You are on page 1of 15

Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al

PRODUKSI BIOETANOL DARI KULIT PISANG MELALUI HIDROLISIS


ASAM SULFAT
[The Production of Bioetanol from Banana Peel Trough Sulphuric Acid Hidrolisis]
Asih Sukowati1, Sutikno2, Samsul Rizal2
1)
Alumni Program Studi Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
1)
Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRACT
Banana fruit is one of main product of Lampung
Province. Banana is commonly utilized as raw material of
banana chip production and its peel can be converted into
bioethanol. The Objectives of this study were to find out the
optimum treatments of hydrolysis and fermentation for
producing bioetanol. Two steps, namely hydrolysis and
fermentations, were carried out in this study. In the hydrolysis
step, two treatments - H2SO4 consentration and hydrolysis
duration – were implemented. The H2SO4 concentration
Diterima : 19 Juli 2014
treatment consisted of five level (0, 0.025, 0.050, 0.075, and
Disetujui : 30 Agustus 2014
0,100 M); and the hydrolysis period treatment consisted of two
Korespondensi Penulis : level (15 dan 30 minutes). Bioethanol fermentation was carried
sutikno@unila.ac.id out at room temperature for 72 hours with Saccharomyces
cerevisiae as starter at concentration of 0%, 5%, 10%, and 15%
(w/v). The treatments were arranged in Randomized Complete
Block Design (RCBD) with three replications. Before and after
hydrolysis, the cellulose, hemicellulose, and lignin contents of
banana peel were determined. The reducing sugar
concentrations were measured after hydrolysis, and bioethanol
concentrations were measured after fermentation. The data of
the cellulose, hemicellulose, lignin, reduced sugar, and
bioethanol were tabulated and analyzed descriptively. The
results of this study showed that the optimum treatment for
hydrolysis was H2SO4 solution at a concentration of 0.050 M at
1210C for 15 minutes. The treatment yielded reduced sugar at
a concentration of 11,26mg/100 mL. The optimum treatment
for fermentation was a starter concentration of 10% (w/v)
which produced bioethanol at a concentration of 0.03% (v/v).
Keywords : banana peel, bioethanol, hydrolysis, H2SO4,
reducing sugar.

PENDAHULUAN pertumbuhan luas panen sebesar 6,3% per


tahunnya (Dinas Pertanian Tanaman
Pisang merupakan tanaman buah
Pangan dan Holtikultura, 2012).
utama bagi sebagian besar masyarakat
Selama ini pengolahan hasil
Indonesia. Provinsi Lampung merupakan
tanaman pisang hanya berkonsentrasi pada
salah satu sentra produksi pisang nasional.
pengolahan buah pisang saja dan belum
Produksi pisang Provinsi Lampung sebesar
memperhatikan pemanfaatan hasil limbah
697.140 ton pada tahun 2011 dengan luas
seperti batang pisang, tandan buah dan
areal tanaman pisang 6,7 juta Ha serta

