You are on page 1of 13

LAPORAN KASUS

LITERATURE REVIEW: EFEKTIVITAS SUCTIONING PADA


PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA BERAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Laboratorium Klinik


Keperawatan Gawat Darurat yang Diampu oleh
Ns. Essy Sonontiko Sayekti, S. Kep

Disusun Oleh:
1. Fina Metika (2016.02.014)
2. Imam Nur Fauzi (2016.02.016)
3. Rima Ambarwati (2016.02.072)
4. Siska Rosita (2016.02.037)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020
LAPORAN KASUS
LITERATURE REVIEW: EFEKTIVITAS SUCTIONING PADA
PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA BERAT
Fina Metika1, Imam Nur Fauzi2. Rima Ambarwati3, Siska Rosita4
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Banyuwangi
Jalan Letkol Istiqlah N0. 109, Penataban, Banyuwangi, Jawa Timur

ABSTRACT
Background: Every year, more than 2 million people suffer head injuries, 75,000
of them die and more than 100,000 people survive with disabilities or disabilities.
Head injuries are open and closed injuries that occur due to skull fractures,
cerebral concussions, cerebral bruising, subarachnoid lesions and cerebral
hemorrhage, subdural, epidural, intracerebral, brain stem.
Clinical Presentation: In this case report, a 30-year-old man came to the
emergency room at RSUD Genteng with a single motorcycle accident while
leaving for work. At the history, the patient experienced a decrease in GCS
awareness 1.1.1. There is a hematoma on the head, raccoon eyes in both eyes,
discharge from the nose and ear, lots of fluid and blood in the patient's mouth,
gurgling breath sounds, TD 100/60 mmHg, pulse 72x / minute, temperature 37.6 °
C, RR 32x / minute. Physical examination of symmetrical chest movements, no
retraction of chest muscles, CRT <2 seconds, cold acral, unisochore pupils, many
abrasion wounds throughout the body, SaO2 90%. A CT scan has a subdural
hematoma.
Conclusion: 30-year-old man with a diagnosis of severe head injury caused by a
head collision in a single motor accident. Decreased GCS awareness 1.1.1. There
are rhinorrhea and othorhea as well as a collection of blood in the mouth that
results in gurgling sounds. Rapid and shallow breathing rhythms. Head CT scan
results obtained subdural hematoma. The focus in this case is the importance of
initial suction and supplemental oxygen administration.
Keywords: Severe Head Injury, Suction, Oxygen Sturility, Hypoxemia
ABSTRAK
Latar Belakang: Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala,
75.000 diantaranya meninggal dan lebih dari 100.000 orang selamat dengan
disabilitas atau kecacatan. Cedera kepala adalah cedera terbuka dan tertutup yang
terjadi karena fraktur tengkorak, gegar serebri, memar serebri, leserasi dan
perdarahan serebral subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral, batang otak.
Presentasi Klinis: Pada laporan kasus ini, seorang laki-laki berusian 30 tahun
datang ke UGD RSUD Genteng dengan kecelakaan motor tunggal saat berangkat
kerja. Saat anamnesis, pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 1.1.1.
Terdapat hematoma di kepala, raccoon eyes kedua mata, keluar cairan dari hidung
dan telinga, banyak cairan dan darah di mulut pasien, suara nafas gurgling, TD
100/60 mmHg, Nadi 72x/menit, suhu 37,6°C, RR 32x/menit. Pemeriksaan fisik
gerakan dada simetris, tidak ada retraksi otot dada, CRT <2 detik, akral dingin,
pupil unisokor, banyak luka abrasion di seluruh tubuh, SaO2 90%. CT-scan
didapatkan subdural hematoma.
Kesimpulan: Laki-laki usia 30 tahun dengan diagnosa cedera kepala berat yang
disebabkan oleh benturan kepala post kecelakan motor tunggal. Terjadi penurunan
kesadaran GCS 1.1.1. Terdapat rhinorrhea dan othorhea serta kumpulan darah di
mulut yang mengakibatkan suara gurgling. Irama napas cepat dan dangkal. Hasil
CT Scan kepala didapatkan hematoma subdural. Fokus pada kasus ini adalah
pentingnya tindakan awal suction dan pemberian oksigen tambahan.
Kata Kunci: Cedera Kepala Berat, Suction, Sturasi Oksigen, Hipoksemia

