You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/310436827

PENGERINGAN KARET REMAH BERBASIS SUMBER ENERGI BIOMASSA

Article  in  Warta Perkaretan · October 2014


DOI: 10.22302/ppk.wp.v33i2.55

CITATION READS

1 1,124

2 authors:

Afrizal Vachlepi Didin Suwardin


Indonesian Rubber Research Institute Indonesian Rubber Research Institute
29 PUBLICATIONS   29 CITATIONS    27 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Development of green product base on natuural rubbet : green road & green roof cases View project

Natural Rubber Processing View project

All content following this page was uploaded by Afrizal Vachlepi on 02 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112

PENGERINGAN KARET REMAH BERBASIS SUMBER ENERGI BIOMASSA

Drying of Crumb Rubber Based on Biomass Energy Resources

Afrizal Vachlepi dan Didin Suwardin


Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
Jl. Raya Palembang – Pangkalan Balai Km.29 Kotak Pos 1127 Palembang 30001, Indonesia
Email: A_Vachlepi@yahoo.com

Diterima tgl 11 Februari 2014/Direvisi tgl 28 Juni 2014/Disetujui tgl 11 Agustus 2014

Abstrak Abstract

Produksi karet alam Indonesia terbesar Indonesia's largest production of natural rubber
berupa karet remah yang mencapai 93,4%. is in the form of crumb rubber reaching 93.4%.
Pengeringan merupakan kritikal proses yang Drying is a critical process that determines the final
menentukan mutu akhir produk dan salah satu product quality of the crumb rubber, and it is one of
tahapan yang memerlukan energi cukup besar. the stages that requires lot of energy. The energy used
Energi yang digunakan dalam industri in the crumb rubber industries is generally from fossil
umumnya bersumber dari energi fosil. fuels. Unfortunately the availability of fossil energy
Sayangnya ketersediaan sumber energi dari sources has decreased. Therefore, the alternative
fosil semakin lama cenderung menurun. Oleh energy sources such as biomass from waste of
karena itu perlu sumber energi alternatif yaitu agricultural product processing industry are needed.
biomassa dari limbah industri pengolahan One example is palm oil processing industry.
produk pertanian. Salah satu contohnya Biomass from this industry are in the form of empty
adalah industri pengolahan kelapa sawit. fruit brunches around 4.8 million tons, shell
Biomassa dari industri ini berupa tandan approximately 1.5 million tons and 1.8 million tons
kosong sawit (TKS) sebesar 4,8 juta ton, of fibers. In the crumb rubber drying, biomass is
cangkang 1,5 juta ton dan sekitar 1,8 juta ton converted into heat energy by gasification techniques
berupa serabut. Dalam pengeringan karet in the drying unit system. Heat of combustion
remah, biomassa dikonversi menjadi sumber products are transferred to an air as medium dryers.
energi panas dengan teknik gasifikasi dalam The advantage of using biomass as an energy
sistem unit pengering. Panas dari hasil resources are reducing the production cost, more
pembakaran dipindahkan ke media pengering environmentally friendly, and more available. The
berupa udara panas. Keuntungan meng- cost of biomass fuel in the drying process of crumb
gunakan biomassa sebagai sumber energi rubber is around Rp 78 per kg of dry rubber.
adalah dapat mengurangi biaya produksi, lebih
ramah lingkungan, dan tersedia dalam jumlah Keywords : biomass, energy, crumb rubber and
yang banyak sehingga lebih terjamin dalam drying
keberlangsungannya. Biaya penggunaan
biomassa sebagai bahan bakar pengeringan Pendahuluan
karet remah sekitar Rp78 per kg karet kering.
Produksi karet alam Indonesia tahun 2012
Kata kunci: biomassa, energi, karet remah dan sebesar 2,44 juta ton dengan produk terbesar
pengeringan berupa karet remah (crumb rubber) mutu SIR 20
mencapai 93,4% (Gapkindo, 2013). Jumlah
produksi ini dihasilkan oleh sekitar 126 pabrik

103
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112

karet remah yang tersebar di beberapa provinsi menyikapi permasalahan energi yang ke
penghasil karet di Indonesia seperti Sumatera depannya akan semakin bernilai. Tulisan ini
Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, diharapkan dapat menjadi informasi bagi
Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan industri karet alam di Indonesia khususnya
(Gapkindo, 2011). Dalam pengolahan karet pabrik pengolahan karet remah sehingga
remah, pengeringan merupakan tahapan ketergantungan akan bahan bakar fosil dapat
proses yang kritis dan sangat menentukan diminimalisasi dengan memanfaatkan potensi
mutu akhir karet remah. Pengeringan bahan bakar biomassa yang berlimpah.
m e r u p a k a n s a l a h s a t u p r o s e s ya n g
memerlukan konsumsi energi cukup besar. Jenis Material Biomassa
Energi yang digunakan dalam industri
umumnya bersumber dari energi fosil. Tidak seperti sumber energi yang berasal
Sayangnya, ketersediaan cadangan energi fosil dari fosil, energi yang berasal dari biomassa
semakin menipis (Elinur et al, 2010). Oleh memiliki banyak jenis dan karakteristik yang
karena itu perlu dimaksimalkan penggunaan berbeda-beda (Tabel 1). Jenis dan karakteristik
energi alternatif bersifat terbarukan (renewable ini sangat menentukan penanganan dan
energy) seperti biomassa; sinar matahari/surya pemanfaatannya sebagai sumber energi.
(Sugiyono, 2010); dan angin (Syahrul, 2008). Bentuk biomassa yang umumnya digunakan
Sumber energi alternatif yang potensial untuk sebagai sumber bahan bakar antara lain pallet,
dikembangkan adalah biomassa yang juga chip, dan serbuk. Potensi produksi dan energi
dikenal dengan bioenergi atau energi hijau. dari limbah biomassa.
Sebagai negara yang mengandalkan sektor Contoh industri pengolahan pertanian yang
pertanian, sumber biomassa di Indonesia potensial menghasilkan biomassa sebagai
sangat berlimpah terutama limbah pada hasil sumber energi adalah industri pengolahan
perkebunan. kelapa sawit. Sebagai salah satu negara
Tu l i s a n i n i m e m b a h a s t e k n o l o g i produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia
pengeringan karet remah menggunakan (Mariati, 2009), di Indonesia potensi biomassa
sumber energi berbasis biomassa. Teknologi dari industri ini sangat berlimpah. Peta
ini dapat dijadikan salah satu alternatif bagi penyebaran luas lahan dan produksi kelapa
industri pengolahan karet remah dalam sawit di Indonesia disajikan pada Gambar 1.

Tabel 1. Potensi produksi dan energi dari limbah biomassa.

Jenis biomassa Produksi pertahun Energi pertahun


No
(juta ton) (juta GJ)
1 Limbah peremajaan kebun karet 31,0 496,0
2 Sekam padi 14,3 179,0
3 Bagas tebu 6,5 78,0
4 Sabut sisa kelapa sawit 3,7 35,3
5 Tandan kosong kelapa sawit 3,5 15,4
6 Sabut kelapa 2,0 24,0
7 Cangkang buah sawit 1,3 17,2
8 Sisa logging 1,2 11,0
9 Tempurung kelapa 1,1 18,7
10 Limbah industri penggergajian kayu 1,1 10,6

104
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa

4,0% 41,88%

25,93%
4,9%

17,1%

22,25%

27,7%
1,10%
5,46%
24,8% 5,6%
7,8%
4,36% 7,9% 0,09%
8,6%
3,7% 0,80%
5,0%

5,85% 0,73% 0,1%


5,3% 0,9%

9,4% 4,2% 0,90% 0,1%


1,63%
0,10% 1,3%
1,37% 10,36%
0,30%
2,70%
1,4%
1,37% 0,3%

1,8% 1,63%
17,37%
2,6% 1,6%
1,15%

0,69% 14,94%

8,77%

1,90%

=CPO, Produksi th 2004=10,4 juta ton = Minyak goreng sawit, kap izin th 2004=9,7 juta ton = Luas kebun sawit th 2004=4.251 rb Ha

