You are on page 1of 5

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2018 ISBN 978 602 50942 1 7

Kimia FMIPA UNMUL

PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI BASAH SISTEM TERBUKA DAN TERTUTUP


TERHADAP ANALISIS LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM SAMPEL TANAH PADA
DAERAH BEKAS PERTAMBANGAN DI SAMARINDA DENGAN AAS

THE COMPARISON WET DESTRUCTION METHODS OPEN AND CLOSED SYSTEMS


TO THE ANALYSIS OF LEAD METAL (Pb) IN SOIL SAMPLES AT THE FORMER
MINING SITE IN SAMARINDA WITH AAS

Suci Andriyaningrum*, Bohari Yusuf, Rahmat Gunawan.


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman. Jalan Barong Tongkok, Gunung Kelua, Samarinda, Indonesia.
*
Corresponding Author: sucicullen7@gmail.com

ABSTRACT

Study of the comparison wet destruction methods open and closed systems to the analysis of lead metal (Pb)
in soil samples at the former mining site in Samarinda with AAS has been done. The resultant destruction
solution was obtained from wet destruction with open and closed systems with temperature and time
variation using concentrated HNO3 acid solvent and aqua regia acid. The resultant destruction solution
obtained was dissolved with aquadest and tested by Atomic Absorption Spectrophotometer at wavelength
283.3 nm. The result obtained in this research is the concentration of lead metal (Pb) that contained in the
soil samples at the former mining site in Samarinda are 13.565 mg/kg with recovery percentage of 100.53%
in wet destruction closed methods with the use of concentrated HNO3 acid at temperature 250°C during 2
hours and 15.723 mg/kg with recovery percentage of 100.48% in wet destruction closed methods with the
use of concentrated HNO3 acid at temperature 250°C during 3 hours.

Keywords: Wet destruction methods, lead metal (Pb), concentrated HNO3, aqua regia, Atomic Absorption
Spectrophotometer.

PENDAHULUAN yang menggumpalkan lapisan logam berat secara


Bumi terdiri dari daratan dan perairan. residual di dalam saprolit dan selanjutnya berada
Perairan di muka bumi meliputi 2/3 luas bumi di dalam tanah; penggunaan bahan alami untuk
keseluruhan. Hal ini berarti daratan hanya pupuk atau penyubur tanah (soil conditioner), atau
menempati 1/3 dari luas bumi. Tanah adalah suatu pembuangan sisa dan limbah pabrik serta sampah.
benda alam yang terdapat di permukaan kulit Termasuk logam berat yang sering mencemari
bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral habitat ialah Hg, Cr, Cd, As, dan Pb [2]. Timbal
sebagai hasil pelapukan batuan, dan bahan-bahan merupakan salah satu jenis logam berat yang
organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa terjadi secara alami yang tersedia dalam bentuk
tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium biji logam, dan juga dalam percikan gunung
atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat berapi, dan bisa juga diperoleh di alam. Timbal
tertentu, yang terjadi akibat dari pengaruh merupakan zat yang sangat beracun jika terserap
kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad ke dalam tubuh. Timbal bisa menyebabkan
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu penyakit serius bagi usia muda, khususnya pada
pembentukan [1]. perkembangan otak. Timbal bisa mengurangi
Logam berat ialah unsur logam dengan tingkat IQ, memperlambat pertumbuhan dan
berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam merusak ginjal. Beberapa kasus keracunan timbal
berat pada umumnya sudah beracun bagi bisa menyebabkan koma atau kematian [3].
tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Logam Kandungan logam timbal dalam tanah yang
berat dapat masuk ke dalam lingkungan hidup diperbolehkan maksimal 420 ppm [4].
karena gumpalan lapisan alami di dalam bumi Destruksi merupakan suatu perlakuan
tersingkap, sehingga berada di permukaan bumi; pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya
pelapukan batuan yang mengandung logam berat sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini

77
Suci Andriyaningrum
Kimia FMIPA UNMUL

disebut juga perombakan, yaitu dari bentuk hingga tanda tera dan dihomogenkan sehingga
organik logam menjadi bentuk logam-logam diperoleh larutan standar Pb dengan konsentrasi
anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi 100 mg/L. Selanjutnya diambil 5 mL larutan
yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi standar Pb 100 mg/L ke dalam labu ukur 100 mL,
basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda
kering). Kedua destruksi ini memiliki teknik tera dan dihomogenkan sehingga diperoleh larutan
pengerjaan dan lama pemanasan atau standar Pb dengan kadar 5 mg/L.
pendestruksian yang berbeda [5]. Destruksi basah
terdapat dua sistem yaitu sistem destruksi basah Pembuatan Sampel Adisi
terbuka dan sistem destruksi basah tertutup. Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke
Sistem destruksi basah terbuka merupakan dalam cawan atau labu Erlenmeyer. Kemudian
campuran sampel dan reagen asam dipanaskan ditambahkan larutan standar Pb 5 mg/L sebanyak
secara terbuka dengan hot plate. Sedangkan 1 mL lalu dihomogenkan. Selanjutnya sampel siap
sistem destruksi basah tertutup merupakan reaksi untuk dianalisis.
pelarutan dan pemecahan dilakukan dalam wadah
tertutup yang lebih aman terhadap penguapan dan Destruksi Basah Sistem Terbuka
pemuaian dari bahan [6]. Variasi Asam
Dari uraian di atas maka penulis tertarik Metode destruksi basah sistem terbuka
untuk melakukan penelitian mengenai dengan menggunakan alat hot plate dilakukan
perbandingan metode destruksi basah sistem dengan cara menimbang 1 gram sampel pada labu
terbuka dan tertutup terhadap analisis logam Erlenmeyer lalu ditambahkan masing-masing
timbal (Pb) dalam sampel tanah pada daerah pelarut asam HNO3 pekat sebanyak 4 mL dan
bekas pertambangan di Samarinda dengan AAS. aqua regia 4 mL. Destruksi dengan menggunakan
hot plate sampai kesat lalu ditambahkan pelarut
METODOLOGI PENELITIAN yang dilakukan sebanyak 3 kali pemberian
Alat pelarut. Kemudian setelah kesat ditambahkan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian pelarut lalu dipanaskan sampai pelarut tinggal
ini yaitu: beaker glass, labu Erlenmeyer, spatula, setengah bagian dan didinginkan. Selanjutnya
batang pengaduk, labu takar 1000 L, labu takar ditambahkan dengan aquadest lalu disaring
100 mL, pipet mikro, neraca analitik, ayakan 60 dengan mengunakan kertas saring. Kemudian
mesh, pipet tetes, lemari asam, oven, hot plate, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan
seperangkat alat wet digester B-440 dan encerkan sampai tanda batas lalu diukur
seperangkat alat Atomic Absorption absorbansi logam timbal dengan AAS.
Spectrophotometer (AAS).
Destruksi Basah Sistem Tertutup
Bahan Variasi Asam
Bahan-bahan yang digunakan dalam Metode destruksi basah sistem tertutup
penelitian ini yaitu: sampel tanah, larutan HCl dengan menggunakan alat wet digester dilakukan
pekat, larutan HNO3 pekat, aquadest, kertas saring dengan cara menimbang 1 gram sampel pada
dan larutan standar Pb 1000 mg/L. cawan lalu ditambahkan masing-masing pelarut
asam HNO3 pekat sebanyak 4 mL dan aqua regia.
Pembuatan Larutan Destruksi dengan menggunakan wet digester pada
Larutan Induk Pb 1000 mg/L suhu 190°C selama 2 jam. Keluarkan sampel dari
Larutan induk timbal (Pb) dibuat dari wet digester lalu didinginkan. Kemudian
Pb(NO3)2 yang memiliki massa molekul relatif ditambahkan pelarut lalu dipanaskan pada suhu
331.21 g/mol. Sebanyak 0.6 gram Pb(NO3)2 100°C selama 20 menit dan didinginkan.
dilarutkan dengan aquadest ke dalam beaker glass Selanjutnya ditambahkan dengan aquadest lalu
50 mL, kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur disaring dengan menggunakan kertas saring.
1000 mL dan ditambahkan aquadest sampai tanda Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100
batas sehingga diperoleh larutan induk timbal mL dan encerkan sampai tanda batas lalu diukur
dengan konsentrasi 1000 mg/L. absorbansi logam timbal dengan AAS.
Larutan Standar Pb 5 mg/L Variasi Suhu
Larutan induk Pb 1000 mg/L dipipet Ditimbang 1 gram sampel pada cawan, lalu
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ditambahkan pelarut asam sebanyak 4 mL.
ukur 100 mL, kemudian ditambahkan aquadest Selanjutnya didestruksi dengan menggunakan wet
78
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2018 ISBN 978 602 50942 1 7
Kimia FMIPA UNMUL

digester pada variasi suhu 190°C, 250°C, dan Penentuan akurasi dilakukan dengan
350°C selama 2 jam. Keluarkan sampel dari wet metode uji pungut ulang (recovery) dengan
digester lalu didinginkan. Kemudian ditambahkan penambahan standar adisi. Persen Recovery
pelarut lalu dipanaskan pada suhu 100°C selama dihitung dengan rumus:
20 menit dan didinginkan. Selanjutnya ( ⁄ )
( ) ( )
ditambahkan dengan aquadest lalu disaring ( ⁄ )
dengan menggunakan kertas saring. Kemudian
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan HASIL DAN PEMBAHASAN
encerkan sampai tanda batas lalu diukur Pengukuran Standar Menggunakan
absorbansi logam timbal dengan AAS. Spektrofotometer Serapan Atom
Variasi Waktu
Ditimbang 1 gram sampel pada cawan, lalu
ditambahkan pelarut asam sebanyak 4 mL. 0,14
Selanjutnya didestruksi dengan menggunakan wet 0,12
digester pada suhu 190°C dengan variasi waktu y = 0,0218x
0,1

Absorbansi
selama 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Keluarkan sampel R² = 0,992
0,08
dari wet digester lalu didinginkan. Kemudian
ditambahkan pelarut lalu dipanaskan pada suhu 0,06
100°C selama 20 menit dan didinginkan. 0,04
Selanjutnya ditambahkan dengan aquadest lalu 0,02
disaring dengan menggunakan kertas saring. 0
Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 0 2 4 6 8
mL dan encerkan sampai tanda batas lalu diukur Konsentrasi (mg/L)
absorbansi logam timbal dengan AAS.
Gambar 1. Kurva Standar logam Timbal (Pb)
Penentuan Kurva Kalibrasi Standar
Sebanyak 10 mL larutan standar Pb 1000 Dari Gambar 1 tersebut diperoleh nilai
mg/L dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, persamaan garis y = 0.0218x + 0.00000.
kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda Persamaan garis tersebut digunakan untuk
tera sehingga diperoleh larutan standar Pb 100 menghitung konsentrasi logam timbal (Pb) dalam
mg/L. Selanjutnya dipipet sejumlah 0, 0.5, 1, 2, 3, sampel tanah. Dari persamaan garis tersebut y
4, dan 6 mL larutan standar Pb 100 mg/L dan menyatakan absorbansi, sedangkan x menyatakan
dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur konsentrasi.
100 mL. Kemudian ditambahkan aquadest sampai
tanda tera sehingga diperoleh larutan standar Pb Uji Akurasi
dengan konsentrasi 0, 0.5, 1, 2, 3, 4, dan 6 mg/L. Destruksi Basah Sistem Tertutup Terhadap
Masing-masing larutan standar tersebut diukur Variasi Waktu
sebanyak 20 mL dan diukur absorbansinya dengan
AAS pada panjang gelombang 283.3 nm. 120
100,53 93,72 104,25
Persen Recovery (%)

Selanjutnya dibuat kurva standar yang 100


80 100,48 91,46 86,73
85,61
menghubungkan absorbansi dengan konsentrasi 84,58
dari masing-masing larutan standar 60
40
Penentuan Konsentrasi Logam Pb Dalam 20
Sampel 0
Larutan hasil destruksi yang telah dibuat,
diamati absorbansinya dengan AAS. Untuk
mendapatkan sensitivitas maksimum maka
pengukuran logam Pb dilakukan pada panjang Asam (HNO3 dan 2 Jam
gelombang 283.3 nm. Kemudian dihitung Aqua Regia (AR)),
Suhu (0°C) 3 Jam
konsentrasi logam Pb masing-masing sampel
dengan rumus regresi yang telah didapat. Gambar 2. Persen Recovery logam timbal (Pb)
di dalam sampel tanah pada destruksi
Uji Akurasi basah sistem tertutup terhadap variasi
waktu

