You are on page 1of 12

8

Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak


Mengurangi Tindak Kekerasan
The Role of Family and Community
on Reducing Violence against Children

Ani Mardiyati
Balai Besar Peneliitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta.
Jl. Kesejahteraan Sosial No.1, Sonosewu, DIY. Telpon (0274) 377265. Fax. (0274) 373530. HP. +6285878298189.
E-mail <animardiyati@rocketmail.com>.
Diterima 2 Januari 2015, direvisi 18 Oktober 2015, disetujui 12 November 2015.

Abstract

Children have the rights to live safely, comfortably, and happily, but not all children enjoy their rights. The rows
of children become the victims of violence show that the protection on children is still weak. Children are part of a family.
Children under five (Balita) are the weakest members in a family, because they are not able to defense themselves when a
threat comes. The second group is children at six until 12 (primary school age). They are able to interact with outer world,
even they still have a little experience on defending themselves, but at least they can ask for help through screaming. The
third group is children at 13 to 18, they are able to anticipate the danger threatening them. The research was to reveal
the relevancy of protection on children against violence. The children in this research are those between 1 to 12 ages. The
research subjects were parents having children at those ages. To know the natures of protection, it needed informants as
members of social welfare program (PKK) at city, under district, village, and community levels having cluster function on
girls and children protection. The research is qualitative-descriptive, revealing how far the family and community roles
on children protection against violence. The result shows the first cluster having significant role on children protection
was their close family, then environment community, and PKK motivators overseeing children and girls. Violence cases
on children mostly done by their close family.

Keywords: children protection; family and community roles; violence on children

Abstrak

Anak memiliki hak untuk hidup aman, nyaman dan bahagia, tetapi tidak setiap anak dapat menikmati haknya.
Rangkaian peristiwa anak menjadi korban tindak kekerasan menunjukkan masih lemahnya perlindungan terhadap anak.
Anak merupakan bagian dari anggota keluarga. Anak yang berusia dibawah lima tahun atau balita merupakan anggota
terlemah dalam suatu keluarga, karena mereka belum dapat membela diri ketika bahaya datang mengancam. Kelompok
kedua adalah anak berusia enam sampai 12 tahun (usia sekolah dasar). Pada usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi
dengan dunia luar, mereka mulai memiliki sedikit pengalaman tentang pembelaan diri, paling tidak berupaya minta
pertolongan dengan berteriak. Kelompok ketiga anak usia 13 tahun hingga 18 tahun, yang sebagian besar sudah dapat
mengantisipasi akan terjadinya bahaya yang mengancam dirinya. Penelitian ini ingin mengungkap perlunya perlindungan
pada anak dari tindak kekerasan. Usia anak dalam penelitian ini adalah antara 1 sampai dengan 12 tahun. Subyek penelitian
terdiri orang tua yang memiliki anak baliita dan anak usia 6 sampai dengan 12 tahun. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
perlindungan anak diperlukan informan yang terdiri wanita penggerak PKK tingkat kota, kelurahan/ desa dan dusun yang
memiliki gugus fungsi pada anak dan perempuan. Jenis penelitian diskriptif- kualitatif, interpretatif. Penelitian ini ingin
mengungkap sejauhmana peran keluarga dan masyarakat dalam perlindungan anak dari tindak kekerasan.Hasil penelitian
menunjukkan kluster pertama yang berperan dalam perlindungan anak adalah keluarga terdekat, kemudian masyarakat
sekitar dan penggerak PKK yang berkiprah dalam pendidikan anak dan perempuan. Kasus kekerasan yang terjadi sebagian
besar pelakunya keluarga dekat.

Kata kunci: Perlindungan anak; peran keluarga dan masyarakat; kekerasan pada anak

453
Jurnal PKS Vol 14 No 4 Desember 2015; 453 - 464

A. Pendahuluan ada yang melempar dengan benda keras yang


Cerita terjadinya kekerasan terhadap anak dapat membahayakan siswa. Ini tidak seharusnya
hingga saat ini tidak ada habisnya baik kekerasan terjadi, guru dapat memilih cara mendidik yang
fisik, seksual maupu psikis. Sebagai contoh ke- tidak membahayakan keselamatan siswanya.
kerasan fisik yang dialami anak-anak akhir-akhir Bentuk kekerasan yang mengancam dan
ini terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Di terjadi pada anak bermacam-macam. Dalam
wilayah Jakarta (2011) ditemukan sosok mayat undang-undang perlindungan anak disebutkan
anak laki-laki tanpa kepala, diduga anak tersebut bahwa anak korban tindak kekerasan adalah 
korban pencurian organ tubuh yang dibisnis- anak dalam situasi darurat, anak yang ber-
kan. Di ujung tahun 2012 tepatnya tanggal 29 hadapan dengan hukum, anak dari kelompok
November 2012 seorang gadis kecil berusia minoritas dan terisolasi, dan anak terekploitasi
4 tahun menghembuskan nafas terakhirnya di yang mencakup eksploitasi ekonomi atau sek-
sebuah rumah sakit di Jakarta. Akibat kekejaman sual, anak yang diperdagangkan, anak yang
seorang wanita yang kebetulan bukan ibu kan- menjadi kelompok penyalahgunaan napza, anak
dungnya (ibu tiri) telah menghilangkan nyawa korban kekerasan baik fisik atau mental, dan
gadis kecil yang tidak berdosa. Masih banyak anak korban perlakukan salah dan penelantaran.
lagi kejadian-kejadian yang sungguh memiriskan Sumber penyebab terjadinya tindak kekerasan
hati. Seorang ibu tega membakar anaknya sendiri pada anak dapat terjadi di lingkungan keluarga
lantaran emosi yang tak terkendali dan tidak kuat sendiri, di lingkungan sekolah, dan di area pub-
menopang permasalahan ekonomi yang semakin lik. Orang tua seharusnya menjadi pelindung
menghimpit ditambah permasalahan lain yang hangat ketika anak-anak pulang dari bermain.
menderanya. Masih segar berita seorang ibu tega Namun kenyataannya,justru banyak orang tua
meracuni anaknya, seorang ayah tega membuat mempekerjakan anak-anaknya yang masih belia
cacat kaki bocah yang tidak berdosa dengan untuk mengais rejeki dengan meminta-minta di
melindaskannya di rel kereta, dan masih ada tengah bahaya keramaian lalu lintas jalan raya,
lagi sederet berita perlakuan tidak manusiawi sehingga bahaya menghadang setiap saat.
yang dialami anak-anak tidak berdosa dan tidak Data dari LBH menunjukan bahwa kasus
berdaya tersebut bahkan sampai berujung ke- kekerasan anak 60 persen adalah anak berumur
matian. 4-12 tahun dan 40 persen adalah anak berumur
Narasi di atas merupakan kekerasan fisik, 13-18 tahun. Di DKI Jakarta berdasarkan data
ada lagi kekerasan yang dialami anak-anak dari Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit Cipto Ma-
segi psikis. Sebagai contoh, orang tua memaksa ngunkusumo (RSCM) mencatat, telah terjadi
anaknya untuk mengikuti kemauannya dalam pemerkosaan terhadap anak pada tahun 2000
mimilih kegiatan sekolah. Anak diberikan jad- terdapat 74 kasus, tahun 2001 meningkat menjadi
wal yang padat untuk kepentingan ambisi orang 103 kasus, tahun 2002 meningkat menjadi 127
tua dengan maksud anaknya bisa menjadi sang kasus, tahun 2003 menjadi 362 kasus dan setiap
juara dan sebagainya. Tidak hanya di lingkungan tahun akan semakin meningkat terus (dalam
rumah, kekerasan terhadap anak pun bahkan Rustanto, 2013: 3).
bisa ditemui disekolah dengan padatnya kuriku- Data kasus kekerasan pada anak-anak dari
lum sekolah yang harus diikuti anak, sehingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
anak-anak kecapaian dan keceriaannya memudar pada tahun 2008 terdapat 1.726 kasus, tahun
karena beban yang begitu berat. Belum lagi ada 2009 tercatat 1998 kasus, tahun 2010 sebanyak
sebagian guru yang melakukan kekerasan fisik 1826 kasus, dan hingga bulan Juni tahun 2011
pada siswanya yang dianggapnya mbandel de- tercatat 1989, 2012 tercatat 2.626 kasus, 2013
ngan menampar, njewer telinga mencubit bahkan sebanyak 3.339 kasus. Data terakhir tahun 2014

454
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak Mengurangi Tindak Kekerasan (Ani Mardiyati)

antara Januari hingga April terjadi 622 kasus orang yang akan mencelakainya, menanamkan
yang dilaporkan ke KPAI (nasional.compas. sikap hati-hati terhadap orang yang disekitarnya
com, 2014). Data yang tercatat hanya data yang apabila menunjukkan tanda-tanda yang memba-
sempat diungkap pihak Kepolisian dan KPAI, hayakan dirinya serta menanamkan sikap anak
masih banyak lagi kejadian kekerasan pada anak untuk berani terbuka kepada orang dewasa,
yang tidak dilaporkan, sebab pelaku kekerasan termasuk keluarga untuk menceritakan ancaman
adalah keluarga sendiri dan anggota keluarga bahkan bahaya bagi anak agar kejadian tindak
lainnya yang mengetahuinya tidak mau melapor- kekerasan dapat dicegah atau dikurangi.
kan karena dianggap sebuah aib. Kemungkinan Berdasarkan beberapa fenomena kekerasan,
juga mereka takut adanya ancaman dari pelaku penelitian ini mengungkap sebab-sebab ter-
kekerasan. Kemungkinan besar setiap hari terjadi jadinya tindak kekerasan, upaya pencegahannya,
tindak kekerasan baik yang berat maupun ringan. dan peran keluarga dan lingkungan masyarakat
Menurut Paulus Mujiran (Manajer Konsorsium dalam mencegah atau mengurangi peluang ter-
Peduli Anak), data yang terungkap tersebut han- jadinya tindak kekerasan pada anak.
ya merupakan puncak gunung es dari fenomena
kekerasan pada anak di negeri ini. B. Penggunaan Metode penelitian
Kasus kekerasan yang tercatat di KPAI Penelitian menggunakan metode kualitatif.
kemungkinan besar tingkatannya parah, sebab Dalam penelitian kualitatif, dimulai dari sebuah
sampai dilaporkan ke pihak kepolisian, kejadi- paradigma, yang meliputi asumsi, konsep atau
annya mengakibatkan korban mengalami gang- proposisi yang secara logis dipakai penelliti un-
guan berat bahkan sampai meninggal, dintaranya tuk membantu mengumpulkan dan menganalisis
kasus perkosaan baik yang dilakukan orang lain data (Asmadi, 2004: 32). Dimulainya sebuah
maupun keluarganya sendiri bahkan ayah kan- penelitian dari suatu paradigma mengarahkan
dungnya. Miris benar melihat fenomena seperti pada peneliti untuk melihat suatu fenomena
ini. Berbagai pihak berupaya menghentikan atau (data) secara teliti. Fenomena yang terjadi di
mengurangi kejadian tindak kekerasan pada lapangan atau di masyarakat akan dianalisis
anak baik pemerintah maupun swasta dengan untuk menghasilkan simpulan yang mendekati
mendirikan lembaga-lembaga perlindungan fakta. Kelebihan metode penelitian kualitatif,
anak yang berusaha mengadvokasi korban untuk fenomena dapat dieksplorasi melalui fakta-fakta
mendapatkan perlindungan. lapangan (data) sehingga menghasilkan temuan
Berbagai fenomena terjadinya tindak ke- lapangan yang komprehensif.
kerasan pada anak yang semakin hari semakin Pengumpulan data dilakukan dengan wawan-
bertambah membuat hati memenjadi miris. cara mendalam (in-depth interview) terhadap
Akankah kita berdiam diri dengan fenomena informan yang terdiri keluarga yang memi-
seperti ini. Memang sudah banyak lembaga- liki anak, aktivis lembaga swadaya masyarakat
lembaga swasta maupun pemerintah yang beru- yang menangani korban kekerasan, lembaga
paya menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perlindungan anak (LPA), masyarakat dalam
anak, akan tetapi karena luas peta kejadian tidak hal ini ibu-ibu kader penggerak PKK yang ada
terbatas, yang artinya kapan dan siapa yang akan ditingkat kota, kecamatan, desa, dusun dan RT
menjadi korban selanjutnya sulit diprediksi, maupun kader Posyandu, masing-masing satu
maka peran relawan sebatas menangani kasus. subjek. Lokasi penelitian berada di wilayah
Permasalahan bahaya kekerasan yang me- Yogyakarta.
ngancam anak harus segera disudahi. Berbagai Data yang terkumpul dianalisis secara
upaya harus ditempuh dari semua sisi, yaitu sisi kualitatif. Untuk melengkapi data menggunakan
menanamkan sikap berani pada anak melawan data sekunder berupa statistik kejadian tindak

