You are on page 1of 10

89

RELASI HUKUM DENGAN KEKUASAAN:


MELIHAT HUKUM DALAM PERSPEKTIF REALITAS
FX.Adji Samekto
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
E-mail: adjisamekto@yahoo.com

Abstract

Autonomous law reflects enforceability of modern legal system which is promoting the achievement
of formal justice and has biased value on the weak, the poor and the marginalized. Limitations of
autonomous law further encourages the birth of responsive law, legal typology which reflects an
effort to the substantive justice. Discourse about responsive law actually extremely close to the
idea of progressive law offers by Satjipto Rahardjo. In the context of this progressive law indeed we
are invited to think out of the box of autonomous law way of thinking. Thinking about out of the
box here is that we are not constrained by the way of thinking only in modern legal systems - which
reflect autonomous law - and consider that it is the most correct way of thinking, as proven
autonomous law in practice of modern legal system is only able to realize the formal justice.
Meaning contained in these progressive laws can explain the typology meaning of responsive law.
Based on analysis study, the application of legal typology of repressive law, autonomous law and
responsive law to the community can be carried out by the authorities at the same time depending
on that typology of society.

Key words: repressive law, autonomous law, responsive law, progressive law, law and authority

Abstrak

Autonomous law merefleksikan keberlakuan sistem hukum modern yang sangat mengedepankan
pencapaian keadilan formal dan belum memiliki nilai keberpihakan pada yang lemah, miskin dan
kaum marginal. Keterbatasan autonomous law mendorong lahirnya responsive law, yang
merefleksikan upaya menciptakan keadilan substantif. Diskursus tentang responsive law sangat dekat
dengan ide (gagasan) hukum progresif yang ditawarkan Satjipto Rahardjo. Dalam konteks hukum
progresif ini memang kita diajak berpikir out of the box dari cara berpikir autonomous law. Berpikir
out of the box disini dimaksud agar kita tidak terbatasi oleh cara berpikir dalam sistem hukum
modern saja - yang merefleksikan autonomous law - dan menganggap cara berpikir itu adalah yang
paling benar, karena terbukti autonomous law dalam praktek sistem hukum modern hanya mampu
mewujudkan formal justice. Makna yang terkandung dalam hukum progresif ini bisa menjelaskan
makna tipologi responsive law. Berdasarkan kajian analisis, penerapan tipologi hukum repressive law,
autonomous law dan responsive law sangat tergantung pada tipe masyarakatnya.

Kata kunci: repressive law, autonomous law, responsive law, hukum progresif, hukum dan kekuasaan

Pendahuluan pula kajian filosofis yang sifatnya apriori, yang


Ilmu hukum dapat dikaji dalam dua pers- artinya tidak mendasarkan pada bukti-bukti
pektif. Pertama, ilmu hukum yang mengkonsep- dulu tetapi pada ajaran-ajaran, nilai-nilai yang
sikan hukum sebagai ajaran, norma yang me- sifatnya abstrak.1
ngandung nilai-nilai (values). Kajiannya bersifat
normatif yang berciri law as what in the writ- 1
Kajian-kajian yang bersifat yuridis-filosofis mempelajari
ten atau law as what in the books. Ilmu hukum dasar-dasar yang bersifat meta-yuridis terutama mem-
pelajari nilai-nilai, ajaran-ajaran yang melahirkan sua-
dalam kajian yang bersifat normatif atau dok- tu norma. Misalnya pengkajian tentang latar belakang
trinal ini memuat keharusan-keharusan (what mengapa muncul ajaran tentang fiksi hukum. Ajaran
fiksi hukum menyangkut nilai-nilai tentang hubungan
ought to be), jadi bersifat das sollen. Di dalam individu-masyarakat dan kekuasaan. Kajian ini tentu
kajian perspektif normatif (doktrinal) termasuk harus menelusuri nilai-nilai, ajaran-ajaran dari filosof-
filosof besar masa yang lalu. Baca FX. Adji Samekto,
90 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

Kedua, ilmu hukum yang mengkonsepsi- Berikut ini diuraikan kajian hukum dalam
kan hukum sebagai realitas. Kajian ini mempe- perspektif realitas (mengkonsepsikan hukum se-
lajari implementasi suatu aturan di ranah fak- bagai realitas). Salah satu faktor yang mempe-
ta. Apabila sudah membicarakan hukum di ting- ngaruhi bekerjanya hukum di masyarakat ada-
kat implementasinya, maka kesadaran utama lah kekuasaan. Tujuan penulisan ini adalah un-
yang harus dimunculkan adalah, ketika hukum tuk mengurai bagaimana sesungguhnya relasi
sudah diimplementasikan di masyarakat ,maka antara hukum dengan kekuasaan itu. Untuk ke-
hukum (aturan hukum) hanya merupakan salah pentingan itu di dalam uraian ini pendapat-pen-
satu sub-sistem di dalam masyarakat. Masih ada dapat Philippe Nonet dan Philip Selznick dalam
sub-sistem lain yang bekerja di masyarakat, karyanya Toward Responsive Law: Law and So-
seperti sub-sistem politik, sub-sistem ekonomi, ciety in Transition 3 akan menjadi bahan untuk
sub-sistem budaya, sub-sistem agama dan seje- melakukan pengembangan analisis. Dalam men-
nisnya. Dengan demikian berlakunya aturan hu- jelaskan relasi hukum dengan kekuasaan, Nonet
kum itu pun akan terpengaruh oleh sub-sistem dan Selznick melakukan pembagian tipologi hu-
yang lain. Dapat pula kemudian dinyatakan kum dalam hukum represif (repressive law),
bahwa ketika hukum sudah bekerja dimasyara- hukum yang otonom (autonomous law) dan hu-
kat, tidak tertutup kemungkinan ia tidak bebas kum yang responsive (responsive law).
dari kepentingan tertentu. Kepentingan itu bisa Nonet dan Selznick sangat baik dalam
bersifat positif bisa pula bersifat negatif 2. menjelaskan bilamana suatu sistem sosial harus
dilayani oleh hukum dengan corak repressive
“Menggugat Relasi Filsafat Positivisme dengan Ajaran law, autonomous law dan responsive law. Per-
Hukum Doktrinal”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12 No.
masalahannya, apakah tumbuhnya repressive
1 Januari 2012, Purwokerto: FH UNSOED; lihat dan ban-
dingkan dengan Yusriyadi, "Paradigma Positivisme Dan law, autonomous law dan responsive law meru-
Implikasinya Terhadap Penegakan Hukum Di Indonesia",
pakan suatu keniscayaan yang dapat berlaku se-
Jurnal hukum, Vol. 14, N0. 3, April 2004, Semarang :
Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (UNIS- cara bersamaan, ataukah memang corak hukum
SULA); dan Wibisono Oedoyo, "Beberapa Prinsip Penera- yang masing-masing berdiri sendiri. Penulis me-
pan Teori Hukum Yang Dikemukakan Aliran Positivisme
Dalam Putusan MA RI No. 02 K/N/1998", Jurnal Hukum ngajukan pertanyaan itu dengan latar belakang
Themis, V0l.2 N0.1, Oktober 2007, Jakarta : Fakultas asumsi bahwa: suatu masyarakat selalu akan
Hukum Universitas Pancasila; Rusli Muhammad, "Kajian
Kritis Terhadap Teori Hukum Positif (Positivisme)", berkembang dari masyarakat yang kacau, mis-
Jurnal Hukum Respublica, Vol. 5, No. 2, Tahun 2006,
kin,tidak berdaya berkembang menuju arah
Pekanbaru: Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning
2
Ketika membicarakan hukum sebagai realitas, maka masyarakat yang lebih baik, yang selalu meng-
secara ontologis, hukum bisa dimaknai sesuai dengan
inginkan keteraturan (regularities). Keteratu-
paradigma yang kita anut. (a) Paradigma positivisme
mengkonsepsikan hukum sebagai seperangkat aturan ran diperlukan untuk mempertahankan keber-
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang,
lanjutan kehidupan.4
bentuknya tertulis, mengandung sanksi dan kewajiban;
(b) Paradigma Post-Positivisme mengkonsepsikan hu-
kum mmengkonsepsikan bahwa aturan hukum adalah
seperangkat peraturan yang berlakunya di masyarakat
akan dipengaruhi faktor-faktor lain; (c) Paradigma kri- Pembacaan Dekonstruktif)”, Jurnal Keadilan Sosial,
tikal, mengkonsepsikan hukum sebagai alat bagi kekua- Edisi 1 tahun 2010.
3
saan untuk melakukan dominasinya, atau sebagai ins- Philippe Nonet & Philip Selznick, 2001, Toward Respon-
trumen untuk melanggengkan kekuasaan; (d) Paradigma sive Law: Law and Society inTransition, New Brunswick
kons-truktivisme, mengkonsepsikan hukum sebagai re- (USA) and London (UK):Transaction Publishers. Lihat
sultante dari penafsiran-penafsiran dari subjek-sub- juga Al. Wisnubroto, “Upaya Mengembalikan Kemandi-
jek,dimana penafsiran subjek sangat dipengaruhi oleh rian Hakim melalui Pemahaman Realitas Sosialnya”,
pengalaman sosial, agama, aliran ideologi dan sebagai- Jurnal Hukum Pro Justitia Tahun XX No. 1 Januari
nya. Bandingkan dengan M. Manelia, "Kritik Terhadap 2003, Bandung: FH UNPAR; baca juga Lintong O. Sia-
Hukum Modern Dalam Perspektif Studi Hukum Kritis", haan, "Peran Hakim Dalam Pembaharuan Hukum di In-
Jurnal Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan, Vol. 6, donesia", Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 36
No. 2, 2008, Jakarta: Direktorat Hukum Bank Indonesia; N0. 1 Januari 2006, Jakarta: Fakultas Hukum Univer-
C. Maya Indah S, "Refleksi Sosial Atas Kelemahan Hu- sitas Indonesia
4
kum Modern: Suatu Diseminasi Nilai Kebenaran Tradisi Ajaran Cicero (106-43 SM) yang sangat terkenal: Ubi
Dalam Citra Hukum Indonesia", Jurnal Masalah-Masalah societas, ibi ius (dimana ada masyarakat, disana ada
Hukum, Vol. 37, N0. 3, 2008, Semarang : Fakultas Hu- hukum) mencerminkan bahwa keteraturan dalam sistem
kum Universitas Diponegoro. Baca juga Anthon F. Su- sosial sudah menjadi keinginan suatu masyarakat se-
santo, “Keraguan dan Ketidakadilan Hukum (Sebuah jak masa lalu. Keteraturan itu diwujudkan dengan
Relasi Hukum dengan Kekuasaan: Melihat Hukum dalam Perspektif Realitas 91

