You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336404763

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA ( Cocos nucifera L) DAN SERAT


TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elais guineensis JACQ) SEBAGAI KOMBINASI
BAHAN BAKU PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL

Article  in  ZIRAA AH MAJALAH ILMIAH PERTANIAN · February 2019


DOI: 10.31602/zmip.v44i1.1724

CITATIONS READS

0 1,764

3 authors, including:

Adam Maulana Lya Agustina


HALU OLEO UNIVERSITY Universitas Lambung Mangkurat
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    11 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Adam Maulana on 27 October 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


106
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT KELAPA ( Cocos nucifera L) DAN SERAT


TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elais guineensis JACQ) SEBAGAI KOMBINASI
BAHAN BAKU PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL

(Utilization of Coconut Fiber Waste ( Cocos nucifera L) and Empty Palm Oil Bunch Fibers
(Elais guineensis Jacq) as a Combination of Raw Material for Making Particle Board)

Adam Maulana1), Udiantoro2), Lya Agustina2)


1)
Mahasiswa di Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
2)
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Jl. Jend. A.
Yani, KM. 36 Simp. Empat. Banjarbaru Selatan. 70714.
Email : idadammaulana@gmail.com1), udi_unlam@yahoo.com2),
Corresponden author : lya.agustina@ulm.ac.id2)

Article Submitted : 07-02-2019


Article Accepted : 14-02-2019

ABSTRACT
The utilization of coconut fiber that has not been optimal is one of the opportunities so
that the waste has added value, one of which is to process it into particle board. Objective research
is to best composition particle board making from coconut coir waste material and TKKS to
produce qualified particle board. The method used was a complete randomized design (RAL) with
3 treatment, single factor treatment ie the composition of raw materials in the form of coconut husk
and TKKS. Comparison of the particle-making composition of particle board P0: 100% coco fiber:
0% of oil palm empty bunch fibers, P1: 75% : 25%, P2: 50% : 50%, P3: 25% : 75%, P4: 0% :
100%. Best results the combination of raw material composition of particle board is in the
treatment of P0 (100% coco fiber: 0% of oil palm empty bunch fiber) with a density value of 0.43
g / cm³, moisture content 7.0%, Modulus of Elasticity - MoE 2.037.45 kg / cm2 and the Modulus
of Rupture - MoR 46.14 kg / cm².

Keywords: particle board, waste, coconut, palm oil

PENDAHULUAN pengolahan hasil daging buah sebagai hasil


utama, sedangkan industri yang mengolah
Pengolahan hasil buah kelapa (Cocos
hasil samping buah (by- product) masih
nucifera L) dan kelapa sawit (Elais
diolah secara tradisional. Sekitar 35% dari
guineensis Jacq) mempunyai produk turunan
total buah kelapa merupakan berat sabut
yang sangat besar peluangnya. Di Indonesia
kelapa dan dari 16.000 butir kelapa dapat
pada tahun 2013 produksi kelapa adalah
menghasilkan sebanyak 2.800 kg serat sabut
3.051.585 ton dan kelapa sawit sebanyak
(Amin, 2009). Setiap pengolahan 1 ton TBS
27.782.004 ton tandan buah segar (Ditjenbun,
(Tandan Buah Segar) akan dihasilkan
2014). Di Kalimantan Selatan sendiri pada
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
tahun 2013 berdasarkan data statistik Dinas
sebanyak 23% TKKS atau sebanyak 230
perkebunan produktivitas kelapa yaitu
kg TKKS (Kamal, 2012).
sebanyak 30.629 ton dan kelapa sawit
Karakteristik tandan kosong kelapa
sebanyak 901.077 ton. Saat ini industri
sawit (TKKS) yaitu bentuknya oval terdiri
pengolahan buah kelapa dan kelapa sawit
atas malai-malai dengan serat yang kuat.
umumnya masih terfokus kepada
107
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Ukurannya berkisar antara 40 sampai 50 cm. secara tradisional. Karena melimpahnya


Berat jenis tandan kosong kelapa sawit limbah dari sumber daya alam tersebut, serta
(TKKS) sebelum dicacah dan sesudah mempertimbangkan karakteristik dari kedua
dicacah relatif sama yaitu 0,40 dan 0,35 bahan baku tersebut maka terdapat potensi
ton/m3. Kadar serat tandan kosong kelapa yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam
sawit (TKKS) antara 62–72,6%. Tandan bentuk serat menjadi sebuah papan komposit.
kosong kelapa sawit (TKKS) mengandung Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
selulosa sebanyak 35,81 kg/ton (berat kering) komposisi terbaik pembuatan papan partikel
dan hemiselulosa 27,01 kg/ton (berat dari bahan baku limbah sabut kelapa dan serat
kering). Kandungan kimianya didominasi tandan kosong kelapa sawit (TKKS) untuk
oleh karbohidrat, glucan, xylan, K2O dan menghasilkan papan partikel yang
SiO2 (Wahyono et.al., 2008). Sabut kelapa berkualitas.
juga memiliki beberapa keunggulan salah
satunya memiliki kuat tarik sebesar 46,67 METODE PENELITIAN
N/mm2 sehingga tidak mudah lapuk, ringan,
Waktu dan Tempat
elastis, lebih nyaman dalam penggunaannya
Penelitian ini dilakukan di
(Ramadhani, 2011). Selain itu menurut Saleh
Laboratorium Analisis Kimia dan
et.al., (2009), sabut disusun atas jaringan
Lingkungan Industri Fakultas Pertanian
yang kuat yang mengandung α selulosa
Universitas Lambung Mangkurat
sebesar 78,48 % (sabut kelapa muda) dan
Banjarbaru, Workshop Kehutanan
43,4% (sabut kelapa tua) serta hemiselulosa
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
sebesar 27,7% (sabut kelapa muda) dan
dan Balai Riset dan Standarisasi Industri.
10,25% (sabut kelapa tua).
Bahan baku papan komposit di masa Alat dan Bahan
mendatang sangat bervariasi. Bagi negara- Alat dalam penelitian ini seperti
negara yang memiliki sumberdaya kayu yang autoklaf, oven, timbangan, timbangan
cukup banyak dapat mengandalkan kayu analitik, penggaris/meteran, ember
sebagai bahan bakunya, tetapi bagi negara- pengaduk, gunting, pisau, mesin press,
negara yang tidak atau kurang memiliki cetakan dan peralatan pendukung lainnya.
potensi kayu, dapat menggunakan bahan Bahan untuk penelitian ini adalah
baku kayu selain kayu. Penggunaan berbagai sabut kelapa yang sudah berupa limbah
macam bahan baku dalam satu bentuk produk dibeberapa usaha es kelapa muda dan limbah
komposit sangat memungkinkan di masa padat berupa serat tandan kosong kelapa
mendatang seiring dengan timbulnya sawit (TKKS) industri CPO di PTPN XIII
berbagai desakan seperti issue lingkungan, Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Provinsi
kelangkaan sumberdaya, tuntutan konsumen Kalimantan Selatan, PVAc (lem rajawali)
akan kualitas produk yang semakin tinggi , dan Aquades
imajinasi, pengetahuan dan penguasaan ilmu Rancangan Percobaan
yang semakin tinggi serta berbagai faktor lain Penelitian ini dilakukan dengan
yang merangsang terciptanya produk variasi komposisi dari serat TKKS dan juga
komposit berkualitas tinggi dari bahan baku sabut kelapa serta Rancangan Acak Lengkap
yang berkualitas rendah (Rowell, 1997 dalam (RAL) dengan perlakuan faktor tunggal yaitu
Massijaya dan Setyawati, 2005).Industri komposisi serat tandan kosong kelapa sawit
kelapa sawit dan buah kelapa rata-rata masih (TKKS) dan sabut kelapa muda dengan 5
banyak yang fokus bergerak pada produk taraf perlakuan. Perbandingan komposisi
serta pengolahan dari buah, terlebihnya antara sabut kelapa dan serat tandan kosong
masih banyak juga pengolahan hasil samping kelapa sawit, yaitu :
dari kedua objek tersebut yang masih diolah
108
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

