You are on page 1of 8

Kadar gula reduksi ampas tebu Sutikno et al

PENGARUH PERLAKUAN AWAL BASA DAN HIDROLISIS ASAM


TERHADAP KADAR GULA REDUKSI AMPAS TEBU
[The effect of alkali pretreatment and acid hydrolysis
on bagasse-reduced sugar].

Sutikno*, Marniza, Novita Sari


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampu ng
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
*
Email korespondensi: sutikno.1956@fp.unila.ac.id

Diterima: 18-02-2015
Disetujui: 17-07-2015

ABSTRACT
Bagasse, solid waste by product of sugar cane industries, contains high
lignocellulose consisting of 46.3% cellulose, 23.0% hemicellulose and 19.7% lignin. The
bagasse can be converted into bioethanol after pretreating with base and acid and then
fermenting with microbes. The objective of this study was to find out the effects of sodium
hydroxide pretreatment and sulfuric acid hydrolysis on bagasse reduced sugar content. In
this study, there were 2 treatments with 3 replications. The first treatment was
submerssion bagasse into 1.0 NaOH solutions at a temperature of 121oC for 15 minutes.
The second treatment was concentrations of sulphuric acid (H2SO4) that consisted of 5
levels, i.e. 0 M, 0.05 M, 0.10 M, 0.20 M, and 0.30 M. One and an half grams of dried and
ground bagasse was put into 100 mL Erlenmeyer flash and then added with 30 mL 1.0 M
NaOH solution. The flash was heated at a temperature of 121 oC for 15 minutes. After
filtering, the residue was hydrolyzed with H2SO4 solution. The residue as well as 1.5 g
dried and ground bagasse without pretreating with NaOH was hydrolyzed with 15 mL
H2SO4 at concentrations of 0, 0.05, 0.10, 0.20, and 0.30 M at a temperature of 121oC for 15
minutes. Filtrates of the solutions were taken to analyze their reduced sugar content.
Reduced sugar content of the bagasse samples ranged from 0.05 to 4.20 mg/100 mL. The
highest reduced sugar content (4.20 ml/mL) was yielded when bagasse was directly,
hydrolyzed with 0.05 M H2SO4 at a temperature of 121oC for 15 minutes.
Keywords : Bagasse, bioethanol, lignocellulose, sulphuric acid, reducing sugar.

ABSTRAK
Bagas tebu, yang merupakan limbah padat pabrik gula, mengandung linoselulosa
tinggi yang terdiri dari 46.3% selulosa, 23.0% hemi selulosa, and 19.7% lignin. Bagas
dapat dikonversi menjadi etanol setelah perlakuan awal dengan basa, hirolisis dengan asam,
dan fermentasi dengan mikroba. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukan pengaruh
perlakuan awal dengan larutan NaOH,dan hidrolisis dengan asam terhadap kadar gula
reduksi bagas. Dua perlakuan dengan tiga ulangan diterapkan pada penelitian ini.
Perlakuan pertama yaitu pemanasan bagas dalam larutan NaOH pada kosentrasi 0, dan 1,0
M. Perlakuan kedua yaitu hidrolisis dalam larutan H2SO4 yang terdiri dari 5 level (0 M,
0.05 M, 0.10 M, 0.20 M, dan 0.30 M). Satu setengah gram bubuk bagas kering
dimasukkan dalam 100 mL Erlenmeyer yang berisi 30 mL larutan NaOH. Larutan tersebut
kemudian dipanaskan pada suhu 121oC selama 15 menit. Setelah disaring, residu
dihidrolisis dengan 15 mL larutan H2SO4 pada suhu 121oC selama 15 menit. Filtratnya
diambil dan dianalisis untuk menentukan kadar gula reduksinya. Kadar gula reduksi bagas
berkisar antara 0,05 sampai 4.20 mg/mL. Kadar gula reduksi tertinggi terdapat pada bagas
yang langsung dihidrolisis dengan 0,05 M H2SO4 pada suhu 121oC selama 15 menit.
Kata kunci : Asam sulfaat, bagas, etanol, gula reduksi, lignoselulosa.