Hukum Dalam Perspektif Repressive Law yang bersangkutan. Akan tetapi, ketika masya-
Tidak bisa dipungkiri, terbentuknya ko- rakat mulai menunjukkan dirinya berperan
munitas (masyarakat) selalu diawali dengan ke- penting dalam keberlajutan kehidupan negara,
adaan yang tidak tertib, kacau bahkan mencer- maka kecenderungan untuk menjauhkan hukum
minkan keadaan yang bersifat homo homini lu- dari kekuasaan akan semakin menguat 6. Bagi
pus. Disinilah diperlukan hukum yang bersifat penulis, inilah yang kemudian melahirkan bibit
represif. Penegakan hukum yang bersifat repre- tumbuhnya hukum yang bersifat otonom (auto-
sif tentu memerlukan kekuasaan yang dominan. nomous law). Hukum yang bersifat otonom me-
Di dalam tipologi hukum represif ini, Nonet dan rupakan hukum yang mulai dilepaskan dari pe-
Selznick menyatakan, hukum menjadi instru- ngaruh kepentingan kekuasaan, sebagaimana di
men untuk menjalankan kekuasaan sekaligus katakan Nonet dan Selznick: in political sys-
menjadi instrumen legitimasi kekuasaan. Seba- tems characterized by autonomous law, law is
gai implikasinya dalam masyarakat dengan tipo- independent of politics.
logi hukum yang represif ini maka dikatakan Uraian tentang hukum yang bersifat oto-
Nonet dan Selznick: law is subordinated to po- nom akan menjadi sangat jelas manakala des-
wer politics. Oleh karena itu penegakan hukum kripsinya dikaitkan dengan tumbuhnya masyara-
pun dilakukan untuk mengabdi pada kepenting- kat kapitalisme di Eropa Barat pada abad XVIII-
an kekuasaan. Menurut pandangan penulis, dari XIX yang bersamaan dengan tumbuhnya sistem
pengembangan penjelasan hukum represif ini hukum modern. Secara historis, tumbuhnya ma-
maka pengertian “kepentingan kekuasaan” se- syarakat kapitalisme di Eropa Barat dapat di-
lalu dimaknai dalam pengertian negatif. Hukum telusuri sejak perkembangan Era Rasionalisme
yang bersifat represif bukan diabdikan untuk (Modernisme) pada abad XVI-XVII. Era Rasiona-
kepentingan masyarakat agar mengarah pada lisme(Modernisme) adalah era dimana tatanan
yang lebih baik. Manakala kekuasaan mulai me- sosial di Eropa Barat tidak lagi disandarkan pa-
lakukan manipulasi hukum untuk kepentingan- da dogma-dogma agama, perintah-perintah
nya, maka kekuasaan tersebut sesungguhnya agama, tetapi mulai disandarkan pada ide-ide,
kehilangan kepercayaan (akuntabilitas) dan gagasan-gagasan yang didasarkan pada akal ma-
akan kehilangan legitimasinya5. Dia memerin- nusia itu sendiri.7 Salah satunya adalah pemi-
tah hanya karena tangan besi bukan karena ada kiran Adam Smith (1723-1790) yang termuat da-
mandate dari rakyatnya. Tipologi repressive lam karyanya The Wealth of Nations (1776).
law dilakukan oleh penguasa terhadap masya- Pada pokoknya karya Adam Smith ini hendak
rakat yang lemah dari aspek ekonomi, kapasitas menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat
sumber dayanya dan masyarakat sipilnya. Da- akan tercapai dengan peran perdagangan be-
lam masyarakat dengan kondisi seperti itu bas. Apabila setiap orang diberi kesempatan
maka kekuasaan itu akan mendorong masyara- untuk membuat produk yang berguna bagi ma-
kat untuk bersedia menyerahkan sebagian ke- syarakat, maka yang diuntungkan adalah ma-
bebasannya untuk diikat oleh hukum. Selanjut- syarakat itu sendiri. Masyarakat akan semakin
nya kekuasaan akan berperan penting untuk diuntungkan apabila diantara produsen dicipta-
menjamin keberlanjutan kehidupan masyarakat
6
Apabila pemerintah tidak bersedia merubah tipe hu-
adanya hukum yang harus ditaati bersama demi keber- kumnya untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat-
lanjutan kehidupan masyarakat itu sendiri. nya maka akan muncul ketegangan-ketegangan yang
5
Sumber: Robert A. Kagan, “Introduction to the Tran- bermuara pada tuntutan perubahan tatanan sosial dan
saction Edition” dalam buku Philippe Nonet dan Philip corak hukumnya.
7
Selznick, op.cit, No. 3, p vii – xxv. Lihat dan bandingan Ide-ide tersebut bersumber dari pemikiran-pemikiran
dengan Yohanes Suhardin, “Paradigma Rule Breaking cemerlang seperti Rene Descartes (1596-1650) yang
dalam Penegakan Hukum yang Berkeadilan”, Jurnal Hu- menemukan geometri dan menciptakan gagasan filo-
kum Pro Justitia, Vol. 26 No. 3 Juli 2008, Bandung: FH sofi modern dengan teorinya mengenai mind (pikiran)
UNPAR; M. Husni, "Moral Dan Keadilan Sebagai Landasan dan matter (materi); John Locke (1632-1704), filsuf
Penegakan Hukum Yang Responsif", Jurnal Hukum Equa- Inggris yang mengajarkan bahwa tugas pemerintah
lity, Vol. 11, N0.1, Pebruari 2006, Sumatera Utara: Fa- adalah melindungi hak asasi warganegara dalam hal
kultas Hukum Universitas Sumatra Utara hidup, kebebasan dan hak milik.
92 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

kan persaingan bebas untuk menciptakan pro- Tuntutan untuk mewujudkan sistem eko-
duk. Gagasan-gagasan Adam Smith dinilai natu- nomi berskala besar yang menghendaki adanya
ral sehingga mendorong masyarakat untuk men- rasionalitas, prosedur formal dan impersonal
ciptakan produk yang dapat dijual di masya- oleh kaum Burg tersebut memaksa pemerintah-
rakat. Akhirnya di Inggris dan Perancis, terlihat an monarkhi – yang menjadi kaya karena kekua-
sekali implikasinya. Di kedua negara ini mulai saannya - untuk melonggarkan dominasi kekua-
muncul kelompok-kelompok pedagang yang saan atas rakyatnya, terutama kaum Burg. Do-
kuat, yang mulai berani menunjukkan identitas minasi kekuasaan raja yang dilakukan dengan
diri serta kekuatannya. Kelompok ini menjadi hukum yang bersifat represif (repressive law)
kaya bukan karena kekuasaannya, tetapi men- mulai terdesak, karena aturan-aturan tersebut
jadi kaya karena pekerjaannya, sesuatu yang tidak mampu menjadi sarana pencapaian tuju-
berbeda dari kaum bangsawan masa itu. Ke- an kelompok Bourgeouis. Kaum Bourgeouis
lompok pedagang yang mulai menguat inilah mendesak segera dibentuknya aturan hukum
yang kemudian disebut sebagai kelompok yang tidak mengabdi pada kepentingan kekua-
masyarakat Burg. saan, tetapi aturan hukum yang dapat melin-
Selanjutnya, pada akhir abad pertengah- dungi hak-hak mereka dalam melakukan kegiat-
an, dengan munculnya peran kaum Burg (Bour- an ekonomi dan perdagangan. Timbullah kemu-
geouis) maka terjadilah pergeseran pusat-pusat dian perlawanan-perlawanan terhadap peme-
kegiatan, yang semula pusat-pusatnya adalah rintahan monarchi yang puncaknya berwujud
biara-biara dan kerajaan, beralih ke kota-kota pada Revolusi Perancis Tahun 1789. Sejarah
sebagai pusat-pusat kegiatan perdagangan de- tumbangnya kekuasaan Louis XV,raja absolut
ngan hegemoni pahamnya yang baru pula yang dari Perancis10 melambangkan berakhirnya do-
disebut sebagai kapitalisme 8. Implikasi lebih minasi feodalisme menuju tatanan masyarakat
lanjut terjadilah perubahan bentuk pengorgani- baru yaitu kapitalisme, dimana tuntutan untuk
sasian ekonomi, sosial dan politik. Jelas bahwa memberi ruang seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk menjalankan sistem ekonomi berskala untuk berkegiatan ekonomi, menjadi utama.
besar dibutuhkan bentuk organisasi yang sangat Apabila boleh dipakai terminologi Nonet dan
berbeda dengan sebelumnya. Tolok ukur yang Selznick, tumbangnya Louis XV juga menjelas-
kemudian dipakai dalam kegiatan ekonomi, dan kan berakhirnya tatanan repressive law menuju
yang kemudian meluas menjadi pengorganisasi- pembentukan hukum yang berkarakter autono-
an masyarakat pada umumnya adalah: rasiona- mous law.
litas, prosedur formal, kecepatan, ketepatan
dan impersonal.9 Hukum dalam Perspektif Autonomous Law
Nonet dan Selznick menyebutkan bahwa
8
Soetandyo Wignyosoebroto, ”Doktrin Supremasi Hukum: dalam tipologi hukum yang bercorak repressive
Sebuah Tinjauan Kritis Dari Perspektif Historik”, dalam,
law maka law is subordinated to power poli-
Wajah Hukum Di Era Reformasi, (Kumpulan Karangan
Menyambut 70 Tahun Prof. Dr. Satjipto Rahardjo), edi- tics. Oleh karena itu penegakan hukum dilaku-
tor: IS Susanto dan Bernanrd L. Tanya, 2000, Bandung:
kan semata-mata mengabdi pada kepentingan
Alumni, hlm. 161 – 178; baca juga Erwin, "Upaya Mere-
formasi Hukum Sebagai Akibat Dominasi Positivisme kekuasaan (politik). Akan tetapi di dalam auto-
Dalam Pembentukan dan Penegakan Hukum Di Indo-
nomous law, hukum tidak lagi mengabdi pada
nesia", Jurnal Hukum Progresif Vol.1, N0.1, Juni 2007,
Semarang: Program Doktor Ilmu Hukum Universitas
Diponegoro lopment remained separate and relatively autono-
9
Dalam hal ini sangat penting deskripsi dari Boaventura mous”. Boaventura De Sousa Santos, 1995, Toward A
De Sousa Santos tentang hubungan Modernisme dengan New Common Sense: Law,Science And Politics in the
Kapitalisme: “Modernity and capitalism are two dif- Paradigmatic Transition, London: Routledge, hlm. 1.
10
ferent and autonomous historical processes. The socio- Raja Louis XV,raja absolut dari Perancis. Disebut “Sang
cultural paradigm of modernity emerged between the Matahari” yang percaya bahwadirinya merupakan per-
sixteenth and the end of the eighteenth century,before wakilan Tuhan di bumi. Semboyannya yang terkenal:
industrial capitalism became dominant in today’s core Segalanya bagi rakyat tetapi tidak oleh rakyat. Sum-
countries. From then on, the two historical processes ber: Anna Grapes, Juliet Duff,2006, How Governments
converged and interpenetrated each other, but in spite Work The inside guide to the politics of the world,
of that, the conditions and the dynamics of their deve- London: Dorlin Kindersley Limited, hlm. 71.
Relasi Hukum dengan Kekuasaan: Melihat Hukum dalam Perspektif Realitas 93

