You are on page 1of 10

Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011) 89

Nitrifikasi dan denitrifikasi di tambak

Nitrification and denitrification in pond

Yuni Puji Hastuti


Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

ABTRACT
More of waste than pond aquacultutre system produced, will increase sedimentation in the bottom.
Ammonium and nitrite compounds are other forms of inorganic nitrogen in the pond. Nitrogen anorganic
consist of ammonia, ammonium, nitrit, nitrat and nitrogen. Degradation of process metabolic biota culture
waste can biologically be nitrat compound one of the forms that are not toxic in the nitrification process. Five
process of nitrogen biogeochemical cycle in the container cultivation is the amonification, nitrification,
nitrogen assimilation, denitrification and nitrogen fixation. Nitrogen is the one of the compound in the overlay/
top stratification sediment. Improvement of speed degradation will be success if the pond bottom on aerobic
condition. Survival rate of tiger shrimp in the laboratory scale can be increase by administration of nitrification
and denitrification bacteria should not just in the water kolom of pond engineering but also at the bottom pond
layer at the preparation step. Depht of the sediment 15 cm in day zero, intensive pond have been produced of
nitrit and ammonium with the producing bacteria. Application of nitrification and denitrification bacteria in
the sediment and water coloum can be performed as the measurenment and evaluation nitrit, nitrat and
ammonium abudance.

Key words: ponds, nitrogen inorganic, nitrification, denitrification

ABSTRAK
Semakin banyak limbah kegiatan yang dihasilkan dalam sistem budidaya tambak, akan meningkatkan
sedimentasi dalam dasar tambak. Senyawa amonium dan nitrit merupakan bentuk lain dari nitrogen anorganik
dalam tambak. Nitrogen anorganik terdiri terdiri dari amonia (NH3-), amonium (NH4+), nitrit (NO2-), dan
nitrogen (N2). Secara biologis, proses perombakan sisa metabolisme biota budidaya dapat menjadi nitrat
(NO3), suatu bentuk yang tidak berbahaya dalam proses nitrifikasi. Lima proses siklus biogeokimia nitrogen
yang terjadi di wadah budidaya adalah amonifikasi, nitrifikasi, asimilasi nitrogen, denitrifikasi, dan fiksasi
nitrogen. Nitrogen merupakan senyawa yang biasanya terletak di lapisan paling atas dalam sedimen.
Peningkatan kecepatan degradasi akan dapat dicapai jika sedimen berada dalam kondisi aerobik. Tingkat
kelangsungan hidup udang pada uji skala laboratorium memperlihatkan bahwa penambahan bakteri nitrifikasi
dan denitrifikasi terseleksi dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang windu Aplikasi pemberian bakteri
nitrifikasi dan denitrifikasi tidak seharusnya hanya dalam air saja, namun juga dalam pengolahan tanah dasar
tambak. Pada kedalaman sedimen 15 cm hari ke-0, tambak intensif telah terdapat bakteri penghasil nitrit dan
amonium dan kelimpahannya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur udang. Aplikasi
pemberian bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi di sedimen dan kolom perairan dapat dilakukan seiring dengan
pengukuran dan evaluasi kondisi nitrit, nitrat dan ammoniumnya. Secara alami, dalam kolom perairan telah
terdapat senyawa nitrit, nitrat dan amonium, seberapapun itu perlu diimbangi dengan kebijakan dalam
pemberian bakteri dari luar.

Kata kunci: tambak, nitrogen anorganik, nitrifikasi, denitrifikasi

PENDAHULUAN yang digunakan dalam sistem tambak


budidaya, akan menghasilkan sedimentasi
Sistem budidaya tambak merupakan salah dalam dasar tambak semakin meningkat.
satu manajemen pemeliharaan biota per- Berdasarkan berbagai kajian, sistem tambak
ikanan yang digunakan dalam kegiatan budidaya di Indonesia tidak akan terlepas
budidaya. Sistem budidaya yang berbeda, dari pengolahan tanah dan air sebagai
mampu memberikan pengaruh berbeda komponen utama wadah budidaya. Dasar
terhadap hasil interaksi budidaya dengan tambak merupakan salah satu bagian wadah
lingkungan. Semakin tinggi sisa kegiatan budidaya yang sangat penting peranannya
90 Yuni Puji Hastuti / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011)

dalam kegiatan budidaya. Setiap sistem menghasilkan tonase/ukuran biota produk


diharapkan memiliki dasar tambak yang baik, panen yang sama. Banyak faktor yang ber-
artinya tidak hanya mampu menahan air, pengaruh terhadap keberhasilan kegiatan
menerima sisa pakan maupun sisa meta- bertambak. Di antaranya, dekomposisi dan
bolisme udang, namun juga mampu pertukaran nutrien dalam tambak belum tentu
menyediakan berbagai unsur hara untuk dapat mencapai tingkat sempurna. Mana-
makanan alami udang. Kemampuan tanah jemen kualitas air dianggap sebagai salah
menyediakan berbagai unsur hara yang satu faktor budidaya paling penting, tetapi
diperlukan untuk pertumbuhan makanan banyak bukti bahwa kondisi dasar tambak
alami dipengaruhi oleh kesuburan tambak dan pertukaran substansi antara tanah dan air
dan ditentukan pula oleh komposisi kimiawi sangat berpengaruh terhadap kualitas airnya
tanah dasar (Hidayanto et al., 2004). (Boyd, 1995).
Senyawa yang tertampung dalam dasar Manajemen dasar tambak dan kolom
tambak terdiri dari dua macam yaitu senyawa perairannya dijadikan sebagai salah satu
terlarut <0,5 µm (larut dalam air) dan se- faktor penting yang harus dijaga dan
nyawa tidak terlarut yang berukuran >0,5µm diperhatikan keseimbangannya. Produkti-
yang akibatnya mampu terjadi pengendapan vitas dasar dan kolom perairan tambak tidak
pada suatu titik tertentu dan akan terjadi akan terlepas dari oksigen, hasil limbah
akumulasi yang meningkat dengan cepat organik dan anorganik yang dihasilkan dalam
(Donovaro et al., 1998). Pakan udang tambak, kapasitas tukar kation (KTK) tanah
merupakan salah satu sumber bahan organik yang terdapat pada tanah, pH tanah, nutrien
yang dapat mengganggu kestabilan ling- alami yang terdapat dalam dasar dan kolom
kungan tambak karena sifatnya mudah larut, perairan serta mikroorganisme yang mem-
mengendap dan mengalami pembusukan. bantu terjadinya reaksi nitrifikasi dan
Jumlah pengendapan senyawa toksik yang denitrifikasi.
dihasilkan tergantung dari masukan pakan Lapisan oksigen pada permukaan sedimen
pada sistem budidaya yang digunakan. Segi sangat menguntungkan dan selanjutnya
energetik menunjukkan pakan akan dimeta- dijaga selama siklus budidaya. Produk
bolisme dan digunakan udang untuk dua metabolisme dari dekomposisi aerobik antara
tujuan yaitu pemeliharaan (maintenance) dan lain karbondioksida, air, amonia serta nutrien
pertumbuhan, selebihnya akan menghasilkan yang lain. Pada sedimen yang bersifat
sisa pakan dan sisa metabolisme. Oleh karena anaerobik, beberapa mikroorganisme me-
itu pakan yang diberikan harus memenuhi nguraikan bahan organik dengan reaksi
syarat dari nilai gizinya maupun daya larut fermentasi yang mampu menghasilkan
dalam air tambak sehingga pakan tidak alkohol, keton dan senyawa organik lainnya.
terbuang sia-sia, supaya kepadatan udang Blackburn (1987) mengemukakan bahwa
harus bersinergis dengan jumlah pakan yang mikroorganisme juga dapat menggunakan O2
diberikan. dari nitrat, nitrit, besi dan mangan oksida,
Salah satu yang berpengaruh pada jumlah sulfat dan karbondioksida untuk meng-
pakan dan kepadatan biota budidaya dalam uraikan material organik, tetapi mereka
wadah budidaya adalah sistem budidaya yang mampu mengeluarkan gas nitrogen, amonia,
dipergunakan. Semakin intensif sistem budi- ferrous, manganous manganese, hidrogen
daya yang dipergunakan, semakin banyak sulfida dan metan sebagai metabolisme.
kelimpahan biota dan masukan pakan yang Berbagai hasil metabolisme tersebut khu-
diberikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap susnya H2S, nitrit dan senyawa organik
jumlah sisa metabolisme dan sisa pakan yang tertentu dapat masuk ke air dan berpotensi
terendap dalam dasar tambak. Tiga macam racun bagi ikan atau udang. Berdasarkan
sistem budidaya yang sering digunakan kondisi yang relatif masih terdapat oksigen,
adalah tradisional, semi intensif dan intensif hasil metabolisme tersebut dapat dirombak
(Takarina dan Suyanto, 2009). menjadi senyawa yang relatif sederhana.
Perlakuan dan penggunaan benur yang
sama pada tambak belum tentu mampu
91