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 65
Sutikno et al Kadar gula reduksi ampas tebu
PENDAHULUAN pada suhu 121oC selama 15 menit
(Septiyani, 2011).
Bioetanol adalah etanol yang
Selulosa dan hemiselulosa ampas
diproduksi dengan cara fermentasi
tebu harus dihidrolisis menjadi gula
menggunakan bahan baku nabati. Bahan
sebelum dikonversi menjadi bioetanol.
baku bioetanol yaitu bahan berpati atau
Hidrolisa asam dan hidrolisa enzimatik
biomasa limbah agroindustri yang
merupakan dua metode utama yang
mengandung selulosa dan hemiselulosa
banyak digunakan khususnya untuk
(Badger, 2002; Gomez et al., 2008).
bahan-bahan lignoselulosa dari limbah
Biomasa limbah agroindustri itu
pertanian (Musatto and Roberto, 2004).
diantaranya ampas tebu, tandan kosong
Hidrolisa selulosa secara enzimatik
kelapa sawit, tongkol jagung, dan sekam.
memberi yield etanol sedikit lebih tinggi
Ampas tebu yang merupakan salah
dibandingkan metode hidrolisa asam
satu biomassa agroindustri yang
(Palmquist and Hahn-Hägerdal, 2000).
mengandung selulosa dan hemiselulosa
Namun proses enzimatik merupakan
persediannya berlimpah dan harganya
proses yang mahal. Oleh sebab itu, dalam
murah di Indonesia. Pada tahun 2009
penelitian ini digunakan hidrolisis secara
tanaman tebu di Indonesia adalah 473.000
asam, yaitu asam kuat (H2SO4) yang
ha dan diperkirakan setiap hektar tanaman
mampu menghidrolisis ikatan selulosa dan
tebu mampu menghasilkan 4,7 ton ampas
hemiselulosa pada suhu dan tekanan
tebu. Maka potensi ampas tebu nasional
tertentu selama waktu tertentu untuk
dari total luas tanaman tebu mencapai
menghasilkan monomer gula dari polimer
2.223.100 ton ampas. Sementara,
selulosa dan hemiselulosa. Kondisi
biomassa limbah agroindustri ini kurang
hidrolisis secara asam yang efektif dan
dimanfaatkan di Daerah Lampung.
efisien belum diketahui.
Ampas tebu tidak dapat langsung
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
difermentasi oleh mikroba menjadi
mengetahui konsentrasi asam dan waktu
bioetanol karena banyak mengandung
hidrolisis yang terbaik untuk
selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang
menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa
merupakan senyawa kompleks. Menurut
ampas tebu menjadi gula reduksi.
Septiyani (2011), ampas tebu mengandung
45,96% selulosa, 20,37% hemiselulosa,
dan 21,56% lignin. Senyawa kompleks BAHAN DAN METODE
ini harus didelignifikasi terlebih dahulu Bahan dan Alat
menjadi gula sederhana (hexosa dan atau
Bahan yang akan digunakan yaitu
pentosa) sebelum difermentasi oleh
ampas tebu yang diperoleh dari PT.
mikroba menjadi bioetanol. Delignifikasi
Gunung Madu Plantation Lampung
biomasa limbah untuk menghasilkan gula
Tengah; asam sulfat (H2SO4) 1 N, asam
sederhana ini dikenal dengan perlakuan
sulfat (H2SO4) 72 %, natrium hidroksida
awal (pre-treatment). Perlakuan awal
(NaOH) diperoleh dari CV. Yona Kimia,
secara basa yang efektif untuk
aquadest, reagent Nelson A, Nelson B dan
memisahkan lignin dari selulosa dan
arsenomolibdat yang didapatkan dari
hemiselulosa limbah agroindustri telah
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
ditemukan yaitu dengan 1 M NaOH atau
Fakultas Pertanian, Unila. Peralatan yang
lebih pada suhu ruang selama 48 jam atau
digunakan antara lain mikropipet 1000µL
(Thermo Scientific, Finnpipette F3), oven