P0 : Sabut kelapa 1000 gr + Serat tandan Masing-masing perlakuan dibuat


kosong kelapa sawit 0 gr ulangan sebanyak 3 kali, sehingga perlakuan
P1 : Sabut kelapa 750 gr + Serat tandan menghasilkan jumlah satuan percobaan tiap
kosong kelapa sawit 250 gr jenisnya 5 x 3 = 15 satuan percobaan.
P2 : Sabut kelapa 500 gr + Serat tandan Perlakuan yang dilakukan dari penelitian ini
kosong kelapa sawit 500 gr terdapat pada Tabel 1. Diagram alir
P3 : Sabut kelapa 250 gr + Serat tandan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada
kosong kelapa sawit 750 gr Gambar 1.
P4 : Sabut kelapa 0 gr + Serat tandan
kosong kelapa sawit 1000 gr

Mulai

Persiapan Bahan
(Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan
Kelapa)

Tahapan Pengolahan Menjadi Serat

Serat Tandan Kosong Sabut Kelapa


Kelapa Sawit (TKKS)

Pembuatan Papan Partikel

Pengkondisian

Pengamatan dan Pengujian Sampel

Analisis Data

Hasil

Gambar 1. Diagram alir penelitian


109
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Pengamatan dan pengujian terhadap (kadar air dan kerapatan) dan mekanik
sampel papan partikel yang dibuat dalam (Modulus of Rupture (MoR) dan Modulus of
penelitian ini dilakukan terhadap sifat fisik Elasticity (MoE).

Tabel 1. Perlakuan Penelitian


Sabut Kelapa Serat TKKS PVAc
No. Sampel
(bagian) (bagian) (bagian)
1 Kontrol (P0) 1000 gr 0 gr 10 gr
2 Perlakuan 1 (P1) 750 gr 250 gr 10 gr
3 Perlakuan 2 (P2) 500 gr 500 gr 10 gr
4 Perlakuan 3 (P3) 250 gr 750 gr 10 gr
5 Perlakuan 4 (P4) 0 gr 1000 gr 10 gr

HASIL DAN PEMBAHASAN hitung < F tabel 5% < F tabel 1%) terhadap
nilai kerapatan, yang berarti diperoleh nilai
Kerapatan Papan Partikel
rataan kerapatan seragam pada setiap papan
Hasil analisis keragaman dengan uji F
dengan kadar komposisi bahan baku yang
menunjukkan bahwa pengaruh komposisi
berbeda.
bahan baku tidak berpengaruh nyata (F

Tabel 2. Nilai Uji Kerapatan


Perlakuan Nilai Uji Kerapatan (g/cm³)
P0 0.43
P1 0.43
P2 0.56
P3 0.44
P4 0.44

Kerapatan adalah suatu ukuran 50% serat TKKS), yaitu sebesar 0.56 g/cm³,
kekompakan partikel dalam satu lembaran sedangkan nilai rata-rata kerapatan terendah
yang sangat tergantung pada kerapatan kayu untuk papan partikel dengan komposisi
asal yang digunakan dan tekanan yang bahan baku pada sampel P0 (100% sabut
diberikan selama proses pengempaan. kelapa : 0% serat TKKS) dan P1 (75% sabut
Semakin tinggi kerapatan papan partikel, kelapa : 25% serat TKKS), sebesar 0.43
maka semakin banyak partikel yang g/cm³. Secara keseluruhan nilai kerapatan
dibutuhkan untuk membuat papan pada papan partikel (Tabel 2) yang dihasilkan telah
ukuran yang sama. Kerapatan juga akan memenuhi standar SNI 03-2105-2006 yang
meningkat dengan naiknya penggunaan mengisyaratkan bahwa kerapatan papan
perekat. partikel berkisar 0.4 g/cm³ sampai 0.9 g/cm³.
Nilai kerapatan sampel uji papan Salah satu faktor yang menghasilkan
partikel yang dihasilkan berkisar antara 0.43 kerapatan papan partikel dapat dikatakan
g/cm³ sampai 0.56 g/cm³. Nilai rata-rata memenuhi standar dikarenakan jumlah dan
kerapatan papan partikel tertinggi terdapat keadaan bahan pada hamparan bersamaan
pada papan partikel dengan komposisi bahan dengan teknik pengempaan (Press) yang
baku pada sampel P2 (50% sabut kelapa : dapat mempengaruhi kerapatan dari papan
110
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

