You are on page 1of 10

Upaya Mitigasi Banjir di Sub DAS Samin Melalui Pengembangan

Masyarakat Tangguh Bencana

Flood Mitigation Efforts in Samin Sub-Watershed through the Disaster


Resilient Community Development
1* 1 2
WIWIN BUDIARTI , EVI GRAVITIANI DAN MUJIYO
1
Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, UNS
2
Dosen Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UNS
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah
windy_nindinindya@yahoo.com

ABSTRACT
Floods due to overflowing of Samin river is a problem that often occurs in Sukoharjo District, and impacts
enormous socio-economic losses. The new paradigm focuses much on disaster risk reduction
(mitigation). The communities are the first to deal with such disaster risk and as a result, it requires their
acitve participation so that disaster mitigation capacity would be more effective. The study aims to identify
potential flood vulnerability and analysis the flood disaster mitigation efforts through the disaster resilient
community development as a form of community participation in Samin sub-watershed. The method of
using geographic information system (GIS) in order to map-overlay approach and scoring on several
parameters (slope, soil type, drainage density, precipitation and land use) and survey interviews were
conducted to determine the mitigation measures are applied. The results showed that the level of flood
vulnerability in Samin sub-watershed mostly include vulnerable level - that is very prone area of 53,826,73
hectares (84.77%). Among the most vulnerable areas include those located in the lower and middle areas
such as Mojolaban, Polokarto, Bendosari, Sukoharjo, Karanganyar, Jumapolo, Jaten, Karanganyar, and
Kebakkramat District. The village of Tegalmade located in Mojolaban district is classified among the areas
with high level of flood vulnerability. The result of this flood disaster vulnerability maps can be integrated
as a recommendation in making spatial planning based on disaster mitigation. Flood disaster mitigation
efforts for disaster risk reduction imply the application of a disaster resilient community development in
the Tegalmade village. A strong community development against disasters would thwart and minimize
any potential vulnerability and impacts from flood.

Keyword : flood vulnerability, mitigation, gis, disaster resilient communities

ABSTRAK
Bencana banjir akibat luapan Sungai Samin menjadi salah satu permasalahan utama di Kabupaten
Sukoharjo. Perlu pengendalian bencana yang lebih menekankan pada pengurangan resiko (mitigasi).
Masyarakat sebagai pihak pertama yang berhadapan dengan resiko bencana sehingga mitigasi lebih
efektif dengan partisipasi aktif masyarakat. Penelitian bertujuan untuk memetakan potensi tingkat
kerawanan banjir dan menganalisis upaya mitigasi bencana banjir melalui program pengembangan
masyarakat tangguh bencana sebagai bentuk partisipasi masyarakat di Sub DAS Samin. Metode
menggunakan teknologi sistem informasi geografis (SIG) dengan pendekatan map-overlay dan scoring
beberapa peta parameter banjir (kemiringan lereng, jenis tanah, kerapatan drainase, curah hujan dan
penggunaan lahan) dan survey wawancara untuk mengetahui upaya mitigasi yang diterapkan. Hasil
menunjukkan bahwa tingkat kerawanan banjir wilayah Sub DAS Samin sebagian besar termasuk tingkat
rawan – sangat rawan yaitu seluas 53,826,73Ha (84,77%). Daerah yang termasuk kategori rawan –
sangat rawan berada di wilayah hilir dan tengah meliputi Kecamatan Mojolaban, Polokarto, Bendosari,
Sukoharjo, Karanganyar, Jumapolo, Jaten, Karanganyar, dan Kebakkramat. Berdasarkan hasil analisis
spasial dan wawancara bahwa Desa Tegalmade yang terletak di Kecamatan Mojolaban merupakan
daerah dengan tingkat kerawanan bencana banjir tinggi. Hasil peta kerawanan bencana banjir dapat
diintegrasikan sebagai sebuah rekomendasi dalam perencanaan tata ruang berbasis mitigasi bencana.
Upaya mitigasi bencana banjir yang diterapkan yaitu dengan pengembangan masyarakat tangguh
bencana di Desa Tegalmade. Pengembangan masyarakat tangguh bencana dilakukan melalui penyiapan
infrastruktur berupa perbaikan tanggul secara permanen, perbaikan lingkungan berupa penanaman
tanaman konservasi “Bambu” di sempadan sungai, penyiapan kelembagaan dan kesiapsiagaan baik
pemerintah terkait maupun masyarakat rawan bencana, sehingga potensi kerawanan banjir dan dampak
yang ditimbulkan bisa diminimalisir.