66 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Kadar gula reduksi ampas tebu Sutikno et al
(Philip Harris Ltd), timbangan 4 digit kering dilakukan pengecilan ukuran
(Mattler M3000 Swiszerlan), grinder, dengan ukuran 40 mesh menggunakan
ayakan (40 mesh), shaker waterbath ayakan ukuran 40 mesh. Bahan baku yang
(Polyscience), inkubator (Memmert), sudah kering dengan ukuran 40 mesh
kuvet spektrophotometer, autoklaf selanjutnya disimpan dalam kondisi
TM
(Wiseclave ), spektrofotometer (Milton kering (Samsuri et al., 2007 yang telah
Ray Company), DR 4000 (Shimanzu, dimodifikasi).
USA), dan thermometer.
b. Perlakuan Awal dengan NaOH
Metode Penelitian
Perlakuan awal bahan baku
Penelitian ini dilakukan dua
menggunakan metode Sutikno et.al.,
tahapan, yaitu tahapan perlakuan awal
(2010). Sampel ampas tebu dengan berat
dengan basa dan tahap perlakuan asam
konstan dan ukuran 40 mesh ditimbang
(hidrolisis asam). Tahap perlakuan awal
sebanyak 1,5 gram dimasukan dalam
terdiri dari perlakuan awal basa dengan
erlenmayer ukuran 100 mL, ditambahkan
NaOH terhadap bahan baku, sedangkan
larutan NaOH dengan kosentrasi 1 M
tahap hidrolisis asam selulosa dan
sebanyak 30 mL. Setelah itu, sampel
hemiselulosa ampas tebu dilakukan
ampas tebu tersebut dihomogenisasi
dengan menggunakan kosentrasi asam
menggunakan shaker (Adolf Kuhner AG
sulfat 0 M, 0,05 M, 0,1 M, 0,2 M, dan
CH-4127) dengan kecepatan 100 rpm
0,3 M pada suhu 121 oC selama 15 menit
selama 3 menit dan dipanaskan dalam
sebanyak 3 kali ulangan. Kemudian data
otoklaf (WiseclaveTM) pada suhu 121oC
hasil pengamatan yang telah dihitung
selama 15 menit. Setelah itu, sampel
standar deviasinya disajikan dalam bentuk
dicuci dan dibilas mengunakan aquades
tabel dan grafik kemudian dianalisis
sebanyak 300 mL. Kemudian bagian padat
secara deskriptif.
dikeringkan dalam oven (Philip Harris
Pelaksanaan Penelitian
1. Perlakuan Awal Ltd) pada suhu 105oC selama 24 jam
a. Persiapan Bahan Baku (Sutikno et al., 2010). Padatan ini
Ampas tebu dikeringkan sampai kemudian diberi perlakuan asam
berat konstan menggunakan oven (Philip (hidrolisis asam).
Harris Ltd) pada suhu 105oC. Ampas tebu
1,5 gram Ampas tebu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL

Penambahan NaOH 1 M 30 mL (1:20 (b/v))

Homogenisasi dengan shaker 100 rpm selama 3 menit

Perendaman di larutan NaOH pada suhu 121oC, 15 menit

Penyaringan dengan kertas saring

Pembilasan dengan aquadest 300 ml filtrat

Residu

Gambar 4. Perlakuan awal dengan NaOH 1 M (Sutikno et al., 2010)