274 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang
kulit pisang. Sebagai sumber biomass, hemiselulosa agar selulosa dan
kulit pisang merupakan sumber yang hemiselulosa mudah didegradasi menjadi
potensial karena mengandung pati sebesar glukosa. Larutan asam seperti asam sulfat
12,8 % (Emaga et al.,2007). Kandungan dapat memotong ikatan beta 1,4 selulosa
pati yang terdapat dalam kulit pisang sehingga diharapkan dapat meningkatkan
berpotensi sebagai bahan kadar gula yang dihasilkan dan dapat
pembuatan etanol. Proses pembuatan mengoptimalkan kadar bioetanol yang
bioetanol dari kulit pisang belum dihasilkan. Kondisi optimal produksi
dilakukan secara pilot plan ataupun bioetanol dengan perlakuan awal asam
industrial karena belum diketahui kondisi dari bahan baku kulit pisang belum
optimum dari tiap tahapan proses untuk ditemukan sehingga pada penelitian ini
menghasilkan bioetanol. akan dilakukan penelitian mengenai
Bioetanol merupakan etanol atau optimasi proses hidrolisis dan fermentasi
etil alkohol (C2H5OH) dari hasil substrat kulit pisang.
fermentasi glukosa (C6H1206) yang berasal Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dari bahan baku nabati (Samah et al., mendapatkan kondisi hidrolis asam dan
2011). Bioetanol menjadi salah satu Bahan fermentasi yang optimum untuk
Bakar Nabati (BBN) yang diwajibkan menghasilkan etanol yang tertinggi.
pemakaiannya sebagai energi alternatif
METODE PENELITIAN
(PERMEN ESDM No. 32 Tahun 2008).
Hal tersebut didasari oleh penurunan Alat dan Bahan
produksi BBM nasional dan jumlah impor Bahan baku yang digunakan dalam
BBM Indonesia yang makin meningkat penelitian ini adalah kulit pisang dengan
setiap tahunnya. Perkembangan penelitian indeks kematangan IV, yaitu warna kuning
bioetanol sampai saat ini sudah memasuki lebih banyak dari pada warna hijau dan
generasi kedua, yaitu pembuatan bioetanol tekstur sedang yang diperoleh dari sentra
dengan memanfaatan limbah agroindustri industri keripik pisang Gang PU Bandar
yang mengandung komponen Lampung. Bahan lain yang digunakan
lignoselulosa untuk dikonversi menjadi adalah Natrium Hidroksida (NaOH), air
bioetanol. suling, asam sulfat (H2SO4), ragi Fermipan
Lignoselulosa perlu perlakuan yang mengandung Sacharomyces
awal (pretreatmen) sebelum dikonversi ceriviceae produksi PT. Sangra Ratu Boga
menjadi bioetanol. Perlakuan awal tersebut dan bahan-bahan analisis seperti : etanol,
meliputi: perlakuan awal fisik (pengecilan n-propanol, Natruim thiophospat, Kalium
ukuran, pemanasan); perlakuan awal Iodida, Natrium karbonat anhidrat, Cupper
kimia (asam, alkali); dan perlakuan II Sulfat pentahidrat dan Kalium Iodat,
biologis (Taherzadeh and Karimi, 2007). yang diperoleh dari Merck.
Perlakuan awal menggunakan asam Alat-alat yang digunakan antara lain
(hidrolisis asam) lebih banyak diterapkan labu ukur 50 mL, 100 mL (pyrex),
dibandingkan hidrolisis menggunakan mikropipet 1000µL (Thermo Scientific,
enzim karena harga enzim sangat mahal Finnpipette F3), oven (Philip Harris Ltd),
dan sulit didapatkan. timbangan 4 digit (Mattler M3000
Hidrolisis dengan asam bertujuan untuk Swiszerlan), ginder, ayakan (40 mesh), hot
memecah ikatan lignin, selulosa dan plate (Cimerec3), sentrifuge (Thermo
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 275
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al
Electron Corporation, Model IEC Centra menggunakan saringan 40-60 mesh dan
CL2, made in China), autoklaf disimpan dalam kondisi kering pada suhu
(WiseclaveTM Daihan scientific made in ruang.Sebelum dilakukan pretreat-ment
Korea). spektrofotometer (DRU/4000 basa, tepung kulit pisang dianalisis kadar
Milton Ray Company made in Japan), selulosa, hemiselulosa dan lignin.
kertas saring wheatman (2µm), jerigen, 2.1.2. Pretreatment basa
glasswares, alumunium foil, cawan Kulit pisang kepok kering (40-60
porselin, desikator, seperangkat peralatan mesh) ditimbang, kemudian dimasukan ke
GC- SHIMAZHU 2010 (made in Japan) dalam Erlenmayer ukuran 100 mL,
dilengkapi dengan detektor FID (detektor kemudian ditambahkan 1,0 M (1:20 b/v)
ionisasi nyala). larutan NaOH (Septiyani, 2011). Larutan
dihomogenisasi menggunakan shaker
Metode Penelitian dengan kecepatan 100 rpm selama 3 menit
dan dipanaskan dalam autoclave pada
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, suhu 121oC selama 15 menit. Setelah itu,
yaitu tahap hidrolisis asam dan tahap kulit pisang kepok dicuci dan dibilas
fermentasi. Pada tahap hidrolisis asam, ada mengunakan air suling (1:200 mL)
dua faktor. Faktor pertama yaitu (Septiyani, 2011), dikeringkan dan
konsentrasi H2SO4 yang terdiri dari lima dianalisis komponen lignoselulosanya.
taraf (0; 0,025; 0,05; 0,075 dan 0,1 M).
Faktor kedua yaitu waktu hidrolisis yang Hidrolisis asam
terdiri dari dua taraf (15 dan 30 menit).
Sebanyak 10 gram residu kulit pisang
Pada fermentasi, hanya ada satu perlakuan;
kepok yang telah diberi pretreatment
yaitu konsentrasi ragi yang terdiri dari
NaOH, dimasukan ke dalam labu ukur 100
empat taraf (0, 5, 10 dan 15 %)dengan
mL dan ditambahkan H2SO4 sampai tanda
waktu 32 jam pada suhu 300C. Perlakuan
tera dengan variasi konsentrasi 0; 0,025;
disusun dalam RAKL dengan 3 kali
0,5; 0,075 dan 0,1 M. Sampel tersebut
ulangan.
dipanaskan dalam autoklaf pada suhu
Pengamatan dilakukan terhadap
121oC selama 15 dan 30 menit. kadar gula
komponen lignin, selulosa dan
reduksi dianalisis dengan Metode (Nelson-
hemiselulosa kulit pisang, kadar gula
Somogyi dalam Sudarmadji,1984). Sampel
reduksi menggunakan Metode Nelson –
dengan kadar gula reduksi yang tertinggi
Somogyi dan hasil etanol terbaik dianalisis
hasil hidrolisis asam digunakan sebagai
menggunakan GC (Gas
bahan baku pada proses fermentasi.
Chromatography). Data yang didapat
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
Fermentasi kulit pisang kepok
kemudian dianalisis secara deskriptif.
Sebanyak 10 mL hasil hidrolisis
Persiapan bahan baku asam kulit pisang kepok dan diketahui
Kulit pisang kepok dikecilkan kadar gula reduksinya dimasukkan ke
ukurannya menggunakan grinder dan dalam Erlenmeyer 100 mL, kemudian
dikeringkan menggunakan oven pada suhu ditambahkan ragi Saccaromyces dengan
70oC hingga kadar air konstan. Kulit variasi konsentrasi 0, 5, 10 dan 15 % (b/v)
pisang yang telah dioven dikecilkan dan ditutup menggunakan sumpal kapas
ukurannnya, kemudian diayak dan dilapisi dengan alumunium foil

276 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang
o
kemudian diinkubasi pada suhu 30 C Volume penyuntikan : 1µL
selama 72 jam. Hasil dari proses Flow Control Mode : Linear velocity
fermentasi dianalisis kadar bioetanolnya Injection Mode : Split
menggunakan metode titrasi (Hidayat, Split Rasio : 50
2011) dan hasil terbaik dianalisis Laju alir Kolom : 1,0 mL/menit
menggunakan Gas Chromatography. Linear Velocity : 29,1 cm/detik

Kadar etanol menggunakan metode Pembuatan kurva standar


kromatografi gas
Larutan standar etanol dengan
konsentrasi 0,1 %, 0,05%, dan 0,025%
Analisis kadar etanol dilakukan menurut
dibuat dengan pengenceran. Untuk
metode Fitriana (2010) modifikasi.
membuat larutan standar etanol 1%
dilakukan dengan mengambil larutan
Kondisi Alat
etanol p.a 99% sebanyak 1 mL kemudian
Seperangkat alat kromatografi gas dengan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
detektor ionisasi nyala (FID) dan tambahkan aquades hingga tanda tera.
Penetapan secara Kromatografi Gas Untuk membuat larutan etanol standar 0,1
dengan kondisi sebagai berikut: % dilakukan dengan mengambil sebanyak
Kolom : RIX-5 (crossbond 10 mL larutan etanol 1% hasil
5%diphenyl/95%dimethylpolixiloxane, pa pengenceran kemudian dimasukkan dalam
njang 30 meter, 0,25 mmID, 0,25 um df) labu ukur ukuran 100 mL dan tambahkan
aquades sampai tanda tera. Larutan standar
Detektor : Ionisasi Nyala etanol 0,025% dibuat dengan mengambil
FID (chi) sebanyak 2,5 mL larutan etanol 1%
Suhu : Injektor 200oC, kemudian dimasukkan dalam labu ukur
detektor 220oC ukuran 100 mL dan tambahkan aquades
Teknik analisis : Program suhu sampai tanda tera. Pengambilan larutan
Gas pembawa : Helium etanol dilakukan dengan mikropipet Merk
Make-Up Gas : Nitrogen efendrof. Pembuatan larutan standar etanol
Gas pembakar : hidrogen, udara ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pembuatan Larutan Standar Etanol


No Etanol 1% (mL) Konsentrasi akhir etanol (% v/v)
1 10 0,1
2 5 0,05
3 2,5 0,025

Larutan etanol 1% (mL) dengan mL larutan standar etanol diambil dari m


jumlah yang tertulis pada diatas masing- asing-masing konsentrasi, kemudian
masing dimasukkan ke dalam labu ukur ditambahkan larutan 0,5 mL n-propanol
100 mL dan ditambahkan aquades sampai standar 20% dan dimasukkan ke dalam
tanda tera, sehingga diperoleh konsentrasi labu takar 50 mL dan ditambahkan
akhir etanol (% v/v) (tabel 2). Sebanyak 1 aquades sampai tanda tera. Larutan

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 277
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al
campuran ini masing-masing diambil 1 µL etanol dengan menggunakan persamaan
dan disuntikkan ke dalam kolom. regresi linear dari kurva standar.
Kromatogram yang diperoleh dari HASIL DAN PEMBAHASAN
masing-masing larutan standar digunakan
Bahan baku yang digunakan dalam
untuk menentukan waktu retensi dan luas
penelitian adalah kulit pisang kepok. Kulit
area dari masing-masing peak etanol dan
pisang dikeringkan sampai berat konstan,
n-propanol. Setelah luas puncak etanol dan
dan digrinder sampai ukuran 60 mesh.
n-propanol dari kromatogram didapat
Sebelum diberi perlakuan awal, kulit
langkah selanjutnya menghitung rasio luas
pisang tersebut dianalisis untuk
puncak etanol/n-propanol. Kurva baku
menentukan kadar selulosa, hemiselulosa
dibuat dengan memplotkan rasio luas
dan ligninnya.
puncak etanol/n-propanol sebagai Y dan
kadar etanol (% v/v) sebagai X. 3.1. Tahap Pretreatment
Persamaan kurva baku dicari dengan Kulit pisang kepok dianalisis
regresi linear. kadar lignoselulosanya, dan hasil analisis
Pengukuran kadar etanol sampel menunjukkan bahwa kulit pisang kepok
yang digunakan sebagai bahan baku
Sampel etanol hasil fermentasi
penelitian ini mengandung komponen
sebelum dianalisis menggunakan GC
lignin, selulosa dan hemiselulosa berturut-
dinetralkan pH nya terlebih dahulu dengan
turut sebesar 21,29 %, 14,56 % dan 23,20
menggunakan NaOH kemudian disaring
% (Gambar 1).
dengan penyaring whatman 0,2 µm.
Kadar lignin kulit pisang setelah di
Sebanyak 1 mL sampel diambil
pretreatment menggunakan NaOH 1M
menggunakan mikropipet dan dimasukkan
pada suhu 121oC selama 15 menit
ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian
mengalami penurunan dari kandungan
ditambahkan 0,5 n-propanol 20% dan
lignin bahan baku sebesar 21,29 %
diencerkan dengan akuades sampai 50 mL.
menjadi 17,20%.
Larutan ini masing-masing diambil 0,1 µL
dan disuntikkan ke dalam kolom melalui
tempat injeksi. Analisis kuantitatif kadar

Gambar 1. Kadar komponen lignoselulosa bahan baku kulit pisang.

278 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang
Pretreatment menggunakan NaOH pada suhu 1210C mampu melarutkan
1 M mampu mendegradasi lignin kulit lignin dan sebagian
pisang. Penggunaan larutan NaOH 1M
hemiselulosa.

Gambar 2. Kadar komponen lignoselulosa kulit pisang setelah pretreatment


dengan NaOH 1M suhu 1210C selama 15 menit.

Degradasi lignin bertujuan untuk sehingga hemiselulosa terdegradasi


menghancurkan struktur lignin sehingga menjadi unit-unit yang sederhana
selulosa dan hemiselulosa berada dalam sehingga mudah larut dalam air (Fengel
keadaan bebas sehingga mudah dan Wegener, 1995).
dihidrolisis lebih lanjut. Selulosa kulit
pisang yang telah dipretreatment Hidrolisis Asam
menggunakan NaOH 1 M pada suhu Kadar gula reduksi
121oC selama 15 menit
mengalami kenaikan dari 14,56% menjadi Hasil analisis gula reduksi
29,27%. Kenaikkan persentase selulosa menunjukkan bahwa kadar gula reduksi
tersebut disebabkan komponen lignin yang berkisar antara 10,19 mg/100mL hingga
mengikat selulosa dan hemiselulosa telah 11,26 mg/100mL. Pada konsentrasi H2SO4
terdegradasi, sehingga komponen selulosa 0,025 M dengan waktu hidrolisis selama
meningkat persentasenya dari total seluruh 15 menit kadar gula reduksi mengalami
komponen pada kulit pisang tersebut. kenaikan dari 10,85 mg/100 mL menjadi
Kadar hemiselulosa kulit pisang 11,2 mg/100mL, sedangkan pada waktu
setelah dipretreatment menggunakan hidrolisis selama 30 menit dengan
o konsentrasi H2SO4 0,025 mengalami
NaOH 1 M pada suhu 121 C selama 15
menit adalah 19,49% dari kadar penurunan dari 11 mg/100 mL menjadi
hemiselulosa bahan baku awal 23,20%. 10,9 mg/100mL. Kadar gula reduksi sama-
Penurunan kandungan hemiselulosa sama mengalami kenaikan pada
diduga karena adanya reaksi oksidasi konsentrasi H2SO4 0,05 M dengan waktu
hidrolisis 15 dan 30 menit. Kadar gula
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 279
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al
reduksi optimal pada konsentrasi H2SO4 tidak hanya menghidrolisis selulosa atau
0,05 M selama 15 menit, yaitu sebesar hemiselulosa menjadi glukosa, tetapi
11,26 mg/100 ml (Gambar 3). Konsentrasi sebagian glukosa yang dihasilkan
H2SO4 di bawah 0,05 M glukosa belum dikonversi lebih lanjut menjadi furfural
banyak terbentuk sehingga konsentrasi dan hidroxymetil furfural yang selanjutnya
H2SO4 optimal pada 0,05M. dapat membentuk asam formiat
Konsentrasi H2SO4 mempengaruhi (Palmquist dan Hahn- Hagerdal, 2008).
kadar gula yang didapatkan. Konsentrasi Waktu hidrolisis mempengaruhi
asam sulfat yang semakin tinggi akan adar gula reduksi.Waktu hidrolisis selama
memberikan kesempatan yang lebih bagi 30 menit menghasilkan kadar gula reduksi
selulosa dan hemiselulosa untuk yang lebih rendah dibandingkan dengan
dihidrolisis menjadi gula-gula sederhana, waktu hidrolisis selama 15 menit. Waktu
tetapi jika konsentrasi asam sulfat hidrolisis yang paling baik adalah 15
melebihi waktu optimalnya maka akan menit. Jika waktu hidrolisis terlalu lama
terjadi penurunan kadar gula reduksi. glukosa akan terhidrolisismenjadi
Konsentrasi asam sulfat diatas 0,05 M hydroksymethylfurfural dan bereaksi lebih
dengan waktu 15 menit maupun 30 menit lanjut membentuk asam formiat, sehingga
kadar gula reduksi mengalami penurunan. menyebabkan kadar glukosa menurun
Penurunan kadar gula reduksi pada (Idral, 2012).
konsentrasi lebih dari 0,05 M terjadi
karena konsentrasi H2SO4 yang tinggi

Gambar 3. Kadar gula reduksi kulit pisang kepok setelah dihidrolisis dengan
larutan H2SO4 0,05M selama 15 menit.

Suhu yang digunakan pada Idral et al. (2012) telah menghidrolisis


hidrolisis menggunakan H2SO4 ini adalah ampas sagu menggunakan H2SO4
1210C. Gusmawarni et al. (2009) telah 0
konsentrasi 0,3 N pada suhu 121 C selama
menghidrolisis bonggol pisang dengan 120 menit diperoleh kadar gula reduksi
katalis asam sulfat, suhu optimal yang sebesar 4,477 g/L. Kardono, (2010) telah
didapat adalah 1200C dengan hasil kadar menghidrolisis batang pisang
gula keseluruhan 7566,33 mg/100mL. menggunakan H2S04 2M suhu 1000C

280 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang
selama 4 jam diperoleh kadar gula reduksi waktu hidrolisa dan suhu mempengaruhi
sebesar 35,9 mg/mL. kadar gula reduksi yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian tersebut
diatas diketahui bahwa konsentrasi asam,

Gambar 4. Kadar komponen lignoselulosa kulit pisang setelah dihidrolisis dengan H2SO4
0,05 M suhu 1210C selama 15 menit.

Kadar selulosa, hemiselulosa asam dilakukan untuk mengubah selulosa


dan lignin pada hidrolisis dalam kulit pisang menjadi gula reduksi.
asam terbaik. Pada saat hidrolisis dengan asam terjadi
Untuk mengetahui komponen pemutusan polisakarida menjadi rantai
lignoselulosa kulit pisang setelah pendek glukosa. Asam mengkatalis
hidrolisis, kulit pisang setelah dihidrolisis dengan cepat pada proses hidrolisis
menggunakan H2SO4 0,05 M pada suhu sehingga terjadi pemutusan rantai
121oC selama 15 menit dianalisis kadar polisakarida menjadi glukosa. Proton dari
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Analisis asam akan berinteraksi secara cepat
dilakukan pada konsentrasi H2SO4 0,05 M dengan ikatan glikosidik oksigen pada dua
pada suhu 121oC, karena pada konsentrasi unit gula sehingga akan membentuk asam
ini merupakan konsentrasi terbaik dalam konjugasi (Xiang et al., 2003).
menghasilkan gula reduksi. Menurut Xiang et al. (2003) Keberadaan
Kadar selulosa setelah dilakukan asam konjugasi menyebabkan konformasi
hidrolisis menggunakan H2SO4 0,05 M tidak stabil sehingga terjadi pemutusan
selama 15 menit mengalami penurunan ikatan C-O dan membebaskan asam
dari 29,27% menjadi 26,54%. Glukosa konjugasi pada konformasi yang tidak
mengalami penurunan sebesar 9,23%. Hal stabil. Keberadaan air pada sistem akan
ini menunjukkan bahwa sebagian selulosa menyebabkan OH- dari air berikatan
sudah terdegradasi dan telah diubah dengan ion karbonium sehingga
menjadi gula reduksi. Proses hidrolisis membebaskan gula dan proton. Proton

