Professional Documents
Culture Documents
Kelinci Lokal Jantan Dan Ampas Tahu PDF
Kelinci Lokal Jantan Dan Ampas Tahu PDF
HAFIDZ RASYID
D14050633
The experiment was carried out to evaluate the use of tofu waste for the concentrate
of animal diet. The tofu waste was derived from a local tofu industry at village. It
contents protein, energy, mineral, and crude fiber. This is a reason that tofu waste is
good for the animals. Rabbits were used as the experimental animal. Four diets
containing 20, 40, and 60% of tofu waste and one commercial concentrate were
given to the rabbit. Twenty young rabbits (789 ± 0,15; CV= 10%) were used. These
animals were divided into four groups. Feed consumption, daily body weight gain,
feed conversion, and mortality were recorded. The effect of treatment were studied
by ANOVA. The results showed that the effect of treatments was significant on daily
body weight gain and feed conversion (P<0,05). Tofu waste can be used as
commercial concentrate substitution at 60% rate of native grass and 40% rate of tofu
in feed balance for local rabbits.
Keywords: production performance, local male rabbit, native grass, and tofu waste.
PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL JANTAN
PADA PEMBERIAN RUMPUT LAPANG DAN
BERBAGAI LEVEL AMPAS TAHU
Oleh
HAFIDZ RASYID
D14050633
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Penulis
PERFORMA PRODUKSI KELINCI LOKAL JANTAN
PADA PEMBERIAN RUMPUT LAPANG DAN
BERBAGAI LEVEL AMPAS TAHU
SKRIPSI
HAFIDZ RASYID
Halaman
RINGKASAN............................................................................................. i
ABSTRACT................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................. 1
Tujuan.............................................................................................. 2
Manfaat........................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
Kelinci..............................................................................................
3
Pertumbuhan Kelinci....................................................................... 3
Pertambahan Bobot Badan.............................................................. 4
Konsumsi......................................................................................... 4
Konversi Pakan................................................................................ 5
Lingkungan...................................................................................... 5
Rumput Lapang................................................................................ 6
Proses Pembuatan Tahu.................................................................... 6
Ampas Tahu..................................................................................... 7
Kebutuhan Pakan untuk Pertumbuhan............................................. 9
Kebutuhan Bahan Kering................................................................. 9
METODE ................................................................................................... 11
Kesimpulan..................................................................................... 28
Saran............................................................................................... 28
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 30
LAMPIRAN.............................................................................................. 33
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
1. Konsumsi Pakan Kelinci Selama Penggemukan................................ 34
2. Konsumsi Bahan Kering.................................................................... 35
3. Konsumsi Protein Kasar.................................................................... 36
4. Konsumsi Serat Kasar....................................................................... 37
5. Total Digestible Nutrient................................................................... 38
6. Nilai Konversi Pakan Kelinci Selama Penelitian.............................. 39
7. Pertambahan Bobot Badan Harian Kelinci Selama Penggemukan… 39
8. Perhitungan Total Digestible Nutrient (TDN) Pakan Rumput
Lapang, Konsentrat dan Ampas Tahu............................................... 40
9. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Kelinci......................... 41
10. Analisis Ragam Konsumsi Bahan Kering......................................... 41
11. Analisis Ragam Konsumsi Protein Kasar......................................... 41
12. Analisis Ragam Konsumsi Serat Kasar............................................ 41
13. Analisis Ragam Konsumsi Total Digestible Nutrient....................... 41
14. Analisis Ragam Konversi Pakan...................................................... 41
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelinci adalah ternak yang dapat memanfaatkan hijauan secara efisien,
melalui sifat herbivora. Kelinci dapat mengkonsumsi dan memanfaatkan protein
yang berasal dari hijauan atau limbah pertanian lebih efisien dibandingkan dengan
ternak lainnya. Indonesia adalah negara agraris sehingga hijauan maupun limbah
pertanian mudah diperoleh.
Ketersediaan hijauan berupa rumput, leguminosa, dan berbagai limbah
pertanian seperti dedak, onggok, ampas tahu, dan lain-lain di daerah tropis seperti
Indonesia merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan
kelinci. Pakan kelinci merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas. Oleh karena itu upaya untuk
meningkatkan produktivitas ternak terus dilakukan baik secara modern maupun
sederhana. Cara modern umumnya banyak membutuhkan biaya yang cukup
tinggi, namun cara sederhana yang bisa diterapkan oleh peternak skala kecil yang
memiliki rumah atau kandang dekat dengan industri pertanian, dapat
memanfaatkan limbah pertanian tersebut sebagai bahan pakan kelinci.
Limbah industri pertanian seperti ampas tahu dan bekatul dapat digunakan
sebagai pakan konsentrat untuk kelinci dan banyak terdapat di lingkungan
masyarakat Indonesia. Ampas tahu adalah salah satu limbah industri pembuatan
tahu yang bisa digunakan sebagai pakan tambahan pada kelinci. Ampas tahu
disukai ternak terutama jika masih dalam keadaan segar. Ampas tahu mempunyai
kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Selain itu, ampas tahu dipilih sebagai pakan
penggemukan karena mudah didapat dan harganya murah.
Pemberian pakan yang perlu diperhatikan adalah kualitasnya yang akan
diberikan pada kelinci karena berakibat pada perkembangan ternak. Komposisi
asam amino esensial yang terdapat dalam pakan merupakan faktor yang penting
dalam pertumbuhan pada fase penggemukan, karena asam amino tersebut
dibutuhkan oleh tubuh namun tubuh tidak dapat mensintesis sendiri. Hal tersebut
merupakan faktor yang membedakan antara ternak yang sengaja digemukkan jika
dibandingkan dengan ternak yang diberi pakan dengan jumlah yang hanya cukup
untuk kebutuhan pokok ternak itu sendiri. Adanya perlakuan khusus tersebut
diharapkan tujuan produksi dari berbagai macam program pemeliharaan akan
tercapai.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini adalah :
1. Kebutuhan protein hewani yang terus meningkat sehingga diperlukan upaya
peningkatan produksi daging yang dijadikan sebagai sumber protein hewani
yaitu dengan cara penggemukan kelinci;
2. Kelinci memiliki berbagai kemampuan biologis yang tinggi, selang beranak
pendek dan mampu beranak banyak;
3. Kelinci memiliki potensi sebagai penghasil daging, penghasil kulit, dan bulu;
4. Penggemukan kelinci lokal dengan memanfaatkan pakan dari hasil industri
pembuatan tahu yaitu ampas tahu sebagai pengganti konsentrat, dan dilihat
performa kelinci tersebut;
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan membandingkan performa
produksi kelinci lokal jantan yang diberi pakan rumput lapang dan ampas tahu
pada level yang berbeda dengan kelinci yang diberi pakan rumput lapang dan
konsentrat.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
peternak untuk memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan alternatif pengganti
konsentrat dan menurunkan biaya produksi pada penggemukan kelinci lokal.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelinci
Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan.
Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan
tontonan, dan hewan kesenangan (Ensminger, 1991). Dahulu kelinci (Orytologus
cuniculus) dimasukkan ke dalam golongan rodensia, namun sekarang digolongkan
ke dalam ordo tersendiri yaitu Logomorpha (Chapman dan Flux, 1992).
Masyarakat telah lama mengembangkan kelinci sebagai ternak penghasil daging.
Kelinci menghasilkan daging putih, rasanya enak, seratnya lembut bergizi dan
merangsang selera makan, perdagingan padat, perbandingan bobot hidup dan
bobot karkas mencapai 50%. Ternak ini memiliki kadar protein yang cukup tinggi
tetapi kadar energi, lemak, kolesterol dan garam lebih rendah dibandingkan ternak
lain. Daging kelinci mengandung protein tinggi (18,5% dari berat segar) dan
rendah kolesterol (136mg/100g) (Cheeke et al., 1987).
Umumnya kelinci dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaannya,
yaitu sebagai penghasil daging, kulit rambut atau kelinci hias, meskipun ada
tujuan ganda (Raharjo et al., 1988). Cheeke et al., (1987) menyatakan bahwa
kelinci merupakan sumber daging karena mempunyai sifat-sifat yang cocok
sebagai ternak penghasil daging di negara sedang berkembang. Keuntungan
memelihara kelinci selain sebagai penghasil daging, memelihara kelinci tidak
membutuhkan areal tanah yang luas. Kelinci merupakan ternak yang cocok
dipelihara di negara berkembang dan mulai memanfaatkan kelinci sebagai
penghasil daging. Selain itu, juga memiliki potensi : 1) ukuran tubuh yang kecil,
sehingga tidak memerlukan banyak ruang, 2) tidak memerlukan biaya yang besar
dalam investasi ternak dan kandang, 3) umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4)
kemampuan berkembang biak yang tinggi, 5) masa penggemukan yang singkat
(kurang dari dua bulan sejak disapih).
Pertumbuhan Kelinci
Selamat (1996) menyebutkan bahwa kelinci betina dapat kawin pertama
kali pada umur 10-12 minggu, tetapi pada saat itu tidak menghasilkan ovulasi.
Timbulnya pubertas sangat beragam, tergantung pada bangsa. Perkembangan
reproduksi pada bangsa kelinci tipe kecil atau sedang lebih cepat yaitu pada umur
4-5 bulan dibandingkan kelinci besar yaitu 5-8 bulan. Menurut Chekee et al.,
(1987), kelinci seperti hewan lainnya terjadi pertumbuhan prenatal (dalam
kandungan) dan postnatal (setelah lahir). Bobot anak sampai umur 21 hari sangat
tergantung pada produksi air susu induknya. Selama periode pertumbuhan, sejak
penyapihan hingga pemotongan merupakan fase yang paling efisien dalam
mengkonversikan pakan untuk mencapai bobot hidup yang diinginkan. Oleh
karena itu, bila pakan yang disajikan cukup mengandung protein, vitamin dan
mineral maka hewan akan menjadi gemuk (Sugeng, 1993).
Selama dalam proses pertumbuhan, ternak dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor genetik, pemberian pakan, suhu, kemampuan beradaptasi
dan lingkungan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Penelitian yang telah
dilakukan sangat sedikit pada produksi kelinci komersil dibandingkan dengan
ternak spesies lainnya. Oleh karena itu, banyak lagi masalah yang lain belum
diketahui, dan lebih sedikit informasi yang tersedia pada pemberian pakan
optimal, menternakkan, pencegahan penyakit, dan sistem manajemen (Chekee et
al., 1987).
Konsumsi
Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau
sekelompok ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses
bebas pada pakan dan tempat makan. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi pakan
merupakan faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan
produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan
kadar zat makanan dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.
Herman (2000) menyatakan bahwa pemenuhan pakan kelinci dihitung
berdasarkan konsumsi bahan kering. Kebutuhan bahan kering menurut NRC
4
(1977) yaitu untuk hidup pokok 3-4% dari bobot badan dan untuk pertumbuhan
normal 5-8% dari bobot badan. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa konsumsi
ditentukan oleh ; (1) berat atau besar badan, (2) jenis makanan (bahan makanan
yang berdaya cerna tinggi), (3) umur dan kondisi ternak, (4) kadar energi dari
bahan makanan, (5) stress dan (6) sex atau jenis kelamin.
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang
dikonsumsi untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup. Berdasarkan hasil penelitian
Muhidin (2004) konversi pakan paling baik untuk pengemukan kelinci muda fryer
adalah sebesar 6,63 yaitu pakan yang mempunyai kadar protein tinggi.
Menurut Campbell dan Lasley (1985), konversi pakan dipengaruhi oleh
kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh lain serta jenis pakan yang
dikonsumsi. Raharjo et al., (1992) menyatakan bahwa pada tingkat energi tercerna
(TDN) yaitu 51,14; 56,82; dan 62,50% serta protein 14, 15 dan 16% tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap performa kelinci Rex lepas sapih
yakni pada konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan.
Tingkat pertumbuhan dan efisiensi pakan terbaik adalah pada pemberian pakan
dengan kandungan TDN 56,82% dan protein 16%.
Lingkungan
Menurut Anggorodi (1990) iklim dan suhu lingkungan dapat
mempengaruhi tingkat nafsu makan dan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak.
Suhu dan kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan rendahnya konsumsi
pakan dan pertambahan bobot badan yang rendah pula.
Produktifitas kelinci dapat mencapai optimal pada kondisi lingkungan
dengan suhu udara 18oC dan tingkat kelembaban udara 70% (Lukefahr dan
Cheeke, 1990). Menurut Fernandez et al., (1995) suhu yang tinggi yaitu 30oC
menyebabkan bobot hidup yang rendah pada kelinci betina, bobot total anak saat
lahir yang relatif rendah, pertumbuhan yang lambat dan ketahanan hidup yang
rendah pada anak kelinci.
5
Rumput Lapang
Menurut Harfiah (2006), umumnya hijauan makanan ternak di daerah
tropis, khususnya rumput alam mempunyai fase pertumbuhan yang sangat singkat
sehingga cepat mencapai keadaan membentuk bunga dan biji sehingga proses
lignifikasi terjadi lebih awal, yang mempengaruhi sifat ini adalah faktor curah
hujan. Sifat lain yang dimiliki rumput ini adalah produksi yang tinggi akan tetapi
kualitasnya relatif rendah. Kualitas dan kuantitas rumput lapang rendah terutama
pada musim kemarau menyebabkan penyediaan hijauan sepanjang tahun tidak
terlaksana.
Pakan hijauan menurut Prasetyo dan Herawati (2006) tidak hanya satu
jenis hijauan saja yang diberikan untuk kelinci melainkan ada tiga jenis hijauan
yang pemberiannya sesuai ketersediaan hijauan tersebut. Hijauan tersebut yaitu
jakung/jukut loseh (Gallinsoga parvilora), limbah daun wortel dan kubis.
Sudaryanto et al., (1984) menyatakan bahwa hijauan yang paling baik untuk
dikonsumsi kelinci adalah hijauan ketela rambat dan rumput lapang karena
memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi.
Selain hijauan, pakan ternak kelinci lainnya adalah konsentrat. Pemberian
konsentrat dari masing-masing peternak pada kondisi yang ada terlihat masih
sangat terbatas dan sangat bervariasi yaitu ada yang memberikan satu kali per
hari, ada yang memberikan dua hari sekali dan bahkan ada yang memberikan
seminggu sekali, untuk satu ekor kelinci dewasa atau muda diberikan konsentrat
sebanyak 100-150 gram dan untuk kelinci sapihan sebanyak 50 gram.
Raharjo et al., (2004) melaporkan hasil penelitiannya pada ternak kelinci
Rex yang diberi rumput lapang ad libitum (100%) dan rumput lapang ad libitum
ditambah konsentrat, hasil terbaik ditunjukkan oleh pemberian rumput lapang ad
libitum + 60 g konsentrat dengan pertambahan bobot badan sebesar 1191 g/ ekor
selama 12 minggu sedangkan pada ternak kelinci yang diberikan rumput lapang
ad libitum tanpa konsentrat pbb hanya 610 g/ekor dalam waktu yang sama.
6
menurut bentuk yang diinginkan. Bagan proses pembuatan tahu menurut
(Koswara, 1992) bisa dilihat pada Gambar 1.
Kedelai bersih
Perendaman 8 – 12 jam
Pengupasan
(30 – 40 menit)
Bubur kedelai
Filtrat
Pendidihan 30 menit
Penggumpalan
Whey Penyaringan
Pengepresan
Pemotongan
Tahu
Ampas Tahu
Ampas tahu segar masih mengandung air sekitar 84,5% dari bobotnya.
Kadar air ampas tahu yang tinggi dapat mengakibatkan umur simpannya pendek,
ongkos pengangkutan tinggi dan penggunaan yang terbatas. Ampas tahu berasal
dari kedelai. Oleh karena itu antinutrisi yang terdapat pada ampas tahu sama
dengan pada kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami
7
pengolahan.
Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar. Penanganan ampas tahu
harus dilakukan dengan baik agar kandungan nutrisinya tidak menurun. Ampas
tahu digunakan berkisar antara 12-95% dari campuran konsentrat di lapangan.
Berdasarkan perhitungan kadar air yang ada pada ampas tahu, sebaiknya ampas
tahu basah tidak diberikan pada ternak lebih dari 41% (Tim Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2003).
Ampas tahu mengandung kadar protein dan serat kasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bungkil kelapa. Ampas tahu kandungan serat kasarnya
tinggi, tetapi karena kandungan proteinnya tinggi pula maka ampas tahu dapat
dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Rianto et al. (2004) menyatakan bahwa
ampas tahu dapat digunakan sebagai bahan pakan pengganti konsentrat, karena
memiliki kandungan protein kasar yang tinggi yaitu 18,21%.
Pemanfaatan hasil ikutan merupakan pendaurulangan sumber daya alam
sehingga dapat lebih bermanfaat bagi penanggulangan kelangkaan pakan.
Ketersediaan hasil ikutan jumlahnya cukup melimpah dan terkonsentrasi di daerah
tertentu, seperti halnya di daerah Jawa Barat hanya terdapat pada kota-kota
tertentu yaitu Bogor, Bandung, dan Sumedang. Peternak di daerah tersebut
memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan ternaknya (Tarmidi, 2004)
Penelitian menggunakan ampas tahu untuk campuran pakan konsentrat
telah dilakukan oleh Lestari et al., (2004) pada kelinci periode pertumbuhan. Pada
penelitian tersebut ampas tahu diberikan sebagai pakan konsentrat tunggal dan
ampas tahu dikombinasikan dengan bekatul, dibandingkan dengan pemberian
bekatul bersama konsentrat komersial. Ketiga macam konsentrat tersebut
diberikan bersama rumput lapang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PBBH
yang diperoleh sebesar 31,93; 30,53 dan 33,95 g/ekor/hari, dengan konversi pakan
5,17; 5,16 dan 4,47. perhitungan feed cost per gain menunjukkan bahwa
pemberian pakan kelinci berupa ampas tahu sebagai konsentrat tunggal
menghasilkan feed cost per gain paling rendah dibandingkan pemberian
konsentrat yang lain, artinya biaya pakan yang digunakan untuk meningkatkan
satu kg bobot badan ternak paling murah.
8
Kelemahan ampas tahu diantaranya memiliki kandungan air yang tinggi
yang dapat mengakibatkan umur simpannya pendek dan penggunaannya terbatas.
