You are on page 1of 14

INDUSTRIAL RELATIONS: COMPARATIVE NON-STANDARD EMPLOYMENT

RELATIONSHIP IN NIGERIA AND INDONESIA

Devi Melisa Damiri* dan Mohammad Benny Alexandri **


*Magister Business Administration, Padjadjaran University
**Graduate lecturer - Department of Business Administration Science
Faculty of Politics and Social Science, Padjadjaran University
Email : devimelisadamiri@gmail.com, bennyalexandri@yahoo.co.id

ABSTRACT
The research objective is to study and determine the level of non-standard employment
relationships in Nigeria and Indonesia. The employment relationship is not as standard as is initial
workers, which are contract employees and outsourcing. The nonstandard employment relationship
are reinforced by the number of unemployment in Nigeria and Indonesia which are every form of
nonstandard employment will offer the challenge but it will tend to have the great of losses.The
results of the study found that non-standard employment relationships in Nigeria and Indonesia in
general is not different. Most employees are not standard work is in positions which have low skills,
without a career path and can harm the development of human resources for both companies or
clients.
On the other hand, who had a temporary job as an employee or non-standard employee is better
than not having a job. Therefore the unemployment rate can be reduced and can significantly
increase the country's economic growth.
Keywords: Unemployement, nonstandard employment relations, contract employees, outsourcing,
country’s economic growth

HUBUNGAN INDUSTRIAL: PERBANDINGAN HUBUNGAN KERJA TIDAK


STANDAR DI NEGARA NIGERIA DAN INDONESIA

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menentukan tingkat hubungan kerja tidak standar
di Nigeria dan Indonesia. Hubungan kerja tidak standar yang dimaksud sebagai karyawan kontrak
dan outsourcing. Hubungan kerja tidak standar diperkuat oleh jumlah pengangguran yang ada di
Nigeria dan Indonesia dimana setiap bentuk pekerjaan tidak standar menawarkan tantangan namun
akan cenderung memiliki banyak kerugian. Hasil penelitian ditemukan bahwa hubungan kerja tidak
standar di Nigeria dan Indonesia pada umumnya tidak berbeda. Sebagian besar karyawan merupakan
pekerja tidak standar yang memiliki keterampilan kerja yang rendah, tanpa memiliki jenjang karir
dan dapat membahayakan perkembangan sumber daya manusia baik bagi perusahaan maupun klien.
Di sisi lain, memiliki pekerjaan sementara baik sebagai pekerja standar ataupun pekerja tidak standar
akan lebih baik daripada tidak memiliki pekerjaan. Dengan demikian tingkat pengangguran dapat
dikurangi dan secara signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
Kata kunci: Pengangguran, hubungan kerja tidak standar, karyawan kontrak, outsourcing,
pertumbuhan ekonomi negara.

Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 79


PENDAHULUAN Setiap bentuk hubungan kerja tidak standar
mungkin menawarkan tantangan tersendiri tetapi
Globalisasi secara bersamaan memberikan
cenderung memiliki kerugian yang lebih besar,
dampak positif maupun negatif bagi suatu
seperti sistem upah rendah, diskriminasi sistem
negara. Salah satu ciri penting globalisasi adalah
pengupahan dan kesejahteraan, tidak ada
dunia dan pasar kini terintegrasi dan terkoneksi
keamanan kerja, tidak memiliki jenjang karir,
satu sama lain ke dalam satu lingkungan, adanya
maupun durasi kerja yang tidak pasti. Fenomena
kemungkinan masuknya pesaing-pesaing dari
hubungan kerja tidak sesuai standar hingga kini
negara maju yang ikut berkompetisi dalam
masih terjadi di berbagai negara, khususnya di
perekonomian liberal dunia dengan kekuatan
negara-negara berkembang. Hubungan kerja
perekonomian yang tentu saja pasti jauh lebih
tidak standar tidaklah berarti memiliki dampak
kuat. Era globalisasi menyebabkan beberapa
negatif bagi suatu negara, melainkan mampu
perusahaan asing bermigrasi ke daerah-daerah di
memberikan dampak positif juga bagi
dunia terutama ke negara Nigeria, di mana biaya
pertumbuhan perekonomian suatu negara.
tenaga kerja dianggap lebih murah dibandingkan
Penulis tertarik untuk mempelajari dan
di negara asalnya. Di beberapa perusahaan di
mengetahui hubungan kerja dengan
Nigeria sebagaian besar pekerja berada pada
membandingkan hubungan kerja tidak standar di
kategori pekerja lepas, kontrak dan outsourcing.
negara Nigeria dan Indonesia dengan tujuan
Hal ini banyak dilakukan perusahaan asing
mengetahui sisi positif dan negatif terhadap
dengan tujuan untuk meminimalkan biaya
negara yang menerapkan hubungan kerja tidak
tenaga kerja dan meningkatkan keuntungan
sesuai standar ketenagakerjaan.
perusahaan. Sebagian besar perusahaan-
perusahaan tersebut beroperasi tanpa
TINJAUAN PUSTAKA
memperhatikan standar ketenagakerjaan yang
mengatur masing-masing negara. Isu-isu yang Globalisasi
muncul terkait hubungan kerja tidak standar Sumber daya manusia menjadi salah satu
diperburuk dengan banyaknya jumlah kunci pembangunan suatu negara. SDM yang
pengangguran secara besar-besaran di negara- berkualitas sangat dibutuhkan, tidak hanya
negara Afrika (Okafor, 2012). cerdas secara intelektual tetapi juga mempunyai
Hubungan kerja tidak standar tidak hanya keterampilan dan citra diri yang positif dalam
terjadi di negara Nigeria saja, bahkan di negara menghadapi era globalisasi. Pengaruh
Indonesia yang memiliki sumber daya manusia globalisasi dapat menghilangkan berbagai
berlimpah mengalami hal tersebut. Berdasarkan halangan dan rintangan yang menjadikan dunia
data statistik dari ILO (ILO, 2015) bahwa pasar semakin terbuka dan saling bergantung satu
tenaga kerja di Indonesia terus mengalami sama lain. Globalisasi dapat dipahami sebagai
perkembangan selama tahun 2014 dan 2015, di perubahan-perubahan dalam bidang ekonomi
mana partisipasi kerja mengalami pertumbuhan dan sosial yang berkombinasi dengan
sedangkan pengangguran terbuka mengalami pembentukan kesalinghubungan regional dan
penurunan. Pertumbuhan tersebut tidak terlepas global yang unik, yang lebih ekstensif dan
dari penggunaan pekerja tidak standar, masih intensif dibandingkan dengan periode
banyak perusahaan di Indonesia yang sebelumnya, yang menantang dan membentuk
menggunakan agen perekrutan dalam memenuhi kembali komunitas politik, dan secara spesifik,
kebutuhan SDM. Penggunaan outsourcing di negara modern (Held 2000). Dengan perubahan
Indonesia semakin meluas ke berbagai lini tersebut ikut meningkatkan investasi asing dan
kegiatan perusahaan hanya saja tidak menempati menciptakan peluang kerja di negara-negara
posisi bisnis inti perusahaan. berkembang seperti Nigeria dan Indonesia.

80 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92


Pengangguran sama, namun mereka semua memiliki hak yang
terbatas di perusahaan tempatnya bekerja.
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana
Dalam bidang ketenagakerjaan, outsourcing
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
untuk memproduksi atau melaksanakan suatu
memperolehnya (Sadono, 2000). Pengangguran
pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui
adalah tren global, tetapi kebanyakan terjadi
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (Husni,
pada negara di dunia berkembang, dengan
2014). Outsourcing adalah penyerahaan
petugas sosial, konsekuensi ekonomi, politik,
penerima pemborongan pekerjaan atau
dan psikologis. Isu hubungan kerja tidak standar
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh melalui
telah menjadi masalah sangat umum di
perjanjian pemborong pekerjaan secara tertulis
organisasi kerja, sebagai akibat dari globalisasi
(Maimun, 2007).
dan situasi pasar tenaga kerja yang tidak stabil di
Nigeria. Sejak tahun 1999 dalam kasus di Peningkatan hubungan kerja tidak standar
Nigeria, setelah dilakukan demokratisasi politik terjadi secara global tidak hanya di negara
dan kepentingan pemerintah federal baru dalam berkembang. Karyawan tidak standar yang
pelaksanaan kebijakan neoliberal, pelaksanaan terjadi di negara Kanada mengacu pada pekerja
hubungan kerja tidak sesuai standar telah terjadi paruh waktu, sementara penuh waktu atau biasa
peningkatan di berbagai organisasi kerja disebut kontrak, dan pekerjaan paruh waktu
(Adenugba, 2003; Adewumi, 2008; Onyeonoru, sementara. Hasil penelitian yang dilakukan Isik
2004, 2008). dan Gordon (2008) menunjukkan bahwa
sebagian besar perusahaan di Kanada melakukan
Pengangguran adalah masalah
hubungan kerja sesuai standar (pekerjaan reguler
makroekonomi yang mempengaruhi manusia
penuh waktu), yaitu sebesar 83%. Dengan
secara langsung dan merupakan yang paling
proporsi paruh waktu sebanyak 12%, sementara
berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan
penuh waktu 2%, dan pekerjaan paruh waktu
pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan
sementara 3%. Pada hubungan kerja tidak
dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah
standar, gender perempuan cenderung lebih
mengejutkan jika pengangguran menjadi topik
memiliki peluang karir lebih tinggi. Dalam
yang sering dibicarakan dalam perdebatan
angkatan kerja berjenis kelamin laki-laki hanya
politik dan para politisi sering mengklaim bahwa
yang berstatus sebagai pekerjaan paruh waktu
kebijakan yang mereka tawarkan akan
sementara saja yang cenderung memiliki
membantu menciptakan lapangan kerja
peluang karir untuk dipromosikan oleh
(Gregory Mankiw, 2003).
perusahaan. Bekerja sebagai pekerja reguler
Hubungan Kerja Tidak Standar paruh waktu atau kontrak tidak berdampak pada
Kecenderungan perusahaan menerapkan peluang karir untuk pekerja laki-laki. Secara
hubungan kerja tidak standar lebih besar keseluruhan menunjukkan bahwa ketiga jenis
daripada pekerja standar atau dapat disebut hubungan kerja tidak standar tidak
karyawan tetap. Pekerja tidak standar termasuk mempengaruhi promosi bagi pekerja
pekerja kontrak sementara, pekerja kontrak, perempuan, akan tetapi untuk pekerja laki-laki
pekerja lepas, dan juga karyawan outsourcing. promosi berpengaruh bagi mereka yang bekerja
Tipe tenaga kerja dalam hubungan kerja tidak sebagai paruh waktu sementara. Pemerintah
standar seperti yang digunakan dalam penelitian nasional di Afrika berupaya untuk menarik lebih
ini merujuk kepada pekerja lepas, pekerja banyak investasi asing dan tidak menerapkan
kontrak atau sementara waktu dan outsourcing standar perburuhan yang ketat (Adewumi,
(Ferber and Waldfogel, 1998; Kalleberg, 2000). 2008). Telah ada kesepakatan substansial, akan
Meskipun ketiga kategori tersebut tidaklah tetapi karyawan dalam tiga kategori ini tetap

Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 81


rentan terhadap dinamika pasar tenaga kerja dan perlindungan dan memiliki risiko ekonomi yang
mendapatkan manfaat yang lebih sedikit jika tidak pasti. Pekerjaan tidak standar
dibandingkan dengan karyawan biasa. Bagi mencerminkan pangsa kuantitatif lebih besar
Negara, sistem outsourcing juga menjadi dari total lapangan kerja dan menandai
penyebab bagi tingginya tingkat perselisihan pergeseran kualitatif dalam harapan tentang
hubungan industrial. Perselisihan hubungan peraturan yang mengatur hak kontraktual, risiko
industrial dapat timbul karena perbedaan dan tanggung jawab yang menyimpang dari
kesejahteraan antara pekerja outsourcing dan norma-norma (Gottfried, 2008). Pengusaha di
bukan outsourcing meskipun dalam satu Jepang yang menerapkan hubungan kerja tidak
perusahaan dengan tingkat pekerjaan dan tugas standar bertujuan untuk menghindar dari
yang sama (Ross & Bamber 2009). Abraham dan regulasi atau norma-norma hukum yang
Taylor (1996) menemukan bahwa berkaitan dengan jaminan keamanan bagi
mempekerjakan karyawan tidak tetap dapat pekerja. Studi kasus Jepang menunjukkan bahwa
menghemat biaya, perusahaan mengatakan kekuatan serikat (density), sistem intermediasi
hanya ada sedikit alasan untuk membayar (coordinated vs bilateralisme) dan tingkat
karyawan dengan upah yang tinggi, serta interaksi antara serikat pekerja dan pengusaha
karyawan tidak tetap lebih mudah untuk diganti. (sentralisasi/desentralisasi) berdampak pada
kualitas pekerjaan tidak standar melalui lembaga
Hubungan kerja tidak standar yang terjadi di
penetapan upah, pelaksanaan standar perburuhan
Uni Eropa merujuk pada pekerja kontrak jangka
dan peraturan yang mengatur hubungan kerja.
tetap, kontrak paruh waktu, on-call kontrak,
Disamping itu, munculnya hubungan kerja non
outsourcing, kontrak freelance dan sejenisnya.
standar dapat mengancam keamanan ekonomi
Dalam Cremers (2010) bahwa tahun 2005
yang lebih besar dari jumlah pekerja. Dengan
pekerja paruh waktu di Uni Eropa meningkat
memperluas prinsip perlakuan yang sama antara
menjadi 18% dengan didominasi oleh
pekerjaan standar dan tidak standar akan
perempuan, Hampir sepertiga perempuan yang
meningkatkan kondisi kerja secara keseluruhan.
bekerja sebagai pekerja paruh waktu
dibandingkan dengan laki-laki hanya 7%. Pada dasarnya pekerja tidak standar
Karyawan sesuai standar meningkat dari 12% memiliki persamaan di setiap negara, kategori
pada tahun 1998 kini menjadi lebih dari 14% pekerja tidak standar di Korea Selatan merujuk
pada tahun 2005. Hubungan kerja tidak standar pada pekerjaan paruh waktu, pekerja sementara
yang terjadi tentu saja memberikan melalui lembaga (outsourcing), kontraktor
ketidakamanan bagi pekerja dengan rendahnya independen dan sejenisnya. Menurut Korea
jaminan pendapatan, kualitas kerja rendah, National Statistical Office (KNSO, 2012), pada
keterbatasan akses pendidikan, kesehatan dan tahun 2003 jumlah pekerja tidak standar
kondisi hidup dasar lainnya. sebanyak 4,6 juta pekerja dan pada 2012
meningkat sebanyak 23%, menjadi 6 juta
Pekerja tidak standar dan ketidakamanan
pekerja. Penelitian yang dilakukan Lee Bokim
kerja bukan hal baru bagi angkatan kerja di
(2013) menemukan bahwa pada pekerja tidak
negara Jepang. Penelitian yang dilakukan
standar terdapat ketidakpuasan dalam hal
Gottfried (2008) bahwa angka dari pekerja tidak
pekerjaan dan kehidupan. Masalah yang terjadi
standar di Jepang relatif tinggi, khususnya di
di Korea Selatan adalah pengusaha rela
kalangan perempuan. Proporsi pekerja
mengganti pekerja standar (karyawan tetap)
sementara meningkat terutama pada perempuan,
dengan pekerja tidak standar. Hal ini disebabkan
hal ini disebabkan oleh peningkatan pekerja
karena pekerja tidak standar dibebaskan dari
paruh waktu dan kontrak jangka tetap.Pekerjaan
hukum dan kebijakan yang melindungi
tidak standar berarti bahwa pekerja yang
karyawan, pekerja tidak standar dapat dengan
memiliki sedikit syarat untuk mendapatkan
82 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92
mudah diberhentikan dan upah pekerja tidak standar di area nonmetropolitan Amerika Serikat
standar yang lebih murah dari pekerja standar. banyak dikaitkan dengan kualitas yang lebih
Dalam Jee Young, et al (2016) bahwa pekerja rendah pekerjaan dan terbatas atau pekerjaan
tidak standar lebih mungkin untuk berada ke yang tidak mendapat manfaat kesehatan atau
dalam kategori pekerja miskin, karena upah yang pensiun, tidak memiliki komitmen kerja jangka
rendah. Pasar tenaga kerja tidak standar panjang. Selain itu, manfaat dan upah kerja yang
mencakup pekerja usia muda yang memiliki diterima oleh pekerja tidak standar lebih rendah
sedikit kesempatan untuk dipekerjakan. Dengan daripada pekerja standar. McLaughlin dan
mengurangi perbedaan upah antara pekerja Alisha (2008) berhipotesis bahwa prevalensi
standar dan tidak standar dapat meningkatkan hubungan kerja tidak standar akan lebih tinggi di
kesempatan bagi pekerja untuk pindah menjadi daerah nonmetro dan pekerjaan tidak standar
pekerja standar. Dengan demikian akan lebih sering terjadi pada setiap industri dan
memungkinkan pekerja untuk meningkatkan kategori pekerjaan di nonmetropolitan dari
produktivitas, komitmen pekerja di tempat kerja, wilayah metropolitan. Pekerja sebagai operator,
mengurangi ketidakpuasan pekerja serta perakit, pekerjaan buruh, dan terkait dengan
ketidakstabilan pekerjaan. Sedangkan menurut pekerja yang membutuhkan sedikit keterampilan
Andrew Eungi dan Innwon Park (2006) berada pada level hubungan kerja yang tidak
perubahan tren pekerjaan yang terjadi di Korea standar. Hubungan kerja tidak standar lebih
Selatan berlaku terhadap gender, umumnya disukai oleh pekerja yang ingin memiliki waktu
pekerja laki-laki lebih baik daripada rekan kerja lebih fleksibel dalam mengontrol pekerjaan
pekerja perempuan. Dalam periode pasca krisis dan dalam menyeimbangkan peran pekerjaan
keuangan, pekerja perempuan menghadapi dan keluarga.
diskriminasi dalam hal perekrutan dan promosi.
Pertumbuhan lapangan kerja tidak standar
Dua faktor yang menyebabkan meningkatkan
menjadi fenomena internasional yang menarik
jumlah dan proporsi pekerja tidak standar Korea,
perhatian penelitian secara signifikan,
yaitu tingkat pengangguran yang tinggi di tengah
selanjutnya penulis akan membandingkan
krisis keuangan sehingga memaksa banyak
hubungan kerja tidak standar yang terjadi di
orang untuk mencari pekerjaan sementara atau
Taiwan. Hubungan kerja tidak standar
tidak standar, serta tidak adanya undang-undang
dipandang sebagai faktor penyebab perubahan
dan peraturan yang melindungi hak-hak pekerja
perilaku organisasi dan sikap antara berbagai
tidak standar. Undang-undang ketenagakerjaan
tipe pekerja, sehingga mengakibatkan pola
yang ada di Korea Selatan cenderung untuk
interaksi baru. Berdasarkan data survei yang
memenuhi kepentingan pengusaha atau
dilakukan Roger dan Yvonne (2013) dari total
perusahaan dibandingkan kepentingan pekerja
1.182 berstatus sebagai karyawan, dengan
tidak standar, contohnya hukum yang
jumlah pekerja reguler penuh waktu sebesar
memungkinkan pengusaha untuk
68,8%, reguler paruh waktu 0,8%, wiraswasta
mempekerjakan pekerja paruh waktu atau
12,8%, dan pekerja tidak standar sebesar 17,6%.
pekerja sementara untuk pekerjaan biasa dan
Pasar tenaga kerja di Taiwan telah mengalami
terus menerus. Restrukturisasi neoliberal Korea
perubahan yang sama dalam dekade terakhir,
memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk
banyak organisasi-organisasi yang
secara terbuka mempekerjakan lebih banyak
mempekerjakan pekerja tidak standar atau
pekerja sementara dan paruh waktu dan
pengurangan karyawan dalam upaya untuk
mengembangkan sistem diperluas subkontrak
menurunkan biaya dan meningkatkan daya
produksi.
saing. Organisasi yang menerapkan hubungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kerja tidak standar menimbulkan dampak yang
McLaughlin dan Alisha (2008) pekerjaan tidak signifikan dan negatif terhadap kepuasan kerja

Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 83


karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan sebagai pekerja tidak standar. Beberapa pengusaha
Kapsalis dan Pierre (2004) bahwa 6 dari 10 di Cina telah mencapai hasil yang lebih baik
pekerja di Kanada sebagai pekerja permanen, dengan memotivasi pekerja tidak standar.
pekerja penuh waktu, dan bentuk pekerja Misalnya, Shanghai Zhenhua Port Mesin Co, Ltd
standar, sedangkan sisanya adalah pekerja paruh (ZPMC) mempekerjakan sejumlah besar
waktu, pekerja sementara, atau wiraswasta. Pada karyawan sebagai pekerja lembaga, perusahaan
tahun 2001, sekitar 38% dari seluruh pekerja tidak hanya menyediakan pekerjaan yang baik,
Kanada adalah pekerja tidak standar, sebesar kondisi hidup tetapi juga memperhatikan motivasi
15% bekerja sebagai pekerja sementara, 14% pekerja tidak standar dengan menyediakan jalur
sebagai wiraswasta, dan 9% sebagai pekerja pengembangan karir, kehormatan dan
paruh waktu permanen. Konsekuensi ekonomi penghargaan, tunjangan tambahan berdasarkan
dari pekerjaan tidak standar sangat tergantung tingkat keterampilan, dan klub yang diorganisir.
pada situasi kerja jangka pendek atau jangka Dengan komitmen organisasi yang tinggi mampu
panjang. Di samping itu, pekerja tidak standar membantu ZMPC untuk menduduki tiga perempat
hanya sedikit yang menerima manfaat asuransi dari pasar pelabuhan crane tingkat dunia.
kerja, selain pekerja penuh waktu sementara
(kontrak) yang sebagian darinya menerima METODE PENELITIAN
manfaat tersebut. Kekhawatiran mengenai Penelitian ini dilakukan dengan melihat dari
hubungan kerja tidak standar timbul karena data sekunder, data tersebut diambil dari berbagai
pekerja dalam pekerjaan ini cenderung memiliki penelitian terdahulu, studi kepustakaan seperti
penghasilan rendah dan lebih mungkin untuk buku dan jurnal yang berkaitan dengan hubungan
hidup dalam keluarga berpenghasilan rendah pula. kerja tidak standar pada kedua negara, Nigeria dan
Hubungan kerja tidak standar adalah cara umum Indonesia. Data tersebut mencakup mengenai
memasuki pasar tenaga kerja. Beberapa pengusaha kondisi pasar tenaga kerja, hubungan kerja tidak
atau perusahaan mempekerjakan pekerja standar hingga hokum ketenagakerjaan yang
sementara, paruh waktu dalam memenuhi mengatur di kedua negara. Kemudian setelah
kebutuhan sumber daya manusia di perusahaannya dilakukan pengumpulan data, data tersebut akan
dan tidak sedikit pada akhirnya perusahaan diolah dan dianlisis secara deskriptif. Analisis
menawarkan hubungan kerja standar bagi pekerja secara deskriptif ini dilakukan agar data dapat
tidak standar yang memiliki kinerja baik. digambarkan secara jelas mengenai perbedaan atau
Di negara Cina mayoritas peningkatan jumlah persamaan yang ada pada kedua negara. Whiting
pekerja tidak standar adalah pekerja yang berasal (1964) mengatakan bahwa “Description emerges
dari suatu agen atau lembaga. Li dan Chen (2012) following the creative exploration, and helps to
dalam Xueli Wang, et al (2014) bahwa jumlah total arrange the findings in an order that will helpto
pekerja agen (outsourcing) lebih dari 60 juta, be fit for explanations and these explanations can
sebesar 20% dari seluruh pekerja di Cina. then be tested to validate the variablesbeing
Perusahaan yang mempekerjakan pekerja agen studied and withthe aid of description, knowledge
dapat mengurangi biaya dan meningkatkan is illuminated and facts that were ignored can now
efisiensi dan fleksibilitas, akan tetapi dapat be brought to light and better understood”.
menimbulkan tantangan besar bagi staf
manajemen perusahaan. Xueli Wang, et al (2014) HASIL DAN PEMBAHASAN
pun mengatakan bahwa untuk meningkatkan Situasi Pasar Tenaga Kerja dan Hubungan
komitmen organisasi pekerja lembaga atau agen, Kerja Tidak Standar di Nigeria
maka manajemen harus peka terhadap persepsi
keadilan perusahaan bagi pekerja dan perlu untuk Pasar tenaga kerja Nigeria tidak hanya jenuh
memahami arti pentingnya pekerjaan mereka tetapi juga ditandai dengan banyak pengangguran

