You are on page 1of 11

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN

PENDAMPING ASI BALITA USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS


JEJANGKIT MARABAHAN
TAHUN 2019

MANUSKRIP

Oleh :
MIRA NOVITA DEWI
NIM. 1814201210053

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2020

1
2
Factors related to supplementary feeding for breastfed children under the age of 6-24 months at
Puskesmas Jejangkit Marabahan in 2019.

Mira Novita Dewi*, Muhsinin**, Syamsul Firdaus***

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
The Faculty of Nursing and Health Sciences
Study Program S.1 Nursing

Email : novitamira9@gmail.com

Abstract
Age 0-24 months is a period of rapid growth and development, so it is often termed a golden period as
well as a critical period. ASI complementary food (MP-ASI) is a food or drink that is useful to meet
the nutritional needs and second baby food that comes with breastfeeding. The purpose of this study
was to determine what factors are related to the provision of MP-ASI toddlers aged 6-24 months. The
design of this study is a cross sectional approach by emphasizing the time of measurement or
observation of independent and dependent data only once with a technique using total sampling with a
population of 63 respondents. The results showed the most age categories numbered 28 people
(44.5%), the highest education category was 43 people (68.3%), the most knowledge categories were
37 people (58.7%), the highest IRT employment category was 56 people (88.9%), the highest
category of income is as low as 36 people (57.1%), and the category of complementary feeding is the
least good as many as 38 people (60.3%). There is a relationship between the factors of
complementary feeding. It is recommended to be able to increase nutritional knowledge about
complementary foods so as to improve toddlers nutrition.

Keywords: ASI complementary foods, MP-ASI factors, Age, Education, Income, Occupation
Reference List: 36 (2006-2017)

Abstrak
Usia 0 - 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga
kerap d istilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) merupakan makanan atau minuman yang berguna memenuhi kebutuhan gizi dan
makanan bayi kedua yang menyertai pemberian ASI. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui apa faktor-faktor yang berhubungan tentang pemberian MP-ASI balita usia 6-24
bulan. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional dengan menekankan
pada waktu pengukuran atau observasi data independen maupun dependen hanya satu kali
dengan teknik menggunakan total sampling dengan jumlah populasi sebanyak 63 responden.
Hasil penelitian didapatkan kategori usia terbanyak berjumlah 28 orang (44,5%), kategori
pendidikan terbanyak SD sebanyak 43 orang (68,3%), kategori pengetahuan terbanyak cukup
sebanyak 37 orang (58,7%), kategori pekerjaan terbanyak IRT sebanyak 56 orang
(88,9%),kategori pendapatan terbanyak rendah sebanyak 36 orang (57,1%), dan kategori
pemberian makanan pendamping ASI terbanyak kurang baik sebanyak 38 orang (60,3%).
Ada hubungan antara faktor terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Disarankan agar
bisa meningkatkan pengetahuan gizi mengenai makanan pendamping ASI sehingga dapat
meningkatkan gizi balita.
Kata kunci : Makanan pendamping ASI, Faktor MP-ASI, Usia,Pendidikan, Pendapatan, Pekerjaan.

Daftar Rujukan : 36 (2006-2017)

3
makanan khusus selain ASI, berbentuk
1. Pendahuluan padat atau semi padat secara bertahap jenis,
Usia 0 - 24 bulan merupakan masa jumlah, frekuensi, maupun tekstur dan
pertumbuhan dan perkembangan yang konsistensinya sampai seluruh kebutuhan
pesat, sehingga kerap di istilahkan sebagai nutrisi anak dipenuhi. Memulai pemberian
periode emas sekaligus periode kritis. makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada
Periode emas dapat diwujudkan apabila saat yang tepat akan sangat bermanfaat bagi
pada masa ini bayi dan anak memperoleh pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang anak (Varghese dan
kembang optimal. (Depkes RI, 2010). Susmitha,2015).

Secara umum praktik pemberian ASI Bayi atau anak yang usianya lebih dari 6
eksklusif masih rendah dari target bulan dan telah diberikan makanan
pencapaian. Hanya 35% bayi di dunia dan pendamping ASI kurang tepat, dapat
39% di Negara berkembang yang terserang diare, sembelit, batuk pilek, dan
mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata panas. Sebab dilihat dari berbagai faktor
pemberian ASI eksklusif di wilayah Asia seperti frekuensi pemberian makanan
Tenggara hanya 45%. UNICEF pendamping ASI, porsi pemberian makanan
menyimpulkan, cakupan ASI eksklusif 6 pendamping ASI, jenis makanan
bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata pendamping ASI pada bayi ataupun anak
dunia yaitu 38% (Helmi & Lupiana, 2011). sangat berpengaruh besar untuk terserang
penyakit diare dan lain-lain. MP-ASI harus
Menurut anjuran WHO (2012), ketika ASI bergizi dan mempunyai bentuk, jenis dan
tidak lagi cukup untuk memenuhi jumlah yang sesuai dengan umur bayi dan
kebutuhan gizi bayi, makanan pendamping anak. Pemberian makanan seperti bubur
harus ditambahkan ke diet anak. Transisi berasa atau bubur formula yang diberikan
dari ASI eksklusif ke makanan keluarga, pada anak sebagai MP-ASI, namun masih
disebut sebagai pelengkap makan, biasanya banyak anak yang status gizinya tidak baik,
mencakup periode dari usia 6 sampai 18-24 hal ini dikarenakan jumlah MP-ASI yang
bulan. Makanan Pendamping ASI (MP- diberikan masih kurang memadai
ASI) merupakan makanan bayi kedua yang (Sakti,2013).
menyertai pemberian ASI. Makanan
pendamping ASI merupakan makanan yang Riset kesehatan dasar tahun 2018
diberikan kepada bayi yang telah berusia 6 mengatakan masih ada 13,8% balita di
bulan atau lebih karena ASI tidak lagi Indonesia yang masih mengalami masalah
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian gizi kurang. Di provinsi Kalimantan Selatan
MP-ASI harus disesuaikan dengan usia Balita di Bawah Garis Merah sebanyak
balita. Pemberian makanan pendamping 3,30% sebanyak 8.538 balita. Daerah barito
ASI harus bertahap dan bervariasi dari kuala mencapai 2,61% sebanyak 589 balita.
mulai bentuk bubur kental, sari buah, buah Berdasarkan data yang diperoleh dari
segar, makanan lumat, makanan lembek, Puskesmas Jejangkit Marabahan pada tahun
dan akhirnya makanan padat. MP-ASI 2019 bahwa terdapat 63 balita mengalami
diberikan pada bayi di samping ASI. Fungsi masalah gizi. Berdasarkan hasil tes
MP-ASI antaralain untuk mengenalkan wawancara dengan pihak Puskesmas
jenis makanan baru, mencukupi kebutuhan jejangkit bahwa masih ada balita yang
nutrisi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh status gizinya di bawah garis merah.
ASI, membentuk daya pertahanan tubuh
dan perkembangan sistem imunologis 2. Metode Penelitian
terhadap makanan maupun minuman Jenis penelitian yang digunakan dalam
(http://www.indonesia-publichealth.com). penelitian ini adalah cross sectional.
Penelitian yang menjelaskan bagaimana
Usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan, caranya menentukan variabel dan
merupakan masa rawan pertumbuhan mengukur suatu variabel (Nursalam, 2012).
bayi/anak. Penyapihan (weaning) yang Pada penelitian ini terdapat dua variabel
merupakan proses dimulainya pemberian yang akan diteliti yaitu variabel independen

