Professional Documents
Culture Documents
1 PB PDF
1 PB PDF
ABSTRACT
PENDAHULUAN
1
dan Pakistan (10 juta) dan Bangladesh, cara untuk memberikan kekebalan
Nigeria masing-masing 6 juta. seseorang secara aktif terhadap penyakit
World Health Organization (WHO) menular,. Imunisasi merupakan sistem
menyatakan bahwa anak balita di berbagai imun yang spesifik. Imunisasi terdiri dari
negara setiap tahun meninggal karena beberapa jenis, yakni: imunisasi BCG,
ISPA. Dua per tiga dari kematian ini imunisasi DPT/HB, imunisasi polio,
terjadi pada kelompok usia bayi, terutama imunisasi campak, dan imunisasi Hb-0.
bayi pada usia 2 bulan pertama sejak Hasil penelitian yang berhubungan
kelahiran dan dapat membunuh kurang dengan status imunisasi menunjukkan
lebih 2.6 juta anak-anak setiap tahunnya di bahwa ada kaitan antara penderita
seluruh dunia (WHO, 2002). Pneumonia yang mendapatkan Imunisasi
Penyakit ini diawali dengan panas tidak lengkap dan lengkap, dan bermakna
disertai salah satu atau lebih gejala: secara statistis. Menurut penelitian yang
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, dilakukan Tupasi (1985), dalam penelitian
batuk kering atau berdahak. Period Suhandayani (2007), menyebutkan bahwa
prevalence ISPA dihitung dalam kurun ketidakpatuhan imunisasi berhubungan
waktu 1 bulan terakhir. dengan peningkatan penderita ISPA. Bayi
Survei kesehatan nasional di dan balita yang pernah terserang campak
Indonesia tahun (2001) menyatakan bahwa dan selamat akan mendapat kekebalan
proporsi kematian Bayi akibat ISPA masih alami terhadap pnemonia sebagai
28% artinya bahwa dari 100 bayi komplikasi campak. maka peningkatan
meninggal 28 disebabkan oleh penyakit cakupan imunisasi akan berperan besar
ISPA dan terutama 80% kasus kematian dalam upaya pemberatasan ISPA.
ISPA pada balita adalah akibat (Wiwoho. S , 2005).
Pneumonia. Angka kematian balita akibat Berdasarkan Survei awal penelitian
pneumonia pada akhir tahun 2000 di hasil data yang diperoleh dari Sumber
perkirakan sekitar 4,9 / 1000 balita, berarti Bidang poli umum Puskesmas Sawit
terdapat 140.000 balita yang meninggal Seberang tahun 2016 menghasilkan 10
setiap tahunnya akibat pneumonia, atau penyakit terbesar di wilayah Puskesmas
rata-rata 1 anak balita Indonesia meninggal yakni penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
akibat pneumonia setiap 5 menit Akut (ISPA) dan paling dominan terjadi
(Wahyuni, 2008). pada anak balita, penyakit ISPA berada
Berdasarkan laporan hasil bulanan pada peringkat teratas dari 10 penyakit
BPS dan Dinkes Kabupaten Langkat, terbesar dengan persentase 12,4% (384
bahwa penyakit ISPA merupakan penyakit jiwa) (data profil Puskesmas Sawit
nomor satu dari 10 penyakit terbesar di Seberang ).
Kabupaten Langkat setiap tahunnya yakni Berdasarkan survei persentase
: tahun 2010 sebanyak 23.688 jiwa, tahun cakupan imunisasi bayi menurut
2011 sebanyak 25.643 jiwa dan di tahun Kecamatan Sawit Seberang tahun 2016,
2012 sebanyak 7.641 jiwa. bayi yang diberi imunisasi BCG, DPT1+
Walaupun data yang tersedia HB1, DPT3 + HB3, polio 3, campak dan
terbatas, studi terkini masih menunjukkan hepatitis B3 sebanyak 97.94%.
bukti bahwa faktor risiko ISPA adalah
faktor kurangnya Imunisasi Campak, BCG METODE PENELITIAN
dan imunisasi DPT yang menyebabkan
kematian balita (Mahmud V.A 2014).
Penelitian ini adalah survei analitik
Menurut Ariko dan Soffia. L (2012)
ISPA juga akan sangat berpengaruh dengan desain cross sectional. Populasi
apabila kelengkapan Imunisasi tidak dalam penelitian ini adalah seluruh anak
lengkap. Imunisasi merupakan salah satu balita (12-59 bulan) yang berada di
2
wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang HASIL PENELITIAN
dan sampel yang diambil sebesar 90 A. Karakteristik Anak Balita
dari 3.098 balita secara accidental
Karakteristik responden dalam
sampling. Data kejadian ISPA pada balita penelitian ini dilihat berdasarkan umur dan
diperoleh dari hasil pedoman kuesioner, jenis kelamin yang menunjukan bahwa
sementara kelengkapan imunisasi distribusi anak balita menurut umur dan
diperoleh dari kartu menuju sehat (KMS) jenis kelamin hampir sama banyaknya
anak balita. Analisis data menghasilkan pada penelitian ini. Namun masih
distribusi Frekuensi dari setiap variabel. cenderung dominan pada usia 49-59 bulan
yaitu 29 balita (32,2%) dan berjenis
Untuk melihat adanya hubungan dari
kelamin perempuan yaitu 49 balita
variabel terkait menggunakan uji (54,4%) dari 90 responden anak balita
Chi-Square dengan tingkat kepercayaan yang menjadi sampel penelitian. hasil
95%. dapat dilihat pada Tabel 1 Sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang
Kabupaten Langkat Tahun 2017
3
C. Kejadian ISPA Pada Anak Balita berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa terdapat kejadian ISPA
Kejadian ISPA pada anak balita di pada anak balita sebanyak 43 balita
wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang (47,8%) dari 90 responden balita, seperti
Kabupaten Langkat Tahun 2017 terlihat pada Tabel 3 berikut:
PEMBAHASAN
1. Kejadian ISPA Pada Anak Balita , sedangkan balita yang tidak menderita
ISPA sebesar 52,% (Tabel 1) . Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang ini menghubungkan kejadian Infeksi
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan
Sawit Seberang diperoleh bahwa kejadian faktor resiko kelengkapan imunisasi yang
balita yang menderita ISPA sebesar 47,8% diduga menjadi faktor penyebab terjadinya
4
kejadian ISPA pada anak balita di wilayah Penelitian serupa lainnya juga diteliti oleh
kerja Puskesmas Sawit Seberang Exodus (2016) di Wilayah Kerja
Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Puskesmas Desa Binjai Kota Medan, pada
Langkat. analisa data hubungan status imunisasi dan
Beberapa studi dan penelitian terkini kejadian ISPA didapat nilai koefisien
masih menunjukkan bukti bahwa faktor korelasi spearmen atau r= - 0.407 dengan
risiko terjadinya ISPA adalah faktor p=0.000. maka hasil penelitian ini
ketidak patuhan imunisasi yang masih menyatakan bahwa terdapat hubungan
menjadi penyebab balita lebih rentan yang signifikan antara status kelengkapan
terserang infeksi. Akibat dari cakupan imunisasi dengan kejadian infeksi saluran
imunisasi yang tidak lengkap yang pernapasan akut (ISPA) di wilayah kerja
mengakibatkan pembentukan sistem Puskesmas Desa Binjai. Hubungan
imunitas didalam tubuh kurang sempurna tersebut diinterpretasikan berdasarkan uji
sehingga tubuh akan lebih rentan terkena korelasi Spearmen dengan hasil P value =
Infeksi penyebab penyakit. 0.000 (p < 0.05) dan nilai r = -0.842.
Dari beberapa studi yang didapatkan Nilai r menunjukkan hubungan yang kuat
tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan berpola negatife artinya semakin
apakah terdapat hubungan antara faktor lengkap status imunisasi maka kejadian
resiko ketidak lengkapan imunisasi yang infeksi saluran pernapasan akut akan
diduga menjadi penyebab timbulnya semakin kecil.
kejadian ISPA pada balita, maka akan di Infeksi saluran pernapasan akut
uraikan sebagai berikut : (ISPA) merupakan salah satu penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
2. Hubungan Kelengkapan Imunisasi Salah satu faktor penyebab ISPA adalah
Dengan Kejadian ISPA status imunisasi pada balita. ISPA berasal
dari jenis penyakit yang berkembang dari
Berdasarkan hasil penelitian yang penyakit yang dapat dicegah seperti difteri,
telah dilakukan diperoleh hasil statistik pertusis, dan campak, maka peningkatan
dengan menggunakan uji Chi-Square cakupan imunisasi akan berperan besar
sebesar p>0,05 artinya terdapat hubungan dalam upaya pemberantasan ISPA (Anik,
yang bermakna antara kelengkapan 2010). Cara yang terbukti paling efektif
imunisasi dengan kejadian ISPA pada saat ini adalah dengan pemberian
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit imunisasi campak, pemberian imunisasi
Seberang Kabupaten Langkat, Berdasarkan lengkap sebelum anak mencapai usia 1
hasil tabel tersebut diperoleh bahwa tahun, anak akan terlindung dari beberapa
proporsi balita yang mengalami kejadian penyebab yang paling utama dari infeksi
ISPA dengan status imunisasi tidak pernafasan termasuk batuk rejan, difteri,
lengkap sebesar 77,2% dan balita dengan tuberkulosa dan campak. Penderita difteri,
status imunisasi lengkap yaitu 41,7%. pertusis apabila tidak mendapat
Hasil ini serupa dengan penelitian pertolongan yang memadai akan berakibat
yang dilakukan oleh Betty (2014) di fatal. Dengan pemberian imunisasi
Puskesmas Teladan Medan, penelitian lengkap dapat mencegah kematian ISPA
tersebut didapatkan bahwa proporsi balita yang diakibatkan oleh komplikasi penyakit
yang menderita ISPA dengan imunisasi campak dan pertusis (Kemenkes RI, 2007).
