Professional Documents
Culture Documents
Budi Sutedja
COVID - 19
INFEKSI / KERADANGAN
JARINGAN PARU
COIN
1968
CROWN / COIN
ZOONOTIC
RNA VIRUS
INFLUENZA PANDEMI
SARS-CoV, MERS-CoV,
2019-nCoV
,
Cahscient.fies.eordpress.com/2008/textbook-mikrobologi15.do c 3
COVID - 19
• Dyspnoea (55%) (median time from illness onset to dyspnoea 8·0 days)
dying.
PERIODE INKUBASI
• Current estimates of the incubation period of the
virus range from 2-14 days
• Detailed epidemiological information from more
people infected is needed
• Transmission can occur from asymptomatic
individuals or during the incubation period ??
• So far, the fatality rate of 2019-nCoV is lower than
that of SARS-CoV and MERS-CoV; however, the
ultimate scope and effects of the outbreak remain to
be seen.
Diagnosis harus dikonfirmasi dengan
fototoraks
Klasifikasi Klinis
c. Pneumonia berat
– Pada pasien dewasa:
• Gejala: demam atau curiga infeksi saluran napas
• Tanda: takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
napas berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar
– Pada pasien anak-anak:
• Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara
kondisi berikut:
– Sianosis central atau SpO2 <90%
– Distress napas berat (retraksi dada berat)
– Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum;
letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
Kriteria Definisi Pneumonia Berat
Jika terdapat salah satu kriteria mayor atau ≥ 3 kriteria minor
Kriteria Frekuensi napas ≥ 30x/menit
Uremia (BUN) ≥ 20 mg/dL
Leukopenia (<4000 cell/mikrol)
Trombositopenia (<100.000/microliter)
Hipotermia (<36 C)
Hipotensi perlu resusitasi cairan agresif
Kriteria Syok septik membutuhkan vasopressor
mayor Gagalnapasmembutuhkanventilasimekanik
Klasifikasi Klinis
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
– Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu
setelah diketahui kondisi klinis.
– Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi
hipoksemia.
– Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks
seperti foto toraks, CT Scan toraks atau USG paru.
• Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas bilateral, tidak
menjelaskan oleh efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul.
– Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan
oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahan ARDS
serta terapi.
Klasifikasi Klinis
e. Sepsis
– Sepsis merupakan suatu kondisi respon disregulasi tubuh
terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan
disertai disfungsi organ.
– Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis
sepsis dari nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu
respirasi, koagulasi, liver, kardivaskular, system saraf pusat,
dan ginjal.
– Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-
related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
– Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti
infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory Response
Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu abnormal
atau hitung leukosit.
Klasifikasi Klinis
f. Syok Septik
– Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum
adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65
mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.
– Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik <
90 berdasarkan
usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi berikut:
• Perubahan status mental
• Bradikardia atau takikardia
– Pada balita: frekuensi nadi <90 x/menit atau >160x/menit
– Pada anak-anak: frekuensi nadi <70x/menit atau >150x/menit
• Capillary refill time meningkat (>2 detik).