PENDAHULUAN menunjukkan sebesar 90% trauma


Kasus trauma merupakan terjadi di negara berkembang.
salah satu penyebab kematian Kematian akibat kecelakaan lalu
terbesar di dunia (Putra dkk, 2016). lintas diperkirakan meningkat 83% di
Ribuan orang meninggal karena negara berkembang pada tahun 2000-
trauma tiap tahunnya. Kasus trauma 2020, dan kasus yang paling banyak
banyak terjadi di negara berkembang adalah cedera kepala (Salim, 2015).
dan atau negara dengan pendapatan Tingginya tingkat mobilitas dan
rendah. Survei yang dilakukan kurangnya kesadaran untuk menjaga
keselamatan menjadi penyebab atau severe head injury (GCS 3-8)
banyaknya cedera tersebut terjadi. (Agus dkk, 2017).
Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang Cedera kepala menimbulkan
mengalami cedera kepala, 75.000 kelainan struktural dan atau
diantaranya meninggal dan lebih dari fungsional pada jaringan otak,
100.000 orang selamat dengan bahkan dapat mengganggu kesadaran
disabilitas atau kecacatan (Saadat & serta menimbulkan kerusakan
Soori, 2010). kemampuan kognitif dan fisik. Salah
Cedera kepala adalah cedera satu kelainan yang ditimbulkan dari
terbuka dan tertutup yang terjadi cedera kepala adalah terjadinya
karena fraktur tengkorak, gegar fraktur basis cranii. Fraktur basis
serebri, memar serebri, leserasi dan kranii adalah trauma pada dasar
perdarahan serebral subarakhnoid, tengkorak atau basis kranii bisa
subdural, epidural, intraserebral, terjadi secara langsung maupun tidak
batang otak. Klasifikasi cedera langsung, sehingga ada beberapa
kepala berdasarkan Glasgow Coma fraktur basis kranii yang terjadi
Scale (GCS), adalah suatu skala sebagai akibat jejas lokal. Trauma
dengan menilai respon pasien langsung biasanya terjadi di daerah
terhadap rangsangan yang diberikan oksipital, mastoid, supraorbital,
dengan memperhatikan tiga reaksi sedangkan yang tidak langsung
yang terdiri dari reaksi membuka biasanya terjadi pada wajah yang
mata (Eye (E)), respon motorik (M), selanjutnya kekuataan tenaganya
dan respon verbal (V). Hasil dihantarkan melalui tulang-tulang
pemeriksaan kesadaran berdasarkan wajah atau rahang bawah. Kebocoran
GCS disajikan dalam simbol (EMV), cairan serebro spinal menandakan
selanjutnya nilai-nilai tersebut adanya duramater yang robek,
dijumlahkan. GCS membagi tingkat namun sebaliknya tidak semua fistula
keparahan cedera kepala menjadi atau dura yang robek menimbulkan
cedera kepala ringan atau mild head kebocoran cairan serebro spinal
injury (GCS 14-15), cedera kepala (Greenberg MS, 2010).
sedang atau moderate head injury Pusat Pengendalian Penyakit
(GCS 9-13) dan cedera kepala berat atau The Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), terjadi di Amerika Serikat
memperkirakan 1,7 juta orang merupakan masalah kesehatan