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 281
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al
yang terbentuk akan beriteraksi secara pisang adalah tanin condensed yang
cepat dengan ikatan glikosidik oksigen mempunyai struktur yang lebih komplek
pada dua unit gula yang lain. Proses dan tidak dapat dihidrolisis oleh asam atau
tersebut berlangsung secara kontinyu enzim. Tanin merupakan salah satu
sampai semua molekul selulosa senyawa polihidroksipenol yang
terhidrolisis menjadi glukosa. mempunyai sifat mudah berikatan dengan
Kadar hemiselulosa mengalami protein atau polimer lainnya seperti
penurunan setelah dilakukan hidrolisis selulosa, hemiselulosa, dan pektin
dengan asam sulfat 0,05 M selama 15 (Desmiaty et al., 2008).
menit yaitu dari 19,49 % menjadi 16,36 %
Hidrolisisasam menyebabkan terhidrolisis Fermentasi bioetanol
nya sebagian hemiselulosa karena
Ada tiga variasi konsentrasi ragi yang
hemiselulosa adalah polimer
digunakan pada penelitian ini, yaitu 0%,
amorfus. Sjostrom (1995) menyatakan
5%, 10% dan 15 % (b/v) untuk
bahwa ikatan glikosida yang terdapat pada
mendapatkan kadar etanol yang tinggi
hemiselulosa sangat sensitif terhadap
pada tahap fermentasi. Pada proses
hidolisis bersifat asam. Pada hasil
fermentasi tidak hanya dibutuhkan kadar
penelitian Feriandi (2011), kadar
gukosa yang cukup, namun juga faktor-
hemiselulosa limbah agroindustri berupa
faktor yang lain seperti suhu fermentasi,
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang
pH yang optimal, ragi, dan nutrisi yang
dipretreatment menggunakan perendaman
dibutuhkan oleh ragi. Kadar gula yang
NaOH 1 % selama 15 menit mengalami
baik untuk fermentasi adalah sekitar 10-
penurunan dari 28,56% menjadi 4,55%.
18 % (Casida, 1980).
Kadar lignin setelah dilakukan
Kadar gula lebih dari 18% akan
hidrolisis menggunakan H2SO4 0,05 M
mengakibatkan pertumbuhan ragi
dalam waktu 15 menit mengalami
terhambat dan waktu fermentasi lama
peningkatan dari 17,20% menjadi
menyebabkan banyak gula yang tidak
21,82%. Hal ini diduga disebabkan
terfermentasi sehingga kadar etanol
selulosa dan hemiselulosa terhidrolisis
rendah. Bila kadar gula kurang dari 10%,
sedangkan lignin tidak terhidrolisis. Lignin
maka etanol yang dihasilkan juga rendah.
sulit didegradasi karena strukturnya yang
Suhu berpengaruh terhadap proses
kompleks. Pada proses hidrolisis
fermentasi. Pembentukan produk
menggunakan H2SO4 0,05 M dalam waktu
tergantung pada suhu. Suhu yang baik
15 menit senyawa-senyawa lain seperti
untuk fermentasi sekitar 31-330C (Said,
tanin yang terkandung dalam kulit pisang
1987). pH yang cocok untuk pertumbuhan
tidak dapat dihidrolisis oleh larutan asam
saccharomyces cereviseae sekitar 4,5 – 5
sehingga setelah pencucian masih terdapat
sedangkan waktu fermentasi yang
residu yang terukur sebagai lignin.
diperlukan antara 30-72 jam.
Kurniawan 2013 yang menganalisis
kandungan fitokimia kulit pisang Goroho, Kadar bioetanol (Metode Titrasi)
menyatakan bahwa getah kulit pisang Konsentrasi etanol yang tertinggi
Goroho memiliki kandungan fitokimia yang dianalisis menggunakan metode
seperti flavonoid, saponin dan tanin. Salah titrasi dihasilkan oleh variasi ragi 10%
satu jenis tanin yang terdapat pada kulit (b/v), yaitu sebanyak 0,006 % (Gambar 5).

282 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang

Gambar 5. Kadar etanol kulit pisang menggunakan metode titrasi.

Wulan (2009) telah meneliti kadar etanolnya dengan menggunakan metode


etanol limbah kulit pisang dengan Gas Chromatography.
perlakuan hidrolisis menggunakan H2SO4 Kadar bioetanol (Metode Gas
4% pada suhu 750C selama 1 jam. Kadar Chromatography)
etanol maksimum dari penelitian wulan
sebesar 0,45% yang dihasilkan pada Analisis kadar bioetanol hasil fermentasi
fermentasi hari ke-4. Pada penelitian dengan perlakuan konsentrasi ragi 10%
Dewanti (2008) hasil terbaik dari (b/v) selama 72 jam dilakukan
fermentasi kulit pisang kepok adalah pada menggunakan alat Gas Chromatography
3 hari dengan jumlah nutrient yang (GC). Kurva standar dibuat dengan
ditambahkan 5,5 gr, jumlah biomassa menginjeksikan 4 jenis konsentrasi etanol
Saccharomyces cereviceae 329 x 1010 cfu standar yaitu 0; 0,0125%; 0,025%; 0,05%;
/ml, kadar etanol 9,06%. Perlakuan terbaik 0,1% (v/v) yang telah ditambahkan n-
fermentasi yaitu pada konsentrasi ragi propanol sebagai internal standar. Hasil
10% (b/v) dengan lama fermentasi 72 jam. kromatogramnya etanol standar dan
Sampel dianalisis lebih lanjut kadar sampel disajikan pada Gambar (6-11).

Gambar 6. Kromatogram etanol standar 0,025%


Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 283
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al

Gambar 7. Kromatogram etanol standar 0,05%

Gambar 8. Kromatogram etanol standar 0,1%

284 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang

Gambar 9. Kromatogram sampel 1 hasil fermentasi selama 72 jam

Gambar 10. Kromatogram sampel 2 hasil fermentasi selama 72 jam

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 285
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al

Gambar 11. Kromatogram sampel 3 hasil fermentasi selama 72 jam

Gambar 12. Kurva baku standar hubungan kadar etanol standar dengan rasio luas area
etanol standar dengan luas area propanol sebagai internal standar.

Persamaan garis regresi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam


Y = 1,652x+0,126 dengan nilai korelasi R2 persamaan garis regresi sehingga
= 0,992 didapatkan dari kurva baku diperoleh kadar bioetanol sampel. Kadar
standar. Dari kromatogram sampel didapat bioetanol sampel rata-rata sebesar 0,03%.
nilai luas area etanol sampel dan luas area Kadar bioetanol yang terbentuk pada
n-propanol sebagai internal standar. Nilai proses fermentasi dipengaruhi oleh

286 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Asih Sukowati et al Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang
beberapa faktor salah satunya adalah kadar Desmiaty, Y. H, Ratih. M.A, Dewi. R,
gula reduksi. Kadar gula reduksi yang Agustin. 2008. Penentuan Jumlah
dihasilkan pada proses hidrolisis kulit Tanin Total pada Daun Jati
pisang menggunakan H2SO4 0,05 M suhu Belanda (Guazuma ulmifolia
121oC selama 15 menit sebesar 11,26 Lamk) dan Daun Sambang Darah
mg/100 mL. Kadar gula reduksi yang (Excoecaria bicolor Hassk) secara
digunakan pada proses fermentasi berada Kalorimeter dengan Pereaksi Biru
pada konsentrasi kurang dari 10%. Prusia. Octocarpus 8:106-109.
Menurut Casida (1980) konsentrasi gula Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
kurang dari 10% akan menyebabkan kadar Hortikultura Provinsi Lampung.
etanol yang dihasilkan sedikit. Kadar gula 2012. Produksi pisang di
reduksi mempengaruhi pertumbuhan ragi Lampung. http://www.google.
pada awal fermentasi. Selain kadar gula, DPTPH.com. Diakses 12 Agustus
faktor lain seperti suhu fermentasi, pH, 2013.
ragi dan nutrisi yang dibutuhkan serta Emaga, T.H. R.H, Andrianaivo.
kondisi yang aseptis merupakan faktor B,Wathelet. J.T, Tchango. M,
penting dalam menentukan kadar etanol Paquot. 2007. Effec of The Stage
yang dihasilkan. Maturation and Varieties on The
Chemical Composition of Banana
KESIMPULAN and Plantain Peels. J. Food
Chemistry, 103(2):590-600.
1. Kondisi hidrolisis asam yang optimal Fengel, D dan G. Wegener. 1995. Kayu:
yaitu konsentrasi H2SO4 0,05 M, pada Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.
suhu 1210C selama 15 menit yang Diterjemahkan oleh Gajah Mada
menghasilkan kadar gula reduksi University Press. Yogyakarta. Hal
sebesar 11,26 mg/100mL. 155-159.
2. Kondisi ferrmentasi yang optimal Feriandi. 2011. Kajian perlakuan awal
diperoleh pada konsentrasi ragi 10% secara kimiawi dan enzimatik
waktu fermentasi 72 jam suhu 300C limbah tandan kosong kelapa sawit
yang menghasilkan kadar etanol (TKKS) menjadi gula reduksi
tertinggi yaitu 2,4 mg/100mL. sebagai bahan baku bioetanol.
(Tesis). Pasca Sarjana Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Agroindustri. Universitas Lampung.
Fitriana, L. 2009. Analisis kadar bioetanol
Casida. 1980, didalam Sijabat, H.R. 2001.
hasil fermentasi dari pati sagu
Pemanfaatan air kelapa sebagai
(Metrixilon sago) asal papua.
media dasar pertumbuhan untuk
(Skripsi). FMIPA Kimia.
memproduksi etanol oleh A-
Universitas Negri Papua. Papua.
saccharomyces
Gusmawarni, S.R. M.S.P, Budi. W.B,
cereviceae. (Skripsi). Fakultas
Sediawan. M, Hidayat. 2009.
Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Pengaruh suhu pada hidrolisis
Dewanti, 2008. Limbah kulit pisang kepok
bonggol pisang dalam rangka
sebagai bahan baku pembuatan
pembuatan bioetanol. Prosiding
etanol. UPN Veteran. Jawa Timur.

Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 287
Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Asih Sukowati et al
Seminar Tjipto Utomo, B6:1-7. Septiyani, R. 2011. Pengaruh konsentrasi
Bandung. dan lama inkubasi enzim selulase
Hidayat,N.,M.C. Pradaga dan S.Suhartini. terhadap kadar gula reduksi ampas
2011.Mikrobiologi Industri. Andi: tebu. (Skripsi). Universitas
Yogyakarta. Lampung. Lampung.
Idral, D.D. M, Salim. E, Mardiah. 2012. Sjostrom, E. 1981. Kimia Kayu , Dasar-
Pembuatan Bioetanol dari Ampas Dasar dan Penggunaan.
Sagu dengan Proses Hidrolisis Diterjemah oleh Hardjonosastro
Asam dan Hamidjojo. Gajah Mada
Menggunakan Saccharomyces University Press. Yogyakarta. 390
cereviceae. Jurnal Kimia Unand hlm.
1(1):34-39. Sumatra Utara. Sudarmadji, S. Bambang, H. dan Suhardi.
Kardono, L.B.S. 2010. Teknologi 1984. Prosedur Analisa untuk
pembuatan etanol berbasis Bahan Makanan dan Pertanian.
lignoselulosa tumbuhan tropis edisi ketiga. Liberty. Yogyakarta.
untuk produksi biogasoline. Taherzadeh, M.J. and K, Karimi. 2007.
(Laporan akhir) Program Peneliti Acid-Based Hydrolysis Processes
dan Perekayasa. Pusat Penelitian for Ethanol from Lignocellulosic
Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Materials : A Review. Bio
Indonesia (LIPI). Jakarta. Resources 2 (3) : 472-499.
Kurniawan, J.C. E, Suryanto. A,Yudistira. Wulan, P.P.D.K. Dianursanti. A, Tito.
2013. Analisis Fitokimia dan Uji 2009. Pemanfaatan Limbah Pisang
Aktivitas Anti Oksidan dari Getah untuk Pembuatan Etanol. Karya
Kulit Pisang Goroho (Musa Ilmiah. Departemen Teknik Gas
acuminate L). Parmacon Jurnal dan Petrokimia Fakultas teknik
Ilmiah farmasi . UNSRAT. 2 : Universitas Indonesia.
2302-2493. Xiang. Y.Y, Qian. Lee, Par O. Pattersson,
Palmquist, E. And B, Hahn-Hageral. 2008. and W.T, Robert. 2003.
A Review: Fermentation of Heterogeneous Aspects of Acid
Lignocellulosic Hydrolysate II, Hydrolysis of α- cellulase Applied.
Inhibitor and Mechanism of Biochemistry and Biotechnology.
Inhibitor. Bioresource 107:1-3.
Technology.74: 25-38.
Said, E. Gumbira. 1987. Bio Industri
Penerapan Teknologi Fermentasi.
PT Mediyatna Sarana Perkasa.
Jakarta.
Samah, O. S, Sias. Y, Hua. And N,
Hussin. 2011. Production of
Ethanol from Cocoa Pod
Hydrolysate. Jurnal. Science ITB.
43(2) : 87-94

288 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014

You might also like