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 2, Juli 2017, 241-250 241


Kata kunci : kerawanan banjir, mitigasi, sig, masyarakat tangguh bencana

1. PENDAHULUAN
Bencana merupakan rangkaian peristiwa Banjir menimbulkan dampak kerusakan dan
yang mengancam dan mengganggu kehidupan kerugian bisa berupa korban manusia dan harta
dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh benda sehingga mengganggu bahkan
faktor alam dan/atau non alam maupun faktor melumpuhkan kegiatan sosial-ekonomi
(6)
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya penduduk . Bencana banjir juga telah
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, menimbulkan banyak kerusakan lingkungan,
(1)
kerugian harta benda dan dampak psikologis . baik lingkungan alami (erosi tebing, sedimentasi,
Bencana banjir merupakan salah satu jenis pendangkalan sungai), maupun lingkungan
bencana yang berdasarkan Data Informasi buatan (kerusakan/kerugian sektor pertanian,
(7)
Bencana Indonesia (DIBI) paling banyak terjadi pemukiman, sarana umum) . Sehingga
dan cenderung meningkat beberapa tahun bencana banjir perlu mendapat perhatian
terakhir. Banjir merupakan peristiwa debit aliran khusus, karena bencana tersebut menelan
air sungai yang secara relatif lebih besar dari korban jiwa dan kerugian terbesar (40%) dari
(8)
biasanya/normal akibat hujan yang turun di hulu seluruh kerugian bencana alam .
atau di suatu tempat tertentu secara terus Upaya pengendalian bencana banjir yang
menerus, sehingga tidak dapat ditampung oleh telah dilakukan pemerintah masih didominasi
alur sungai yang ada, maka air meluap keluar dengan pendekatan struktur (bangunan teknis),
(2)
dan menggenangi daerah sekitarnya . sedangkan pendekatan non struktur masih
Berdasarkan data kejadian bencana jarang dilakukan. Menurut Badan Nasional
beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa Penanggulangan Bencana (BNPB), paradigma
banjir sering mengancam di wilayah Sub Daerah baru pengendalian bencana lebih menekankan
Aliran Sungai (DAS) Samin. Sub DAS Samin pada pengurangan resiko bencana (mitigasi).
merupakan bagian dari DAS Bengawan Solo Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk
hulu yang merupakan salah satu dari 108 DAS mengurangi resiko bencana, baik melalui
kritis di Indonesia (SK Menteri Kehutanan No. pembangunan fisik maupun penyadaran dan
328/Menhut-II/2009). Kondisi Sub DAS Samin peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
(1)
saat ini kritis ditunjukkan dengan besarnya erosi bencana .
dan sedimentasi sehingga berpotensi terjadi Masyarakat merupakan pihak pertama yang
(3)
banjir . Tercatat telah terjadi bencana banjir berhadapan dengan resiko bencana sehingga
besar dan dampak terbesar akibat luapan kapasitas mitigasi bencana lebih efektif dengan
Sungai Samin, pada tahun 2007, 2013, 2015 partisipasi masyarakat. Salah satu hal yang
dan 2016. harus diperhatikan dalam upaya mitigasi, yaitu
Permasalahan kompleks di Sub DAS Samin tersedianya informasi dan peta daerah rawan
yang berpangkal pada tekanan penduduk yang bencana serta sosialisasi untuk meningkatkan
sangat berat berdampak menurunnya fungsi dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi
(9)
daya dukung DAS. Terganggunya fungsi bencana .
hidrologis ekosistem DAS ini menyebabkan Penelitian ini bertujuan untuk memetakan
sangat berkurangnya tingkat penangkapan potensi tingkat kerawanan bencana banjir dan
curah hujan, resapan dan penyimpanan air atau menganalisis upaya mitigasi bencana banjir di
bisa dikatakan sistem penyalurannya menjadi Sub DAS Samin melalui pengembangan
sangat boros sehingga mengakibatkan bencana masyarakat tangguh bencana.
(4)
banjir di musim penghujan seperti yang terjadi
di wilayah Sub DAS Samin. 2. BAHAN DAN METODE
Bencana banjir disebabkan oleh faktor alam
Penelitian dilakukan di wilayah Sub DAS
dan kegiatan manusia yang terkait dengan
Samin, dan secara khusus mengambil studi
pemanfaatan sumberdaya alam yang
(5) kasus di Desa Tegalmade, yang secara
menyebabkan degradasi dan kerusakan DAS .
administratif terletak di Kecamatan Mojolaban,
Faktor alam terutama disebabkan intensitas
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah
curah hujan yang sangat tinggi dan kondisi
dan merupakan bagian hilir Sub DAS Samin.
karakteristik DAS, sedangkan faktor manusia
Pengumpulan data biofisik berupa Peta
disebabkan adanya perubahan penggunaan
Administrasi Provinsi Jawa Tengah, Peta Batas
lahan, sarana prasarana drainase belum baik
Sub DAS Samin, Peta Tanah Tinjau, Peta
serta sosial kelembagaan pemerintah dan
Kontur, Peta Jaringan Sungai, Peta Curah Hujan
masyarakat belum mantap.
dan Peta Penggunaan Lahan (format digital)

242 Upaya Mitigasi Banjir di Sub DAS … (Budiarti, W., et al.)


diperoleh dari Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah 4. Curah Hujan
Aliran Sungai (BP2TPDAS) dan Program Studi >5500 5 2 10
Ilmu Tanah Universitas Sebelas Maret. Untuk 4500-5500 4 2 8
data sosial ekonomi diperoleh dari Badan 3500-4500 3 2 6
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) 2500-3500 2 2 4
Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian <2500 1 2 2
Kabupaten Sukoharjo dan wawancara (Sumber: Wischmeier, 1958; Chow, 1968; Wiersum
responden dan key person terkait. & Ambar, 1980 dalam Permenhut No.32/2009)
Metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi kerawanan banjir 5. Penggunaan Lahan
dengan memanfaatkan teknologi Sistem Pemukiman, 5 2 10
Informasi Geografis (SIG), karena teknologi SIG gedung, sawah
bisa membantu upaya mitigasi bencana alam Holtikultura, 4 2 8
(6,10)
melalui identifikasi lokasi bencana , software tegalan, ladang
arcview 3.3 dengan pendekatan map-overlay Semak belukar, 3 2 5
(tumpangsusun peta) dan scoring terhadap tema padang rumput
peta parameter. Parameter yang berpengaruh Perkebunan 2 2 4
terhadap kerawanan banjir meliputi kemiringan Hutan 1 2 2
lereng, jenis tanah, curah hujan, kerapatan (Sumber: Chow, 1968; Suwardjo, 1975;Wiersum &
(11,12,13)
aliran, dan penggunaan lahan . Ambar, 1980; S. Ambar, 1986 dalam Permenhut
Parameter kerawanan banjir tersebut No.32/2009)
diklasifikasikan dan diberikan bobot berdasarkan
tingkat pengaruhnya dalam terjadinya ancaman Tahap terakhir melakukan map-overlay lima
bencana banjir serta mengacu beberapa tema peta parameter kerawanan banjir dan
referensi. Selanjutnya memberikan harkat dan menjumlahkan skor total terhadap peta hasil
skor terhadap setiap peta parameter sesuai overlay (Tabel 2) sehingga diperoleh Peta
bobot parameter kerawanan banjir (Tabel 1). Kerawanan Banjir di Sub DAS Samin.

Tabel 1. Pemberian harkat dan skor parameter Tabel 2. Klasifikasi tingkat kerawanan banjir di
kerawanan banjir Sub DAS Samin

Parameter Harkat Bobot Skor Kategori Skor Total


1. Kemiringan Lereng (%) Tidak Rawan 25 – 33
0-8 5 5 25 Agak Rawan 34 – 41
8 - 15 4 5 20 Cukup Rawan 42 – 49
15 - 25 3 5 15 Rawan 50 – 57
25 - 40 2 5 10 Sangat Rawan 58 – 66
≥ 40 1 5 5 Sumber: Aji,et.al, 2014 & Matondang,et.al,2013
(Sumber: Chow, 1968 dalam Permenhut No.32/2009)
Sedangkan untuk menganalisis upaya
2. Jenis Tanah mitigasi melalui pengembangan masyarakat
Aluvial 5 3 15 tangguh bencana menggunakan metode survey,
Latosol, Litosol 4 3 12 wawancara terhadap beberapa key person dan
Regosol, Grumusol 3 3 9 analisis data dilakukan secara deskriptif.
Andosol coklat, 2 3 6
Mediteran 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Andosol hitam 1 3 3 3.1 Tingkat Kerawanan Banjir Sub DAS
(Sumber: USDA, 1951; Hamer, 1978 dalam Samin
Permenhut No.32/2009; Aji et al., 2014; Matondang
et al., 2013) Kerawanan banjir merupakan keadaan yang
menggambarkan mudah tidaknya suatu daerah
3. Kerapatan Drainase terkena banjir berdasarkan faktor-faktor yang
<0,62 5 3 15 berpengaruh terhadap kejadian banjir.
0,62-1,44 4 3 12 Hasil analisis parameter kemiringan lereng
1,45-2,27 3 3 9 pada Gambar 1, menunjukkan bahwa kondisi
2,28-3,10 2 3 6 kemiringan lereng di wilayah Sub DAS Samin
>3,10 1 3 3 sebagian besar relatif datar dengan kelerengan
(Sumber: Anna, et.al, 2015; Aji et al., 2014; 0-8% dan hampir tersebar merata yaitu seluas
Matondang et al., 2013) 50.991,9 Ha (80,3 %). Wilayah kajian Desa