tidak lengkap sebesar 67,9%, dengan hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
uji chi-Square memperoleh p<0,05 status ketidaklengkapan imunisasi dapat
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada menjadi faktor risiko kejadian ISPA pada
hubungan bermakna antara status balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit
imunisasi dengan kejadian ISPA pada Seberang Kecamatan Sawit Seberang
balita di Puskesmas Teladan Medan.
5
Kabupaten Langkat 2017, serta penelitian DAFTAR PUSTAKA
ini menunjukkan balita dengan imunisasi
lengkap juga mengalami kejadian ISPA Adelina Betty., 2014. Hubungan Status
yaitu 41,7%. Hal ini disebabkan balita Imunisasi Dengan Infeksi Saluran
dengan status imunisasi lengkap memiliki Pernapasan Akut (ISPA) Pada
status berat badan <2500 gram yaitu Balita Sakit (1-5 Tahun) Di
77,8% serta beberapa faktor lain seperti Puskesmas Teladan Medan.
status gizi yang tidak baik status sosial Fakultas Keperawatan ,
ekonomi yang rendah, tidak memperoleh Universitas Sumatera Utara.
ASI eksklusif, kondisi lingkungan yang
buruk, polusi udara dan kepadatan rumah Aprianingsih husin., 2014. Hubungan
hunian yang menyebabkan balita dengan Berat Badan Lahir Dan Status
imunisasi lengkap menderita ISPA serta Imunisasi Dengan Kejadian
pola asuh ibu yang kurang baik pada balita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
yang memungkinkan balita mengalami (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas
kejadian infeksi saluran pernapasan akut Wirobrajan Yogyakarta. Program
(ISPA). Studi Diploma IV Bidan
Berdasarkan hasil penelitian dapat pendidik, Sekolah Tinggi Ilmu
dilihat bahwa status kelengkapan Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
imunisasi mempunyai peran yang sangat
besar dalam pemeliharaan kesehatan tubuh Arikunto Suharsimi., 2013. Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan
balita dalam mencegah penyakit infeksi
Praktis, Rineka Cipta, Jakarta.
khususnya ISPA pada balita. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kelengkapan Depkes, RI., 2002. Profil Kesehatan
imunisasi mempengaruhi kejadian ISPA Indonesia 200. Jakarta.
pada balita. Gaspersz, V., 1991. Metode Perancangan
Percobaan. CV. Armico, Bandung.
KESIMPULAN
Pemerintah Kabupaten Langkat. Available
from:
1. Angka kejadian ISPA pada balita di
http://www.langkatkab.go.id .
wilayah kerja Puskesmas Sawit
Seberang Kabupaten Langkat Tahun
Infection prevention and control of
2017 sebesar 47,8%.
epidemic-and pandemic-prone
2. Kelengkapan imunisasi terhadap
acute respiratory diseases in
kejadian ISPA pada balita dari hasil
healthcare, WHO Interim
uji Chi Square diperoleh p<0,05
Guidelines, June 2007,
artinya terdapat hubungan yang
Availablefrom:http://apps.who.int
bermakna antara kelengkaan
/iris/bitstream/10665/69707/14/W
imunisiasi dengan kejadian ISPA.
HO_C
Hal ini disebabkan balita dengan
DS_ERP_2007.6_ind.pdf.
imunisasi lengkap akan memiliki
kekebalan aktif yang diperoleh dari
KepMenkes RI No.
imunisasi sehingga balita tidak akan
829/Menkes/SK/VIII/1999.
mudah terserang infeksi patogen
Peraturan Rumah Sehat.
penyebab ISPA.
6
Marumba, Exodus., 2016. Hubungan Status
Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada Balita 1-5 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Desa Binjai Kota
Medan. Fakultas Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara.