Professional Documents
Culture Documents
The Effect of The Addition of Crystale Sugar and Drying Time On The Quality of Brown Sugar From Palm Oil Neera (Elaeis Guineensis, Jacq
The Effect of The Addition of Crystale Sugar and Drying Time On The Quality of Brown Sugar From Palm Oil Neera (Elaeis Guineensis, Jacq
The Effect of the Addition of Crystale Sugar and Drying Time on the Quality of
Brown Sugar from Palm Oil Neera (Elaeis guineensis, Jacq.
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh penambahan gula pasir dan lama
pengeringan terhadap mutu gula semut nira kelapa sawit (Elaeis guineensis, Jaqc).
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu
penambahan gula pasir (G) : (8%), (9%), (10%), (11%), (12%) dan lama pengeringan (P)
: (1 jam), (2 jam), dan (3 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gula
pasir memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar
sukrosa, kadar gula pereduksi, kadar gula total, dan memberikan pengaruh berbeda nyata
terhadap nilai indeks warna. Lama pengeringan memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata terhadap kadar air, kadar sukrosa, kadar gula pereduksi, kadar gula total, dan nilai
hedonik aroma. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
terhadap kadar gula pereduksi. Penambahan gula pasir 12% dan lama pengeringan 1 jam
memberikan yang terbaik untuk mutu gula semut nira kelapa sawit.
Kata kunci: nira kelapa sawit, penambahan gula pasir, lama pengeringan, gula semut
ABSTRACT
The research conducted to determine the effect of the addition of crystale sugar and
drying time on the quality of brown sugar from palm oil neera (Elaeis guineenis, Jaqc).
The research had been performed using a completely randomized design with two factors,
i.e. the addition of sugar (G) : (8%), (9%), (10%), (11%), (12%) and driying time (P) :
(1 hour), (2 hour), and (3 hour). Parameters analyzed were moisture content (%), ash
content (%), sucrose content (%), reducing sugar content (%), total sugar content (%),
value of color index (°Hue), browning index, and sensory characteristics (color, flavor,
taste, and texture). The results showed that the addition of sugar had highly significant
effect on moisture content, ash content, sucrose content, reducing sugar content, total
sugar content, and had significant effect on value of color index. Drying time had highly
significant effect on moisture content, sucrose content, reducing sugar content, total
sugar content, and value of hedonic of flavor. The interaction of both factors had highly
significant effect on reducing sugar content. The addition of crystale sugar of 12% and
drying time of 1 hour was the best treatment for the quality of brown sugar.
Key words: palm oil neera, crystale sugar, drying time, brown sugar
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
124
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
pada pengolahan gula cetak adalah nira satunya adalah dengan proses
dipanaskan hingga menjadi kental. pengeringan. Pada dasarnya tujuan
Setelah diperoleh nira kental dilakukan utama pengeringan adalah untuk
pencetakan sehingga diperoleh gula pengawetan. Pengeringan juga dapat
cetak. Pada pengolahan gula semut, nira memperbaiki cita rasa, mempertahankan
dipanaskan hingga menjadi kental, nutrisi, mengurangi bobot yang dapat
kemudian dilanjutkan dengan menurunkan biaya pengemasan dan
pengkristalan dengan penambahan gula pengangkutan (Achanta dan Okos 2000).
pasir untuk meningkatkan kandungan Adapun tujuan penelitian ini adalah
sukrosa dan sebagai bahan pengkristal. untuk mengetahui pengaruh
Selain itu, penambahan gula pasir dapat penambahan gula pasir dan lama
mempercepat terbentuknya kristal dalam pengeringan terhadap mutu gula semut
pengolahan dan meningkatkan nira kelapa sawit (Elaeis guineensis,
kemampuan untuk dapat digranulasi Jacq.)
(Soeharsono, 1988). Nira yang sudah
mengental diaduk secara perlahan-lahan BAHAN DAN METODE
untuk menurunkan suhunya hingga Bahan Penelitian
terbentuk serbuk gula (gula semut). Penelitian ini menggunakan air
Pengeringan masih perlu dilakukan nira kelapa sawit dan batang kayu
untuk mengurangi kadar air pada serbuk nangkayang diperoleh dari Desa Bingkat
gula. Kecamatan Pegajahan, Perbaungan, gula
Ada beberapa faktor penting pasir dan kapur sirih yang diperoleh dari
yang berperan dalam proses Pasar Setiabudi, Medan. Bahan kimia
pengeringan, salah satunya adalah waktu yang digunakan adalah larutan buffer,
pengeringan. Waktu pengeringan yang alkohol 80%, akuades, fenol, asam sulfat
lama menyebabkan kandungan air yang pekat, glukosa, Natrium sulfat anhidrat,
dikeluarkan semakin banyak. Suhu pereaksi Luff Schrool, Kalium iodide,
pengeringan yang digunakan pun harus Natrium Tiosulfat, indokator pati, asam
selaras dengan waktu pengeringan. klorida, dan Natrium hidroksida.
Keadaan fisiologis dan kandungan di Alat penelitian
dalam bahan pangan dapat mengalami Alat yang digunakan dalam
kerusakan akibat penggunaan suhu dan untuk pengolahan nira dan gula semut
waktu pengeringan yang terlalu lama seperti baskom, sendok kayu, wajan dan
(Adhiyaksa, 2013). kompor. Peralatan yang digunakan untuk
Produksi gula semut dalam segi analisa mutu gula semut nira kelapa
kualitas dan kuantitas saat ini masih sawit meliputi timbangan analitik,
belum cukup baik dan sangat terbatas. biuret, oven pengering, tanur listrik, pH
Kurangnya pengetahuan terhadap meter, desikator, hand
teknologi dan pemasaran menyebabkan refractometer,spectrophotometer,pompa
para pengrajin lebih memilih membuat vakum, dan hot plate.
produk gula cetak. Sementara itu, produk Metode Penelitian
gula semut yang diproduksi oleh Penelitian ini dilakukan dengan
pengrajin masih memiliki keragaman menggunakan metode penelitian Bangun
dan kualitas yang masih rendah, seperti (1991) yaitu rancangan acak lengkap
ukuran granula yang tidak seragam dan (RAL) faktorial, yang terdiri dari dua
kadar air yang dihasilkan masih terlalu faktor, yaitu:
tinggi.Sehingga, diperlukan suatu upaya Faktor I : Konsentrasi gula pasir (G)
untuk mengawetkan gula semut, salah G1 = 8%
125
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
Tabel 1.Pengaruh penambahan gula pasir terhadap mutu gula semut nira kelapa sawit
126
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
Tabel 2. Pengaruh lama pengeringan terhadap mutu gula semut nira kelapa sawit
Lama pengeringan
Parameter Mutu
P1 P1 P1
Kadar air (%) 2,5305a 2,4631ab 2,4038b
Kadar abu (%) 1,6737 1,6338 1,7382
Sukrosa (%) 78,9557a 77,9381b 76,0717c
Gula pereduksi (%) 3,4580a 3,5860b 3,7509c
a b
Total gula (%) 85,3042 84,8223 84,4494c
Nilai indeks warna (°Hue) 80,6417 80,2412 79,6989
Indeks pencoklatan 38,2115 37,9393 38,8867
Nilai organoleptik rasa 4,0000 3,9000 3,9133
Nilai organoleptik warna 4,1000 3,9000 3,8800
Nilai organoleptik aroma 4,1267a 4,0133b 3,9067b
Nilai organoleptik tekstur 3,8867 3,8867 3,9533
Keterangan : P1 = 1 jam, P2 = 2 jam dan P3 = 3 jam
Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda dalam satu baris menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%
(huruf kecil) dengan uji LSR
127
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
hasil pengujian tertinggi pada perlakuan (2012) berkisar 76-81% sedikit di bawah
G5 (12%) dan terendah pada perlakuan persyaratan SNI maksimum 84%.
G1 (8%). Kadar abu pada bahan pangan Hubungan lama pengeringan
berkaitan dengan kandungan mineral dengan kadar sukrosa menunjukkan
pada suatu bahan. Peningkatan kadar abu hasil pengujian tertinggi pada perlakuan
gula semut nira kelapa sawit disebabkan P1 (1 jam) dan terendah pada perlakuan
adanya peningkatan jumlah senyawa P3 (3 jam). Menurut Buckle dan Edwards
mineral anorganik dalam suatu produk. (1985), sukrosa sebagai penyusun utama
Semakin banyak penambahan gula pasir gula merupakan molekul gula yang
maka semakin tinggi pula mineral yang sifatnya tidak stabil. Pemanasan yang
dikandungnya. Menurut Winarno (2008) dilakukan selama pengolahan gula semut
mineral yang terdapat pada bahan nira kelapa sawit mengakibatkan
pangan dapat berupa garam organik dan terjadinya inversi sukrosa menjadi gula
anorganik. Beberapa contoh garam reduksi. Inversi sukrosa menghasilkan
organik diantaranya adalah asam asetat, monomer glukosa dan fruktosa akan
pektat, oksalat, malat, dan lain-lain. menyebabkan penurunan kadar sukrosa
Sedangkan garam anorganik adalah (Fitriani, dkk. 2013).
dalam bentuk asam karbonat, fosfat, Kadar Gula Pereduksi
klorida, nitrat, sulfat, dan lain-lain. Hubungan interaksi antara
Kadar Sukrosa penambahan gula pasir dan lama
Hubungan penmabahan gula pengeringan dengan kadar gula
pasir dengan kadar sukrosa pereduksi dapat dilihat pada Gambar 1,
menunjukkan hasil pengujian tertinggi dimana kadar gula pereduksi tertinggi
pada perlakuan G5 (12%) dan terendah diperoleh pada kombinasi G1 (8%) dan
pada perlakuan G1 (8%). Semakin P3 (3 jam) dan terendah pada kombinasi
banyak penambahan gula pasir kadar perlakuan G5 (12% dan P1 (1 jam).Hal
sukrosa kan semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan gula pasir akan
tersebut disebabkan oleh komponen menginduksi terbentuknya kristal-kristal
gula pasir yang terdiri dari sukrosa dan gula (sukrosa) yang kokoh secara
non sukrosa yang ditambahkan serentak, sehingga menghambat
menghasilkan kadar sukrosa gula semut perubahan sukrosa menjadi gula reduksi
nira kelapa sawit meningkat (Joseph dan (glukosa dan fruktosa). Ketika proses
Layuk. 2012). pengeringan berlangsung, larutan gula
Pada penelitian Radam, dkk., akan mengalami inverse yaitu
(2014), kadar sukrosa gula semut pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan
tertinggi diperoleh sekitar 84,31% fruktosa. Proses pemecahan ini akan
dimana nira berasal dari tanaman kelapa menyebabkan terjadinya peningkatan
yang tumbuh di daerah kering dan kelarutan dalam bahan (Achyadi dan
terendah diperoleh sekitar 71,89% Hidayanti. 2004). Disamping itu,
besasal dari tanaman kelapa yang semakin lama pengeringan maka kadar
terendam dalam air. Kadar sukrosa air akan semakin rendah sehingga
dalam penelitian Joseph dan Layuk, persentase gula pereduksi meningkat.
128
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
129
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
130
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
131
JFLS (2018) Vol 2 No 2 hal 123 – 132
Gula Semut Nira Sawit
132