Kondisi aerobik yang dilengkapi dengan racun) yang masuk ke dalam air tambak
kelimpahan bakteri nitrifikasi (bakteri yang dapat teroksidasi dengan cepat, sehingga
membantu proses perombakan amonia men- tingkat keseimbangan metabolisme di dalam
jadi nitrit dan nitrat) yang cukup akan air akan cukup tinggi (Gambar 1).
menghasilkan lingkungan perairan yang
kondusif dan relatif aman dari bahan-bahan Unsur nitrogen dalam tambak
pencemar. Lapisan oksigen pada permukaan Senyawa amonium dan nitrit merupakan
dasar tambak sering disampaikan dapat bentuk lain dari nitrogen anorganik. Effendi
mencegah sebagian besar metabolisme yang (2003) menyatakan bahwa nitrogen
beracun ke dalam air tambak karena mereka anorganik terdiri dari amonia (NH3),
dioksidasi menjadi bentuk yang tidak amonium (NH4), nitrit (NO2-), dan nitrogen
beracun melalui aktivitas biologi ketika (N2). Penambahan nitrogen sebagai salah
melewati lapisan aerobik. Nitrit akan satu nutrien pembatas utama dalam tingkat
dioksidasi menjadi nitrat, ferro diubah produsen primer di estuari selain fosfat dan
menjadi ferri dan hidrogen sulfida (H2S) silikat dipengaruhi oleh kegiatan manusia
diubah menjadi sulfat. Karena itu sangat (Kennish, 1994). Pemberian pakan buatan
penting menjaga lapisan/strata wadah agar dalam sistem tambak dapat mengubah
oksidasi masih dapat terjadi secara merata, kondisi normal senyawa nitrogen di alam.
baik pada permukaan sedimen/tanah tambak Sumber utama amoniak sebagai salah satu
budidaya maupun kolom perairannya. bentuk nitrogen anorganik dalam air tambak
Pada saat tanah sebagai dasar wadah adalah hasil perombakan bahan organik,
budidaya telah terakumulasi bahan organik sedangkan sumber bahan organik utama
dalam jumlah besar dan oksigen terlarut dalam tambak adalah degradasi sisa pakan
habis digunakan sebelum masuk ke bagian dan sisa metabolisme udang. Sebagian besar
permukaan tanah, maka akan terjadi pakan yang diberikan akan dimanfaatkan
kehilangan lapisan oksidasi. Bahkan dalam untuk pertumbuhan, namun sebagian lagi
tambak yang di dalamnya konsentrasi bahan akan diekskresikan dalam bentuk kotoran
organik relatif rendah, juga akan menye- padat dan amonia terlarut (NH3) dalam air
babkan penurunan oksigen dasar tambak. (Gambar 2).
Kondisi ini akan semakin parah, ketika dalam Sisa metabolisme udang juga bisa
tambak kondisi oksigen terlarut tidak stabil mengalami perombakan menjadi NH3 dalam
dan ditambah dengan semakin tingginya bentuk gas. Secara biologis, proses ini tidak
kelimpahan bakteri penghasil racun. Hastuti hanya berhenti sampai di sini, di alam
(2010) menyampaikan bahwa dalam tambak amonia akan mengalami perombakan
tradisional yang minim pakan tambahan dan menjadi nitrat (NO3) suatu bentuk yang tidak
rendah populasi biota budidaya, pada hari ke- berbahaya dalam proses nitrifikasi.
0 (tahap persiapan) dan kedalaman 15 cm (15
cm dari permukaan dasar tambak) memiliki
kelimpahan bakteri penghasil nitrit dan
amonium yang sama dengan kelimpahan
bakteri di tambak semiintensif dan intensif.
Pengelolaan dasar tambak sangat perlu
diperhatikan khususnya pada saat pengo-
lahan awal/persiapannya. Tahap persiapan
tambak perlu dilakukan pengerukan sedimen
5 cm dari permukaan tanah supaya semua
racun yang terakumulasi di dasar tambak
dapat dikupas (Boyd dan Sonnenholzner,
2000). Usaha untuk menetralkan kondisi
tambak sebelum melakukan kegiatan
budidaya memang mutlak diperlukan, di-
harapkan hasil metabolisme (yang bersifat Gambar 1. Renovasi dasar tambak untuk
menghilangkan sedimen (Boyd, 1984).
92 Yuni Puji Hastuti / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011)

Gambar 2. Estimasi pemanfaatan pakan tambahan


oleh udang windu dalam sistem budidaya intensif
(Primavera, 1994).

Lima proses siklus biogeokimia nitrogen


Gambar 3. Siklus nitrogen (Sitaresmi, 2002)
adalah amonifikasi, nitrifikasi, asimilasi
nitrogen, denitrifikasi, dan fiksasi nitrogen.
Pada siklus biogeokimia terdapat oksidasi
Amonifikasi merupakan proses pembentukan
dan reduksi senyawa nitrogen anorganik
amonia dari materi organik. Amonia juga
yang satu menjadi senyawa nitrogen
mampu mengalami asimilasi menjadi asam
anorganik lain. Konsentrasi senyawa amo-
amino dan dapat diasimilasi secara langsung
nium dan nitrit dalam sedimen maupun
oleh kelompok diatom, alga selular dan
perairan dipengaruhi oleh proses nitrifikasi
tanaman tingkat tinggi. Nitrifikasi merupakan
dan denitrifikasi. Rusmana (2003b) menyam-
reaksi oksidasi yaitu proses pembentukan
paikan bahwa terdapat tiga proses reduksi
nitrit atau nitrat dari amonia. Proses ini dapat
nitrat disimilatif pada bakteri yaitu: denitri-
ber-langsung secara biologis maupun kimia-
fikasi, reduksi nitrat menjadi amonium, dan
wi. Asimilasi nitrogen merupakan proses
oksidasi amonium disimilatif (anaerob
pemanfaatan nitrogen untuk pembentukan
ammonia oxidation, anammox). Proses
asam amino dalam protoplasma oleh fito-
denitrifikasi bakteri menggunakan senyawa
plankton, alga, dan bakteri. Senyawa amo-
nitrat sebagai penerima elektron terakhir
nium dan nitrit merupakan bagian penting
untuk memperoleh energi pada kondisi
dari siklus nitrogen di alam (Gambar 3).
oksigen rendah atau anaerob (Zumft, 1997;
Denitrifikasi merupakan reaksi reduksi nitrat
Richardson, 2000; Richardson et al., 2001).
menjadi nitrit, nitrit oksida, dan gas nitrogen.
Sedangkan nitrit juga bisa berperan sebagai
Sedangkan fiksasi nitrogen me-rupakan
akseptor elektron dalam prosesnya menjadi
pengikatan gas nitrogen menjadi amonia dan
gas nitrogen. Proses metabolisme mampu
nitrogen organik (Dong et al., 2004). Proses
membentuk senyawa antara hidroksil amin
ini dapat terjadi di daerah tambak yang masih
dan hidrazin (Jetten et al., 2001).
dalam area pantai sehingga bisa melibatkan
simbiosis alga dan bakteri (Effendi, 2003).
Tanah dasar dan air kolom dalam tambak
Tambak udang sebagai salah satu bentuk
Nutrien yang dianggap penting dalam
ekosistem kecil daerah estuari, memiliki
tambak diantaranya adalah nitrogen dan
nitrogen anorganik utama yang dapat terlarut
fosfat, karena kadar kedua nutrien ini sering
dalam air, yaitu amonia, amonium, nitrit, dan
hadir dalam jumlah terbatas. Nitrogen dan
nitrat. Komposisi nitrogen anorganik sangat
fosfat dimasukkan ke dalam tambak dalam
dipengaruhi oleh kandungan oksigen bebas
bentuk pupuk dan pakan. Pupuk nitrogen
dalam air. Konsentrasi oksigen yang rendah
biasanya dalam bentuk urea dan amonium.
menyebabkan nitrogen akan bergerak menuju
Urea secara cepat dapat terhidrolisa menjadi
ke senyawa amonia, sedangkan konsentrasi
amonium dalam air tambak. Amonium akan
oksigen tertinggi menyebabkan nitrogen akan
diadsorbsi oleh fitoplankton, terjadi reaksi
bergerak menuju senyawa nitrat (Hutagalung
menjadi nitrogen organik dan akhirnya
dan Rozak, 1997).
93