• Takipnea
• Kulit mottled atau petekia atau purpura
• Peningkatan laktat
• Oliguria
• Hipertemia atau hipotermia
Triage: Deteksi Dini
Pasien nCoV
• Pasien dengan gejala Infeksi saluran
pernapasan akut
(Demam, batuk, nyeri tenggorok, hidung tersumbat,
malaise, sakit kepala, nyeri otot)
• Pasien dengan tanda dan gejala
pneumonia
(Demam, batuk, nyeri dada/pleuritik, sesak napas, foto
toraks menunjukkan infiltrat)
Perlu waspada pada usia lanjut dan
imunocompromised karena gejala
dan tanda tidak khas, namun bila
sudah terjadi pneumonia & foto
toraks selalu positif menunjukkan
infiltrat
Faktor Risiko/kondisi tertentu dalam
menentukan kemungkinan terifeksi nCoV
• Memiliki riwayat perjalanan ke China atau wilayah/negara yang terjangkit
(sesuai dengan perkembangan penyakit)* dalam waktu 14 hari sebelum timbul
gejala
• Merupakan petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat
pasien ISPA/pneumonia yang tidak diketahui penyebab/etiologi penyakitnya,
tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian
• Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV
• Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien
konfirmasi 2019-nCoV di China atau wilayah/negara yang terjangkit
• Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah
teridentifikasi) di China atau wilayah/negara yang terjangkit
• Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan ATAU kontak dengan orang yang
memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan
Orang dalam
Gejala Klinis Pemantauan
Kasus Probabel
Kasus Konfirmasi
Kriteria Pasien dalam Pengawasan,
Orang dalam Pemantauan, kasus probable dan kasus konfirmasi
Kasus Probabel
Pasien dalam pengawasan
yang diperiksa untuk 2019-
nCoV tetapi inkonklusif (tidak
dapat disimpulkan) atau
seseorang dengan dengan
hasil konfirmasi positif pan-
coronavirus atau beta
coronavirus
Kasus Konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi
2019-nCoV dengan hasil
pemeriksaan laboratorium
positif.
Pasien dalam pengawasan
Gejala:
a. Identifikasi kasus
b. Identifikasi faktor risiko
c. Identifikasi kontak erat
d. Pengambilan spesimen di rumah sakit rujukan
e. Penanggulangan awal
Komunikasi risiko dan
pemberdayaan masyarakat
• Sistem Komunikasi Risiko
• Koordinasi internal dan kemitraan
• Komunikasi publik
• Keterlibatan komunikasi dengan masyarakat
yang terdampak
• Mengatasi ketidakpastian, persepsi, dan
manajemen informasi yang salah/hoaks
• Pengembangan kapasitas
Perawatan di Rumah (Isolasi Diri)
Orang dalam Pemantauan
• Mengingat bukti saat ini yang masih sangat terbatas mengenai infeksi 2019-
nCoV dan pola penularannya maka dalam pengawasan 2019-nCoV dilakukan
dan dipantau di rumah sakit.
• Namun, untuk kasus dalam pemantauan diberikan perawatan di rumah (isolasi
diri) dengan tetap memperhatikan kemungkinan terjadinya perburukan. Bila
gejala klinis mengalami perburukan maka segera memeriksakan diri ke
fasyankes
• Pemantauan kasus dalam pemantauan ini dilakukan oleh petugas kesehatan
layanan primer dengan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat
• Petugas melakukan pemantauan kesehatan terkini melalui telepon namun
idealnya dengan melakukan kunjungan secara berkala (harian).
• Pasien diberikan edukasi untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS)
Kriteria RS Rujukan
Terpenuhi :
• SDM yang kompeten
• Ruang Isolasi yang terstandar
• Sarana diagnostik (laboratorium,
alat pencitraan)
Prinsip Tatalaksana Medis
• Isolasi pada semua kasus
– Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik
ringan maupun sedang. Pasien bed-rest dan hindari
perpindahan ruangan atau pasien.
• Implementasi pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI)
• Serial foto toraks: menilai perkembangan
penyakit
• Suplementasi oksigen
• Terapi cairan
Prinsip Tatalaksana Medis
• Pemberian antibiotik empiris
• Terapi simptomatik
• Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin
diberikan pada tatalaksana pneumonia viral
atau ARDS selain ada indikasi lain
• Antiviral: Belum ada obat antivirus yang
terbukti efektif.
• Observasi ketat
• Pahami komorbid pasien
Kriteria discharge /keluar dari ruang
isolasi
• Kondisi stabil
• Tanda vital: kompos mentis; pernapasan stabil;
komunikasi normal; bebas demam selama 3
hari
• Gejala respirasi perbaikan
• Tidak ada disfungsi organ
• Perbaikan secara pencitraan
• Dua hasil negatif dari test asam nukleat
pathogen (interval setidaknya 1 hari)
Terima Kasih