You are on page 1of 10

PENGARUH PROPORSI TAPIKOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH

TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK


BERAS MERAH

(Effect of proportion of tapioca and red rice flour on the physicochemical


and organoleptic properties of red rice crackers)

Bernadette Maureen S.a, Sutarjo Surjoseputroa*, Indah Epriliatia

a Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia

* Penulis korespondensi
Email: surjoseputrosutarjo@yahoo.com

ABSTRACT
Diversification of red rice processing can increase utilization and consumption of red rice. Preliminary
processing into flour can facilitate subsequent processing. One way of using the red rice flour is
processing them into crackers. Crackers is a snack that has been known by Indonesian for a long time.
The main material of crackers is tapioca that is replaced with red rice flour in this study. Substitution of
tapioca with red rice flour affects the physicochemical (water content, expansion volume, level of
hardness, color, oil absorption, and crude fiber content) and organoleptic properties (color, flavor, and
crispness) of red rice crackers. The design of the study is a single randomized group design, spesifically
proportion of tapioca and red rice flour which is made up of six levels of treatment, 0%, 10%, 20%, 30%,
40%, and 50%. Each level is repeated four times. The results showed that proportion of tapioca and red
rice flour significantly affect the water content of raw and fried crackers, expansion volume, hardness,
color (lightness, redness, yellowness), oil absorption, crude fiber content, and organoleptic properties of
red rice crackers (color, flavor, and crispness). The higher substitution rate of tapioca with red rice flour,
the lower the moisture content of raw crackers, expansion volume, oil absorption, lightness of raw and
fried crackers, and panelists preference (color), and the higher hardness, water content of fried crackers,
redness, yelowness, and crude fiber content. The best treatment based on organoleptic properties is
crackers with 20% substitution of red rice flour.

Keywords: cracker, red rice flour

ABSTRAK
Diversifikasi jenis olahan beras merah dapat meningkatkan pemanfaatan dan konsumsi beras merah.
Pengolahan pendahuluan menjadi tepung dapat mempermudah pengolahan selanjutnya. Salah satu cara
untuk memanfaatkan tepung beras merah adalah mengolahnya menjadi kerupuk. Kerupuk merupakan
makanan ringan yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Bahan baku utama kerupuk adalah
tapioka yang disubstitusi dengan tepung beras merah. Substitusi tapioka dengan tepung beras merah
pada kerupuk dapat mempengaruhi kualitas kerupuk dalam hal sifat fisikokimia (kadar air, volume
pengembangan, daya patah, daya serap minyak, warna, dan kadar serat kasar) dan organoleptik (warna,
rasa, dan kerenyahan). Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAK faktor tunggal, yaitu proporsi
tapioka dan tepung beras merah yang terdiri atas enam level perlakuan, yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40%,
dan 50%. Masing-masing perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi
tapioka dan tepung beras merah berpengaruh nyata terhadap kadar air kerupuk mentah dan goreng,
volume pengembangan, daya patah, warna (lightness, redness, yellowness), daya serap minyak, kadar
serat kasar, dan sifat sensoris kerupuk beras merah yang meliputi warna, rasa, dan kerenyahan.
Semakin tinggi tingkat substitusi tapioka dengan tepung beras merah, semakin rendah kadar air kerupuk
Bernadette Maureen S. et al., 2016.

mentah, volume pengembangan, daya serap minyak, nilai lightness kerupuk mentah dan goreng, serta
nilai kesukaan panelis terhadap warna, serta semakin tinggi daya patah, kadar air kerupuk goreng, nilai
redness, yelowness, serta kadar serat kasar. Perlakuan terbaik berdasarkan uji organoleptik adalah
kerupuk dengan tingkat substitusi 20%.