ditrans-fornasikan ke dalam nitrogen protein 1995). Selain itu, partikel tanah merupakan
ikan. Selanjutnya, amonium akan dioksidasi partikel yang merupakan susunan lapisan-
menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi dan lapisan horizon yang memiliki kapasitas
nitrat. Amonium ini digunakan oleh fito- KTK ion positif dan negatif yang mampu
plankton atau mengalami denitrifikasi oleh mengikat senyawa-senyawa kimia lainnya di
mikroorganisme anaerobik dalam sedimen. sekitarnya. Hastuti et al., 2010) menyampai-
Gas nitrogen yang terbentuk pada proses kan, dalam tambak semi intensif amonium
denitrifikasi, terdifusi dari sedimen ke air dalam air pori sedimen, diduga sebanyak
tambak kemudian ke atmosfir. Amonium 1,85% terlepas ke kolom air berbentuk
berada dalam kesetimbangan dengan amonia. amonium dan 37,64% terlepas dalam bentuk
Amonia juga dapat terdifusi dari air tambak nitrit. Dalam sedimen kandungan nitrat
ke atmosfir dalam bentuk gas. Sejumlah kecil sangat rendah bahkan cenderung tidak ada.
amonium akan diabsorbsi oleh kation tanah Reduksi nitrat menjadi nitrit melibatkan
dasar tambak dan terakumulasi di dalamnya. empat tahapan reaksi yang dikatalis oleh
Sebaliknya, amonium dalam partikel tanah enzim. Enzim yang dapat mengkatalis reaksi
dasar dapat terdifusi ke dalam kolom tahap nitrat menjadi nitrit adalah periplasmic
perairan dalam bentuk amonium atau bahkan nitrate reduktase (Nap) dan membrane bound
nitrit dan nitrat apabila proses nitrifikasi nitrate reduktase (Nar). Selanjutnya reduksi
berlangsung cepat. Nitrogen organik dalam nitrit menjadi nitrit oksida (NO2) adalah
plankton dan kotoran hewan air akan berada cytochrome cd nitrite reductase (NirS) dan
di dasar dan menjadi nitrogen organik tanah. copper nitrite reductase (NirK). Kemudian
Nitrogen dalam material organik tanah akan dilanjutkan dengan katalis oleh enzim nitric
di-mineralisasi ke amonia dan kembali ke air oxide reductase (Nor) dan nitrous oxide
tambak. reductase (Nos) (Rusmana 2003c). Proses
Selain nitrogen, fosfor sebagai komponen nitrifikasi merupakan proses oksidasi yang
utama dalam pupuk juga berperan sebagai sangat tergantung pada ketersediaan oksigen
penyumbang limbah organik dalam tambak. (Sinha et al., 2007). Dekomposisi suatu
Fosfor berada dalam pupuk sebagai kalsium bahan organik sangat berkaitan dengan
atau amonium fosfat. Fitoplankton dapat kelimpahan mikroorganisme (Bostrom dan
merubah dengan cepat fosfat dari air, Pettersson, 2003). Respirasi dan degradasi
selanjutnya fitoplankton akan masuk ke bahan organik serta pemberian aerasi yang
jaringan makanan pada ikan atau udang. tidak merata akan meningkatkan akumulasi
Tanah tambak secara kuat akan menyerap senyawa toksik sedimen (Steeby, 2004 a,b,c;
fosfat dan kapasitas tambak untuk menyerap Yuvanatemia dan Boyd, 2006). Pertumbuh-
fosfat meningkat dengan naiknya kandungan an bakteri pada kondisi anaerob sebagai salah
liat (Boyd dan Munsiri, 1996). Sekitar 2/3 satu bentuk reduksi nitrat menjadi amonia
fosfat yang telah diaplikasikan ke tambak disimilatif (Cole, 1996).
dalam makanan terakumulasi di tanah dasar Nitrogen merupakan senyawa yang
(Masuda dan Boyd, 1994). Sebagian besar biasanya terletak di lapisan paling atas dalam
fosfat tanah terikat secara kuat dan hanya sedimen. Peningkatan kecepatan degradasi
dalam jumlah kecil yang terlarut dalam air. akan dapat dicapai, jika sedimen berada
Tanah tambak bukan merupakan sumber dalam kondisi aerobik. Hal ini berhubungan
utama fosfor yang terdapat dalam air, fosfor dengan tekanan dan masukan oksigen yang
yang terabsorbsi dalam tanah cenderung bisa mencapai dasar. Kirchman (2003)
bersifat tidak larut (Boyd dan Munsiri, 1996). menyampaikan bahwa laju akumulasi dan
Material organik dalam tambak secara cepat jenis material ke sistem sedimen berpengaruh
diabsorbsi oleh tanah dan sedikit yang masuk signifikan terhadap ketebalan kimia dan
ke air. Tanah yang mempunyai pH hampir biologi setiap strata sedimen (Gambar 4).
netral mempunyai kapasitas lebih kecil Senyawa kimia dalam strata sedimen,
mengabsorbsi fosfor dan mempunyai ke- terlihat bahwa lapisan atas sedimen masih
cenderungan lebih besar mengeluarkan fosfor mengandung oksigen, sedangkan di sekitar-
dibanding tanah asam atau basa (Boyd,
94 Yuni Puji Hastuti / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011)

nya terdapat kandungan nitrat yang bisa cenderung miskin nutrien sehingga menye-
tereduksi menjadi senyawa nitrit atau teroksi- babkan perbedaan kelimpahan dan jenis
mikroflora dengan bagian permukaan air
(Rheinheimer, 1977).
Kualitas sedimen pada tambak menjadi
semakin berkurang ketika penggunaan
antibiotik dan pestisida secara berlebihan.
Penggunaan bahan-bahan kimia akan ber-
pengaruh terhadap kualitas sedimen karena
sifat kimianya yang tidak dapat didegradasi
secara mudah. Kondisi ini akan menghasil-
kan residu bahan kimia yang mengakibatkan
siklus kimia normal sedimen dan air tambak
menjadi terganggu. Residu ini akan
mengakibatkan tingginya kandungan bahan
nitrogen anorganik. Dampak langsungnya
adalah amonia, nitrit, nitrat, H2S, dan
senyawa karbon bersifat toksik pada sistem
tambak udang. Hal ini menyebabkan
keseimbangan ekologis mikroorganisme di
dalam tambak sudah tidak normal lagi
(Hidayanto et al., 2004).
Gambar 4. Senyawa kimia dalam setiap strata Nilai asam atau basa sedimen tanah
sedimen (Rheinheimer, 1977) menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) dalam tanah tersebut. Cara
dasi menjadi amonium. Semakin dalam strata mengubah pH sedimen tanah masam adalah
sedimen, semakin berbeda konsentrasi pemberian kapur, sedangkan pH sedimen
senyawa kimia yang tersimpan dalam air pori tanah alkalis dapat diturunkan dengan
sedimen. Rheinheimer (1977) bahwa me- belerang. Nilai pH dipengaruhi oleh faktor
nyampaikan, lapisan 0-5 cm dalam sedimen fisik sedimen, berkaitan dengan konsentrasi
akuatik masih tersimpan kandungan oksigen. bahan-bahan organik yang ada di sedimen.
Sedangkan lapisan 5-200 cm sudah tidak Semakin kecil ukuran butiran sedimen, pH
mengandung oksigen, sehingga bakteri yang semakin rendah (asam), demikian juga
mendominasi adalah penghasil metan, sulfat sebaliknya (Alongi, 1998). Perubahan nilai
maupun besi. Pada lapisan 5-200 cm, pH dalam sedimen mempengaruhi sebaran
kalaupun terdapat oksidasi bukan karena mikroorganisme yang metabolismenya ter-
adanya oksigen melainkan karena adanya gantung pada sebaran faktor-faktor kimia
oksidasi amonia secara anaerob dan tersebut (Odum, 1994). Sebagian besar
memanfaatkan nitrat dan nitrit sebagai mikroorganisme sangat peka terhadap
akseptor elektron (Rheinheimer, 1977). perubahan nilai pH dalam perairan. Nilai pH
Kondisi berbeda terjadi pada daerah hutan akan mempengaruhi proses-proses biokimia
bakau dengan kenyataan bahwa daerah hutan perairan, misalnya proses nitrifikasi akan
bakau memiliki fisika, kimia, dan biologi berakhir jika pH rendah (Effendi, 2003).
yang sama sampai kedalaman 30 cm
(Ferreira et al., 2005). Nitrifikasi dan denitrifikasi serta bakteri
Jumlah senyawa kimia dalam tambak yang berperan
tidak terlepas dari peran aktivitas bakterinya. Nitrifikasi merupakan reaksi oksidasi,
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekompo- yaitu proses pembentukan nitrit atau nitrat
sisi bahan organik adalah suhu, kelembaban, dari amonia. Proses nitrifikasi, melibatkan
tata udara tanah, pengolahan dan pH. bakteri pengoksidasi amonia yang bersifat
Perairan akuatik, kondisi fisika kimia dengan autotrofik, yaitu kelompok bakteri yang
komposisi komunitas hidup (mikroflora) terutama berperan dalam proses oksidasi
berbeda. Bagian subterania (air bawah), lebih
95

