You are on page 1of 7

ISSN 2088 – 5369

PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR


PENGERING BIOMASSA YTP-UNIB 2013

STUDY ON PALM OIL LEAF STEM AS BIOMASS FUEL FOR YTP-UNIB-2013 DRYER

Wahyudi Febrianto Putra1*, Yuwana2 dan Bosman Sidebang2


1
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
2
Dosen Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
*E-mail: Wfebri6@gmail.com

ABSTRACT

Purpose of this research was to determine the relation between fuel supply and temperature in the
drying chamber of YTP-UNIB-2013 Biomass Dryer; and to describe performance of the dryer operated
using palm oil leaf stem as the biomass fuel. The stems were cleaned out of leaves, cut into 5-7 cm in
length, dried so that their water content less then 10%. Temperature and humidity were recorded every
15 minutes p to 3 hours of burning. In order to maintain maximal temperature in the drying chamber,
biomass fuel was added at the time the temperature start decreasing. The time for the additional sample
to be burned was recorded. Each of burning sample process was repeated three time to have accurate
data. Result of regression analysis showed that drying chamber temperatures (T) were related to the
amount of palm oil stems as biomass fuel by following an equation of T = 12.013Q + 16.293 with
coefficient of determinant R² = 0.8706. Performance tests of the Biomass Dryer indicated that by using
4.4 kg/hour of palm oil stem as biomass fuel, average temperature of the chamber dryer was 65°C and
capable of evaporating clear water up to 2,548 kg/hour. It could be concluded that, workability of the
YTP-UNIB-2013 Biomass Dryer by using palm oil leaf stem as the biomass fuel was effective.
Keywords: Biomass Dryer, palm oil stem, fuel dryer.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menemukan hubungan laju suplai bahan bakar dengan capaian suhu ruang
Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013 dan menjelaskan kinerja alat yang dioperasikan dengan pelepah
sawit sebagai bahan bakarnya. Pelepah dibersihkan dari daunya, dipotong berukuran ± 5-7 cm,
dikeringkan hingga kadar air 10%. Fluktuasi suhu serta kelembaban udara diamati setiap 15
menit selama 3 jam pengamatan. Bahan bakar ditambahkan ke dalam ruang pembakaran
apabila suhu didalam pengering mulai menurun Dihitung jumlah waktu yang diperlukan untuk
membakar setiap sampel untuk mempertahankan suhu maksimal di dalam ruang pengering.
Pembakaran setiap sampel diulang 3 kali untuk mendapatkan data yang akurat. Analisis
regresi menghasilakn hubungan antara capaian suhu ruang pengering (T) dengan laju suplai
bahan bakar (Q) mengikuti persamaan T = 12.013Q + 16.293, dengan koefisien determinasi R²
= 0.8706. Uji kinerja pengering menguapkan air dengan suplai bahan bakar 4,4 kg/jam,
pengering menghasilkan suhu rata-rata 65°C dan mampu menguapkan air sebesar 2,548
kg/jam. Secara umum kinerja alat Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013 dengan menggunakan
pelepah sawit kering sebagai bahan bakarnya sudah berjalan efektif.
Kata kunci: Pengering Biomassa, pelepah kelapa sawit, bahan bakar pengering
W. F. Putra, Yuwana dan B. Sidebang

PENDAHULUAN menggunakan pelepah sawit kering


sebagai bahan bakarnya.
Salah satu bahan baku yang potensial
METODE PENELITIAN
untuk pembuatan biomassa adalah limbah
perkebunan kelapa sawit. Semakin
Penelitian ini dilaksanakan di
bertambahnya luas perkebunan kelapa
Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas
sawit membuat limbah yang dihasilkan
Pertanian Universitas Bengkulu dan di Jln.
juga semakin bertambah, tahun 2013 saja
Seruni No. 20 A RT. 09 Nusa Indah
luas perkebunan sawit di Indonesia adalah
(tempat alat Pengering Biomassa YTP-
5,592 juta Ha terluas dibandingkan
UNIB 2013). Peneletian ini dilakukan pada
komoditi perkebunan lainya (BPS 2013).
bulan Januari sampai Februari 2014. Alat
Jumlah ketersediaan biomassa limbah sawit
yang digunakan meliputi: Pengering
di indonesia yang melipui TKS, cangkang,
Biomassa YTP-UNIB 2013, Thermometer,
pelepah dan sabut sawit dapat diperkirakan
Timbangan Analitik, Kalorimeter, Termo –
berdasarkan neraca massa dan total
hygrometer dan Stopwatch. Bahan yang
produksi CPO di indonesia. Diperkirakan
digunakan dalam penelitian ini adalah
149 juta ton biomassa dihasilkan tiap
pelepah kelapa sawit.
tahunya dari agroindustri sawit (Azali et al,
2005).
Pelepah sawit adalah limbah yang
belum banyak digunakan sebagai bahan
baku biomassa. Selama ini pelepah hanya
digunakan sebagai pakan ternak atau dibuat
sebagai pupuk kompos, padahal ketersedian
bahan baku yang sangat melimpah bahkan
terbanyak jika dibandingkan limbah
lainnya. Energi panas yang dihasilkan dari
hasil pembakaran cukup tinggi membuat
limbah pelepah sawit sangat potensial Gambar 1. Desain Pengering Biomassa
untuk dimanfaatkan sebagai biomassa YTP-UNIB 2013
(Atnaw et al, 2011).
Penelitian berkaitan dengan Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013
penggunaan pelepah sawit sebagai bahan
bakar alat pengering belum ada yang merupakan alat pengering yang
melakukan.; terutama kaitan antara suplai memanfaatkan energy kalor yang
bahan bakar dengan capaian suhu di ruang dihasilkan oleh pembakaran suatu bahan
Pengering Biomassa; dan juga hubungan bakar sebagai sumber panas . Energi kalor
antara suplai bahan bakar dengan waktu tersebut kemudian dihantarkan kedalam
yang diperlukan untuk mencapai suhu ruangan pengering melalui permukaan
maksimal dan konstan di ruang Pengering
Biomassa. Penelitian bertujuan : 1) untuk penukar panas berupa sirip berongga. Alat
menentukan hubungan antara laju suplai ini berbentuk rumah pengering dengan
bahan bakar dengan capaian suhu ruang rangka terbuat dari kayu dan dinding
Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013, 2) bangunan tersebut ditutupi oleh plastic UV
untuk menjelaskan kinerja alat Pengering transparan. Pengering Biomassa ini
Biomassa YTP-UNIB 2013 dengan mempunyai panjang 206 cm,lebar 200 cm,

94| Jurnal Agroindustri, Vol. 4 No. 2, Nopember 2014: 93-99


PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI

dan tinggi 105 cm. Secara garis besar cerobong juga berfungsi sebagai alat bantu
Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013 sirkulasi udara, cerobong juga berfungsi
terdiri dari beberapa bagian penting sebagai sebagai tempat mengalirnya asap dari hasil
berikut: pembakaran.

1. Ruang Pembakaran 4. Ruang Pengering


Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013 Bangunan ruang pengering terbuat dari
memiliki ruang pembakaran sebagai tempat rangka kayu yang dibalut oleh plastik UV.
berlangsungnya pembakaran bahan bakar Didalam ruang pengering terdapat 5 pasang
atau sebagai tempat sumber energi panas sirip penangkap panas, dengan jarak antar
dihasilkan. Ruangan ini memiliki panjang siripnya 20 cm dan terdapat lubang inlet di
192 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 36 cm. sisi kanan dengan diameter 13cm dan outlet
Ruang ini terbuat dari alumunium, di dinding depan bagian atas. Lantai dasar
pemilihan alumunium dikarenakan daya ruangan berbentuk miring dengan sudut
0
hantar panas alumunium adalah 237 J/s m kemiringan 20 , sedangkan atap ruangan
K merupakan penghantar panas paling baik 0
mempunyai sudut kemiringan 20 .
ke empat setelah germanium, perak, dan
Ruangan juga memiliki dua pintu di depan
tembaga (Lutfhi, 2006). Selain itu harga
dengan lebar 190 cm. Di dalam ruangan
alumunium lebih terjangkau dibandingkan
pengering ini nanti akan berlangsung
penghantar panas lainya.Dasar ruang
perpindahan panas dari ruang pembakaran.
pembakaran dilengkapi dengan lubang-
Kalor selalu berpindah dari zat yang lebih
lubang udara untuk mensuplai oksigen ke
tinggi suhunya, menuju ke zat yang lebih
dalam ruang pembakaran.
rendah suhunya (Holman dan Jasjfi,1997).
2. Sirip Penukar Panas
Penelitian Pendahuluan
Kecepatan perpindahan kalor Penelitian pendahuluan dilaksanakan
bergantung pada panjang, luas penampang, pada bulan januari 2014. Penelitian
suhu dan jenis bahan (Setyawan, 2004). pendahuluan ini dilakukan untuk
Pada Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013 mengetahui kadar air pelepah kering yang
terdapat 5 pasang sirip (5 sirip sebelah kiri tepat yang bisa menghasilkan bara api dan
dan 5sirip sebelah kanan). Setiap sirip tidak menyala pada saat pembakaran.Kadar
memiliki ukuran panjang 200 cm dan lebar air bahan bakarberhubungan dengan
76 cm yang terbuat dari alumunium.Sirip kemudahan bahan bakar tersebut terbakar
ini berfungsi sebagai penghantar energi api, kemampuan bahan bakar menyerap
panas dari hasil pembakaran bahan bakar energi pemanasan, pelepasan uap air dari
yang dilakukan di ruang pembakaran ke dalam bahan bakar, serta asap yang
ruang pengering, di atas sirip-sirip ini
ditimbulkan (Akbar, 1994). Penelitian
diletakan rak-rak pengering. pendahuluan juga dilakukan untuk
mengetahui kadar air pelepah basah, untuk
3. Cerobong mempermudah perhitungan jumlah kadar
Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013 air pelepah kering nantinya. Hasil
dilengkapi cerobong dengan tinggi 50cm,
penelitian pendahuluan akan digunakan
lebar 20 cm, dan panjang 13 cm. Selain dalam penentuan kadar air pelepah kering
berfungsi sebagai alat bantu sirkulasi udara

Jurnal Agroindustri, Vol. 4 No.2, Nopember 2014: 93-99 | 95


W. F. Putra, Yuwana dan B. Sidebang

yang akan digunakan sebagai bahan bakar Jadi untuk mendapatkan sampel
nantinya dengan sisa kadar air 10%, sampel
Penelitian dilakukan dengan cara sebanyak 100 Kg dikeringkan hingga
membakar beberapa sampel pelepah kering mencapai berat sampel menjadi 27,7 kg.
di dalam ruang pembakaran Pengering Kemudian dilakukan penyimpanan dengan
Biomassa YTP-UNIB 2013. Pengukuran menggunakan plastik kedap udara untuk
kadar air dilakukan dengan cara menjaga kadar air pelepah sawit tetap
pengovenan. Hasil penenelitian konstan.
pendahuluan adalah kadar air pelepah
basah 75% sedangkan kadar air yang tepat Langkah-langkah Penelitian
untuk pelepah kering yang bisa 1. Sebelum pembakaran, dilakukan
menghasilkan bara api adalah 10%. pengukuran suhu serta kelembaban
udara diluar Pengering Biomassa YTP-
Persiapan Alat Penelitian UNIB 2013 sebagai kontrol.
Peralatan yang diperlukan dicek 2. Bahan pelepah kelapa sawit ditimbang
ketersediannya dan disiapkan untuk lagi sebelum proses pembakaran di
digunakan. Persiapan dimulai dengan ruang pembakaran (sampel yang
menyiapkan pengering biomassa kemudian digunakan untuk setiap pembakaran
memasang termometer dan hygrometer adalah 1kg, 2kg, 3 kg, 4 kg, 5 kg, 7 kg,
disetiap rak pengering dan di luar dan 9 kg).
pengering untuk mengetahui suhu dan 3. Setelah api sudah mulai menyala dan
kelembaban udara luar sebagai kontrol. pelepah sudah membentuk bara api
maka api tersebut akan dipadamkan
Persiapan Bahan Baku dengan cara mengaduk bahan bakar
Pelepah kelapa sawit dibersihkan dari dengan pengaduk yang terbuat dari
daunya kemudian dipotong-potong dengan besi. Kemudian nyalakan stopwatch
ukuran ± 5-7 cm untuk mempermudah untuk mengukur waktu yang
proses pengeringan dan penyimpanan, diperlukan pembakaran sampel.
kemudian pelepah sawit dikeringkan. Dari 4. Fluktuasi suhu serta kelembaban udara
hasil penelitian pendahuluan kadar air yang dihasilkan oleh pembakaran
pelepah basah 75% maka untuk setiap sampel di dalam Pengering
menentukan berat sampel pelepah dengan Biomassa YTP-UNIB 2013 diamati
kadar air sisa 10% maka menggunakan setiap 15 menit sampai 3 jam waktu
rumus sebagai berikut: Bahan baku 100 kg pengamatan untuk setiap sampelnya.
5. Tambahkan lagi suplai bahan bakar ke
dalam ruang pembakaran apabila suhu
didalam Pengering Biomassa YTP-
UNIB 2013 sudah mulai menurun. Hal
ini dilakukan untuk mempertahankan
suhu maksimal didalam ruangan
BB = 25 / 0,9 = 27,7 KG
pengering.
6. Hitung jumlah waktu yang diperlukan
Ket : KA = Kadar Air
BB = Berat Basah oleh pembakaran setiap sampel bahan
BK = Berat Kering

96| Jurnal Agroindustri, Vol. 4 No. 2, Nopember 2014: 93-99


PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI

baku untuk mempertahankan suhu analisa regresi dan disajikan dalam bentuk
maksimal di dalam ruang pengering . grafik kemudian dibahas secara deskriptif.
7. Dilakukan 3x pengulangan untuk
pembakaran setiap sampel, untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mendapatkan data yang benar-benar
akurat. Capaian Suhu Pengering
Kemampuan alat pengering dalam
Desain Percobaan pencapaian suhu selama proses pengamatan
disajikan dalam gambar 1 berikut. Data ini
Tabel 2. Desain Percobaan merupakan capaian suhu rata-rata selama 3
Bahan bakar ulangan jam pengamatan yang dihasilkan oleh
Setiap setiap laju suplai bahan bakar yang
1 2 3
pengumpanan disajikan dalam bentuk grafik, seperti pada
1 kg T1RH1 T1RH1 T1RH1 gambar 1 berikut:
2 kg T2RH2 T1RH1 T1RH1
3 kg T3RH3 T1RH1 T1RH1
103
4 kg T4RH1 T1RH1 T1RH1

Pengering, T (c)
Suhu Ruang
83
5 kg T5RH1 T1RH1 T1RH1
63
7 kg T7RH1 T1RH1 T1RH1
9 kg T9RH1 T1RH1 T1RH1 43
Pengamatan 3 jam 3 jam 3 jam 23
Keterangan: 3
T = Suhu ruang pengering 0 5 10
RH = Kelembanan udara pengering Laju Suplai Bahan Bakar, Q (kg/jam)

