Professional Documents
Culture Documents
48 1 216 2 10 20180705 PDF
48 1 216 2 10 20180705 PDF
ABSTRACT
The research has created the module of mole concept based on structured inquiry with
interconnection of multiple representation and determined the validity and practicality of the module.
The research type was Research and Development (R&D). The development model was 4-D models
that consist of four steps: define, design, develop, and disseminate. The research was limited on
develop step. The instrument of the research was questionnaire form that consist of validity and
practicality sheets. The module was validated by 5 validators. Practicality module was tested by 2
chemistry teachers and 28 students of grade XI MIA 5 at SMAN 4 of Padang. Validity and practicality
data were analysed by using the kappa Cohen formula. The moment kappa average of 5 validators
was 0,95 with highest validity category. The moment kappa average of teachers and students were
0,89 and 0,91 praticality with high category. The result of the research showed that the module of
mole concept based on structured inquiry with interconnection of macro, submicro, and symbolic
representation was valid and practice to be used on the learning chemistry.
25
Randa Sagita, Fajriah Azra, Minda Azhar 26
suatu prosedur yang telah ditentukan dan Memahami ilmu kimia dengan penerapan
menerima petunjuk dari tiap-tiap prosedur (Bell, multiple representasi dapat membantu
2005). Penelitiaan sebelumnya menyatakan pengembangan model mental siswa
bahwa inkuiri terstruktur dapat meningkatkan (Chittleborough, 2002). Model mental siswa
pengetahuan siswa terutama pada daya ingat dapat dibangun melalui pengalaman,
mereka terhadap materi pelajaran. Peserta didik interpretasi, dan penjelasan mereka ketika
masih dapat mengingat pelajaran meskipun telah dilibatkan dalam proses pembelajaran.
berlalu selama 12 minggu (Schmid, 2015). Pengembangan model mental ini diperlukan
Dalam inkuiri terstruktur, peserta didik untuk membuat prediksi, menguji gagasan baru,
melakukan penyelidikan secara langsung dan dan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran
mengembangkan kemampuan dasarnya dalam kimia (Halim, 2013).
penyelidikan, seperti melakukan pengamatan, Berdasarkan latar belakang di atas, maka
hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data, penelitian pengembangan bahan ajar materi
dan menarik kesimpulan (Zion, 2012). konsep mol dalam bentuk modul berbasis inkuiri
Beberapa penelitian sebelumnya tentang terstruktur dengan penekanan pada interkoneksi
inkuiri terstruktur, melaporkan bahwa LKS tiga level representasi kimia penting dilakukan.
eksperimen dan non-eksperimen berbasis inkuiri Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
terstruktur pada materi kesetimbangan kimia modul konsep mol berbasis inkuiri terstruktur
membantu siswa memahami materi dengan baik, dengan penekanan pada interkoneksi tiga level
melakukan eksperimen, dan meningkatkan hasil representasi kimia yang valid dan praktis
belajar siswa (Maryati, 2012). Panduan digunakan dalam pembelajaran kimia untuk
praktikum kimia berbasis inkuiri terstruktur di kelas X SMA.
kelas XII SMAN 1 Indralaya Utara dapat
METODE PENELITIAN
meningkatkan pemahaman siswa (Ariningsih,
2014). Pembelajaran materi getaran dan Jenis dari penelitian ini adalah penelitian
gelombang melalui pembelajaran berbasis dan pengembangan atau Research and
inkuiri terstruktur dapat meningkatkan minat Development (R&D). Penelitian ini dilakukan
belajar dan partisipasi aktif siswa (Sugiarto, untuk mengembangkan modul konsep mol
2015). berbasis inkuiri terstruktur dengan penekanan
Selain menggunakan model pembelajaran pada interkoneksi tiga level representasi kimia
yang tepat, pembelajaran kimia hendaknya untuk kelas X SMA serta mengungkapkan
ditekankan pada tiga level representasi kimia tingkat validitas dan praktikalitas modul
(makroskopik, submikroskopik, dan simbolik). tersebut. Instrument yang digunakan dalam
Pemahaman seseorang terhadap konsep kimia penelitian ini adalah angket yang terdiri dari
ditentukan oleh kemampuannya dalam lembar validitas dan lembar praktikalitas. Data
mentransfer dan menghubungkan ketiga level yang diperoleh dianalisis menggunakan momen
representasi tersebut. Saat ini pembelajaran kappa (Boslaugh, 2008).