amonia menjadi nitrit pada siklus nitrogen, dengan pemanfaatan bakteri tertentu dalam
juga pada proses penguraian nitrogen dalam proses denitrifikasi dapat mengurangi pro-
sistem pengolahan limbah cair. Bakteri duksi gas N2O yang terdapat di wilayah
autotrofik yang berperan dalam oksidasi estuari, contohnya wilayah tambak.
amonia menjadi nitrit adalah Nitrosomonas, Bakteri denitrifikasi mampu meman-
Nitrosococcus, Nitrospira, Nitrosolobus, dan faatkan nitrat sebagai penerima elektron
Nitrosovibrio. Beberapa mikroorganisme terakhir untuk memperoleh energi pada
yang bersifat heterotrofik juga dilaporkan kondisi oksigen terbatas atau anaerob.
mampu mengoksidasi dan melakukan Secara taksonomi dan ekologi, bakteri
nitrifikasi (Agustiyani et al., 2004). Selain denitrifikasi tersebar dalam kelompok bakteri
bakteri autotrofik, bakteri heterotrofik juga anaerob fakultatif dan anaerob obligat.
mampu mengoksidasi amonia atau nitrogen Bakteri yang berperan dalam proses
organik menjadi nitrit atau nitrat (Sylvia et denitrifikasi termasuk dalam bakteri yang
al., 1990). heterotrofik. Bakteri yang hidup dalam
Mikroorganisme yang termasuk dalam lingkungan estuari antara lain Alteromonas,
golongan bakteri heterotrofik antara lain Pseudomonas, Eryhrobacter, Alcaligenes,
adalah: fungi (Aspergillus) dan bakteri dan Aquaspirillum (Zumft, 1992). Bakteri
(Alcaligenes, Arthrobacter spp., dan Actino- denitrifikasi lebih kompetitif apabila hidup
mycetes). Menurut Alexander (1977), Arthro- dalam lingkungan dengan kadar oksigen
bacter dan Aspergillus flavus mampu yang rendah, tetapi terdapat juga beberapa
menghasilkan nitrat dalam media yang proses denitrifikasi yang berlangsung secara
mengandung amonia sebagai sumber aerobik (Zumft, 1992). Hal ini berkaitan
nitrogen. Yang membedakan di antara dengan adanya sistem regulator sensor
keduanya adalah sumber karbon yang mikroorganisme anaerob fakultatif. Bakteri
digunakan. Bakteri autotrofik menggunakan memiliki kemampuan beradaptasi dari aerob
CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan ke kondisi anaerob, demikian pula
bakteri heterotrofik menggunakan senyawa sebaliknya. Serratia liquifaciens merupakan
organik, seperti asetat, piruvat, dan salah satu bakteri sedimen estuari yang ter-
oksaloasetat sebagai sumber karbon. Laju masuk dalam bakteri denitrifikasi fakultatif,
pertumbuhan bakteri yang bersifat autotrofik bersifat kompetitif pada suhu rendah (5-
lebih lambat dibandingkan dengan bakteri 10)oC, dan produksi gas N2O lebih rendah
heterotrofik. Dalam nitrifikasi, amonia akan dari suhu 20oC (Rusmana, 2003a).
berinteraksi dengan oksigen dan meng- Berdasarkan sumber karbonnya, bakteri
hasilkan nitrit, kemudian berinteraksi dengan denitrifikasi bersifat heterotrof yang me-
bakteri jenis lain dan berubah menjadi nitrat, merlukan karbon organik seperti asam asetat,
senyawa yang lebih aman (Cheremisinof, gliserol, dan glukosa untuk pertumbuhannya
1996). (Teixera dan Olivera, 2002). Karbon
Denitrifikasi merupakan proses utama dibutuhkan sebagai donor elektron dalam
pendegradasi senyawa nitrogen dalam kondisi yang rendah oksigen atau anaerob.
kondisi tidak ada oksigen atau anaerob. Perbandingan antara sumber karbon sebagai
Proses denitrifikasi mampu menghasilkan donor elektron dan nitrat sebagai aseptor
produk samping berupa N2O yang termasuk elektron sangat penting. Keberadaan sumber
dalam gas rumah kaca. Gas ini mampu karbon sangat mempengaruhi bakteri-bakteri
memberikan kondisi pemanasan bumi dan dalam melakukan proses nitrifikasi dan
kerusakan lapisan ozon di atmosfir denitrifikasi. Ketika kondisi perairan atau
(Cicerone, 1989). Denitrifikasi merupakan sedimen tambak kaya nitrat, namun miskin
konversi biologis senyawa nitrat (NO3-) sumber karbon, maka dominasi aktivitas
menjadi nitrit (NO2-), nitrous oksida (N2O) kelompok bakteri denitrifikasi akan terlihat.
dan molekul nitrogen (N2). Proses denit- Sebaliknya, jika pada perairan dan sedimen
rifikasi dijalankan secara teratur dan bertahap sumber karbon tinggi maka bakteri
oleh beberapa bakteri fakultatif anaerob fermentatif akan lebih dominan. Kemampuan
(Pinar et al, 1997). Namun demikian bakteri dalam memanfaatkan berbagai
96 Yuni Puji Hastuti / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011)

