebih kuat dan cepat. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang baik
Apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama maka tentang hipertensi akan patuh terhadap pengobatan.
akan timbul rangkaian reaksi dari organ tubuh lain. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan tentang
Perubahan fungsional tekanan darah yang hipertensi, pasien hipertensi dapat melakukan
disebabkan oleh kondisi stres dapat menyebabkan penatalaksanaan penyakitnya sehingga pasien
hipertropi kardiovaskuler bila berulang secara menjadi lebih baik.
intermiten. Begitupula stres yang dialami penderita Hasil penelitian ini sejenis dengan penelitian
hipertensi, maka akan mempengaruhi peningkatan Ragot et al (2015) yang menyatakan bahwa
tekanan darahnya yang cenderung menetap atau pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai
bahkan dapat bertambah tinggi sehingga tekanan darah memegang peranan penting dalam
kemampuan untuk mencapai kesuksesan
pengendalian tekanan darah pada hipertensi. Hasil bagi penderita hipertensi karena pendidikan
penelitian ini juga didukung oleh Alexander et al menentukan pengetahuan mereka dalam bagaimana
(2013) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan mencegah timbulnya atau kambuhnya penyakit
dan kesadaran pasien mengenai hipertensi hipertensi dengan salah satu cara menghindari
merupakan faktor penting dalam mencapai kontrol pemicu stress.
tekanan darah serta memainkan peranan penting
dalam kemampuan mengontrol hipertensi. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai Sebagian besar asupan natrium di
hipertensi berhubungan secara signifi kan dengan Puskesmas Pangkalan Kerinci termasuk kategori
kepatuhan pengobatan hipertensi (Al-Yahya et al, tidak baik, faktor stres cukup tinggi, pengetahuan
2016). Dalam penelitian Wang & Vasan (2015) gizi kategori rendah. Terdapat hubungan yang
disebutkan bahwa kurangnya pengetahuan pasien signifikan antara asupan natrium, faktor stress dan
mengenai hipertensi menjadi salah satu penyebab pengetahuan gizi dengan kejadian hipertensi pada
tidak terkontrolnya tekanan darah pasien. Penelitian lansia di wilayah kerja Puskesmas Pangkalan
lain menyatakan bahwa pengetahuan mengenai Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019.
target tekanan darah, adanya efek samping obat, Disarankan anggota keluarga selalu
pengukuran tekanan darah secara teratur, dan memperhatikan tingkat kesehatan lansia, khususnya
pengetahuan risiko hipertensi adalah variable tentang perawatan hipertensinya agar tidak
independen yang secara signifi kan mempengaruhi mengalami kekambuhan. Selain itu selalu
kepatuhan pengobatan (Morgado, 2009). mendukung dan mendorong lansia untuk rutin
Menurut asumsi peneliti bahwa memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan
pengetahuan juga mempunyai peranan terpenting agar tingkat kesehatannya dapat terpantau.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like