You are on page 1of 7

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN OKSIGENASI


DAN HEAD UP 30O TERHADAP PERUBAHAN HAEMODINAMIK PADA
PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DAN
DI HIGH CARE UNIT (HCU) RSUD PROF.DR.MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

Tri sejati kartika dewi1), Putra Agina Widyaswara Suwaryo2), Muji Ageng Triyowati3)
1
S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammdiyah Gombong
2
S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammdiyah Gombong
*Email: stikesmuhgombong@yahoo.com
Catatan: Berikan tanda (*) setelah nama, jika merupakan penulis korespondensi dan cantumkan email
(disarankan email institusi)

Abstrak (Times New Roman 11, spasi 1)


Keywords: Background: Head injury is a traumatic disorder of brain function
; accompanied or without interstitial bleeding the brain bleeding. In
Cranial Pressure the world for the incidence of head injuries every year reaches
Head Injury; 500,000 cases of the number above 10% sufferers die before
Oxygenation; Head Up reaching the hospital and more than 100,000 experience disability
300 due to head injury. Head injuries usually involve young people (15-
19 years old) and older adults over 65 years old with the male of
number more often than women.
Objective: Analyzing of nursing care for oxygenation and head up
300 given to clients with head injuries in the Emergency Room and
High Care Unit of the RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital
at Purwokerto.
Method: The method in this study use a descriptive case study
method.
Nursing care results: Nursing problems that arise in these three
patients are cerebral tissue perfusion disorders. The intervention that
will be carried out is head up 30o and oxygenation. From the results
of the implementation, it was found two of the patients experienced
hemodynamic changes such as improvement in blood pressure,
oxygen saturation, and breathing in patients and significant changes
in consciousness during in emergency room and high care unit. This
on action evaluation the secondpatient aged nineteen years old aged
twentyseven years old experienced hemodynamic changes and
awareness, patients aged sixty years old died.
Recommendation: It is expected that the hospital provides a tool to
measure cranial pressure to it knows the severity of bleeding in the
brain and the patient immediately gets the right action according to
the extent of brain bleeding.