kepentingan kekuasaan. Beberapa pokok pikir- dapi sistem hukum yang prosedural dengan
an Nonet dan Selznick tentang autonomous law biaya tinggi.
dituliskan kembali Robert A. Kagan dan dirang- Karakter yang ada pada autonomous law
kum oleh penulis sebagai berikut di bawah ini.11 ini sangat terlihat pada sistem hukum modern.
Pertama, In political systems characteri- (the modern legal system) yang wujudnya
zed by autonomous law, law is independent of adalah ketentuan hukum yang formal-rasional,
politics and acts as a restraint on political po- dinyatakan (articulated) melalui hukum positif.
wer; kedua, In a regime of autonomous law, Munculnya sistem hukum modern menurut
the judiciary is institutionally separated from Satjipto Rahardjo, merupakan respon terhadap
the realm of politics; it decides disputes and sistem produksi ekonomi baru (kapitalis), ka-
punishes violations solely by reference to for- rena sistem yang lama sudah tidak bisa lagi me-
mally promulgated legal rules or precedents, layani perkembangan-perkembangan dari dam-
which are applicable equally to all litigants, pak bekerjanya sistem ekonomi kapitalis terse-
rich or poor, politically favored or social deni- but.12 Dengan demikian tidak dapat disangkal
grated; dan ketiga, the government itself is bahwa sistem hukum modern (the modern legal
bound by legal rules. In consequence, citizens system) merupakan konstruksi yang berasal dari
and business organization have certain legal tatanan sosial masyarakat Eropa Barat semasa
rights – against the state as well as against ot- berkembangnya kapitalisme pada abad ke -19.
her citizens and organizations. Dalam konteks sosial-kemasyarakatan, hubu-
Butir-butir tersebut di atas kemudian di- ngan-hubungan dan tindakan pemerintah kepa-
kenal sebagai variable-variabel penting dalam da warganegaranya didasarkan pada peraturan
doktrin rule of law, sebagaimana yang kita ke- dan prosedur yang bersifat impersonal dan ti-
nal sekarang. Dengan demikian jelas bahwa dak memihak (impartial). Dari sinilah kemudian
autonomous law menghendaki kehadiran hukum muncul konsep the rule of law. Dengan demi-
yang tidak berpihak, netral dan bebas dari ke- kian tidak bisa dipungkiri bahwa konsep the
pentingan politik. Hal itu pula yang menjadi rule of law mempunyai social sources yang spe-
landasan ide rule of law. Akan tetapi apabila sifik, yaitu masyarakat kapitalis di Eropa pada
kita pelajari lebih lanjut uraian Nonet dan abad ke sembilan belas.13 Penjelasan rule of
Selznick , maka ada beberapa hal menarik yang law yang berbasis autonomous law dari Nonet
harus diungkap. Ternyata tujuan penciptaan dan Selznick, bagi penulis akan sangat terang
hukum dalam autonomous law terbukti sebe- apabila dijelaskan dari uraian tentang rule of
narnya masih sempit. Penulis menyatakan de- law yang ditulis oleh Gerald Turkel dalam pers-
mikian karena ternyata autonomous law tidak pektif critical.14
membicarakan sampai pada pencapaian ideal- “the rule of law ... is not oriented to-
ideal hukum (autonomous law does not exhaust ward social goals or solving social pro-
human aspirations concerning the ideal of lega-
lity). Hukum dalam tatanan autonomous law 12
Satjipto Rahardjo,“Mempertahankan Pikiran Holistik
dan Watak Hukum Indonesia”, dalam, Masalah-Masalah
masih sekedar perangkat peraturan untuk men-
Hukum, Edisi Khusus, FH UNDIP, Semarang, 1997, hlm
jamin kepastian, prediktabilitas dan perlin- 22-37. Lihat juga Theresiana Anita Christiani, “Studi
Hukum Berdasarkan Perkembangan Paradigma Pemikir-
dungan hak, bukan berbicara tentang keadilan
an Hukum Menuju Metode Holistik”, Jurnal Hukum Pro
substansial sebagai ideal pencapaian hukum. Justitia Vol. 26 No. 4 Oktober 2008, Bandung: FH UN-
Konkretnya dalam autonomous law, hukum be- PAR; Ridwan, “Memunculkan Karakter Hukum Progresif
dari Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik Solusi
lum memuat nilai keberpihakan melindungi Pencarian dan Penemuan Keadilan Substantif”, Jurnal
yang lemah, miskin dan tidak berdaya. Demiki- Hukum Pro Justitia, Vol. 27 No. 1 April 2009, Bandung:
FH UNPAR; Dey Revena, "Konsepsi Dan Wacana Hukum
an pula autonomous law belum dapat menjadi Progresif", Jurnal Hukum Suloh, Penelitian Dan Pengka-
jian Hukum, Vol. VII, N0. 1, April 2009, Aceh: Fakultas
sarana bagi warga yang lemah dalam mengha- Hukum Universitas Malikussaleh (UNIMAL)
13
Gerald Turkel, 1995, Law and Society: Critical Appro-
11
Philippe Nonet dan Philip Selznick, op.cit, No. 3, hlm. aches, Toronto: Allyn and Bacon, p.48-49 ;
14
ix. Ibid, hlm. 10-11.
94 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

