Professional Documents
Culture Documents
Indonesian Journal
Journal of of Physics
Physics and and its
its Applications, 1(1) Applications
2021, pages: 14-21
Journal homepage: http://ojs.uho.ac.id/index.php/IJPiA/index
How to Cite (APA): Fitriani., Muhammad Anas & Erniwati (2021). Effect of Variation in the Percentage of
Durian Skin Charcoal on the Calorific Value and Burning Rate of Briquettes. Indonesian Journal of Physics AndIts
Application. 1(1), 14-21.
PENDAHULUAN
Energi tidak lepas dari kehidupan tersebut bisa diperoleh dari energi biomassa
manusia, pertambahan jumlah penduduk, (Setiawan dkk, 2012).
peningkatan pola hidup manusia dan Biomassa adalah sumber energi yang
semakin banyaknya industri yang berasal dari tanaman, tumbuhan atau
berkembang mengakibatkan permintaan bagian-bagiannya seperti bunga, biji, buah,
akan kebutuhan energi terus meningkat, ranting, batang dan akar, termasuk oleh
sedangkan ketersediaan cadangan energi tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan
semakin menipis. Hal ini berdampak pada pertanian, perkebunan dan hutan. Bahan
meningkatnya harga jual bahan bakar penyusun organik dari biomassa adalah
minyak dunia khususnya minyak tanah di selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang bisa
Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan didapatkan dari bagian-bagian tumbuhan
bahan bakar alternatif yang murah dan (Andika dkk, 2015).
ramah lingkungan sebagai pengganti Durian merupakan salah satu dari
minyak tanah. Bahan bakar alternatif sekian banyak bahan baku dari biomassa
yang berasal dari hasil pertanian. Pada saat
14
Indonesian Journal of Physics and its Applications, 1(1) 2021, pages: 14-21
berbuah, setiap pohon durian menghasilkan tentunya akan membuat pemandangan yang
buah yang sangat banyak, bisa mencapai 300 tidak sedap untuk mata. Hal ini bisa
buah (Sanjaya, 2015). Durian selain menyebabkan pencemaran lingkungan dan
menghasilkan buah yang bisa dinikmati isi menurunkan nilai estetika (keindahan) kota
daging buahnya, durian juga menghasilkan (Prabowo, 2009).
limbah berupa kulit (Lestari, 2016). Kulit Salah satu parameter kualitas bahan
buah yang keras dan tebal yang mencapai bakar biomassa adalah nilai kalor dan laju
seperempat bagian dari buahnya tersebut pembakaran yang dihasilkan pada proses
merupakan bagian yang dibuang begitu saja pembakaran. Bahan bakar yang baik adalah
sampai akhirnya membusuk. Apabila dilihat bahan bakar yang memiliki nilai kalor dan
dari karakteristik bentuk dan sifat-sifat laju pembakaran yang tinggi. Lestari (2016)
kulitnya, sebenarnya dapat membuat briket dari kulit durian
dimanfaatkan sebagai bahan bakar menggunakan perekat kulit singkong dan
berupa briket. Briket adalah bahan bakar lem kayu. Hasil penelitian pada kedua
padat yang dapat digunakan sebagai perekat tersebut diperoleh nilai kalor yang
paling tinggi pada komposisi arang 95% dan
sumber energi alternatif yang
yaitu sebesar 6.712,54 cal/gr dan 6.480,04
mempunyai bentuk tertentu (Prabowo,
cal/gr. Laju pembakaran yang paling tinggi
2009). pada kedua perekat tersebut juga diperoleh
Menurut Prabowo (2009), kulit durian pada komposisi arang 95% yaitu sebesar
dapat dimanfaatkan sebagai briket karena 12,59 gr/menit dan 13,6 gr/menit. Masthura
mengandung selulosa 50-60%. Kulit durian (2019) membuat briket dari bahan pelepah
memiliki sel serabut dengan dimensi yang pisang dengan nilai kalor dan laju
panjang serta dinding serabut yang tebal pembakaran tertinggi yang diperoleh pada
sehingga mampu berikatan dengan baik persentase 60% arang pelepah pisang yaitu
apabila diberi perekat. Rosmawati (2016), sebesar 3.494,5 cal/gr dan 0,0698 gr/s. Arifin
menyatakan bahwa limbah kulit durian (2016), nilai kalor tertinggi pada briket arang
dapat dikonversikan menjadi produk yang alang-alang yang memiliki komposisi 60%
mempunyai nilai ekonomis yakni berupa yaitu sebesar 5.862,19 cal/gr. Laju
biobriket kulit durian. Konversi kulit durian pembakaran tertinggi yaitu sebesar 1,370
menjadi briket akan meningkatkan nilai gr/menit. Berdasarkan hasil penelitian
ekonomis bahan tersebut, serta mengurangi Kurniawan dkk (2019), briket dari
pencemaran lingkungan (Lusia, 2008). tempurung kelapa dengan nilai kalor
Sebagian besar masyarakat buah durian tertinggi diperoleh pada persentase 85%
hanya dimanfaatkan dagingnya saja sekitar arang tempurung kelapa yaitu sebesar
20-35% dan biji 5-15% dari seluruh bagian 6.314,46 cal/gr.