kimia lebih banyak merepresentasikan dua level
ρ−ρe
saja yaitu level makroskopik dan simbolik k= (1)
1−ρe
sedangkan level submikroskopik jarang
disentuh. Penelitian sebelumnya menunjukkan
ketidakmampuan siswa dalam merepresentasi Keterangan:
kan kimia pada level submikroskopik dapat k = Moment kappa yang menunjukkan validitas
menghambat kemampuannya dalam memecah produk.
kan masalah kimia yang berkaitan dengan level ρ = Proporsi yang terealisasi, dihitung dengan
makroskopik ataupun simbolik (Sunyono, cara jumlah nilai yang diberi oleh validator
2013). Multipel representasi dapat digunakan dibagi jumlah nilai maksimal.
dalam mempelajari suatu konsep yang rumit ρe= Proporsi yang tidak terealisasi, dihitung
dengan penggunaan diagram, grafik, dan dengan cara jumlah nilai maksimal
persamaan sehingga mempermudah proses dikurangi dengan jumlah nilai total yang
pembelajaran (Ainsworth, 2008). Interkoneksi diberi validator dibagi jumlah nilai
dari ketiga level representasi tersebut adalah maksimal.
salah satu kunci untuk pengajaran kimia (Gilbert
and Treagust, 2009).
Tabel 1. Kategori Keputusan Berdasarkan dengan saran dari validator. Angket praktikalitas
Moment Kappa (k) berguna untuk mengetahui tingkat kepraktisan
Interval Kategori dari penggunaan modul yang dikembangkan.
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,61 – 0,80 Tinggi
1. Hasil Penelitian
0,41 – 0,60 Sedang Sesuai dengan tujuan dan prosedur
0,21 – 0,40 Rendah penelitian, telah dihasilkan bahan ajar modul
0,01 – 0,20 Sangat rendah berbasis inkuiri terstruktur dengan penekanan
pada interkoneksi tiga level representasi kimia
≤ 0,00 Tidak valid menggunakan model pengembangan 4-D. Hasil
Modul dirancang menggunakan model yang diperoleh adalah sebagai berikut:
pengembangan 4-D yang terdiri dari empat Tahap Define
tahap pengembangan yaitu, define Pada tahap define (pendefinisian)
(pendefinisian), design (perancangan), develop diperoleh 5 data yaitu data analisis ujung depan,
(pengembangan) dan disseminate (penyebaran) analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep,
(Trianto, 2014). Penelitian ini dibatasi pada dan analisis tujuan pembelajaran.
tahap develop (pengembangan) yaitu uji
a. Analisis Ujung Depan
validitas dan praktikalitas terhadap produk yang
Analisis ujung depan dilakukan dengan
dikembang.
mewawancarai beberapa orang guru kimia SMA
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
di kota Padang yaitu SMAN 1 Padang, SMAN 4
pada penelitian ini adalah sebagai berikut; 1)
Padang, dan SMA Pembangunan Padang. Pada
tahap define (pendefinisian), tahap ini terdiri
analisis ujung depan diperoleh data bahwa
dari 5 langkah yaitu analisis ujung depan,
metode yang biasa digunakan guru dalam
analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep,
mengajarkan materi konsep mol adalah metode
dan analisis tujuan pembelajaran; 2) tahap
ceramah. Hal ini dikarenakan materi konsep mol
design (perancangan), tahap ini bertujuan untuk
merupakan materi yang terdiri dari rumus-rumus
merancang bahan ajar berupa modul konsep mol
dan perhitungan-perhitungan sehingga guru
berbasis inkuiri terstruktur dengan penekanan
lebih banyak menjelaskan. Selain itu, sebagian
pada interkoneksi tiga level representasi kimia
siswa masih mengalami kesulitan dalam
untuk kelas X SMA yang terdiri dari tahap
memahami materi konsep mol. Jika soal atau
observasi, hipotesis, koleksi dan organisasi data,
latihan yang diberikan kepada siswa
dan kesimpulan. Format penulisan modul
divariasikan atau sedikit berbeda dari contoh
disesuaikan dengan panduan pengembangan
soal yang dikerjakan, siswa kebingungan
bahan ajar dari Depdiknas (2008); 3) tahap
menjawab soal atau latihan tersebut. Siswa
develop (pengembangan), tahap ini bertujuan
masih terpaku pada rumus-rumus yang tersedia
untuk menghasilkan modul konsep mol berbasis
pada bahan ajar sehingga belum terjadi
inkuiri terstruktur dengan penekanan pada
pembelajaran yang bermakna.
interkoneksi tiga level representasi kimia yang
Multipel representasi memberikan
valid dan praktis digunakan. Tahap ini terdiri
fasilitas agar terjadinya belajar bermakna
dari uji validitas, revisi, dan praktikalitas.
(meaningful learning) atau belajar mendalam
Instrumen yang digunakan dalam
(deep learning). Dalam multipel representasi,
penelitian ini adalah angket validasi dan angket
materi dijelaskan menggunakan informasi verbal
praktikalitas. Angket validasi diberikan kepada
dan informasi pictorial yang akan membangun
dosen kimia FMIPA UNP dan guru kimia SMA
model mental siswa. Siswa akan lebih mudah
sedangkat angket praktikalitas ditujukan kepada
mengingat pelajaran dan tersimpan pada memori
guru kimia dan siswa SMA. Angket validasi
jangka panjang (Schnotz, 2003).
berguna untuk menilai modul yang
Adapun bahan ajar yang digunakan di
dikembangkan dari segi komponen kelayakan
sekolah adalah buku, LKS, dan powerpoint.
isi, komponen penyajian, komponen
Bahan ajar berupa modul belum tersedia. Modul
kebahasaan, dan komponen kegrafikkan. Setelah
adalah salah satu bahan ajar yang dapat
uji validitas dilakukan, maka dilakukalah revisi
terhadap modul yang dikembangkan sesuai
membantu siswa untuk menemukan konsep dan senyawa hidrat; 5) menghitung kadar zat dalam
memungkinkan siswa belajar mandiri. campuran seperti (persen, ppm, molaritas,
molalitas dan fraksi mol).
b. Analisis Siswa
Berdasarkan kompetensi dasar dan
Analisis siswa dilakukan untuk
indikator pembelajaran, dirancang modul konsep
mengetahui karakteristik siswa yang meliputi
mol yang sesuai dengan analisis tugas agar
kemampuan akademik dan motivasi belajar
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai siswa
siswa. Secara umum siswa SMA berumur 16-18
pada akhir pembelajaran.
tahun. Menurut Piaget, taraf berpikir anak usia
12-18 tahun adalah pada tahap perkembangan d. Analisis Konsep
operational formal. Pada tahap ini anak sudah Konsep-konsep pada materi ini disusun
mampu berfikir abstrak dan logis serta memiliki dalam bentuk hirearki konsep. Adapun konsep-
kemampuan untuk menafsirkan, mengembang konsep tersebut adalah konsep mol, massa
kan hipotesa dan menarik kesimpulan molar, volume molar, rumus empiris, rumus
(Budiningsih, 2012). molekul, rumus senyawa hidrat, dan kadar zat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Konsep-konsep tersebut dianalisis berdasarkan
guru kimia diketahui bahwa kemampuan buku-buku kimia perguruan tinggi dan buku
akademik dan motivasi belajar siswa pada kimia SMA yang relevan.
materi konsep mol secara umum bersifat
e. Analisis Tujuan Pembelajaran
heterogen. Ada siswa yang memliki tingkat
Tujuan pembelajaran pada materi konsep
kemampuan akademik tinggi, sedang, dan
mol dicapai melalui kegiatan observasi,
rendah. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh
hipotesis, koleksi dan organisasi data, serta
beberapa faktor, salah satunya adalah jam
menarik kesimpulan. Tujuan pembelajaran pada
pelajaran. Siswa lebih bersemangat belajar
materi konsep mol adalah; 1) menjelaskan
dipagi hari dari pada disiang hari.
pengertian mol dari data yang diberikan; 2)
Hasil wawancara dengan beberapa siswa
menentukan massa molar suatu unsur dan
menunjukkan bahwa mereka lebih suka proses
senyawa yang diketahui ar/mr nya; 3)
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar
menghitung volume molar gas yang diketahui
yang menarik yakni bergambar, berwarna, dan
molnya; 4) menentukan rumus empiris dari
disusun menggunakan bahasa yang mudah
suatu senyawa jika diketahui massa dan
dipahami.
persentase unsur-unsur penyusunnya; 5)
c. Analisis Tugas menentukan rumus molekul dari suatu senyawa
Analisis tugas mencakup tugas yang jika diketahui rumus empirisnya; 6) menentukan
dikerjakan siswa dalam pembelajaran sesuai rumus senyawa hidrat jika massa senyawa hidrat
dengan materi yang dipilih yaitu konsep mol. diketahui; 7) menghitung kadar zat (persen,
Langkah yang dilakukan pada analisis tugas ppm, molaritas, molalitas dan fraksi mol)
berupa analisis kompetensi dasar (KD) yang dengan tepat.
dijabarkan menjadi beberapa indikator
Tahap design
pembelajaran dan selanjutnya menjadi tujuan Tahap design (perancangan) bertujuan
pembelajaran. Kompetensi Dasar materi konsep untuk merancang Modul yang akan dikembang
mol adalah sebagai berikut; 3.11. Menerapkan kan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
konsep massa molekul relatif, persamaan reaksi, tahap design (perancangan) adalah melakukan
hukum-hukum dasar kimia dan konsep mol wawancara dengan beberapa siswa SMA di kota
untuk menyelesaikan perhitungan kimia; 4.11. Padang. Wawancara ini bertujuan untuk
Mengolah dan menganalisis data terkait massa mengetahui bahan ajar yang diinginkan oleh
molekul relatif, persamaan reaksi, hukum- siswa sehingga dapat membantu mereka dalam
hukum dasar kimia dan konsep mol untuk memahami materi pelajaran, terutama pada
menyelesaikan perhitungan kimia. materi konsep mol. Hasil wawancara menunjuk
Kompetensi Dasar tersebut dijabarkan kan bahwa siswa mengharapkan bahan ajar
menjadi beberapa indikator yaitu; 1) disajikan dengan menggunakan bahasa yang
menjelaskan pengertian mol; 2) menentukan baik dan mudah dimengerti, disusun secara
massa molar dan volume molar gas dari suatu runtut, simpel, berwarna serta bergambar.
senyawa; 3) mengaplikasikan konsep mol dalam Modul konsep mol yang telah dirancang
menentukan rumus kimia; 4) menentukan rumus terdiri dari; 1) kover, 2) kata pengantar, 3) daftar
KESIMPULAN
suatu kondisi yang sudah sesuai dengan isi dan memungkinkan siswa memiliki kesempatan
konstruknya (Arikunto, 2008). melatih diri mereka belajar secara mandiri.
Adanya kunci jawaban dari setiap pertanyaan
Praktikalitas Modul
yang terdapat pada latihan membantu siswa
Praktikalitas modul dinilai oleh 2 orang
mengetahui kemampuan dan tingkat pe
guru kimia dan 28 orang siswa SMA kelas XI.
mahamannya. Modul juga didesain sedemikian
Penilaian praktikalitas oleh guru diperoleh
rupa sehingga menarik perhatian dan minat
momen kappa sebesar 0,89 dengan kepraktisan
belajar siswa. Penggunaan warna dan desain
sangat tinggi dan oleh siswa sebesar 0,91
pada bahan ajar dapat meningkatkan motivasi
dengan kepraktisan sangat tinggi. Praktikalitas
belajar siswa (Yusuf, 2011). Secara keseluruhan
yang dinilai terdiri atas tiga komponen yaitu
nilai momen kappa yang diberikan guru dan
kemudahan penggunaan, efisiensi waktu
siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
pembelajaran dan manfaat.
Komponen kemudahan penggunaan Tabel 3. Tabel Momen Kappa Praktikalitas
modul memiliki moment kappa sebesar 0,90 No Aspek yang Rata-rata Rata-rata
untuk guru dan 0,91 untuk siswa dengan dinilai moment moment
kategori kepraktisan sangat tinggi. Hal ini kappa kappa
menunjukkan Modul menggunakan bahasa yang (Guru) (Siswa)
mudah dipahami, pertanyaan-pertanyaannya 1 Komponen 0,90 0,91
Kemudahan
jelas, materi disampaikan dengan sederhana.
Penggunaan
Modul hendaknya disusun dengan kalimat yang
2 Komponen 0,86 0,88
sederhana dan tidak membingunkan sehingga Efisiensi
informasi yang disampaikan jelas dan tidak Waktu
membingunkan (Depdiknas 2008). Selain itu 3 Komponen 0,90 0,93
ukurannya mudah dibawa. Manfaat
Komponen efisiensi waktu pembelajar
an memiliki moment kappa sebesar 0,86 untuk Berdasarkan hal di atas, diketahui bahwa
guru dan 0,88 untuk siswa dengan kepraktisan modul yang dikembangkan memudahkan guru
sangat tinggi. Pembelajaran dengan mengguna dan siswa dalam proses pembelajaran dan
kan modul dapat membuat waktu pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai
menjadi lebih efisien dan siswa bisa belajar dengan fungsi bahan ajar yaitu menjadi
dengan kecepatannya masing-masing (Daryanto, pedoman bagi guru dan bagi siswa, mengerah
2014). Siswa dapat menggunakan modul dengan kan semua aktivitas siswa dalam pembelajaran,
teknik yang berbeda-beda dalam memecahkan serta alat evaluasi pencapaian hasil belajar
masalah dalam proses pembelajaran. Sebuah (Hamdani, 2010). Modul bermanfaat untuk
modul akan bermakna jika peserta didik dapat mewujudkan proses pembelajaran yang ber
menggunakannya dengan mudah. Penggunaan kualitas, mengkondisikan kegiatan pembelajaran
modul dalam proses pembelajaran memungkin lebih terencana, mandiri, tuntas dan dengan hasil
kan peserta didik belajar dan menyelesaikan KD yang jelas (Daryanto, 2014).
lebih cepat. Modul merupakan suatu paket
kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri KESIMPULAN
(Sabri, 2010). Selain itu, modul konsep mol Berdasarkan penelitian yang telah
dirancang dengan penekanan pada interkoneksi dilakukan, dihasilkan modul konsep mol
tiga level representasi kimia. Interkoneksi dari berbasis inkuiri terstruktur dengan penekanan
ketiga level representasi tersebut adalah salah pada interkoneksi tiga level representasi kimia
satu kunci untuk pengajaran kimia (gilbert and untuk kelas X SMA menggunakan model
treagust, 2009). Proses pembelajaran akan pengembangan 4-D. Modul yang dikembangkan
menjadi lebih efektif dan efisien. mempunyai tingkat kevalidan dan kepraktisan
Komponen manfaat memiliki moment sangat tinggi baik oleh guru dan siswa.
kappa sebesar 0,90 untuk guru dan 0,93 untuk
siswa dengan kategori kepraktisan sangat tinggi. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini menunjukkan modul konsep mol yang
Ainsworth, Shaaron. 2008. The Educational
dikembangkan dapat membantu siswa dalam
Value of Multiple-representations when
menemukan konsep. Latihan yang diberikan
Learning Complex Scientific Concept. J.K
Gilbert et al., (eds.), Visualization: Theory Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
and Practice in Science Education, 191- Bandung: Pustaka Setia.