84 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92


kaum muda berbagai bentuk seperti musiman, bekerja pada suatu perusahaan berada di bawah
gesekan, perputaran dan pengangguran struktural pengawasan pimpinan. Aspek utama dari
(Okafor, 2012). Tingkat kompetisi tidak hanya hubungan ini meliputi; kontrak kerja berdurasi
berskala nasional tetapi sudah pada skala waktu tidak terbatas (tetap), standar jam kerja per
internasional, dengan demikian SDM perlu minggu dengan manfaat sosial yang cukup. Di
memiliki daya saing, ketrampilan maupun beberapa perusahaan di Nigeria sebagaian besar
keahlian. Berdasarkan data statistik dari Badan karyawan berada pada kategori pekerja lepas,
Tenaga Kerja dan Statistik Biro Federal (2010) kontrak dan outsourcing. Hubungan kerja
dalam Awogbenle and Iwuamadi (2010), semacam ini dapat menyebabkan pengurangan
menunjukkan bahwa Nigeria memiliki populasi biaya operasional perusahaan dengan
kaum muda sebesar 80 juta penduduk dengan meningkatkan kemudahan menerima dan
jumlah 60% mewakili dari total populasi negara mengeluarkan karyawan dari perusahaan
Nigeria. Juga, 64 juta dari penduduk Nigeria (Richardson dan Allen, 2001).
adalah pengangguran, sementara sebanyak 1,6 juta
Situasi Pasar Tenaga Kerja dan Hubungan
penduduk memiliki pekerjaan. Dalam hal usia,
Kerja Tidak Standar di Indonesia
pendidikan dan jenis kelamin, data yang diberikan
oleh Biro Statistik Nasional (2010) menunjukkan Pasar tenaga kerja di Indonesia terus
lebih lanjut bahwa pada bulan Maret 2009 di mengalami perkembangan selama tahun 2014 dan
Nigeria, untuk antara usia 15 dan 24 tahun 41,6% 2015, di mana partisipasi kerja mengalami
adalah pengangguran, usia antara 25 dan 44 tahun pertumbuhan sedangkan pengangguran terbuka
sebesar 17% adalah pengangguran. Dan penduduk mengalami penurunan. Indonesia saat ini dalam
dengan lulusan sekolah dasar sebanyak 14,8% tahap pembangunan di mana memiliki jumlah
pengangguran, penduduk dengan lulusan sekolah penduduk usia kerja yang lebih tinggi
menengah 23,8% adalah pengangguran. dibandingkan penduduk usia tua yang mandiri
Selanjutnya, untuk pendidikan menengah atas (ILO, 2015). Tenaga kerja dengan latar belakang
sebesar 21,3% pengangguran, tidak sekolah pendidikan yang tinggi dapat menikmati upah
sebesar 21% dan lainnya 22,3%. Tidak ada yang lebih besar dan kesempatan kerja yang lebih
kecenderungan yang konsisten dari tingkat baik. Berdasarkan data dari Badan Penelitian
pengangguran di Nigeria. Pengangguran Nigeria Statistik (2015) bahwa Tingkat pengangguran pada
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori Agustus 2015 diperkirakan sebesar 6,2% dan
(Oyebade, 2003), yaitu pengangguran yang lebih angka ini tergolong tinggi bila dibandingkan
tua yang kehilangan pekerjaan melalui periode-periode sebelumnya. Tabel berikut
penghematan atau kebangkrutan dan memperlihatkan meluasnya pengangguran di
pengangguran dari kalangan usia muda, yang Indonesia di tahun 2015, dengan tingkat partisipasi
sebagian besar belum pernah bekerja. angkatan kerja sebesar 65,8%. Akan tetapi bila
dillihat dari tahun sebelumnya, tingkat
Sebagian pekerja tidak standar memiliki
pengangguran cukup mengalami penurunan di
beragam latar belakang pendidikan di berbagai
tahun 2013 hingga Februari 2015. Hal ini
bidang seperti teknik, ilmu komputer,
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.
telekomunikasi dan akuntansi. Hubungan kerja
standar dapat didefinisikan sebagai karyawan full-
time, kerja terus menerus di mana karyawan

Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 85


Tabel 1. Indikator Penting Pasar Tenaga Kerja (2013-2015)

Sumber : Pasar Tenaga Kerja Indonesia, BPS (2015) Jakarta

Permintaan akan pekerja dengan kualifikasi tinggi melampaui suplai tenaga kerja yang ada.
Suplai tenaga kerja yang berlebihan untuk mereka yang memiliki latar belakang pendidikan SMK
dan SLTA Umum.
Tabel 2. Tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan

Sumber : Pasar Tenaga Kerja Indonesia, BPS (2015) Jakarta


Tingkat pendidikan Diploma sebesar 7,54% dan lulusan Universitas sebesar 6,40%. Tingkat
pengangguran yang masih tinggi di kalangan lulusan SMA ini menunjukkan pentingnya upaya
pemerintah ataupun perusahaan untuk mendorong terciptanya lapangan pekerjaan ataupun lembaga-
lembaga pelatihan.
Gambar 1. Status Pekerjaan, tahun 2006 - 2015

Sumber : Pasar Tenaga Kerja Indonesia, BPS (2015) Jakarta dalam ILO

86 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92


Tren-tren pertumbuhan terus berlanjut untuk pendidikan rendah dan perusahaan tidak
status karyawan tetap, periode Agustus 2015 menyadari akan pentingnya SDM sebagai aset
sebesar 38,7 persen dari mereka bekerja sebagai perusahaan. Kewajiban perusahaan dengan
karyawan tetap. Dengan peningkatan jumlah memberikan pelatihan dan pengembangan bagi
penduduk yang bekerja sebagai karyawan tetap, seluruh SDM yang dimiliki, dengan demikian
maka karyawan tidak standar mengalami karyawan memiliki ketrampilan, keahlian,
penurunan. Pada tahun 2006 sebesar 68,9% kemandirian maupun kreativitas untuk
pekerja dianggap sebagai pekerja yang terlibat mengembangkan perusahaan menjadi semakin
dalam pekerjaan tidak sesuai standar, sementara maju.
pada 2015 angka ini berkurang menjadi 57,8%.
Konsep Sistem Ekonomi
Meski tren pertumbuhan mengalami kenaikan
atas karyawan tetap, akan tetapi jika dilihat dari Salah satu bentuk liberalisasi perdagangan
grafik tersebut bahwa karyawan tidak sesuai yang berkembang diwadahi dalam World Trade
masih tergolong tinggi di Indonesia. Organisation (WTO) dengan neoliberalisme
sebagai ideologi utamanya (Paulus, 2014).
Kecenderungan beberapa perusahaan untuk
Munculnya lapangan kerja tidak sesuai standar
memperkerjakan tenaga kerja tidak standar, saat
ketenagakerjaan yang terjadi di Ngeria berkaitan
ini di Indonesia umumnya dilatarbelakangi oleh
juga pada teori neo-liberal (Okafor, 2012).
strategi perusahaan untuk melakukan efisiensi
Secara konseptual, neo-liberalisme mengacu
biaya produksi. Hal ini tidak jauh berbeda
pada keinginan untuk mengintensifkan dan
dengan yang dialami negara Nigeria. Perusahaan
memperluas pasar. Kebijakan neoliberal sukses
berusaha untuk menghemat pengeluaran dalam
mengurangi inflasi dan mendorong pertumbuhan
membiayai Sumber Daya Manusia (SDM) yang
ekonomi di beberapa negara. Neoliberalisme
bekerja di perusahaan. Pekerja tidak standar
adalah ideologi ekonomi-politik yang terbukti
seperti karyawan kontrak, pekerja lepas,
semakin memperbesar jurang antara si kaya dan
outsourcing umumnya memiliki kualitas hidup
miskin. Konsep ekonomi Neoliberalisme
lebih rendah dibandingkan karyawan standar,
berdasar dari sistem ekonomi, kapitalisme yang
mengalami ketidakamanan kondisi keuangan,
mengandalkan secara penuh perputaran roda
ketidakmampuan untuk merencanakan masa
ekonomi melalui mekanisme pasar bebas serta
depan dan sering mengalami tekanan emosional
perpindahan modal secara bebas di dalam negeri
dan psikologis. Tenaga kerja yang terlibat dalam
maupun antar negara (pasar global). Sementara
hubungan kerja tidak standar biasanya memiliki
itu, kebijakan pasar bebas menyebabkan
beban kerja hampir sama atau bahkan lebih berat
meningkatnya pengangguran sehingga
daripada pegawai tetap, namun dari segi gaji
meningkatkan tingkat kemiskinan di Afrika. Di
atau fasilitas lainnya berbeda. Praktek hubungan
sebagian besar negara, pengaruh ini telah
tenaga kerja tidak standar tidak sepenuhnya
mengakibatkan prevalensi hubungan kerja tidak
memberikan banyak keuntungan bagi karyawan
standar dan dengan kenaikan ekstensi dalam
yang menjalaninya, hal penting seperti jenjang
pekerjaan tidak tetap (Okafor, 2012).
karir, jaminan kesehatan, jaminan pensiun, masa
kerja yang tidak dapat diprediksikan menjadi Negara Indonesia menganut konsep
masalah yang selalu dihadapi. Di sisi lain Demokrasi Ekonomi, dimana sistem
perusahaan yang menerapkan sebagian besar perekonomian nasional yang merupakan
hubungan tidak standar dapat memberikan perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD
kerugian bagi perusahaan. Karyawan yang 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan
bekerja akan cenderung tidak memiliki kegotongroyongan dari, oleh dan untuk rakyat
komitmen yang tinggi sehingga kinerja yang dibawah pimpinan dan pengawasan pemerintah.
diberikan pun akan tidak maksimal, kualitas Demokrasi ekonomi atas dasar asas

Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 87


kekeluargaan dengan demikian kemakmuran karyawan outsourcing dan karyawan kontrak
tidak hanya untuk individu atau kelompok adalah sama dengan tenaga kerja pada
melainkan semua orang. Demokrasi ekonomi umumnya. Hak yang harus diperoleh oleh tenaga
yang ditegaskan dalam Pasal 33 ayat 4 UUD outsourcing harus sesuai dengan peraturan-
1945 dilaksanakan dengan prinsip kebersamaan, peraturan yang berlaku seperti UU
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan dan Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (pasal
berwawasan lingkungan, kemandirian serta 64, 65 dan 66), UU Keselamatan dan Kesehatan
dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan Kerja, UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja, UU
kesatuan ekonomi nasional (Winarno, 2005). Serikat Pekerja/Serikat Pekerja dan keputusan-
keputusan menteri tenaga kerja dan
Hukum Ketenagakerjaan
Transmigrasi Republik Indonesia
Hukum perburuhan yang berlaku di Nigeria No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang
memiliki perbedaan antara pekerja standar dan tata cara perjanjian perusahaan penyedia jasa
pekerja yang tidak sesuai standar dalam hal hak pekerja/buruh dan kepmenakertrans No.
dan kesempatan. Dalam hukum yang berlaku 220/Men/X/2004 tentang syarat-syarat
menetapkan bahwa tidak ada organisasi yang penyerahan sebagai pelaksanaan pekerjaan
dapat mempekerjakan karyawan tidak tetap kepada perusahaan lain (Sihombing, 2012).
selama lebih dari 90 hari tanpa membuatnya
Perusahaan-perusahan yang menerapkan
menjadi karyawan permanen atau tetap. Akan
hubungan kerja tidak standar di Indonesia
tetapi kenyataanya masih saja banyak
khususnya kontrak dan outsourcing, sering
perusahaan yang melakukan pelanggaran
mengabaikan peraturan perundang-undangan
hukum. (Uvieghara, 2000; Ogundare dan Elia,
yang belaku sehingga sering terjadi pelanggaran
2011).
hak-hak pekerja tidak standar. Dalam
Karyawan tidak tetap dalam perusahaan penerapannya, banyak hal yang terjadi dengan
biasanya akan dipekerjakan untuk periode memperlihatkan dampak yang merugikan
singkat dari beberapa minggu, atau sampai pekerja tidak standar. Dari sisi perusahaan,
dengan periode tiga bulan (dalam kasus Nigeria), penerapan hubungan kerja tidak standar sangat
sehingga mereka tidak mungkin mencapai status menguntungkan. Banyak alasan yang
karyawan tetap. Karyawan kontrak, pekerja dikemukaan oleh para pemimpin perusahaan
lepas, outsourcing umumnya memiliki kualitas mengenai kebijakan penerapan ini, salah satunya
hidup lebih rendah dibandingkan dengan dapat menghapuskan kewajiban perusahaan
karyawan sesuai standar, ketidakamanan kondisi untuk membayar kompensasi atas hak buruh
keuangan, ketidakmampuan untuk ketika dilakukan pemutusan hubungan kerja
merencanakan masa depan dan sering (PHK).
mengalami tekanan emosional dan psikologis.
Dalam kaitannya dengan hubungan
Selain itu, mereka tidak memiliki serikat buruh
industrial, Pemerintah Indonesia berperan
dan perlindungan di bawah Undang-Undang
sebagai pelindung pekerja/karyawan. Peran
Ketenagakerjaan dan ketika mengalami konflik
tersebut perlu ditegakkan sesuai dengan
kepentingan antara perusahaan dengan
Pancasila maupun UU yang mengatur hubungan
karyawan tidak memiliki perlindungan yang
perusahaan dengan karyawan. Karyawan yang
kuat secara hukum di Nigeria.
terlibat dalam hubungan kerja tidak standar
Outsourcing dalam regulasi ketenagakerjaan biasanya memiliki beban kerja hampir sama atau
di Indonesia biasanya hanya mencakup tenaga bahkan lebih berat daripada pegawai tetap,
kerja pada proses pendukung (non core business namun dari segi gaji atau fasilitas lainnya tentu
unit) atau secara praktek semua lini kerja bias saja sangat berbeda, Inspektorat pengawasan
dialihkan sebagai unit outsourcing. Hak-hak ketenagakerjaan memainkan peran penting
88 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92
dalam menegakkan UU ketenagakerjaan dan Tidak jauh berbeda dengan negara Indonesia,
mewujudkan hak-hak di tempat kerja. pemerintah pun telah banyak mengeluarkan UU,
kebijakan dan peraturan-peraturan seperti UU
Beberapa konvensi ILO secara bertahap
Serikat Pekerja dan keputusan-keputusan
disejajarkan dengan ketentuan perundang-
menteri tenaga kerja yang melindungi pekerja
undangan dibidang ketenagakerjaan dengan
tidak standar. Pada implementasinya antara
yang terdapat di negara-negara maju. Secara
negara Nigeria dengan Indonesia serupa, bahwa
aturan pemerintahan Indonesia telah
perusahaan di kedua negara sering mengabaikan
memberikan pengaturan yang lebih baik bagi
peraturan yang belaku sehingga sering terjadi
pekerja walaupun belum memadai secara
pelanggaran hak-hak bagi pekerja tidak standar.
prakteknya dilapangan.
Fenomena tersebut menimbulkan ketentuan
SIMPULAN terkait upah dan kesejahteraan bagi pekerja tidak
standar hanyalah sesuai dengan kontrak atau
Hubungan kerja tidak standar yang terjadi di perjanjian yang dibuat oleh perusahaan secara
negara berkembang Nigeria dan Indonesia sepihak, di mana perjanjian kontrak yang sering
secara umum tidak jauh berbeda, bahkan di terjadi lebih memposisikan pekerja berada di
negara-negara maju pun masing terdapat pihak yang lemah.
hubungan kerja tidak standar. Beberapa
fenomena yang terjadi bahwa hubungan kerja Umumnya pada suatu perusahaan akan
tidak standar banyak memberikan kerugian bagi terdapat beberapa golongan pekerja, yaitu
pekerja, namun terdapat juga negara yang karyawan tetap, karyawan kontrak dan karyawan
berhasil menerapkan dengan memotivasi outsourcing. Pengelompokkan tersebut secara
karyawan dan mendapatkan kesuksesan. tidak langsung membawa efek stratifikasi
Sebagian besar tenaga kerja tidak standar maupun jarak terhadap perilaku sosial di antara
bekerja di posisi yang memiliki keterampilan kalangan pekerja dalam suatu perusahaan,
rendah dan tanpa jenjang karir serta pekerja tidak sehingga menimbulkan implikasi negatif
standar dapat merugikan pengembangan sumber terhadap sesame pekerja khususnya bagi pekerja
daya manusia baik bagi perusahaan ataupun tidak standar. Selain menimbulkan efek
klien. Masih banyak pekerja yang memiliki latar stratifikasi, pekerja tidak standar yang berada di
belakang pendidikan yang rendah menempati Nigeria dan Indonesia cenderung kurang
posisi tersebut dan di upah lebih rendah dari memiliki jenjang karir yang baik demi
upah minimum. meningkatkan kualitas hidup pekerja dan
keluarganya. Masa kerja yang memiliki
Kebijakan, perlindungan, upah minimum, keterbatasan waktu menjadi hambatan dan
pesangon, alihdaya (outsource) dan tunjangan menurunkan peluang bagi pekerja tidak standar
jaminan sosial terkait erat satu sama lain dan mendapatkan promosi menjadi pekerja standar
penggunaan perundingan bersama masih dengan karir yang lebih aman dan menjanjikan.
terbatas dalam hal penerapannya. Dalam hukum Pada praktiknya perusahaan di Nigeria dan
yang berlaku di Nigeria bahwa pemerintah Indonesia menjadi cenderung eksploitatif karena
menetapkan tidak memperbolehkan organisasi adanya perbedaan hak yang didapatkan oleh
yang dapat mempekerjakan karyawan tidak tetap pekerja tidak standar. Padahal bila dibandingkan
selama lebih dari 90 hari tanpa membuatnya banyak dari tugas pekerjaan, beban kerja,
menjadi karyawan permanen atau tetap. Namun tanggung jawab dan kewajiban para pekerja
pada kenyataannya, banyak perusahaan di tidak tetap yang sama besarnya dengan para
Nigeria yang mempekerjakan sebagian besar pekerja standar, jam kerja yang sama, dan
jumlah pekerjanya adalah pekerja tidak standar bekerja di tempat yang sama pula. Penerapan
dengan jangka waktu lebih dari waktu 90 hari. hubungan kerja tidak standar tidak sepenuhnya

Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 89


dapat menguntungkan bagi perusahaan, kerja tidak standar seharusnya hanya boleh
melainkan dapat memberikan kontribusi negatif dilaksanakan untuk jasa cleaning service,
bagi perusahaan yang sebagian besar keamanan, transportasi, ataupun katering.
karyawannya merupakan pekerja tidak standar. Berdasarkan hasil penelitian Xueli Wang, et al
(2014) yang dilakukan di negara Cina, bahwa
Dari sisi pekerja bahwa hubungan kerja
banyak pengusaha berhasil dengan sukses dalam
tidak standar tidak dapat memberikan jenjang
menerapkan hubungan kerja tidak standar tanpa
karir yang pasti sehingga menimbulkan
menghilangkan hak dan kewajiban yang
rendahnya komitmen serta kinerja yang tidak
seharusnya diberikan kepada pekerja tidak
optimal, selain itu tingkat turn over cenderung
standar. Perusahaan dapat mengurangi biaya,
tinggi. Meskipun begitu tidak semua perusahaan
meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas, dan di
di kedua negara memberi perlakuan berbeda
sisi lain mempekerjakan sejumlah besar pekerja
terhadap pekerja tidak standar. Masih terdapat
tidak standar (dalam hal ini adalah pekerja agen)
perusahaan-perusahaan yang memberikan
dengan tetap memperhatikan kualitas hidup,
jenjang karir bagi pekerja tidak standar dengan
memotivasi pekerja tidak standar, menyediakan
melakukan penilaian kerja dan
jalur pengembangan karir, penghargaan,
merekomendasikan pekerja yang memiliki hasil
tunjangan tambahan berdasarkan tingkat
kinerja yang optimal. Sumber daya manusia
keterampilan, sehingga kedua belah pihak
sebagai aset paling penting dalam suatu
berada dalam posisi yang sama-sama
perusahaan, oleh karena itu karyawan perlu
menguntungkan. Mengadopsi dari keberhasilan
diberikan pelatihan, pengembangan, serta
tersebut maka seharusnya semua pemangku
jenjang karir agar dapat memberikan manfaat
kepentingan dalam kaitan hubungan industrial di
bagi kedua belah pihak. Peningkatan kinerja
Nigeria dan Indonesia perlu untuk
karyawan secara perorangan akan mendorong
mengembalikan fungsi inti manajemen sumber
kinerja sumber daya manusia secara
daya manusia untuk menghasilkan tenaga kerja
keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan
lebih produktif dan efisien. Perlu dilakukan
produktivitas ataupun profit perusahaan.
tindakan nyata bagaimana kebijakan dan
Di sisi lain dalam hal apapun, memiliki peraturan pemerintah dapat bekerja sama dengan
pekerjaan sementara atau sebagai pekerja tidak perusahaan-perusahaan yang menerapkan
standar lebih baik daripada tidak memiliki hubungan kerja tidak standar dalam melindungi
pekerjaan sama sekali. Tingkat pengangguran pekerja serta menciptakan lapangan pekerjaan
yang cenderung tinggi di kedua negara masih yang lebih banyak dan lebih baik.
diperlukan banyaknya penciptaan lapangan
pekerjaan. Dengan demikian mampu
mengurangi tingkat pengangguran yang secara
umum berada di tingkat usia muda. Apabila
dikelola dengan baik dan benar hubungan kerja
tidak standar mampu meningkatkan kinerja dan
efesiensi perusahaan, serta dapat meningkatkan
kesejahteraan pekerja, perluasan lapangan kerja
baru, membuka peluang yang sangat besar untuk
masyarakat memiliki kesempatan kerja di
perusahaan-perusahaan besar. Oleh karena itu
ada baiknya pemerintah Nigeria maupun
Indonesia perlu lebih dipertegas lagi mengenai
mekanisme penyerahan pekerjaan kepada
perusahaan lain (agen perekrutan). Hubungan
90 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92
DAFTAR PUSTAKA Mankiw, N. Gregory. 2003. Makro Ekonomi,
terjemahan Fitria Liza, Imam Nurmawan.
Abraham KG, dan Taylor SK. 1996. Firms’ use Erlangga : Jakarta.
of outside contractors: theory and evidence. McLaughlin, Diane K., and Alisha J. 2008.
J. Lab Econ., 14(3) : 394-424. Nonstandard Employment in the
Adenugba AA. 2003. Globalisation and trade Nonmetropolitan United States. Rural
unionism in Nigeria: A case study of the Sociology 73 (4) : 631–659.
Nigerian Labour Congress (NLC), A Ph.D. National Bureau of Statistics. 2009. Social
Pre- field Seminar Paper Presented to the Statistics in Nigeria. Abuja : The NBS
Dept. of Socio., Uni. of Ibadan, Nigeria. Publication.
Adewumi F. 2008. Globalisation, Labour National Bureau of Statistics. 2010. Statistical
Standards and the Challenge of Decent News: Labour Force Statistics Abuja: The
