Professional Documents
Culture Documents
Tri sejati kartika dewi1), Putra Agina Widyaswara Suwaryo2), Muji Ageng Triyowati3)
1
S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammdiyah Gombong
2
S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammdiyah Gombong
*Email: stikesmuhgombong@yahoo.com
Catatan: Berikan tanda (*) setelah nama, jika merupakan penulis korespondensi dan cantumkan email
(disarankan email institusi)
5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
muntah (+), kejang (-), hasil ct scan berdasarkan tiga parameter yaitu : eye
bahwa terdapat subdural hematoma opening (buka mata), motor response
sehingga masalah keperwatan yang (respon motorik) dan verbal response
muncul adalah ketifakefektifan (respon verbal). Berdasarkan nilai dari
perfusi jaringan serebral ketiga parameter tersebut, maka cedera
berhubungan dengan cidera otak kepala dibagi menjadi : cedera kepala
selanjutnya untuk mengatasi masalah ringan (mild head injury) GCS 14-15,
tersebut dilakukan tindakan cedera kepala sedang (moderate head
oksigenasi an head up 30 derajat dan injury) GCS 9-13 dan cedera kepala berat
kemudia dilakukan evaluasi secara (severe head injury) GCS 3-8 (Susan,
objektif bahwa pasien masih B., & Stillwell, 2011). Cedera otak
mengalami penurunan kesadaran, dapat secara primer langsung
belum ada perubahan kesadaran, mengakibatkan kerusakan permanen
dengan GCS E2M2V2, muntah (-), neuron, atau tersumbatnya pembuluh
terapi ranitidine 20 mg (+), CRT <2 darah otak yang menyebabkan iskemia
detik, akral sudah teraba hangat, secara langsung.
ottorea (+) pada telinga kiri, gelisah Cedera otak sekunder merupakan
(+), TD 130/89 mmHg, MAP 110 cedera yang terjadi setelah cedera otak
mmHg, N 96 x/m, RR 24 x/m, primer, penyebabnya bisa sistemik atau
saturasi oksigen 99%, suhu 36,7 C. intrakranial. Penyebab sistemik adalah :
sehingga masalah keperawatan hipoksia, hiperkapnia, hipotensi, anemia,
belum teratasi sehingga tindak hiperglikemia, hiponatremia dan osmotic
lanjurnya adalah observasi kesadaran imbalance, hipertermia, sepsis,
pasien dan haemodinamik pasien, koagulopati dan hipertensi. Penyebab
pertahankan pemberian oksigenasi intrakranial adalah : hematoma
dan head up 30 derajat dan intrakranial, peningkatan ICP
dilanjutkan perawatan diruang HCU. (intrcranial pressure), edema serebral,
Selama perawatan diruang HCU vasospasme serebral, infeksi intrakranial,
kemudian dilakukan evaluasi bahwa hiperemi serebral (Ratnasari, 2015).
data objektif pasien masih mengalai Tujuan utama pengelolaan cedera kepala
penurunan kesadaran, kesadaran adalah mengoptimalkan pemulihan dari
pasien masih somnolen dengan GCS cedera kepala primer dan mencegah
E2M4V2, muntah (-), reflek batuk terjadinya cedera kepala sekunder. Hal
(+), akral teraba hangat, masih ini memerlukan optimalisasi keadaan
terposisi head up 300C, CRT <2 sistemik untuk metabolisme energi otak
detik, TD 132/97 mmHg, MAP 88 dan cerebral perfusion pressure (CPP)
mmHg, N 104 x/m, teradapat dan normalisasi intracranial pressure
hematoma dan ada perdarahan (ICP).
telinga (ottorhea). Sehingga diagnosa Inovasi mandiri keperawatan yang
keperawatan belum teratasi, untuk dilakukan adalah dengan melakukan
tindakan selanjutnya adalah tindakan oksigenasi dengan
pertahankan posisi head up, menggunakan NRM dan head up 300
pertankan pemberian oksigenasi, yaitu dengan meninggikan tempat tidur
observasi tingkat kesadaran. untuk memberikan pasokan oksigen yang
cukup untuk otak dan mencegah
4. PEMBAHASAN terjadinya PTIK pada pasien dengan
Pemeriksaan utama yang perlu cedera kepala sedang. Tindakan tersebut
dilakukan pada pasien cedera kepala berfungsi untuk memberikan tambahan
dengan perdarahan otak adalah dengan pasokan oksigen ke dalam sel dan
melakukan pemeriksaan kesadaran jaringan otak untuk mencegah terjadi
dengan menggunakan GCS. Glasgow kematian atau iskemik sel otak akibat
Coma Scale (GCS) digunakan untuk hipoksia.
pemeriksaan neurologis secara kuantittif
6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
5
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2012). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Noor, K. (2014). Efektivitas Pemberian Oksigen Melalui Masker Biasa Dibandingkan Dengan
Nasal Kanul Dengan Mengukur Saturasi Oksigen (SpO2) Pada Pasien Cedera Kepala
Ringan Dan Sedang Di Ruang IGD RSUD Ulin Banjarmasin.
6
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong