You are on page 1of 10

ARTIKEL

EFEKTIFITAS SOSIALISASI PERMENKES NO 12 TAHUN 2017 TENTANG


PENYELENGGARAAN IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET RPJMN
2015-2019

ELWIYAS
NPM. 1810018412038

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM


UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG
2019
EFEKTIFITAS SOSIALISASI PERMENKES NO 12 TAHUN 2017 TENTANG
PENYELENGGARAAN IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET RPJMN 2015-2019

Elwiyas1
2
dr. Yofiza Media, SH. MH
1
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email: elwiyas29@gmail.com
2
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

ABSTRACT

One form of the National Medium-Term Development Plan (RPJMN) in the health sector is to carry
out an immunization program to reduce morbidity and mortality and avoid Extraordinary Events
(KLB) against an outbreak of certain diseases. The target of success of the Immunization Program in
Indonesia, set by the Ministry of Health in 2018, is 92.5%. This target has not been achieved due to
many factors. This research is a normative juridical research. Data sources are secondary data
obtained from books, notes, literature or journals from previous studies. The research method used is
the study of documentation or literature. The results obtained are that the success of the
immunization program depends on the role of family, maysrakat and health workers. It can be
concluded that the achievement of the RPJMN in the Health Sector can be seen from the coverage of
the immunization program that does not meet the target coverage, this can be caused by many things,
one of them such as lack of knowledge, motivation, negative acceptance attitude, trust until the
existence of Post Immunization Inclusion (KIPI) .
Keywords: RPJMN, Immunization Program.
EFEKTIFITAS SOSIALISASI PERMENKES NO 12 TAHUN 2017 TENTANG
PENYELENGGARAAN IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET RPJMN 2015-2019

Elwiyas1
2
dr. Yofiza Media, SH. MH
1
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email: elwiyas29@gmail.com
2
Progaram Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

ABSTRAK

Salah satu bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di bidang kesehatan
adalah dengan melakukan program imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
menghindari Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap suatu wabah penyakit tertentu. Target keberhasilan
Program Imunisasi di Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2018, sebesar
92,5%. Belum tercapainya target ini disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian ini adalah penelitian
yuridis normatif. Sumber data yaitu data sekunder yang diperoleh dari buku, catatan, literatur atau
jurnal dari penelitian sebelumnya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi dokumentasi atau
kepustakaan. Hasil yang didapatkan yaitu keberhasilan program imunisasi tergantung dari peran
keluarga, maysrakat dan tenaga kesehatan. Dapat disimpulkan tidak tercapainya RPJMN di Bidang
Kesehatan dapat dilihat dari cakupan program imunisasi yang tidak memenuhi target cakupan, hal ini
dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya seperti kurangnya pengetahuan, motivasi, sikap
penerimaan negatif, kepercayaan hingga adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Kata kunci: RPJMN, Program Imunisasi.
1. PENDAHULUAN Salah satu bentuk rencana
Penyakit menular adalah penyakit pembangunan jangka menengah nasional
yang dapat menular ke manusia yang di bidang kesehatan adalah dengan
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan melakukan program imunisasi untuk
parasit lainnya. Penyakit menular adalah menurunkan angka kesakitan dan
permasalahan terbesar bagi negara kematian serta menghindari Kejadian
berkembang, salah satunya Indonesia. Luar Biasa (KLB) terhadap suatu wabah
Semakin berkembangnya penyakit penyakit tertentu. Program imunisasi
menular mengakibatkan tingginya angka adalah suatu program yang dibentuk
kesakitan dan kematian, terutama pada untuk menggalangkan kelancaran
bayi dan anak-anak yang masih sangat imunisasi sebagai bentuk pencegahan
rentan dengan penyakit. penyakit pada seseorang. Program
Penanggulangan penyakit menular imunisasi terdiri dari program imunisasi
adalah salah satu upaya yang dapat wajib dan tambahan. Dimana pada
dilakukan oleh pemerintah untuk imunisasi wajib terdapat 5 imuniasi dasar
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. yang harus diberikan kepada bayi baru
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan lahir dan kepada anak.2 Imunisasi pada
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun bayi dan anak hukumnya wajib, sesuai
2014 tentang Penanggulangan Penyakit dengan yang tertulis dalam Undang-
Menular pada Pasal 1 ayat (2) yang Undang Republik Indonesia Nomor 36
berbunyi “Penanggulangan Penyakit Tahun 2009 Tentang Kesehatan pada
Menular adalah upaya kesehatan yang Pasal 130 yang berbunyi “Pemerintah
mengutamakan aspek promotif dan wajib memberikan imunisasi lengkap
preventif yang ditujukan untuk kepada setiap bayi dan anak”.3
menurunkan dan menghilangkan angka Tujuan diselenggarakan program
kesakitan, kecacatan dan kematian, imunisasi ini tertulis dalam Peraturan
membatasi penularan, serta penyebaran Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun
penyakit agar tidak meluas antar daerah 2013, dimana dikatakan bahwa imunisasi
maupun antar negara serta berpotensi bertujuan untuk menurunkan angka
menimbulkan kejadian luar kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
biasa/wabah”.1 Penyakit yang dapat Dicegah Dengan
Salah satu bentuk upaya Imunisasi (PD3I).4 Program Imunisasi di
penanggulangan penyakit menular Indonesia dibagi menjadi dua kategori,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan yaitu Program Imunisasi Dasar dan
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun Program Imunisasi Tambahan. Program
2014 tentang Penanggulangan Penyakit imunisasi dasar adalah imunisasi wajib
Menular pada Pasal 11 ayat (1) adalah yang harus diberikan kepada bayi dan
dengan pemberian kekebalan (imunisasi).1 anak guna meningkatkan kekebalan tubuh
Imunisasi adalah suatu upaya untuk anak terhadap penyakit tertentu, imunisasi
meningkatkan kekebalan tubuh/ daya dasar ini yaitu imunisasi Hepatitis B,
tahan tubuh seseorang secara aktif, BCG, DPT/HB, polio dan imunisasi
sehingga apabila tubuh seseorang terpapar campak. Jadwal pemberian imunisasi
atau terpajan penyakit tertentu tidak akan dasar ini telah ditentukan oleh pemerintah
sakit atau hanya mengalami sakit ringan. atas kesepakatan dengan Ikatan Dokter
Bentuk penyelenggaraan imunisasi adalah Anak Indonesia (IDAI). Sedangkan
dengan menyuntikkan atau memberikan Program Imunisasi Tambahan, yaitu
vaksin kepada seseorang. Vaksin adalah imunisasi tertentu yang diberikan kepada
produk biologi yang berisi antigen berupa kelompok umur tertentu yang paling
mikroorganisme yang sudah mati atau beresiko terkena penyakit tersebut,
yang masih hidup tetapi sudah imunisasi ini bukanlah imunisasi yang
dilemahkan, dan apabila diberikan kepada masuk dalam program imunisasi wajib,
tubuh seseorang akan menimbulkan imunisai tersebut dapat berupa imunisasi
kekebalan spesifik terhadap penyakit MMR, tifoid, rotavirus, pneumokokus
tertentu sesuai dengan vaksin yang (PCV), varicella, influenza, dan Hepatitis
diberikan. A.2
Terselenggaranya Program Imunisasi tubuh sudah memiliki daya tahan/
ini tidak lepas dari kesadaran diri sendiri. imun sehingga tidak menyebabkan
Terutama orang tua, masyarakat dan penyakit atau hanya penyakit ringat
tenaga kesehatan. Target pencapaian yang dapat diatasi dengan lebih
keberhasilan Program Imunisasi di mudah untuk mengurangi angka
Indonesia yang ditetapkan oleh kesakitan hingga kematian terhadap
Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, penyakit tersebut.
yaitu sebesar 92,5%.5 Belum tercapainya Program imunisasi adalah salah
target ini disebabkan oleh kurangnya satu bentuk upaya pencegahan
pengetahuan, motivasi, kesadaran serta terpaparnya tubuh dengan penyakit
sikap negatif orang tua dan masyarakat tertentu, yaitu Penyakit yang dapat
tentang manfaat imunisasi. Selain itu Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I),
kepercayaan juga berperan dalam penyakit tersebut dapat yaitu
pelaksanaan imunisasi, dimana banyak Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
diluar sana pertentangan yang Tetanus, Hepatitis B, Polio dan
mengatakan imunisasi haram. Campak.6
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Berdasarkan Keputusan Menteri
(KIPI) juga menjadi salah satu alasan Kesehatan Republik Indonesia
gagalnya program imunisasi, dimana Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004
orang tua dan masyarakat merasa resah yaitu Tentang Pedoman
akan keadaan seperti terjadi abses, Penyelenggaraan Imunisasi, Jenis-
kelumpuhan, hingga syok anafilaktik jenis penyakit yang dapat dicegah
setelah pemberian imunisasi. Oleh karena dengan melalui pemberian imunisasi,
itu Menteri membentuk Komnas PP KIPI yaitu jenis penyakit menular tertentu
dan Gubernur membentuk Komda PP sebagai mana yang dimaksud
KIPI, dan pemantauan ini dilaksanakan meliputi penyakit Tuberculosis,
melalui kegiatan surveilens KIPI dan Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
laman keamanan vaksin, pengobatan dan Hepatitis B, Hepatitis A, Meningitis
perawatan pasien KIPI, dan penelitian meningokokus, Haemophilus
serta pengembangan KIPI. influenzae tipe B, Klera, Rabies,
Begitu pentingnya imunisasi pada Japanese encephalitis, Tifus
bayi dan anak, pemerintah mengeluarkan abdominalis, Rubella, Varicella,
Peraturan tentang Penyelenggaraan Pneumoni pneumokokus, Yellow
Imunisasi dalam Peraturan Menteri fever, Shigellosis, Parotitis
7
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 epidemic.
Tahun 2017. Adanya hambatan yang Program imunisasi di Indonesia
disengaja dalam proses program dibagi menjadi program imunisasi
imunisasi baik oleh tenaga kesehatan dasar dan imunisasi tambahan.
ataupun oarng tua, dapat dikenakan sanksi Imunisasi dasar yaitu imunisasi
sesuai Undang-Undang yang berlaku. wajib yang menjadi program
Rumusan masalah yang dapat imunisasi di Indonesia yang
disimpulkan dari pendahuluan diatas diberikan kepada anak guna
yaitu: Bagaimanakah Peran Hukum dalam meningkatkan kekebalan tubuh anak
Sosialisasi Penyelenggaraan Imunisasi terhadap penyakit tertentu, imunisasi
dalam Pencapaian Target RPJMN 2015- dasar ini yaitu imunisasi Hepatitis B,
2019 di Bidang Kesehatan? BCG, DPT/HB, polio dan imunisasi
campak. Sedangkan imunisasi
2. KAJIAN LITERATUR tambahan yaitu imunisasi tertentu
A. Program Imunisasi yang diberikan kepada kelompok
Imunisasi adalah suatu bentuk umur tertentu yang paling beresiko
upaya untuk meningkatkan daya terkena penyakit tersebut, imunisasi
tahan tubuh seseorang secara aktif ini bukanlah imunisasi yang masuk
terhadap suatu penyakit tertentu, dalam program imunisasi wajib,
sehingga apabila nanti terpajan imunisai tersebut dapat berupa
dengan salah satu penyakit tersebut imunisasi MMR, tifoid, rotavirus,
pneumokokus (PCV), varicella, yang memberikan pelayanan
influenza, dan Hepatitis A.2 imunisasi diharuskan untuk
Jadwal pemberian imunisasi memeriksa terlebih dahulu keadaan
dasar telah ditentukan oleh Ikatan anak yang akan diimunisasi dan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang pemantauan setelah diimunisasi.9
telah disepakati oleh menteri B. Peran Hukum dalam Program
kesehatan, yaitu: 8 Imunisasi
1) Hepatitis B Setiap manusia berhak untuk
Pemberian imunisasi sehat dan mendapatkan pelayanan
pertama sebaiknya sedini kesehatan untuk dirinya yang aman
mungkin saat bayi dilahirkan (< bermutu dan terjangkau agar dapat
12 jam). Pemberian ke-2 yaitu 2 menjalankan kehidupan sehari-hari.
bulan setelah pemberian Hal ini tertulis dalam Undang-
pertama (usia 2 bulan), Undang Republik Indonesia Nomor
pemberian ke-3 setelah 1 bulan 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 3
pemberian ke-2, dan pemberian Hak untuk sehat dan mendapatkan
ke-4 setelah 1 bulan pemberian pelayanan kesehatan adalah hak
ke-3. untuk semua lapisan manusia tanpa
2) BCG memandang jenis kelamin dan usia.
Imunisasi BCG diberikan 1 Salah satu bentuk pelayanan
kali, yaitu pada waktu saat anak kesehatan yang dapat diperoleh
dilahirkan hingga usia anak 2 adalah imunisasi. setiap anak berhak
bulan. memperoleh imunisasi dasar sesuai
3) DPT dengan ketentuan untuk mencegah
Imunisasi DPT diberikan 3 terjadinya penyakit yang dapat
kali. Pemberian pertama pada dihindari melalui imunisasi dan
anak berusia 2 bulan, pemberian pemerintah wajib memberikan
ke-2 yaitu 1 bulan setelah imunisasi lengkap kepada setiap bayi
pemberian ke-2, dan pemberian dan anak.
ke-3 setelah 1 bulan pemberian Mendapatkan imunisasi pada
ke-2. anak merupakan hak anak yang telah
4) Polio dilindungin oleh Undang-Undang
Imunisasi polio diberikan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
sebanyak 4 kali. Pemberian ke-0 2002 Tentang Perlindungan Anak
saat anak baru lahir hingga usia pada Pasal 8 yang berbunyi, “Setiap
2 bulan, dan sisanya diberikan anak berhak memperoleh pelayanan
dengan jarak waktu 1 bulan. kesehatan dan jaminan sosial sesuai
5) Campak dengan kebutuhan fisik, mental,
Imunisasi campak spiritual, dan sosial”. Dimana
diberikan pada saat anak berusia disebutkan bahwa imunisasi
9 bulan. termasuk dalam pelayanan
Pemberian imunisasi pada anak kesehatan.10
terkadang dapat menimbulkan Program imunisasi adalah
beberapa kondisi diluar harapan, bentuk dari pembangunan nasional di
seperti timbulnya demam pada anak Indonesia dalam bidang kesehatan.
setelah imunisasi hingga terjadinya Dimana dengan adanya program
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi imunisasi ini diharapkan dapat
(KIPI) yang dapat timbul secara mengurangi jumlah kesakitan dan
cepat ataupun lambat. Gejala KIPI kematian pada bayi baru lahir dan
dapat lokal dan sistemik, seperti pada anak terhadap paparan penyakit
abses pada area suntikan, tertentu. Program imunisasi menurut
limfadenitis, selulitis, kelumpuhan, Peraturan Menteri Kesehatan
reaksi alergi, syok anafilaktik dan Republik Indonesia Nomor 12 tahun
lain sebagainya. Untuk mencegah 2017 Tentang Penyelenggaraan
terjadinya KIPI, tenaga kesehatan Imunisasi, Pasal 1 ayat (3) yaitu
imunisasi yang diwajibkan kepada Berdasarkan penelitian terdahulu
seseorang sebagai bagian dari yang pernah dilakukan oleh Sulistiyani
masyarakat dalam rangka melindungi dkk12, didapatkan hasil sebagai berikut:
yang bersangkutan dan masyarakat 1) Penyebab orang tua tidak
sekitarnya dari penyakit yang dapat memberikan imunisasi dasar secara
dicegah dengan imunisasi. pada lengkap kepada anaknya adalah
Pasal 6 ayat (2) menyatakan karena kesalahpahaman terhadap
imunisasi dasar yang disediakan informasi tentang imunisasi yang
pemerintah terdiri dari imunisasi mereka dapatkan.
Hepatitis B, imunisasi BCG, 2) Pengetahuan orang tua tentang
imunisasi DPT-HIB, imunisasi polio manfaat imunisasi sudah baik,
dan imunisasi campak.11 namun manfaaat tersebut kurang
Pelayanan program imunisasi dirasakan oleh subjek.
dapat dilakukan secara perorangan 3) Terdapat 2 pandangan berbeda
dan masal. Pelayanan secara mengenai imunisasi dari segi agama.
perorangan dapat dilakukan di 4) Kurang adanya dukungan dari
Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan lingkungan untuk imunisasi, baik
fasilitas pelayanan kesehatan dari orang tua, suami, teman, ada
lainnya. Sedangkan pelayanan secara dorongan untuk imunisasi.
masal dapat dilakukan di posyandu, Penelitian lain dilakukan juga oleh
sekolah dan pos pelayanan imunisasi Sari dkk13 dan didapatkan hasil penelitian
lainnya. yaitu terdapat hubungan yang signifikan
Program imunisasi dasar antara pengetahuan ibu tentang imunisasi
hukumnya wajib, bagi seseorang atau dasar dengan kelengkapan imunisasi
sekelompok yang menghalangi dasar pada bayi di wilayah kerja
program tersebut dapat dikenakan Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.
sanksi. Hal ini tertulis dalam Triana14 juga melakukan penelitian
Peraturan Menteri Kesehatan terhadap program imunisasi, dan hasil
Republik Indonesia Nomor 12 tahun yang didapatkan yaitu Pengetahuan, sikap
2017 pada Pasal 33 yang berbunyi dan motivasi orang tua serta informasi
“Seseorang atau sekelompok orang tentang imunisasi merupakan faktor yang
yang melakukan tindakan mempengaruhi kelangkapan pemberian
menghalangi penyelenggaraan imunisasi dasar pada bayi.
program imunisasi dapat dikenakan Berdasarkan beberapa penelitian
sanksi sesuai dengan ketentuan diatas, membuktikan bahwasanya
peraturan perundang-undangan”.11 keberhasilan program imunisasi
3. METODE PENELITIAN tergantung dari keluarga, maysrakat dan
Jenis penelitian ini merupakan tenaga kesehatan. Dimana tenaga
penelitian yuridis normatif, yaitu kesehatan sebagai pembeir pelayanan
penelitian hukum dengan metode program imunisasi harus mampu
kepustakaan atau meneliti bahan pustak menjelaskan tentang imunisasi, manfaat
atau penelitian yang telah ada serta kemungkinan yang terjadi apabila
sebelumnya. Sumber data pada penelitian anak mendapatkan dan tidak
ini adalah data sekunder yang diperoleh mendapatkan imunisasi.
secara tidak langsung, dapat berupa buku, Selain tenaga kesehatan, kesadaran
catatan, literatur atau jurnal dari orang tua dan masyarakat juga penting.
penelitian sebelumnya. Metode penelitian Rendahnya tingkat pendidikan
yang digunakan adalah studi dokumentasi berpengaruh dengan rendahnya
atau kepustakaan dengan menelaah UUD pengetahuan, sehingga banyak yang abai
yang bersangkutan, referensi dan hasil akan imunisasi wajib untuk anak. Sikap
penelitian dari jurnal atau penelitian orang tua dan masyarakat terhadap
terdahulu yang berhubungan dengan imunisasi juga berperan sangat penting,
objek yang akan diteliti. sikap positif dengan penerimaan terhadap
imunisasi sangat berpengaruh dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
keberhasilan program imunisasi dasar, 1) Bayi dan anak yang pernah
begitu juga sebaliknya. mendapatkan reaksi imunisasi yang
Pencapaian cakuopan imunisasi di tidak diinginkan harus segera
Indonesia masih belum memenuhi target. dilaporkan.
Dimana selama lima tahun terakhir, 2) Bayi berat lahir rendah. Apabila bayi
pencapaian program imunisasi dasar lahir dengan berat < 1000 gram,
adalah 85%, pada tahun 2018 imunisasi imunisasi ditunda hingga bayi
dasar lengkap di Indonesia pencapaiannya mencapai berat 2000 gram atau bayi
yaitu 90,51%. Angka ini masih dibawah berumur 2 bulan.
target pencapaian yang ditetapkan oleh 3) Pasien imunokompromais.
Kementerian Kesehatan pada tahun 2018, Pemberian vaksin hidup adalah
yaitu sebesar 92,5%. Cakupan imunisasi kontraindikasi pada kasus
di Sumatera Barat tergolong masih imunokompromais. Bayi atau anak
rendah, dimana Sumatera Barat adalah yang sedang dalam pengobatan
provinsi 6 terendah dengan cakupan kortikosteroid, imunisasi dapat
imunisasinya yaitu 74,22%.5 diberikan setelah 1 bulan pengobatan
Belum terpenuhinya target cakupan dihentikan.
program imunisasi dasar di Indonesia Untuk pemantauan dan
merupakan masalah yang harus penanggulangan KIPI, Menteri
diselesaikan, karena dengan begitu target membentuk Komnas PP KIPI dan
Rencana Pembangunan Nasional di Gubernur membentuk Komda PP KIPI,
Bidang Kesehatan belum berhasil. Hal ini dan pemantauan ini dilaksanakan melalui
dapat disebabkan oleh berbagai hal. kegiatan surveilens KIPI dan laman
Selain dikarenakan faktor pengetahuan, keamanan vaksin, pengobatan dan
sikap, dan motivasi yang kurang dari perawatan pasien KIPI, dan penelitian
orang tua dan masyarakat, faktor serta pengembangan KIPI. Berdasarkan
kepercayaan juga sangat berpengaruh, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
dimana sering terdengar bahwa dalam Indonesia Nomor 12 tahun 2017 Pasal 42
Islam, imunisasi haram. Padahal hal ini ayat (1) dan (4) yang berbunyi: 12
sudah dijelaskan oleh Majelis Ulama (1) Pasien yang mengalami gangguan
Indonesia (MUI) dalam Fatwa MUI No.4 kesehatan diduga akibat KIPI
Tahun 2016 Imunisasi, bahwa imunisasi diberikan pengobatan dan perawatan
pada dasarnya dibolehkan (mubah) selama proses investigasi dan
sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan pengkajian kausalitas KIPI
kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah berlangsung.
terjadinya suatu penyakit tertentu. (4) pembiayaan untuk pengobatan,
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi perawatan dan rujukan bagi
(KIPI) juga menjadi salah satu alasan seseprang yang mengalami gangguan
tidak berhasilnya program imunisasi. kesehatan diduga KIPI atau akibat
KIPI adalah suatu kejadian sakit yang KIPI dibebankan pada anggaran
terjadi setelah menerima imunisasi yang pendapatan belanja daerah atau
diduga disebabkan karena imunisasi. 9 sumber pembiayaan lain sesuai
Untuk mengetahui hubungan KIPI dengan dengan ketentuan peraturan
imunisasi diperlukan pelaporan dan perundang-undangan.
pencatatan rekasi kejadian tidak diingin Seperti yang telah dijelaskan
yang timbul setelah bayi dan anak sebelumnya, pemberian imunisasi adalah
menerima imunisasi. Karena tidak semua hak bayi dan anak. Oleh sebab itu orang
kejadian yang tak diharapkan itu tua, masyarakat serta tenaga kesehatan
disebabkan oleh Imunisasi. memiliki kewajiban untuk memberikan
Untuk mengurangi dan mencegah hak tersebut. Apabila bayi atau anak tidak
kejadian KIPI, tenaga kesehatan harus mendapatkan imunisasi dan yang
memperhatikan apakah bayi atau anak menolak memberikan imunisasi tersebut
tersebut dalam kelompok berisiko, yaitu adalah tenaga kesehatan, maka tenaga
seperti:9 kesehatan tersebut bisa dikenakan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan dengan hukum terhadap imunisasi kepada tenaga
ancaman pemjara hingga 5 tahun. Tetapi, kesehatan, orang tua dan masyarakat.
jika yang menolak memberikan Serta bagaimana sanksi yang dapat
imunisasi adalah orang tua, maka ia bisa diberikan kepada mereka yang dengan
dilaporkan ke Komisi Perlindungan sengaja menghalangi atau tidak
Anak Indonesia (KPAI), bila terbukti memberikan imunisasi kepada anak.
bersalah maka hak asuh yang dimiliki
orang tua bisa dicabut. 15 5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, Program imunisasi dasar adalah
dapat disimpulkan bahwa keberhasilan bentuk dari Rencana Pembangunan
program imunisasi berhubungan erat Nasional di Bidang Kesehatan. Tidak
dengan peran tenaga kesehatan, orang tua tercapainya terget cakupan program
dan masyarakat. Selain itu, pemerintah imunisasi tersebut, berarti Rencana
harus turut terlibat dalam menyuarakan pembangunan nasional di Bidang
program ini, dapat dengan kesehatan belum berhasil. Tidak
mempromosikan program imunisasi di tercapainya cakupan program imunisasi
media masa yang menjadi media dapat disebabkan oleh banyak hal, salah
informasi terbesar di era sekarang. satunya seperti kurangnya pengetahuan,
Tenaga kesehatan harus lebih motivasi, sikap penerimaan negatif,
semangat lagi untuk memperkenalkan kepercayaan hingga adanya Kejadian
tentang program imunisasi, imunisasi dan Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Imunisasi
manfaat imunisasi kepada masyarakat. adalah hak anak, orang tua dan tenaga
Salah satu bentuk upaya yang dapat kesehatan memiliki kewajiban untuk
dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah memberikan hak tersebut. Apabila orang
dengan melakukan promosi kesehatan tua dan tenaga kesehatan dengan sengaja
yang paling terjangkau dan mudah untuk menghalangi pemberian imunisasi, dapat
dilakukan adalah berupa penyuluhan atau di sanksi sesuai dengan Undang-Undang
konseling kesehatan. Promosi kesehatan yang berlaku.
ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
baik di kota besar atau di desa atau 6. REFERENSI
pemukiman. Penyuluhan atau konseling 1. Peraturan Menteri Kesehatan
kesehatan dapat dilakukan dengan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
perorangan atau masa. Penyuluhan 2014 Tentang Penanggulangan
perorangan dapat dilakukan di fasilitas Penyakit Menular.
kesehatan manapun, seperti puskesmas, 2. Yundri., Stiawati, M., Suhartono.,
rumah sakit dan sebagainya. Sedangkan Setyawan, H., dan Budhi, K. 2017.
penyuluhan masa dapat dilakukaan saat Faktor yang Berhubungan dengan
posyandu, puskel, posbindu dan program Ketidaklengkapan Status Imunisasi
kesehatan lainnya. Anak di Puskesmas Kuala Tungkal II.
Selain itu, orang tua dan masyarakat Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol.
harus lebih peduli lagi akan kesehatan 5(3): 361-70.
anak, salah satunya tentang imunisasi. 3. Undang-Undang Republik Indonesia
Diharapkan orang tua atau masyarakat Nomor 36 tahun 2009 Tentang
untuk lebih giat mencari informasi Kesehatan.
tentang imunisasi dan manfaatnya secara 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
mandiri, karena dengan mengetahui maka Indonesia Nomor 42 Tahun 2013
akan dapat tumbuh motivasi dan sikap Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
positif terhadap program imunisasi ini. 5. Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Pemerintah dan MUI juga harus 2019. Kementerian Kesehatan
mengatasi kabar simpang siur tentang Republik Indonesia.
hukum imunisasi, agar tidak ada 6. Infodatin. Situasi dan Analisis
kekhawatiran hingga kesalahan presepsi Imunisasi. 2014. Kementerian
pada orang tua dan masyarakat tentang Kesehatan Republik Indonesia. Hal 1-
imunisasi. Selain itu, pemerintah harus 7.
ikut serta dalam memperkenalkan peran
7. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
8. Jadwal Imunisasi 2017. 2017. Ikatan
Dokteri Anak Indonesia (IDAI).
Available from:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/im
unisasi/jadwal-imunisasi-2017.
9. Hadinegoro, S. R. 2000. Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri
Jurnal, Vol. 2(1): 2-10.
10. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
12. Sulistiyani, P., Shaluhiyah, Z., dan
Cahyo, K. 2017. Gambaran Penolakan
Masyarakat Terhadap Imunisasi Dasar
Lengkap Bagi Balita. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol. 5(5):
1081-91.
13. Sari, D. N. I., Basuki, S. W., dan
Triastuti, N. J. 2016. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi
Dasar dengan Kelengkapan Imunisasi
Dasar Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bendo. Biomedika Jurnal,
Vol. 8(2): 6-12.
14. Triana, V. 2016. Faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Tahun 2015. JKMA, Vol. 10(2): 123-
35.
15. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan.

You might also like