208. Springer 2008. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yogyakarta: Kata Pena.
Arinigsih, Ismi, dkk. 2014. “Pengembangan Maryati, Anita Mariana. 2015. “Lembar Kerja
Panduan Praktikum Kimia Berbasis Inkuiri (LKS) Eksperimen dan Non-Eksperimen
Terstruktur di Kelas XII SMAN 1 Indralaya Berbasis Inkuiri Terstruktur yang
Utara”. Program Studi Pendidikan Kimia, dikembangkan pada Subpokok Materi
FKIP, Universitas Sriwijaya. Pergeseran Kesetimbangan Kimia”.
Bell, Randy. L, dkk. 2005. Simplifying Inquiry Prosiding Simposium Inovasi dan
Instruction. The Science Teacher. Pembelajaran Sains 2015.
Boslaugh, Sarah dan Paul A. W. 2008. Statistics Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
in a Nutshell, a desktop quick reference. Bandung: Ciputat Press.
Beijing, Cambridge, Famham, Köln, Schmid, Sarah and Franz X. Bogner. 2015.
Sebastopol, Taipei,Tokyo: O’reilly. Effect of Students’ Effort Scores in a
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar & Structured Inquiry Unit on Long-Term
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Recall Abilities of Content Knowledge.
Brady, James E. 2012. Chemistry The Molecular Germany. Hindawi Publishing Corporation.
Nature of Matter. New York: John Wiley & Education Research International. Research
Sons, Inc. Article.
Chittleborough, G., Treagust, D. F., Mocerino, Schnotz, Wolfgang and Maria Bannert. 2003.
M. 2002. Constraints to the Development Construction and Interference in Learning
of FirtsYear University Chemistry from Multiple Representation. Elsevier
Students’ Mental Model of Chemical Science Ltd.
Phenomena. Presented at the 11th Annual Sugiarto. 2015. Peningkatan Hasil Belajar
Teaching and Learning Forum for Western Materi Getaran dan Gelombang Melalui
Australian Universities, Edith Cowan Pembelajaran Inkuiri Terstruktur.
Universty, Australia. Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan
Colburn, Alan. 2000. An inquiry Primer. Kelas. Vol.16. No. 4.
Science Scope, Maret 2000. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Daryanto. 2014. Pengembangan Perangkat Kualitatif dan R & D. Bandung:
Pembelajaran. Yogyakarta: PT Gava ALFABETA.
Media. Sunyono. 2013. Efektifitas Model Pembelajaran
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Berbasis Multipel Representasi Dalam
Bahan Ajar. Direktorat Jendral Manajemen Membangun Model Mental Mahasiswa
Pendidikan Dasar dan Menengah, Tahun Topik Stoikiometri Reaksi. Jurnal
2008. Pendidikan Progresif . Vol.3. No. 1. Hlm.
Gilbert, John K dan David F.Treagust. 2009. 65-79.
Introduction: Macro, Submicro, and Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu.
Symbolic Representations and the Jakarta: Bumi Aksara.
Relationship Between Them: Key Model in Yusus, Samsu dan Nani Sugandhi. 2011.
Chemical Education. Springer Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Science+Business Media. Raja Grafindo Persada.
Halim N. D. A., Ali Moh. B., Yahaya N., Said Zion, Michal dan Ruthy Mendelovici. 2012.
Mohd. N. H. M S. 2013. Mental Model in Moving from Structured to Open Inquiry:
Learning Chemical Bonding: A preliminary Challenges and Limits. Science Education
study, Procedia-Social and Behavioral Internasional. Vol.23, No.4. Hlm. 383-399.
Sciences 97, Hal. 224-228.