Gambar 1. Peta penyebaran luas lahan dan produksi kelapa sawit di Indonesia
(Sumber: Kementerian Perindustrian, 2007).
Total produksi CPO Indonesia tahun 2011 Ketiga biomassa ini memiliki karakteristik
mencapai 21,96 juta ton (Badan Pusat yang berbeda-beda. Hasil penelitian
Statistik, 2011). Singh, et al (1990) menyatakan menunjukkan bahwa nilai kalor cangkang
bahwa setiap pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (4.115 kkal/kg) lebih besar
menjadi CPO menghasilkan produk samping dibandingkan serabut yang hanya sekitar 3.500
(by product) berupa tandan kosong sawit (TKS) kkal/kg (Harris et al, 2013). Biomassa dengan
sekitar 22 %, cangkang sebesar 7 % dan juga jumlah sebesar ini sangat potensial dapat
serabut (fiber) sekitar 8 %. Dengan demikian dioptimalkan pemanfaatannya sebagai sumber
berarti tersedia biomassa berupa TKS sebesar energi untuk berbagai industri, termasuk
4,8 juta ton, cangkang 1,5 juta ton dan sekitar industri pengolahan karet remah. Biomassa
1,8 juta ton berupa serabut. dari limbah padat pengolahan kelapa sawit
ditampilkan pada Gambar 2.

(a) (b) ( c)
Gambar 2. Limbah padat pengolahan kelapa sawit (a) cangkang, (b) serabut dan (c) tandan kosong sawit.

105
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112

Mesin Pengering Karet Remah berupa udara (Vachlepi, 2012). Udara panas
dialirkan ke dalam ruang pengering yang akan
Dalam pengolahan karet remah, salah satu dilalui karet remah basah. Contoh mesin
t a h a p a n ya n g s a n g a t p e n t i n g a g a r pembakaran (burner) berbahan bakar biomassa
menghasilkan karet bermutu baik adalah yang terdapat di salah satu pabrik pengolahan
proses pengeringan. Pengeringan adalah karet remah di Kalimantan Barat, ditampilkan
proses penghilangan kadar air dengan tujuan pada Gambar 3 dan saluran/pipa udara
mengawetkan, memudahkan pengangkutan, pengering dari mesin pembakaran dapat
dan mempersiapkan bahan untuk proses dilihat pada Gambar 4.
berikutnya. Proses ini juga dapat menentukan
kualitas akhir karet karena tanpa pengeringan Proses Konversi Biomassa
tidak dapat dihasilkan karet dengan mutu yang menjadi Energi Panas
memenuhi persyaratan spesifikasi teknis
sesuai yang diperlukan (Maspanger et al, Dalam aplikasinya biomassa ini dapat
1999). dikonversi menjadi bioenergi (Muryanto,
Pada tahap ini, air yang terkandung di 2008) berupa biobriket, biofuel, dan biogas
dalam karet dikeluarkan melalui pemanasan sebagai sumber energi panas. Teknik yang
yang biasanya menggunakan udara panas. dapat dipilih untuk mengkonversi biomassa
Suhu pengeringan yang umumnya digunakan menjadi energi panas adalah gasifikasi.
berkisar 110-120 °C (Vachlepi, 2007). Udara Gasifikasi merupakan teknologi konversi
panas yang digunakan dalam pengeringan teknologi thermal, dimana bahan bakar padat
dihasilkan oleh peralatan berupa mesin diubah menjadi gas yang mudah terbakar
pengering. Sumber energi yang umum dengan memberikan persediaan oksigen
digunakan masih bahan bakar yang berasal (Syahputra, 2013). Pada proses pembakaran
dari fosil. Tetapi seiring semakin mahalnya biomassa dengan udara terkontrol di dalam
biaya penggunaan bahan bakar fosil, beberapa alat gasifikasi (gasifier) maka akan dihasilkan
pabrik pengolahan karet remah sudah produk gas, yaitu CO, H2, CO2, H2O dan CH4.
mengganti bahan bakarnya menggunakan Komposisi produk gasifikasi terdiri dari 85%
biomassa berupa cangkang kelapa sawit. gas, 10% arang dan 5% cairan berupa tar
Biomassa cangkang kelapa sawit dibakar di (Suwardin, 2011). Reaksi utama selama proses
dalam mesin pembakar secara langsung (direct gasifikasi biomassa dapat dilihat pada Tabel 2.
combustion). Energi panas yang dihasilkan Keunggulan dari teknologi gasifikasi biomassa
pembakaran biomassa ini digunakan untuk adalah mampu menghasilkan produk gas yang
memanaskan media pengering, biasanya konsisten dan lebih bersih. Pembakaran gas