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 2, Juli 2017, 241-250 243


Tegalmade termasuk kelas kelerengan datar. wilayah Sub DAS Samin memiliki tingkat
Kondisi geomorfologi seperti dataran alluvial, kerawanan banjir yang tinggi karena sebagian
lembah alluvial, kelokan sungai dan rawa-rawa besar wilayahnya datar. Kemiringan lereng
merupakan daerah yang rawan banjir karena semakin datar, maka aliran limpasan permukaan
merupakan daerah rendah atau cekungan menjadi lambat dan kemungkinan terjadi
(2,14)
dengan lereng <2% . Berdasarkan parameter genangan/banjir besar.
kemiringan lereng dapat diklasifikasikan bahwa

Gambar 1. Peta kemiringan lereng sub DAS Samin


(Sumber: hasil pengolahan dan analisis data sekunder, 2016)

Jenis tanah merupakan cerminan kondisi dimana Desa Tegalmade termasuk wilayah
tekstur tanah dan mudah atau tidaknya curah tersebut. Tanah dengan tekstur halus memiliki
(9)
hujan yang meresap ke dalam tanah (infiltrasi) . tingkat infiltrasi rendah sehingga menimbulkan
Hasil analisis jenis tanah wilayah Sub DAS aliran permukaan meningkat. Berdasarkan
Samin bisa dilihat pada Gambar 2, terlihat parameter jenis tanah, mengindikasikan bahwa
bahwa jenis tanah alluvial coklat keabuan sebagian besar wilayah Sub DAS Samin
merupakan jenis tanah paling dominan yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi.
sebagian besar terletak di bagian hilir Sub DAS
Samin yaitu seluas 17.509,5 Ha (27,70 %),

Gambar 2. Peta jenis tanah sub DAS Samin


(Sumber: hasil pengolahan dan analisis data sekunder, 2016)

244 Upaya Mitigasi Banjir di Sub DAS … (Budiarti, W., et al.)


Hasil analisis kelas kerapatan drainase drainase maka sistem pengaliran (drainase)
(Gambar 3), menunjukkan bahwa sebagian semakin buruk sehingga kemungkinan
besar wilayah di Sub DAS Samin memiliki terjadinya banjir semakin besar. Diungkapkan
kerapatan drainase rendah sampai sedang, bahwa semakin besar nilai kerapatan aliran
2
dengan nilai kerapatan aliran 0,62-1,44 km/km maka semakin baik sistem pengaliran
2 (4)
(19,47%) dan 1,45-2,27 km/km (75,74%) dan (drainase) . Berdasarkan parameter kerapatan
sebagian besar terletak di bagian tengah dan drainase bisa disimpulkan bahwa wilayah Sub
hilir. Sedangkan kerapatan drainase tinggi DAS Samin memiliki tingkat kerawanan banjir
hanya sebagian kecil terletak di bagian hulu Sub sedang sampai tinggi.
DAS Samin. Semakin rendah nilai kerapatan

Gambar 3. Peta kerapatan drainase sub DAS Samin


(Sumber: hasil pengolahan dan analisis data sekunder, 2016)

Penggunaan lahan merupakan salah satu penggunaan lahan hutan dan kebun hanya
parameter penting dalam penentuan tingkat sedikit sekitar 1,1 % dan 6,9 % berada di bagian
kerawanan banjir. Tipe penggunaan lahan, hulu Sub DAS Samin.
khususnya tipe vegetasi penutup tanah, sangat Penggunaan lahan berupa lahan terbuka,
berpengaruh terhadap infiltrasi melalui pemukiman, sawah, sungai, waduk dan rawa
kemampuan perakaran dan pori-pori memiliki nilai koefisien limpasan permukaan
memperbesar permeabilitas tanah, vegetasi yang besar, karena air hujan yang jatuh
menahan run-off dan vegetasi mengurangi langsung dialirkan menjadi limpasan permukaan
(13)
jumlah air perkolasi melalui transpirasi . sehingga resiko terjadinya banjir besar,
Kondisi penutupan lahan hutan merupakan sebaliknya penggunaan lahan berupa hutan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap rapat akan memperkecil limpasan permukaan
(2)
terjadinya banjir . dan resiko terjadi banjir kecil. Berdasarkan
Hasil analisis Peta Penggunaan Lahan parameter penggunaan lahan dapat disimpulkan
(Gambar 4), bahwa sebagian besar wilayah di bahwa sebagian besar wilayah di Sub DAS
Sub DAS Samin memiliki kelas penggunaan Samin memiliki tingkat kerawanan banjir yang
lahan pemukiman, gedung, sawah dan rawa tinggi.
sebesar 49.245,9 Ha (77,4 %), sedangkan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 2, Juli 2017, 241-250 245


Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Samin
(Sumber: hasil pengolahan dan analisis data sekunder, 2016)

