You are on page 1of 12

Framing dalam Advokasi Media Isu Transparansi Anggaran

oleh Organisasi Masyarakat Sipil


Framing in Media Advocacy of Budget Transparency by Civil Society Organization

Agung Hawari Hadi1 , Sarwititi Sarwoprasodjo2 , Ivanovich Agusta2


1
Konten strategis Seknas FITRA;
2
Dosen Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB
E-mail:age.hadi@gmail.com

ABSTRACT
Civil society organizations deliver frames in a press release as a way of communication
that voicing ideology through media advocacy to approach policy makers or the public as well
as to stimulate debate and construct a meaning. FITRA selected as research subject by
considering their activeness in the media. This research puspose is to comprehend how FITRA
consider Indonesia budget transparency issues and their Frame development process through
press releases. The press releases colected from 2010 until 2014, analyzed using Bendford and
Snow Framing concept: collective action frame. Result shows FITRA frames their press
releases by raising unaccountable state budget planning, the welfare of lame, bad examples of
leadership, budget politicization, poor government performance and lack of budget
transparency and public participation. FITRA blames leadership, executive, legislative and
political functions. Identification shows people and the country as victims. Solutions carried by
FITRA are improved regulation, affirmative action and incentives, budget rationalization and
relocation, improving state revenues and reduce the country's debt, budgets monitoring and
evaluation, transparency and public participation, PNS rationalization and improvement of the
standard used for the state budget. FITRA’s Framing react to the government's solution. FITRA
also urge people to be critical to the budget policy and invites the public to participate in the
budgeting process, especially the supervision of budgeting and realization.

Keywords: collective action frame, media advocacy, pers release, social movement

mengatakan keterbukaan informasi


Pendahuluan anggaran lebih bergantung pada
Temuan Open Budget Survey permintaan rakyat dan advokasi
tahun 2006 dan 2010 menemukan Organisasi Mayarakat Sipil (OMS) akan
buruknya kondisi transparansi anggaran informasi ketimbang pejabat pemerintah
negara-negara di dunia (Masud, 2011). yang taat pada ketentuan hukum. Salah
Temuan tersebut menyarankan satu cara OMS untuk mendapat
implementasi transparansi anggaran perhatian pemerintah adalah
yang menjamin akses publik pada mengangkat isu melalui advokasi
informasi adalah penting (Otiso, 2012). media. Advokasi media menyuarakan
Penelitian yang dilakukan Robinson, ideologi untuk mendekati pembuat
(2006 dan 2008), de Renzio dan kebijakan atau masyarakat, menstimulus
Krafchik, (2006) serta Carlitz et al. debat dan membuat gambaran yang
(2009) membuktikan bahwa aktivitas sesuai (Wallack 1994, Waisbord 2001,
OMS pada pengawasan dan advokasi Atkin dan Rice 2013). Dalam advokasi
anggaran dapat meningkatkan media OMS melakukan framing
transparansi anggaran, kesadaran dan terhadap suatu permasalahan. Framing
partisipasi masyarakat serta berdampak dikemas dalam siaran pers, kemudian
pada kebijakan anggaran. Hal ini diharapkan dapat dimuat di media-
didukung oleh Otiso (2012) yang media massa.

1
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699
Juli 2014. Vol.12 No.2

Advokasi media berserta frame Data Penelitian dan Metode


didalamnya merupakan suatu bentuk Pengumpulan Data
komunikasi. Bagaimana OMS dapat Data yang digunakan adalah
mendorong transparansi anggaran di siaran pers. Walaupun data yang biasa
Indonesia melalui siaran pers menarik digunakan dalam analis is frame,
untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini adalah berita (Sleurs et al. 2003),
berusaha melihat bagaimana konstruksi penggunaan siaran pers dipilih karena
realitas dalam framing siaran pers yang OMS bukan gatekeeper melainkan
dilakukan OMS akan permasalahan peserta yang aktif dalam membingkai
transparansi anggaran Indonesia. isu dan menciptakan dialog Ferree, et
Diharapkan hasil penelitian ini dapat al. (2002), serta untuk mengetahui
menjadi penguatan bagi masyarakat dan pesan aslinya, -bukan versi media-
pemerintah bagaimana OMS sebagaimana yang diniatkan oleh OMS.
mengkonstruks makna terutama pada Siaran pers didapat langsung dari
permasalahan penganggaran Indonesia, Seknas FITRA yang juga terdapat pada
serta menjadi acuan bagi OMS dalam situs web mereka. Terdapat 46 siaran
penerapan advokasi media. Hal ini juga pers pada rentang tahun 2010 sampai
diharapkan bermanfaat bagi dengan 2014. Rentang ini dipilih karena
pengembangan keilmuan komunikasi tahun 2010 merupakan tahun awal
pembangunan sebagai suatu bentuk FITRA menggunakan siaran pers.
komunikasi masyarakat untuk Sedangkan tahun 2014 adalah tahun
meyakinkan pemerintah. terakhir dimana penelitan ini dimulai.
Teknik Analisis Data
Metode Penelitian
Teori framing yang digunakan
Penentuan Kasus dan Waktu adalah collective action frame, dengan
Penelitian alasan penelitian ini melihat aktor dari
FITRA dipilih sebagai kasus frame yang dibangkitkan dalam
penelitian dengan empat kriteria, yaitu pergerakan sosial (Benford dan Snow,
OMS yang bergerak di bidang advokasi 2000). Pengkodean dilakukan dengan
transparansi anggaran, berkegiatan berdasarkan teori tersebut melalui dua
cakupan nasional, aktif di media, dan tahap, yaitu open coding dan focused
kaya akan informasi ketersediaan data coding. Open coding merekam kategori
siaran pers (Denzin dan Lincoln, 2009). atau tema yang muncul, focused coding
Penelitian dilaksanakan terhadap siaran mempersempit tema yang teridentifikasi
pers dalam advokasi media yang pada tahap open coding (Blackstone,
dilakukan FITRA di Sekretariat 2012). Pengkodean menjadi dasar
Nasional Forum Indonesia untuk penyajian core framing task dengan
Transparansi Anggaran, Jakarta Selatan mengelompokkan pengkodean pada isu-
pada bulan Januari 2015 sampai dengan isu utama yang diangkat oleh OMS.
Mei 2015.
Hasil Dan Pembahasanan perencanaan, belanja pegawai yang
lebih besar dari belanja modal,
Keberadaan Masalah Sosial
permasalah dana perimbangan, hutang
Hasil analisis frame diagnostik
negara dan kebijakan subsidi.
menunjukkan FITRA menganggap
Gambaran bagaimana FITRA
banyak permasalahan penganggaran
mengutarakan permasalahan terdapat
Indonesia dimana anggaran belum
pada frame-frame yang digunakannya.
disusun sepenuhnya untuk
Pendapatan negara dianggap yang
kesejahteraan rakyat. Permasalahan-
paling penting dalam penganggaran dan
permasalahan tersebut dapat
mengungkap buruknya perencanaan
diklasifikasikan ke dalam 6 kelompok,
anggaran Indonesia. FITRA memangkat
yaitu 1) perencanaan APBN tidak
isu minimnya alokasi belanja modal
akuntabel, 2) kesejahteraan yang
dibandingkan dengan belanja pegawai,
timpang, 3) contoh buruk
dimana alokasi belanja modal sebagian
kepemimpinan, 4) maraknya politisasi
besar malah ditujukan pada
anggaran, 5) kinerja pemerintah yang
infrastruktur. Isu kesejahteraan
buruk serta 6) rendahnya transparansi
menawarkan pandangan permasalahan
anggaran dan partisipasi masyarakat.
kesejahteraan rakyat yang tidak
Penggunaan isu perencanaan
direspon dengan baik melalui
angaran yang buruk adalah yang
penganggaran dengan menekankan rasa
terbanyak dari seluruh frame diagnostik
ketidakadilan sosial. FITRA menga-
yang digunakan. FITRA berusaha
takan APBN 2013 tidak responsif
mempengaruhi interpretasi realitas
gender dan program-program yang
masyarakat akan buruknya perencanaan
bersifat pemberdayaan perempuan dan
anggaran negara secara umum.
anak, serta pelayanan sosial selalu
Didalamnya membahas tentang
mendapatkan prosentase kecil.
kurangnya pendapatan negara, buruknya

3
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699
Juli 2014. Vol.12 No.2

Dalam politisasi anggaran, FITRA keuangan daerah dirugikan karena


mengatakan politik anggaran yang rendahnya pengawasan publik”
buruk menguntungkan para elit politik. (FITRA, 2013-9-29). FITRA juga
FITRA menyorot penambahan program mengkritik bahwa pemerintah tidak
kegiatan baru pada APBN-P dan mengikutsertakan masyrakat dalam
pembintangan anggaran dapat membuka penyusunan kebijakan-kebijakan
ruang korupsi karena persetujuannya pembangunan terutama proses
cukup dengan ketua komisi dan anggota penganggaran. Keterlibatan publik
banggar dari komisi tersebut. FITRA dalam proses perencanaan
juga membahas permasalahan Badan penganggaran terbatas pada forum
Anggaran dengan mengatakan. Musrenbang yang menyebabkan
“Kewenangan DPR untuk membahas implementasi pembangunan yang
APBN secara rinci, hingga satuan 3, dilakukan pemerintah tidak dapat
adalah kewenangan yang berlebihan dan dikontrol.
berpotensi terjadinya kongkalingkong Framing diagnostik dikonstruksi-
dan pencaloan anggaran” (FITRA, kan dalam sebuah gerakan sosial guna
2013-4-15). Kinerja pemerintah yang memberikan pemahaman mengenai
buruk dibahas FITRA salah satunya situasi dan kondisi yang sifatnya
dengan melihat buruknya kinerja problematik. (Benford dan Snow,
penyerapan anggaran oleh kementerian 2000). Terlihat bahwa FITRA
dengan mengkritik bahwa kementrian mengutarakan permasalahan anggaran
malas dalam merealisasikan program Indonesia dari sisi ideologi sampai sisi
kegiatan. FITRA menggambarkan teknis. Penganggaran yang buruk
lemah dan tidak tegas-nya Presiden menjadi dasar kausalitas yang diangkat
dalam memimpin pemerintahan. untuk memudahkan audiens mengenali
Pemborosan belanja perjalanan dinas permasalahan. Pengunaan frame dalam
yang dilakukan pemerintah menjadi siaran pers FITRA terlihat pada simbol
sorotan utama dengan menyatakan yang kuat dan berusaha mengundang
“Hampir setiap tahun belanja perjalanan audiens mengenali permasalahan
dinas mengalami peningkatan begitu (Kitzinger, 2007). Dengan framenya,
pula dengan penyimpangan belanja FITRA memusatkan perhatian pada
perjalanan dinas. 89,5 miliar belanja kejadian tertentu, penyebab dan
perjalanan dinas menjadi ajang dampaknya serta mengarahkan
bancakan birokrasi” (FITRA, 2011-10- perhatian menjauh dari hal lainnya. Hal
23). Selain pemborosan, hutang juga ini sesuai dengan Benford (1997) yang
dianggap sebagai produk ketidaktegasan mengatakan bahwa pembangunan
presiden. FITRA menuliskan “Selama makna sangat penting untuk isu-isu
SBY memegang jabatan presiden, utang keluhan, interpretasi dan atribusi
negara bertambah sebanyak Rp1.045 kausalitas. Bersamaan dengan itu, frame
triliun” (FITRA, 2014-1-9). Menurut FITRA memperjelas serangkaian
FITRA, pemerintah percaya bahwa simbol, gambaran dan argumen, serta
keterbukaan informasi anggaran masih menghubungkan ide dasar yang
dianggap sebagai sesuatu yang tabu memberi tahu apa yang yang sedang
yang hanya berhak diketahui segelintir terjadi. (Ferree et al., 2002). FITRA
orang saja. Hal ini dilihat dari mengunakan frame diagnostik yang
minimnya pemerintah daerah yang kerap berisi frame ketidakadilan
mempublikasikan dokumen-dokumen (injustice) untuk mengutarakan bahwa
anggaran melalui situs web mereka. terdapat permasalahan dalam
FITRA mengatakan “Tertutupnya penganggaran Indonesia dan berusaha
informasi anggaran berpotensi membuat meyakinkan masyarakat bahwa hal ini
berdampak besar pada keseharian. fungsi legislatif dan 4) fungsi birokrat
Secara sederhana FITRA berusaha dan politik. FITRA menyalahkan dari
mengungkap apa yang salah dang separuh agen klausal permasalahan
mengapa (Noakes & Johnson, 2005). anggaran pada fungsi-fungsi eksekutif
Hal ini sesuai dengan Benford (2000) dimana anggaran diamatkan. Fungsi
yang menyatakan aktor gerakan sosial kepemimpinan dan fungsi legislatif
mencari cara untuk mempengaruhi berposisi dengan jumlah yang hampir
interpretasi realitas. Baik itu benar atau sama, yaitu sekitar seperlima dari
salah, bagi gerakan sosial makna adalah keseluruhan. Kemudian sebagian kecil
awal dari aksi. Dengan menyentuh sisanya merupakan pelabelan pada
struktur nilai yang telah dimiliki fungsi-fungsi politik dan birokrasi.
audiens target (Gillan, 2008), FITRA Pada fungsi eksekutif,
membingkai isu-isu buruknya kebanyakan agen klausal dicantumkan
penganggaran Indonesia dengan baik. pada pemerintah. Pada fungsi
kepemimpinan, FITRA dengan
Pelabelan Agen Kausal
gamblang menyalahkan presiden
Framing diagnostik juga
dimana yang menjabat ketika itu adalah
menunjuk sumber kausalitas dan agen
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan
yang dianggap bersalah (Benford dan
pemerintahan yang dipimpinnya
Snow, 2000). Untuk mengidentifikasi
termasuk Istana. Pada fungsi legislatif,
agen klausal, peneliti mengidentifikasi
pelabelan agen klausal dititik beratkan
frasa atau kalimat yang mengandung
pada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
menyalahkan atau mencela keadaan
Pelabelan fungsi birokrat dan politik
atau sumber penyebab. Hasil analisis
terdiri dari agen klausal yang bersifat
memunculkan beberapa fungsi yang
politis dan berpotensi menyalahgunakan
diangap sebagai sumber penyebab
anggaran.
permasalahan, yaitu 1) fungsi
kepemimpinan, 2) fungsi eksekutif, 3)

5
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699
Juli 2014. Vol.12 No.2

identifikasi korban yang mengarah


Identifikasi Korban
secara spesifik pada kemiskinan dimana
Terdapat 4 kelompok pada
kata miskin sering digunakan sebagai
pemposisian korban dalam frame
sandingan kata rakyat/masyarakat/
diagnostik yang digunakan FITRA,
orang. FITRA juga membingkai isu
yaitu 1) rakyat secara umum, 2) rakyat
gender dengan mengangkat perempuan
miskin, 3) perempuan dan anak-anak,
dan anak-anak sebagai korban dari
dan 4) negara. Secara umum, kata
ketidakadilan. Dalam porsi kecil,
rakyat dan masyarakat sering digunakan
FITRA juga mengganggap pemerintah
untuk mewakilkan korban. FITRA
sebagai korban ketidakadilan
mengangkat kemiskinan sebagai salah
penganggaran.
satu dampak dari buruknya
penganggaran. Hal bisa dilihat dari

regulasi-regulasi yang perlu diperbaiki


Artikulasi Solusi FITRA
dan diperlukan tindakan tegas untuk
Hasil analisis frame prognostik
mendukung regulasi tersebut. Akan
menunjukkan artikulasi solusi yang
ketegasan tersebut, insentif dan
digunakan FITRA merupakan 1)
disinsentif harus diberlakukan. Menurut
perbaikan regulasi, tindakan tegas dan
FITRA rasionalisasi anggaran harus
insentif 2) rasionalisasi dan relokasi
dilakukan untuk menyesuaikan angaran
anggaran, 3) perbaikan penerimaan
dan kebutuhan. Untuk alokasi anggaran
negara dan mengurangi hutang negara,
yang dianggap tidak tepat, FITRA
4) pengawasan dan evaluasi anggaran,
menganjurkan relokasi anggaran.
5) peningkatan transparansi dan
Penerimaan negara menjadi titik penting
partisipasi masyarakat, 6) rasionalisai
dalam penganggaran. Meningkatkan
PNS dan 7) perbaikan standar yang
pendapatan terutama dilihat dari rasio
digunakan untuk APBN. Artikulasi
pajak dan laba BUMN yang tertahan.
solusi disini termasuk frame-frame yang
FITRA berusaha menyakinkan
mengandung apa saja yang harus
pemerintah dan masyarakat untuk
dilakukan, strategi yang mendukung
mengurangi hutang Negara dan
rencana dan solusi yang masuk akal
(Benford, 2000). mensiasati pembayarannya agar tidak
menjadi beban APBN. FITRA
Untuk penganggaran yang lebih
mendorong pemerintah untuk
baik, FITRA membahas bahwa terdapat
mempublikasikan informasi anggaran berupa daftar dengan kalimat pendek.
kepada publik melalui media informasi Hasil analisis menunjukkan dalam
yang dapat diakses publik secara luas. keseluruhan siaran pers fitra, frame
Menurut FITRA Pemerintah harus diagnostik yang digunakan berjumlah
membuka akses publik terhadap berjumlah lebih dari dua kali lebih
pengawasan penerimaan negara, mulai banyak dari pada frame prognostiknya.
dari tahap perencanaan, pelaksanaan Frame diagnostik seharusnya seimbang
dan pertanggung jawaban. Menurut denganz frame diagnostik yang
FITRA partisipasi publik pada tahap digunakan. Jika salah satunya terlalu
pelaksanaan anggaran diperlukan untuk banyak akan menghasilkan kurangnya
memastikan anggaran sesuai dengan resonansi suatu frame pada simpatisan
rencana dan memastikan tidak ada gerakan. Jika OMS terlalu fokus
mafia anggaran. K/L perlu membingkai permasalahan tanpa
melaksanakan konsultasi publik selama mengutarakan solusi maka frame
proses penyusunan RKA dan menjadi tidak efektif karena masalah
pembahasannya di DPR melibatkan terlihat tidak terpecahkan. Sebaliknya
unsur masyarakat yang luas. Artikulasi penekanan yang terlalu banyak pada
solusi FITRA mengajukan beberapa hal solusi kemungkinan beras akan gagal
yang dapat memperbaiki APBN seperti memotivasi individu. (Snow dan
memasukkan rasio gini dalam indkator Corrigall-Brown, 2005). Akan tetapi
makro APBN, pertumbuhan ekonomi frame prognostik yang digunakan
yang bersandar pada sektor riil dan FITRA menyediakan solusi spesifik dan
pendekatan pengukuran rakyat miskin dapat dikerjakan untuk memecahkan
dan pengangguran terbuka. Selain itu, masalah yang dihadapi pada setiap
FITRA mengajukan standar rasio siaran persnya. Maka soslusinya tidak
pegawai tidak hanya berdasarkan samar, frame prognostik menjadi
jumlah penduduk, namun juga influensial dalam memotivasi individu
memasukkan kondisi geografis dan untuk beraksi. (Benford 2005).
kemampuan fiskal daerah. Sedangkan
Refutasi Solusi Pemerintah
untuk mengurangi beban anggaran
Seperti kegiatan framing lainnya,
karena belanja pegawai, FITRA framing prognostik terjadi pada multi-
menyarankan untuk meneruskan organisasi yang terdiri dari berbagai
moratorium PNSD dan pembatasan OMS yang membentuk industri
jumlah organisasi pemerintah di gerakan, lawan mereka, target
kabupaten dan kota. pengaruh, media, dan para pengamat
Umumnya siaran pers FITRA (Evans 1997, Klandermans 1992).
terdiri dari paragraf pembuka, uraian Kegiatan Framing prognostik sebuah
permasalahan dan tuntutan sebagai FITRA mencakup sanggahan (refutasi)
solusi. Uraian permasalahan terdiri dari dari logika atau kemanjuran (efikasi)
beberapa paragraf sedangkan tututan solusi yang dianjurkan oleh lawan
7
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699
Juli 2014. Vol.12 No.2

(Benford, 2000). FITRA kerap sering kali diperlukan untuk masyarakat


menggunakan rufutasi solusi menyelaraskan motivasi individual pada
pemerintah dalam mengutarakan frame keseluruhan frame suatu gerakan yang
prognostiknya. Framing FITRA dibangun melalui retorika tertentu, kosa
bereaksi terhadap solusi pemerintah. kata dan diskursi. Akan tetapi penelitian
Sesuai dengan Benford (2000) bahwa ini tidak menemukan konstruksi
aktivitas framing lawan dapat kosakata dominan tertentu yang dapat
mempengaruhi framing sebuah gerakan, digunakan sebagai identitas kolektif
hal ini berguna sebagai tindakan untuk panggilan melawan (misalnya
defensif dan mengembangkan prognosis revolusi, class war dan ganyang). Hasil
menjadi lebih jelas. Contoh refutasi analisis menunjukkan Frame-frame
FITRA akan solusi pemerintah adalah motivasional dalam siaran pers FITRA
sebagai berikut. ditujukan untuk memobilisasi aksi
“Dengan SAL (Sisa Anggaran Lalu) kolektif dari korban untuk berpartisipasi
2012 senilai Rp 56,1 trilyun, maka dalam gerakan dan menggerakkan
sebenarnya Pemerintah tidak perlu sumber penyebab melakukan prognostik
mengajukan APBN Perubahan. SAL yang diutarakan. (Johnston, 1995).
tersebut mampu mengcover FITRA mengajak masyarakat untuk
pembengkakan subsidi BBM Rp 16 kritis terhadap kebijakan anggaran dan
trilyun dan kompensasinya Rp 30 berpartisipasi dalam proses
trilyun. Sehingga tidak diperlukan
penganggaran terutama pengawasan
justifikasi menambah utang baru
sebesar Rp 63,4 trilyun” (FITRA,
penganggaran dan realisasinya. Frame
2013-6-2). motivasional FITRA berupa kalimat
yang mengajak masyarakat ikut dalam
Ajakan dan Motivasi aksi gerakan.
Frame diagnostik dan prognostik Melihat data-data ini, apakah kita
tidak mencukupi untuk mengajak massa akan nyaman untuk tidur di rumah
untuk berpartisipasi dalam aksi kolektif. masing-masing di saat ribuan anak-
Untuk itu FITRA juag membutuhkan anak busung lapar menangis
frame motivasional (Bendford dan kesakitan melawan maut? Apakah
Snow, 2000). Hal ini lebih fokus pada kita akan nyaman mengendarai
panggilan aksi dibandingkan frame kendaraan dinas mewah yang dibeli
diagnostik dan prognostik yang dari hasil perasan keringat rakyat?
mengarah pada mobilisasi konsensus. (FITRA, 2012-10-21) … FITRA
Dengan kata lain, frame motivasional mengajak kepada semua elemen
masyarakat untuk mengawasi
kurang lebih merupakan panggilan aksi
jalannya pemerintahan …
simbolik. Konsep ini terdiri dari Kesemuanya itu patut dipertanyakan,
beberapa strategi, yang sering dikaitkan dan pemerintah harus bertanggung
pada penciptaan identitas kolektif (Porta jawab kepada public (FITRA, 2012-
& Diani, 2006). Konstruksi kosakata 12-13).”
Pada siaran pers FITRA, penganggaran Indonesia. Selanjutnya,
konstruksi kosakata lebih banyak masyarakat diharapkan dapat bersikap
mengarah ke kalimat yang memotivasi kritis terhadap anggaran untuk
masyarakat untuk mengetahui berpartisipasi dalam perencanaan dan
pengawasannya. Maka bias dikatakan “Mari kita lihat, sudah berapa sih
frame motivasional FITRA anggaran yang dibelanjakan presiden
menyediakan alasan pelaksanaan aksi SBY ketika melakukan kunjungan
prognostik dan harus meningkatkan wisata plesiran ke luar negeri …
partisipasi gerakan (Snow dan Benford, Coba, kalau dibandingkan dengan
2000). alokasi anggaran tahun 2010 untuk
asuransi kesehatan masyarakat
miskin, pemerintah melalui
kementerian kesehatan hanya Daftar Pustaka
mengalokasi sebesar Rp. 1 Triliun Atkin CK, Rice RE. 2013. Theory and
untuk 32,53 juta rakyat miskin Principles of Public Communication
(FITRA, 2010-7-3)”. Campaigns, Fourth Edition. Sage.
Blackstone, AA. 2012. Principles of
Simpulan dan Saran
Sociological Inquiry: Qualitative and
Simpulan Quantitative Methods. Nyak, NY:
FITRA mengutarakan Flat World Knowledge.
permasalahan penganggaran yang buruk Benford RD. 2005. The Half-Life of the
sebagai dasar kausalitas yang diangkat Environmental Justice Frame:
untuk memudahkan audiens mengenali Innovation, Diffusion, and
permasalahan dari sisi ideologi sampai Stagnation. hlm. 37-54 dalam Power,
sisi teknis. Pengunaan frame dalam Justice and the Environment: A
siaran pers FITRA terlihat pada simbol Critical Appraisal of the
yang kuat dan berusaha mengundang Environmental Justice Movement,
audiens mengenali permasalahan. Cambridge, MA: The MIT Press.
Framing FITRA bereaksi terhadap Benford RD. 1997. An Insider’s
solusi pemerintah. Frame prognostik Critique of the Social Movement
yang digunakan FITRA menyediakan Framing Perspective. Sociological
solusi spesifik dan dapat dikerjakan Inquiry, Vol. 67, No. 4. hlm. 409-
untuk memecahkan masalah yang 430
dihadapi pada setiap siaran persnya dan Benford RD, Snow DA. 2000. Framing
dapat menjadi influensial dalam Processes and Social Movements: An
memotivasi individu untuk Overview and Assessment. Annual
beraksi.Tidak terdapat konstruksi Review of Sociology, Vol. 26 2000,
kosakata dominan tertentu yang dapat hlm. 611-639
digunakan sebagai identitas kolektif Carlitz R, de Renzio P, Krafchik W dan
untuk panggilan melawan. Frame-frame Ramkumar V. 2009. Budget
motivasional dalam siaran pers FITRA Transparency Around the World:
ditujukan untuk memobilisasi aksi Results From The 2008 Open Budget
kolektif dari korban untuk berpartisipasi Survey. OECD Journal on
dalam gerakan dan menggerakkan Budgeting. Vol. 2009/2. hlm. 1-17.
sumber penyebab melakukan prognostik de Renzio P, Krafchik W. 2006. Budget
yang diutarakan. Monitoring and Policy Influence,
Saran Briefing Paper 16, Overseas
Penelitian ini berdasarkan siaran Development Institute.
pers pada periode presiden yang sama. Denzin NK, Lincoln YS. 1998.
Dengan pergantian presiden di tahun Collecting and Interpreting
2015 diharapkan penelitian ini Qualitative Materials. Sage.
dilanjutkan untuk dapat memperkaya Efroymson D. 2006. Using Media and
hasil. Perlu dilakukan penelitan lanjut Research for Advocacy: Low Cost
untuk mengetahui proses pembangunan Ways to Increase Success.
frame terutama pada proses strategis HealthBridge.
sehingga dapat menjadi pembelajaran Ferree MM, Gamson WA, Gerhards J,
bagi perencana advokasi dan kampanye Rucht D. 2002. Shaping Abortion
pada organisasi pergerakan sosial Discourse: Democracy and the
lainnya untuk memperbaiki kelemahan Public Sphere in Germany and the
dan kekurangan dalam penelitian ini.

9
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699
Juli 2014. Vol.12 No.2

United States. Cambridge University Management. Vol. 2 No. 3. hlm. 37-


Press. 44.
Gillan K. 2008. Understanding Meaning Robinson M. 2006. Budget Analysis
in Movements: A Hermeneutic and Policy Advocacy: The Role of
Approach to Frames and Ideologies. Non-Governmental Public Action,
Social Movement Studies, 7(3). IDS Working Paper 279, Institute of
hlm.247- 263 Development Studies, Brighton,
Johnston H. 1995. A methodology for United Kingdom.

Frame analysis: from discourse to Robinson M (ed.). 2008. Budgeting for
cognitive schemata. In: Johnston, H., the Poor, Palgrave MacMillan,
Klan- dermans, B. (Eds.), Social Basingstoke, United Kingdom.
Movements and Culture. University Sleurs K, Jacobs G, Van Waes L. 2003.
of Minnesota Press, Minneapolis, Constructing press releases:
MN, hlm. 217–246. quotations as
Johnston, H. ( 2009). Culture, social preformulation. Journal of
movements, and protest. Aldershot: sociolinguistics, 7(2), hlm. 192-212.
Ashgate. Snow, DA dan Corrigall-Brown C.
Kitzinger J. 2007. Framing and Frame 2005. Falling on Deaf Ears:
analysis. In E. Devereux (Ed.), Confronting the Prospect of
Media Studies: Key Issues and Nonresonant Frames. hlm. 222-238
Debates. Los Angeles, CA: SAGE. in Rhyming Hope and History:
Noakes J, dan Johnston H. (2005). Activists, Academics, and Social
Frames of protest: A road map to a Movement Scholarship, edited by
perspective. In H. Johnston & J.A. David Croteau, William Hoynes, and
Noakes (Eds.), Frames of Protest: Ryan Charlotte. Minneapolis MN:
Social Movements and the Framing. University of Minnesota Press.
Lanham, MD: Rowman & Littlefield Wallack L.1994. Media Advocacy: A
Publishers, Inc. Strategy for Empowering People and
Masud H. 2011. Is there Hope for Communities. Journal of Public
Budget Transparency? : Findings Health, Vol. 15, No. 4, 1994. Hlm.
from the Open Budget Survey 2010. 420-436
International Journal of Waisbord, S. 2001. Family Tree of
Governmental Financial Theories, Methodologies and
Management. Volume XI, Number 1, Strategies in Development
hlm. 43-52. Communication. Prepared for The
Otiso WN. 2012. Existing Budget Rockefeller Foundation. Tersedia
Transparency Mechanisms and the dari
Effect of the New Constitution in http://www.communicationforsocialc
Kenya. International Journal of hange.org/pdf/familytree.pdf (diacu
Governmental Financial 20 Desember 2014)

You might also like