Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara
net/publication/320922200
CITATIONS READS
0 1,193
2 authors, including:
Endang Fourianalistyawati
University of Wisconsin-Madison
53 PUBLICATIONS 16 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Endang Fourianalistyawati on 08 November 2017.
ABSTRACT
Based on data from the Cancer Hospital Dharmais (RSKD), from 2004 to 2010, breast
cancer was always the top ranked. It showed that breast cancer is a serious disease in
Indonesia. Psychological reactions that usually appear after a patient adjudged breast
cancer is a mental shock, anxiety, could not accept the fact, to depression. Anxiety that
occurs in patients with breast cancer will be reduced if the immediate environment, such
as family, relatives, friends, and neighbors provide social support to the patient. This
study aims to examine the relationship between social support with anxiety in breast
cancer patients. This study involved 30 breast cancer patients with stage II and III age
range 17-60 years. It was based on the assumption that patients in stage II and III may
exhibit anxiety traits and still possible to join the study, and patients with an age range
17-60 years has had psychological maturity and be able to think logically. This research
used quantitative methods using scale study, which was based on indicators which refer
to the theory of social support by Sarafino (1998) and the theory of anxiety by Nevid
(2005). The results of this study indicate that there was an association between social
support with anxiety in breast cancer patients.
Keywords: Breast cancer patients, social support, and anxiety.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang termasuk kedalam perhatian khusus
dibanyak negara di dunia pada bidang kedokteran. Hal tersebut dikarenakan
pasien penderita kanker terus meningkat dari tahun ke tahun, dan belum ada
pengobatan yang efektif menyembuhkan kanker. Menurut Siswono (2005), kanker
merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan dari World Health Organization (WHO), yaitu sebanyak 84 juta orang
meninggal dalam rentang waktu 2005 sampai dengan 2015. Jumlah pasien yang
terdiagnosis kanker setiap tahun mengalami peningkatan mencapai 6,25 juta
orang, dua pertiganya berasal dari negara-negara berkembang, salah satunya
Indonesia.
Kanker di Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai penyebab
kematian dan sekitar 800.000 orang Indonesia terserang kanker setiap tahun
(Suara Pembaruan, 2007). Menteri kesehatan Indonesia, Siti Fadilah Supari
(2005), menyatakan bahwa kanker telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat
Indonesia. Jenis kanker berbeda antara pria dan wanita, jenis kanker yang sering
ditemukan pada pria adalah kanker paru, lambung, hepar, kolorektal, esofagus,
dan prostat. Sedangkan jenis kanker yang sering ditemukan pada wanita adalah
kanker payudara, paru, lambung, kolorektal, dan serviks (WHO, 2008).
Menurut data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2010, pasien kanker payudara yang menjalani rawat
jalan, kanker payudara selalu menempati urutan teratas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kanker payudara merupakan penyakit yang cukup serius di Indonesia.
Kanker payudara merupakan momok yang mengerikan bagi seorang wanita.
Tidak hanya harus menahan rasa sakit pada kondisi fisiknya, tetapi juga harus
menahan tekanan psikologis yang disebabkan oleh kanker payudara. Hal ini
disebabkan karena payudara merupakan organ penting bagi seorang wanita.
Penelitian Dausch, dkk (dalam Kayser,dkk, 2010) menunjukkan bahwa
pasien kanker payudara mengalami pengalaman emosional luar biasa, yang dapat
memicu kondisi distres setelah didiagnosis oleh dokter. Sekitar 45% wanita
dengan diagnosa kanker payudara dilaporkan memiliki gejala kecemasan ringan
sampai berat, dan 28% wanita memiliki gejala depresi ringan sampai berat. Reaksi
psikologis lain yang muncul setelah pasien divonis kanker payudara, pada
umumnya mereka merasa shock secara mental, memiliki perasaan takut, tidak
dapat menerima kenyataan, sampai yang paling parah adalah pada keadaan
depresi (Hawari, 2004).
Pasien penderita kanker payudara membutuhkan bantuan dukungan sosial
untuk tetap berpikir positif akan keadaan dirinya sehingga mampu menurunkan
kecemasan, depresi dan ketidakberdayaan. Pasien yang memperoleh dukungan
keluarga akan bertahan hidup lebih lama (Taylor dalam Qotrin, 2011; Ptacek
dalam Francis & Satiadarma, 2004; Hawari, 2004).
Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan yang
dialami pasien kanker payudara.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara
dukungan sosial dengan kecemasan pada pasien kanker payudara?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dibuat untuk melihat hubungan antara dukungan sosial dengan
kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani pengobatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyakit yang berasal pertumbuhan yang
tidak normal dan tidak terkendali dari suatu sel. Kanker payudara disebabkan oleh
tumor ganas yang menyerang sel-sel lobulus dari kelenjar susu. Kanker payudara
dapat ditemukan pada keluarga yang mempunyai hubungan penyakit kanker
lainnya, yaitu kanker saluran pencernaan, kanker indung dan telur rahim, tumor
otak, kanker darah, dan sarkoma. (Kumar dan Robbins dalam Dina, 2007;
Tjindarbumi dalam Hawari, 2004).
Terdapat beberapa faktor penyebab kanker, diantaranya :
a. Faktor Biologis
Menurut bagian bedah FKUI/RSCM periode tahun 1971-1973 (dalam
Hawari, 2004) menemukan beberapa faktor resiko pada kanker payudara,
yaitu: wanita yang berumur lebih dari 30 tahun, tidak menikah, yang
melahirkan anak pertama setelah berumur 35 tahun, yang mengalami
menstruasi pertama (menarche) yang usianya kurang dari 12 tahun, yang
mengalami masa menopause terlambat lebih dari 55 tahun, yang pernah
mengalami infeksi, trauma atau tumor jinak payudara, yang pernah mengalami
operasi ovarium, wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker payudara,
wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak,
mengalami radiasi sebelumnya pada payudara (pengobatan keloid).
b. Faktor Psikososial
Menurut Ogden (2007) terdapat faktor-faktor psikososial yang
mempengaruhi kemunculan dan promosi kanker, yaitu :
1. Faktor-faktor Tingkah Laku. Faktor tingkah laku telah menunjukkan
peranan dalam kemunculan dan promosi kanker. Penelitian Smith dan
Jacobson (1989) melaporkan bahwa 30% dari kanker berhubungan dengan
aktivitas merokok, 35% berhubungan dengan diet, 7% berhubungan
dengan perilaku seksual dan reproduksi, dan 3% berhubungan dengan
alkohol.
2. Stres. Stres juga memiliki peranan dalam kanker. Laudenslager dkk (1983)
menunjukkan bahwa menyingkapkan kecenderungan kanker membuat
stres (mengguncang).
3. Peristiwa Hidup. Studi dari Jacobs dan Charles (dalam Ogden, 2007)
menguji perbedaan dalam peristiwa hidup diantara keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker dan keluarga yang tidak.
Hasilnya bahwa dalam keluarga yang memiliki riwayat kanker terdapat
angka yang lebih tinggi. Hal tersebut merubah beberapa pola perilaku
mereka, antara lain merubah status kesehatan, dan perceraian, hal ini
menunjukkan bahwa peristiwa hidup dapat berkontribusi pada kemunculan
kanker.
4. Kontrol. Kontrol pada stresor dan kontrol pada faktor lingkungan mungkin
berhubungan pada peningkatan kemunculan kanker.
5. Jenis-jenis pertahanan (Coping Styles). Jika individu mengalami stres,
kemudian metode yang mereka gunakan untuk bertahan dengan stres
tersebut kemungkinan berhubungan dengan kemunculan kanker.
6. Depresi. Bielauskas (1980) menggarisbawahi hubungan antara depresi dan
kanker dan menyatakan bahwa depresi ringan yang kronis berhubungan
dengan kanker.
7. Kepribadian. Temoshok dan Fox (dalam Ogden, 2007) menyatakan bahwa
individu yang mengidap penyakit kanker mempunyai kepribadian tipe C,
yaitu kepribadian yang pasif, menenangkan, tidak tertolong, berfokus pada
yang lain, dan emosi yang tidak ekspresif.
8. Ketahanan. Kobasa (1982) menggambarkan coping styles sebagai
ketahanan, yang mempunyai tiga komponen : kontrol, komitmen, dan
tantangan. Kontrol yang rendah berkesan pada kecenderungan
menunjukkan perasaan dari ketidaktertolongan dalam menghadapi stres.
Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, perilaku, dan kognitif seseorang. Kecemasan
merupakan perasaan takut akan sesuatu hal yang buruk terjadi pada diri seseorang
tanpa ada objek atau alasan yang jelas. Pada pasien kanker payudara kecemasan
ditandai dengan perasaan gelisah, ketakutan akan sesuatu hal yang buruk terjadi
(kematian), perilaku menarik diri dari lingkungan sosial, dan pesimis akan
pengobatan yang dijalani (Freud dalam Alwisol, 2006; Taylor dalam Pratiwi,
2010). Pada tingkatan kognitif, kecemasan melibatkan mood negatif, khawatir
akan bahaya di masa depan, dan sebagainya. Kecemasan dalam DSM – IV TR
dikodekan V 300, sedangkan dalam PPDGJ – III dikodekan dengan F 40.
Pada pasien penderita kanker payudara kecemasan akan muncul pada
masa-masa awal ketika dirinya mendapatkan diagnosa dari dokter. Penelitian
menyatakan bahwa lebih dari 30% wanita dengan kanker payudara mengalami
distress yang menetap dalam jangka waktu satu tahun atau lebih setelah
melakukan operasi (Glanz dkk dalam Schou dkk, 2004). Seorang wanita yang
mempunyai pengalaman sebelumnya dengan kanker mungkin mempunyai reaksi
emosional untuk menerima diagnosis kanker lagi. Kesehatan fisik dan mental
mereka akan mudah terpengaruh. Pengalaman sebelumnya dengan kanker akan
menyebabkan mereka rentan stres dan meningkatnya respon rasa takut, dengan
resiko yang lebih besar dari kecemasan dan depresi (Leventhal dkk, dalam Schou
dkk, 2004).
Berdasarkan penelitian Epping-Jones, dkk (dalam Schou, dkk, 2003)
ditemukan bahwa 80 perempuan penderita kanker payudara yang memiliki
disposisional optimisme yang rendah, diperkirakan mengalami kecemasan dan
depresi pada enam bulan pertama setelah penetapan diagnosis. Adaptasi aspek-
aspek yang cukup berat pada pasien kanker payudara meliputi dua proses yang
fundamental. Pertama, keterpaksaan, respon otomatis terhadap stres dari diagnosa
dan pengobatan dari kanker tersebut. Hal ini dicontohkan dalam pemikiran-
pemikiran yang tidak diinginkan, tidak dapat dikontrol, dan membosankan atau
reaktivitas fisiologis yang tinggi. Proses yang kedua melibatkan pengendalian,
respon yang sengaja ditampilkan yang mengarah pada usaha untuk mengatasi
stres dari kanker.
Kecemasan memiliki beberapa komponen, diantaranya komponen
emosional yang berisi tentang perasaan individu yang teramat dalam pada
kecemasan, komponen kognitif yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir
individu tentang menghadapi masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan,
komponen perilaku yang dapat membuat individu yang dilanda kecemasan
menarik diri dari lingkungan sosialnya dan dapat merubah kepribadian seseorang,
dari yang tadinya ekstrovert menjadi introvert, dan komponen fisik yang
mempengaruhi sistem kerja saraf di dalam tubuh manusia menjadi terganggu dan
keseimbangan dalam tubuh manusia menjadi rusak (Maher dalam Sobur, 2003;
Nevid, dkk 2005)
Kecemasan pada pasien kanker payudara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sharpley dan David (2007)
kanker payudara adalah penyebab utama kematian dari kanker pada wanita di
seluruh dunia, dengan 502.000 perempuan sekarat dari penyakit ini pada tahun
2005, mewakili 6,6% dari seluruh kematian global pada tahun 2005. Diagnosis
kanker payudara telah menunjukkan implikasi negatif bagi gaya hidup dan
kepuasan. Meskipun sebagian besar perempuan dapat mengatasi dengan baik
masalah yang dihadapi saat diagnosis kanker payudara, namun dampak negatif
psikososial mencakup fisik, psikologis, emosional dan aspek sosial dapat
mempengaruhi gaya hidup wanita. Data sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar
9% wanita didiagnosa dengan kanker payudara mengalami depresi mayor dan
27% wanita mengalami depresi minor selama tahap awal kanker payudara.
Menurut Sharpley dan David (2007), pada beberapa penelitian
sebelumnya, gangguan kecemasan pada pasien dengan berbagai macam diagnosa
kanker sebesar 48%. Laporan lainnya menjelaskan kecemasan terjadi pada
perempuan dengan kanker payudara sekitar 8,6%.
Dukungan Sosial
Santrock (2005) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan informasi
dan feedback dari orang lain bahwa individu tersebut merasa dicintai,
diperhatikan, dan dihargai dalam hubungan komunikasi yang dekat. Sarafino
(dalam Maslihah, 2011) juga menyatakan bahwa dukungan sosial merujuk kepada
memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau menghargainya.
Dukungan sosial juga didefinisikan sebagai informasi dari seseorang kepada orang
lain bahwa orang tersebut dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai, serta
merupakan bagian dari jaringan komunikasi serta bentuk kewajiban yang bersifat
timbal balik dari orangtua, pasangan atau kekasih, anggota keluarga lain, teman,
komunitas sosial dan masyarakat (Rietschlin, dalam Taylor 2006).
Sarafino (1998) telah membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk,
yaitu :
a. Dukungan instrumental
Dukungan materi adalah dukungan yang biasa disebut juga bantuan nyata
(tangible aid). Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung, seperti bantuan materi, pemberian bantuan
barang atau peralatan yang dibutuhkan, makanan, serta pelayanan.
b. Dukungan emosional
Jenis dukungan emosional dapat membuat individu memiliki perasaan nyaman,
yakin, dipedulikan, dan dicintai. Dukungan tersebut berhubungan dengan hal
yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi.
c. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan
pada pendapat individu, dan perbandingan positif individu dengan individu
yang lain. Dukungan ini dapat membantu individu membangun harga diri dan
kompetensi.
d. Dukungan informasional
Dukungan yang berupa pemberian saran, pengarahan, keyakinan atau umpan
balik tentang situasi dan kondisi individu.
e. Dukungan kelompok sosial
Dukungan ini dapat membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok
yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial. Individu akan merasa
memiliki teman senasib dan seperjuangan.
Dukungan sosial adalah pertukaran antar individu di mana satu orang
memberikan bantuan kepada orang yang lain (Taylor, Peplau, dan Sears; 2000).
Menurut Baron & Byrne (2003), dukungan sosial adalah rasa nyaman secara fisik
dan psikologis yang diberikan oleh para sahabat dan keluarga kepada orang yang
menghadapi stress, dengan dukungan sosial, orang cenderung untuk ada dalam
keadaan kesehatan fisik yang lebih baik dan dapat mengatasi stres yang
dialaminya.
Sumber Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan hidup anggota keluarga,
teman-teman, kontak sosial dan komunitas, anggota kelompok pertemanan, orang
dari gereja, serta rekan kerja atau supervisor pekerjaan (Buunk, Doosje, Jans, &
Hopstaken dalam Taylor, dkk, 2000). Dukungan sosial juga dapat diberikan dari
dokter, perawat, dan psikolog yang berada di rumah sakit. Dukungan sosial yang
terpenting adalah berasal dari keluarga (Rodin dan Salovey dalam Smet, 1994).
Gore dalam Gottlieb (1983) juga menyatakan bahwa dukungan sosial lebih sering
didapat dari relasi yang terdekat yaitu keluarga atau sahabat. Kekuatan dukungan
sosial yang berasal dari relasi yang terdekat merupakan salah satu proses
psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat dalam diri seseorang. Dukungan
yang berasal dari keluarga (dari anak, suami/istri, ayah, ibu, dan saudara) juga
akan mengurangi kecemasan pasien akan perasaan kehilangan atau ditinggalkan
dan ditelantarkan oleh anggota keluarga.
Pencarian dukungan sosial juga dapat diberikan oleh aktifis spiritual,
seperti pendeta atau ulama. Nasehat-nasehat yang positif dan lebih meningkatkan
pengalaman spiritualitas seseorang dengan Tuhannya, sehingga pasien lebih
menerima kondisi dirinya dan dapat menekan kondisi emosional mereka yang
sangat sensitif akibat dari penolakan diri.
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan pada Pasien Kanker
Payudara
Menurut Taylor (dalam Qotrin, 2011) beberapa penelitian menunjukkan
bahwa dukungan sosial dapat mengurangi tekanan psikologis yang diakibatkan
oleh suatu penyakit. Selain itu, terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan
depresi dan kecemasan, semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh
seseorang pasien penderita kanker payudara, maka akan semakin rendah depresi
yang dialaminya (Cohen & Syme, dalam Qotrin 2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kuijer, dkk (dalam Francis
& Satiadarma, 2004) perempuan penderita kanker payudara menunjukkan
adaptasi psikologis yang lebih baik, apabila dirinya merasa didukung oleh
keluarga terdekatnya, seperti suami, anak, ayah, atau ibunya. Pasien penderita
kanker yang didukung oleh keluarganya dapat terbantu proses
kesembuhannya, karena didalam tubuh pasien terjadi reaksi kimiawi yang
dapat merangsang sel-sel di dalam tubuh untuk melawan sel kanker. Ptacek
(dalam Francis & Satiadarma, 2004) menyatakan bahwa pasien yang
memperoleh dukungan keluarga akan bertahan hidup lebih lama.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Beckman dan Syme (dalam
Sarafino, 1994) menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat menurunkan tingkat
kematian, dan banyak peneliti juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat
menurunkan tingkat kecemasan, gangguan umum, somatisasi dan depresi.
Beberapa pendapat diatas didukung dengan penelitian yang dilakukan
oleh Francis dan Satiadarma (2004) terhadap penderita kanker payudara.
Penelitian tersebut menghasilkan asumsi bahwa kehadiran dukungan keluarga
dapat membantu proses kesembuhan individu yang mengidap kanker
payudara. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan dukungan yang diberikan
keluarga secara tidak langsung dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
individu.
METODE
Populasi penelitian ini adalah para wanita yang mengidap kanker payudara
di daerah DKI Jakarta. Sampel penelitian terdiri dari 30 orang perempuan
penderita kanker payudara. Pengambilan sampel 30 orang berdasarkan teori dari
Guilford dan Futcher (1978) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang
dibutuhkan untuk mendapatkan penyebaran skor yang mendekati penyebaran
normal adalah minimal 30 orang. Teknik pengambilan sampel simple random
sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam suatu populasi (Sugiyono,2007).
Karakteristik sampel, yaitu: perempuan berusia 17 – 60 tahun; memiliki
status kesehatan sebagai pengidap kanker payudara stadium II dan III, karena
ketersediaan subyek di tempat penelitian; sedang menjalani pengobatan di instansi
rumah sakit.
Instrumen yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah skala
mengenai kecemasan dan skala mengenai dukungan sosial. Skala yang digunakan
dalam kuesioner penelitian ini adalah Skala Likert yang merupakan metode
penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai
penentuan penilaian skala (Azwar, 2007). Metode analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Spearman Rank Correlation dalam menguji hipotesis
penelitian (Sugiyono, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kecemasan
Data yang terkumpul untuk kecemasan menunjukkan bahwa nilai terendah
dari data tersebut adalah 84, sedangkan nilai tertinggi dari data tersebut adalah
124. Nilai rata-rata dari variabel tersebut yaitu 100,37 , dan standar deviasinya
adalah 12,65. Hasil yang diperoleh dari data di atas menggunakan bantuan
program SPSS versi 16.
Deskripsi Dukungan Sosial
Gambaran data dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan untuk
dukungan sosial menunjukkan bahwa nilai terendah dari data tersebut adalah 53,
sedangkan nilai tertinggi dari data tersebut adalah 75 . Nilai rata-rata dari variabel
tersebut yaitu 63,27 , dan standar deviasinya adalah 4,86. Hasil yang diperoleh
dari data di atas menggunakan bantuan program SPSS versi 16.
Hasil Analisa Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi Spearman Rank
Correlation untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yaitu variabel
kecemasan dan variabel dukungan sosial.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Spearman
Rank Correlation, selanjutnya data tersebut digunakan dalam pengujian hipotesis.
Dari perhitungan tersebut diperoleh data sebagai berikut :
dukungansosial kecemasan
Correlation Coefficient 1.000 -.305
dukungansosial Sig. (2-tailed) . .101
N 30 30
Spearman's rho
Correlation Coefficient -.305 1.000
kecemasan Sig. (2-tailed) .101 .
N 30 30
Tabel 1. Korelasi antara Dukungan Sosial dan Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara