You are on page 1of 8

NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren


(SAR) di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG
Universitas Jember pada Tahun 2014
(Prevalence and Distribution of Patients Recurrent Aphthous
Stomatitis ( RAS ) in Oral Medicine Departement of Dental
Hospital, Dentistry Faculty, University of Jember in 2014)
Annisa Sulistiani, Sri Hernawati, Ayu Mashartini P
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
e-mail : annisasulistiani@rocketmail.com

Abstract
Background: Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) is a disorder characterized by
recurring ulcers confined to the oral mucosa with no other signs of disease. RAS is
classified according to three classification, there are RAS minor, RAS mayor, and RAS
herpetisformis. RAS prevalence of general population ranges from 5%-66%. Purpose:
This study aimed to obtain the prevalence and distribution of patients suffering from RAS
in Oral Medicine Departement of Dental Hospital, Dentistry Faculty, University of Jember
in 2014. Method: This study used descriptive study with retrospective approach and
purposive sampling. The population of this study is all patients of Oral Medicine
Departement of Dental Hospital, Dentistry Faculty, University of Jember in 2014 as many
as 1073 peoples. Result and Conclution: The result showed that 146 patients suffer
SAR (14%) from 1037 patients in Oral Medicine Departement of Dental Hospital,
Dentistry Faculty, University of Jember on January until December 2014. There were
97% of patients had RAS minor, 3% of patients had RAS mayor, and 0% of patients had
RAS herpetisformis from 146 patients with RAS. RAS can occur in women or men and
children or adults, the result of this research showed that RAS was most common in
women, that was 70% and the age groups of 12-24 years was 54%.

Keywords: Distribution, Prevalence, Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)


Abstrak
Latar Belakang: Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan suatu lesi ulserasi yang
ditandai dengan adanya ulser kambuhan pada mukosa mulut dan tanpa adanya tanda-
tanda suatu penyakit lainnya. SAR diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu SAR minor, SAR
mayor dan SAR herpetiformis. Prevalensi SAR pada populasi dunia berkisar antara 5%-
66%. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prevalensi dan distribusi penderita
SAR di Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada tahun 2014. Metode:
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian retrospektif
dan purposive sampling. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang datang ke Klinik
Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada tahun 2014 sebanyak 1037 orang.
Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 146 penderita SAR
(14%) dari 1037 pasien yang datang ke Klinik Penyakit Mulut pada bulan Januari sampai
Desember tahun 2014. Terdapat 97% pasien dengan SAR minor, 3% pasien dengan SAR
mayor, dan 0% pasien dengan SAR herpetisformis dari 146 penderita SAR. SAR bisa
terjadi pada perempuan atau laki-laki dan anak-anak atau dewasa, hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa SAR paling banyak terjadi pada perempuan, yaitu sebesar 70% dan
pada kelompok usia 12-24 tahun, yaitu sebesar 54%.

Kata Kunci : Distribusi, Prevalensi, Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 169


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

Pendahuluan berkeratin seperti palatum keras dan


tenggorokan. SAR mayor kambuh lebih sering
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang dan berlangsung lebih lama dibandingkan tipe
dikenal dengan istilah apthae atau cancer sores, minor, yaitu dalam waktu beberapa minggu
merupakan suatu lesi ulserasi yang terjadi sampai beberapa bulan. Ulser biasanya sembuh
secara kambuhan pada mukosa mulut tanpa dengan membentuk jaringan parut dan distorsi
adanya tanda-tanda suatu penyakit lainnya [1]. jaringan. Hal ini disebabkan karena ulser sudah
Gejala awal SAR bisa dirasakan penderita mengerosi jaringan ikat [8].
sebagai rasa sakit dan ditandai dengan adanya
ulser tunggal atau multiple yang terjadi secara SAR herpetiformis adalah tipe ulserasi
kambuhan pada mukosa mulut, berbentuk bulat fokal kambuhan pada mukosa mulut yang jarang
atau oval, batas jelas, dengan pusat nekrotik terjadi, hanya memiliki prevalensi berkisar 5-
berwarna kuning-keabuan dan tepi berwarna 10% dari seluruh kasus SAR [9]. Gambaran
kemerahan [2]. mencolok dari SAR tipe ini adalah adanya ulser
Prevalensi SAR pada populasi dunia bersifat multiple, yaitu 20 hingga 200 ulser,
bervariasi antara 5% sampai 66% [3]. SAR diameter 1-3mm, bentuk bulat, mukosa di
paling sering terjadi pada dekade kedua dan sekitar ulkus eritematosus dan diperkirakan
ketiga kehidupan seseorang [4]. Hal ini terbukti akan ada rasa sakit. Setiap bagian mukosa
pada penelitian Abdullah yang menyebutkan mulut dapat terkena SAR herpetiformis, tetapi
bahwa terjadi prevalensi SAR paling tinggi pada khususnya terjadi pada ujung anterior lidah, tepi-
usia 20-29 tahun, yaitu sebesar 36,28%. tepi lidah dan mukosa bibir [8]. Ulser
Berdasarkan jenis kelamin SAR lebih sering berlangsung selama 7-30 hari dengan
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki peyembuhan meninggalkan jaringan parut
pernyataan ini dukung oleh penelitian Abdullah [9,12].
yang didapatkan banyaknya penderita SAR Diagnosis SAR didasarkan pada
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar anamnesa dan gambaran klinis dari ulser.
55,4%, sedangkan pada pria hanya sebesar Perhatian khusus harus ditujukan pada riwayat
44,6% [5]. keluarga, frekuensi ulser, durasi ulser, jumlah
Etiologi SAR sampai saat ini belum ulser, lokasi terjadinya ulser (non-keratinisasi
diketahui secara pasti, namun ada beberapa atau keratinisasi), ukuran dan bentuk ulser,
faktor predisposisi yang dianggap berhubungan kondisi medis, ulser genital, masalah kulit,
dengan terjadinya SAR. Beberapa faktor gangguan pencernaan, riwayat obat, tepi ulser,
tersebut meliputi defisiensi nutrisi, trauma, dasar ulser, dan jaringan disekitarnya [13]. Hal
genetik, stress, hormonal, dan alergi [6,7]. ini disebabkan karena banyaknya lesi di dalam
SAR diklasifikasikan dalam 3 kategori rongga mulut yang secara klinis mirip dengan
yaitu: (1) SAR minor; (2) SAR mayor; (3) SAR SAR, antara lain ulkus traumatikus, Sindrom
herpetiformis [8]. SAR minor merupakan behcet, herpes simplek, dan karsinoma sel
penyakit yang paling sering ditemui, yaitu sekitar skuamosa [8].
75 – 85% dari kasus SAR lainnya [9]. SAR
Minor terlihat dengan bentuk ulser yang Metode Penelitian
dangkal, oval, diameter < 1 cm, berwarna
kuning kelabu dengan tepi eritematosus yang Penelitian ini merupakan penelitian
mencolok mengelilingi pseudomembran deskriptif yang ditujukan untuk menentukan
fibrinosa [5]. SAR minor lebih sering mengenai jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit
mukosa rongga mulut yang tidak berkeratin disuatu daerah berdasarkan variabel orang,
seperti mukosa labial dan bukal, dasar mulut, tempat, dan waktu [14]. Rancangan penelitian
dan pada lateral dan ventral lidah. Ulser yang digunakan adalah retrospektif, yaitu suatu
biasanya sembuh spontan tanpa pembentukan rancangan penelitian yang mengikuti proses
jaringan parut dalam waktu 10-14 hari [10,11]. perjalanan penyakit kearah belakang
SAR mayor merupakan salah satu tipe berdasarkan urutan waktu [15].
SAR yang terjadi berkisar 10-15%, ditandai Penelitian ini dilakukan di bagian Rekam
dengan adanya ulser berbentuk bulat atau oval Medis RSGM FKG Universitas Jember pada
dengan batas yang tidak jelas, diameternya ≥ 1 bulan Oktober sampai November tahun 2015.
cm dan disertai rasa sakit hebat [9]. SAR mayor Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
bisa muncul pada setiap bagian mukosa mulut pasien yang datang ke Klinik Penyakit Mulut
tetapi cenderung muncul pada mukosa RSGM FKG Universitas Jember dari bulan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 170


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

Januari sampai bulan Desember tahun 2014. periode Agustus terjadi peningkatan prevalensi
Teknik sampling yang digunakan adalah penderita SAR yang mencolok dibandingkan
purposive sampling, sehingga didapatkan bulan-bulan sebelumnya, dan pada periode
sampel dalam penelitian ini berjumlah 146 Agustus sampai Desember terlihat prevalensi
orang, yaitu seluruh pasien yang datang ke penderita SAR kembali menurun. Data dapat
Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 berikut.
Jember dari bulan Januari sampai bulan
Desember tahun 2014 dan terdiagnosis SAR. Tabel 1. Prevalensi penderita SAR di Klinik Penyakit
Mulut RSGM FKG Universitas Jember
Data dikumpulkan dengan diawali melakukan tahun 2014
pencarian Rekam Medik penderita SAR yang
Pasien Klinik
datang ke Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Diagnosis
Penyakit Presentase
Universitas Jember pada tahun 2014 secara SAR
Mulut
online, kemudian dilanjutkan pencarian rekam Bulan
medis secara manual. Data yang terkumpul
Penderita Pasien PM (%)
diperiksa mengenai ketepatan serta SAR
kelengkapannya, selanjutnya data diolah dan
dianalisa dengan bantuan pengolah data pada
Januari 3 19 16%
komputer, yaitu Ms.Excel.
Analisis data bertujuan untuk
mendapatkan prevalensi SAR. Angka prevalensi Febuari 10 140 7%
SAR dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : Maret 9 76 12%

prevalensi SAR = jumlah penderita SAR di Klinik OM x 100% April 20 157 13%
jumlah pasien Klinik OM

Mei 7 75 9%
Distribusi SAR berdasarkan klasifikasi SAR, usia
penderita SAR, dan jenis kelamin penderita SAR
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai Juni 10 98 10%
berikut :
Juli 0 0 0%
distribusi SAR = a x 100%
Agustus 4 16 25%
b

keterangan : September 14 97 14%

a = angka kasus tertentu, misalnya perempuan Oktober 24 124 19%

b = jumlah kasus seluruhnya, misalnya laki-laki dan


November 16 94 17%
perempuan

Data yang telah diolah dan dianalisis Desember 29 141 21%


disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
Rata-rata
146 1037 14%
Prevalensi
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat sebanyak 146 orang penderita SAR
dari 1037 pasien yang datang ke Klinik Penyakit Gambar 1. Diagram prevalensi penderita SAR di Klinik
Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas
Jember tahun 2014
bulan Januari sampai Desember tahun 2014,
sehingga didapatkan angka rata-rata prevalensi
SAR terbagi menjadi tiga jenis, yaitu SAR
penderita SAR sebesar 14%. Pada periode
minor, SAR mayor, dan SAR herpetisformis.
Januari sampai Juni didapatkan prevalensi
Hasil penelitian ini didapatkan jumlah pasien
penderita SAR cenderung stabil, pada periode
dengan SAR minor sebanyak 141 orang (97%),
Juli terjadi penurunan yang drastis dari
SAR mayor sebanyak 3 orang (3%), dan SAR
prevalensi penderita SAR, sedangkan pada

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 171


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

herpetisformis tidak ada (0%). Data dapat dilihat


pada Tabel 2 dan Gambar 2 berikut.
30-34 tahun 2 1%
Tabel 2. Distribusi SAR berdasarkan klasifikasi SAR
Klasifikasi SAR Jumlah Presentase
35-39 tahun 1 1%

SAR minor 141 97%


40-44 tahun 0 0%

SAR mayor 5 3%
45-49 tahun 2 1%

SAR herpetisformis 0 0%
50-54 tahun 2 1%

Jumlah 146 100%


55-59 tahun 2 1%

Jumlah 146 100%

Gambar 2. Diagram distribusi SAR berdasarkan


klasifikasi SAR

Semua kelompok umur bisa terkena SAR,


namun pada penelitian ini didapatkan data
Gambar 3. Diagram distribusi penderita SAR berdasarkan
bahwa kelompok umur 20-24 tahun mempunyai kelompok usia
prevalensi SAR paling tinggi dibandingkan
kelompok umur lainnya, yaitu sebanyak 79 SAR bisa terjadi pada laki-laki dan
orang (54%). Kelompok umur 0-4 tahun dan 40- perempuan, namun SAR lebih rentan terjadi
44 tahun merupakan kelompok umur dengan pada perempuan. Hal ini sesuai dengan
prevalensi SAR paling rendah, yaitu 0%, data penelitian yang telah dilakukan, yaitu didapatkan
dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3 jumlah penderita SAR perempuan sebanyak 102
berikut. orang (70%) dan laki-laki sebanyak 44 orang
(30%). Data dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Tabel 3. Distribusi SAR berdasarkan kelompok usia Gambar 4 berikut.
Usia Jumlah Presentase
Tabel 4. Distribusi penderita SAR berdasarkan jenis
kelamin
0-4 tahun 0 0%
Jenis Kelamin Jumlah Presentase