Curah hujan merupakan salah satu faktor menentukan rawan atau tidaknya daerah
penyebab terjadi banjir, banjir besar terjadi tersebut terancam banjir. Dalam proses
apabila air hujan cukup tinggi dan jatuh tersebar resapan, sebagian air hujan akan meresap ke
merata di seluruh daerah tangkapan air, dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian menjadi air
kemudian berubah menjadi limpasan permukaan larian (run off). Gambar 5, menunjukkan bahwa
yang terkumpul secara cepat pada suatu outlet wilayah di Sub DAS Samin memiliki curah hujan
(2) (12)
. Mengungkapkan besar intensitas curah rendah sampai sedang.
hujan dan kemiringan lereng suatu daerah

Gambar 5. Peta curah hujan sub DAS Samin


(Sumber: hasil pengolahan dan analisis data sekunder, 2016)

Penyusunan Peta Kerawanan Banjir Sub dijumlahkan skor total pada tiap kelas parameter
DAS Samin dilakukan dengan menggunakan dan diklasifikasikan, dimana semakin tinggi skor
teknologi SIG seperti penelitian yang dilakukan total yang dihasilkan maka memiliki tingkat
dalam menganalisis daerah rawan tanah kerawanan banjir semakin tinggi.
(10)
longsor dan analisis lahan kritis di DAS Agam Peta kerawanan banjir Sub DAS Samin bisa
(15)
Kuantan , yaitu dengan menumpangsusun dilihat pada Gambar 6, menunjukkan bahwa
hasil analisis lima tema peta yaitu peta wilayah Sub DAS Samin memiliki tingkat
kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta kerawanan banjir bervariasi dengan klasifikasi
kerapatan drainase, peta curah hujan dan peta tingkat kerawanan banjir terdiri dari daerah tidak
penggunaan lahan. Hasil proses overlay tersebut rawan sampai sangat rawan. Tingkat kerawanan

246 Upaya Mitigasi Banjir di Sub DAS … (Budiarti, W., et al.)


banjir tidak rawan seluas 1.656,5 ha (2,61%), 21.528,0 Ha (33,91%). Tingkat kerawanan banjir
agak rawan seluas 3.194,8 Ha (5,03%), cukup di Sub DAS Samin didominasi kategori “rawan
rawan seluas 4.816,8 Ha (7,59%), rawan seluas sampai sangat rawan” dengan total seluas
32.298,7 Ha (50,87%) dan sangat rawan seluas 53.826,73 Ha atau 84,77%.

Gambar 6. Peta kerawanan banjir di sub DAS Samin


(Sumber: hasil pengolahan dan analisis data sekunder, 2016)

Tingkat kerawanan banjir kategori rawan 3.1 Upaya Mitigasi Melalui Pengembangan
sampai sangat rawan terletak di Kecamatan Masyarakat Tangguh Bencana
Mojolaban, Polokarto, Sukoharjo, Bendosari,
Penyediaan informasi dan peta tingkat
Grogol, Jaten, Karanganyar, Kebakkramat dan
kerawanan banjir di Sub DAS Samin melalui
Jumapolo. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor
teknologi SIG ini merupakan salah satu upaya
seperti topografi wilayah datar dengan (6)
mitigasi bencana banjir non struktural ,
kemiringan 0-8%, kerapatan drainase rendah
sehingga bisa digunakan para pengambil
sampai sedang, dan tipe penggunaan lahan
kebijakan dalam merancang strategi
dominan adalah pemukiman, sawah, gedung,
pengendalian banjir. Peta kerawanan banjir Sub
dan tegalan. Sedangkan tingkat kerawanan
DAS Samin yang ditunjukkan pada Gambar 6
banjir kategori tidak rawan sampai agak rawan
menjadi bagian dari sistem peringatan dini (early
terletak di Kecamatan Tawangmangu dan
warning sistem) sehingga resiko dan bahaya
Jatiyoso, dengan topografi wilayah curam
bencana banjir bisa diperkirakan sehingga pada
sampai sangat curam, kerapatan drainase tinggi (10)
akhirnya bisa meminimalisir dampak .
dan tipe penggunaan lahan hutan, perkebunan,
Pengendalian bencana banjir akan lebih
semak belukar.
efektif jika melibatkan masyarakat karena
Hasil analisis faktor yang mempengaruhi
masyarakat adalah pihak yang pertama kali
tingkat kerawanan banjir terdiri dari kondisi
berhadapan langsung dengan resiko bencana,
kemiringan lereng, jenis tanah, kerapatan
sekaligus proses pembelajaran kepada
drainase, tipe penggunaan lahan dan curah
masyarakat tentang banjir dan pentingnya
hujan, dimana kelima faktor tersebut dianalisis (16)
konservasi lahan untuk pengendalian banjir .
secara terpadu. Tetapi faktor paling dominan
Jika terjadi bencana, masyarakat yang tinggal di
mempengaruhi kerawanan banjir di Sub DAS
kawasan rawan akan menjadi pihak yang paling
Samin adalah kemiringan lereng, jenis tanah,
dirugikan. Sesuai UU Nomor 24 Tahun 2007
penggunaan lahan dan kerapatan drainase.
tentang Penanggulangan Bencana
Kondisi kemiringan lereng di daerah penelitian
mengamanatkan untuk melindungi masyarakat
didominasi kelas lereng 0 – 8 % (datar) sebesar
dari ancaman bencana. Salah satu strategi
51.014,6 Ha (80,2%), sedangkan tipe
untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui
penggunaan lahan didominasi tipe pemukiman,
pengembangan masyarakat tangguh bencana
gedung, sawah dan badan air/rawa yaitu
sebagai upaya pengurangan risiko bencana
sebesar 49.245,9 Ha (77,4%), jenis tanah
berbasis komunitas (PRBBK). Suatu daerah sulit
dominan merupakan tanah alluvial.
dikatakan bebas dari bencana banjir karena
kemungkinan terjadi debit yang sama atau

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 2, Juli 2017, 241-250 247


bahkan melampaui debit akan selalu ada dalam lebih tinggi dan luas sehingga cukup untuk
setiap tahunnya, sehingga upaya yang perlu menampung warga yang terdampak bencana
dilakukan dalam menanggulangi banjir adalah banjir.
meminimalkan dampak/resiko yang ditimbulkan Untuk mendukung keberhasilan upaya
akibat bencana banjir atau yang disebut dengan mitigasi bencana yang dilakukan, sebaiknya
(17)
mitigasi . pembangunan infrastruktur yang bersifat sipil
Berdasarkan hasil analisis data spasial teknis seperti pembangunan tanggul perlu
beberapa kecamatan di Kabupaten Sukoharjo dikombinasi teknik konservasi lahan secara
memiliki tingkat kerawanan banjir tinggi vegetatif guna perlindungan DAS. Teknik yang
termasuk Desa Tegalmade. Desa Tegalmade dimaksud diantaranya adalah dengan
terletak di bagian hilir Sub DAS Samin yang penanaman “Bambu” sebagai tanaman
secara administrative berada di Kecamatan konservasi di sempadan sungai. Tanaman
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang setiap bambu berfungsi sebagai tanaman konservasi
tahun terdampak bencana banjir akibat luapan karena mampu memperbaiki sumber tangkapan
Sungai Samin. Hasil analisis deskriptif dari air sehingga mampu meningkatkan water
wawancara responden dan key person, salah storage, sistem perakaran sangat rapat, kuat
satu bentuk upaya mitigasi bencana banjir yang dan menyebar ke segala arah serta memiliki
dilakukan untuk pengurangan resiko bencana di struktur yang unik terkait secara vertikal dan
wilayah Sub DAS Samin adalah dengan horizontal sehingga tidak mudah putus dan
Pengembangan Desa Tangguh Bencana berdiri kokoh untuk menahan erosi dan longsor
(Destana) di Desa Tegalmade sejak tahun 2015. akibat gerusan air sungai. Selain itu lahan di
Upaya ini dilakukan agar masyarakat yang bawah tegakan bambu sangat stabil dan mudah
berada di daerah rawan bencana dapat mandiri meresapkan air sehingga sangat cocok untuk
[18]
mengantisipasi bencana banjir yang terjadi. menjaga fungsi hidrologis DAS .
Desa Tangguh Bencana adalah desa yang Pelibatan masyarakat secara aktif dalam
memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi pengembangan Desa Tangguh Bencana dalam
dan menghadapi potensi ancaman bencana, setiap proses pengelolaan resiko bencana,
serta memulihkan diri dengan segera dari meliputi tahapan dalam mengkaji, menganalisis,
dampak-dampak bencana yang merugikan menangani, memantau dan mengevaluasi risiko
(Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012). bencana untuk mengurangi kerawanan dan
Beberapa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kapasitas guna pengurangan
pengembangan masyarakat tangguh bencana di resiko bencana banjir yang terjadi, dengan
Desa Tegalmade, antara lain penyiapan memanfaatkan sumber daya lokal.
infrastruktur, perbaikan lingkungan, penyiapan Masyarakat Desa Tegalmade memiliki
kelembagaan dan kesiapsiagaan baik tingkat partisipasi cukup tinggi dalam upaya
pemerintah terkait maupun masyarakat rawan mitigasi dampak bencana banjir, terlihat dari
bencana. Dengan adanya pengembangan keterlibatan aktif masyarakat dalam
masyarakat tangguh bencana ini maka potensi pengembangan Destana di Desa Tegalmade
kerawanan banjir dan dampak yang ditimbulkan yang sekaligus menjadi pilot project dari BPBD
bisa diminimalisir. Kabupaten Sukoharjo. Hal ini disebabkan
Penyiapan infrastruktur untuk wilayah terdampak bencana banjir di Desa
pengembangan desa siaga bencana di Desa Tegalmade sangat besar khususnya di sektor
Tegalmade meliputi perbaikan bangunan pertanian. Berdasarkan hasil survey,
tanggul Sungai Samin di Dusun Kesongo, Desa masyarakat sudah peka terhadap gejala banjir,
Tegalmade, Kecamatan Mojolaban secara masyarakat secara mandiri segera
permanen sepanjang 50 meter dengan tinggi 10 mengevakuasi diri tanpa menunggu
meter. Perbaikan dilakukan secara bertahap sukarelawan bencana tiba di lokasi.
oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Penyiapan kelembagaan terkait
Solo (BBWSBS). Sebelumnya telah dipasang pengembangan desa tangguh bencana ini,
beronjong kawat berisi batu pada tanggul secara umum tingkat kapasitas pemerintah
tersebut, namun kondisi sebagian jebol karena Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi
diterjang aliran sungai yang deras akibat bencana banjir tergolong sedang sampai tinggi,
intensitas hujan yang lebat sehingga berdampak hal ini mencerminkan bahwa dasar
banjir di wilayah sekitarnya. Selain itu dilakukan kelembagaan sudah memiliki kemampuan yang
penyiapan jalur dan tempat evakuasi sementara. baik dalam menghadapi kondisi darurat
Dikarenakan belum dibangun bangunan bencana, pengurangan resiko sudah ada,
evakuasi permanen sehingga posko evakuasi pembangunan kesiapsiagaan sudah ada tetapi
sementara berada di Pendopo Balai Desa prosedur belum tersusun baik, tetapi pendidikan
Tegalmade dan Rumah Kepala Dusun Kesongo bencana belum ada.
Desa Tegalmade (Bp. Sumanto) karena posisi

248 Upaya Mitigasi Banjir di Sub DAS … (Budiarti, W., et al.)


Sedangkan tingkat kapasitas masyarakat permanen, perbaikan lingkungan berupa
tergolong sedang, dilihat dari parameter penanaman tanaman konservasi “Bambu” di
pengetahuan kesiapsiagaan bencana, semapadan sungai, penyiapan kelembagaan
pengelolaan tanggap darurat, pengaruh dan kesiapsiagaan baik pemerintah terkait
kerentanan masyarakat (sosial ekonomi), maupun masyarakat rawan bencana. Dengan
ketidaktergantungan masyarakat terhadap melalui pengembanganan masyarakat tangguh
dukungan pemerintah dan tingkat partisipasi bencana maka potensi kerawanan banjir dan
masyarakat. Untuk mengevaluasi progress dampak resiko bencana yang ditimbulkan bisa
pelaksanaan pengembangan masyarakat diminimalisir.
tangguh bencana di Desa Tegalmade, telah
diadakan simulasi bencana diikuti oleh aparat PERSANTUNAN
dan masyarakat dan hasil mengindikasikan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
bahwa masyarakat Tegalmade sudah tanggap
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya
bencana banjir.
Manusia Kementerian Lingkungan Hidup dan
Demi keberlanjutan pengembangan
Kehutanan atas dukungan biaya penelitian,
masyarakat tangguh bencana sebagai upaya
serta kepada Dhidhit Suryono dan adik-adik S1
mitigasi banjir di Sub DAS Samin maka perlu
Agroteknologi Universitas Sebelas Maret (Aziz,
pendampingan partisipasi masyarakat, fasilitasi,
Dio, Idam, Adi, Angga dan Azhar) atas
bimbingan teknis kepada masyarakat, relawan
semangat dan bantuannya dalam pengambilan
dan aparat terkait pendidikan kebencanaan
data di lapangan.
banjir, tanggap darurat dan kesiapsiagan
bencana serta dilakukan sosialisasi early
DAFTAR PUSTAKA
warning system dan pendidikan konservasi
lahan. Selain itu perlu keterlibatan stakeholder 1. Undang-undang Republik Indonesia nomor
ke tengah masyarakat terutama yang beroperasi 4 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
di daerah rawan bencana sebagai bukti Bencana.
tanggung jawab korporasi dan yang sangat
penting peran pemerintah terkait sehingga 2. Paimin, Sukresno, & Pramono, I.B., (2009),
penanggulangan bencana banjir lebih efektif. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor,
Lebih dari itu upaya penanggulangan banjir Tropenbos International Indonesia
harus dilakukan secara komprehensif, tidak Programme.
hanya di bagian hilir saja tetapi konservasi di 3. Maridi, Agustina, P. & Sapura, A., (2014),
bagian hulu dari Sub DAS Samin sehingga Vegetation Analysis of Samin Watershed,
kerusakan DAS bisa diperbaiki yang pada Central Java, as Water and Soil
akhirnya ancaman bencana banjir bisa ditekan. Conservation Efforts, Biodiversitas Journal,
15 (2), 215-223.
4. KESIMPULAN
4. Asdak, C., (2010), Hidrologi dan
Wilayah Sub DAS Samin memiliki tingkat Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan
kerawanan banjir bervariasi dengan klasifikasi ke 5, Yogyakarta: Gadjah Mada University
tingkat kerawanan banjir, terdiri dari daerah tidak Press.
rawan sampai sangat rawan. Tingkat kerawanan
banjir didominasi kategori “rawan sampai sangat 5. Nugroho, S.P., (2015), Relevansi
rawan” yaitu total seluas 53.826,73 Ha atau Meningkatnya Bencana Hidrometeorologi
84,77% yang terdapat pada bagian hilir dan terkait Kerusakan DAS di Indonesia,
tengah Sub DAS Samin. Hasil peta kerawanan Prosiding Seminar Nasional Restorasi DAS:
bencana banjir ini dapat diintegrasikan sebagai Mencari Keterpaduan di Tengah Isu
sebuah rekomendasi dalam membuat Perubahan Iklim, Surakarta: BPTKPDAS.
perencanaan tata ruang berbasis mitigasi 6. Puturuhu, F., (2015), Mitigasi Bencana dan
bencana. Pengeinderaan Jauh, Cetakan ke 1,
Upaya mitigasi bencana banjir yang Yogyakarta: Graha Ilmu.
diterapkan untuk pengurangan resiko bencana
yaitu dengan Pengembangan Masyarakat 7. Suherlan, E., (2001), Zonasi Tingkat
Tangguh Bencana di Desa Tegalmade yang Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung,
terletak di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Sukoharjo, dimana berdasarkan peta kerawanan Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
memiliki kategori rawan sampai sangat rawan 8. Kingma, N., (1991), Natural Hazard:
dan dampak kerusakan pertanian yang tinggi. GeomorphologicalAspect of Flood Hazard,
Kegiatan pengembangan masyarakat tangguh The Netherlands: ITC.
bencana dilakukan melalui penyiapan
infrastruktur berupa perbaikan tanggul secara

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 2, Juli 2017, 241-250 249


9. Anna, Alif N., Suharjo, & Priyana, Y., (2015), 14. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kajian Biofisik Lahan untuk Penilaian Kabupaten Sukoharjo, (2015), Penyusunan
Kerentanan Banjir di DAS Bengawan Solo Dokumen Risiko Bencana Kabupaten
Hulu, University Research Colloquium 2015 Sukoharjo 2015. Laporan Akhir, Asca
p:9-17. Amoghasida Engineering Consultant.
10. Mubekti & Alhasanah, F., (2008), Mitigasi 15. Nugroho, S.P., & Prayogo, T. (2008),
Daerah awan Tanah Longsor Menggunakan Penerapan SIG untuk Penyusunan dan
Teknik Permodelan SIG, Jurnal Teknologi Analisis Lahan Kritis pada Satuan Wilayah
Lingkungan BPPT, 9 (2): 118-126. Pengelolaan DAS Agam Kuantan Provinsi
Sumatera Barat, Jurnal Teknologi
11. Matondang, J.P., Kahar, S., & Sasmito, B.,
Lingkungan BPPT, 9(2): 130-140.
(2013), Analisis Zona Daerah Rentan Banjir
Dengan Pemanfaatan Sistem Informasi 16. Maryono, A., (2005), Menangani Banjir,
Geografis (Studi Kasus: Kota Kendal dan Kekeringan, dan Lingkungan, Yogyakarta:
Sekitarnya), Jurnal Geodesi UNDIP, 2 (2): Gadjah Mada University Press.
103-113.
17. Farid, M., (2010), Banjir: Proses,
12. Aji, M.D., Sudarsono, B., & Sasmito, B., Karakteristik dan Upaya Mengatasinya,
(2014), Identifikasi Zona Rawan Banjir Inovasi Online, Vol. 18/XXII/November
Menggunakan Sistem Informasi Geografis 2010.
(Studi Kasus: Sub DAS Dengkeng), Jurnal
18. Balai Penelitian Tanaman Industri dan
Geodesi UNDIP, 3(1): 36-50.
Penyegar, (2011), Potensi Bambu Sebagai
13. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Tanaman Konservasi Daerah Aliran Sungai,
Indonesia nomor 32 Tahun 2009 tentang Retrieved July 6, 2017, Available from
Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.ph
Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai p/berita/berita-lain/77-potensi-bambu-
(RTkRHL-DAS). sebagai-tanaman-konservasi-daerah-aliran-
sungai, (viewed Juni 22, 2017).

250 Upaya Mitigasi Banjir di Sub DAS … (Budiarti, W., et al.)

You might also like