dengan cedera kepala, sebanyak masyarakat yang signifikan. Insiden
52.000 meninggal, 275.000 dirawat ini menunjukkan kebutuhan untuk
di rumah sakit dan 1.365.000 perawatan dan pelayanan rehabilitatif
(hampir 80%) dalam keadaan darurat yang komprehensif untuk
serta dirawat di Instalasi Gawat memaksimalkan pasien cedera
Darurat atau IGD (Marx, kepala terhindar dari disabilitas
Hockbergem & Walls, 2014). (Anbesaw et al, 2012).
Kasus cedera kepala menjadi Perkiraan outcome setelah
kasus cedera yang paling beresiko terjadinya cedera kepala merupakan
menyebabkan kematian dan suatu masalah yang sangat penting
kecacatan permanen pada pasien. untuk menentukan efek jangka
Data World Health Organization panjang paska cedera 3 bulan sampai
(WHO) tentang cedera kepala dengan 6 bulan. Evaluasi outcome
menunjukkan 40-50% mengalami fungsional setelah keluar dari rumah
kecacatan permanen atau disabilitas. sakit pada pasien cedera kepala
Oleh karena itu, seseorang yang menjadi bagian penting dalam suatu
datang ke rumah sakit dengan cedera program rehabilitasi. Evaluasi juga
kepala membutuhkan penanganan menjadi langkah terbaik untuk
yang cepat dan tepat agar pasien mengukur keefektifan pengobatan
terhindar dari kecacatan dan dan harus sebanding dengan biaya
kematian (Qureshi et al, yang telah dikeluarkan (Thais et al,
2013).Angka kejadian kecacatan atau 2014). Pelayanan keperawatan di
disabilitas sebagai outcome pada Instalasi Gawat Darurat (IGD)
pasien cedera kepala di Amerika merupakan tahap awal proses
mencapai 5,3 juta orang. Outcome keperawatan yang diberikan oleh
merupakan keadaan pasien paska perawat kepada pasien yang masuk
cedera setelah mendapatkan dengan kondisi yang dialami, yang
penanganan medis di rumah sakit. mengancam kehidupan dan terjadi
Disabilitas yang terjadi yaitu 1 tahun secara mendadak serta tidak dapat
setelah cedera. Disabilitas yang dikendalikan. Seorang perawat
memiliki tanggung jawab untuk sehingga pasien bisa kembali dalam
menetapkan diagnosis keperawatan kondisi sehat dan meningkatkan
dan manajemen respon pasien dan kualitas hidupnya.
keluarga terhadap kondisi kesehatan Dalam laporan kasus ini
yang sedang dialami. Perawat harus dipaparkan sebuah kasus dengan
memiliki kemampuan, ketrampilan, diagnosis akhir Cedera Kepala Berat.
teknik dan ilmu pengetahuan yang Pembahasan kasus ini akan dititik
tinggi dalam memberikan beratkan pada intervensi utama yang
pertolongan kegawat daruratan diberikan pada pasien cedera kepala
kepada pasien. Hasil akhir dari berat dengan bersihan jalan napas
semua tindakan yang dilakukan oleh tidak efektif.
perawat tersebut adalah agar pasien
selamat dan mampu beraktifitas ILUSTRASI KASUS
kembali seperti biasa. Seorang laki-laki berusian 30
Proses evaluasi dilakukan tahun datang ke UGD RSUD
secara bertahap, mulai dari pasien Genteng tanggal 13 April 2020 jam
keluar dari IGD, pasien masuk ruang 07:00 dengan kecelakaan motor
perawatan, dan pasien dinyatakan tunggal saat berangkat kerja. Saat
boleh pulang yang dilanjutkan anamnesis, pasien mengalami
perawatan di rumah, kurang lebih 3-6 penurunan kesadaran GCS 1.1.1.
bulan atau 1 tahun. Identifikasi Terdapat hematoma di kepala,
pasien keluar dari IGD bisa raccoon eyes kedua mata, keluar
digunakan sebagai indikator awal cairan dari hidung dan telinga,
dalam menentukan outcome pasien banyak cairan dan darah di mulut
untuk jangka panjang, terutama pada pasien, suara nafas gurgling, TD
kasus neurologi seperti cedera 100/60 mmHg, Nadi 72x/menit, suhu
kepala. Data outcome pasien cedera 37,6°C, RR 32x/menit.
kepala bisa menjadi dasar atau acuan Pada saat pemeriksaan fisik,
oleh perawat untuk menilai kondisi gerakan dada simetris, tidak ada
kesehatan pasien cedera kepala pada retraksi otot dada, CRT <2 detik,
saat itu, kemudian menentukan jenis akral dingin, pupil unisokor, banyak
tindakan yang tepat dan cepat, luka abrasion di seluruh tubuh, SaO2
90%. Pemeriksaan penunjang CT- sewaktu (GDS) 166 mg/dL, Natrium
scan didapatkan subdural hematoma 147 mmol/L, Kalium 3,60 mmol/L,
dengan tebal 1,4 cm, volume 39,75 klorida 105 mmol/L. Keluarga pasien
mL di regio fronto-temporo-parietal menyangkal pasien memiliki riwayat
kiri mendesak ventrikel lateralis kiri penyakit menular dan menurun.
menyebabkan pergeseran garis Pasien tidak memiliki riwayat alegi
tengah sejauh 1,4 cm ke kanan. baik makanan atau obat, pasien tidak
Minimal SAH frontalis kanan-kiri, mengonsumsi obat-obatan sebelum
perdarahan kontusional frontal kejadian, makan minum terakhir
kanan, edema serebri, perdarahan pada saat sarapan dengan sup dan teh
sinus maksilaris bilateral dan frontal hangat.
kiri. Pemeriksaan foto polos leher AP Pada saat di UGD pasien
dan lateral serta foto polos dada, segera dilakukan tindakan
tidak didapatkan kelainan. penghisapan cairan darah dengan
Pemeriksaan elektrokardiografi suction, posisi kepala head up 30°
didapatkan irama sinus 72x/menit dan diberikan oksigen tambahan
dengan occational paroxysmal dengan menggunakan bag valve
ventricular contraction. mask beserta reservoir 8 Lpm setelah
Pemeriksaan laboratorium suctioning. Pasien mendapatkan
didapatkan Hb 14,6 g/dL, leukosit terapi injeksi Citicolin 2×500 mg,
40.000/mm3, hematokrit 44,3%, injeksi Ranitidin 2×1, injeksi
trombosit 395.000/mm3, masa Piracetam 2×3 g, injeksi
perdarahan 2 menit, masa Mecobalamin 1×1, injeksi
pembekuan 11 menit, masa Metilprednisolon 4×125, injeksi
protrombin 10,7 detik,INR 0,97, Ketorolac 2×30, injeksi
APTT 29,6 detik, SGOT 33U/L, Ondancentron 3×1, injeksi
SGPT 30 U/L, ureum 27 mg/dL, Ciprofloxacyn 2×500.
kreatinin 0,88 mg/dL, gula darah
Hasil CT-Scan: Subdural Hematoma