5-9 tahun 4 3%
Laki-laki 44 30%

10-14 tahun 7 5%
Perempuan 102 70%

15-19 tahun 39 27%


Jumlah 146 100%

20-24 tahun 79 54%

25-29 tahun 8 5%

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 172


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

mayor sebesar 10-15%, dan SAR herpetisformis


sebesar 5-10% [9]. Ketidaksamaan ini bisa
disebabkan karena terdapat perbedaan
populasi, daerah, waktu, dan metodelogi
penelitian yang digunakan.
Adanya variasi angka prevalensi
penderita SAR di RSGM FKG Universitas
Jember juga ditemukan pada tiap-tiap periode
waktu dalam satu tahunnya, terbukti pada
diagram 4.1 yang menunjukkan bahwa
prevalensi penderita SAR di Klinik Penyakit
Mulut RSGM FKG Universitas Jember pada
Gambar 4. Diagram distribusi penderita SAR berdasarkan periode Januari sampai Juni tahun 2014
jenis kelamin cenderung stabil, hal ini diduga karena periode
tersebut merupakan jadwal aktif mahasiswa
klinik menjalani prakteknya, sehingga prevalensi
Pembahasan penderita SAR cenderung stabil. Periode Juli
tidak didapatkan satupun penderita SAR, hal ini
Prevalensi SAR bervariasi antara 5% dimungkinkan karena bulan tersebut merupakan
sampai 66% [3]. Hasil penelitian yang dilakukan bulan terakhir dari satu semester yang ditempuh
di RSGM FKG Universitas Jember mendukung oleh mahasiswa profesi di Klinik Penyakit Mulut
teori tersebut, yaitu ditemukan sebanyak 146 RSGM FKG Universitas Jember sehingga
penderita SAR (14%) dari 1037 pasien yang dimungkinkan juga target kasus SAR dari
datang ke Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG mahasiswa profesi sudah terpenuhi pada bulan-
Universitas Jember tahun 2014. Angka bulan sebelumnya, selain itu pada pertengahan
prevalensi SAR didapatkan tergantung pada bulan Juli juga mahasiswa profesi di Klinik
daerah atau tempat yang diteliti [3]. Hal ini Penyakit Mulut RSGM FKG Universitas Jember
terbukti pada penelitian yang dilakukan Soenoe libur dan tidak diadakan semester pendek.
(2013) di Kelurahan Puger Wetan, Jember Periode Agustus merupakan bulan yang
didapatkan prevalensi SAR sebesar 41,9% dan mempunyai prevalensi penderita SAR paling
di Kelurahan Kemuning Lor, jember sebesar tinggi dibandingkan bulan lainnya, hal ini
35,9% [16]. Penelitian oleh Banuarea (2009) di disebabkan karena bulan tersebut merupakan
Universitas Sumatera Utara didapatkan awal semester baru mahasiswa profesi
prevalensi SAR sebesar 64,4% [17]. Selain memasuki Klinik Penyakit Mulut dan mahasiswa
adanya perbedaan daerah atau tempat yang profesi mungkin lebih mengejar target kasus
diteliti, jumlah populasi dan jangka waktu yang yang mudah ditemukan, terutama kasus SAR.
digunakan dalam penelitian, serta metodelogi Selain itu, pada bulan agustus juga ditemukan
penelitian yang digunakan dapat menyebabkan penderita SAR dengan usia 19 tahun, 21 tahun,
adanya angka prevalensi yang bervariasi dan 25 tahun. Usia tersebut termasuk dalam
tersebut. kelompok usia dekade kedua dan ketiga. Usia
SAR terbagi menjadi tiga, yaitu SAR dekade kedua dan ketiga merupakan usia yang
minor, SAR mayor, dan SAR herpetisformis [8]. paling rentan terkena SAR [5]. Hal ini diduga
Hasil penelitian didapatkan angka prevalensi karena usia tersebut termasuk dalam kelompok
SAR minor sebesar 97%, SAR mayor sebesar usia remaja dan sebagian besar orang pada
3%, dan SAR herpetisformis sebesar 0%. Data kelompok usia tersebut adalah mahasiswa.
tersebut menunjukkan bahwa SAR minor Banyaknya mahasiswa yang terkena SAR
merupakan kasus yang paling banyak terjadi diduga berhubungan dengan stress yang
dibandingkan dengan kasus SAR mayor dan merupakan salah satu faktor predisposisi
SAR herpetisformis. Hal ini sesuai dengan terjadinya SAR. Pada periode September
penelitian sebelumnya oleh Rogers, dalam sampai Desember prevalensi penderita SAR
Scully (2003) yang menyatakan pernyataan kembali mengalami penurunan, hal ini
yang sama. Angka presentase banyaknya kasus disebabkan karena periode tersebut adalah
masing-masing SAR yang didapatkan dari jadwal aktif kembali mahasiswa klinik menjalani
penelitian tidak sama dengan penelitian Rogers, prakteknya dan mungkin mencari kasus lainnya
dalam Scully (2003) yang menyatakan bahwa disamping kasus SAR.
prevalensi SAR minor sebesar 75-85%, SAR

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 173


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

SAR minor merupakan SAR yang paling tersebut akan mengakibatkan terjadinya
sering terjadi pada mukosa mulut yang tidak kekacauan psikologis, yaitu stress [19].
berkeratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal,
palatum lunak, ventral lidah dan dasar mulut Stress merupakan salah satu faktor
[11]. Pernyataan ini didukung oleh penelitian predisposisi terjadinya SAR [7]. Respon dari
Banuarea yang menyatakan bahwa mukosa stress menyebabkan penekanan fungsi IgA,
bibir merupakan lokasi terkenanya SAR yang IgG, dan neutrofil. Penurunan dari fungsi IgA
paling sering terjadi, yaitu sebesar 42,25%, pada stress akan mempermudah perlekatan
sedangkan gingiva yang merupakan mukosa mikroorganisme ke mukosa sehingga
mulut yang berkeratin hanya sebesar 3,80% mikroorganisme mudah invasi ke jaringan dan
[17]. Mukosa mulut yang tidak berkeratin menyebabkan infeksi. Penurunan fungsi IgG
mempunyai lapisan stratum korneum lebih tipis memudahkan terjadinya kondisi patologis
dibandingkan mukosa mulut yang berkeratin, hal karena penurunan fungsi fagositosis, toksin dan
ini menyebabkan mukosa mulut yang tidak virus tidak dapat dinetralisir. Penurunan neutrofil
berkeratin lebih rentan terhadap terjadinya SAR akan menyebabkan fungsi fagositosis menurun
akibat adanya trauma. Trauma merupakan salah sehingga terjadi penurunan dalam membunuh
satu faktor predisposisi terjadinya SAR [7]. mikroorganisme [20]. Berdasarkan hal tersebut,
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Suling, adanya stress diduga menyebabkan
dkk yang menyatakan bahwa truama homeostatis terganggu sehingga jaringan rentan
merupakan faktor predisposisi yang paling terhadap suatu ulser berupa SAR melalui
banyak menyebabkan terjadinya SAR, terdapat berbagai mekanisme. Pernyataan ini didukung
sebanyak 41 responden (91,1%) mengaku oleh penelitian Abdullah yang didapatkan bahwa
bahwa SAR yang dialami muncul setelah stress merupakan faktor predisposisi paling
mengalami trauma dalam rongga mulut [18]. tinggi dibandingkan faktor lainnya, yaitu sebesar
Trauma yang paling sering dialami adalah 43,3% [19]. Jenis stress yang paling banyak
trauma karena terbentur sikat gigi saat menyikat terjadi adalah stress yang berhubungan dengan
gigi dan tidak sengaja tergigit bagian tertentu masalah pendidikan dan saat ujian, yaitu
dari mukosa mulut [18]. sebesar 56,52% dan 32,61% [17].
SAR bisa terjadi pada semua usia, SAR lebih sering terjadi pada
namun SAR berkembang pada usia dekade perempuan dibandingkan laki-laki [5].
kedua (10-19 tahun) dan ketiga (20-29 tahun) Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
[4]. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat
dilakukan. Didapatkan data bahwa kelompok angka prevalensi penderita SAR perempuan
usia 20-24 tahun mempunyai prevalensi SAR sebesar 70% dan laki-laki sebesar 30%. Pada
yang paling tinggi, yaitu sebesar 54%. Usia penelitian Abdullah juga menunjukkan bahwa
tersebut termasuk kedalam kelompok usia prevalensi SAR tertinggi adalah pada
dekade ketiga. Banyaknya kelompok usia 20-24 perempuan, yaitu sebesar 55,4% dan laki-laki
tahun yang terkena SAR diduga karena usia hanya sebesar 44,6% [19]. Tingginya angka
tersebut masuk kedalam usia remaja dan kejadian SAR pada perempuan sering
sebagian besar orang pada usia tersebut adalah dihubungkan dengan faktor predisposisi
mahasiswa. Tingkat pendidikan mahasiswa ketidakseimbangan hormonal pada saat
mempunyai prevalensi SAR paling tinggi terjadinya siklus menstruasi, yaitu pada fase
dibandingkan pendidikan lainnya, hal ini terbukti luteal [21].
pada penelitian Abdullah yang menyatakan Menurunnya kadar hormon
bahwa angka prevalensi SAR pada tingkat progesterone dan estrogen pada fase luteal
pendidikan mahasiswa sebesar 75%. diduga menyebabkan perempuan rentan
Banyaknya mahasiswa yang terkena SAR terkena SAR. Pengaruh ini disebabkan karena
diduga disebabkan karena pada masa tersebut fluktuasi kadar estrogen dan progesterone yang
remaja laki-laki maupun perempuan mengalami reseptornya juga dapat dijumpai di dalam
berbagai jenis masalah misalnya pada saat rongga mulut, khususnya pada gingiva. Croley
ujian, banyaknya tuntutan tugas, ataupun dan Miers, dalam Sumintarti dan Marlina
masalah pribadi diluar kegiatan kampus. Hal menjelaskan bahwa estrogen beroengaruh