4
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu No. Status kepegawaian f (%)
tentang pemberian MP-ASI. Populasi 1. Ibu Rumah Tangga 56 88,9
dalam penelitian ini yaitu ibu balita (IRT)
2. Pegawai Swasta 7 11,1
puskesmas jejangkit Marabahan dengan Total 63 100
jumlah sampel sebanyak 63 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan Menunjukan bahwa 63 responden yang diteliti
teknik total sampling. Penelitian ini di Puskesmas Jejangkit Marabahan, di
dilakukan di area lingkungan puskesmas dapatkan pekerjaan ibi balita terbanyak 56
jejangkit Marabahan pada bulan Desember orang (88,9%).
2019. Teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti yaitu menggunakan Distribusi Pendapatan Orang Tua
kuesioner. Analisa data yang digunakan No Pendapatan f %
peneliti ini adalah uji Spearman Rank 1 Rendah 36 57,1
2 Menengah 25 39,7
3. Hasil Penelitian 3 Tinggi 2 3,2
Total 63 100
a. Analisis Univariat
Distribusi Usia Ibu Balita
Menunjukan bahwa 63 responden yang
No Usia f % diteliti di Puskesmas Jejangkit Marabahan
1 Remaja Awal (18-21 Tahun) 14 22,2 di dapatkan pendapatan orang tua
2 Dewasa Awal (21-30 Tahun) 28 44,5 terbanyak 36 orang (57,1%).
3 Dewasa Madya (30-60 21 33,3
Tahun)
Total 63 100 Distribusi Makanan Pendamping ASI
Menunjukan bahwa dari 63 responden yang Balita
diteliti di Puskesmas Jejangkit Marabahan, di No Pemberian Makanan f %
Pendamping ASI (MP-ASI)
dapatkan usia terbanyak ibu balita pada usia
1 Diberikan 38 60,3
dewasa awal ( 21-30 tahun ) adalah 28 orang 2 Tidak diberikan 25 39,7
(44,5%).

Distribusi Pendidikan Ibu Balita Total 63 100


N Pendidikan f % Menunjukan bahwa 63 responden yang diteliti
o di Puskesmas Jejangkit Marabahan di
1 SD/Sederajat 43 68,3 dapatkan pemberian makanan pendamping
2 SMP/Sederajat 8 12,
3 SMA/Sederajat 12 19,0 ASI terbanyak diberikan 38 orang (60,3%).
Total 63 100
b. Analisis Bivariat
Menunjukan bahwa dari 63 responden yang
diteliti Puskesmas Jejangkit Marabahan di Hubungan faktor usia terhadap pemberian
dapatkan pendidikan terbanyak ibu balita makanan pendamping ASI
Usia Pemberian Makanan Pendamping ASI
yaitu Sekolah dasar (SD) adalah 43 orang
Kurang Baik Total
(68,3%). Baik
F % f % f %
Distribusi Pengetahuan Ibu Balita Remaja 1 78,6 3 21,4 14 100
Akhir 1
No Pengetahuan f % Dewasa 71,4 8 28,6 28 100
1 Kurang 14 22,2 Awal 2
Dewasa 0 33,3 1 66,7 21 100
2 Cukup 37 58, Madya 4
3 Baik 12 19,1 7
Total 63 100 Jumlah 3 60,3 2 39,7 63 100
8 5
Menunjukan bahwa 63 responden yang diteliti Spearman Rank p< α (0,05) (korelasi koefisien = 0,369)
di Puskesmas Jejangkit Marabahan, di
dapatkan pengetahuan terbanyak ibu balita
cukup adalah 37 orang (58,7%). Dari hasil analisis tentang usia ibu
terhadap pemberian makanan pendamping
ASI balita usia 6-24 bulan, P=0,003
Distribusi Pekerjaan Ibu Balita (<0,05) yang menunjukan pada uji