sumber karbon yang tersedia sangat bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi. Pada
berpengaruh terhadap kemampuan bakteri kedalaman 15 cm hari ke-0, tambak intensif
tersebut bertahan hidup dalam lingkungan-
nya. Zumft (1997) menyatakan bahwa
senyawa nitrit dapat terakumulasi sebagai
hasil proses denitrifikasi sebagai akibat
reduksi nitrat menjadi nitrit.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah
satu faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri
pengoksidasi amonia (Esoy et al., 1998).
Derajat keasaman (pH) optimum untuk
pertumbuhan bakteri pengoksidasi amonia
yang bersifat autotrofik berkisar antara 7,5
dan 8,5 (Ratledge, 1994). Sedangkan bakteri
yang bersifat heterotrofik lebih toleran pada
lingkungan asam, dan tumbuh lebih cepat Gambar 5. Peningkatan kelimpahan bakteri
dengan hasil yang lebih tinggi pada kondisi penghasil nitrit dan amonium seiring dengan
dengan konsentrasi oksigen terlarut rendah bertambahnya umur udang (Hastuti, 2010).
(Zhao et al, 1999).
Salah satu bahan yang digunakan untuk telah terdapat bakteri nitrifikais dan
agen bioremediasi ini yaitu jenis mik- denitrifikasi dan kelimpahannya semakin
roorganisme seperti bakteri nitrifikasi meningkat seiring dengan bertambahnya
(Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.) dan umur udang (Hastuti et al., 2010) (Gambar 5)
bakteri denitrifikasi (Devaraja et al., 2002). Aplikasi pemberian bakteri nitrifikasi dan
Pemberian bakteri nitrifikasi mampu me- denitrifikasi di sedimen dan kolom perairan
ningkatkan kemampuan oksidasi dalam dapat dilakukan dengan pengukuran dan
tambak, demikian sebaliknya jika proses evaluasi kondisi nitrit, nitrat dan amonium
nitrifikasi berlangsung terlalu tinggi maka dalam kolom air dan sedimen. Berdasarkan
dapat mencapai kondisi yang tidak ilmu yang berkembang, telah banyak di-
diinginkan sehingga perlu diseimbangkan temukan berbagai karakteristik bakteri yang
dengan pemberian bakteri denitrifikasi untuk berasal dari tambak. Harapannya, dengan
reduksi. Konsentrasi nitrat yang tinggi dapat memanfaatkan bakteri atau mikroorganisme
menyebabkan kasus Nitrate Toxicity se- dari tambak sifat “environmentalisme” dari
hingga perlu dilakukan reduksi oleh bakteri suatu mikro-organisme lebih tinggi. Ketika
denitrifikasi menjadi gas nitrogen (N2). hasil isolasi dari tambak dimasukkan atau
Penambahan inokulan bakteri tersebut juga disebar ke tambak kembali, maka kemampu-
dapat menurunkan kandungan senyawa nitrit an bertahan dari organisme tersebut lebih
pada perairan. tinggi. Rusmana et al. (2006) telah meman-
Tingkat kelangsungan hidup udang pada faatkan bakteri pereduksi nitrat disimilatif
uji skala laboratorium memperlihatkan sebagai agen bioremediator pengontrol kadar
bahwa penambahan bakteri nitrifikasi dan amonia dan nitrit di tambak, yang
denitrifikasi terseleksi dapat meningkatkan sebelumnya Feliatra (1999) juga telah
kelangsungan hidup udang windu sampai meneliti berbagai macam karakteristik
78% dibandingkan dengan pada perlakuan bakteri yang diisolasi langsung dari tambak.
kontrol sebesar 58% (Rusmana dan
Widiyanto, 2006). Aplikasi pemberian KESIMPULAN
bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi tidak
seharusnya hanya dalam air saja, namun Semakin bertambah umur udang, semakin
dalam pengolahan tanah dasar tambak banyak sisa metabolisme serta limbah yang
sebagai penampung sedimen dan hasil akhir dihasilkan. Hal ini menyebabkan semakin
sisa metabolisme budidaya juga perlu diberi tingginya tingkat sedimentasi dalam tambak.
Pemanfaatan bakteri untuk memperlancar
97

nitrifikasi dan denitrifikasi dapat dijadikan Danovaro, Rosa, T.L., Mazolla, A., 2001.
sebagai pilihan dasar dalam perombakan Differential responses of benthic microbes
nitrogen dalam lingkungan budidaya tambak and meiofauna to fish-farm disturbance in
dari aspek biologinya. coastal Sediments. Environmental Pollu-
tion 112 (3), 427–434.
DAFTAR PUSTAKA Devaraja, T.N., Yusoff, F.M., Shariff, M.,
2002. Changes in bacterial populations
Agustiyani, D., Imamuddin, H., Faridah, and shrimp production in ponds treated
E.N., Oedjijono, 2004. Pengaruh pH dan with commercial microbial product.
substrat organik terhadap pertumbuhan Aquaculture 206, 245–256.
dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia. Dong, L.F., Nedwell, D.B., Underwood,
LIPI-Bogor. Biodiversitas 5 (2), 43–47. G.J.C., Thornton, D.C.O., Rusmana, I.,
Alexander, M., 1977. Introduction to Soil 2002. Nitrous oxide formation in the colne
Microbiology. 2nd edition. Toronto: John estuary. England: the central role of
Wiley and Sons. nitrite. Applied Environmental Micro-
Alongi, D.M., 1998. Coastal Ecosystem biology 68, 1240–1249.
Process. Boca Raton, Florida: CRC Press. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Bostrom, B., Pettersson, K., 2003. Different Pegelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
pattern of phosphorus release from lake Perairan. Yogyakarta: penerbit Kanisius.
sediments in laboratory experiments. Esoy, A., Odegaard, H., Bentzen, G., 1998.
Hydrobiologia 92, 415–429. The effect of sulphide and organic matter
Boyd, C.E., Sonnenholzner, S., 2000. on the nitrification activity in biofilm
Chemical and phisical properties of process. Water Science Technology 37(1),
shrimp pond bottom soils in Ecuador. 115–122.
Journal of the World Aquaculture Society Feliatra. 1999. Identifikasi bakteri patogen
31 (3), 358–375. (Vibrio sp) di Perairan Nongsa Batam
Boyd, C.E, Munsiri, 1996. Texture and Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia II
chemical compotition of soils from shrimp (1).
ponds near Choluteca, Honduras. Ferreira, T.O., Torrado, R.V., Otero, X.L.,
Aquaculture International 4 (2), 157–168. Macias, F., 2005. Are mangrove forest
Boyd, C.E., 1995. Chemistry and efficacy of substrates sediments or soil? A case study
amandements used to treat water and soil in Southeastern Brazil. Catena 70, 79–91.
quality imbalances in shrimp penaeids In Hidayanto, Heru, W., Yossita, F., 2004.
Proceeding of the Aquaculture’95. World Analisis tanah tambak sebagai indikator
Aquaculture Society, San Diego, tingkat kesuburan tambak. Jurnal
California Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Boyd, C.E., Munsiri, P., Hajek, B.F., 1994. Pertanian 7(2), 180–186.
Composition of sediment from intensive Hutagalung, H.P., Rozak, 1997. Metode
shrimp ponds in Thailand. World Aquac. Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota.
25, 53–55. Jakarta. P3O-LIPI.
Cheremisinoff, N.P., 1996. Biotechnology Jetten, M.S.M., Wagner, M., Fuerst, J., Van
for Waste and Wastewater Treatment. Loosdrecht, M., Kuenen, G., Strous, M.,
Noyes Publications. Westwood. New 2001. Microbiology and application of the
Jersey 07675. ISBN. 0-8155-1409-3. anaerobic ammonium oxidation (Anam-
Cicerone, R., 1989. Analysis of sources and mox) Process. Curr. Opin. Biotech. 12,
sink of atmosferic nitrous oxide (N2O). J. 283–288.
Geophysical Res. 94, 18265–18271. Kennish, M.J., 1990. Ecology of Estuaries.
Cole, J., 1996. Nitrat reduction amonium by Boca Radon. Florida. CRC Press.
enteric bacteria: redudancy or strategy for Kirchman, D.L., 2003. Uptake and Re-
survival during oxigen starvation. FEMS generation of Inorganic Nutriens by
Microbiol. 138, 1–18 Marine Heterotrophic Bacteria. Di dalam:
Kirchman D.L. Editor. Microbial Ecology
98 Yuni Puji Hastuti / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 89–98 (2011)