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 174


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

untuk merangsang maturasi lengkap sel epitel kesehatan gigi dan mulut khususnya yang
mukosa rongga mulut, yaitu peningkatan sel berhubungan dengan penyakit mulut.
epitel superfisial dan keratin. Apabila terjadi
penurunan estrogen maka derajat keratinisasi Daftar Pustaka
epitel cenderung menurun dan bisa
menyebabkan proses timbulnya SAR meningkat Daftar Pustaka
[22]. [1] Glick, M. Burket’s Oral Medicine. Twelth
Berkurangnya kadar hormon Edition. USA: People’s Medical
progesteron hingga 80% pada saat menstruasi Publishing House, Ltd. 2015.
menyebabkan faktor self limiting berkurang, [2] Shafer W. G., Hine, M. K., & Levy, B. M.
Shafer’s Textbook Of Oral Pathology,
produksi prostaglandin berkurang,
6/E. India: Elsevier. 2009.
polymorphonuclear leukocytes menurun, [3] Neville, Damm, Allen, and Bouquot.
demikian juga permeabilitas vaskuler menurun. Oral and Maxillofacial Pathology Third
Perubahan permeabilitas ini menyebabkan Edition. China: Elsevier Inc. 2009.
mudanya terjadi invasi bakteri di mukosa rongga [4] Woo, S. Oral Pathology A
mulut dan lebih mudah lagi invasi tersebut Comprehensivee Atlas and Text. China:
berjalan oleh karena pengaruh estrogen [22]. Elsevier Inc. 2012.
[5] Saraf, S. Textbook of Oral Pathology.
Hal-hal tersebut diduga akan menyebabkan lesi
India: Jaypee Brothers Medical
berupa SAR muncul secara periodik sesuai Publishers (P), Ltd. 2006.
siklus menstruasi. Pernyataan ini juga didukung [6] Jordan, R. C. K. & Lewis, M. A. O. A
oleh penelitian Sumintarti dan Marlina dan Color Handbook of Oral Medicine.
Soetiarto, dkk yang menyatakan bahwa London: Manson Publishing Ltd. 2004.
terjadinya penurunan kadar progesteron kurang [7] Delong, L. & Burkhart, N. General and
dari normal pada penderita SAR [22,23]. Oral Pathology For The Dental
Hygienist. United States: Lippincott
Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
Simpulan dan Saran Health. 2008.
[8] Langlais, R. L. & Miller, C. S. Kelainan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Rongga Mulut yang Lazim. Alih bahasa
rata-rata prevalensi SAR pada pasien yang oleh drg. Budi Susetyo. Jakarta:
datang ke Klinik Penyakit Mulut RSGM FKG Hipokrates. 2012.
Universitas Jember bulan Januari sampai [9] Scully, C., Gorsky, M., and Lozada-Nur,
Desember tahun 2014 adalah sebesar 14%. F. The Diagnosis and Management of
Distribusi SAR berdasarkan klasifikasinya Recurrent Apthous Stomatitis. America:
menunjukkan bahwa SAR minor lebih banyak JADA, 134. 2003.
terjadi dibandingkan klasifikasi SAR mayor dan [10] Eversole, L. R. Clinical Outline Of Oral
SAR herpetisformis, yaitu sebesar 97%. Usia Pathology: Diagnosis And Treatment.
kelompok 20-24 tahun merupakan kelompok USA: People’s Medical Publishing
usia yang paling banyak terkena SAR, yaitu House, Ltd. 2011.
sebesar 54%. Distribusi SAR berdasarkan jenis [11] Warnakulasuriya, S. dan Tilakaratna, W.
kelamin menunjukkan bahwa penderita M. Oral Medicine and Pathology: A
perempuan lebih banyak terkena SAR Guide to Diagnosis and Management.
dibandingkan laki-laki, yaitu sebesar 70%. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Saran yang dapat diberikan yaitu perlu Publishers (P) Ltd. 2014.
meningkatkan pengontrolan stress dan asupan [12] Bailey. B. J. & Johnson, J. T. Head &
makanan agar tidak mudah terkena SAR, Neck Surgery – OTOLARYNGOLOGY
terutama untuk remaja perempuan dan perlu Fourth Edition. USA: Lippincot Williams
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai & Wilkins, a Wolters Kluwer Business.
prevalensi dan distribusi SAR dengan jangka 2006.
waktu yang lebih panjang dan populasi yang [13] Domino, F.J., Baldor, R.A., Golding, J,
lebih besar, sehingga hasilnya dapat digunakan Grimes, J.A. The 5-Minute Clinical
secara umum untuk meningkatkan derajat Consult Premium 2015 23rd Edition.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 175