Perdarahan Subdural Fronto temporoparietal kiri

Perdarahan Subdural frontotemporoparietal Kiri

PEMBAHASAN reservoir 8 Lpm setelah suctioning.


Pasien dalam kasus ini Fokus keperawatan dalam kasus ini
mengalami cedera kepala berat adalah masalah bersihan jalan napas
dengan akumulasi darah di mulut, yang tidak efektif berhubungan
hidung, dan telinga. Mengalami dengan akumulasi cairan (darah).
penurunan kesadaran. Terdengar Hal ini dikaitkan dengan
suara gurgling serta napas cepat dan penelitian yang dilakukan oleh
dangkal sebanyak 32x/menit. Pasien Kristiana, dkk (2017) tentang
mendapatkan tindakan penghisapan efektivitas suction terhadap upaya
darah dengan suction dan pembebasan jalan napas pada pasien
mendapatkan oksigen tambahan cedera kepala. Hasil penelitiannya
dengan bag valve mask beserta menunjukkan bahwa sebelum
dilakukan suction saturasi oksigen dapat menurunkan angka kejadian
pasien cedera kepala berat dengan hipoksemia akibat suction sebesar 32
nilai terendah yaitu 90% dan nilai %, sedangkan tindakan
tertinggi yaitu 97%. Setelah hiperoksigenasi yang dilakukan
dilakukan suction saturasi oksigen sebelum dan setelah suctioning dapat
dengan nilai terendah yaitu 96% dan menurunkan angka kejadian
nilai tertinggi yaitu 100%. Untuk hipoksemia akibat dari suctioning
distribusi data hasil analisa sebesar 49%. Hasil penelitiannya
didapatkan bahwa tindakan suction menunjukkan bahwa Nilai saturasi
efektif terhadap Saturasi oksigen oksigen setelah suctioning pada
pasien dengan penurunan kesadaran tekanan 100 mmHg menunjukkan
sebesar 65%. nilai minimal 98 %, pada tekanan
Hal ini sejalan dengan teori 120 mmHg dengan nilai minimal 96
Nizar et., al (2015), mengenai upaya % dan pada tekanan 150 mmHg
Suction merupakan suatu cara untuk menunjukkan nilai minimal 95 %.
mengeluarkan sekret dari saluran Pemberian terapi oksigen
nafas dengan menggunakan kateter pada pasien cedera kepala berat
yang dimasukkan melalui hidung merupakan hal yang penting guna
atau rongga mulut kedalam pharyng mencegah terjadinya hipoksia otak
atau trachea. Penghisapan lendir yang akan menyebabkan kematian
digunakan bila pasien tidak mampu neuron yang dapat terjadi 5 menit
membersihkan sekret dengan awitan hipoksemia (Hendy dkk,
mengeluarkan atau menelan. 2015).
Tindakan penghisapan lendir perlu Selain itu pula terlihat
dilakukan pada pasien yang semakin besar penggunaan tekanan
mengalami penurunan kesadaran suction yang digunakan pada saat
karena kurang responsif atau yang suctioning maka akan semakin besar
memerlukan pembuangan sekret oral. terjadi penurunan nilai saturasi
Hal ini juga dikaitkan dengan oksigen, hal ini tergambar pada nilai
Penelitian yang dilakukan oleh Oh rata-rata saturasi oksigen setelah
dan Seo (2016), tindakan suctioning pada masing-masing
hiperoksigenasi sebelum suctioning tekanan suction yg digunakan
(Hendy, 2015). Nilai saturasi oksigen setiap suctioning terutama pada
sebelum dan setelah suctioning pada pasien cedera kepala berat yang nilai
tekanan 100 mmHg mengalami saturasinya 97–100%, karena
penurunan hingga 2 %, pada tekanan tekanan suction 100 mmHg hanya
120 mmHg mengalami penurunan dapat menurunkan saturasi oksigen
hingga 4% dan pada penggunaan sebanyak 2 %. Penerapan tekanan
tekanan 150 mmHg mengalami suction 120 mmHg dapat digunakan
penurunan hingga 5 %. pada pasien cedera kepala dengan
Penelitian yang dilakukan saturasi oksigen 99–100%, karena
oleh Cereda et al. (2016), pada pada penggunaan tekanan ini dapat
penggunaan tekanan suction 100 menurunkan saturasi oksigen hingga
mmHg akan menyebabkan 4% dan tekanan suction 150 mmHg
kehilangan volume udara pada paru dapat diterapkan pada saturasi
hingga 1200 ml terutama dengan oksigen 100%, karena pada
menggunakan teknik open suction, penggunaan tekanan ini dapat
demikian pula dengan penelitian menurunkan saturasi oksigen hingga
yang dilakukan oleh Fernandez et al. 5%. Bila terdapat pasien cedera
(2014), bahwa penggunaan tekanan kepala yang mempunyai nilai
suction 150 mmHg dapat saturasi oksigen <95% walaupun