79
Suci Andriyaningrum
Kimia FMIPA UNMUL

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa 100% yang menandakan bahwa penyerapan
garis yang mendekati 100% adalah garis 2 jam logam timbal pada saat destruksi tidak terjadi
dan 3 jam pada suhu 250°C dengan asam HNO3 secara maksimal.
sedangkan garis 4 jam tidak mendekati 100%. Hal
ini berarti selama 2 jam dan 3 jam adalah yang 200 177,94

Persen Recovery (%)


baik digunakan untuk metode destruksi basah
sistem tertutup. Sedangkan selama 4 jam terlihat 150
100,53 100,48
persen recovery tidak mendekati 100% yang 100
menandakan bahwa penyerapan logam timbal 104,25
50 84,58
pada saat destruksi tidak terjadi secara maksimal. 54,44
0
Destruksi Basah Sistem Tertutup Terhadap TP, 250, 2 TP, 250, 3 Terbuka
Variasi Suhu Destruksi (Tertutup (TP), Terbuka),
120 Suhu (0°C), Waktu (Jam)
Persen Recovery (%)

100 93,72 100,48


100,53 104,25
91,46 HNO3 Aqua Regia
80 86,73 85,61
84,58
Gambar 4. Persen Recovery logam timbal (Pb)
60 di dalam sampel tanah pada destruksi
40 basah sistem tertutup dan sistem
20 terbuka terhadap variasi asam
0
HNO3, 2 HNO3, 3 AR, 2 AR, 3 KESIMPULAN
Metode destruksi yang paling baik
Asam (HNO3 dan Aqua Regia (AR)),
Waktu (Jam) digunakan terhadap analisis logam timbal (Pb)
dalam sampel tanah pada daerah bekas
250 350 pertambangan di Samarinda dengan AAS adalah
metode destruksi basah sistem tertutup dengan
Gambar 3. Persen Recovery logam timbal (Pb)
penggunaan asam HNO3 pekat pada suhu 250°C
di dalam sampel tanah pada destruksi
selama 2 jam yang mempunyai nilai persen
basah sistem tertutup terhadap variasi
recovery sebesar 100.53% dengan konsentrasi
suhu
logam timbal sebesar 13.565 mg/kg dan metode
destruksi basah sistem tertutup dengan
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa
penggunaan asam HNO3 pekat pada suhu 250°C
garis yang mendekati 100% adalah garis 250°C
selama 3 jam yang mempunyai nilai persen
selama 2 jam dan 3 jam dengan asam HNO3
recovery sebesar 100.48% dengan konsentrasi
sedangkan garis 190°C dan 350°C tidak
logam timbal sebesar 15.723 mg/kg. Nilai persen
mendekati 100%. Hal ini berarti pada suhu 2500C
recovery ini termasuk ke dalam rentang nilai
adalah yang baik digunakan untuk metode
persen recovery yang diterima sesuai dengan
destruksi basah sistem tertutup. Sedangkan pada
konsentrasi sampel.
suhu 190°C dan 350°C terlihat persen recovery
tidak mendekati 100% yang menandakan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
penyerapan logam timbal pada saat destruksi tidak
[1] Yuliprianto, H. 2010. Biologi Tanah dan
terjadi secara maksimal.
Strategi Pengolahannya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Destruksi Basah Sistem Tertutup Dan Sistem
[2] Notohadiprawiro, T. 2006. Repro: Ilmu
Terbuka Terhadap Variasi Asam
Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat
Mada.
bahwa garis yang mendekati 100% adalah garis
[3] Suherni, 2010. Keracunan Timbal di
HNO3 dengan metode destruksi tertutup pada
Indonesia, Jurnal. Australia: Macquarie
suhu 250°C selama 2 dan 3 jam sedangkan garis
University.
aqua regia tidak mendekati 100%. Hal ini berarti
[4] USDA NRCS. 2000. Heavy Metal Soil
dengan menggunakan asam HNO3 adalah yang
Contamination. Urban Technical Note No. 3
baik digunakan pada metode destruksi basah.
September 2000.
Sedangkan dengan menggunakan asam aqua
regia terlihat persen recovery tidak mendekati
80
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2018 ISBN 978 602 50942 1 7
Kimia FMIPA UNMUL

[5] Kristianingrum, S. 2012. Kajian Berbagai


Proses Destruksi Sampel Dan Efeknya,
Jurnal.Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
[6] Namik, K., dkk. 2006. Trace Element
Analysis of Food and Diet. The Royal
Society of Chemistry: 66-67.

81

You might also like