5
Spearman Rank, berarti ada hubungan Pekerjaan Pemberian Makanan Pendamping ASI

antara usia ibu terhadap pemberian Kurang Baik Total


Baik
makanan pendamping ASI balita usia 6-24 F % f % f %
bulan di puskesmas jejangkit marabahan. Ibu Rumah 3 62,5 2 37,5 5 100
Tangga 5 1 6
Pegawai 42,9 57,1 100
Hubungan faktor pendidikan terhadap Swasta 3 4 7
pemberian makanan pendamping ASI Jumlah 3 60,4 2 39,7 6 100
8 5 3
Pendidikan Pemberian Makanan Pendamping ASI
Spearman Rank p< α (0,05) (korelasi koefisien = 0,496)
Kurang Baik Total
Baik
f % f % F %
Dari hasil analisis tentang pekerjaan ibu
SD 3 69,8 1 30,2 43 100
SMP 0 62,5 3 37,5 8 100
terhadap pemberian makanan pendamping
SMA 5 25,0 3 75,0 12 100 ASI balita usia 6-24 bulan P=0,324 (˃0,05)
3 9
Jumlah 3 60,3 2 39,7 63 100 yang menunjukan pada uji Spearman Rank,
8 5 berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan
Spearman Rank p< α (0,05) (korelasi koefisien = 0,317)
ibu terhadap pemberian makanan
pendamping ASI balita usia 6-24 bulan di
Dari hasil analisis tentang pendidikan ibu puskesmas jejangkit marabahan.
terhadap pemberian makanan pendamping
ASI balita usia 6-24 bulan P=0,011 Hubungan faktor pendapatan terhadap
(˂0,05) yang menunjukan pada uji pemberian makanan pendamping ASI
Spearman Rank, berarti ada hubungan Pendapatan Pemberian Makanan Pendamping ASI

antara pendidikan ibu terhadap pemberian Kurang Baik Total


Baik
makanan pendamping ASI balita usia 6-24 F % f % f %
bulan di puskesmas jejangkit marabahan. Rendah 2 75,0 9 25,0 3 100
Menengah 7 44,0 1 56,0 6 100
Tinggi 1 0,0 4 100, 2 100
Hubungan faktor pengetahuan terhadap 1 2 0 5
pemberian makanan pendamping ASI 0 2
Jumlah 3 60,3 2 39,7 63 100
Pengetahuan Pemberian Makanan Pendamping ASI
8 5
Kurang Baik Total Spearman Rank p< α (0,05) (korelasi koefisien = 0,365)
Baik
F % f % F % Dari hasil analisis tentang pendapatan ibu
Kurang 1 100 0 0,0 14 100 terhadap pemberian makanan pendamping ASI
Cukup 4 56,8 1 43,2 37 100
Baik 2 25,0 6 75,0 12 100
balita usia 6-24 bulan P=0,003 (˂0,05) yang
1 9 menunjukan pada uji Spearman Rank, berarti
3
Jumlah 3 60,3 2 39,7 63 100 ada hubungan antara pendapatan ibu terhadap
8 5 pemberian makanan pendamping ASI balita
Spearman Rank p< α (0,05) (korelasi koefisien = 0,496)
usia 6-24 bulan di puskesmas jejangkit
marabahan.
Dari hasil analisis tentang pengetahuan ibu
terhadap pemberian makanan pendamping 4. Pembahasan
ASI balita usia 6-24 bulan P=0,000 (˂0,05) Hasil penelitian dari 63 responden
yang menunjukan pada uji Sperman Rank, diketahui bahwa remaja akhir (18-20 tahun)
berarti ada hubungan antara pengetahuan sebanyk 14 orang (22,2%), dewasa awal
terhadap pemberian makanan pendamping (21-30 tahun) sebanyak 28 orang (44,5%),
ASI balita usia 6-24 bulan di puskesmas dan dewasa madya (30-60 tahun) sebanyak
jejangkit marabahan. 21 orang (33,3%). Sebagian besar usia ibu
di area puskesmas jejangkit marabahan
kebanyakan yang berusia dewasa awal (21-
30 tahun) yaitu sebanyak 28 orang (44,5%).

Hasil uji statistic Sperman’s Rho


didapatkan hasil p value (0,003) ˂ (0,05)
maka disimpulkan bahwa dari nilai kolerasi
Hubungan faktor pekerjaan terhadap koefisien sebesar (0,369) maka nilai
pemberian makanan pendamping ASI menandakan ada kolerasi/hubungan antara

6
usia ibu terhadap pemberian makanan dalam hal pemberian makanan yang tepat
pendamping ASI. Hal ini disebabkan bahwa pada bayi.
umur ibu yang kurang dari 30 tahun dimana
usia tersebut ibu lebih suka memberikan Hasil penelitian dari 63 responden
makanan pendamping ASI secara instan. diketahui bahwa pengetahuan kurang
sebanyak 14 orang (22,2%), pengetahuan
Usia dewasa awal merupakan usia bagi cukup sebanyak 37 orang (58,7%), dan
seseorang untuk dapat memotivasi diri pengetahuan baik sebanyak 12 orang
memperoleh pengetahuan sebanyak- (19,1%). Sebagian besar pengetahuan ibu
banyaknya. Usia adalah lamanya hidup yaitu cukup sebanyak 37 orang (58,7%).
seseorang sejak lahir yang dinyatakan
dengan tahun. Usia mempengaruhi terhadap Hasil uji statistic Sperman’s Rho
daya tangkap dan pola pikir seseorang didapatkan hasil p value (0,000) ˂ (0,05)
(Notoadmodjo, 2010). maka disimpulkan bahwa dari nilai korelasi
koefisien sebesar (0,496) maka nilai
Hasil penelitian dari 63 responden menandakan ada korelasi/hubungan anatara
didapatkan 8 diketahui bahwa pendidikan pengetahuan terhadap makanan
ibu sekolah dasar (SD) sebanyak 43 orang pendamping ASI balita usia 6-24 bulan.
(68,3%), sekolah menengah pertama Hal ini berperan besar terhadap seseorang
sebanyak 8 orang (12,7%), dan sekolah untuk melakukan tindakan kebutuhan baik
menengah atas sebanyak 12 orang (19,0%). diri maupun orang lain.
Sebagian besar pendidikan ibu di area
puskesmas jejangkit marabahan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
kebanyakan sekolah dasar (SD) sebanyak ini terjadi setelah orang melakukan
43 orang (68,3%). penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Hasil uji statistic Sperman’s Rho Pengetahuan berperan besar terhadap
didapatkan hasil p value (0,011) ˂ (0,05) seseorang untuk melakukan tindakan.
maka disimpulkan bahwa dari nilai korelasi Tingkat pengetahuan seseorang
koefisien sebesar (0,317) maka nilai berpengaruh terhadap kebutuhan baik diri
menandakan ada korelasi/hubungan antara maupun orang lain. (Jurnal keperawatan
pendidikan ibu terhadap pemberian dan kebidanan aisyiyah, vol.14,No.1,juni
makanan pendamping ASI. Hal ini 2018).
berpengaruh terhadap pemberian makanan
pendamping ASI karena mempengaruhi Pendidikan ibu yang rendah memungkinkan
cara berfikir dan berperilaku. seorang ibu kurang dalam mengadopsi
pengetahuan yang baru dan akan
Pendidikan adalah segala upaya yang menghambat perkembangan sikap seorang
direncanakan untuk mempengaruhi orang ibu terhadap informasi khususnya hal-hal
lain baik individu, kelompok, atau yang berhubungan tentang makanan
masyarakat sehingga mereka melakukan pendamping ASI.
apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan. Tingkat pendidikan Hasil penelitian dari 63 responden
mempengaruhi cara berpikir dan perilaku diketahui bahwa pekerjaan ibu rumah
(Nauli, 2012). tangga sebanyak 56 orang (88,9%), dan
pegawai swasta sebanyak 7 orang (11,1%).
Dalam penelitian ini, terdapat ibu yang Sebagian besar pekerjaan ibu yaitu sebagai
berpendidikan rendah yaitu SD (Sekolah ibu rumah tangga sebanyak 56 orang
Dasar), hal ini menyebabkan kemampuan (88,9%).
ibu dalam menyerap informasi yang
diterima kurang dimengerti terhadap Hasil uji statistic Sperman’s Rho
informasi yang diberikan. Ibu dengan didapatkan hasil p value (0,324) ˃ (0,05)
tingkat pendidikan rendah akan cenderung maka disimpulkan bahwa dari nilai korelasi
lebih kuat mempertahankan tradisi dan koefisien sebesar (0,496) maka nilai
budaya yang berhubungan dengan makanan menandakan tidak ada korelasi/hubungan
sehingga sulit menerima informasi baru anatara pekerjaan terhadap makanan

7
pendamping ASI balita usia 6-24 bulan. kategori yang kurang baik, hal ini
Hal ini berhubungan dengan aktivitas ibu disebabkan karena pada faktor usia, usia
setiap harinya untuk memenuhi makanan ibu yang paling banyak yaitu pada usia 21-
tambahan pada balita. 30 tahun (dewasa awal). Hal ini juga yang
mempengaruhi terhadap pemberian
Pekerjaan berperan besar terhadap makanan pendamping asi balita usia 6-24
seseorang melakukan tindakan pemberian bulan.
makanan pendamping ASI. Pekerjaan ibu
merupakan faktor yang bersifat b. Hubungan faktor pendidikan dengan
memproteksi, artinya ibu yang tidak bekerja pemberian makanan pendamping ASI
akan lebih mendukung dalam pemberian balita usia 6-24 bulan
ASI dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini Hasil penelitian ini menunjukkan ada
dikarenakan ibu yang tidak bekerja di luar hubungan faktor pendidikan ibu terhadap
rumah (IRT) akan memiliki banyak waktu hubungan pemberian makanan pendamping
dan kesempatan untuk bersama anaknya ASI. Karena faktor pendidikan ibu di area
dibandingkan ibu yang bekerja (Syerlia et puskesmas jejangkit marabahan memiliki
al, 2011). kategori kurang baik dengan tingkat
pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak
Hasil penelitian dari 63 responden 69,8%. Hal ini berpengaruh terhadap
diketahui bahwa pendapatan orang tua pemberian makanan pendamping ASI
balita yaitu rendah ˂ 1.000.000 sebanyak karena mempengaruhi cara berpikir dan
36 orang (57,1%), pendapatan menengah berperilaku.
1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 25 orang
(39,7%), dan pendapatan tinggi ≥ 2.000.000 Pendidikan responden merupakan salah
sebanyak 2 orang (3,2%). Sebagian besar satu unsur penting ikut menentukan
pendapatan orang tua balita yaitu rendah ˂ keadaan gizi bayi dalam pemberian
1.000.000 sebanyak 36 orang (5,1%). makanan tambahan. Ibu yang
berpendidikan rendah memiliki tingkat
Hasil uji statistic Sperman’s Rho penyerapan dan pemahaman yang juga
didapatkan hasil p value (0,003) ˂ (0,05) rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian.
maka disimpulkan bahwa dari nilai korelasi Pendidikan membantu seseorang untuk
koefisien sebesar (0,365) maka nilai menerima informasi tentang pertumbuhan
menandakan ada korelasi/hubungan dan perkembangan balita, misalnya
pendapatan terhadap pemberian makanan memberi makanan pendamping ASI
pendamping ASI balita usia 6-24 bulan. Hal (MPASI) di usia balita memasuki 6 bulan.
ini berhubungan dengan kondisi keuangan
yang menyebabkan daya beli untuk c. Hubungan faktor pengetahuan dengan
makanan tambahan menjadi lebih besar. pemberian makanan pendamping ASI
balita usia 6-24 bulan
Pendapatan merupakan hal yang Hasil penelitian ini menunjukkan ada
pentingkarena semakin baik perekonomian hubungan faktor pengetahuan terhadap
keluarga maka daya beli makanan makanan pendamping ASI. Karena faktor
tambahan akan semakin mudah, sebaliknya pengetahuan ibu dalam pemberian makanan
jika semakin buruk perekonomian keluarga pendamping ASI dikategorikan kurang baik
maka daya beli makanan tambahan semakin yaitu cukup sebanyak 56,8% hal ini
sukar (Pradana, 2010). berhubungan dengan tingkat pengenalan
informasi tentang pemberian makanan
a. Hubungan faktor usia dengan pemberian pendamping ASI.
makanan pendamping ASI balita usia 6-
24 bulan Pengetahuan berhubungan dengan
Hasil dari penelitian menunjukkan ada pendidikan. Semakin tinggi tingkat
hubungan faktor usia ibu terhadap pendidikan seseorang semakin tinggi
hubungan pemberian makanan pendamping pemahamannya, sehingga tingkat
ASI. Karena faktor usia ibu di area pendidikan sangan berperan dalam
puskesmas jejangkit marabahan memiliki penyerapan dan pemahaman tentang

8
informasi. Seseorang dengan pendidikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang
tinggi cenderung akan semakin luas dari enam bulan (Nauli, 2012).
pengetahuannya. Pendidikan ibu yang
rendah memungkinkan seorang ibu kurang 5. Kesimpulan
dalam mengadopsi pengetahuan yang baru Faktor Usia ibu terbanyak ibu balita pada
dan akan menghambat perkembangan sikap umur 21-30 tahun adalah 28 orang (44,5%.,
seorang ibu terhadap informasi khususnya Faktor pendidikan terbanyak ibu balita
hal-hal yang berhubungan tentang makanan yaitu Sekolah dasar (SD) adalah 43 orang
pendamping ASI. (68,3%), Faktor pengetahuan terbanyak ibu
balita yaitu cukup adalah 37 orang (58,7%),
d. Hubungan faktor pekerjaan dengan Faktor pekerjaan terbanyak ibu balita yaitu
pemberian makanan pendamping ASI ibu rumah tangga (IRT) adalah 56 orang
balita usia 6-24 bulan (88,9%), Faktor pendapatan pendapatan
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada terbanyak ibu balita pada yaitu rendah
hubungan antara faktor pekerjaan dengan adalah 36 orang (57,1%), Makanan
makanan pendamping ASI. Karena faktor pendamping ASI balita usia 6-24 bulan
pekerjaan ibu paling banyak kategori ibu tidak diberikan adalah 38 orang (60,3%),
rumah tangga sebanyak 88,9%, dan Ada hubungan antara usia ibu dengan
aktivitas ibu setiap harinya guna pemberian makanan pendamping ASI
memberikan makanan pendamping asi pada (MPASI) balita usia 6-24 bulan di
balita. Puskesmas Jejangkit Marabahan, tahun
2019, Ada hubungan antara pendidikan ibu
Pekerjaan berperan besar terhadap dengan pemberian makanan pendamping
seseorang melakukan tindakan pemberian ASI (MPASI) balita usia 6-24 bulan di
makanan pendamping ASI. Pekerjaan ibu Puskesmas Jejangkit Marabahan, tahun
merupakan faktor yang bersifat 2019., Ada hubungan antara pengetahuan
memproteksi, artinya ibu yang tidak bekerja ibu dengan pemberian makanan
akan lebih mendukung dalam pemberian pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24
ASI dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini bulan di Puskesmas Jejangkit Marabahan,
dikarenakan ibu yang tidak bekerja di luar tahun 2019, Tidak ada hubungan antara
rumah (IRT) akan memiliki banyak waktu pekerjaan ibu dengan pemberian makanan
dan kesempatan untuk bersama anaknya pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24
dibandingkan ibu yang bekerja (Syerlia et bulan di Puskesmas Jjangkit Marabahan,
al, 2011). tahun 2019, Ada hubungan antara
pendapatan ibu dengan pemberian makanan
e. Hubungan faktor pendapatan dengan pendamping ASI (MPASI) balita usia 6-24
pemberian makanan pendamping ASI bulan di Puskesmas Jejangkit Marabahan,
balita usia 6-24 bulan tahun 2019.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara pendapatan dengan 6. Saran
makanan pendamping ASI. Karena faktor Diharapkan pada ibu balita agar bisa
pendapatan dikategorikan rendah sebanyak meningkatkan pengetahuan gizi mengenai
57,1%, dan dengan kondisi keuangan yang Makanan Pendamping ASI balita usia 6-24
menyebabkan daya beli untuk makanan bulan dan faktor yang dapat mempengaruhi
tambahan menjadi lebih besar. makanan pendamping ASI, sehingga dapat
meningkatkan gizi bagi anaknya melalui
Pendapatan adalah salah satu faktor yang buku, penyuluhan, media masa sehingga
berhubungan dengan kondisi keuangan dapat meningkatkan status gizi, untuk
yang menyebabkan daya beli untuk instansi puskesmas dapat menjadikan
makanan tambahan menjadi lebih besar. masukan untuk program perencanaan
Pendapatan menyangkut besarnya kesehatan yang dapat meningkatkan status
penghasilan yang diterima, yang jika gizi balita dan bagi petugas kesehatan
dibandingkan dengan pengeluaran, masih terutama ahli gizi dapat meningkatkan
memungkinkan ibu untuk memberikan pengetahuan gizi masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan pada saat kegiatan

9
posyandu. Bahan masukkan untuk
pengembangan materi makanan *Mira Novita Dewi. Mahasiswa S1
pendamping ASI, faktor yang Keperawatan Universitas Muhammadiyah
mempengaruhi makanan pendamping ASI. Banjarmasin
Saran bagi perawat untuk lebih **Muhsinin, Ns., M.Kep, Sp.Anak. Dosen
memperhatikan faktor yang mempengarui Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
pemberian makanan pendamping ASI balita ***Dr. Syamsul Firdaus, S.Kp, M.Kes Dosen
dengan meningkatkan peran perawat, Poltekes Kemenkes Banjarmasin
misalnya dengan mengikuti seminar-
seminar tentang pemberian makanan
pendamping asi balita dan bisa mencari
inovasi yang baru untuk meambah
wawasan, misalnya dengan mengevaluasi
pengetahuan tentang makanan pendamping
ASI, dan bagi peneliti selanjutnya untuk
dapat melakukan penelitian yang berbeda
dengan topik yang sama dan tempat
penelitian. Penelitian selanjutnya juga dapat
lebih memperhatikan faktor lain seperi
aspek ekonomi yang dapat berpengaruh
dalam variable yang diteliti.

7. Daftar Rujukan
Depkes, RI. (2010). Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Helmi. (2012). Stop Makanan Pendamping
ASITerlaluDini.http://.ayahbunda.co.id
/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/stop.ma
kanan.pendamping.asi.terlalu.dini/001/
001/546//makan/4.
Nauli, D.W. (20120). Hubungan pemberian
MPASI Dini dengan Kejadian
Penyakit Infeksi Pada Bayi 0-6 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar
Raya kecamatan raya kahean
kabupaten simalungan. Skripsi
Universitas Sumatra.
Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Sakti, R.E. (2013). Hubungan Pola
Pemberian MPASI dengan Status Gizi
Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah
Pesisir Kecamatan Tallo.Makasar.
Varghese, S. (2015). Texbook of
Pedriatrick nursing.India : Jaypee
Brothers Medical Publisher.
WHO. (2012). Child
Health.http://www.who.int/gho/child_
health/en.

10
11

You might also like