of The Oceans. Canada: A John Wiley & Rusmana, I. 2003c. Nitrous oxide formation
Sons Inc. Publication. in bacteria (komunikasi singkat). J.
Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi. Mikrobiologi Indonesia, 158–160.
Edisi Ke-3. Samingan T, Penerjemah: Secru (Scottish Executive Central Research
Jogjakarta. Gadjah Mada Univ. Press. Unit) 2002. Review and Synthesis of the
Pinar, Guadalupe, Duque, E., Haidour, A,, Environmental Impact Aquaculture.
Olivia, J.M., Luis, Sanchez-Barbero., Technical Report. St Andrews House,
Victor, Calvo., Ramos, J.L., 1997. Edinburgh EH1 3DG.
Removal of high concentrations of nitrate Sinha, B., Ajit, P., Annachhatre. 2007. Partial
from industrial wastewater by bacteria. nitrification operational parameters and
Applied and Environmental Microbiology microorganism involved. Rev. Environ.
63, 2071–2073. Sci. Biotechnol. 6, 285–313.
Primavera, J.H. 1994. Shrimp Farming in the Sitaresmi. 2002. Mikrobiologi Lingkungan I.
Asia-Pacific: environment and trade issues Jakarta. Biologi FMIPA UI.
and regional cooperation. In: Trade and Sylvia, D.M., Furbrmann, J.J., Hartel, P.G.,
Environment: Prospects for Regional Zuberer, D.A., 1990. Principles and
Cooperation, pp. 161-186. Nautilus Application of Soil Microbiology. New
Institute, Berkeley, CA. Jersey: Prentice Hall, Inc.
Ratledge, C., 1994. Biochemistry of Takarina, E.P., Suyanto, S.R., 2009.
Microbial Degradation. Amsterdam: Panduan Budidaya Udang Windu. Niaga
Kluwer Academic Publisher. Swadaya.
Rheinheimer, G. (Ed)., 1977. Microbial Texeira, P., Oliveira, R. 2002. Metabolism of
Ecology of a Brcakish Water alcaligenes denitrificans in biofilm vs
Environment. Ecologi. Stud.25. Springer- planctonic cells. Journal of Applied
Verlag, New York, Heidelberg, Berlin. Microbiology 92, 256–260.
Xii+ 288p. Yuvanatemia, V., Boyd, C.E., 2006.
Richardson, D.J. 2000. Bacterial respiration: Physical and chemical changes in
a flexible process for a changing aquaculture pond bottom soil resulting
environment. Microbiology 146, 551–571. from sediment semoval. Aquacultural
Richardson, D.J., Berk, B.C., Ressel, D.A., Engineering. 35, 199–205
Spiro, S., Taylor, C.J. 2001. Functional Zhao, H.W., Mavinic, D.S., Oldham, W.K.,
biochemical and genetic diversity of Koch, FA. 1999. Controlling factors for
procaryotic nitrate reductase. Cell. Mol. simultaneous nitrification and denitri-
Lif. 58, 165–178. fication in a two-stage intermittent
Rusmana, I., Widiyanto, T. 2006. Peman- aeration process treating domestic sewage.
faatan Bakteri Pereduksi Nitrat Disimilatif Water Resources 33 (4), 961–970.
dan Nitrifikasi Sebagai Agens Bio- Zumft, W.G., 1992. The Denitrifying
remediasi untuk Mengontrol Kadar Prokaryotes, P. 554-582. In A. Balows,
Amonia dan Nitrit di Tambak Udang. Truper H.G., Dworking M., Harder W.,
Ipb.ac.id and Schleifer K.H. (ed.), The Prokaryotes.
Rusmana, I. 2003a. Physiology of Nitrous Springer Verlag, New York.
Oxide Production in Estuarine Zumft, W.G., 1997. Cell biology and
Dissimilative Nitrate Reducing Bacteria molecular basic of denitrification.
[Thesis]. Departement of Biology Microbiol and Mol Biol Rev. 61, 533–
University of Essex Colchester. 616.
Rusmana, I. 2003b. Reduksi nitrat dis-
similatif pada bakteri: isu lingkungan dan
penerapannya. Hayati, 158–160.

You might also like