NaSulistiani, dkk, Prevalensi dan Distribusi Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Klinik ..

Philadelphia: Wolters Kluwer Health. Gigi Fakultas Kedokteran Universitas


2014. Sam Ratulangi. Indonesia: Jurnal e-GiGi
[14] Budiarto, E. & Anggraeni, D. Pengantar 2013: 1 (2).
Epidemiologi. Jakarta: EGC. 2002. [19] Abdullah, M. J. Prevalence of Reccurent
[15] Budiarto, E. Metodelogi Penelitian Aphthous Ulceration Experience in
Kedokteran: Sebuah Pengantar. Patients Attending Piramird Dental
Jakarta: EGC. 2003. Speciality in Sulaimani City. J Clin Exp
[16] Soenoe, J. S. “Prevalensi Reccurent Dent, 2013: 5 (2): e90.
Aphthous Stomatitis (RAS) Pada Anak [20] Hernawati, S. Mekanisme Selular dan
SD Usia 10-12 Tahun Di Kelurahan Molekul Stress Terhadap Terjadinya
Puger Wetan Kecamatan Puger dan Rekuren Aptosa Stomatitis. Jember:
Kelurahan Kemuning Lor Kecamatan Jurnal PDGI, 2014: 63 (1).
Arjasa Kabupaten Jember.” Jember: [21] Cawson, R.A & Odell, E.W. Cawson's
Program Pascasarjana Universitas Essentials of Oral Pathology and Oral
Jember. 2013. Medicine, Eighth Edition. China:
[17] Banuarea, T. H. P. “Prevalensi Elsevier Health Sciences. 2008.
Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren [22] Sumintarti & Marlina, E. Hubungan
(SAR) Pada Mahasiswa Universitas
Antara Level Estradiol dan
Sumatera Utara Yang Berpengalaman
Progesterone dengan Stomatitis Aftosa
SAR.” Medan: Program Pascasarjana
Rekuren. Indonesia: Dentofasial. 2012:
Universitas Sumatera Utara. 2009.
11 (3).
[18] Suling, P. L., Tumewu, E., Soewantoro,
[23] Soetiarto, F., Maria, A., Utami, S.
J. S., dan Darmanta, A. Y. Angka
Hubungan antara Recureent Aphthae
KejadianLesi yang diduga sebagai
Stomatitis dan Kadar Hormon
Stomatitis Aftosa Rekuren pada
Reproduksi Wanita. Indonesia: Buletin
Mahasiswa Program studi Kedokteran
Penelitian Kesehatan. 2009:37 (2).

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 5 (no. 1), Januari, 2017 176

You might also like