Gambar 3. Mesin pembakaran (burner) berbahan Gambar 4. Saluran/pipa udara panas pada mesin
bakar biomassa untuk pengeringan pembakaran untuk pengeringan karet.
karet remah.

106
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa

Tabel 2. Reaksi utama yang terjadi selama proses gasifikasi biomassa berlangsung.
Proses devolatilisasi primer (primary devolatilization)
Tar primer (CHxOy)
Biomassa  CO, CO2, CH4, C2H4, H2O (1)
Karbon
Proses pemecahan dan reformasi tar (tar cracking and reforming).
Tar sekunder
Tar primer  (2)
CO, CO2, CH4, C2H4, H2
Reaksi fase gas homogen (homogenous gas phase reaction) H
Tar sekunder  C, CO, H2 (3)
H2 + 0,5 O2  H2O -242 (4)
CO + 0,5 O2  CO2 -283 (5)
CH4 + 0,5 O2  CO + 2 H2 -110 (6)
CH4 + CO2  2 CO + 2 H2 +247 (7)
CH4 + H2O  CO + 3 H2 +206 (8)
CO + H2O  CO2 + H2 -40,9 (9)
Reaksi heterogen (heterogenous reaction)
C + O2  CO2 -393,5 (10)
C + 0,5 O2  CO -123,1 (11)
C + CO2  2 CO +159,9 (12)
C + H2O  CO + H2 +118,5 (13)
C + 2 H2  CH4 -87,5 (14)
Keterangan: Reaksi 4: Pembakaran/combustion (oksidasi/oxidation) H2
Reaksi 5: Pembakaran/combustion (oksidasi/oxidation) CO
Reaksi 6: Pembakaran/combustion (oksidasi/oxidation) Ch4
Reaksi 7: Reaksi reformasi kering/dry reforming reaction
Reaksi 8: Metanisasi reformasi uap/steam reforming methanisation
Reaksi 9: Reaksi perubahan gas-air (water-gas shift reaction)
Reaksi 10: Oksidasi karbon (oxidation of carbon)
Reaksi 11: Oksidasi parsial (partial oxidation)
Reaksi 12: Kesetimbangan Boudoard (Boudoard equilibrium)
Reaksi 13: Reaksi reformasi uap (steam reforming reaction)
Reaksi 14: Reaksi produksi metan (methane production reaction)
Sumber : IEABioenergy, 2014.

hasil proses gasifikasi yang bersih akan lebih yang umumnya berkisar 1 jam (Bergman et al.
sempurna sehingga udara buangan juga lebih 2005). Penelitian Chen et al. (2011)
bersih atau dengan kata lain rendah polutan. menggunakan tiga temperatur berbeda yang
Gasifikasi biomassa juga dapat digunakan masing-masing didefinisikan sebagai torefaksi
sebagai alternatif penghasil panas ringan (220°C), torefaksi lunak (250°C), dan
konvensional (Syahputra et al, 2013). torefaksi berat (280°C). Temperatur ini jauh
Teknik atau metode lain yang dapat lebih rendah dari rentang yang biasa dipakai
digunakan untuk mengubah biomassa untuk pirolisis atau gasifikasi (900°C ke atas).
menjadi energi panas adalah torefaksi. Torefaksi merupakan pilihan yang dapat
To r e f a k s i a d a l a h m e t o d e p e r l a k u a n meningkatkan sifat umpan biomassa dalam
termokimia yang dilakukan pada rentang h a l p e m b a k a r a n k a i t a n n ya d e n g a n
temperatur 200-300 °C, tekanan atmosfer 1 peningkatan nilai kalor. Karakteristik
atm, dan tanpa oksigen. Proses ini ditandai biomassa hasil proses torefaksi akan berubah
dengan laju pemanasan rendah (<50 seperti kandungan oksigen akan berkurang,
°C/menit) dengan waktu tinggal relatif lama kandungan hemiselulosa berkurang, sifat

