You are on page 1of 11

ANALISIS KEPATUHAN PENGISIAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST

DALAM MENINGKATKAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT NUR


ROHMAH GUNUNGKIDUL

AN ANALYSIS OF ADHERENCE TO FILLING OUT SURGICAL


SAFETY CHECKLIST FOR AN IMPROVED PATIENT SAFETY AT
NUR ROHMAH HOSPITAL, GUNUNGKIDUL

Muhammad Arif Budi Prakoso


Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: arifbudipra@gmail.com

Elsye Maria Rosa


Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: elsyemariarosa@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Surgical safety checklist aims to decrease errors and adverse
events, and to increase teamwork and communication in surgery. Surgical safety
checklist is expected to decrease complication and death due to surgery. This
study aimed to assess adherence to filling out surgical safety checklist among
surgical related medical professionals at Nur Rohmah Hospital, Gunungkidul,
Yogyakarta.
Subjects and Method: This was a descriptive-quantitative conducted at Nur
Rohmah Hospital, Gunungkidul, Yogyakarta. A sample of surgeons,
anesthesiologists, surgery nurses, and anesthesia nurses, was selected for this
study. The data related to adherence to filling out surgical safety checklist was
measured by in-depth interview, checklist, observation, and document review.
Results: Of the 25 surgeries performed (13 general surgery and 12 obsgyn
surgery), 100% of the sign in phase surgical safety checklist was filled out,
83.42% of the time out phase surgical safety check list was filled out and 85.6%
of the time out phase surgical safety check list was filled out.
Conclusion: Adherence to phase surgical safety checklist was good at Nur
Rohmah Hospital, Yogyakarta. However, there remains the need for supervision,
development of standard operating procedure, socialization, and training, to
improve adherence to surgical safety checklist for an improved patient safety.

Keyword: surgical safety checklist, sign in, time out, sign out

1
ABSTRAK

Latar Belakang: Surgical safety checklist bertujuan untuk menurunkan kejadian


error dan yang tidak diharapkan, dan meningkatkan kerjasam dan komunikasi dalam
tindakan operasi. Surgical safety checklist diharapkan dapat menurunkan angka
komplikasi dan kematian akibat tindakan operasi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kepatuhan pengisian surgical safety checklist di Rumah Sakit Nur
Rohmah Gunungkidul.
Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan kuantitaif-deskriptif yang dilakukan
di Rumah Sakit Nur Rohmah Gunungkidul. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
dokter bedah, dokter anestesi, peraawat bedah dan anestesi. Hasil penelitian
disajikan mengenai kepatuhan pengisian surgical safety checklist yang diperoleh dari
wawancara, data checklist, observasi dan melihat rekam medis.
Hasil: Dari 25 operasi yang dilakukan (13 operasi bedah umum dan 12
operasiobsgyn), surgical safety checklist fase sign in telah terisi 100%, surgical
safety checklist fase time out hanya terisi 83,42% dan surgical safety checklist fase
sign out hanya terisi 85,6%.
Kesimpulan: Pelaksanaan surgical safety checklist di Rumah Sakit Nur Rohmah
Gunungkidul sudah baik, tapi belum sepenuhnya patuh dilakukan. Untuk diperlukan
supervisi, standar operasioal prosedur, sosialisasi dan pelatihan terkait surgical
safety checklist supaya dapat berjalan lebih baiklagi dan tentunya akan
meningkatkan patient safety.

Kata Kunci: surgical safety checklist, sign in, time out, sign out

2
PENDAHULUAN

Pembedahan merupakan salah satu tindakan Safety Checklist (SSC) yang bertujuan untuk
medis yang sering dilakukan dan berperan penting meningkatkan keselamatan pasien pada tindakan
dalam pelayanan kesehatan. Akan tetapi, tindakan pembedahan serta menurunkan komplikasi dan
pembedahan yang memiliki manfaat, juga dapat kematian karena tindakan pembedahan2.
menimbulkan komplikasi hingga dapat SSC yang tergolong simple dan komunikatif
membahayakan nyawa2. Penelitian yang telah sendiri memberikan manfaat dapat menurunkan
dilakukan di 56 negara anggota World Health angka komplikasi dan kematian, akan tetapi
Organization (WHO) tahun 2004, diperkirakan penerapannya di kamar bedah masih tergolong
sejumlah 234,2 juta tindakan pembedahan yang rendah6. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan
dilakukan setiap tahunnya berpotensi peraturan Depkes no.1691 tentang keselamatan
mengakibatkan komplikasi (3-16%) dan kematian pasien dan Komite Akreditasi Rumah Sakit
(5-10%)3. (KARS) yang menuntut supaya pelaksanaan SSC
Tingginya angka kesalahan, komplikasi dan di kamar operasi harus 100%.
kematian akibat tindakan pembedahan Berdasarkan latar belakang yang telah
menyebabkan tindakan pembedahan seharusnya diuraikan diatas mengenai kurangnya data
menajdi perhatian kesehatan global, sehingga penggunaan SSC dan kurangnya penerapan SSC di
WHO mengenalkan “Patient Safety Safe Surgery kamar operasi, peneliti tertarik untuk melakukan
Save Lives” untuk meningkatkan keselamatan penelitian dengan judul “Analisis Kepatuhan
pasien pada pembedahan di dunia dengan Pengisian Surgical Safety Checklist pada Fase Sign
menyusun sebuah standart yang dapat In, Time Out dan Sign Out Dalam Meningkatkan
diaplikasikan di semua keadaan rumah sakit semua Patient Safety di Rumah Sakit Nur Rohmah
negara, yaitu Surgical Safety Checklist. Surgical Gunungkidul”.

3
HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, masa kerja dan
pendidikan.

Karakteristik responden Jumlah responden


Umur
20 – 30 tahun 0
> 30 tahun 4
Jenis Kelamin
Laki-laki 3
Perempuan 1
Lama Bekerja
1-5 tahun 1
> 5 tahun 3
Pendidikan
D3 2
Spesialis 2

Pengisian surgical safety checklist

Kelengkapan komponen Surgical Safety Checklist fase Sign In dari 13 operasi


bedah umum.

Jumlah
Presentase
Surgical safety checklist Dilakukan
Konfirmasi Identitas, prosedur dan IC 13 100%
Sisi operasi ditandai 13 100%
Sign In
Peralatan anestesi dicek 13 100%
Mengecek adanya alergi 13 100%
Resiko aspirasi 13 100%
Resiko kehilangan darah 13 100%
Semua anggota tim memperkenalkan diri 6 46,15
Pasien, sisi operasi, prosedur dikonfirmasi 13 100%
Penunjang foto Rontgen 13 100%
Time Out Antisipasi kejadian kritis dari Dokter Bedah 13 100%
Antisipasi kejadian kritis dari Dokter Anestesi 13 100%
Antisipasi kejadian kritis dari Perawat 13 100%
Antibiotik profilaksis 60 menit sebelum operasi 4 30,76
Nama prosedur dicatat 13 100%
Sign Out
Instrument, kasa, jarum yang digunakan sudah 9 69,23

4
dihitung dan lengkap
Hasil operasi diberi label 13 100%
Laporan temuan masalah 13 100%
Diskusi mengenai manajemen pasien post operasi 7 53,84%

Kelengkapan komponen Surgical Safety Checklist fase Sign In dari 12 operasi


bedah obsgyn.