455
Jurnal PKS Vol 14 No 4 Desember 2015; 453 - 464

kekerasan dari lembaga swadaya masyarakat dan kebahagiaan idealnya dapat diperoleh anak
dan media. Wawancara mendalam terhadap dalam sebuah keluarga. Untuk memperoleh
salah satu anggota keluarga, dan masyarakat sebutan sebagai tempat yang menyenangkan
yang berdomisili dekat dengan keluarga yang dan menentramkan, diperlukan peran orang tua
memiliki anak. Patton (dalam Asmadi, 2004) untuk mampu mewujudkan kondisi nyaman bagi
menyebutkan ada tiga macam metode pengum- anak-anak. Kerja sama antara suami isteri sangat
pulan data, yaitu in-depth interview, observasi dibutuhkan dalam mewujudkan keharmonisan
langsung, dan dokumen tertulis, isian angket, keluarga. Anak-anak pada umumnya akan betah
catatan harian, dan rekaman. Laporan kualitatif di rumah ketika suasana keluarga nyaman.
sering berisi kutipan-kutipan yang menerangkan Pengertian anak menurut Undang-Undang
satu situasi atau pandangan dunia yang diteliti Perlindungan Anak tahun 2002 adalah seseorang
secara naratif, sehingga kata tertulis menjadi yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
salah satu hal penting dalam penelitian kualitatif. termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Penelitian ini merujuk metode in-dept interview, Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk
dokumen tertulis, catatan harian, dan rekaman menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya
penelitian. Alat pengumpul data adalah peneliti agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan ber-
sendiri dengan menggunakan pedoman wawan- partisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat
cara. Penentuan subjek penelitian secara pur- dan martabat kemanusiaan, serta mendapat per-
posive sampling, mengarah pada keluarga dan lindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
masyarakat yang berkaitan dengan keberadaan Keluarga memiliki fungsi ekonomi untuk
anak dan memiliki kepedulian terhadap perlin- memenuhi hajat hidup anak. Apabila sebuah
dungan anak. keluarga menjalankan fungsinya dengan baik,
anak-anak akan merasa nyaman berada diling-
C. Peran Keluarga dan Masyarakat dalam kungan keluarganya. Apabila kebutuhan hidup
Mengurangi Tindak Kekerasan pada Anak anak terpenuhi, mereka dapat menjalani tugas
Anak merupakan bagian dari suatu keluarga, perkembangannya dengan baik. Tugas perkem-
memiliki tugas perkembangan sesuai tingkat banngan yang dimulai dari masa bayi merupakan
usia. Agar anak dapat melaksanakan tugas harapan sosial, di antaranya belajar berjalan,
perkembangan dengan baik, perlu ruang yang makan makanan padat, mengendalikan alat-alat
aman. Keluarga yaitu orang tua dan saudara pembuangan (kencing dan buang air besar),
dekat bertanggungjawab atas keamanan anak mencapai stabilitas fisioligis yang baik (irama
yang memiiki kondisi lemah, karena belum lapar dan tidur), latihan bicara dan berhubungan
mampu membela diri ketika terjadi bahaya. secara emosional dengan orang tua dan saudara
Oleh karena itu, agar anak dapat melaksanakan serta orang-orang yang berada di dekatnya de-
tugas perkembangan hingga usia dewasa harus ngan derajat berbeda ketika dilahirkan. Tugas
dijauhkan dari kondisi psikis yang menekan. Di perkembangan masa bayi tersebut belum se-
sinilah perlunya peran keluaga dan masyarakat penuhnya dikuasai, tetapi baru tahap peletakan
untuk mengantisipasi bahaya yang mungkin dasar-dasarnya (Hurlock, 1990:78).
terjadi pada anak melalui pencegahan dan pe- Kondisi lemah seorang bayi yang dilahirkan
ngendalian. sangat tergantung peran orang tua khususnya
1. Peran Keluarga dalam Perlindungan Anak ibu, sehingga seorang ibu yang tega membuang
Keluarga merupakan unit terkecil yang bayinya baik dalam keadaan sudah lahir mau-
terdiri ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga meru- pun masih dalam kandungan, bayi mengalami
pakan tempat pendidikan pertama dan utama kegagalan dalam tugas perkembangannya. Di
bagi anak-anak. Kenyamanan, ketenteraman, sini tampak peran orang tua atau keluarga dalam

456
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak Mengurangi Tindak Kekerasan (Ani Mardiyati)

melindungi anak untuk menyelesaikan tugas nya pada anaknya. Kondisi tersebut merupakan
perkembangannya. Masa awal anak-anak yaitu area bahaya bagi keamanan dan keselamatan
dalam periode empat tahun atau usia sebelum anak. Orang tua memiliki kewajiban mendorong
sekolah. Anak-anak pada periode tersebut harus dan membimbing anak untuk menyelesaikan
mempelajari tugas perkembangan berikutnya tugas perkembangan menuju pribadi kuat dan
yang dasar-dasarnya sudah dikuasai sejak masa matang. Anak-anak dapat berkonsentrasi meraih
bayi. Tugas perkembangan masa bayi dan awal pendidikan untuk masa depan. Jika keluarga
anak-anak menurut Havighurst (dalam Hurlock, kurang berfungsi secara ekonomi, secara lang-
1990) yaitu belajar makan, berjalan, berbicara, sung anak akan terbebani secara psikologis.
mengendalikan pembuangan kotoran tubuh, Mereka harus terlibat dalam pemenuhan kebutu-
membedakan seks (jenis kelamin) dan tata cara- han hidup keluarganya, sehingga membuat anak
nya, belajar membaca, membedakan benar dan kurang konsentrasi dalam belajar.
salah, serta mengembangkan hati nurani. Bentuk eksploitasi anak, terutama anak dan
Tugas perkembangan berikutnya yaitu akhir perempuan yang berakibat timbulnya keseng-
masa anak-anak (late childhood) dimulai usia saraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
enam tahun hinga saatnya individu matang se- sosial, psikologis dan atau penelantaran ekonomi
cara seksual. Pada usia akhir anak-anak, tugas termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
perkembangan yang harus diselesaian antara lain pemaksanaan, atau perampasan kemerdekaan
mempelajari keterampilan fisik, membangun yang melawan hukum. Parahnya pelaku eks-
sikap sehat untuk diri sendiri, belajar menye- ploitasi sebagian adalah keluarga (orang tua)
suaikan diri dengan teman seusianya, mulai sendiri yang seharusnya melindungi anaknya.
mengembangkan peran sosial pria atau wanita Bentuk eksploitasi anak dapat bermacam-macam
yang tepat, keterampilan dasar menulis, mem- antara lain anak dipaksa mengemis, menjual ko-
baca dan berhitung, pengertian hidup sehari-hari, ran di tengah keramaian jalan raya, dan penjualan
mengembangkan hati nurani dan moral, sikap anak (trafficking) baik yang sengaja dilakukan
terhadap kelompok, dan mencapai kebebasan orang tua maupun tidak disadarinya.
pribadi (Havighhurst dalam Hurlock, 1990). Anak-anak korban trafficking merupakan
Orang tua khususnya ibu akan membimbing salah satu contoh lemahnya keluarga dalam
anaknya dalam menjalankan tugas perkem- melindungi anaknya, bahkan ada yang secara se-
bangannya untk mencapai kedewasaan. Infor- ngaja mengeksploitasi anak terutama perempuan.
man (ibu yang memiliki anak usia balita) yang Kasus trafficking dalam penelitian Gunanto
penulis temui mengatakan bahwa dirinya akan Surjono, dkk (2009) di Provinsi Sumatra Utara
mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk me- menunjukkan bahwa permasalahan kekerasan
lindungi anaknya, bertahan dari rasa lapar dan pada anak belum ada titik terang akan selesai
ngantuk demi menjaga anaknya agar tenang masalahnya. Penyebab perdagangan anak dan
dalam tidurnya. perempuan masih merajalela: Korban atau kelu-
Pemerhati anak yang juga psikolog me- arga korban tidak menyadari jika menjadi korban
ngatakan, bahwa seorang ibu memiliki hati trafficking, sebab yang mereka tahu anaknya
nurani yang tulus untuk menjaga anaknya hingga dibawa orang untuk diberi pekerjaan; permasalah-
menjadi pribadi yang mandiri. Hal tersebut meru- an trafficking pada umumnya menyangkut per-
pakan peran yang normatif bagi seorang ibu yang masalahan lintas daerah bahkan antarnegara
normal kepribadiannya. Akan tetapi berbeda ke- sehingga pihak kepolisian mengalami kesulitan
tika seorang ibu atau orang tua yang mengalami koordinasi dalam penanganannya; Ttrafficking
stress ketika terhimpit permasalahan hidupnya, merupakan sindikat yang terorganisir dan tertata
ada kecenderungan melampiaskan kemarahan- rapi, bahkan aparat terkesan kurang mampu me-

457
Jurnal PKS Vol 14 No 4 Desember 2015; 453 - 464

nembus sindikat untuk menangani permasalahan sosialisasi antara individu dengan lingkungan
tersebut; Alasan kemiskinan, menjadikan mereka (Suryadi, 2014).
tidak menyadari masuk dalan jebakan trafficking; Ke depan dalam dunia yang mengglobal,
kekurangan akan pengetahuan keluarga maupun tugas keluarga semakin berat dan kompleks. Ke-
masyarakat sekitar korban mengenai trafficking, matangan anak-anak, sebagai generasi penerus
sehingga mereka merelakan keluarganya untuk bangsa yang dimulai dari keluarga harus benar-
pergi mencari penghasilan untuk bisa terangkat benar dipersiapkan. Globalisasi dengan ciri
dari kubang kemiskinan. Kelima faktor tersebut penemuan dan pemanfaatan teknologi canggih
yang menyebabkan masih maraknya terjadi dengan cepat dan relatif terjangkau oleh ban-
tekanan psikologis terhadap anak. Pengelola yak kalangan dalam masyarakat, menjadikan
trafficking bermodal besar, baik materiil maupun bermacam kultur dan dinamika kehidupan dari
immaterial, dengan menghembuskan tipu daya belahan bumi yang lain dapat diakses dengan
dan merayu seolah-olah menguntungkan calon cepat dan mudah. Keluarga Indonesia harus ada
korbannya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesanggupan dan keberanian untuk memilih dan
hal tersebut perlu digencarkan pendidikan pada memilah entitas yang bermanfaat dan sesuai de-
masyarakat mengenai trafficking, dan menanam- ngan citra budaya bangsa bercirikan religiusitas.
kan pada mereka khususnya yang kehidupannya Peran pemerintah akan lebih dominan dan pen-
lemah secara ekonomi akan memiliki kemam- ting bagi keluarga yang secara sosial dan ekono-
puan dan keberanian untuk menolak rayuan calo mi tidak berdaya. Pemerintah juga harus tegas,
tenaga kerja tersebut. tetap aspiratif dan demokratis dalam membuat
Keluarga dalam hubungannya dengan anak regulasi untuk membatasi dampak negatif arus
diidentikan sebagai tempat atau lembaga pe- globalisasi.
ngasuhan yang paling dapat memberi kasih Banyak diberitakan di media televisi kejadi-
sayang, secara efektif dan ekonomis. Di dalam an kekerasan yang menimpa anak sekolah dasar
keluarga pertama kali anak-anak mendapat pe- oleh teman sekolahnya sendiri. Korban menjadi
ngalaman dini langsung yang digunakan sebagai sasaran bullying oleh teman yang terkenal nakal
bekal hidupnya dikemudian hari melalui latihan di sekolah tersebut. Berdasarkan kejadian itu,
fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual. dapat disangkakan ada unsur kelengahan dari
Anak ketika baru lahir tidak memiliki tata cara pihak keluarga dan sekolah. Anak biasa berko-
dan kebiasaan (budaya) yang begitu saja secara munikasi dengan keluarga, dan biasanya anak
turun temurun dari satu generasi ke generasi akan bercerita mengenai kejadian-kejadian yang
berikutnya, sehingga harus dikondisikan ke da- menyedihkan dan menyenangkan. Anak dalam
lam suatu hubungan kebergantungan antara anak ancaman seyogyanya dicium gelagatnya oleh
dengan agen lain (orang tua dan anggota kelu- orang tua. Pihak sekolah tentunya akan menga-
arga lain) dan lingkungan yang mendukungnya, wasi anak didik yang biasa bertindak onar dan
baik dalam keluarga maupun lingkungan yang mengganggu teman-temannya. Melihat kejadian
lebih luas (masyarakat), principle of legitimacy tersebut menunjukkan sekolah belum berfungsi
merupakan tugas dasar keluarga. Struktur so- dalam perlindungan anak didiknya, baru sebatas
sial masyarakat harus diinternalisasikan sejak menyampaikan materi saja.
individu dilahirkan, agar seorang anak menge- Sebuah keluarga ada orang tua. Orang tua
tahui dan memahami posisi dan kedudukannya, adalah ayah dan ibu kandung, atau ayah dan ibu
dengan harapan agar mampu menyesuaikan tiri, atau ayah dan ibu angkat (Undang-Undang
dalam masyarakat kelak setelah dewasa. Kelu- Anak, 2002). Dalam keluarga yang ideal, orang
arga merupakan sumber agen terpenting yang tua berperan melindungi anak-anaknya dari
berfungsi meneruskan budaya melalui proses keterbatasan dan kekurangan, bahkan bahaya

458
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak Mengurangi Tindak Kekerasan (Ani Mardiyati)

yang mengancam. Anak memiliki harapan be- didasari emosi yang terkadang mengakibatkan
sar pada keluarga dan orang tuanya untuk me- tindakan penganiayaan dan menyebabkan anak
lindungi dirinya selama memenuhi tugas-tugas mengalami penderitaan.
perkembangannya. Perlindungan anak dalam Melihat kejadian di atas, perlu peran ling-
undang-undang sudah jelas sekali, di antaranya kungan untuk ikut peduli dengan kejadian yang
setiap anak berhak memperoleh pendidikan menimpa keluarga lainnya. Apabila lingkun-
dan pengajaran dalam rangka pengembangan gan berani menegur atau mencegah terjadinya
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai kekerasan pada anak, berarti satu nyawa dapat
dengan minat dan bakatnya. Setiap anak ber- terselamatkan. Masyarakat secara luas peduli
hak menyatakan dan didengar pendapatnya, dengan permasalahan anak dengan terben-
menerima, mencari, dan memberikan informasi tuknya berbagai lembaga perlindungan anak
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, (LPA). Penelitian yang dilakukan Elly Kumari
demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai dan Pranowo (2011) menyajikan misi lembaga
kesusilaan dan kepatutan. secara umum antara lain: melaksanakan usaha
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan perlindungan anak yang mengalami gangguan
memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak atas hak-haknya; melaksanakan fungsi pence-
sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai gahan, rehabilitasi, pengembangan, pengentasan
dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasan- pelanggaran hak-hak anak; menumbuhkan kesa-
nya demi pengembangan diri. Selain hak anak daran pemerintah dan masyarakat agar berperan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus aktif melaksanakan upaya perlindungan anak;
bagi anak yang menyandang cacat juga berhak menjalin jaringan kerjadan kerjasama dengan
memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan semua pihak terkait dengan kepentingan anak;
bagi anak yang memiliki keunggulan juga ber- mempengruhi pembuatan peraturan perundang-
hak mendapatkan pendidikan khusus. Pihak undangan, kebijakan maupun kebiasaan agar
yang berkompeten dengan pelaksanaan undang- hak-hak anak terpenuhi.
undang dalam hal ini keluarga, masyarakat dan Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
negara, yang harus mampu menerjemahkan yang dapat menjalankan berbagai fungsi dalam
detailnya perlindungan pada anak. Tugas utama memenuhi kebutuhan kehidupan anak, termasuk
perlindungan pada anak adalah keluarga yang di dalamnya fungsi ekonomi, agar tercapai ke-
terdiri orang tua, baik saudara terdekat maupun sejahteraan dalam keluarga. Pemenuhan fungsi
saudara jauh, tetangga, masyarakat, baik lem- ekonomi dapat dilakukan oleh suami atau istri
baga pemerintah maupun swasta. ataupun oleh keduanya (Suryadi, 2004). Jika
peran keluarga ideal atau normal maka ke-
2. Peran Masyarakat dalam Mengurangi hidupan akan harmoni. Orang tua yang tidak
Kekerasan pada Anak dalam kondisi tertekan oleh permasalahan hidup
Kekerasan yang terjadi pada anak merajalela, menjalankan fungsi sosialnya dengan baik,
di antaranya disebabkan kurangnya kepedulian akan tetapi apabila sebuah keluarga mengalami
masyarakat sekitar korban. Sebagai contoh, keterbatasan ekonomi dan mengalami dishar-
adanya anggapan percekcokan dalam rumah moni akan menjadi domain kekerasan bagi anak.
tangga merupakan hak masing-masing rumah Dalam kondisi tersebut masyarakat sekitarnya
tangga yang orang lain tidak perlu ikut campur, dan lembaga-lembaga sosial yang berada di
padahal dalam percekcokan syarat akan terjadin- lingkungannya memiliki peran penting untuk
ya kekerasan. Orang tua memarahi anak dengan mengantisipasi segala kemungkinan terjadinya
alasan mendidik, tetapi kadang-kadang kemara- tindak kekerasan pada anak.
han orang tua terutama seorang ayah pada anak

459
Jurnal PKS Vol 14 No 4 Desember 2015; 453 - 464

Upaya perlindungan anak sudah dilaku- tindak kekerasan pada anak, kaum ibu diberikan
kan oleh berbagai lembaga baik pemerintah pemberdayaan untuk mendorong kemandirian
maupun swasta. Seorang aktivis dan penggiat bidang ekonomi, sehingga tidak melakukan
perlindungan anak yang juga berkumpul dalam ekploitasi pada anaknya untuk kepentingan
organisasi perlindungan anak mengemukakan, mencari nafkah. Upaya memunculkan peran
bahwa masyarakat harus membuka telinga lebar- masyarakat dalam mengurangi tindak kekerasan
lebar untuk mendengar peristiwa yang terjadi di pada anak sudah dilakukan berbagai pihak, tetapi
sekitarnya. Lembaga perlindungan perempuan hasil yang dicapai tergantung bagaimana mereka
dan anak yang telah melakukan pendampingan (keluarga) menerapkannya. Masyarakat sifatnya
pada korban kekerasan di Yogyakarta antara mengawasi, mewaspadai, dan mengontrol.
lain LPA, UPPA, P2TP2A Diah Rekso Utami,
Elpraka. Aktivis tersebut juga bergabung dalam 3. Analisis Fenomena Terjadinya Tindak
pelayanan terpadu penanganan tindak kekerasan Kekerasan pada Anak
perempuan dan anak pada gugus tugas PKK Anak merupakan titipan Allah. Sebaris ka-
bidang pendidikan pada perempuan dan anak limat tersebut mengandung makna yang sangat
di tingkat kota/kabupaten. Menurut aktivis dalam. Pertama mengenai keberadaan anak
perempuan dan anak, perlu diadakan sosialisasi sendiri merupakan kehendak Ilahi, bukan karena
mengenai perlindungan perempuan dan anak manusia. Seorang ayah atau ibu yang tega mener-
melalui lembaga pemerintah dari tingkat ka- lantarkan anak dapat diartikan tidak amanah atas
bupaten, kecamatan hingga desa serta RT/RW. apa yang dikaruniakan Allah. Lalu bagaimana
Menurut informan tersebut, kegiatan sifatnya dengan anak yang dihasilkan dari hubungan
masih sosialisasi untuk memberikan pengeta- tanpa ikatan, misalnya hasil perzinahan antara
huan pada orang tua khususnya ibu dalam per- seorang suami dengan pelacur? Ada beberapa
lindungan anak untuk mengantisipasi terjadinya relawan yang mendirikan panti pengasuhan
tindak kekerasan. Rintisan yang diprakarsai anak yang menampung anak-anak yang dibuang
tim penggerak PKK gugus tugas pendidikan oleh ibunya karena kehadirannya tidak dike-
tersebut merupakan suatu upaya menjangkau hendaki. Anak korban kejahatan ibu atau orang
layanan sampai ke masyarakat bawah. Mereka tuanya yang sudah tertampung di sebuah panti
juga dibekali bagaimana mengadvokasi jika mungkin tidak begitu mengkhawatirkan, tetapi
ada peristiwa kekerasan di keluarga atau ling- beda keadaannnya dengan anak atau bayi yang
kungannya. Menumbuhkan keberanian untuk dibuang orang tuanya (ibu) ketika dilahirkan,
melaporkan kejadian tindak kekerasan dengan dengan tujuan menghilangkan jejak. Kekejian
membekali sikap mandiri serta pemberdayaan seorang ibu seperti ini tidak dibiarkan saja oleh
bagi perempuan yang umumnya menjadi korban pihak kepolisian. Pembuangan anak merupakan
kekerasan. tindak kriminal yang perlu diberi reinforcement
Bentuk peran masyarakat dalam perlindung- ataupun punishment agar pelaku menjadi jera.
an anak dari tindak kekerasan dilakukan melalui Bagaimanapun tinggal di penjara bukan hal yang
kegiatan tim penggerak PKK dari tingkat Desa menyenangkan, memasukkan pelaku ke penjara
hingga RT. Kegiatan dilakukan dalam pertemuan dimaksudkan membuat mereka menjadi jera.
PKK dengan memberikan pengertian pada ang- Terry E. Lawson (dalam Mujiran, 2012),
gotanya yang terdiri ibu-ibu mengenai bentuk- menyebut kekerasan pada anak (child abuse)
bentuk tindak kekerasan, cara mengantisipasi diartikan sebagai suatu tindakan yang dilaku-
terjadinya kekerasan, serta upaya melindungi kan satu individu terhadap individu lain yang
anak-anak dari bahaya yang mengancam. Di mengakibatkan gangguan fisik atau mental.
samping hal-hal berkait mengantisipasi bahaya Kekerasan pada anak tidak saja menyebabkan

460
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak Mengurangi Tindak Kekerasan (Ani Mardiyati)

gangguan fisik dan mental saja tetapi juga merupakan salah satu pemicu besarnya peluang
gangguan sosialnya, seperti kasus anak yang terjadinya tindak kekerasan.
dipaksa menjadi pelacur, menjadi pembantu Data dari Informan yang juga pemerhati per-
rumah tangga dan pengemis. masalahan kekerasan pada anak dan perempuan
Anak dapat juga menjadi pelaku kekerasan menunjukkan, bahwa peluang terjadinya tindak
dengan sasaran teman usia sebayanya. Perilaku kekerasan dapat terjadi di mana saja, kapan saja,
kekerasan dapat diartikan sebuah tindakan dan dengan siapa saja, entah sesama jenis ke-
agresi. Teori agresivitas yang dikemukakan ahli lamin ataupun beda kelamin. Keberanian wanita/
psikologi Leonard Berkowitz (1993: 2) bahwa ibu mengungkap peristiwa kekerasan (seksual)
terjadinya tindak kekerasan termasuk kriminal pada anak yang dilakukan keluarga (suami), di-
terjadi di mana-mana di seluruh dunia. Kejadian sebabkan sudah ada kesadaran perlunya pelaku
tindak kekerasan bahkan sulit dicegah agar tidak untuk dihukum agar tidak terjadi korban beri-
menyebar. Setiap agresi cenderung berlanjut. kutnya. Ketegasan lingkungan korban meliputi
Dalam penelitian Strauss, Gelles, dan Stein- keluarga dan masyarakat akan mempersempit
metz (dalam Berkowitz, 1993), semakin sering gerak pelaku untuk mencari mangsa, meskipun
orang tua bertengkar, semakin sering pula satu pelaku adalah orang yang seharusnya dihormati,
atau keduanya memukuli anak-anaknya. selain demi memutus mata rantai korban berikutnya
itu banyak orang tua angresif menularkan pada masyarakat diharapkan untuk bertindak tegas
anak-anaknya, anak-anak dibesarkan dengan menghentikan ulah pelaku dengan mengingat-
pengalaman yang diperoleh dalam keluarga, kan, jika tidak berubah perlu melakukan tindakan
sehingga mereka tumbuh dengan kecenderungan hukum pada pelaku.
pengaruh terhadap tindak kekerasan. Artinya Lingkungan masyarakat yang permisif ter-
anak yang dibesarkan dalam situasi mengalami hadap tindak kekerasan menjadi penyebab juga
kekerasan akan menduplikasikan pengalaman- makin parahnya kasus kekerasan pada anak.
nya pada generasi selanjutnya, yaitu keluarga Masyarakat yang berada di lingkungan keluarga
baru yang dibentuknya. yang biasa melakukan tindak kekerasan pada
Testimoni yang sempat penulis lakukan ber- anak seyogyanya peduli dengan membuka
sama lembaga perlindungan anak dan perempuan telinga lebar-lebar untuk mengetahui keadaan
tingkat kota terhaadap anak korban kekerasan keamanan anak agar terhindar dari kekejaman
menunjukkaan indikasi bahwa kejadian pelece- ayah dan ibu atau anggota keluarga lainnya
han ataupun kekerasan yang dialami sebagian apa-lagi hingga merenggut nyawa. Masyarakat
besar anak-anak/gadis-gadis kecil karena faktor yang berada di lingkungan tentunya tidak tega
lemahnya penjagaan atau keamanan dalam kelu- melihat peristiwa kekejaman yang dialami anak
arga. Hal ini dapat disebabkan pelaku berasal dari yang lemah tidak berdaya. Mereka seharusnya
keluarga dekat, sehingga sulit akan menghindar ikut merasa prihatin andai terjadi kekerasan
dari peluang tersebut. Seperti diungkapkan pada anak di lingkungannya dan tidak mampu
salah satu informan yang pernah menangani mencegahnya. Diperlukan keberanian dan kete-
kasus kekerasan, bahwa anak korban kekerasan gasan masyarakat sekitar agar dapat mencegah
yang berasal dari keluarga miskin biasanya di- terjadinya kekerasan pada anak yang dapat
sebabkan kurangnya kontrol atau pengawasan. membahayakan keselamatan anak. Kepedulian
Keluarga miskin dengan keterbatasan ekonomi masyarakat terhadap kejadian ke-kerasan di ling-
lebih tercurah perhatiannya pada mencari nafkah. kungannya dapat menyelamatkan nyawa seorang
Anak dilepas begitu saja, orang tua hanya beru- bocah yang tidak berdosa akibat kekejaan orang
paya menyediakan makanan bagi keluarga. tuanya atau keluarganya.
Lemahnya penjagaan terhadap keselamatan anak

461
Jurnal PKS Vol 14 No 4 Desember 2015; 453 - 464

Keberanian dan kepedulian orang-orang Akan tetapi peristiwa tindak kekerasan


sekitar sangat diperlukan untuk menghindari masih juga marak terjjadi. Suatu sebab anak-
terjadinya tindak kekerasan pada anak. Sebagai anak masih menjadi sasaran tindak kekerasan,
contoh, di akhir tahun 2012 warga mendengar diantaranya faktor lemahnya posisi anak, de-
tangisan anak kecil usia balita. Karena keden- ngan ketidakberdayaan, ketergantungan pada
garan memilukan, ada warga yang berusaha orang lain termasuk orang tua, apapun yang
mendatangi suara tersebut dan mendapati anak dilakukan terhadap anak belum mampu mem-
menangis dalam kondisi lebam hampir di sekujur bela diri. Berpijak dari kondisi rentannya anak
tubuh, ada bekas luka bakar akibat rokok. Anak menjadi korban tindak kekerasan, sudah saatnya
tersebut sendirian, kemudian diketahui ternyata semua orang baik yang berhubungan langsung
ditinggal ibu tirinya setelah mendapat siksaan. dengan keadaan anak maupun masyarakat yang
Warga sekitar tidak tahu apabila di rumah ada di sekitar anak, diharapkan untuk peka dan
tersebut telah terjadi kekerasan terhadap anak bersedia melakukan perlindungan pada anak.
dalam beberapa waktu sebelumnya. Kejadian Apabila sistem pengamanan dan perlindungan
lain, ada seorang anak menangis, tetapi setelah anak berbasis masyarakat dan keluarga dapat
didatangi orang-orang ternyata sudah terdiam berjalan,besar harapan anak-anak untuk dapat
dan meregang nyawa, anak tersebut ternyata menjalankan tugas perkembangannya dengan
diasuh oleh bibinya dan sering disiksa hingga baik, sehingga menghasilkan generasi dengan
meninggal dunia. Dengan melihat kasus tersebut, kepribadian yang kuat. Generasi dengan kepriba-
sangat diperlukan tanggung jawab sosial (social dian kuat akan memiliki dedikasi tinggi sebagai
responsibility) masyarakat terhadap keamanan modal dasar pelaku pembangunan.
anak sekitar, agar tidak terjadi lagi kisah tra-
gis yang menimpa anak-anak sebagai generasi Pustaka Acuan
penerus bangsa. Asmadi Alsa. (2004). Pendekatan Kuantitatif dan Kuali-
tatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
D. Penutup Anggraeni dan Ellys. (2013). Kajian Fenomenologi: Ke-
Kekerasan pada anak merupakan tindakan kerasan sebagai Perilaku Komunikasi terhadap Bu-
yang masih sering terjadi. Berbagai kasus di- ruh Migran Perempuan Indonesia. Jurnal Penelitian
publikasi oleh berbagai media masa. Jumlah Kesejahteraan Sosial, 12(3).
kejadian yang sesungguhnya melebih kasus Berkowitz, Leonard. (1993). Aggression: its causes, con-
sequences and control. Diterjemahkan oleh Hartatni
yang terangkat di media. Pada umumnya keja- Woro Susiatni. English edition copyright@ 1993. New
dian atau kasus kekerasan yang sudah masuk York: by McGraw-Hill.
berita di media skalanya sudah delik aduan tin- Departemen Sosial. (2006). Kekerasan Terhadap Anak.
dak kriminal, sementara korban-korban tindak Artikel. Societa, 4(35).
kekerasan yang tidak terpublikasi masih berada Elly Kumari, Tj. P. dan Pranowo. (2011). Lembaga Per-
lindungan Anak Antara Idealita dan Realita. Yogya-
di area bahaya karena sipelaku belum terjerat karta: B2P3KS Press.
hukum. Berbagai upaya pencegahan maupun pe- Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psycolgy.
nanganan terjadinya kekerasan pada anak sudah New York: McGraw-Hill, Inc. Terj. Istiwidayanti dan
dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun Soedjarwo. Erlangga : Jakarta.
swasta. Pecegahan dilakukan dengan sosialisasi Kompas. (2014). Artikel. Karena Dendam Siswa Sekolah
Dasar Menghabisi Nyawa Temannya. SKH Kom-
mengaanai upaya pencegahan terhadap tindak pas.
kekerasan. Penanganan korban dilakukan de- Soewadi, etc., (2000). Pencegahan Kekerasan di Kalangan
ngan advokasi terhadap korban untuk mendapat Remaja. Jakarta: Saworo Tino Triatmo (Yasatri).
perlndungan hukum. Surjono, Gunanto., etc. (2009). Pengkajian Penanggulang-
an Masalah Sosial Perdagangan (Trfficking) Anak dan
Perempuan. Yogyakarta: B2P3KS Press.

462
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Perlindungan Anak Mengurangi Tindak Kekerasan (Ani Mardiyati)

Trilaksmi Udiati. (2007). Peran Lembaga Konsultasi Rustanto, Bambang. (2013). Rumah Perlindungan Anak.
Kesejahteraan Sosial Keluarga dalam Mewujudkan Materi Kuliah Peksos dengan Anak. Komisi Perlin-
Kesejahteraan Sosial Keluarga. Yogyakarta: Citra dungan Anak dan Ibu (KPAI). (2013). Data Kekerasan
Media. Pada Anak ( KPAI ).
Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 Jakarta.www.google.com.
Kompas com. (2014). Indonesia Darurat Kekerasan pada Suryadi (2014). Memulai Perlindungan Anak dari Kelu-
Anak. Nasional. kompas.com (7 Mei 2014). arga. http://www.google.com.diakses tgl 14 agustus
2014.

463
Jurnal PKS Vol 14 No 4 Desember 2015; 453 - 464

464

You might also like