durian. Sementara sisanya sekitar 65-75% Berdasarkan hasil penelitian-penelitian
terbuang sebagai limbah (Untung, 2007). terdahulu dengan melihat adanya potensi
Selama ini masyarakat yang tinggal di kulit durian dikota Kendari yang sangat
perkotaan terutama di Kota Kendari pada banyak serta karakternya yang sukar terurai
saat musim buah durian hanya sehingga berpotensi menjadi salah satu
mengonsumsi daging buahnya saja. limbah hayati yang dapat menyebabkan
Sedangkan bagian kulit durian tersebut pencemaran lingkungan maka perlu
hanya menghiasi lingkungan sebagai dilakukan upaya-upaya lebih lanjut untuk
setumpuk sampah. Bagian kulit durian mengolah limbah organik dan mengatasi
tersebut banyak terdapat ditempat persoalan energi di masyarakat. Penelitian
pembuangan sampah dipasar buah dan sebelumnya juga menggunakan kulit durian
disekitaran jembatan Triping Kendari. namun perekat yang digunakan adalah kulit
Tumpukkan kulit durian tersebut bisa singkong dan lem kayu sedangkan dalam
menghasilkan bau busuk yang penelitian ini menggunakan perekat tepung
mendatangkan lalat dan nyamuk yang tapioka. Selain itu, sebagian variasi
15
Indonesian Journal of Physics and its Applications, 1(1) 2021, pages: 14-21
Gambar 1.1 Nilai Kalor Terhadap Beberapa Persentase Arang Kulit Durian
Nilai kalor merupakan ukuran panas Berdasarkan hasil pengujian nilai kalor
atau energi panas yang di hasilkan dari briket arang kulit durian diperoleh diatas
suatu bahan bakar. Nilai kalor dapat nilai Standar Nasional Indonesia (SNI)
menentukan kualitas briket arang. Semakin no.1/6235/2000 (Triono, 2006). Nilai kalor
tinggi nilai kalor briket arang maka yang tertinggi pada persentase 95% arang
semakin tinggi pula kualitas briket arang kulit durian yaitu sebesar 5.109 cal/gr.
yang dihasilkan (Rahmanto, 2020). Tingginya nilai kalor yang diperoleh
16
Indonesian Journal of Physics and its Applications, 1(1) 2021, pages: 14-21
dipengaruhi oleh kadar karbon, kadar abu lebih tinggi dibandingkan kadar abu dari
dan kadar air yang ada dalam briket, serta kulit durian. Sehingga hal ini dapat
komposisi kimia kulit durian yaitu selulosa. mempengaruhi nilai kalor yang diperoleh.
Berdasarkan data yang diperoleh Rahmanto (2020), menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa banyaknya persentase semakin banyak penambahan perekat pada
arang kulit durian dan sedikitnya briket maka akan semakin tinggi abu yang
persentase perekat yang digunakan yang dihasilkan. Kadar abu yang tinggi
menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan dapat menurunkan kualitas suatu briket
semakin tinggi. Hal ini terjadi karena kadar karena dapat menurunkan nilai kalor.
karbon yang terkandung dalam briket Menurut Meyer (2000), keberadaan abu
semakin meningkat pula, sebab setiap pada briket sangat tidak diinginkan karena
unsur karbon yang teroksidasi saat dapat menurunkan nilai kalor pembakaran
berlangsungnya proses pembakaran akan karena abu tidak memiliki unsur karbon
menghasilkan panas (kalor) sehingga dan nilai kalor lagi. Sehingga kadar abu
berpengaruh terhadap peningkatan nilai dalam pembuatan briket arang diharapkan
kalor. Selain itu, kandungan selulosa dalam serendah mungkin supaya nilai kalor briket
kulit durian juga mempengaruhi besarnya arang tinggi.
kadar karbon terikat dalam briket yaitu Kadar air dalam briket juga
sekitar 50-60%. Semakin besar kandungan mempengaruhi nilai kalor, sebab semakin
selulosa menyebabkan kadar karbon terikat rendah kadar air semakin tinggi nilai
semakin besar pula. Hal ini disebabkan kalornya. Meningkatnya persentase arang
karena komponen penyusun selulosa kulit durian maka semakin tinggi pula nilai
adalah karbon. Semakin besar kandungan kalor yang diperoleh. Hal ini terjadi karena
karbon terikat pada kulit durian maka jumlah arang kulit durian lebih banyak
semakin tinggi pula nilai kalornya. Secara dibandingkan perekat yang digunakan
teori, dinyatakan bahwa kadar karbon sehingga kadar air dalam briket juga
tinggi akan mempunyai nilai kalor yang menurun. Dimana arang mudah menyerap
tinggi. Junary dkk (2015), mengemukakan molekul air ( H 2 O ) yang sangat besar dari
bahwa nilai kalor berbanding lurus dengan udara disekelilingnya sehingga kadar air
kadar karbon terikat, semakin besar kadar semakin berkurang (Berlianto, 2018).
karbon terikat maka nilai kalor akan Kemampuan arang kulit durian menyerap
semakin tinggi dan sebaliknya. air dipengaruhi oleh kadar karbon terikat
Ristianingsih dkk (2015) juga menyatakan yang terdapat pada briket. Briket dengan
bahwa arang yang baik adalah arang yang kadar air rendah menyebabkan nilai kalor
memiliki kadar karbon terikat yang tinggi yang dihasilkan tinggi, karena panas yang
karena pada proses pembakaran dihasilkan dalam proses pembakaran tidak
membutuhkan karbon yang berekasi terlalu banyak untuk menguapkan air yang
dengan oksigen untuk menghasilkan nilai terkandung pada bahan sehingga
kalor. pembakaran maksimal dan nilai kalor yang
Briket dengan kadar abu yang rendah dihasilkan tinggi. Briket dengan kadar air
menyebabkan nilai kalor yang diperoleh yang tinggi menghasilkan nilai kalor yang
semakin tinggi. Hal ini terjadi karena rendah, karena panas yang dihasilkan
meningkatnya persentase arang kulit dalam proses pembakaran masih
durian yang digunakan sehingga semakin digunakan untuk menguapkan air yang
rendah pula abu yang diperoleh. Abu yang terkandung dalam briker tersebut sehingga
diperoleh semakin rendah karena pembakaran tidak maksimal dan nilai kalor
persentase perekat yang digunakan juga yang dihasilkan rendah (Silitonga, 2020).
sedikit. Sebaliknya apabila semakin banyak Kadar air dalam briket berasal dari
persentase perekat yang digunakan maka penambahan perekat yang semakin
semakin tinggi pula kadar abu yang tinggi dan berkurangnya persentase arang
diperoleh. Dimana kadar abu pada perekat
17
Indonesian Journal of Physics and its Applications, 1(1) 2021, pages: 14-21
kulit durian sehingga menyebabkan air sehingga nilai kalor yang dihasilkan akan
yang terkandung dalam perekat akan semakin rendah. Hasil tersebut sesuai
masuk dan terikat dalam pori arang kulit dengan penelitian sebelumnya oleh Amin
durian. Selain itu, penambahan perekat dkk (2020), yang menyatakan bahwa
yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin tinggi kadar perekat pada
briket mempunyai kerapatan yang pembuatan briket menyebabkan nilai kalor
semakin tinggi pula sehingga pori-pori yang dihasilkan mengalami penurunan.
briket semakin kecil dan pada saat Kadar air dapat dinyatakan berbanding
dikeringkan air yang terperangkap di lurus terhadap penambahan perekat pada
dalam pori briket sukar menguap pembuatan briket, semakin tinggi kadar
(Ramadiah, 2016). Hal ini sependapat perekat maka semakin tinggi pula kadar air
dengan Muhammd Faizal dkk, (2014) yang yang dihasilkan (Rahmanto, 2020).
menyatakan bahwa semakin banyak jumlah 2. Efek Variasi Persentase Arang Kulit
perekat yang dicampurkan dengan arang Durian Terhadap Laju Pembakaran
menunjukan nilai kalor yang semakin Efek variasi persentase arang kulit
rendah. Jumlah perekat yang banyak durian terhadap laju pembakaran
menyebabkan kadar air bisa meningkat ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Laju Pembakaran Terhadap Beberapa Persentase Arang Kulit Durian
18
Indonesian Journal of Physics and its Applications, 1(1) 2021, pages: 14-21
20
Indonesian Journal of Physics and its Applications, 1(1) 2021, pages: 14-21
21