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 67
Sutikno et al Kadar gula reduksi ampas tebu
2. Hidrolisis asam Analisis kadar lignin dilakukan untuk
mengetahui kandungan lignin yang
Ampas tebu ditimbang sebanyak 1,5
terdapat pada bahan baku. Analisis kadar
gram ( untuk perlakuan awal basa dengan
selulosa, kadar hemiselulosa dilakukan
NaOH dan tanpa perlakuan awal basa
untuk mengetahui kandungan selulosa dan
dengan NaOH) dimasukkan ke dalam
hemiselulosa yang terdapat pada bahan
erlenmeyer ukuran 100 mL, kemudian
baku. Sedangkan analisis gula reduksi
ditambahkan 15 mL H2SO4 pada masing-
bertujuan untuk mengetahui kadar gula
masing erlenmeyer dengan berbagai
reduksi yang terdapat pada sampel.
konsentrasi (0 M, 0,05 M, 0,1 M, 0,2 M,
dan 0,3 M) dan dipanaskan dalam
autoclave pada suhu 121 oC selama 15 HASIL DAN PEMBAHASAN
menit. Kemudian filtrat dianalisis kadar A. Perlakuan Awal dengan Basa
(NaOH)
gula reduksinya (Taherzadeh et al., 2007
Perendaman ampas tebu dalam
yang telah dimodifikasi).
larutan 1 M NaOH dapat menurunkan
kadar lignin dan menaikkan kadar selulosa
Pengamatan
dan hemiselulosa. Perlakuan awal ini
Pengamatan yang dilakukan dalam
dilakukan pada suhu 121 oC selama 15
penelitian ini adalah komponen
menit. Hasil analisis kadar lignoselulosa
lignoselulosa (lignin, hemiselulosa, dan
sebelum dan setelah perlakuan awal
selulosa) (Chesson dalam Datta (1981))
disajikan pada Tabel 1.
dan kadar gula reduksi (Nelson-Somogyi
dalam Sudarmadji, et al., (1984)).

Tabel 1. Rata-rata kadar lignoselulosa ampas tebu sebelum dan setelah perlakuan awal
dengan NaOH
Perlakuan NaOH Lignin (%) Hemiselulosa (%) Selulosa (%)
Sebelum perlakuan awal 19,72 ± 23,01 ± 45,26 ±

Setelah Perlakuan awal 3,11± 27,83 ± 64,48 ±

Tabel 1 menunjukkan kadar lignin pemutusan pada ikatan intra molekul


ampas tebu setelah diberi perlakuan awal lignin saat ekstraksi dan mempercepat
menggunakan NaOH 1 M mengalami delignifikasi (Heradewi, 2007).
penurunan dari 19,72 % menjadi 3,11 %. Tabel 1 menunjukkan pula
Larutan NaOH 1 M yang merupakan perbedaan kadar selulosa ampas tebu yang
larutan yang mampu memutus ikatan cukup besar yang setelah diberi perlakuan
lignin bekerja secara optimal untuk awal yaitu menghasilkan kadar selulosa
mendegradasi lignin tanpa merusak semula sebesar 45,26 % menjadi sebesar
selulosa dan hemiselulosa (Putri, 2010). 64,48 % dibandingkan dengan kadar
NaOH mampu melunakkan ikatan lignin selulosa ampas tebu tanpa diberi
diantara selulosa sehingga serat akan perlakuan awal. Kandungan selulosa lebih
terurai menjadi serat-serat tunggal. Selain tinggi disebabkan komponen lignin yang
itu, penambahan basa akan menyebabkan mengikat selulosa dan hemiselulosa telah
tingginya konsentrasi ion hidroksil dalam terdegradasi dan larut saat proses
larutan pemasak sehingga mempercepat pencucian dan pembilasan, sehingga

68 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Kadar gula reduksi ampas tebu Sutikno et al
komponen selulosa meningkat B. Hidrolisis Asam
presentasenya dari total seluruh komponen
Hidrolisis merupakan reaksi kimia
pada ampas tebu tersebut. Dengan
yang memecah polisakarida di dalam
terdegradasinya kadar lignin dalam jumlah
biomassa lignoselulosa, yaitu selulosa dan
yang cukup besar maka selulosa dan
hemiselulosa menjadi monomer-monomer
hemiselulosa dapat langsung dihidrolisis
sederhana. Hidrolisis selulosa secara
menggunakan asam sehingga dapat
asam dilakukan untuk menghasilkan
memperoleh gula reduksi yang lebih
glukosa, yang dalam penelitian ini ampas
tinggi. Selama berlangsungnya proses
tebu yang telah diberi perlakuan awal basa
pemasakan yang berisi larutan soda api
dengan NaOH dan tanpa diberi perlakuan
(NaOH), polimer lignin akan terdegradasi
awal dilanjutkan dengan perlakuan
dan kemudian larut dalam larutan
hidrolisis secara asam dengan
pemasak. Larutnya lignin ini disebabkan
penambahan H2SO4 (0; 0,05; 0,1; 0,2 M;
oleh terjadinya transfer ion hidrogen dari
dan 0,3 M) pada suhu 121 oC selama 15
gugus hidroksil pada lignin ke ion
menit. Hasil analisis kadar gula reduksi
hidroksil bebas untuk membentu air (H2O)
dari ampas tebu yang diberi perlakuan
(Gilligan dalam Heradewi, 2007). Reaksi
awal NaOH dan tanpa perlakuan awal
lignin menggunakan NaOH pada proses
NaOH yang telah dihidrolisis dengan
perlakuan awal (pretreatment) disajikan
asam sulfat (H2SO4) pada berbagai
pada Gambar 1.
konsentrasi disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Reaksi lignin menggunakan NaOH pada proses perlakuan awal (pretreatment)
(Gilligan dalam Heradewi, 2007)

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 69
5.0
Sebelum perlakuan awal NaOH

Kadar gula reduksi (mg/100 ml)


4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0M 0,05 M 0,1 M 0,2 M 0,3 M
Konsentrasi H2SO4

Gambar 2. Rata-rata kadar gula reduksi hasil hidrolisis ampas tebu sebelum dan setelah
perlakuan awal basa (NaOH) 1 M dengan H2SO4

Hasil penelitian menunjukkan Peningkatan konsentrasi H2SO4


bahwa perlakuan awal basa dengan NaOH menghasilkan gula reduksi semakin
menghasilkan gula reduksi yang lebih rendah (Gambar 2). Hal tersebut
rendah (Gambar 2). Hal ini dikarenakan dikarenakan proses hidrolisis
NaOH dapat merubah monosakarida dan menggunakan konsentrasi asam yang
gugus akhir dari polisakarida menjadi tinggi menyebabkan selulosa dan
berbagai asam karboksilat. Polisakarida hemiselulosa lebih mudah terdegradasi
berikatan (1-4) termasuk selulosa menjadi glukosa dan senyawa turunannya
terdegradasi melalui mekanisme ekor (Gambar 2). Namun seiring dengan
yang dikenal dengan mekanisme tingginya konsentrasi, glukosa dan
pengelupasan (Achmadi, 1990). Selain itu, senyawa gula lainnya akan lebih banyak
lama perendaman pada proses perlakuan terdegradasi membentuk hidroksi-
awal memungkinkan kandungan selulosa metilfurfural dan furfural yang
mengalami penurunan dikarenakan menyebabkan glukosa yang dihasilkan
berlangsungnya reaksi lanjutan dari NaOH semakin rendah (Palmquist and Hahn-
yang akan mampu tidak hanya Hagerdal, 2000). Produk samping hasil
mendegradasi lignin tetapi juga mampu degradasi lanjut monosakarida dari proses
mendegradasi selulosa. Hasil penelitian hidrolisis secara asam disajikan pada
memperlihatkan melalui proses hidrolisis Gambar 3.
secara asam encer ini sebenarnya telah Gambar 2 menunjukkan pula bahwa
mampu menghidrolisis hemiselulosa dan ampas tebu tanpa diberi perlakuan awal
selulosa tanpa harus melewati perlakuan yang dilanjutkan dengan hidrolisis secara
awal secara basa terlebih dahulu. Ampas asam pada konsentrasi H2SO4 0,05 M,
tebu yang telah diberi perlakuan awal basa suhu 121 oC selama 15 menit
dengan NaOH dan tidak diberi perlakuan menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi
awal menghasilkan gula reduksi optimal (4,2 mg/100 mL). Selain itu, pada
pada konsentrasi 0,05 M berturut-turut penelitian ini perlakuan tanpa
adalah 2,0 mg/100 mL dan 4,2 mg/100 penambahan asam (H2SO4 0M) tetapi
mL. dengan pemanasan suhu tinggi (121 oC)
pada Gambar 2 menghasilkan glukosa

70 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Kadar gula reduksi ampas tebu Sutikno et al

yang relatif tinggi. Hal ini membuktikan membantu mempercepat proses hidrolisis
bahwa dengan perlakuan panas dapat lignoselulosa ampas tebu menjadi glukosa.

Gambar 3. Produk samping hasil degradasi lanjut monosakarida dari proses hidrolisis
secara asam (Palmquist and Hahn-Hagerdal, 2000)

Pada penelitian ini, hidrolisis secara mampu meningkatkan kadar gula reduksi.
asam dengan perlakuan konsentrasi H2SO4 Hal ini dikarenakan waktu kontak yang
0-0,3 M menggunakan ampas tebu tidak lama akan menyebabakan selulosa dan
diberi perlakuan awal lebih efektif hemiselulosa lebih mudah terdegradasi
digunakan untuk menghasilkan kadar gula menjadi glukosa dan senyawa gula
reduksi optimal. Hal ini terlihat jelas pada lainnya. Namun, seiring lamanya waktu
Gambar 2, hasil hidrolis ampas tebu tanpa reaksi, furfural yang dihasilkan juga
diberi perlakuan awal berbeda perlakuan semakin besar.
dengan hasil hidrolisis ampas tebu setelah Pada hasil penelitian
diberi perlakuan awal NaOH, berturut- Satyanagalakshmi, et al (2010) dengan
turut yaitu sebesar 4,2 mg/100 mL dan 2,0 bahan baku eceng gondok, perlakuan
mg/100 mL. Selain itu, pada penelitian ini terbaik hidrolisis menggunakan
perlakuan tanpa penambahan asam konsentrasi H2SO4 4 %, suhu 121 oC
(H2SO4 0M) tetapi dengan pemanasan selama 75 menit menghasilkan gula
suhu tinggi (121 oC) pada Gambar 2 reduksi sebesar 30 mg/mL. Sedangkan
menghasilkan glukosa yang relatif tinggi. pada penelitian ini, H2SO4 yang digunakan
Hal ini membuktikan bahwa dengan 0,05 M (0,27 %), suhu 121 oC selama 15
perlakuan panas dapat membantu menit menghasilkan gula reduksi sebesar
mempercepat proses hidrolisis 4,2 mg/100 mL. Oleh karena itu, dapat
lignoselulosa ampas tebu menjadi glukosa. dikatakan hasil penelitian ini lebih efektif
Parameter konsentrasi asam, suhu, untuk menghasilkan gula reduksi yang
dan waktu hidrolisa merupakan parameter tertinggi pada waktu hidrolisis yang cukup
yang penting pada proses hidrolisa asam singkat.
(Mussatto and Roberto, 2004). Pada
Gambar 4, peningkatan waktu hidrolisis