Ampas tahu tidak tahan lama disimpan, cepat asam dan busuk karena aktivitas
mikroba-mikroba perusak seperti bakteri, kapang dan ragi. Sifat ampas tahu yang
tidak tahan lama disimpan mengakibatkan penggunaan ampas tahu tidak bisa
lebih dari sehari atau langsung diberikan pada ikan. Penggunaan ampas tahu akan
lebih efisien jika dilakukan suatu cara pengawetan. Pengeringan merupakan cara
pengawetan namun memerlukan waktu dan tempat sehingga tidak aman dari
kontaminan (jika dijemur), dan energi (jika dioven). Pembuatan silase merupakan
cara pengawetan yang lebih ekonomis dan aman sehingga dapat memberikan nilai
tambah bagi pengusaha tahu dan di lain pihak tidak banyak merubah bentuk dan
nilai gizi ampas tahu tersebut (Haetami et al., 2006).
9
bervariasi tergantung pada periode pemeliharaan dan bobot badan kelinci.
Kebutuhan bahan kering kelinci pada berbagai periode pemeliharaan terdapat
pada Tabel 2.
10
METODE
Materi
Kelinci
Kelinci yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 ekor kelinci lokal
jantan berumur 9-10 minggu. Bobot hidup awal mempunyai rataan 789 gram dengan
koefisien variasi sebesar 10%. Kelinci-kelinci ini kemudian dipelihara sesuai
perlakuan yang diberikan selama 8 minggu.
Gambar 3. (a) Rumput Lapang dan (b) Konsentrat (c) Ampas Tahu sebelum
dan sesudah dipress
Sumber : Rasyid (2009)
12
Kandang dan Peralatan
Kandang berupa kandang individu berukuran 45cm x 30cm x 40cm. Tiap
kandang dilengkapi dengan tempat pakan plastik dan botol air minum. Peralatan
yang digunakan adalah alat kebersihan, timbangan duduk merk "Five Goats”,
timbangan digital “Weston”, pressure gauge (alat pengepress ampas tahu),
Thermohigrometer digital, karung rumput, dan label. Gambar kandang dan peralatan
terdapat pada Gambar 4.
Pengamatan lingkungan yaitu pengamatan suhu dan kelembaban, diamati
untuk mengetahui kondisi lingkungan penelitian apakah sesuai dengan kenyamanan
kelinci atau belum.
(a) (b)
13
Rancangan Percobaan
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan empat perlakuan pemberian pakan dengan lima
ulangan yaitu:
• P1 = 60% rumput lapang dan 40% konsentrat.
• P2 = 80% rumput lapang dan 20% ampas tahu.
• P3 = 60% rumput lapang dan 40% ampas tahu.
• P4 = 40% rumput lapang dan 60% ampas tahu.
Rancangan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan
perlakuan pemberian pakan yang berbeda. Masing–masing taraf perlakuan terdiri
atas lima ulangan. Model analisis menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah
sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + εij
Keterangan :
Yijk = Nilai Pengamatan dari Perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh Presentase Ransum level ke-i (P1, P2 , P3 , P4 )
εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
i = Perlakuan ke-i
j = Ulangan ke-j
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis of Variance (ANOVA), jika
perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan
uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan tersebut
14
makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup
pokok dan untuk keperluan produksi ternak.
Konsumsi Pakan Segar (g/hari) = Pakan yang diberikan – sisa pakan
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk
mendapatkan bobot badan tertentu dan dalam waktu tertentu. Konversi pakan yaitu
jumlah pakan yang dikonsumsi tiap harinya terhadap pertambahan bobot badan
15
hariannya. Efisiensi dalam penggunaan pakan termasuk dalam program pemberian
pakan yang didapat diukur dari konversi pakan atas bobot hidup kelinci.
Mortalitas
Mortalitas adalah banyaknya ternak yang mati selama penelitian.
Prosedur
Persiapan
Bahan, peralatan dan kandang dipersiapkan seminggu sebelum penelitian.
Kelinci jantan sebanyak dua puluh ekor dipilih berdasarkan keseragaman bobot
badan dan yang berumur 9-10 minggu dari umur lepas sapih. Kelinci tersebut
dimasukkan ke dalam kandang individu secara acak. Ampas tahu dibeli setiap hari
dengan kendaraan bermotor. Ampas tahu dipress terlebih agar kadar airnya
berkurang kemudian ampas tahu ditimbang lalu diberikan pada kelinci. Pakan
diberikan sebesar 10% dari kebutuhan bahan kering kelinci. Pemberian pakan
ditingkatkan agar ternak terpenuhi selalu kebutuhannya dan ada sisa pakan yang bisa
ditimbang sehingga kita bisa mengetahui ternak tersebut dapat mengkonsumsi pakan
lebih dari kebutuhan bahan kering kelinci muda yaitu sekitar 6,2% dari bobot badan.
Adaptasi pakan dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian selama tiga minggu dan
air minum diberi vitamin berupa vitachick pada masa adaptasi tersebut. Obat-obatan
yang digunakan antara lain obat anti scabies. Penimbangan bobot badan dilakukan
pada akhir periode adaptasi dan digunakan sebagai data awal penelitian.
Pemeliharaan
Kelinci diberi pakan tiga kali sehari, yaitu pada pagi hari (07.00-08.00 WIB),
siang hari (12.00-13.00 WIB) dan sore hari (17.00-18.00 WIB). Pemberian
konsentrat dan ampas tahu diberikan dalam wadah berupa tempat pakan ayam
berbentuk plastik sedangkan rumput diberikan dalam bentuk segar langsung ke
dalam kandang. Pemberian konsentrat dan ampas tahu didahulukan daripada rumput,
karena konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari. Siang dan sore harinya baru
diberikan rumput dengan perbandingan 50% siang dari jumlah pemberian. Sisanya
16
malam hari rumput diberikan dua kali lipat, ini dikarenakan kelinci adalah hewan
nokturnal yang banyak melakukan aktivitas di malam hari sehingga malam hari lebih
banyak. Sisa pakan ditimbang keesokan harinya. Pemberian air minum diberikan ad
libitum. Pakan diberikan berdasarkan kebutuhan total bahan kering yaitu 10% dari
bobot badan. Kebutuhan bahan kering ini melebihi kebutuhan kelinci untuk
kebutuhan kelinci muda menurut Ensminger (1991) yaitu (5,4-6,2)% dari bobot
badan. Kebutuhan dilebihkan supaya kebutuhan protein kelinci pada P2 terpenuhi
kebutuhan proteinnya sebesar 16% sehingga tidak mengalami penurunan bobot
badan/kenaikan bisa dilihat. Penggemukan kelinci dalam penelitian ini dilakukan
selama delapan minggu. Penimbangan kelinci dilakukan dengan cara meletakkan
kelinci di atas wadah timbangan. Penimbangan kelinci dilakukan setiap seminggu
sekali.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), sebagai
perlakuan adalah pemberian berbagai level rumput lapang dengan konsentrat sebagai
kontrol dan perlakuan rumput lapang dengan ampas tahu pada berbagai level dalam
pakan. Kelinci sebanyak dua puluh ekor dibagi secara acak ke dalam empat taraf
perlakuan pemberian pakan, diantaranya P1 (60% rumput dan 40% konsentrat
selama 8 minggu), P2 (80% rumput dan 20% ampas tahu selama 8 minggu), P3 (60%
rumput dan 40% ampas tahu selama 8 minggu) dan P4 (40% rumput dan 60% ampas
tahu selama 8 minggu) dan tiap perlakuan terdiri dari lima ulangan. Pemeliharaan
dilakukan selama 8 minggu, mulai tanggal 3 Mei hingga 27 Juni 2009. Air minum
diberikan ad libitum. Hijauan dan ampas tahu diberikan dalam bentuk segar,
sementara konsentrat diberikan dalam keadaan kering. Penimbangan kelinci
dilakukan setiap seminggu sekali untuk melihat pertambahan bobot badan. Setiap
hari dilakukan pemberian pakan, pembersihan kandang dan tempat pakan,
pembersihan dengan menggunakan sapu lidi lalu diayak dengan kawat kandang agar
kotoran dan rumput terpisah sehingga nilai galat penelitian bisa diminimalisir.
Pengumpulan Data
Penimbangan bobot badan kelinci dilakukan setiap seminggu sekali. Pakan
yang dikonsumsi dihitung setiap hari dengan cara menimbang sisa pakannya.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan kelinci diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang
diberikan pada kelinci, dan zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak.Ternak
yang sedang tumbuh, kebutuhan zat-zat makanan akan bertambah terus sejalan
dengan pertambahan bobot tubuh yang dicapai sampai batas umur dimana tidak
terjadi lagi pertumbuhan. Hasil konsumsi pakan selama penggemukan terdapat pada
tabel 5.
19
ampas tahu. Perlakuan pemberian ampas tahu yang yang semakin meningkat
levelnya maka konsumsi pakan rumput akan semakin menurun.
Kandungan bahan kering dalam pakan biasanya terdiri atas abu, protein
kasar, lemak kasar, serat kasar, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Beta-N).
Kandungan bahan kering yang diamati yaitu protein kasar, serat kasar, Total
Digestible Nutrient (TDN).
20
disebabkan rumput diambil pada saat musim hujan sehingga kadar airnya tinggi yaitu
77,82%.
Sumber protein terbanyak pada penelitian ini yaitu berasal dari pakan
konsentrat, ampas tahu. Konsentrat dalam bahan segar memiliki kandungan protein
kasar sebesar 19,19% dan ampas tahu sebesar 24,69%. Ampas tahu mempunyai
kandungan protein kasar lebih besar dibanding dengan rumput lapang dan konsentrat
karena ampas tahu berasal dari kedelai. Oleh karena itu antinutrisi yang terdapat pada
ampas tahu sama dengan pada kedelai hanya konsentrasinya lebih sedikit karena
telah mengalami pengolahan. Ampas tahu dilihat dari komposisi kimianya dapat
digunakan sebagai sumber protein dan mengandung bahan kering yang rendah.
Selain kandungan zat gizinya cukup baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi
berupa asam pitat.
21
Konsumsi Serat Kasar
Konsumsi serat kasar yang rendah pada P1 disebabkan P1 kandungan sumber
serat kasar dari konsentrat yaitu 4,85% sehingga serat kasar dari konsentrat hanya
menyumbangkan serat kasar sebesar 1,97 g/ekor/hari. Kandungan serat kasar rumput
lapang yang tinggi (35,76%) merupakan faktor yang dapat menurunkan daya cerna.
Menurut Tilman et al. (1998) faktor yang mempengaruhi daya cerna makanan
diantaranya adalah komposisi zat makanan yaitu serat kasar. Serat kasar yang terlalu
tinggi akan mengurangi konsumsi dari nutrien yang tercerna.
Konsumsi serat kasar pada penelitian ini lebih tinggi dari pada kebutuhan
kelinci menurut Banerjee (1982) yaitu kebutuhan serat kasar kelinci pada periode
pertumbuhan adalah 10-12%. Hal ini disebabkan perbedaan kandungan nutrien serat
kasar pakan. Kandungan serat kasar rumput (35,79%) dan ampas tahu (24,14%) yang
tinggi inilah menyebabkan konsumsi serat kasar tinggi. Selain itu kelinci adalah
herbivora yang bukan ruminansia, kurang mampu untuk mencerna serat kasar, tetapi
dapat mencerna protein dari tanaman berserat dan memanfaatkannya secara efektif
sehingga konsumsi serat kasar pada penelitian ini menjadi tinggi. Pencernaan di
dalam saluran bagian belakang pada kelinci merupakan penyesuaian diri terhadap
hijauan yang mempunyai kadar serat yang tinggi.
Kandungan serat kasar yang tinggi akan menghambat pencernaan pakan di
dalam alat pencernaan dan menyebabkan degradasi karbohidrat maupun zat-zat
makanan lainnya. Semakin tinggi porsi hijauan dengan kandungan serat kasar yang
tinggi akan meningkatkan sifat bulk (zat pengisinya). Penambahan karbohidrat yang
tidak dapat dicerna (serat kasar) mempunyai pengaruh positif dalam mencegah
penyakit enteritis (radang usus).
Kecukupan konsumsi serat kasar akan berpengaruh pada pertumbuhan.
Konsumsi serat kasar yang semakin tinggi bukan berarti akan menghasilkan
pertumbuhan ternak dan produksi yang lebih baik. Hal ini disebabkan serat kasar
bersifat menurunkan daya cerna. Hal ini sejalan dengan Cheeke dan Patton (1980)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar serat kasar dalam ransum, semakin
cepat pula laju pergerakan zat makanan sehingga dapat diperkirakan bahwa
kecernaan zat-zat makanan akan semakin rendah karena untuk mencerna serat kasar
22
diperlukan banyak energi akibatnya terjadi pertambahan bobot badannya kurang
optimum.
Performa Produksi
Penampilan ternak bisa diamati dengan melihat performa produksi ternak
tersebut. Performa produksi tersebut misalnya dengan melihat pertambahan bobot
badan. Nilai pertambahan bobot badan yang tinggi menunjukkan bahwa ternak
23
tersebut berproduksi dengan baik. Selama dalam proses pertumbuhan, ternak
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik, pemberian pakan, suhu,
kemampuan beradaptasi dan lingkungan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Tabel 7. Rataan Bobot Awal, Rataan Bobot akhir, Total PBB, Rataan PBB,
Rataan konversi Pakan, Mortalitas Kelinci.
Penampilan Produksi Kelinci P1 P2 P3 P4
Rataan Bobot Awal g/ekor 809,8 ± 64,11 736,2 ± 58,48 809,4 ± 83,97 797,2 ± 104,21
Rataan Bobot Akhir g/ekor 1510,4 ± 73,33 1277,2 ± 149,3 1587 ± 162,43 1532 ± 254,13
Total PBB g/ekor 700,6 ± 80,51 541 ± 106,08 777,6 ± 89,79 734,8 ± 181,80
Rataan PBBH g/ekor/hari 12,51 ± 1,44ab 9,66 ± 1,89b 13,88 ± 1,60a 13,12 ± 3,25a
Rataan Konversi Pakan 6,89 ± 0,82ab 8.46 ± 1,28a 6,18 ± 0,35b 6,97 ± 1,66ab
Mortalitas % 0 0 0 0
Keterangan: *) Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
*) P1 = 60% rumput dan 40% konsentrat
P2 = 80% rumput dan 20% ampas tahu
P3 = 60% rumput dan 40% ampas tahu
P4 = 40% rumput dan 60% ampas tahu
*) PBB = Pertambahan Bobot Badan
PBBH= Pertambahan Bobot Badan Harian
BK= Bahan Kering
24
Pertambahan Bobot Badan
Perlakuan mempunyai pengaruh yang nyata (P<0,05) pada pertambahan
bobot badan. Pertambahan bobot badan terendah dicapai oleh P2 (9,66 gram).
Pertambahan bobot badan rendah disebabkan konsumsi bahan kering P2 terendah
daripada perlakuan lainnya. Konsumsi bahan kering P2 terendah disebabkan
imbangan pakan pada P2 yaitu 80% rumput lapang dan 20% ampas tahu. Kandungan
bahan kering dari rumput lapang (22,18%) dan ampas tahu (19,97%). Rendahnya
bahan kering pada rumput disebabkan rumput diambil pada saat musim hujan
sehingga kadar airnya tinggi yaitu 77,82% dan ampas tahu (80,03%). Namun ampas
tahu sebelum diberikan kadar airnya sudah dikurangi sampai (26-31)% dari kadar air
awal yang sekitar 80,03%.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah
konsumsi pakan. Hal ini sangat terkait dengan nutrien yang terkandung dalam pakan
dan tingkat kecernaan pakan tersebut. Ransum yang memiliki nilai nutrien tinggi dan
tingkat palatabilitas yang baik dapat dengan cepat meningkatkan pertambahan bobot
badan ternak selama penggemukan.
Tabel 7 menunjukkan bahwa P3 memperlihatkan total pertambahan bobot
badan yang lebih besar daripada perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan oleh level
pemberian ampas tahu yang lebih tinggi daripada P2, namun P4 pertambahan bobot
badan hampir sama dengan P3 walaupun levelnya lebih tinggi. Alasannya karena
ampas tahu mempunyai kandungan protein kasar lebih besar dibandingkan dengan
rumput lapang dan konsentrat sehingga P4 hampir sama walaupun level pemberian
ampas tahu ditingkatkan. Tingkat nutrient yang terkandung pada P3 memiliki
kandungan ampas tahu 40% dengan kandungan protein kasar yang cukup tinggi yaitu
24,69% lebih tinggi daripada P1 yang sebagai kontrol yaitu konsentrat ayam Broiler
Starter hanya 19,19%. Alasan ini sesuai dengan pernyataan Murtisari (2004)
peningkatan konsumsi pakan disebabkan peningkatan kandungan ampas tahu dalam
pakan, sehingga menghasilkan pertumbuhan yang terus meningkat.
P2 cenderung pertambahan bobot badannya paling rendah dibandingkan
perlakuan kontrol dan level ampas tahu lainnnya. Hal ini disebabkan karena P2
imbangan pakannya lebih banyak rumput daripada ampas tahu sehingga pertambahan
bobot badannya lebih rendah. Peningkatan taraf ampas tahu sampai 40% justru
25
meningkatkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi daripada P4 yang tarafnya
lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa dengan pemberian pakan dengan imbangan
60% rumput lapang dan 40% ampas tahu mampu meningkatkan pertambahan bobot
badan yang hampir sama dengan perlakuan kontrol. Ini artinya P3 dapat digunakan
sebagai pakan pengganti konsentrat ayam Broiler Starter.
Pertambahan bobot badan harian dalam penelitian ini berkisar 9,66-13,89
gram/ekor/hari dengan rata-rata sebesar 12,30±2,05 gram/ekor/hari. Pertambahan
bobot badan ini masih sesuai dengan pernyataan Lukehfar dan Chekee (1999), bahwa
penampilan pertumbuhan kelinci pada daerah tropis berkisar antara 10-20
gram/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh faktor pakan yang lebih dari kebutuhan
bahan keringnya yaitu 10% dari bobot badan, serta faktor bangsa kelinci.
Kelinci lokal mempunyai pertumbuhan lebih lambat daripada kelinci impor
Vlaamse reus. Hal ini disebabkan kelinci lokal di Indonesia bertubuh kecil, bobot
dewasa hanya mencapai 1,8-2,3 kg berbeda dengan Vlaamse reus yang bisa
mencapai 5,5-7,0 kg (Lebas et al., 1986). Kelinci Vlaamse reus pernah diteliti oleh
Lestari et al., (2004) yang menggunakan tiga perlakuan ransum, yaitu P1 (rumput
Lapang+ampas tahu), P2 (rumput lapang+ampas tahu+bekatul), dan P3 (rumput
Lapang+bekatul+konsentrat komersial). Penelitiannya menghasilkan PBBH masing-
masing perlakuan sebesar 31,93; 30,53; dan 33,95 g/ekor/hari dengan konversi pakan
5,17; 5,16; dan 4,47. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian rumput
lapang dan level ampas tahu yang berbeda pada kelinci lokal memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap performa kelinci dalam hal ini adalah pertumbuhannya.
Konversi Pakan
Konversi pakan yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi setiap hari dibagi
dengan pertambahan bobot badan hariannya. Rataan konversi pakan untuk keempat
perlakuan sebesar 7,13. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap penambahan bobot
badan sebesar satu satuan maka dibutuhkan pakan sebanyak 7,13 satuan. Nilai rataan
konversi pakan pada P1, P3, dan P4 hampir sama sedangkan P2 berbeda nyata.
Rataan konversi pakan P2 yang tinggi disebabkan rataan konsumsi bahan kering
kecil dan pertambahan bobot badannya juga rendah.
Nilai konversi pakan yang semakin rendah berarti nilai efisiensi pakannya
semakin baik, sehingga biaya produksi ternak tersebut efisien. Nilai konversi pakan
26
pada P3 paling rendah (6,18) daripada perlakuan lainnya. Ini artinya dengan
penggunaan pakan rumput lapang sebesar 60% dan ampas tahu 40% lebih efisien
daripada perlakuan lainnya. Meskipun konsumsi bahan kering pada penelitian ini
tidak dipengaruhi oleh perlakuan pakan (P>0,05), tetapi PBBH dan konversi
pakannya berbeda nyata (P<0,05). Hal ini kemungkinan karena kecernaan pakan
yang dikonsumsi rendah sehingga ternak tidak dapat mendapatkan cukup zat-zat
pakan seperti protein pakan yang diperlukan untuk berproduksi lebih tinggi.
Mortalitas
Mortalitas terjadi yaitu pada saat masa adaptasi yang dilakukan sebelum
penelitian berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kondisi kelinci yang lemah, tingkat
stress yang tinggi akibat pengangkutan dari desa Leuwiliang ke Darmaga
menyebabkan kelinci lemah, pengaruh lingkungan agak panas dan pakan yang waktu
itu taraf perlakuan kontrolnya hanya diberikan rumput 100% tanpa pemberian
konsentrat sehingga kebutuhan proteinnya hanya memenuhi kebutuhan hidup pokok.
Penyebab lain karena kelinci masih kecil berumur sekitar satu setengah bulan dengan
rataan bobot sebesar 300 gram.
Selama penelitian berlangsung tidak terdapat mortalitas. Mortalitas tidak
terdapat pada penelitian ini disebabkan oleh kelinci telah digemukkan terlebih dahulu
hingga mencapai bobot rataan 789 gram dan pengaruh pakan perlakuan yang sudah
memenuhi kebutuhan hidup pokok dan untuk pertumbuhan. Selain itu, kondisi
kelinci yang baik, tingkat stress yang berkurang (mengalami masa adaptasi) dan
proses pemeliharaan yang baik. Proses pemeliharaan yang baik adalah dengan
memperhatikan dan menjaga kondisi kandang tetap bersih sehingga akan mengurangi
mortalitas.
27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian imbangan 60% rumput lapang dan 40% ampas tahu dapat
digunakan sebagai pakan alternatif kelinci lokal sapihan pengganti konsentrat ayam
broiler starter selama delapan minggu penggemukan. Pemeliharaan pada perlakuan
tiga menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih optimal dan konversi pakan
yang lebih baik daripada perlakuan lainnya.
Saran
Manajemen waktu penggemukan harus diperpanjang untuk mencapai bobot
fryer kemudian jumlah kelinci perlu diperbanyak dan kebutuhan bahan keringnya
tidak melebihi 6% dari bobot badan agar konversi pakan rendah.
DAFTAR PUSTAKA
31
Raharjo, Y.C., T. Murtisari, Sajimin, B. Wibowo, Nurhayati. 2004. Pemanfaatan
Aneka Ternak sebagai sumber pangan hewani dan produk lain yang
bermutu tinggi. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran
2003. Buku II. Ternak Non Ruminansia. Balai Penelitian Ternak Ciawi
Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
Rianto, E., M. Budiharto, dan M. Arifin. 2004. Proporsi daging, tulang dan lemak
karkas domba ekor tipis jantan akibat pemberian ampas tahu dengan aras
yang berbeda. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Selamat, S. 1996. Studi litter size pada kelinci dengan perbaikan manajemen. Karya
Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Smith, J. B. dan Mangkowidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta.
Sudaryanto, B., Santoso, K. Ma’sum dan Y. C. Raharjo. 1984. Makanan kelinci di
Jawa Timur. Seminar Teknologi Peternakan untuk Menunjang
Pembangunan Peternakan, 15-16 September 1982 di Universitas Brawijaya,
Malang.
Sugeng, Y. B. 1993. Sapi Potong Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Tarmidi, R. A. 2004. Penggunaan ampas tahu dan pengaruhnya pada pakan
ruminansia. http://www.google.com./penggunaan ampas tahu pada pakan
ruminansia-pdf/.htm. [30 Juni 2008].
Thalib, A., B. Haryanto, H. Hanid, D. Suherman dan Mulyani. 2001. Pengaruh
kombinasi defaunator dan probiotik terhadap ekosistem rumen dan
performan ternak domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 6 (2): 83-88.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan
Ternak. CD-ROM. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
32
LAMPIRAN
34
Lampiran 2. Konsumsi Bahan Kering
P1 P2 P3 P4
Ulangan Rumput Konsentrat Total Rumput Ampas Total Rumput Ampas Total Rumput Ampas Total
Tahu Tahu Tahu
gram/ekor/hari
1 44,14 41,68 85,82 48,56 24,14 72,70 32,89 42,61 75,50 19,25 60,97 80,22
2 48,45 35,81 84,25 65,64 24,14 89,78 45,57 47,64 93,20 33,13 60,51 93,64
3 49,57 43,39 92,96 50,38 23,91 74,29 40,94 43,63 84,57 24,85 47,40 72,24
4 40,15 41,25 81,41 57,39 24,14 81,53 42,34 47,08 89,42 27,71 69,56 97,27
5 41,60 40,71 82,31 57,38 24,14 81,52 37,10 47,60 84,71 23,89 69,25 93,14
Total 223,91 202,84 426,75 279,34 120,47 399,80 198,84 228,56 427,40 128,83 307,69 436,52
Rataan 44,78 40,57 85,35 55,87 24,09 79,96 39,77 45,71 85,48 25,77 61,54 87,30
SD 4,13 2,84 4,58 6,77 0,10 6,82 4,90 2,40 6,64 5,12 9,02 10,61
Keterangan: P1 = 60% rumput dan 40% konsentrat
P2 = 80% rumput dan 20% ampas tahu
P3 = 60% rumput dan 40% ampas tahu
P4 = 40% rumput dan 60% ampas tah
35
Lampiran 3. Konsumsi Protein Kasar
P1 P2 P3 P4
Ulangan Rumput Konsentrat Total Rumput Ampas Total Rumput Ampas Total Rumput Ampas Total
Tahu Tahu Tahu
gram/ekor/hari
1 6,01 8,00 14,01 6,61 5,96 12,57 4,48 10,52 15,00 2,62 15,05 17,68
2 6,60 6,87 13,47 8,94 5,96 14,90 6,21 11,76 17,97 4,51 14,94 19,45
3 6,75 8,33 15,08 6,86 5,90 12,76 5,58 10,77 16,35 3,38 11,70 15,09
4 5,47 7,92 13,39 7,82 5,96 13,78 5,77 11,62 17,39 3,77 17,18 20,95
5 5,67 7,81 13,48 7,81 5,96 13,77 5,05 11,75 16,81 3,25 17,10 20,35
Total 30,50 38,92 69,42 38,05 29,74 67,79 27,08 56,43 83,51 17,55 75,97 93,52
Rataan/ekor 6,10 7,78 13,88 7,61 5,95 13,56 5,42 11,29 16,70 3,51 15,19 18,70
SD 0,56 0,55 0,71 0,92 0,03 0,93 0,67 0,59 1,13 0,70 2,23 2,37
Keterangan: P1 = 60% rumput dan 40% konsentrat
P2 = 80% rumput dan 20% ampas tahu
P3 = 60% rumput dan 40% ampas tahu
P4 = 40% rumput dan 60% ampas tahu
36
37
Lampiran 5. Total Digestible Nutrient
P1 P2 P3 P4
Ulangan Rumput Konsentrat Total Rumput Ampas Total Rumput Ampas Total Rumput Ampas Total
Tahu Tahu Tahu
gram/ekor/hari
1 23,33 32,64 55,96 25,66 18,28 43,93 17,38 32,26 49,64 10,17 46,16 56,33
2 25,60 28,04 53,64 34,68 18,28 52,96 24,08 36,06 60,14 17,51 45,81 63,32
3 26,19 33,98 60,17 26,62 18,10 44,72 21,63 33,03 54,66 13,13 35,88 49,01
4 21,22 32,31 53,52 30,32 18,28 48,60 22,37 35,64 58,02 14,64 52,67 67,31
5 21,98 31,88 53,86 30,32 18,28 48,59 19,60 36,04 55,65 12,62 52,43 65,05
Total 118,31 158,84 277,16 147,60 91,20 238,81 105,07 173,04 278,11 68,07 232,95 301,03
Rataan/ekor 23,66 31,77 55,43 29,52 18,24 47,76 21,01 34,61 55,62 13,61 46,59 60,21
SD 2,18 2,23 2,83 3,58 0,08 3,62 2,59 1,82 3,96 2,71 6,83 7,48
Keterangan: P1 = 60% rumput dan 40% konsentrat
P2 = 80% rumput dan 20% ampas tahu
P3 = 60% rumput dan 40% ampas tahu
P4 = 40% rumput dan 60% ampas tahu
38
Lampiran 6. Nilai Konversi Pakan Kelinci Selama Penelitian
Ulangan P1 P2 P3 P4
1 6,28 10,03 6,34 5,31
2 6,22 7,90 5,91 6,23
3 7,27 7,91 6,72 9,63
4 6,54 9,53 6,00 7,41
5 8,14 6,94 5,94 6,28
Total 34,45 42,31 30,91 34,86
Rataan/ekor 6,89 8,46 6,18 6,97
SD 0,82 1,28 0,35 1,66
Keterangan: P1 = 60% rumput dan 40% konsentrat
P2 = 80% rumput dan 20% ampas tahu
P3 = 60% rumput dan 40% ampas tahu
P4 = 40% rumput dan 60% ampas tahu
39
Lampiran 8. Perhitungan Total Digestible Nutrient (TDN) Pakan Rumput Lapang,
Konsentrat dan Ampas Tahu dalam Bahan Kering
Pakan Persamaan dan Hasil
Rumput *% TDN = -26,685 + 1,334 (SK) + 6,598 (LK) + 1,423
Lapang (BetN) + 0,967 (PK) – 0,002 (SK)2 – 0,670 (LK)2 –
0,024 (SK)(BetN) – 0,055 (LK)(BetN) – 0,146
(LK)(PK) + 0,039 (LK)2 (PK)
*% TDN = -26,685 + 1,334 (35,76) + 6,598 (0,54) + 1,423
(38,77) + 0,967 (13,62) – 0,002 (35,76)2 – 0,670
(0,54)2 – 0,024 (35,76)(38,77) – 0,055
(0,54)(38,77) – 0,146 (0,54)(38,77) + 0,039 (0,54)2
(13,62)
= 52,84%
Konsentrat ** % TDN = 2,79 + 1,17 PK + 1,74 LK – 0,295 SK + 0,810
BeTN
** % TDN = 2,79 + 1,17 (21,83) + 1,74 (8,34) – 0,295 (5,21)
+ 0,810 (58,68)
= 88,83%
Keterangan :
Sumber : *) Hartadi et al., (1990)
Sutardi (2001) dalam Irawan (2002)
**) SK = Serat Kasar
LK= Lemak Kasar
PK = Protein Kasar
BetN = Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen
TDN = Total Digestible Nutrient
40
Lampiran 9. Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Kelinci
SK db JK KT F-hitung P
Perlakuan 3 51,00 17,00 3,623 0,0361*
Galat 16 75,06 4,69
Total 19 126,06
41