Suhu dan kelembaban udara diamati


Gambar 1. Laju suplai bahan bakar dengan
setiap 15 menit dengan waktu pengamatan capaian suhu rata-rata.
selama 3 jam setiap pembakaran sampel
bahan bakar. Variabel yang diamati pada Grafik 1 menunjukan bahwa capaian
penelitian ini meliputi suhu dan suhu rata-rata yang dihasilkan oleh laju
kelembaban udara pada ruang pengering suplai bahan bakar 2 Kg/Jam sampai 6
serta jumlah suplai bahan bakar. Semua 0 0
variabel yang diukur pada Pengering Kg/Jam bekisar antara 44,2 C - 92,9 C,
Biomassa YTP-UNIB 2013 dilakukan dengan capaian suhu terendah dihasilkan
dengan pengujian tanpa beban. oleh laju suplai bahan bakar 2 Kg/Jam yaitu
0
Pengukuran fluktuasi suhu rata-rata 44,2 C dan capaian suhu tertinggi adalah
pengering dilakukan pada setiap pengujian dengan laju suplai bahan bakar 6
pembakaran sampel dengan cara 0
Kg/Jam yaitu 92,9 C. Sedangkan suhu
memasang termometer pada setiap rak 0
pengering. Pengukuran penurunan udara luar(kontrol) berkisar 28,5 C –
0
kelembaban udara dilakukan pada setiap 33,4 C. Grafik di atas juga menunjukan
pembakaran sampel, dengan cara bahwa secara umum capaian suhu
memasang termo-hygrometer pada setiap Pengering Biomassa YTP-UNIB 2013
rak pengering. Data yang diperoleh berbanding lurus dengan tingginya laju
dianalisa secara langsung menggunakan suplai bahan bakar.Yaitu semakin tinggi

Jurnal Agroindustri, Vol. 4 No.2, Nopember 2014: 93-99 | 97


W. F. Putra, Yuwana dan B. Sidebang

laju suplai bahan bakar maka capaian suhu berbeda-beda. Grafik di atas menunjukan
yang dihasilkan juga semakin tinggi.Hal ini bahwa penurunan kelembaban relatif
membuktikan bahwa alat Pengering tertinggi terjadi pada saat pembakaran
Biomassa YTP-UNIB 2013 sudah efektif dengan laju suplai bahan bakar 6 Kg/Jam
dalam hal mekanisme perpindahan yaitu mencapai 12,54%, hal ini terjadi
kalor.Perpindahan kalor dapat dipandang karena pada pembakaran dengan laju suplai
sebagai perpindahan energi dari suatu bahan 6 Kg/Jam dihasilkan temperatur
daerah ke daerah lainya, akibat perbedaan tertinggi. Hal ini juga sesuai dengan
temperatur antara daerah-daerah tersebut. literatur bahwa penurunan kelembaban
Kalor akan selalu mengalir dari daerah relatif berhubungan dengan kenaikan suhu
yang bertemperatur tinggi ke daerah yang udara (Zhang, and Wu, 2010).
bertemperatur rendah. Aliran kalor ini akan
terus terjadi selama masih terdapat Uji Uap Air
perbedaan temperatur antara dua daerah Uji uap air ini dilakukan dengan cara
tersebut. Peristiwa ini akan berhenti bila memasukkan ke dalam wadah yaitu piring
telah tercapai keseimbangan termal. alumunium dengan diameter 18 cm dengan
(Zemansky dan Dittman 1986). berat 110 gram, air dan piring tersebut
ditimbang lagi. Kemudian wadah tersebut
Kelembaban Udara Pengering diletakkan di atas rak pengering yaitu rak 3
Gambar 13 memperlihatkan data rata- untuk dipanaskan.Wadah tersebut
rata kelembaban relatif yang dihasilkan diletakkan di rak pengering yang berada di
oleh laju suplai bahan bakar dengan 3 jam atas sirip penukar panas sehingga wadah
waktu pengamatan setiap pembakaran tersebut tidak bersentuhan langsung dengan
sampel bahan bakar. distributor panas. Suhu rata-rata yang
0
Kelembaban merupakan ukuran digunakan adalah 65 C yang dihasilkan
kandungan air yang terdapat di udara. Air oleh pembakaran dengan laju suplai bahan
terdapat di udara sebagai campuran uap air bakar 4,4 kg/jam yaitu . Pengamatan
dan udara kering (Thaib,et.al,1988). dilakukan selama 3 jam dan berat air
diamati setiap 1 jam dengan cara
40 menimbang kembali air tersebut. Hasil
Kelembaban Relatif,

35 penelitian uji uap air jumlah air yang


30
menguap selama 3 jam adalah 11 gr jadi
Rh (%)

25
20 jumlah air yang teruap adalah 3,6 gr/jam
15 sedangkan kecepatan pengering
10 menguapkan air dihitung dengan
5 menggunakan rumus sebagai berikut:
0 5 10
Laju Suplai Bahan Bakar, Q (kg/jam)

Gambar 2. Hubungan RH dengan laju


suplai bahan bakar.

Grafik 2 menunjukan penurunan


kelembaban relatif di dalam ruangan
Jadi kecepatan pengering menguapkan air
pengering yang dihasilkan pembakaran 2
dengan laju suplai bahan bakar yang adalah 2,548 kg/jam. m

98| Jurnal Agroindustri, Vol. 4 No. 2, Nopember 2014: 93-99


PEMANFAATAN PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI

KESIMPULAN fuelled with oil palm fibres and


shells’, American Jurnal of Applied
Berdasarkan hasil pengamatan dan Science, Special Issue
pembahasan dalam penelitian ini, maka BPS, 2013. Potensi Perkebunan Kelapa
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Sawit di Indonesia; www.bps.go.id
1. Hubungan antara capaian suhu dengan Daryanto. 2007. Energi; Masalah dan
laju suplai bahan bakar diperoleh dengan Pemanfaatanya Bagi Kehidupan
persamaan: T = 12.013Q + 16.293 Manusia. Pustaka Widyatama.
dengan koefisien determinasi R² = Yogyakarta
0
0.8706, T = suhu ( C) dan Q = suplai Hartoyo, A. dan H. Roliadi 1978,
bahan bakar (kg). Percobaan Pembuatan Briket Arang
2. Secara umum kinerja alat Pengering dari Lima Jenis Kayu, Laporan
Biomassa YTP-UNIB 2013 dengan Penenelitian Hasil Hutan, Bogor.
menggunakanpelepah sawit kering Holman, J.P dan Jasjfi, 1995. Perpindahan
sebagai bahan bakarnya sudah berjalan Kalor. Jakarta: Erlangga
efektif dengan kemampuan menguapkan Luthfi, 2006. Ipa Kimia 1. Esis.
air sebesar 2,548 kg/jam. http//books.google.com/books? ISB
N:9797345157
DAFTAR PUSTAKA Setyawan, Lilik Hidayat. 2004. Kamus
Fisika Bergambar. Pakar Karya.
Akbar, A, 1994/1995. Api hutan dan Bandung
strategi pemadamannya. Majalah Taib, G., G. Said, dan S. Wiraatmadja.
Kehutanan Indonesia. Puskap Fisip 1988. Operasi Pengeringan Pada
USU: Wim Dan Yayasan Sintesa. Pengolahan Hasil Pertanian. PT.
Edisi 06 .(Panduan Penggunaan Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta
Materi Pelatihan Pencegahan dan Wijono, A. 20111. Kajian Lingkungan dan
Pemadaman Kebakaran Hutan. Pemetaan Potensi Sawit Sebagai
JICA). Sumber Energi Terbarukan Di
Arifin, F. 2011. Pemanfaatan Limbah Indonesia. Tanggerang Selatan:Balai
Serbuk Besi Untuk Bahan Selubung Rekayaa Disain dan Sistem
Ruang Bakar Kompor Bio-Mass Tipe Teknologi
Roket. Palembang: Politeknik Negeri Zemansky, M.W. dan R.H. Ditman. 1986.
Sriwijaya. Kalor dan Termodinamika. Bandung;
Atnaw, S.M, S.A. Sulaiman, S. Yusup. ITB.
2011, Downdraft Gasification of oil Zhang, J. And Y. Wu, 2010. Experimental
palm frond’, Trend in Applied Study on Drying High Moisture
Science Research Paddy by Heat Pump Dryer with Heat
Azali, A., A.B. Nasrin, Y.M, Choo, N.M. Recovery. International Journal of
Adam dan S.M. Sapuan. 2005. Food Engineering. 6(2): 14
‘Development of gasification system .

Jurnal Agroindustri, Vol. 4 No.2, Nopember 2014: 93-99 | 99

You might also like