Jumlah
Presentase
Surgical safety checklist Dilakukan
Konfirmasi Identitas, prosedur dan IC 12 100%
Sisi operasi ditandai 12 100%
Sign In
Peralatan anestesi dicek 12 100%
Mengecek adanya alergi 12 100%
Resiko aspirasi 12 100%
Resiko kehilangan darah 12 100%
Semua anggota tim memperkenalkan diri 0 0%
Pasien, sisi operasi, prosedur dikonfirmasi 12 100%
Penunjang foto Rontgen 12 100%
Time Out Antisipasi kejadian kritis dari Dokter Bedah 12 100%
Antisipasi kejadian kritis dari Dokter Anestesi 12 100%
Antisipasi kejadian kritis dari Perawat 12 100%
Antibiotik profilaksis 60 menit sebelum operasi 11 91,66%
Nama prosedur dicatat 12 100%
Instrument, kasa, jarum yang digunakan sudah
dihitung dan lengkap 8 66,67
Sign Out
Hasil operasi diberi label 12 100%
Laporan temuan masalah 12 100%
Diskusi mengenai manajemen pasien post operasi 8 66,67

5
Rekap Tema

Patient safety
berjalan
dengan baik.
SDM, lupa dan
kurangnya
pemahaman menjadi
SSC belum Pelaksanaan Surgical
penghambat
berjalan
penggunaan SSC
dengan baik. Safety Checklist

Pembuatan SPO,
sosialisasi, pelatihan
sistem pengawasan
dan evaluasi
menjadi
rekomendasi untuk
meningkatkan
penggunaan SSC

PEMBAHASAN
Tujuan utama dari pembuatan dan Komunikasi diantara tim operasi
penerapan surgical safety checklist sangatlah penting, dikarenakan
sendiri adalah untuk menurunkan kegagalan komunikasi seorang dokter
kejadian yang tidak diinginkan di bedah terhadap tim operasi merupakan
kamar operasi2. Dalam prakteknya penyebab yang sangat sering dan
checklist ini berfungsi juga untuk menyebabkan kejadian tidak
memperkuat/membina kerjasama dan diinginkan sebesar 31%. Komunikasi
komunikasi yang lebih dari diantara yang gagal tersebut dapat
tim operasi, membantu memastikan menyebabkan penundaan perawatan
setiap langkah yang ada di checklist pasien sebesar 77% dan sebanyak 48%
telah dijalankan secara konsisten waktu tim operasi terbuang sia-sia7.
sehingga meminimalkan dan Selain dari kominikasi, kerjasama tim
menghindari resiko cidera terhadap yang kurang baik juga berhubungan
pasien. dengan peningkatan komplikasi dan
kematian8.
Kepatuhan Surgical Safety Fase sign in pada surgical safety
Checklist fase Sign In. checklist merupakan fase yang paling
6
sering dilakukan dengan presentasi Pada penelitian ini point
69,5% diantara fase yang lain, memperkenalkan diri dan peran serta
terutama pada point pengecekan alat pemberian profilaksis antibiotik 60
anestesi dan obat-obatan. Hal ini menit sebelum operasi adalah hal yang
dikarenakan fase ini sangat penting belum dilakukan secara 100%. Hal
untuk mencegah medical error yang serupa juga ditemukan pada penelitian
dapat merugikan pasien9. lainnya, yang menyebutkan bahwa
Hal serupa juga dijumpai bahwa sebesar 43,8% tim operasi tidak
fase sign in pada surgical safety memperkenalkan diri dan perannya,
checklist paling sering dilakukan hal ini dikarenakan antar anggota tim
dibanding fase yang lain, dengan sudah melakukan perkenalan jauh hari
presentase Sign in 58%, terutama pada dan sudah saling mengenal9. Selain itu
point identifikasi kehilangan darah sebesar 38,2% anggota tim operasi
>500ml, yang bermanfaat untuk menolak untuk melakukan perkenalan
persiapan jalur intravena dan produk diri dan peran dikarenakan tidak
darah jika nantinya terjadi nyaman dengan proses itu dan
10
perdarahan . dianggap hal yang tidak bermanfaat.10.
Dari berbagai penelitian yang Penelitian lain juga dilakukan dengan
telah dilakukan, fase sign ini mengamati 40 operasi, yang mana
merupakan fase yang penting dalam dalam pelaksanaan surgical safety
persiapan operasi untuk mencegah checklist fase time out, perkenalan diri
terjadinya medical error pada pasien, dan peran tidak pernah dilakukan (0%)
seperti salah pasien, salah sisi operasi, dikarenakan hanya di rumah sakit
salah prosedur, dan melakukan yang kecil sehingga sudah saling
persiapan untuk antisipasi kesulitasn mengenal satu sama lain dan
jalan nafas, adanya alergi dan menganggap bahwa ini merupaka hal
antisipasi kehilangan darah >500ml, yang sia-sia11.
sehingga surgical safety checklist fase Hal kedua yang jarang dilakukan
sign in ini harus rutin dilaksanakan pada fase time out adalah pemberian
disetiap operasi. antibiotik profilaksis 60 menit seelum
Kepatuhan Surgical Safety operasi. Profilaksi antibiotik 60 menit
Checklist fase Time Out. sebelum operasi diberikan pada 15
Dari 282 operasi yang diamati dari 25 operasi. Pemberikan antibiotik
pelaksanaan surgical safety checklist, profilaksis sebelum operasi bertujuan
fase time out merupakan fase yang untuk mencegah terjadinya infeksi
paling sering tidak dilakukan secara pada luka operasi. Hampir
menyeluruh yaitu 43% operasi tidak 234.000.000 operasi yang dilakukan
dilakukan, sedangkan fase sign in per tahun, 1 juta orang dari operasi
hanya terlewat 26,9% dan fase sign tersebut meninggal dan 7 juta lainnya
out terlewat 30,1%. Selain itu, dari mengalami komplikasi salah satunya
1771 tindakan operasi, fase time out adalah infeksi luka operasi3. Selain itu,
merupakan fase yang paling jarang dari 403 operasi yang telah dilakukan,
dilakukan dengan persentase 16%, terdapat 238 pasien yang mengalami
sedangkan pada fase sign in dilakukan kasus komplikasi paska operasi,
58% dan sign out 26%10. demam (102 pasien), 77 diantaranya
saat operasi tidak diterapkannya
8
surgical safety checklist, sedangkan dioperasi. Kejadian/komplikasi yang
yang dilakukan hanya 22 operasi. Pada sering ditimbulkan terkait dengan
infeksi luka operasi (67 pasien), 55 alat/instrument yang tertinggal di
diantaranya tidak dilakukkanya dalam pasien diantaranya nyeri kronis,
surgical safety checklist saat operasi, infeksi, abses, pembentukan fistula
dan pada pasien dengan pneumonia dan obstruksi usus. Kesalahan
(44 pasien) 36 diantaranya tidak perhitungan alat/instrumen lebih
diterapkan surgical safety checklist12. sering terjadi ketika tidak ada
peraturan yang pasti. Waktu dan
Pada pedoman WHO mengenai pelaksanaan untuk menghitung
surgical safety checklist khususnya alat/instrument harus distandarisasi,
pemberian profilaksis antibiotik, jika supaya pelaksanaannya dapat
antibiotik profilaksis belum diberikan maksimal14.
60 menit sebelum operasi, maka Yang memiliki tanggung jawab
segeralah diberikan. Jika antibiotik dalam memastikan alat/instrument