107
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112

biomassa menjadi sulit menyerap air dan 1. Aspek Teknis


kandungan energi meningkat (Irawan et al, Teknologi pengeringan karet berbasis
2012). Berbeda dengan gasifikasi, sebanyak sumber energi biomassa lebih ramah
70% dari massa umpan biomassa tertinggal lingkungan dibandingkan sumber energi
sebagai produk padat torefaksi yang lainnya karena bahan bakar biomassa ini
mengandung 90% kandungan energi umpan. merupakan sumber terbarukan yang berasal
Sisanya sebanyak 30% terkonversi menjadi gas dari tanaman (bioenergy). Ketersediaan
torefaksi. Komposisi gas diasumsikan terdiri biomassa ini lebih banyak dan terjamin karena
dari uap air 49,8%, SO2 0,2%, CO 15% dan di Indonesia banyak industri pengolahan
35% berupa CO2 (Amrul et al, 2012). produk pertanian, sebagai salah satu contoh
Produk padatan dan gas hasil dari torefaksi cangkang sawit dari industri pengolahan CPO.
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi Manfaat lainnya penggunaan biomassa
panas. Panas hasil dari pembakaran gas dan sebagai sumber energi dibandingkan sistem
produk padat digunaakan sebagai sumber pengeringan berbahan bakar yang berasal dari
energi untuk proses-proses yang memerlukan fosil adalah mampu menurunkan emisi di
panas seperti proses pengeringan karet remah. udara (Mardiana dan Mahardika, 2010),
Pemanfaatan energi ini dilakukan melalui seperti gas rumah kaca. CO2 yang dihasilkan
peristiwa perpindahan panas (heat transfer dari pembakaran biomassa relatif lebih rendah
phenomena). Proses perpindahan panas dan dapat digunakan kembali oleh tanaman
umumnya dikelompokkan menjadi dua yaitu untuk proses fotosintesis. Sehingga kandungan
secara langsung (direct) dan tidak langsung CO2 di atmosfer lebih stabil dibandingkan
(indirect) (Novia et al, 2010). Dalam teknik ini energi yang berasal dari fosil (Gambar 5).
digunakan cara tidak langsung yang Dalam aplikasinya teknologi pengeringan
memerlukan media penghantar panas, ini memiliki kelemahan dalam hal teknis
contohnya udara atau minyak (oil). pengaturan atau pengendalian suhu udara
Sumber biomassa yang paling potensial panas yang dihasilkan mesin pengering. Untuk
dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi meningkatkan suhu sesuai dengan kebutuhan,
kaitannya dengan kompetisi dan keberlanjutan diperlukan bahan bakar yang lebih banyak dan
antara energi dan pangan adalah limbah (by- memerlukan waktu yang lebih lama. Selain itu,
product) biomassa dari industri pengolahan apabila suhu sudah melebihi kebutuhan atau
p r o d u k p e r t a n i a n . P r a s t owo ( 2 0 0 7 ) target, akan sangat sulit untuk menurunkan
mengungkapkan bahwa potensi bioenergi asal kembali. Pada kondisi sekarang, dalam
residu (limbah) biomassa tanaman dari sektor pengendaliannya diperlukan tenaga kerja yang
pertanian (tanpa industri kayu kehutanan dan khusus menjaga suplai bahan bakar kaitannya
jagung) sekitar 441,1 juta giga joule. Angka ini untuk menstabilkan pembakaran dalam
menunjukkan bahwa biomassa merupakan mengatur suhu pengeringan sesuai dengan
energi alternatif yang sangat potensial untuk kebutuhan. Kelemahan lainnya, karena
dikembangkan dan dioptimalkan peman- cangkang sawit berbentuk padat, dalam
faatannya ter utama untuk memenuhi penyimpanan dan penggunaan diperlukan
kebutuhan industri pengolahan produk tempat yang lebih besar dan kendaraan
pertanian itu sendiri. pengangkut seperti forklift (Gambar 6). Solusi
permasalahan ini dapat diatasi dengan
Unjuk Kerja Mesin Pengering merancang sistem sirkulasi otomatis dalam
pengendalian suhu udara pengering dan suplai
Unjuk kerja mesin pengering karet remah bahan bakar cangkang sawit ke dalam ruang
menggunakan bahan bakar biomassa dapat pembakar (burner). Ruang pembakaran
ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek teknis biomassa dengan motor penggerak dan pipa
aplikasinya di pabrik dan aspek ekonomis. input bahan bakar ditampilkan pada Gambar

108
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa

Gambar 5. Perbandingan sistem energi berbasis biomassa dan fosil


Sumber: IEA Bioenergy, 2002

Gambar 6. Pengisian bahan bakar biomassa cangkang


sawit menggunakan kendaraan forklift.

109
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112

7. Produk samping sistem pengeringan 2. Aspek Ekonomis


menggunakan bahan bakar biomassa berupa
Hasil studi kasus di pabrik karet remah yang
abu (Gambar 8).
ada di Provinsi Kalimantan Barat, diketahui
Perpindahan panas (heat transfer) pada
konsumsi bahan bakar biomassa cangkang
teknologi ini umumnya menggunakan sistem
sawit sekitar 123,8 kg per ton karet kering
tidak langsung (indirect). Panas yang dihasilkan
(Tabel 3). Jumlah ini memang jauh lebih
dari pembakaran biomassa akan dipindahkan
banyak dibandingkan dengan bahan bakar
ke media pengering yang akan digunakan
solar yang berkisar 25 liter per ton karet kering.
dalam proses pengeringan karet remah.
Tetapi berdasarkan hasil perhitungan
Karena menggunakan sistem tidak langsung,
ekonomis, biaya proses pengeringan karet
asap hasil pembakaran biomassa tidak masuk
remah menggunakan cangkang sawit ternyata
ke dalam sistem sehingga proses pengeringan
lebih murah dibandingkan bahan bakar solar
karet remah berlangsung lebih maksimal.
(Tabel 4). Biaya bahan bakar biomassa untuk
Bahan bakar cangkang sawit yang digunakan
pengeringan karet remah sekitar Rp 77,4 ≈ Rp.
umumnya sudah dalam kondisi kering.
78 per kg karet kering. Sedangkan biaya
Keuntungannya proses pembakaran cangkang
penggunaan solar untuk industri mencapai Rp.
sawit menjadi lebih optimal dan panas yang
275 per kg karet kering. Hasil perhitungan ini
dihasilkan juga menjadi lebih maksimal.

(a) (b) (c)

Gambar 7. Unit pembakaran biomassa cangkang sawit. (a) motor penggerak untuk menyuplai bahan bakar,
(b) pipa/saluran input bahan bakar ke dalam ruang pembakaran dan (c) ruang pembakaran

Gambar 8. Abu hasil pembakaran biomassa


cangkang sawit.

110
Pengeringan karet remah berbasis sumber energi biomassa

Tabel 3. Konsumsi bahan bakar biomassa cangkang sawit dalam pengeringan karet remah.

Konsumsi biomassa Produksi karet Konsumsi biomassa


Mesin Pengering
(kg) Bale Ton (kg/ton karet kering)
Blaze 1 4.550 1.050 36,75 123,8
Blaze 2 5.850 1.350 47,25 123,8
Total 10.400 2.400 84 -