Work in Nigeria. A paper presented at a NBS Publication, p. 476.
Lecture organized by the MIPRSA, Socio. Ogundare G, and Elijah S. 2011. The Oriental
Dept., Uni. of Ibadan, Nigeria. Ambush. National Standard, Feb. 10(5) : 17-
Awogbenle AC, Iwuamadi KC. 2010. Youth 21.
Unemployment: Entrepreneurship Okafor, Emeka E. 2011. Emerging Nonstandard
Development Programme As An Employment Relations And Implications For
Intervention Mechanism. Afr. J. Bus. Human Resource ManagementFunctions In
Manage., 4(6) : 831-835. Nigeria. Journal of Business Management
Cremers, Jan. 2010. Non-standard employment Vol.6 (26) : 7612-7621.
relations or the erosion of workers’ rights. Onyeonoru IP. 2004. Globalisation and Trade
Briefing Paper, 23. Solidar. Union Resistance. Afr. J. Psych. Stud. Soc.
Eungi, Andrew., and Innwon Park. 2006. Issues, 7(1): 45-50.
Changing Trends Of Work In South Korea. Onyeonoru IP. 2008. Labour Market in the
Asian Survey, Vol. 46, Issue 3 : 437–456. Context of Economics Sociology: Bringing
Ferber M, Waldfogel J. 1998. The Long-Term Society back to the Economy. Ibad. J. Soc.
Consequences Of Nontraditional Sc. 6(1) : 55-67.
Employment. Mon. Lab. Rev., 121(5) : 3-12. Oyebade SA. 2003. Education and
Gottfried, Heidi. 2008. Pathways to Economic Unemployment of Youths in Nigeria:
Security: Gender and Nonstandard Causes, Impacts and Suggestions. National
Employment in Contemporary Japan. Soc Economic Empowerment Development
Indic Res 88 : 179–196. Strategy (NEEDS) Document, p. 94.
Held, David. 2000. “Regulating Globalization? Richardson S, and Allen J. 2001. Casualisation
The Reinvention Politics”. International Of The Nursing Workforce: A New Zealand
Sociology, 15(2) : 394-408. Perspective On An International
Husni, Lalu. 2014. Pengantar Hukum Phenomenon. Int. J. Nurs. Pract., 7(2) : 104-
Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi 12. 108.
Rajagrafindo Persada : Jakarta. Roger, Jyh-Jer., and Ying-Jung Yvonne. 2013.
Kapsalis, Costa,. and Pierre Tourigny. 2004. Worker Satisfaction Following Employment
Duration Of Non-Standard Employment. Restructuring: Effects of Nonstandard
Perspective, Statistics Canada, Catalogue Workers and Downsizing on Job
No. 75-001-XI. Satisfaction in Taiwan. Soc Indic Res, 110 :
Korea National Statistical Office. 2012. 453–467.
Economically active popula- tion survey. Ross and Bamber JG. 2009. Strategic Choice in
Seoul: Statistics Korea. Pluralist and Unitarist Employment
Lee, Bokim. 2013. Job and Life Satisfaction of Relation Regimes. A Studi of Australian
Nonstandard Workers in South Korea. Telecommunication. Industrial and Labor
Workplace Health and Safety Vol. 61, No. 8. Relation Review.
Li, J., and Chen, H. 2012. Research Report Of Rudolf, Paulus. 2014. Masalah Globalisasi di
Domestic Agency Workers. Beijing : All- Indonesia : Antara Kepentingan, Kebijakan,
China Federation of Trade Unions. dan Tantangan. Jurnal Kajian Wilayah,
Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan Suatu Vol. 5, No. 1 : 67-95
Pengantar. Pradnya Paramita : Jakarta.
Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92 91
Seong, Jee Young . et al. 2016. Work-related
Attitudes of Non-regular and Regular
Workers in Korea : Exploring Distributive
Justice as a Mediator. Development And
Society, Vol. 45, No. 1 : 39-67.
Sihombing, Jonker. 2012. Perlindungan Hukum
Bagi Pekerja Di Indonesia Menurut
Ketentuan Perundang-Undangan Yang
Berlaku. Law Review Volume XII No. 1
Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi
Modern, Perkembangan Pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Uvieghara EE. 2000. Labour Law in Nigeria.
Lagos : Malthouse.
Wang, Xueli., et al. 2014. Transformational
Leadership And Agency Workers’
Organizational Commitment: The
Mediating Effect Of Organizational Justice
And Job Characteristics. Social Behavior
And Personality 42(1) : 25-36.
Winarno, Roni. 2005. Penerapan Prinsip
Demokrasi Ekonomi, Keadilan Dan
Kepastian Hukum Dalam Hukum
Penanaman Modal. Jurnal Perspektif Vol.X
No.4.
Zeytinoglu, Isik U, dan Gordon B. Cooke. 2008.
Non-Standard Employment And Promotions
: A Within Genders Analysis. Journal of
Industrial Relations, 50(2) : 319-33.
http://www.ilo.org/
https://www.bps.go.id/

92 Jurnal AdBispreneur Vol. 2, No. 1, April 2017 Hal. 79-92

You might also like