Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Green tea extract cream contains epigallocatechin gallate (EGCG) as the active ingredient for anti-
inflammatory. Epigallocatechin gallate is easyly oxidized and able to reduce its effectivity as an anti-
inflammatory. Therefore, an addition of antioxidants in order to increase its stability is required. The purpose
of this study was to determine the effect of adding the antioxidant Vitamin C on the effectivity of green tea
extract as an anti-inflammatory. This study uses 6 groups of male mice strain BALB/C which were given
treatment as follows: normal control, negative control, base cream, green tea extract (0.2%), Vitamin C
cream (1%) and green tea extract cream with addition of Vitamin C. The anti-inflammatory activity was
evaluated based on the expression of COX-2, inflammatory cells and the thickness of the epidermis in the skin
tissue of mice after given crotton oil (0.1%) on the back for the induction of inflammation. After treatment
cream for 3 days, mice were sacrificed for histopathological tissue preparations made with hematoxylin eosin
staining and immunohistochemistry COX-2. Data were analyzed statistically with one way Anova followed by
t-test to determine differences between groups at a significance level of 0.05. The test results indicate that
cream of green tea extract is higher in decreasing inflammatory parameters in comparison with cream of
Vitamin C, except in the thickness of epidermal parameter. Green tea extract cream with the addition of
Vitamin C is higher in reducing inflammatory parameters than cream of green tea extract or cream of
Vitamin C. The decline percentage of cells that express COX-2, inflammatory cells and the thickness of the
epidermis in the each of groups were cream of green tea extract:57.95%;53.75%;34.83%, cream of Vitamin
C:48.76%;34.96%;34.27%, cream of green tea extract and Vitamin C:61,89%;65,54%;46.30%, respectively.
Based on the results of this study, it can be concluded that anti-inflammatory activity of green tea extract
cream increased due to the addition of 1% vitamin C as an antioxidant.
Keywords: Green tea extract, vitamin C, cream, anti-inflammatory, COX-2, inflammatory cells, thickness of
the epidermis
ABSTRAK
Krim ekstrak teh hijau mengandung bahan aktif epigalokatekin galat sebagai anti-inflamasi.
Epigalokatekin galat mudah mengalami oksidasi yang dapat menurunkan aktivitasnya sebagai anti-
inflamasi. Oleh karena itu diperlukan penambahan antioksidan untuk meningkatkan stabilitasnya. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penamabhan antioksidan Vitamin C terhadap efektivitas ekstrak
teh hijau sebagai anti-inflamasi. Penelitian ini menggunakan 6 kelompok mencit jantan galur BALB/C yang
mendapatkan perlakuan sebagai berikut : kontrol normal, kontrol negatif, basis krim, krim ekstrak teh hijau
(0,2%), krim Vitamin C (1%) dan krim ekstrak teh hijau dengan penambahan Vitamin C. Aktivitas anti-
inflamasi dievaluasi berdasarkan ekspresi COX-2, sel radang dan ketebalan epidermis pada jaringan kulit
mencit setelah diberi crotton oil (0,1%) pada bagian punggungnya untuk induksi inflamasi. Setelah
perlakuan krim selama 3 hari, mencit dikorbankan untuk dibuat preparat histopatologik jaringan kulit
dengan pengecatan hematoksilin eosin dan imunohistokimia COX-2. Data dianalisis statistik dengan uji
Anova satu jalan kemudian dilanjutkan dengan uji t untuk mengetahui perbedaan antar kelompok pada
Keterangan: a. Formula 1 : Sediaan krim yang terdiri atas basis; b. Formula II : Sediaan krim yang terdiri atas basis
dan vitamin C; c. Formula III : Sediaan krim yang terdiri atas basis dan Ekstrak Teh Hijau; d. Formula IV: Krim optimal
dengan antioksidan dan vitamin C serta Ekstrak Teh Hijau
Tabel II. Hasil Uji Daya Anti-inflamasi Krim Ekstral Teh Hijau, Krim Vitamin C dan Krim Ekstrak Teh Hijau
dengan Penambahan Vitamin C pada Hewan Uji Mencit Jantan Galur BALB/C (N=6)
Penghitungan jumlah sel yang mengekspresikan perlakuan diuji dengan one way ANOVA. Jika dari
COX-2 dilakukan dengan perbesaran 400x pada hasil uji ANOVA ditemukan adanya perbedaan
tiga bidang pandang pada tiap irisan jaringan kulit yang signifikan antar kelompok perlakuan maka
tiap hewan uji, berdasarkan jumlah sel yang dilanjutkan dengan Post Hoc Test LSD untuk
menunjukkan warna coklat pada sitoplasma atau melihat perbedaan antar kelompok perlakuan.
intinya. Perhitungan tersebut dilakukan setelah Signifikansi hasil ditetapkan dengan p < 0,05.
preparat jaringan kulit diberi pewarnaan
imunohistokimia menggunakan antibodi HASIL DAN PEMBAHASAN
polyclonal COX-2. Pengamatan dan pengukuran Data hasil uji daya anti-inflamasi (Tabel II).
mikroskopik semua dilakukan dengan Hasil pengecatan preparat dengan HE dan
menggunakan mikroskop yang telah dihubungkan imunohistokimia COX-2 (Gambar 1). Data
dengan optilab. menunjukkan bahwa ketebalan epidermis, jumlah
sel radang dan jumlah sel dengan ekspresi COX-2
Analisis data dan statistik pada kontrol normal adalah yang paling sedikit.
Data sel yang mengekspresikan COX-2 Hal ini berlawanan dengan data pada kelompok
dihitung persentase ekspresinya dengan kontrol negatif yang menerima perlakuan
menggunakan rumus : menggunakan senyawa penginduksi 0,1 ml croton
oil dengan konsentrasi larutan 4%. Croton oil
diketahui memiliki sifat irritant dan mampu
menyebabkan inflamasi, sehingga minyak ini
dipilih sebagai induktor inflamasi (Lan dkk.,
Hasil persentase pengamatan terhadap 2012). Croton oil memiliki mekanisme
preparat IHC, jumlah sel radang dan ketebalan mengaktivasi fosfolipase A2 yang selanjutnya
epidermis pada kelompok kontrol dan kelompok mengeluarkan asam arakidonat dari membran sel.
perlakuan dianalisis dengan menggunakan Asam arakidonat ini kemudian dimetabolisme
program statistika ver.16. Beda nyata antar menjadi prostaglandin dan leukotrin (Shah dkk.,
2011). Berdasarkan hasil uji statistik terdapat Kelompok perlakuan yang kedua adalah
perbedaan ketebalan epidermis, jumlah sel kelompok hewan uji yang diinduksi dengan croton
radang dan jumlah sel dengan ekspresi COX-2 oil kemudian dilanjutkan dengan pengolesan
yang bermakna antara kelompok kontrol normal menggunakan krim ekstrak teh hijau. Pemberian
dengan kontrol negatif (mendapatkan induksi krim ternyata mampu menurunkan secara
inflamasi saja tanpa pemberian sediaan) (p<0,05). bermakna jumlah sel radang dan jumlah sel
Dengan adanya perbedaan yang bermakna ini dengan ekspresi COX-2 di bandingkan kontrol
maka metode induksi tersebut dapat digunakan negatif. Kandungan polifenol EGCG yang terdapat
untuk mengevaluasi aktivitas anti-inflamasi dalam teh hijau dimanfaatkan sebagai komponen
formula krim yang dibuat. utama yang memberikan aktivitas antiinflamasi
Kelompok kontrol basis berfungsi untuk dalam formulasi krim (Saryono, 2013). EGCG
mengevaluasi potensi basis krim sebagai anti- merupakan komponen katekin yang terbanyak
inflamasi. Gambaran mikroskopik dari kelompok dalam tanaman teh hijau yaitu sekitar 48%-55%
kontrol basis krim menunjukkan ketebalan dari total katekin (Cabrera dan Gimenez, 2006).
epidermis, jumlah sel radang dan jumlah sel EGCG mampu menghambat ekspresi COX-2
ekspresi COX-2 lebih tinggi dibandingkan dengan (Shimizu dkk., 2005). Kemampuan menghambat
kelompok kontrol normal dengan perbedaan yang ekspresi COX-2 ini disebabkan adanya
bermakna (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menekan aktivitas NF-kB dan sinyal
kandungan yang terdapat di dalam basis krim ekstraseluler yang diatur oleh protein kinase
tidak memberikan aktivitas antiinflamasi yang (ERK). EGCG juga dapat menekan ekspresi dari
optimal terhadap jaringan kulit mencit BALB/C. inducible nitric oxide synthase (iNOS) dan nitric
Hal ini didukung pula oleh hasil perbandingan oxide (NO) sehingga dapat memperbaiki
dengan kontrol negatif di mana kelompok basis kerusakan sel akibat inflamasi (Tipoe dkk., 2007).
memberikan perbedaan yang tidak bermakna Namun demikian hasil uji statistik menunjukkan
pada parameter ketebalan epidermis dan jumlah bahwa kelompok krim yang diberi penambahan
sel dengan ekspresi COX-2. ekstrak teh hijau berbeda bermakna dengan
Kelompok perlakuan yang pertama adalah kontrol normal (p<0,05). Hal ini kemungkinan
kelompok hewan uji yang diberi perlakuan disebabkan masa pengolesan krim baru selama 3
induksi inflamasi dengan croton oil dilanjutkan hari sehingga efek penyembuhan inflamasinya
dengan perlakuan pengolesan krim dengan belum maksimal. Apabila dibandingkan antara
penambahan Vitamin C 1%. Dalam formulasi krim kelompok krim teh hijau dan kelompok krim
anti-inflamasi ekstrak teh hijau ini, tujuan Vitamin C maka penurunan jumlah sel radang dan
penambahan vitamin C adalah sebagai jumlah sel dengan ekspresi COX-2 lebih besar
antioksidan untuk menjaga stabilitas krim dalam pada kelompok krim teh hijau. Hal ini terutama
penyimpanan (Zieve, 2009). Penambahan Vitamin terlihat pada parameter jumlah sel radang yang
C pada basis krim ternyata mampu menurunkan memberikan perbedaan yang bermakna. Ini
tebal epidermis, jumlah sel radang dan jumlah sel berarti aktivitas anti-inflamasi ekstrak teh hijau
dengan ekspresi COX-2 apabila dibandingkan masih lebih tinggi dibandingkan Vitamin C.
dengan kontrol negatif (p<0,05). Penurunan yang Kelompok perlakuan terakhir adalah
bermakna tersebut menunjukkan bahwa Vitamin kelompok hewan uji yang diberikan induksi
C memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi. inflamasi dengan croton oil dan dilanjutkan
Namun demikian penurunan tersebut masih pengolesan krim ekstrak teh hijau dengan
belum mampu memberikan kondisi yang sama penambahan Vitamin C 1%. Gambaran
dengan kontrol normal karena masih ada mikroskopis kelompok ini memperlihatkan
perbedaan yang bermakna (p<0,05). penurunan ketebalan epidermis, jumlah sel