Tabel 4. Perbandingan biaya konsumsi bahan bakar menggunakan cangkang sawit dan solar*).
Konsumsi (per ton Biaya**) (Rp Biaya Produksi Biaya Produksi
Bahan Bakar
karet kering) per kg/liter) (Rp/ton) (Rp/kg)
Cangkang sawit 123,8 kg 625 77.375 77,4
Solar industri 25 liter 11.000 275.000 275
*) studi kasus pabrik karet remah di Kalimantan Barat tahun 2013.
**) biaya/harga bahan di pabrik pengolahan karet remah

menunjukkan bahwa biomassa khususnya Daftar Pustaka


cangkang sawit sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai sumber bahan bakar Ahsan, S. 2012. Pembuatan bahan bakar padat
dalam proses pengeringan karet remah. dari limbah bambu dengan metode torefaksi
untuk co-firing. Thesis. Institut Teknologi
Kesimpulan Bandung. 5-6.
Amrul, A. Suwono, T. Hardianto dan D. Pasek.
Pengeringan adalah tahapan/proses 2012. Studi awal kelayakan ekonomi pabrik
penting yang sangat menentukan mutu karet torefaksi sampah perkotaan menjadi bahan
remah. Proses ini juga merupakan salah satu bakar padat setara batubara skala pilot
tahapan yang menggunakan energi yang berkapasitas 25 ton per jam. Proceeding
sangat besar. Sumber energi alternatif Seminar Nasional Energi Terbarukan dan
potensial yang dapat digunakan berupa Produksi Bersih. Universitas Lampung.
biomassa dari limbah industri pengolahan 245-250.
produk pertanian. Keuntungan penggunaan Bergman, P. C. A., Boersma, A. R., Zwart, R.
biomassa sebagai sumber energi dalam W. R., and J. H. A. Kiel. 2005. Torrefaction
pengeringan karet remah antara lain for biomass co-firing in existing coal-fired
mengurangi biaya produksi, lebih ramah power stations, “Biocoal”. ECN-C-05-013.
lingkungan, dan ketersediaannya lebih banyak Energy Research Center of the Netherlands
sehingga lebih terjamin dalam (ECN). 13-14.
keberlangsungannya (sustainability). Kendala Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia
utama penggunaan biomassa adalah terkait 2011. Badan Pusat Statistik Jakarta. ISSN
dengan pengaturan suhu yang kurang stabil. 0126-2912, 236-237.
Solusinya dapat diatasi dengan merancang Chen, W. H, Hsu, H. C, Lu, K. M, Lee, W.J.,
sistem otomatis dalam pengendalian suhu dan Lin, T. C. 2011. Thermal pretreatment
ruang pengering dan suplai bahan bakar. Biaya of wood (Lauan) block by torrefaction and
penggunaan biomassa sebagai bahan bakar its influence on the properties of the
biomass. Energy 36, 3012–3021.
pengeringan karet remah hanya sekitar Rp. 78
Elinur, D. S. Priyarsono, M. Tambunan dan M.
per kg karet kering. Sedangkan biaya
Firdaus. 2010. Perkembangan konsumsi
penggunaan bahan bakar solar industri sebesar
dan penyediaan energi dalam perekonomian
Rp. 275 per kg karet kering.
Indonesia. Indonesian Jour nal of
Agricultural Economics Vol.2 No.1. 97-119.

111
Warta Perkaretan 2014, 33(2), 103-112

Gapkindo. 2011. List of member 2011. Muryanto, S. 2008. Biomass as a source of


Gabungan Perusahaan Karet Indonesia. household energy in developing countries :
Jakarta, 16-70. technology and sustainable development
Gapkindo. 2013. Buletin karet. Gabungan issues. Proceeding Internasional Seminar
Perusahaan Karet Indonesia. April 2013, SISEST 2008. Universitas Sriwijaya.
No.4 Th.XXXV. ISSN 0216-9908, 21-22. 197—199.
Harris, S. A. dan S. Mahmudsyah. 2013. Studi Novia, M. Faizal dan S. Hariadi. 2012. Analisis
pemanfaatan limbah padat dari perkebunan p e n g a r u h t u b e p l u gg i n g t e r h a d a p
kelapa sawit pada PLTU 6 MW di Bangka karakteristik perpindahan panas heat
Belitung. Jurnal Teknik Pormits. Vol.2, exchanger Dengan Pemodelan CFD. Jurnal
No.1, ISSN 2337-3539, B73-B78. Rekayasa Sriwijaya Vol.21 No.3. 1-5.
IEA Bioenergy. 2002. Greenhouse gas Prastowo, B. 2007. Potensi sektor pertanian
balances of biomass and bioenergy systems. sebagai penghasil dan pengguna energi
Task 38 : An International Research terbarukan. Perspektif Vol.6 No.2/
Collaboration Under The Auspices of The Desember 2007. ISSN 1412-8004. 84-92.
I n t e r n a t i o n a l E n e r g y A g e n c y. Singh, G. S., S. Manoherai, dan T. S. Toh. 1990.
http://www.biomass energycentre.org.uk United plantations approach to oil palm mill
/ p l s / p o r t a l / d o c s / by product management and utilization.
page/resources/ref_lib_res/publications/ie Proceeding of International Palm Oil
a%20ghg%20gas%20ballances%20of%20bi Development Conference-Agriculture,
omass%20systems.pdf, diakses pada tanggal 1989. Dalam Teknologi Pengolahan Kelapa
25 februari 2014, 3-4. Sawit dan Produk Turunannya, Medan. 5-6.
IEA Bioenergy. 2014. IEA Bioenergy Task 33 : Syahrul. 2008. Prospek pemanfaatan energi
Thermal gasification of biomass. , diakses pada angin sebagai energi alternatif di daerah
tanggal 25 Februari 2014, page 1. pedesaan. Media Elektrik Vol.3 No.2. 140-
Irawan, A., Y. Patresya dan N. N. Karina. 2012. 144.
Kajian awal pengolahan sekam padi sebagai Sugiyono, A. 2010. Pengembangan energi
bahan bakar untuk ketahanan energi alternatif di Daerah Istimewa Yogyakarta :
nasional melalui proses torefaksi. prospek jangka panjang. Prosiding Seminar
Proceeding Seminar Nasional Energi Nasional VI Universitas Teknologi
Te r b a r u k a n d a n P r o d u k s i B e r s i h . Yogyakarta. Buku 4 : Teknologi Industri.
Universitas Lampung. ISSN No.978-979-1334-29-7. 1-13.
Kemenperin. 2007. Gambaran sekilas industri Suwardin, D. 2011. Pemanfaatan limbah
minyak kelapa sawit. Sekretariat Jenderal, perkebunan karet dan pabrik karet remah
Pusat Data dan Informasi Kementerian sebagai sumber bioenergi. War ta
Perindustrian. Jakarta. Perkaretan volume 30, nomor 2, ISSN 0216-
Mardiana, D dan R. Mahardika. 2010. 6062. Pusat Penelitian Karet, Bogor. 88-94.
Pemanfaatan limbah biomass sebagai bahan Syahputra, R., Z. Kadir dan A. Khamwichit.
bakar alternatif dalam kegiatan co-processing 2013. Optimalisasi single air downdraft gasifier
di Semen Gresik. Seminar Rekayasa Kimia dalam produksi gasifikasi biomassa dengan
dan Proses. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas pemodelan computational fluid dynamic dan
Teknik, Universitas Dipenogoro. neraca energi. Prosiding Seminar Nasional
Maspanger, D. R., L. A. Agus, dan M. Sinurat. Added Value of Energy Resources Ke-5, 28
1999. Potensi briket dan batubara mentah November 2013. Universitas Sriwijaya,
sebagai bahan bakar alternatif untuk Palembang. 102-111.
pengeringan karet. Warta Pusat Penelitian Vachlepi. A. 2007. Laporan kegiatan masa
Karet, Sungei Putih, Vol. 18 No.1-3, 2-3. percobaan. Balai Penelitian Sembawa-Pusat
Mariati, R. 2009. Pengaruh produksi nasional, Penelitian Karet. 19-21.
konsumsi dunia dan harga dunia terhadap Vachlepi, A. 2012. Desain proses dan spray
ekspor crude palm oil (CPO) di Indonesia. dryer untuk produksi tepung karet alam dari
Jurnal EPP Vol.6 No.1. 30-35. lateks. Tesis Pasca Sarjana. Program Studi
Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung.
14-19.

112

View publication stats

You might also like