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 71
KESIMPULAN Terhadap Kadar Hemiselulosa,
Perlakuan terbaik pada penelitian ini Selulosa, dan Lignin Untuk
yaitu hidrolisis ampas tebu tanpa Produksi Biobutanol. Skripsi.
perlakuan awal NaOH dengan Teknologi Hasil Pertanian.
Universitas Lampung. 96 hlm.
menggunakan asam sulfat (H2SO4) 0,05 M Samsuri, M., Gozam, M., Mardias, R.,
hidrolisis pada suhu 121 oC selama 15 Baiquni, M., Hermansyah, H.,
menit. Perlakuan ini menghasilkan gula Wijanarko, A., Prasetya, B, dan
reduksi sebesar 4,2 mg/ 100 mL. Nasikin, M. 2007. Pemanfaatan
sellulosa bagas untuk produksi
DAFTAR PUSTAKA ethanol melalui sakarifikasi dan
fermentasi serentak dengan enzim
Achmadi. 1990. Kimia Kayu. Bahan xilanase. Makara Teknologi. Vol.
Pengajaran Universitas Ilmu 11, No.1, April 2007 :17-24.
Hayati.Institut Pertanian Bogor. 120 Satyanagalakshmi, K., Sindhu, R., Binod,
hlm. P., Janu, K. U., Sukumaran, R. K.,
Badger, P.C. 2002. Ethanol from and Pandey, A. 2010. Bioethanol
cellulose: A general review. P 17- production from acid pretreated
21 In : J. Janick and A. Whipkey water hyacinth by separate
(eds) Trenin new crop and new uses. hydrolysis and fermentation.
ASHS Press, Alexandria, VA., Journal of Scientific and Industrial
USA. Research. Vol. 70.
Datta, R. 1981. Acidogenic fermentation Septiyani, R. 2011. Pengaruh Konsentrasi
of linocellulose acid yield and Dan Waktu Inkubasi Enzim
convertion of components. Selulase Terhadap Kadar Gula
Biotechno. Dioeng 23. Hlm 2167- Eduksi Ampas Tebu. Skripsi.
2170. Teknologi Hasil Pertanian.
Gomez, L.D., Steel-King, C.G., Mc Universitas Lampung. 53 hlm.
Queen-Mason, J. 2008. Sudarmadji, S., Bambang, H., dan
Sustainable liquid biofuels from Suhardi. 1984. Prosedur Analisa
biomass : the writing’s on the untuk Bahan Makanan dan
wall. New Phytologist (2008) 178 Pertanian edisi ketiga. Liberty.
: 473-485. Yogyakarta.
Heradewi. 2007. Isolasi Lignin Dari Lindi Sutikno., Hidayati, S., Nawansih, O.,
Hitam Proses Pemasakan Nurainy, F., Rizal, S., Marniza.,
Organosolv Serat Tandan Kosong dan Arion, R. 2010. Tingkat
Kelapa Sawit (TKKS). Skripsi. Degradasi Lignin Bagas Tebu
IPB. Bogor. Akibat Perlakuan Basa Pada
Mussatto, S.I., and Roberto, I.C., 2004. Berbagai Kondisi. Disampaikan
Alternatives for detoxification of Dalam Seminar Nasional
dilute-acid lignocellulosic Teknologi Tepat Guna di
hydrolyzates for use in Politeknik Negeri Lampung Pada
fermentative process: a review. Bulan April.
Bioresource Technology, 93, 1-10. http://blog.unila.ac.id/sutiknounila
Palmquist, E and Hahn-Hageral, B. 2000. /category/research-activities.
A Review: Fermentation of Diakses pada tanggal 26 Juni.
lignocellulosic hydrolysate II, 2010.
Inhibitor and mechanism of Taherzadeh, M.J., and Karimi, K. 2007.
inhibitor; Bioresource Technol. Acid-based hydrolysis processes
Putri, F. Y. 2010. Pengaruh Konsentrasi for ethanol from lignocellulosic
NaOH dan Lama Perendeman materials: A review. BioResources
TKKS (Elaeis guinensis JACQ) 2 (3) : 472-499.

72 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015

You might also like