menyebabkan kehilangan udara paru telah dilakukan tindakan
sebesar 1,281 + 656 ml. Semakin hiperoksigenasi dan harus dilakukan
besar tekanan suction maka semakin suctioning karena terdapat mukus
besar jumlah udara yang terisap dari pada saluran nafas, maka dapat
paru-paru, hal ini akan berdampak digunakan tekanan suction 100
pada penurunan jumlah oksigen yang mmHg guna mengevakuasi sekret
akan berdifusi dari alveoli ke kapiler yang ada di saluran nafas juga risiko
paru dan berikatan dengan penurunan saturasi oksigen yang
hemoglobin yang kemudian akan terjadi akibat suctioning dapat
terlihat pada penurunan nilai saturasi seminimal mungkin.
oksigen.
Penerapan tekanan suction
100 mmHg dapat dilakukan pada
KESIMPULAN Berhubungan Dengan
Telah dilaporkan kasus, laki- Outcome Pasien Cedera
laki usia 30 tahun dengan diagnosa Kepala Di Igd Rsud Prof. Dr.
cedera kepala berat yang disebabkan Margono Soekardjo
oleh benturan kepala post kecelakan Purwokerto. Jurnal Ilmiah
motor tunggal. Terjadi penurunan Kesehatan Keperawatan. Vol.
kesadaran GCS 1.1.1. Terdapat 12. No. 3
rhinorrhea dan othorhea serta 3. Saadat, S., & Soori, H. 2010.
kumpulan darah di mulut yang Epidemiology of traffic injuries
mengakibatkan suara gurgling. Irama and motor vehicles utilisation
napas cepat dan dangkal. Hasil CT in Tehran: a populatio-based
Scan kepala didapatkan hematoma study. Academic Journal, 16,
subdural. Fokus pada kasus ini 23
adalah pentingnya tindakan awal 4. Salim, C. 2015. Sistem
suction dan pemberian oksigen Penilaian Trauma. Cermin
tambahan untuk meningkatkan Dunia Kedokteran, 42, 8
saturasi oksigen serta mencegah 5. Greenberg MS. 2010.
terjadinya hipoksia otak yang akan Handbook of Neurosurgery.
menyebabkan kematian neuron yang 7th edition. Canada: Thieme;.
dapat terjadi 5 menit awitan 297-306.
hipoksemia. 6. Marx, J., Hockbergerm, R., &
Walls, R. 2014. Rosen’s
DAFTAR PUSTAKA Emergency Medicine;
1. Agus, dkk. 2017. Concepts and Clinical Practie.
Penatalaksanaan Emergensi Philadelphia: Elsevier
Pada Trauma Saunders.
Oromaksilofasial Disertai 7. Qureshi, J., Ohm, R., Rajala,
Fraktur Basis Kranii Anterior. H., Mabedi, C., Sadr-Azodi,
Majalah Kedokteran Gigi O., Andren-Sandberg, A., &
Indonesia. Vol. 3 No. 2 Charles, A. 2013. Head Injury
2. Putra, dkk. 2016. Analisis Triage In A Sub Saharan
Faktor-Faktor Yang African Urban Population.
International Journal of Jurnal Keperawatan Gsh. Vol.
Surgery, 11(3), 265-269 6. No. 2
8. Anbesaw, S., Eduard, Z., Jean, 12. Nizar et., al. 2015. Pengaruh
L., Ted, M., Paul, J., & Suction Terhadap Kadar
Claudia, S. 2012. Incidence of Saturasi Oksigen Pada Pasien
Long-Term Disability Koma Diruang ICU RSUD Dr
Following Traumatic Brain Moewardi Surakarta.
Injury Hospitalization. United Kemenkes Poltekes Surakarta
States. Journal of Head Trauma Jurusan Keperawatan
Rehabilitaion, 23(2) 13. Oh, H. & Seo, W. 2016. A
9. Thais, M., Cavallazi, G., Meta-analysisof The Effects of
Formolo, D., Castro, L., Various Interventions in
Schmoeller, R., Guarnieri, R, Preventing Endotracheal
Walz, R. 2014. Limited Suction Induced Hypoxemia.
Predictive Power Of Journal of Clinical Nursing,
Hospitalization Variables For Volume 12
Long-Term Cognitive 14. Hendy, dkk. 2015. Analisis
Prognosis In Adult Patients Dampak Penggunaan Varian
With Severe Traumatic Brain Tekanan Suction terhadap
Injury. Journal of Pasien Cedera Kepala Berat.
Neuropsychology, 8, 14 Jurnal Keperawatan. Vol. 3.
10. Kementrian Kesehatan RI. No. 3
2018. Profil Kesehatan 15. Cereda et al. 2016. Closed
Indonesia 2017. Jakarta: System Endotracheal
Kemenkes RI Suctioning Maintains Lung
11. Kristiana, dkk. 2017. Volume During Volume
Efektivitas Suction Terhadap Controlled Mechanical
Upaya Pembebasan Jalan Ventilation. Intensive Care
Napas Pada Pasien Cedera Medicine. Volume 27
Kepala Di Rsud Dr Soediran 16. Fernandez et al. 2014.
Mangun Sumarso Wonogiri. Changes in Lung Volume with
Threesystems of Endotracheal
Suctioning With and Without
Preoxygenation in Patients
With Mild to Moderate Lung
Failure. Intensive Care
Medicine Volume 30

You might also like