blems by creating and implementing po- bukan keadilan yang diistilahkan oleh Nonet
licies. Law is not an arena for solving dan Selznick sebagai keadilan substantive. Ke-
problems of poverty, unemployment… adilan formal dimaksud disini adalah keadilan
Rather, the rule of law provides a stable
order for individuals and business to yang tercipta semata-mata berbasis aturan
pursue their economic interests. It is a hukum yang diterapkan secara ketat dengan
framework for the conduct of social and pendekatan yang sangat deduktif. Dari sinilah
economic activities. Like the rules of kemudian-menurut Nonet dan Selznick ada
chess or baseball, the rule of law applies dorongan-dorongan untuk mewujudkan respon-
to all players equal and impartially with-
out concern for the outcome of the ga- sive law.
me“
Sinergi Responsive Law dengan Hukum Pro-
Pernyataan di atas menyiratkan bahwa gresif
konsepsi the rule of law sebenarnya tidak ber- Apabila nilai hukum yang utama di dalam
urusan dengan substantive justice yang menu- autonomous law adalah adanya regularities
rut Nonet dan Selznick, seharusnya muncul se- (keteraturan) yang membentuk formal justice,
bagai hasil (outcome) dari pemberlakuan hu- maka tatanan hukum dalam responsive law ber-
kum. Oleh karena itu selaras dengan pendapat maksud mewujudkan substantive justice. Ide
Nonet dan Selznick, dikatakan oleh Gerald Tur- dasar responsive law menurut Nonet dan Selz-
kel bahwa rule of law sekedar sebagai “pega- nick adalah menafsirkan dan mereformulasi ke-
ngan untuk permainan bukan untuk mencipta- tentuan-ketentuan hukum sesuai dengan fakta
kan hasil yang mencerminkan substantive jus- (to interpret and reformulated rules in light of
tice”. Di dalam autonomous law, memang pe- their actual consequences). Nonet dan Selznick
nguasa (yang dipilih secara demokratis) mem- selanjutnya juga menyatakan: in the ideal of
buat aturan-aturan hukum yang oleh Nonet dan responsive law , law is facilitator of response
Selznick dikategorikan sebagai the primary le- of social needs and aspirations.Oleh karena itu
gal rules, seperti hukum pajak maupun hukum responsive law membutuhkan pembangunan ta-
pidana.15 Bahkan penguasa pun sudah menyata- tanan-tatanan hukum yang baru (responsive
kan: the judiciary serves the interests of order law requires the development of new legal ins-
and public policy by applying those rules in a titutions)dan mendelegitimasi tatanan-tatanan
predictable and unbiased rules. Akan tetapi hukum lama yang menghambat pencapaian ke-
predictable and unbiased rules ini bukan di- adilan yang substansial. Responsive law dengan
maksud untuk menyelesaikan problem-problem demikian memuat ideal-ideal untuk mencapai
mendasar tentang keadilan, kemiskinan, keti- keadilan substansial. Apabila dilihat ideal-ideal
dakberdayaan yang seharusnya mewujud dalam yang dideskripsikan Nonet dan Selznick, maka
public policy. dalam tatanan responsive law, peran penegak
Hukum dengan corak autonomous law, hukum sangat penting, karena bagaimana hu-
dengan demikian tidak dimaksud untuk mem- kum akan dapat memenuhi substantive justice
berikan efek yang lebih luas. Hukum yang ingin sangat tergantung dari penegak hukumnya. Pe-
dibentuk dalam karakter autonomous law ini, negak hukum, dalam responsive law berperan
hanya mampu mewujudkan keadilan formal, penting untuk membuat hukum lebih fleksibel
dalam penegakannya. Dalam konteks responsi-
15
Uraian tentang the primary legal rules dijelaskan oleh ve law, ini memang kita diajak berpikir out of
HLA Hart, dalam pembagian karakter hukum sebagai
the primary rules of obligation dan the secondary rules the box dari cara berpikir autonomous law.
of obligation.The primary rules of obligation merupa- Berpikir out of the box disini dimaksud agar ki-
kan aturan-aturan hukum yang secara langsung membe-
rikan hak dan kewajiban kepada orang-per orang. The ta tidak terbatasi oleh cara berpikir dalam sis-
secondary rules of obligation merupakan aturan hukum
yang memberikan hak dan kewajiban kepada penguasa
tem hukum modern saja - yang merefleksikan
untuk mengatur masyarakatnya. Kesimpulan penulis da- autonomous law - dan menganggap cara berpi-
ri buku: H.L.A. Hart, 1961, The Concept of Law, Ox-
kir itu adalah yang paling benar, karena terbuk-
ford: Clarendon).
Relasi Hukum dengan Kekuasaan: Melihat Hukum dalam Perspektif Realitas 95

ti autonomous law dalam praktek sistem hukum khususnya bagi korban-korban pelanggaran HAM
modern hanya mampu mewujudkan formal jus- di masa lampau, maupun upaya untuk mewu-
tice. Terkait dengan pemikiran out of the box judkan keadilan bagi rakyat akibat perilaku ko-
ini, maka ide (gagasan) hukum progresif yang rup penguasa, ternyata tidak membuahkan ha-
diperkenalkan oleh Satjipto Rahardjo (1930- sil yang memadai karena dipergunakannya atu-
2009) Guru Besar dari Universitas Diponegoro, ran-aturan yang bertipologi autonomous law
sesungguhnya dapat disinergikan dengan res- dalam penegakan hukumnya. Padahal keadaan
ponsive law dari Nonet dan Selznick. pasca reformasi bisa disebut sebagai masa tran-
Gagasan hukum progresif dilatarbelakangi sisi yang membutuhkan perwujudan transitio-
oleh kejadian-kejadian di Indonesia pasca gera- nal justice. Penegakan hukum dalam transitio-
kan reformasi pada tahun 1998, yang telah me- nal justice membutuhkan ide-ide kreatif dari
numbangkan kekuasaan Jenderal (Purnawira- penegak hukum untuk menegakkan hukum se-
wan) Soeharto, sebagai Presiden Republik Indo- cara lebih bijaksana daripada sekedar mene-
nesia sejak 1968.16 Upaya mewujudkan keadilan gakkan hukum dalam karakter autonomous law.
Jadi penegakan hukum dalam konteks respon-
16 sive law, tidak sekedar berbicara hukum posi-
Gagasan hukum progresif dari Satjipto Rahardjo diper-
kenalkan sejak 2000. Penjelasan hukum progresif di da- tif, karena ternyata hukum positif terlebih da-
lam tulisan ini bersumber dari: Satjipto Rahardjo, 2006,
lam suasana transisi, tidak mampu memberi
Hukum Dalam Jagat Ketertiban, Jakarta: Penebit UKI
PRESS; Satjipto Rahardjo, 2008, Negara Hukum yang manfaat untuk mewujudkan keadilan yang se-
Membahagiakan Rakyatnya, Yogyakarta: Penerbit Genta
sungguhnya (substantial justice). Apabila di-
Press; Satjipto Rahardjo, “Hukum Progresif: Hukum
yang Membebaskan”, Jurnal Hukum Progresif Vol. 1 No. bandingkan ketika Nonet dan Selznick menje-
1, April 2005; Kaum Tjipian Neo-Aliran Pleburan, 2009,
laskan responsive law, Satjipto Rahardjo – de-
Evolusi Pemikiran Hukum Baru, Yogyakarta: Penerbit
Genta Press. Tentang Jenderal (Purnawirawan) Soehar- ngan gagasan hukum progresifnya - lebih lugas
to, walaupun ditumbangkan sebagai Presiden RI pada
dalam menjelaskan kenapa hukum harus mam-
tahun 1998, tetapi jasanya sangat signifikan pada masa
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Adalah Letnan pu mewujudkan substantial justice.
Kolonel Soeharto (Komandan Wherkreise III Yogyakarta) Menurut Satjipto Rahardjo, cara berhu-
yang memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949, suatu
perlawanan terhadap Belanda yang masa itu menduduki kum yang masih didominasi ”berhukum dengan
Yog-yakarta. Pada tanggal 1 Maret 1949 tepat jam 6 peraturan” daripada ”berhukum dengan akal
pagi sejumlah lebih kurang 25 ribu gerilyawan TNI telah
melakukan Serangan Umum ke kota Yogya dan berhasil sehat” adalah cara berhukum yang minimalis,
menduduki kota tersebut sampai jam 17 petang. Se-
yaitu sekedar menjalankan hukum dengan cara
rangan Umum merupakan serangan terhebat yang
dilakukan gerilya TNI sejak Agresi Ke-II Tentara Belan- menerapkan apa yang tertulis dalam teks seca-
da, dan berhasil memulihkan kesan kepada dunia waktu
ra mentah-mentah. Jiwa dan roh (conscience)
itu, bahwa TNI tidak hancur.Letnan Kolonel Soeharto
berprestasi sejak pertempuran-pertempuran melucuti hukum tidak ikut dibawa-bawa. Supremasi hu-
Jepang di Jogya,dan serangan Ambarawa tahun 1945
kum – sebagaimana tercemin dalam prinsip rule
(Sumber: Album Perjuangan Kemerdekaan 1945-1950
Dari Negara Kesatuan Ke Negara Kesatuan (Penyusun: of law - masih sekedar diartikan negara dipe-
Radik Utoyo Sudirjo, 1950, Jakarta: Penerbit CV Alda,
rintah berdasarkan hukum yang sudah dibuat
hlm 364, 404-405). Adalah Soeharto pula ketika ber-
pangkat Mayor Jenderal yang ditunjuk Presiden Soe- dan disediakan sebelumnya, dan penguasanya
karno untuk menjadi Panglima Operasi Mandala dalam
pun tunduk kepada hukum tersebut. Akan te-
rangka pembebasan Irian Barat pada tahun 1962. Akan
tetapi pengaruh globalisasi dan pasar bebas multilateral tapi menurut Satjipto Rahardjo, supremasi hu-
telah memberi pengaruh kepada rakyat Indonesia ten-
kum yang seperti itu sesungguhnya adalah sup-
tang kesadaran-kesadaran demokrasi, HAM, kebebasan
berpendapat, kebebasan berserikat, anti monopoli. Ke- remasi hukum yang lebih mengutamakan ben-
sadaran-kesadaran tentang hal itu mendorong masyara- tuk daripada isi. Ia tidak memedulikan kandu-
kat Indonesia untuk menyuarakan tuntutannya perwu-
judannya oleh penguasa. Keberanian masyarakat untuk ngan moral kemanusiaan. Autonomous law se-
menyuarakan aspirasinya juga karena telah terjadi pe- bagaimana diperkenalkan Nonet dan Selznick,
ningkatan pendidikan, maupun ekonomi yang signifikan
pada masyarakat. Kekuatan kelompok menengah ini sesungguhnya merefleksikan penjelasan Satjip-
kemudian menjadi salah satu pendorong upaya-upaya
demokratisasi di Indonesia, dan upaya untuk melepas-
to Rahardjo tersebut di atas. Manakala su-
kan hukum dari kepentingan penguasa. Puncak dari premasi hukum diidentikkan dengan bangunan
upaya-upaya ini adalah Reformasi 1998 yang menum-
perundang-undangan maka, kualitas negara hu-
bangkan kekuasaan Presiden Soeharto.
96 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

kum hanya ditentukan oleh ketundukannya ke- Kembali pada tipologi hukum sebagaima-
pada hukum, tidak peduli ia memuat kandung- na disebut Nonet dan Selznick, tipologi hukum
an moral atau tidak. Dalam konteks ini legalitas yang dideskripsikan Nonet dan Selznick keberla-
menjadi prinsip dasar yang berpotensi tidak kuannya bisa bersamaan. Di dalam Introduction
mempedulikan etika dan moral. Tipe inilah to the Transaction Edition dari buku karya No-
yang oleh Satjipto Rahardjo dikatakan , telah net dan Selznick itu sendiri, juga dituliskan:
melahirkan keadilan formal seperti pencapaian “…Nonet and Selznick acknowledge, in actual
pada autonomous law dalam terminologi Nonet legal systems, elements of repressive, auto-
dan Selznick. nomous, and responsive law often coexist”.18
Satjipto Rahardjo juga menyatakan, kitab Pendapat ini kurang jelas maksudnya, karena
undang-undang dan peraturan hukum itu me- ketika membahas repressive law dan autono-
miliki jangkauan terbatas karena hanya berisi mous law, sebenarnya kita membahas corak
rumusan kaidah secara umum dan untuk ke- masyarakat yang sudah berbeda. Sebagaimana
adaan yang bersifat umum pula (general rules). disebut di atas, repressive law bisa berlaku ke-
Apabila jangkauan yang umum itu dijadikan pe- tika masyarakat ada dalam posisi lemah, tidak
gangan secara mentah-mentah, negara hukum memiliki bargaining position yang kuat, sehing-
hanya akan merupakan negara teks undang- ga penguasa bisa dominan. Namun ketika ma-
undang, bukan negara hukum bernurani (with syarakat mulai mempunyai kekuatan tawar-me-
conscience). Dengan demikian sekalipun suatu nawar karena kekuatan ekonomi maupun peo-
negara dinamakan negara hukum, tetapi ia bisa ple power nya, maka keinginan melepaskan hu-
menjadi tidak bermakna apabila manusia tidak kum dari kekuasaan makin kuat. Itulah yang ke-
turut campur, karena sesungguhnya hukum juga mudian melahirkan autonomous law dan me-
membutuhkan mobilisasi, bukan hanya mobili- maksa penguasa harus demokratis. Selanjutnya
sasi penegak hukum yang formil saja, tetapi ju- ketika masyarakat semakin kuat posisinya maka
ga penguasa maupun rakyatnya sendiri. ideal-ideal sebagaimana terangkum dalam res-
Lalu apa yang harus dilakukan? Satjipto ponsive law sangat mungkin diwujudkan. Demi-
Rahardjo menyatakan, berhukum memang di- kianlah maka tipologi hukum repressive, auto-
mulai dari teks, tetapi sebaiknya kita tidak ber- nomous dan responsive sulit untuk bisa dijalan-
henti sampai di situ. Teks hukum yang bersifat kan oleh penguasa secara ko-eksisten.
umum itu memerlukan akurasi atau penajaman
yang kreatif saat diterapkan pada kejadian nya- Penutup
ta di masyarakat, yaitu melalui hukum dengan Simpulan
akal sehat. Pada akhirnya apakah negara hu- Tipologi hukum dalam repressive law,
kum dapat memberikan manfaat bagi kemanu- autonomous law dan responsive law merupakan
siaan, tidak bertumpu pada bunyi pasal-pasal tipologi-tipologi hukum yang berada dalam
Undang-Undang, melainkan pada perilaku pene- diskursus hubungan hukum dengan kekuasaan.
gak hukum yang dapat bertindak beyond the Diskursus tentang tipologi hukum tersebut se-
call of duty. Meminjam kata-kata Ronald Dwor- bagian bersifat das sein, namun sebagian ber-
kin, kita perlu taking rights seriously dan mela- sifat das sollen. Berdasarkan pemahaman ter-
kukan moral reading of the law. Berhukum de- hadap pemikiran Nonet dan Selznick, tipologi
ngan teks baru merupakan awal perjalanan hukum dalam repressive law, autonomous law
panjang untuk mewujudkan tujuan agar hukum dan responsive law sangat berkaitan dengan ti-
dapat mewujudkan keadilan dan kemanfaatan
bagi kemanusiaan.17
Responsif”, Jurnal Equality Fakultas Hukum Univer-
sitas Sumatera Utara, Vol. 11 No. 1 Februari 2006; dan
M. Syamsuddin," Rekonstruksi Pola Pikir Hakim Dalam
17
Lihat dan bandingkan dengan Suadarma Ananda, “Hu- Memutus Perkara Korupsi Berbasis Hukum Progresif",
kum dan Moralitas”, Jurnal Hukum Pro Justitia Vol. 24 Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11 No. 1 Januari 2011,
No. 3 Juli 2006. Bandung: FH UNPAR; M. Husni, “Moral Purwokerto : FH Universitas Jenderal Soedirman
18
dan Keadilan Sebagai Landasan Penegakan Hukum Yang Philippe Nonet Philip Selznick, op.cit, No.3, hlm. xii
Relasi Hukum dengan Kekuasaan: Melihat Hukum dalam Perspektif Realitas 97

pe masyarakatnya. Oleh karena itu sulit untuk ngan rakyat dan tidak menafsirkan secara kaku
mengatakan bahwa penguasa dapat mengguna- peraturan hukum pada tingkat lapangan.
kan repressive law, autonomous law dan res-
ponsive law dalam satu waktu yang sama. Daftar Pustaka :
Repressive law merupakan tipologi hu- Ananda, Suadarma. “Hukum dan Moralitas”,
kum yang berlaku dalam kekuasaan yang mene- Jurnal Hukum Pro Justitia Vol. 24 No. 3
rapkan hukum demi kepentingan kekuasaannya. Juli 2006. Bandung: FH UNPAR
Jadi penegakan hukum dimanipulasi untuk Christiani, Theresiana Anita. “Studi Hukum Ber-
kepentingan kekuasaan. Tipologi seperti ini bisa dasarkan Perkembangan Paradigma Pemi-
dijalankan ketika masyarakat lemah dari segala kiran Hukum Menuju Metode Holistik”.
Jurnal Hukum Pro Justitia Vol. 26 No. 4
sisi: lemah secara ekonomi, lemah dalam kapa-
Oktober 2008, Bandung: FH UNPAR;
sitas sumber daya, dan kekuatan rakyat tidak
Douzinas, Costas. Ronnie Warrington, Shaun
bisa dibentuk.
McVeigh. 1991. Postmodern Jurispruden-
Autonomous law, mengandung implikasi ce The Law of the text in the texts of
bahwa hukum harus dilepaskan dari kepenting- law. London: Routledge;
an politik, hukum harus impersonal, netral dan Erwin. "Upaya Mereformasi Hukum Sebagai
tidak berpihak. Ajaran di dalam autonomous Akibat Dominasi Positivisme Dalam Pem-
law bisa dikatakan merupakan penjabaran dari bentukan dan Penegakan Hukum Di Indo-
rule of law. Autonomous law sangat tercermin nesia". Jurnal Hukum Progresif Vol.1, No.
1 Juni 2007, Semarang: Program Doktor
dalam sistem hukum modern yang lahir dari Ilmu Hukum Universitas Diponegoro;
Eropa Barat pada abad XVIII-XIX. Secara konsep
Hart, H.L.A. 1961. The Concept of Law, Oxford:
autonomous law hanya bisa diberlakukan dalam Clarendon;
masyarakat demokratik yang dijiwai semangat
Husni, M. “Moral dan Keadilan Sebagai Landas-
kebebasan dalam berusaha. an Penegakan Hukum Yang Responsif”.
Diskursus tentang responsive law dari Jurnal Equality Fakultas Hukum Univer-
Nonet dan Selznick sesungguhnya sangat dekat sitas Sumatera Utara, Vol. 11 (1) Febru-
dengan ide (gagasan) hukum progresif yang di- ari 2006;
tawarkan Satjipto Rahardjo. Gagasan hukum Kaum Tjipian Neo-Aliran Pleburan. 2009. Evolu-
progresif bisa digunakan untuk semakin menje- si Pemikiran Hukum Baru. Yogyakarta:
Penerbit Genta Press;
laskan hakekat responsive law dari Nonet dan
Selznick, karena keduanya bertujuan menegak- Manelia, M. "Kritik Terhadap Hukum Modern
Dalam Perspektif Studi Hukum Kritis".
kan keadilan yang bersifat substansif. Hukum Jurnal Hukum Perbankan Dan Kebanksen-
progresif berangkat dari kebuntuan karena hu- tralan, Vol. 6, No. 2, 2008, Jakarta: Di-
kum (yang dikatakan bersifat otonom) tidak rektorat Hukum Bank Indonesia;
mampu memberi manfaat untuk mewujudkan Muhammad, Rusli. "Kajian Kritis Terhadap Teori
keadilan substansial. Oleh karenanya teks hu- Hukum Positif (Positivisme)". Jurnal
kum yang bersifat umum sesungguhnya me- Hukum Respublica, Vol. 5, No. 2, Tahun
2006, Pekanbaru: Fakultas Hukum
merlukan akurasi (penajaman) yang kreatif dari
Universitas Lancang Kuning (Unilak);
penegak hukumnya pada saat hukum itu dite-
Nonet, Philippe & Philip Selznick. 2001. Toward
rapkan pada kejadian nyata. Disinilah diperlu-
Responsive Law: Law and Society in
kan pemikiran progresif. Penegakan hukum Transition, New Brunswick (USA) and
yang bersifat substantif memerlukan kesadaran London (UK): Transaction Publishers;
kembali, bahwa hukum, pada hakekatnya ada- Oedoyo, Wibisono. "Beberapa Prinsip Penerapan
lah untuk manusia, dan penegasan itu ada da- Teori Hukum Yang Dikemukakan Aliran
lam gagasan hukum progresif. Di dalam imple- Positivisme Dalam Putusan MA RI No. 02
mentasinya jelas diperlukan penegak hukum K/N/1998". Jurnal Hukum Themis, Vol.2
N0.1, Oktober 2007, Jakarta: Fakultas
yang kreatif, mengetahui betul posisinya seba- Hukum Universitas Pancasila;
gai organ negara yang mengabdi pada kepenti-
98 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 13 No. 1 Januari 2013

Rahardjo, Satjipto. “Mempertahankan Pikiran Siahaan, Lintong O. "Peran Hakim Dalam Pem-
Holistik dan Watak Hukum Indonesia” baharuan Hukum di Indonesia". Jurnal
Masalah-Masalah Hukum. Edisi Khusus Hukum dan Pembangunan, Tahun ke 36
1997. FH UNDIP, Semarang; N0.1 Januari 2006, Jakarta: Fakultas
-------. “Hukum Progresif: Hukum yang Mem- Hukum Universitas Indonesia;
bebaskan”, Jurnal Hukum Progresif Vol. Suhardin, Yohanes. “Paradigma Rule Breaking
1 No. 1, April 2005; dalam Penegakan Hukum yang Berkeadil-
-------. Hukum Dalam Jagat Ketertiban. an”. Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 26
Jakarta: Penebit UKI PRESS; No. 3 Juli 2008, Bandung: FH UNPAR.
-------. 2008. Negara Hukum yang Membahagia- Susanto, Anthon F. “Keraguan dan Ketidakadil-
kan Rakyatnya. Yogyakarta: Penerbit an Hukum (Sebuah Pembacaan Dekons-
Genta Press; truktif)”. Jurnal Keadilan Sosial, Edisi 1
tahun 2010;Turkel, Gerald. 1995. Law
Revena, Dey. "Konsepsi Dan Wacana Hukum and Society: Criti-cal Approaches.
Progresif". Jurnal Hukum Suloh, Peneliti- Toronto: Allyn and Ba-con;
an Dan Pengkajian Hukum, Vol. VII, N0.
1, April 2009, Aceh: Fakultas Hukum Syamsuddin, M. "Rekonstruksi Pola Pikir Hakim
Universitas Malikussaleh (UNIMAL); Dalam Memutus Perkara Korupsi Berbasis
Hukum Progresif", Jurnal Dinamika Hu-
Ridwan, “Memunculkan Karakter Hukum Pro- kum, Vol. 11 No. 1 Januari 2011, Purwo-
gresif dari Asas-asas Umum Pemerintahan kerto: FH UNSOED;
yang Baik Solusi Pencarian dan Penemuan
Keadilan Substantif”. Jurnal Hukum Pro Wignyosoebroto, Soetandyo. ”Doktrin Suprema-
Justitia, Vol. 27 No. 1 April 2009, Ban- si Hukum: Sebuah Tinjauan Kritis dari
dung: FH UNPAR; Perspektif Historik”. dalam IS Susanto
dan Bernanrd L.Tanya (eds). 2000. Wajah
S, C. Maya Indah. "Refleksi Sosial Atas Kelemah- Hukum Di Era Reformasi (Kumpulan Ka-
an Hukum Modern: Suatu Diseminasi Nilai rangan Menyambut 70 Tahun Prof. Dr. Sa-
Kebenaran Tradisi Dalam Citra Hukum tjipto Rahardjo) Bandung: Alumni.
Indonesia". Jurnal Masalah-Masalah Hu-
kum, Vol. 37, N0. 3, 2008, Semarang: Wisnubroto, Al. “Upaya Mengembalikan Keman-
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro; dirian Hakim melalui Pemahaman Reali-
tas Sosialnya”. Jurnal Hukum Pro Justitia
Samketo, FX. Adji “Menggugat Relasi Filsafat Tahun XX No. 1 Januari 2003, Bandung:
Positivisme dengan Ajaran Hukum Dok- FH UNPAR.
trinal”. Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12
No. 1 Januari 2012, Purwokerto: FH Yusriyadi. "Paradigma Positivisme Dan Implika-
UNSOED; sinya Terhadap Penegakan Hukum Di In-
donesia". Jurnal hukum, Vol. 14, N0. 3,
Santos , Boaventura De Sousa. 1995. Toward A April 2004, Semarang: Fakultas Hukum
New Common Sense: Law,Science and Po- Universitas Islam Sultan Agung (UNISSU-
litics in the Paradigmatic Transition. LA).
London: Routledge;

You might also like