partikel. Selain itu, dalam pencampuran biaya yang relatif murah (Pizzi 1983 dalam
(pengadonan) papan partikel, bahwa Sari 2011).
penambahan perekat akan mempengaruhi
Kadar Air Papan Partikel
kerapatan papan partikel karena semakin
Hasil analisis keragaman dengan uji F
banyak perekat yang ditambahkan kedalam
menunjukkan bahwa komposisi bahan baku
suatu campuran bahan baku papan partikel
tidak berpengaruh nyata (F hitung < F tabel
maka kerapatan akan semakin tinggi. Pada
5% < F tabel 1%) terhadap nilai kadar air,
penelitian ini digunakan bahan perekat jenis
yang berarti diperoleh nilai rataan kadar air
polyvinyl asetat, penggunaan perekat
seragam pada setiap papan dengan komposisi
polyvinyl Asetat mampu meningkatkan
bahan baku yang berbeda.
kekuatan rekat secara ekstrim dan cepat serta

Tabel 3. Nilai Uji Kadar Air


Perlakuan Nilai Uji Kadar Air (%)
P0 7.0
P1 7.7
P2 6.3
P3 6.0
P4 5.3

Berdasarkan penelitian tersebut pengujian kadar air papan partikel. Hal ini
diperoleh hasil nilai kadar air (Tabel 3) dikarenakan perendaman atau perebusan
sampel uji papan partikel yang dihasilkan bahan sabut dan serat baik dengan air dingin
berkisar antara 5.3% sampai 7.7%. Nilai rata- ataupun panas sebelum proses pembuatan
rata kadar air papan partikel tertinggi terdapat papan dapat melarutkan sebagian zat
pada papan partikel dengan kadar komposisi ekstraktif yang terkandung dalam sabut
bahan baku pada P1 (75% sabut kelapa : 25% kelapa dan serat TKKS sehingga perekat
serat TKKS) sebesar 7.7%, sedangkan nilai lebih mudah masuk dan menutupi pori-pori
rata-rata kadar air terendah terdapat pada partikel yang menyebabkan ikatan antara
papan partikel dengan kadar komposisi bahan partikel dengan perekat menjadi lebih kuat
baku pada P4 (0% sabut kelapa : 100% serat dan uap air susah untuk menembusnya.
TKKS) sebesar 5.3%. Secara keseluruhan Dalam Amelia (2009) menyebutkan bahwa
nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan perlakuan perendaman dingin atau panas
telah memenuhi standar SNI 03-2105-2006. pada kayu karet dapat menurukan kadar air
Kadar air papan komposit sangat tergantung bahan tersebut.
pada kondisi udara disekitarnya, karena
Uji Nilai Elastisitas (Modulus of Elasticity
bahan baku papan komposit adalah bahan-
– MoE)
bahan yang mengandung lignoselulosa yang
Modulus of Elasticitas-MoE
bersifat higroskopis. Penggunaan perekat cair
merupakan ukuran ketahanan papan untuk
dapat meningkatkan kadar air papan partikel.
mempertahankan bentuk yang berhubungan
Menurut Bowyer et al. (2003), apabila pada
dengan kekakuan papan. Modulus elastisitas
pembuatan papan partikel menggunakan
juga merupakan salah satu kekuatan mekanis
perekat cair maka kadar air papan akan
yang sangat penting diketahui pada papan
bertambah 4-6%.
partikel. Nilai modulus elastisitas didapat
Perlakuan pendahulun (perebusan
dari tegangan-regangan hasil uji lentur papan,
atau perendaman) juga mempengaruh hasil
merupakan perbandingan antara tegangan
111
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

dengan regangan pada daerah elastis bahan. perekat yang digunakan, daya ikat perekat
Jika semakin tingg nilai MoE suatu bahan dan panjang serat.
maka semakin kaku bahan tersebut dan Hasil analisis keragaman dengan uji F
semakin kuat dalam menahan beban dari luar. menyatakan bahwa setiap pembuatan papan
Bowyer et al. (2003) menyatakan bahwa partikel dengan kombinasi komposisi bahan
semakin banyak perekat yang digunakan baku yang ada terlihat berpengaruh sangat
maka akan semakin tinggi sifat mekanis dan nyata terhadap nilai MoE (F table 5% < F
stabilitas papan partikel. Maloney (1993) tabel 1% < F hitung), yang berarti diperoleh
juga menyatakan bahwa nilai MoE nilai rataan MoE tidak seragam pada setiap
dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan papan dengan kadar perekat yang berbeda.

Tabel 4. Uji Nilai Elastisitas (Modulus of Elasticitas – MoE)

Nilai Uji MoE


Perlakuan
(Modulus of Elasticitas) (kg/cm²)
P0 2,037.45a
P1 674.46b
P2 819.13b
P3 614.78b
P4 1,245.39ab
Ket: kode huruf yang sama menyebutkan Duncan’s Multiple range Test (DMRT) tidak berbeda
nyata.

Semua papan partikel yang sudah


Uji Nilai Patah (Modulus of Rapture –
diolah belum memenuhi standar SNI 03-
MoR)
2105-2006 yang mnyebutkan nilai MoE
Modulus of Rapture-MoR atau
papan partikel yaitu minimum 20400 kg/cm²
modulus patah merupakan kemampuan
(dapat dilihat pada Tabel 4). Penggunaan
papan untuk menahan beban lentur hingga
ukuran dari pembuatan papan partikel masih
batas maksimum atau hingga sampel papan
bervariasi, hal ini menjadi salah satu faktor
tersebut patah. Parameter ini penting untuk
dimana debu atau pith dari bahan baku yang
diketahui, karena penggunaan papan partikel
masih tinggi mengakibatkan penyebaran
yang relatif pada umumnya digunakan
perekat tidak bisa merata dan akhirnya
sebagai material furnitur dalam industrinya
banyak permukaan yang tertutupi oleh debu
selalu menuntut pemakaian secata vertikal.
hingga berakibat ikatan antara partikelnya.
Hasil analisis keragaman dengan uji F
Selain itu, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh
menunjukkan bahwa kadar perekat yang
lama dan suhu panas yang diberikan pada
berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap
sampel papan partikel saat pencetakan yang
nilai MoR (F tabel 5% < F tabel 1% < F
akan menghilangkan kadar air yang lumayan
hitung), yang berarti diperoleh nilai rataan
tinggi sehingga sampel papan partikel benar-
MoR tidak seragam pada setiap papan dengan
benar mengalami penyusutan kadar air yang
kadar perekat yang berbeda.
berlebihan. Bowyer et al. (2003) pada
Hasil uji MoR dari papan partikel
pernyataannya, geometri partikel adalah ciri
(Tabel 5) belum mencapai standar SNI 03-
yang utama utama saat menentukan sifat
2105-2006 yang menyebutkan nilai modulus
MoE yang dihasilkan selain dari kadar
patah papan partikel minimal 82 kg/cm².
perekat, kerapatan,
Hasil ini juga menunjukkan bahwa kerapatan
papan partikel yang semakin tinggi maka
112
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

modulus patah papan pun juga semakin yang berpengaruh terhadap kekuatan patah
tinggi. Adapun pengaruh dari faktor prosedur papan partikel (Koch, 1972 dalam
pengempaan, kadar air partikel, geometri Nuryawan, 2007).
partikel, kadar perekat dan berat bahan baku

Tabel 5. Uji Nilai Patah (Modulus of Rupture - MoR)

Nilai Uji MoR


Perlakuan
(Modulus of Rupture) (kg/cm²)
P0 46.14a
P1 26.34b
P2 27.48b
P3 22.67b
P4 36.82ab
Ket: kode huruf yang sama menyebutkan uji Duncan’s Multiple range Test (DMRT) tidak berbeda
nyata.

dengan perlakuan PO yaitu 100 % Sabut


Penentuan Hasil Terbaik
Kelapa : 0 % TKSS , dimana bagian MoE
Papan partikel yang terbaik pada hasil
dan MoR masih belum memenuhi SNI 03-
penelitian ini (mengacu pada tabel 6) adalah
2105-2006.