5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

1. PENDAHULUAN dengan dilakukan nya tindakan head up


Cedera kepala merupakan suatu 30 derajat dan oksigenasi. Tindakan ini
gangguan yang terjadi pada otak yang efektif terhadap perubahan
dapat mengakibatkan penurunan haemodinamik pada pasien cedera kepala
kesadaran dan ketidakseimbangan (Soemitro, 2011). Tujuan tindakan
haemodinamik (Baehr, 2010). Cedera tersebut adalah agar memperbaiki
kepala merupakan kegawatdaruratan pasokan oksigen ke seluruh tubuh untuk
yang harus segera mendapatkan mencegah terjadinya hipoksia dan
pertolongan yang cermat dan tepat guna hiperkapnia (Hudak & Gallo, 2010).
untuk menurunkan angka kematian dan Memposisikan head up 30 derajat sangat
mencegah terjadinya komplikasi cedera efektif menurunkan tekanan intrakranial
kepala sekunder. Menurut WHO pada tanpa menurunkan nilai CPP, dengan
tahun 2012 menyebutkan bahwa kata lain posisi tersebut tidak merubah
kecelakaan lalu lintas merupakan dan mengganggu perfusi oksigen ke
penyebab kematian urutan kesebelas di serebral dan dapat memperbaiki tingkat
seluruh dunia., 1,2 juta jiwa meninggal kesadaran serta kestabilan hemodinamik
setiap tahunnya. Berdasarkan data di (Setyanegara, 2010).
Amerika pada tahun 2010 terjadi kasus
cedera kepala sebanyak 823 orang per 2. METODE PENELITIAN
100.000 penduduk, dengan mortalitas Penelitian ini menggunakan metode
17.1 per 100.000 penduduk (Center Of studi kasus. Sampel dalam penelitian ini
Disease). menggunakan 3 klien. Analisa data
Di dunia untuk kejadian cedera kepala menggunakan instrumen asuhan
setiap tahunnya mencapai 500.000 kasus keperawatan gadar dan kritis, lembar
dari jumlah diatas 10% penderita observasi, lebar triase dan bedside
meninggal sebelum sampai rumah sakit monitor. Penyajian data ini menggunakan
an lebih dari 100.000 mengalami tekstular.
kecacatan akibat cedera kepala (Depkes,
2012). Berdasarkan angka kejadian 3. HASIL PENELITIAN
cedera kepala di RSUD Prof. Dr. a. Pasien 1
Margono Soekarjo Purwokerto Tn. H berusia 60 tahun alamat
mendapatkan hasil bahwa selama bulan Tasikmalaya, pasien meupakan
Mei hingga Juli tahun 2018 berjumlah pasien kecelakaan lalu lintas rujukan
5006 orang yang mengalami cedera dari rumah sakit Tasikmalaya dengan
kepala dari ringan hingga berat, dari diagnosa ICH, fraktur femur sinistra,
jumlah tersebut 428 pasien cedera kepala dan CKB. Pasien datang ke IGD
masuk ke ruang HCU (High Care Unit). rumah sakit Margono Soekarjo
Tujuan utama pengelolaan pasien Purwokerto dengan penurunan
cedera kepala adalah mengoptimalkan kesadaran. Pasien merupakan post
pemulihan cedera kepala primer dan kecelakaan lalu lintas. Pasien datang
mencegah terjadinya cedera kepala dalam keadaan kesadaran sopor
sekunder. Proteksi otak adalah dengan GCS E1M3V1. Berdasarkan
serangkaian tindakan yang dilakukan pengkajian didapatkan data objektif
dengan tujuan mencegah atau Ciculation : keadaan umum pasien
mengurangi keruskaan sel-sel otak akibat buruk, kesadaran pasien sopor
iskemia. Iskemia adalah suatu gangguan dengan GCS E1M3V1, TD 156/106
hemodinamik yang dapat menyebabkan mmHg, N 100x/m, s 36,6 C, saturasi
penurunan aliran darah otak sampai oksigen 96%, terdapat luka pada
kesuatu tingkat yang akan menyebabkan kepala dan ada hematoma. Mengacu
kerusakan otak yang ireversibel. Metode dari diagnosa keperawatan Nanda
dasar yang dilakukan untuk 2018 dapat dirumuskan masalah
membebaskan jalan nafas dan mencegah keperawatan ketidakefektifan perfusi
terjadinya kematian sel otak yaitu jaringan cerebal berhubungan dengan

6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

cedera otak. Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan


tindakan oksigenasi dan head up keperawatan oksigenasi dan head up
selama 8 jam didapatkan data bahwa didapatkan data objektif masih
keadaan umum pasien msih buruk, terjadi penurunan kesadaran, keadaan
dengan tingkat kesadaran masih tetap umum masih buruk, dengan GCS
dengan kesadaran sopor E1M3V1, E1M3V2, muntah (-), akral masih
TD : 110/85 mmHg N 98x/emnit, RR teraba hangat, pupil isokor
24 x/menit, akral teraba hangat, CRT 2mm/2mm, reaktiv terhadap cahaya
<2detik, hasil Ct-Scan terdapat +/+, terdaat hematoma (+), udim
perdarahan pada intracranial. palpebra dan terdapat luka pada mata
Sehingga masalah keperawatan kiri. Sehingga masalah keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral belum teratasi. Untuk serebral belum teratasi. Untuk tindak
rencana tindak lanjut keperawatan lanjut selanjutnya adalah lanjutkan
yaitu lanjutkan intervensi dengan intervensi dengan melakukan
melakukan monitor keadaan umum, pemantauan kesadaran, pantau GCS,
memonitor kesadaran, memonitor panatau ukuran pupil, monitor
GCS, monitor hemodinamik, hemodinamik, pertahankan posisi
pertahankan posisi head up 30º, head up 30C. selanjutnya pasien
pertahankan pemberian oksigenasi dilanjutkan perawatannya diruang
dan kolaborasi pemberian manitol, HCU. Selama perawatan di ICU
anjurkan keluarga untuk kemudian dilakukan evaluasi bahwa
mendampingi pasien dan data objektif didapatkan kesadaran
mengajaknya berkomunikasi, serta pasien mulai membaik, menjadi
pindah rawat ke ruang HCU. Setelah somnolen, pasien masih terlihat
dilakuakn perawatan di ruang HCU gelisah, pasien meracau saat bicara,
dan dilakukan tindakan oksigenasi pupil anisokor 2 mm/ 2mm, reactive
dan head up jam 23.00 pasien terhadap cahaya +/+, muntah (-),
dinyatakan meninggal. mendapat cairan monitol (+),
pernafasan dibantu dengan NRM 9
b. Pasien 2 lpm, akral teraba hangat. Untuk
Sdr. A berusia 35 tahun alamat planning tindakan keperawatannya
Banyumas, pasien merupakan pasien adalah observasi haemodinamik,
kecelakaan lalu lintas datang dengan pertahankan posisi head up dan
penurunan kesadaran. Selanjutnya pertahnakn pemberian oksigenasi.
berdasarkan hasil pengkajian yang
sudah dilakukan sesuai dengan data c. Pasien 3
secara subjektif (-) dan secara Ny.Y berusia 27 tahun berjenis
objektif bahwa pasien mengalai kelamin perenpuan datang rujukan
penurunan kesadaran dengan dari RSUD Tasikmalaya, saat datang
kesadaran sopor GCS E1M3V2, TD pasien mengalami peburunan
110/60 mmHg, N 90x/m, s 36,5 C, kesadaran post kecelakaan lalu lintas
terdapat luka pada wajah dan mata, Pasien sempat muntah (+), kejang (-).
terdapat hematom (+), luka didada Setelah dilakukan pengkajian secara
dan sekitar leher, udim palpebra pada objektif pasien mengalami penurunan
mata kanan dan luka pada mata kiri, kesadaran dengan GCS E2M5V2,
muntah (+). Berdasarkan data diatas pasien post kecelakaan lalu lintas,
dan mengacu dari diagnosa terjadi perdarahan pada telinga
keperawatan Nanda 2018 dapat sebelah kiri, kesadaran pasien sangat
dirumuskan masalah keperawatan gelisah dan kesadaran pasien
yang muncul adalah ketidakefektifan somnolen, akral teraba dingin,
perfusi jaringan serebral conjunctiva anemis, CRT <2 detik,
berhubungan dengan cedera otak. TD 150/102 mmHg, N 100 x/m,

5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

muntah (+), kejang (-), hasil ct scan berdasarkan tiga parameter yaitu : eye
bahwa terdapat subdural hematoma opening (buka mata), motor response
sehingga masalah keperwatan yang (respon motorik) dan verbal response
muncul adalah ketifakefektifan (respon verbal). Berdasarkan nilai dari
perfusi jaringan serebral ketiga parameter tersebut, maka cedera
berhubungan dengan cidera otak kepala dibagi menjadi : cedera kepala
selanjutnya untuk mengatasi masalah ringan (mild head injury) GCS 14-15,
tersebut dilakukan tindakan cedera kepala sedang (moderate head
oksigenasi an head up 30 derajat dan injury) GCS 9-13 dan cedera kepala berat
kemudia dilakukan evaluasi secara (severe head injury) GCS 3-8 (Susan,
objektif bahwa pasien masih B., & Stillwell, 2011). Cedera otak
mengalami penurunan kesadaran, dapat secara primer langsung
belum ada perubahan kesadaran, mengakibatkan kerusakan permanen
dengan GCS E2M2V2, muntah (-), neuron, atau tersumbatnya pembuluh
terapi ranitidine 20 mg (+), CRT <2 darah otak yang menyebabkan iskemia
detik, akral sudah teraba hangat, secara langsung.
ottorea (+) pada telinga kiri, gelisah Cedera otak sekunder merupakan
(+), TD 130/89 mmHg, MAP 110 cedera yang terjadi setelah cedera otak
mmHg, N 96 x/m, RR 24 x/m, primer, penyebabnya bisa sistemik atau
saturasi oksigen 99%, suhu 36,7 C. intrakranial. Penyebab sistemik adalah :
sehingga masalah keperawatan hipoksia, hiperkapnia, hipotensi, anemia,
belum teratasi sehingga tindak hiperglikemia, hiponatremia dan osmotic
lanjurnya adalah observasi kesadaran imbalance, hipertermia, sepsis,
pasien dan haemodinamik pasien, koagulopati dan hipertensi. Penyebab
pertahankan pemberian oksigenasi intrakranial adalah : hematoma
dan head up 30 derajat dan intrakranial, peningkatan ICP
dilanjutkan perawatan diruang HCU. (intrcranial pressure), edema serebral,
Selama perawatan diruang HCU vasospasme serebral, infeksi intrakranial,
kemudian dilakukan evaluasi bahwa hiperemi serebral (Ratnasari, 2015).
data objektif pasien masih mengalai Tujuan utama pengelolaan cedera kepala
penurunan kesadaran, kesadaran adalah mengoptimalkan pemulihan dari
pasien masih somnolen dengan GCS cedera kepala primer dan mencegah
E2M4V2, muntah (-), reflek batuk terjadinya cedera kepala sekunder. Hal
(+), akral teraba hangat, masih ini memerlukan optimalisasi keadaan
terposisi head up 300C, CRT <2 sistemik untuk metabolisme energi otak
detik, TD 132/97 mmHg, MAP 88 dan cerebral perfusion pressure (CPP)
mmHg, N 104 x/m, teradapat dan normalisasi intracranial pressure
hematoma dan ada perdarahan (ICP).
telinga (ottorhea). Sehingga diagnosa Inovasi mandiri keperawatan yang
keperawatan belum teratasi, untuk dilakukan adalah dengan melakukan
tindakan selanjutnya adalah tindakan oksigenasi dengan
pertahankan posisi head up, menggunakan NRM dan head up 300
pertankan pemberian oksigenasi, yaitu dengan meninggikan tempat tidur
observasi tingkat kesadaran. untuk memberikan pasokan oksigen yang
cukup untuk otak dan mencegah
4. PEMBAHASAN terjadinya PTIK pada pasien dengan
Pemeriksaan utama yang perlu cedera kepala sedang. Tindakan tersebut
dilakukan pada pasien cedera kepala berfungsi untuk memberikan tambahan
dengan perdarahan otak adalah dengan pasokan oksigen ke dalam sel dan
melakukan pemeriksaan kesadaran jaringan otak untuk mencegah terjadi
dengan menggunakan GCS. Glasgow kematian atau iskemik sel otak akibat
Coma Scale (GCS) digunakan untuk hipoksia.
pemeriksaan neurologis secara kuantittif

6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Head up 300 adalah suatu tindakan b. Diagnosa keperawatan yang muncul


dimana tradisional yang sering dilakukan pada klien cedera kepala yaitu
dengan menaikkan posisi kepala adalah ketidakefektifan perfusi jaringan
upaya untu menurunkan ICP masih serebral yang berhubungan dengan
belum disetujui dan masih mnjadi bahan cedera otak karena adanya
perdebatan. Perubahan posisi sering peningkatan tekanan intra kranial.
berfokus pada nilai ICP dan tidak c. Rencana asuhan keperawatan yaitu
memperhatikan penurunan artery blood memberikan terapi oksigen dan
presure yang terjadi pada tingkat head up 30º.
sirkulasi cerebral pada pasien yan d. Implementasi yang dilakukan pada
dilakukan head up 300. Sehingga klien dengan masalah keperawatan
pengukuran langsung atau pengkajian ketidakefektifan perfusi jaringan
tidak langsung CPP untuk menemukan serebral yaitu dengan memberikan
posisi yang tepat untuk optimal CPP paa terapi oksigen menggunakan NRM
pasien cedera kepala perlu diperhatikan dan memposisikan head up 30º.
untuk mendapatkan dan mempertahankan e. Evaluasi dari tindakan dengan
suplai oksigen secara lancar (Noor K, memberikan terapi oksigenasi dan
2014). memposisikan dengan head up 30º
Sehingga dengan melakukan tindakan yang sudah dilakukan menunjukkan
head up 300 akan mengurangi PTIK, dan bahwa terdapat perbaikan kondisi
akan mempengaruhi dinamika baik dari kesadaran pasien,
serebrovaskular pada pasien dewasa dan peningkatan saturasi, dan perbaikan
akan memeuhi kebutuhan oksigen hemodinamik.
kedalam otak. Secara teoritis, posisi f. Hasil analisis posisi head up 30º
terlentang dengan di sertai head up dapat menurunkan PTIK,
menunjukkan aliran balik darah dari memperbaiki kesadaran,
bagian inferior menuju ke atrium kanan meningkatkan nilai saturasi oksigen,
cukup baik karena resistensi pembuluh dan memperbaiki hemodinamik
darah dan tekanan atrium kanan tidak pada pasien.
terlalu tinggi, sehingga volume darah
yang masuk (venous return) ke atrium 6. SARAN
kanan cukup baik dan tekanan pengisian a. Institusi Pelayanan Kesehatan
ventrikel kanan (preload) meningkat, (Rumah Sakit)
yang dapat mengarah ke peningkatan Hasil karya tulis ini diharapkan
stroke volume dan cardiac output. Pasien dapat menjadi bahan masukkan
diposisikan head up 300 akan kepada pihak rumah sakit untuk
meningkatkan aliran darah diotak dan memberikan pelayanan kesehatan
memaksimalkan oksigenasi jaringan dan mempertahankan hubungan
serebral (Suwandewi, 2017). kerjasama yang baik antara tim
kesehatan dan klien sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayaan asuhan
keperawatan yang optimal demi
5. KESIMPULAN kenyamanan dan kesembuhan klien
a. Hasil pengkajian klien dengan terutama emergency tentang cedera
cedera kepala sedang hingga berat kepala sedang hingga berat.
klien mengalami penurunan b. Bagi tenaga Kesehatan
kesadaran, adanya papil edema, Hasil karya tulis ini diharapkan para
terdapat hematoma, muntah, perawatan berkoordinasi dengan tim
ketidakstabilan saturasi dan kesehatan lainnya dalam
hemodinamik. Selain itu bacaan ct memberikan asuhan keperawatan
scan menunjukkan adanya pada klien agar maksimal dalam
perdarahan subdural dan penyembuhan klien cedera kepala
intracranial. dan mencegah terjadinya cedera

5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

kepala sekunder serta dan


diharapkan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang
koperhensif dan profesional.
c. Bagi keluarga
Diharapkan keluarga mampu
mengetahui dan memahami penyakit
cedera kepala dan mengetahui cara
penangan yang baik kepada pasien
dengan cedera kepala serta
memberikan dukungan dan motivasi
kepada pasien guna mempercepat
penyembuhan pasien.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk dapat melakukan
penelitian yang sama dengan jumlah
klien yang lebih banyak dan memiliki
tingkat perdarahan yang beragam agar
lebih mengetahui efektifitas tindakan
oksigenasi dan head up 300 terhadap
perbaikan kondisi dan kesadaran
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Baehr, M. (2010). Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta: EGC.

Depkes. (2012). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Noor, K. (2014). Efektivitas Pemberian Oksigen Melalui Masker Biasa Dibandingkan Dengan
Nasal Kanul Dengan Mengukur Saturasi Oksigen (SpO2) Pada Pasien Cedera Kepala
Ringan Dan Sedang Di Ruang IGD RSUD Ulin Banjarmasin.

Ratnasari. (2015). Hubungan Penanganan Oksigenasi Pasien Gawat Dengan Peningkatan


Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien Cedera Otak Sedang Di IGD RSUD DR Abdoer
Rahem Situbondo . Jurnal Keperawatan Fikes UMJ .

Setyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soemitro, D. (2011). Sipnopsis Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: CV Sagung Seto.

Pasien Cedera Kepala di RSUD.


journal.umbjm.ac.id/index.php/health
Susan, B., & Stillwell. (2011). Pedoman y.
keperawatan kritis. Edisi: 3. Jakarta:
EGC. WHO. (2012). Cedera Kepala. New York.

Suwandewi, A. (2017). Pengaruh Pemberian


Oksigen Melalui Masker Sederhana
dan Posisi Kepala 30º Terhadap
Perubahan Tingkat Kesadaran Pada

6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

You might also like