Kata kunci: kerupuk, tepung beras merah

PENDAHULUAN yang mengandung pati dengan kadar yang


tinggi karena umumnya terbuat dari tapioka.
Beras merupakan makanan pokok Kerupuk yang dikenal oleh masyarakat
masyarakat Indonesia. Salah satu jenis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
beras yang dikenal tapi jarang dikonsumsi kerupuk berprotein dan kerupuk tidak
adalah beras merah. Persentase konsumsi berprotein. Pada pembuatan kerupuk,
beras merah lebih rendah jika dibandingkan tapioka khususnya fraksi amilopektin dan
dengan konsumsi beras putih pada tahun baking power merupakan bahan baku yang
yang sama di Indonesia rata-rata 62% menentukan daya pengembangan kerupuk.
(Dahuri (2007) dalam Rustiana dan Arie, Substitusi tapioka dengan bahan lain yang
2011). kadar amilopektinnya rendah dapat
Beras merah termasuk ke dalam menyebabkan penurunan daya
spesies Oryza sativa dengan varietas pengembangan kerupuk saat digoreng.
Wehani rice yang merupakan salah satu
jenis beras yang memiliki nilai gizi yang BAHAN DAN METODE
lebih tinggi dibandingkan beras putih yang
Bahan
biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Bahan yang digunakan untuk
Kurangnya konsumsi beras merah di
pembuatan kerupuk berkualitas food grade
Indonesia disebabkan tekstur beras merah
yang dibeli meliputi tapioka (Langgeng
yang pera, waktu untuk menanak lebih
Jaya), beras merah (PT. Pangan Lestari),
panjang, dan umur simpan relatif lebih
double acting baking powder (Clabber Girl
singkat daripada beras putih karena
Corporation), bawang putih, garam dapur
tingginya kandungan lemak pada bagian
(PT. Susanti Megah), gula (Sugar Group
lembaga (Alden, 2006). Perbedaan ini
Companies), air minum dalam kemasan
disebabkan karena beras merah tidak
(PT. Tirta Bahagia), minyak goreng (PT.
disosoh tetapi hanya digiling menjadi beras
Sinar Mas), selongsong plastik PP, dan
pecah kulit sehingga kulit ari masih melekat
kertas merang.
pada endosperma. Diversifikasi jenis olahan
Bahan yang digunakan untuk analisa
beras merah menjadi produk olahan lain
kualitas pro-analysis meliputi H2SO4 1,25%
yang berbasis beras merah dapat
(Merck), NaOH 3,25% (Mallinckrodt), kertas
meningkatkan pemanfaatan dan konsumsi
saring, akuades, kertas lakmus, K2SO4 10%
beras merah karena pengolahan menjadi
(Merck), dan etanol 95% (Merck), serta
produk pangan lain akan mengurangi rasa
silika gel dan jewawut.
beras merah dan tekstur pera yang
biasanya kurang disukai. Salah satu cara
Pembuatan Tepung Beras Merah
yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan
Beras merah di tambahankan air (1:3)
tepung beras merah adalah mengolahnya
lalu dilakukan perendaman selama 2 jam.
menjadi kerupuk.
Hasil rendaman di hancurkan dengan
Kerupuk merupakan makanan ringan
chopper, lalu dikeringkan pada suhu 50-
yang sudah lama dikenal masyarakat
60oC selama 4 jam. Hasil pengeringan
Indonesia. Menurut Rohaendi (2009),
dilakukan penepungan dengan hammermill,
kerupuk merupakan jenis makanan kering
lalu diayak 80 mesh. Hasil ayakan diperoleh
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 15 (1): 43-52, 2016.

tepung beras merah. Tepung beras merah V3−V1


Volume pengembangan = V2−V1 𝑥100%
yang diperoleh dilakukan pengujian kadar
air, warna, dan kadar serat kasar.
Daya Patah
Pengukuran daya patah dengan
Pembuatan Kerupuk Beras Merah
mengunakan Ta-TX texture analyzer
Dilakukan percampuran I yaitu gula,
dengan mengunakan probe pisau (ball
garam, dan air lalu dilakukan pemanasan
probe). Sampel diukur dengan ketebalan
pada suhu 90oC. Dilakukan percampuran II
1,5-2 mm. Hasil yang diperoleh adalah
yaitu hasil adonan pemanasan dicampurkan
besarnya beban yang diperlukan untuk
dengan tapioka, tepung beras merah,
mematahkan sampel (N/s).
baking powder, dan bawang putih. Adonan
yang diperoleh dicetak dengan diameter 4
Pengujian Warna
cm, lalu dilakukan pengukukusan 100oC, 45
Pengujian warna dilakukan dengan
menit. Hasil kukusan dilakukan tempering
alat Colour Reader Minolta, yaitu dengan
pada suhu ruang selama satu jam, lalu
menentukan nilai L*, a*, dan b*.
dilakukan pendingingan pada suhu 10oC
selama 18 jam. Kemudian dilakukan
Daya Serap Minyak
pengirisan setebal 1-2 mm, lalu dilakukan
Sampel mentah dilakukan
pengeringan pada suhu 50-60oC selama 4
pengukuran kadar air dengan metode
jam. Hasil pengeringan di peroleh kerupuk
thermogravimetri, lalu berat kerupuk
mentah beras merah. Kerupuk beras merah
diperoleh (W 1). Kerupuk mentah digoreng
mentah dilakukan pengujian kadar air,
pada suhu 180oC, selama 15 detik. Sampel
warna, dan kadar serat kasar. Kerupuk
setelah digoreng dilakukan pengukuran
beras merah matang dilakukan pengujian
kadar air dengan metode thermogravimetri,
kadar air, volume pengembangan, daya
lalu berat kerupuk diperoleh (W 2).
patah, daya serap minyak, dan
Pengukuran kadar minyak ditentukan
organoleptik.
dengan rumus:
W2−W1
Pengujian Kadar Air Daya Serap Minyak = W1 𝑥100%
Pengukuran kadar air dengan metode
thermogravimetri. Kerupuk ditimbang 1 g Kadar Serat Kasar
lalu di oven pada suhu 105oC selama 4 jam, Sampel sebanyak 2 g, diektrak
kemudian dilakukan penyimpanan pada lemaknya dengan metode soxhlet (G1).
eksikator selama 10 menit, lalu ditimbang. Sampel didalam erlenmayer ditambah
Penimabngan dilakukan hingga diperoleh dengan 200 mL H2SO4 1,25% mendidih dan
berat konstan dengans selisih 0,2 mg. dididihkan selama 30 menit dengan
Rumus yang digunakan: pendingin balik. Kemudian disaring, lalu
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 residu dicuci denga akuades mendidih
Kadar air = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥 100%
sampai air cucian bersifat asam (diuji
dengan kertas lakmus). Residu dipindah ke
Volume Pengembangan
dalam erlenmeyer, ditambah dengan 200
Gelas ukur 500 mL diisi dengan
mL NaOH 3,25% mendidih, dan dididihkan
jewawut, lalu dipadatkan dengan vibrator
selama 30 menit dengan pendingin balik.
tyller (V1). Pengisian krupuk mentah dengan
Dilakukan penyaringan diperoleh berat
jewawut, lalu dipadatkan dengan vibrator
residu (G2). Residu dicuci dengan akuades
tyller (V2). Pengisian krupuk matang
mendidih, lalu dicuci dengan 15 mL alkohol
(digoreng pada suhu 180oC, selama 15
95%. Residu dan kertas saring dikeringkan
detik) dengan jewawut, lalu dipadatkan
pada oven suhu 105oC, selaama 4 jam,
dengan vibrator tyller (V3). Pengukuran
didingankan, lalu ditimbang. Penimbangan
volume pengembangan dengan rumus:
Bernadette Maureen S. et al., 2016.

hingga didapatkan berat konstan dengan lolos ayakan 80 mesh. Tepung beras merah
selisih 02 mg (G3). Kadar serat kasar dilakukan pengujian kadar air, warna, dan
ditentukan dengan rumus: kadar serat kasar. Hasil pengujian tepung
G3−G2 beras merah dapat dilihat pada Tabel 1.
Kadar serat kasar = 𝑥100%
G1
Tabel 1. Hasil Analisis Tepung Beras Merah
Analisis Hasil
Pengujian Organoleptik Kadar Air (%) 8,47
Pengujian dilakukan dengan metode Kadar Serat Kasar (%) 2,08
hedonik, dengan parameter pengujian Lightness (L*) 56,17
meilupti warna, rasa, dan kerenyahan Redness (a*) 18,17
Yellowness (b*) 14,3
krupuk. Penentuan perlakuan terbaik diuji
dengan metode spider web. Secara teoritis, tepung beras merah
memiliki rasio amilosa dan amilopektin
Analisis Statistik sebesar 22:78 (Santika dan Rozakurniati,
Rancangan penelitian yang digunakan 2010), sedangkan tapioka memiliki rasio
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) 17:83 (Moelyaningsih, 1990). Substitusi
faktor tunggal, yaitu proporsi tapioka tapioka dengan tepung beras merah dalam
dengan tepung beras merah yang terdiri pembuatan kerupuk beras merah akan
dari enam perlakuan yang diulang sebanyak mengubah rasio tersebut sehingga ikut
empat kali. Proporsi tapioka:tepung beras mempengaruhi karakteristik fisikokimia dan
merah adalah sebagai berikut: T100B0 = organoleptik kerupuk beras merah.
Tapioka 100% : Tepung beras merah Pengukuran kadar air dengan metode
0%,T90B10 = Tapioka 90% : Tepung beras thermogravimetri bertujuan untuk
merah 10%,T80B20 = Tapioka 80% : Tepung mengetahui kadar air kerupuk beras merah
beras merah 20%,T70B30 = Tapioka 70% : mentah. Peningkatan proporsi tepung beras
Tepung beras merah 30%,T60B40 = Tapioka merah menyebabkan penurunan kadar air
60% : Tepung beras merah 40%,T50B50 = secara signifikan. Hasil penentuan kadar air
Tapioka 50% : Tepung beras merah 50%. kerpuk beras merah mentah dapat dilihat
Data-data yang diperoleh dianalisa statistik pada Gambar 1.
dengan uji ANAVA (Analysis of Varians)
dengan = 5% untuk mengetahui apa ada
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Jika
hasil uji ANAVA menunjukkan ada
bedanyata, maka pengujian dilanjutkan
dengan uji pembandingan berganda dengan
uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test)
dengan = 5% untuk mengetahui perlakuan
mana yang memberikan perbedaan nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1. Hasil Penentuan Kadar Air
Kerupuk Beras Merah Mentah
Kerupuk beras merah merupakan
Perlakuan pengeringan yang sama
kerupuk nabati yang berbahan baku
pada suhu 50ºC selama 1 jam dan
sebagian besar adalah tapioka dan tepung
dilanjutkan pengeringan suhu 60ºC selama
beras merah. Penggunaan beras merah
3 jam dalam cabinet dryer menghasilkan
bertujuan untuk diversifikasi konsumsi beras
penurunan kadar air akhir kerupuk beras
merah karena tingkat konsumsi beras
merah mentah sebanding dengan
merah di masyarakat lebih rendah daripada
peningkatan proporsi tepung beras merah.
konsumsi beras putih.
Penurunan kadar air kerupuk beras merah
Tepung beras merah yang digunakan
mentah disebabkan oleh adanya interaksi di
berasal dari penggilingan beras merah yang
antara komponen-komponen di dalam
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 15 (1): 43-52, 2016.

kerupuk beras merah, yaitu interaksi antara pengujian volume pengembangan kerupuk
pati, serat, protein, dan air. Salah satu beras merah dapat dilihat pada Gambar 3,
komponen dominan pada tepung beras
merah yang banyak mengikat air tanpa ada
pemanasan adalah serat. Kadar air adonan
kerupuk semakin meningkat dan cenderung
lebih lembek saat air yang ditambahkan
banyak sehingga gelatinisasi adonan
kerupuk saat pengukusan menjadi lebih
sempurna, sebaliknya pada adonan yang
penambahan airnya sedikit, terjadi
kompetisi pengikatan air antara pati dan
serat selama pengukusan sehingga air yang
digunakan untuk gelatinisasi pati kurang Gambar 3. Volume Pengembangan
mencukupi. Ukuran kerupuk goreng yang Kerupuk Beras Merah
semakin kecil dengan semakin tingginya Saat digoreng, jumlah air yang
tingkat substitusi tapioka dengan tepung diuapkan paling sedikit terjadi pada kerupuk
beras merah menunjukkan gelatinisasi beras merah dengan tingkat substitusi yang
adonan kerupuk selama pengukusan tidak paling tinggi sehingga volume
sempurna karena jumlah air yang masuk ke pengembangannya paling rendah. Kadar air
dalam granula semakin sedikit. Hasil kerupuk mentah dapat mempengaruhi
pengorengan kerupuk beras merah dapat volume pengembangan kerupuk. Kadar air
dilihat pada Gambar 2. yang tinggi menyebabkan penurunan volume
pengembangan kerupuk. Hal ini disebabkan
faktor faktor yang mempengaruhi volume
pengembangan kerupuk tidak hanya kadar
air kerupuk, tetapi juga komponen-
komponen lain dalam kerupuk seperti
komposisi proksimat kerupuk beras merah,
rasio amilosa amilopektin, serat, protein, dan
Gambar 2. Hasil Pengorengan Kerupuk penggunaan bahan pengembang seperti
Beras Merah baking powder. Tepung dengan kadar
Volume pengembangan merupakan amilosa tinggi menyebabkan penurunan
salah satu parameter mutu kerupuk goreng volume pengembangan karena gelondong
yang penting karena berhubungan dengan kerupuk yang terbentuk lebih keras akibat
kerenyahan kerupuk. Kerupuk yang disukai tingkat retrogradasi yang lebih tinggi
konsumen umumnya memiliki (Taewee, 2011). Substitusi tapioka dengan
volumepengembangan yang tinggi. Selama tepung beras merah dalam adonan kerupuk
penggorengan, kerupuk mengalami dapat menurunkan volume pengembangan
pemekaran atau pengembangan sehingga karena terjadi pengurangan komponen pati
kerupuk menjadi ringan dan porus. Air dan sebagai komponen utama kerupuk goreng.
gas yang mula-mula terperangkap dalam gel Komponen pati khususnya fraksi amilopektin
berubah menjadi uap karena adanya merupakan salah satu komponen penting
peningkatan suhu; kemudian mendesak gel yang menentukan volume pengembangan
untuk mengembang dan gas/uap dilepaskan kerupuk karena sifat amilopektin yang long
ke lingkungan, sehingga ikatan hidrogen texture.
dalam gel tidak mampu menahan Daya patah kerupuk merupakan
pengembangan gas saat penggorengan parameter yang berhubungan dengan
(Nabil, 1983 dalam Widati dkk., 2007). Hasil volume pengembangan dan kerenyahan
Bernadette Maureen S. et al., 2016.

kerupuk. Puncak-puncak yang terbentuk mempertahankan air, seperti pati dan serat.
pada grafik merupakan nilai kekerasan dari Serat dan pati dalam kerupuk beras merah
banyak pori pada kerupuk Goreng yang mentah dapat mempertahankan air selama
dipatahkan oleh ball probe. Semakin proses pengeringan dan selama
banyak pori yang terbentuk selama proses penggorengan air masih dapat dilepas lagi.
penggorengan, puncak-puncak yang Pengujian kadar air kerupuk beras merah
terbentuk semakin banyak karena pori yang matang dapat dilihat pada Gambar 5.
dipatahkan ball probe juga semakin banyak.
Daya patah kerupuk beras merah dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 5. Hasil Penentuan Kadar Air


Kerupuk Beras Merah Matang
Kadar air kerupuk mentah lebih tinggi
daripada kerupuk yang sudah digoreng pada
Gambar 4. Daya Patah Kerupuk Beras semua perlakuan. Hal ini disebabkan oleh
Merah penguapan air selama penggorengan pada
Daya patah yang rendah disebabkan matriks kerupuk karena suhu minyak yang
oleh tingginya volume pengembangan tinggi. Selisih pengujian kadar air kerupuk
kerupuk. Volume pengembangan kerupuk mentah dan matang dapat dilihat pada Tabel
yang tinggi menyebabkan penurunan 2.
ketebalan lapisan matriks yang mengelilingi Tabel 2. Selisih Kadar Air Kerupuk Mentah
rongga udara karena struktur kerangka lebih dan Kerupuk Matang
mengembang. Hal ini menyebabkan gaya Perlakuan Sampel
yang dibutuhkan untuk mematahkan kerupuk Kerupuk Mentah Kerupuk Matang
menjadi lebih rendah (Mohamed et al., 1989). T100B0 9,57% 4,09%
Faktor lain yang mempengaruhi daya patah T90B10 9,62% 4,28%
T80B20 9,11% 4,38%
kerupuk adalah gelatinisasi pati yang kurang T70B30 9,12% 4,53%
sempurna dalam adonan kerupuk dan T60B40 9,04% 4,56%
penurunan kadar amilopektin. Gelatinisasi T50B50 8,90% 4,97%
yang kurang sempurna menyebabkan pori Semakin banyak gugus hidrofilik yang
yang terbentuk selama penggorengan dapat mengikat air, semakin tinggi kadar serat
semakin kecil, padat, dan memiliki rongga kerupuk, sehingga semakin tinggi pula kadar
udara yang relatif lebih sedikit dan kecil air kerupuk mentah. Jumlah air yang dilepas
dengan tingginya tingkat substitusi. Hal ini dari kerupuk mentah menjadi kerupuk matang
berarti lapisan molekul pati yang mengelilingi paling rendah pada tingkat substitusi paling
rongga udara yang satu dengan lainnya tinggi yang berarti air dalam kerupuk mentah
juga semakin tebal sehingga meningkatkan ditahan oleh pati tergelatinisasi yang lebih
daya patah. sempurna dan serat.
Kadar air kerupuk goreng Daya serap minyak menunjukkan
mempengaruhi parameter penentu mutu banyaknya jumlah minyak yang dapat
kerupuk lain seperti daya patah dan daya terserap oleh matriks bahan pangan. Daya
serap minyak. Kadar air kerupuk goreng serap minyak berhubungan dengan volume
berhubungan dengan komponen dalam pengembangan kerupuk, kadar air kerupuk
kerupuk setelah digoreng yang dapat mentah, dan kadar air kerupuk goreng. Hasil
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 15 (1): 43-52, 2016.

pengujian daya serap minyak dapat dilihat serta kondisi lingkungan akan mempengaruhi
pada Gambar 6. penilaian terhadap warna.
Lightness menunjukkan kenampakan
kerupuk gelap (hitam) atau cerah (putih).
Hasil pembacaan berupa interval angka 0 -
100. Semakin kecil angka yang dihasilkan
dari pembacaan, semakin gelap atau hitam
kenampakan dari kerupuk. Hasil pengujian
lightness dapat dilihat Tabel 3.
Tabel 3. Pengujian Lightness Kerupuk
Beras Merah
Perlakuan Lightness (L*)
Gambar 6. Hasil Pengujian Daya Serap Kerupuk Mentah Kerupuk Matang
Minyak T100B0 42,03e 53,70f
Penurunan daya serap minyak pada T90B10 38,13 d 51,83e
kerupuk beras merah akibat dari semakin T80B20 36,93c 49,33d
T70B30 36,37bc 47,03c
tingginya tingkat substitusi tapioka dengan b
T60B40 35,53 44,93b
tepung beras merah disebabkan oleh T50B50 32,93ab 42,20a
beberapa hal, seperti turunnya volume T. Beras 56,17
pengembangan kerupuk goreng dan kadar air Merah
kerupuk mentah, komponen dalam kerupuk Pigmen antosianin yang
yang dapat mempertahankan air, seperti pati menyebabkan warna merah atau biru,
dan serat, serta pengaruh proses pengolahan bahkan hitam pada intensitas tinggi ini
seperti gelatinisasi yang tidak sempurna. menyebabkan kerupuk beras merah
Minyak dapat terserap dalam kerupuk goreng cenderung berwarna merah gelap. Selain itu,
sebagai akibat dari pengembangan kerupuk penurunan kecerahan pada kerupuk mentah
selama penggorengan. Volume juga disebabkan oleh adanya pati beras yang
pengembangan kerupuk yang tinggi opaque saat mengalami gelatinisasi, lain
meningkatkan daya serap minyak karena dengan gel tapioka yang jernih. Kerupuk
rongga yang terbentuk selama penggorengan goreng memiliki tingkat kecerahan yang lebih
akibat pelepasan air dan desakan gas (uap tinggi daripada kerupuk mentah. Hal ini
dan karbon dioksida) besar sehingga rongga disebabkan oleh terjadinya pelonggaran
yang tersedia untuk diisi minyak juga semakin jaringan kerupuk selama penggorengan
banyak (Noorakmar et al., 2012). Semakin akibat dari terlepasnya gas dan uap air dari
kuat komponen dalam kerupuk matriks kerupuk sehingga jaringan kerupuk
mempertahankan air selama penggorengan, goreng menjadi kurang rapat jika
makin sedikit air yang teruapkan dan semakin dibandingkan dengan jaringan kerupuk
sedikit minyak yang terserap. Gelatinisasi pati mentah. Pelonggaran jaringan ini
yang tidak sempurna selama pengukusan menyebabkan ketebalan matriks pati
juga dapat mengakibatkan penurunan daya menurun sehingga sense kerupuk menjadi
serap minyak karena rongga yang terbentuk lebih putih atau cerah karena terdapat udara
tidak maksimal. yang berpengaaruh terhadap refleksi dan
Warna dari produk pangan berasal penyebaran sinar.
dari pigmen yang secara alami terdapat Redness menunjukkan intensitas
pada produk pangan tersebut atau warna merah pada kerupuk. Hasil
perubahan akibat proses pengolahan. Warna pembacaan berupa interval negatif hingga
dapat diketahui jika ada sumber cahaya yang positif. Angka pada interval positif
mengenainya, sehingga sifat absorpsi, menunjukkan warna kerupuk semakin
transmisi, dan refleksi cahaya oleh benda merah, sedangkan angka pada interval
negatif menunjukkan warna kerupuk
Bernadette Maureen S. et al., 2016.

semakin hijau. Hasil pengujian redness setelah digoreng sebagai akibat dari
dapat dilihat Tabel 4. terbentuknya senyawa melanoidin.
Tabel 4. Pengujian Redness Kerupuk Beras Serat kasar adalah bagian dari
Merah pangan yang tidak dapat dihidrolisa oleh
Perlakuan Redness (a*) bahan-bahan kimia seperti asam sulfat
Kerupuk Mentah Kerupuk Matang (1,25%) dan natrium hidroksida (3,25%)
T100B0 12,60a 12,43a yang terdiri dari selulosa dan sedikit lignin
ab
T90B10 13,47 12,67a
T80B20 14,37bc 13,50a dan sebagian kecil hemiselulosa,
T70B30 17,23 d 16,50b sedangkan serat pangan adalah bagian
T60B40 17,33d 17,17b yang tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-
T50B50 14,60c 15,87b enzim pencernaan, yaitu selulosa,
T. Beras 18,17
hemiselulosa, lignin, dan pektat (Hartati dan
Merah
Prana, 2003; Andarwulan dkk., 2011).
Peningkatan proporsi tepung beras
Prinsip analisa kadar serat kasar yang
merah menyebabkan peningkatan redness
dilakukan adalah dengan mereaksikan
kerupuk mentah secara signifikan, baik
sampel dengan asam dan basa untuk
pada kerupuk mentah maupun goreng. Nilai
memisahkan serat kasar dari bahan pangan
redness pada kerupuk yang disubstitusi
lain. Hasil pengujian kadar serat kasar
dengan tepung beras merah lebih tinggi
dapat dilihat pada Gambar 7.
daripada kerupuk tanpa substitusi (kontrol)
karena tepung beras merah sebagai bahan
baku memiliki nilai redness yang tinggi.
Yellowness menunjukkan intensitas
warna kuning pada kerupuk. Hasil
pembacaan juga menunjukkan interval
negatif dan positif, dimana nilai positif
menunjukkan warna kuning, sedangkan
nilai negatif menunjukkan warna biru. Hasil
pengujian yellowness dapat dilihat Tabel 5.
Tabel 5. Pengujian Yellowness Kerupuk
Beras Merah Gambar 7. Hasil Pengujian Kadar Serat
Perlakuan Redness (a*) Kasar
Kerupuk Mentah Kerupuk Matang Kerupuk beras merah dengan tingkat
T100B0 11,83b 9,93a substitusi 10% dan 20% memiliki kadar
T90B10 11,77b 10,37a
T80B20 11,73b 12,70b
serat kasar yang lebih rendah (1,93%, dan
T70B30 12,70 c 12,90b 2,02%) daripada tepung beras merah
T60B40 11,53b 12,60b (2,08%), sedangkan kerupuk beras merah
a
T50B50 10,10 14,40b dengan tingkat substitusi 30%, 40%, dan
T. Beras 14,30 50% memiliki kadar serat yang lebih tinggi
Merah
(2,09%, 2,21%, dan 2,25%) daripada
Nilai yellowness kerupuk mentah
tepung beras merah. Hal ini disebabkan
cenderung menurun dengan semakin
dalam proses pembuatan kerupuk beras
tingginya tingkat substitusi tapioka dengan
merah ada bahan pangan lain yang juga
tepung beras merah. Hal ini disebabkan
mengandung serat walaupun dalam jumlah
oleh terbentuknya matriks kerupuk mentah
kecil, seperti tapioka (0,6%) dan bawang
yang semakin opaque/buram sehingga
putih (0,42%) sehingga meningkatkan kadar
akan menghasilkan kesan kusam dan
serat kasar dalam kerupuk beras merah
gelap. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat
(Hastuti, 2008). Kadar serat dalam kerupuk
substitusi tapioka dengan tepung beras
dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik dan
merah, nilai yellowness kerupuk goreng
kimia kerupuk. Serat dapat mempengaruhi
semakin meningkat. Hal ini terkait dengan
kecukupan gelatinisasi kerupuk; semakin
warna kerupuk yang agak kecoklatan
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi
Journal of Food Technology and Nutrition
Vol 15 (1): 43-52, 2016.

tinggi serat, derajat gelatinisasi adonan dengan skor 4,9375 (netral – agak suka).
kerupuk semakin rendah sehingga Kisaran rata-rata nilai kesukaan terhadap
menyebabkan penurunan kadar air dan rasa kerupuk beras merah mulai dari netral
volume pengembangan. sampai dengan agak suka adalah 4,4-5,05.
Warna merupakan salah satu Pengujian untuk menentukan kerupuk
parameter yang menentukan kualitas produk beras merah dengan perlakuan terbaik
pangan. Penilaian warna dapat dilakukan menurut panelis dilakukan dengan spider
secara objektif maupun subjektif. Penilaian web chart atau radar chart. Perlakuan terbaik
secara objektif menggunakan alat, pada uji organoleptik menurut grafik adalah
sedangkan penilaian secara subjektif kerupuk dengan subtitusi tepung beras
menggunakan uji kesukaan panelis (80 merah sebanyak 20% karena memiliki
panelis) terhadap kerupuk beras merah. jumlah luas segitiga tertinggi. Hasil
Kerenyahan merupakan parameter yang penentuan perlakuan terbaik berdasarkan
penting dalam menentukan kualitas produk organoleptik dapat dilihat pada Gambar 8.
pangan yang berkadar air rendah seperti
kerupuk. Kerenyahan dinilai oleh panelis
saat kerupuk digigit. Rasa merupakan salah
satu faktor yang menentukan apakah produk
tersebut diterima oleh konsumen atau tidak.
Substitusi tapioka dengan tepung beras
merah dalam pembuatan kerupuk beras
merah menyebabkan kerupuk memiliki rasa
khas beras merah. Hasil pengujian
organoleptik dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengujian organoleptik Gambar 8.Penentuan Perlakuan Terbaik
Perlakuan Warna Kerenyahan Rasa
T100B0 5,0250c 4,6750a 4,4250ab KESIMPULAN
T90B10 4,4000b 4,5000a 4,8750a
T80B20 4,4250b 5,2875b 5,0500b
T70B30 4,7125bc 4,9375ab 4,9750ab Semakin tinggi tingkat substitusi
T60B40 4,2750b 4,9000ab 4,7250b tapioka dengan tepung beras merah,
T50B50 2,9625a 4,9125ab 4,4000a semakin rendah kadar air kerupuk mentah,
Panelis paling menyukai kerupuk volume pengembangan, daya serap
dengan tingkat substitusi 0% dan paling minyak, nilai lightness kerupuk mentah dan
tidak menyukai kerupuk dengan tingkat matang, serta nilai kesukaan panelis
substitusi 50%. Kesukaan panelis pada terhadap warna kerupuk. Semakin tinggi
tingkat substitusi 10%, 20%, 30%, dan 40% tingkat substitusi tapioka dengan tepung
tidak berbeda nyata antar perlakuan, tetapi beras merah, semakin tinggi nilai daya
kesukaan terhadap kerupuk dengan tingkat patah, kadar air kerupuk matang, nilai
substitusi 30% dengan skor 4,7125 (netral – redness, nilai yellowness, dan kadar serat
agak suka) tidak berbeda nyata dengan 0% kasar Perlakuan terbaik berdasarkan uji
dengan skor 5,025 (agak suka – suka). organoleptik adalah kerupuk dengan tingkat
Kesukaan panelis terhadap kerenyahan substitusi tepung beras merah sebanyak
kerupuk dengan tingkat substitusi 0% dan 20%, dengan kadar air kerupuk mentah
10% tidak berbeda nyata, tapi berbeda nyata sebesar 9,11%, volume pengembangan
dengan tingkat substitusi 20% yang paling sebesar 593,75%, daya patah sebesar
disukai panelis. Panelis menyukai kerupuk 6,2099 N/s, daya serap minyak sebesar
yang tidak terlalu renyah dan tidak terlalu 5,25%, dan kadar serat kasar 2,02%.
keras, seperti pada perlakuan 20% dengan
skor 5,2875 (agak suka – suka) dan 30%
Bernadette Maureen S et al., 2012.

DAFTAR PUSTAKA Widati, A.S., Mustakim, S. Indriana. 2007.


Pengaruh Lama Pengapuran
Rustama, M.M., S.R. Rahayuningsih, J.
terhadap Kadar Air, Kadar Protein,
Kusmoro, R. Safitri. 2005. Uji
Kadar Kalsium, Daya Kembang dan
Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air
Mutu Organoleptik Kerupuk Rambak
dan Etanol Bawang Putih (Allium
Kulit Sapi. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Sativum L.) terhadap Bakteri Gram
Hasil Ternak. 2 (1):47-56.
Negatif dan Gram Positif. Biotika. 4
Taewee, T.K. 2011. MiniReview Cracker
(2):1-8.
“Keropok”: A Review on Factors
Alden, L. 2006. Rice.
Influencing Expansion. Int. Food Res.
http://www.foodsubs.com/Rice.html
J. 18 (3):855-866.
(02 April 2012).
Mohamed, S., N. Abdullah, dan M.K.
Noorakmar, A.W., C.S. Cheow, A.R.
Muthu. 1989. Physical Properties of
Norizzah, A. Mohd Zahid, and I.
Keropok (Fried Crisps) in Relation to
Ruzaina. 2012. Effect of Orange
the Amylopectin Content of the Starch
Sweet Potato (Ipomoea Batatas)
Flours. Faculty of Food Science and
Flour on The Physical Properties of
Biotechnology, Malaysia. J. Sci. Food
Fried Extruded Fish Crackers. Int.
Agri. 49, 369-377.
Food Res. J. 19 (2):657-664.
Hartati, N.S. dan Prana, T.K. 2003. Analisis
Rohaendi, D. 2009. Memproduksi Kerupuk
Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung
Sangrai. Jakarta: PT. Gramedia
beberapa Kultivar Talas (Colocasia
Pustaka Utama
esculenta L. Schott). Jurnal Natur
Moelyaningsih. 1990. Peningkatan Mutu
Indonesia. 6 (1):29-33.
Bahan Baku Tapioka untuk Produk
Andarwulan, N., F. Kusnandar, dan D.
Kerupuk Udang. Surabaya: Balai
Herawati. 2011. Analisis Pangan.
Penelitian dan Pengembangan
Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Industri.

You might also like