Tabel 6. Tabulasi dari penelitian untuk setiap parameter


Perlakuan Parameter Uji
Kerapatan Kadar Air MoE MoR
P0 √ √ - -
P1 √ √ - -
P2 √ √ - -
P3 √ √ - -
P4 √ √ - -
*Tanda checklist diberikan untuk setiap parameter uji yang bisa masuk untuk standar SNI 03-2105-2006

Nilai MoE ditujukan sesuai standar Nilai MoE dan MoR yang belum
SNI 03-2105-2006 adalah minimum 20400 mencapai standar dari SNI 03-2105-2006 ini
kg/cm², dari hasil penelitian tersebut, terjadi karena penggunaan ukuran dari
perlakuan yang mendekati nilai tersebut pembuatan papan partikel masih bervariasi,
terdapat pada perlakuan P0 dengan nilai hal ini menjadi salah satu faktor dimana pith
2037.45 kg/cm2 yang mana komposisi bahan atau debu bahan baku yang masih tinggi
baku nya 100 % Sabut Kelapa : 0 % TKSS. mengakibatkan penyebaran perekat tidak bisa
Demikian juga dengan nilai MoR, standar merata dan akhirnya banyak permukaan yang
SNI 03-2105-2006 yang berlaku adalah tertutupi hingga berakibat pada ikatan
minimal 82 kg/cm², sedangkan perlakuan partikelnya. Selain itu, hal ini juga dapat
yang dapat mendekati dengan nilai standar dipengaruhi oleh lama dan suhu panas yang
SNI 03-2105-2006 tersebut adalah perlakuan diberikan pada sampel papan partikel saat
P0 dengan bahan baku 100% sabut kelapa : pencetakan yang akan menghilangkan kadar
0% serat TKKS yaitu, sebesar 46.14 kg/cm². air yang lumayan tinggi sehingga sampel
papan partikel benar-benar mengalami
113
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

penyusutan kadar air yang berlebihan. unsur Saran


organik dan mineral yang menyusun serat Saran yang diberikan untuk penelitian
sabut kelapa berupa komponen yang larut lebih lanjut adalah penerapan beberapa
pada air dan juga komponen yang tidak larut komposisi perekat, sehigga diharapkan akan
pada air antara lain kalium, kalsium, bisa memperbaiki nilai elastisitas dan nilai
magnesium, lignin, selulose, nitrogen, pektin, kepatahan untuk mencapai standar SNI 03-
hemisellulose serta protein. Sabut kelapa 2105-2006.
memiliki nilai selulosa lebih tinggi yaitu
sebesar 43,4% – 78,48% dibandingkan DAFTAR PUSTAKA
dengan serat tandan kosong kelapa sawit
Amelia, S. 2009. Pengaruh Perendaman
(TKKS), yaitu sebesar 38,76%. Zat yang
Panas dan dingin Sabut Kelapa
berpengaruh terhadap suatu proses
Terhadap Kualitas Papan Partikel
pembuatan papan partikel juga dipengaruhi
Yang Dihasilkannya [Skripsi].
oleh lignin dan hemiselulosa dimana kedua
Fakultas Kehutanan. Institut
bahan baku komposisi yang digunakan dalam
Pertanian Bogor. Bogor.
penelitian ini dijadikan perlakuan dengan
cara kombinasi dan kedua bahan baku
Amin, S. 2009. Cocopreneurship. Aneka
tersebut mempunyai kadar lignin dan
Peluang Bisnis dari Kelapa. Liliy
hemiselulosa yang berbeda. Sabut kelapa
Publisher. Yogyakarta.
memiliki kadar lignin 14,71% - 45,8%
sedangkan kadar lignin pada serat tandan
Bowyer JL, Shmulsky, Haygreen JG. 2003.
kosong kelapa sawit (TKKS) yaitu 22,23%.
Forest Products and Wood Science -
Kadar hemiselulosa juga dimiliki oleh sabut
An Introduction, Fourth edition. Iowa
kelapa dengan nilai 10,25% - 27,7% dan pada
State University Press.
serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
kadar hemiselulosa nya 19,28%. Dari data
Ditjenbun. 2014. Statistik Perkebunan
kadar zat yang berpengaruh sebagai
Indonesia.
penyusun dalam proses pembuatan papan
http://ditjenbun.pertanian.go.idhttp://
partikel tersebut dapat dilihat kadar penyusun
ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses 02
lebih tinggi pada bagian sabut kelapa.
April 2016 di Banjarbaru.
KESIMPULAN DAN SARAN Kamal, N. 2012. Karakterisasi Dan Potensi
Kesimpulan Pemanfaatan Limbah Sawit. Teknik
Penelitian ini bisa disimpulkan Kimia, ITENAS. Bandung.
komposisi terbaik dalam pembuatan papan
partikel dengan kombinasi pemanfaatan Maloney TM. 1993. Modern Particleboard
limbah serat TKKS dan sabut kelapa yaitu and Dry process Fiberboard
terdapat pada perlakuan P0 dengan Manufacturing. MILLER Freeman,
perbandingan bahan baku komposisi Inc. San Fransisco.
100%sabut kelapa : 0% serat tandan kosong
kelapa sawit dimana nilai kerapatan 0.43 Massijaya Y.M dan Setyawati D. 2005.
g/cm³, kadar air 7.0%, nilai elastisitas Pengembangan papan komposit
(Modulus of Elasticity – MoE) 2,037.45 kg/ berkualitas tinggi dari sabut kelapa
cm2 dan nilai kepatahan (Modulus of Rupture dan polipropilena daur ulang (I):
– MoR) 46.14 kg/cm². Suhu dan waktu kempa panas. J.
Teknologi Hasil Hutan 18(2): 91-101.
View publication stats

114
ZIRAA’AH, Volume 44 Nomor 1, Pebruari 2019 Halaman 106-114 p-ISSN 1412-1468 e-ISSN 2355-3545

Nuryawan, A. 2007. Sifat Fisis dan Mekanis Saleh A, Pakpahan M. M. D, Angelina N.


OSB dari Kayu Akasia, Ekaliptus, 2009. Pengaruh konsentrasi pelarut,
dan Gmelina Berdiameter Kecil temperatur dan waktu pemasakan
[Tesis]. Program Pascasarjana. pada pembuatan pulp dari sabut
Institut Pertanian Bogor. Bogor. kelapa muda. J. Teknik Kimia
16(3):34-44.
Pizzi. 1983. Wood Adhesives, Chemistry and
Technology. Mareel Dekker, Inc. Wardhani, I.S, S. Surjokusumo, Y.S Hadi dan
New York. N, Nugroho. 2004. Distribution of
chemical compounds of coconut wood
Ramadhani, S. 2011. Pengaruh (Cocos nucifera L.). J. Ilmu dan
penambahan serat sabut kelapa Teknologi Kayu Tropis 2 (1).
terhadap parameter kuat geser tanah
berpasir. J. SMARTek 9(3):187– Wahyono, S., F.L. Sahwan, J.H. Martono,
195. dan F. Suyanto. 2008. Tinjauan
terhadap perkembangan penelitian
Sari N.M. 2011. Pengaruh banyaknya pengolahan limbah padat pabrik
lapisan pada kayu tempelan utuh dan kelapa sawit. J. Teknik Lingkungan
kayu tempelan tidak utuh terhadap Edisi Khusus: 64-74.
pengujian kadar air, delaminasi dan
geser horizontal kayu galam. J.
Chlorophyl 7(1):56-63

You might also like