profilaksis diberikan lebih dari 60 yang digunakan lengkap buka hanya
menit sebelum operasi, maka perawat, melainkan juga dokter.
pemberian antibiotik seharusnya Dokter tidak hanya berwenang tentang
diulang dan jika pemberian antibiotik klinis pasien, akan tetapi bertanggung
profilaksis tidak diberikam karena jawab juga terkait dengan memastikan
tidak sesuai pertimbangan (misal pada alat/instrument yang digunakan teah
kasus tanpa insisi dan kasus lengkap dan tidak ada yang
kontaminasi yang mana antibiotik tertinggal15.Perhitungan alat atau
diberikan sebagai terapi) cukup pada instrument ini dilakukan sebelum,
surgical safety checklist di isi pada selama dan setelah setiap prosedur
kolom tidak dapat diterapkan dan tim bedah selesai. Semua alat yang
harus mengkonfirmasi itu secara lisan. digunakan sebaiknya selalu
Kepatuhan Surgical Safety diperhatikan supaya memudahkan
Checklist fase Sign Out. dalam perhitungannya. Semua barang
Sign Out merupakan fase dimana yang digunakan selama operasi harus
sebelum mengeluarkan pasien dari diperhitungkan sebelum prosedur
ruang operasi, yang mana beberapa berakhir untuk memastikan tidak ada
Poin dari SSC dilakukan untuk alat, kassa atau jarum yang
memfasilitasi transfer informasi terkait tertinggal16.
perawat pasien terutama setelah Poin kedua yang jarang dilakukan
operasi13. Poin pertama pada fase sign pada fase sign out adalah diskusi
out yang belum lengkap dilakukan mengenai manajemen pasien post
adalah memastikan jumlah instrument, operasi. Poin ini dilakukan 15 dari 25
kasa dan jarum lengkap, Poin ini operasi yang ada, hal ini dapat
hanya dilakukan 17 dari 25 operasi. dikarenakan akibat tim operasi yang
Fase ini sangatlah penting, karena terburu - buru dan sibuk untuk
untuk memastikan jumlah pelaratan mempersiapkan operasi selanjutnya9.
yang diguakan sehingga dapat Diskusi terkait manajemen pasien
terhindari dari kejadian tidak post operasi merupakan suatu
diharapkan seperti tertinggal jarum komunikasi, yang mana komunikasi
atau kasa di dalam tubuh yang ini sebaiknya distandarisasi seperti
9
mencakup keadaan pasien, tanda vital, surgical safety checklist di Instalasi
hasil operasi, kejadian saat operasi, Bedah Sentral Rumah sakit nur
rencana pengobatan, obat yang sudah rohmah diantaranya adalah faktor
diberikan dan respon pengobatan yang sumber daya manusia yang terbatas,
telah diberikan. Hal ini selain petugas lupa atau lalai dalam
disampaikan melalui komunikasi penggunaan surgical safety checklist,
verbal dapat juga dilakukan dengan kurangnya pemahaman mengenai
tulisan tangan, akan tetapi paling baik surgical safety checklist dan faktor
dengan menggunakan komunikasi operator yang jarang memberikan
verbal dan ditambah dokumentasi profilaksis antibiotik.
tulisan tangan. Hasil dari diskusi harus Lupa dapat menimbulkan
disampaikan kepada tim yang kesalahan medis yang berdampak pada
menerima pasien selanjutnya, dan tim pasien sehingga menurunnya patient
yang menerima juga harus melakukan safety. Dari keadaan lupa tersebut
konfirmasi kembali dan mengajukan telah ditemukan 1202 laporan, 59,6%
pertanyaan yang diperlukan supaya (605) terjadi medication error dan
tidak ada kesalahan17. 46,8% (282) terjadi error terakit
Dari berbagai penelitian yang prosedur, pengobatan atau tes18. Hasil
telah dilakukan, surgical safety dari wawancara tim Anestesi juga
checklist fase sign out Poin diskusi menyebutkan bahwa salah satu yang
terkait manajemen pasien post operasi dapat menghambat pelaksanaan
sangatlah penting dilakukan, karena surgical safety checklist adalah
selain membahas tentang pengobatan operator. Tidak semua operator
atau penanganan pasien juga memberikan profilaksis antibiotik
melakukan transfer informasi ke pada operasinya, padahal semestinya
ruangan baru supaya tidak terjadi yang bertanggung jawab mengenai
kejadian tidak diharapkan dan pemberian profilaksis antibiotik
19
manajeman pasien lebih maksimal. adalah Dokter Anestesi . Hal ini
tentunya lebih baik dikoordinasikan
Hambatan penggunaan Surgical supaya nantinya bisa dilaksanakan dan
Safety Checklist menjaga pasien agar tetap aman. Hal
Tidak patuhnya pengisian yang menjadi penghambat terlaksanan
Surgical Safety Checklist: Sign In SSC adalah banyaknya waktu yang
tidak terjadi hanya karena satu atau dikonsumsi sedangkan tidak
dua penyebab melainkan banyak mengalami manfaat tambahan setelah
penyebab yang bisa berkontribusi, penggunaan SSC dan pemeriksaan
mulai dari sistem yang menggerakan yang dilakukan berulang20. Dianggap
pelayanan kesehatan, sarana dan berulang karena sebelum
prasarana sampai dengan kinerja dilakukannya SSC, Dokter bedah dan
perseorangan yang bersentuhan dokter anestesi pasti sudah melakukan
langsung dengan pasien, yang skrening dan ppemeriksaan secara
kesemuanya berkolaborasi sehingga sendiri, akan tetapi beberapa point
kepatuhan tidak tercapai. Dari hasil SSC ini membutuhkan semua orang
wawancara pada tim operasi, beberapa untuk hadir dalam melaksanakannya21.
hal yang menghambat penggunaan
KESIMPULAN
10
Berdasarkan tujuan, hasil masuk dalam kategori tidak

penelitian dan pembahasan maka patuh.

dapat ditarik beberapa kesimpulan, 4. Hambatan dalam pelaksanaan

diantaranya: surgical safety checklist di

1. Pengisian surgical safety Rumah Sakit Nur Rohmah

checklist fase sign in di Rumah diantaranya adalah kurangnya

Sakit Nur Rohmah masuk sumber daya manusia, lupa

dalam kategori patuh. akan penggunaan surgical

2. Pengisian surgical safety safety checklist, kurang

checklist fase time out di fahamnya tentang surgical

Rumah Sakit Nur Rohmah safety checklist dan faktor

masuk dalam ketegori tidak operator.

patuh.

3. Pengisian surgical safety

checklist fase sign out di

Rumah Sakit Nur Rohmah

DAFTAR PUSTAKA
1. Mulyana, D.S, 2013. Analisis 3. Weiser et al. (2008). An Astimation
Penyebab Insiden Keselamatan of The Global Volume of Surgery:
Pasien oleh Perawat di Unit Rawat A Modelling Strategy Based on
Inap Rumah Sakit X Jakarta, Available Data. Lancet; 372 (9633):
(Tesis), Sekolah Pasca Sarjana 139-44.
Universitas Indonesia, Jakarta. 4. Vries et al. (2011). Prevention of
2. World Health Organization (2009) Surgical Malpractice Claims by Use
Guidelines for Safe Surgery. Safe of a Surgical Safety Checklist.
Surgery Saves Lives, WHO, Geneva Annals of Surgery, Volume 253,
number 3.
5. Siagian, E. (2011). Pelaksanaan Digestif di Instalasi Bedah RSUP
Surgical Patient Safety terhadap Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis.
Adverse Events Pascaoperasi Bedah

0
Gadjah Mada University. Checklist on The Occurence of
Yogyakarta. Postoperative Complication on
6. Triwahyudi, Saparwati Mona, Surgical Patient. International
Priyanto. (2014). Studi Deskriptif Journal of Surgery and Medicine.
Tentang Surgical Safety Dalam 3(1):2-7.
Prosedur Pembedahan di Instalasi 13. World Allience for Patien Safety.
Bedah Sentral Rumah Sakit Umum 2008. Surgical Safety Save Life.
Daerah Harapan Insan Sendawar World Health
Kabupaten Kutai Barat. Semarang. Organization.www.who.int/patiensa
7. William, R.G., Silverman, R., fety/2d_gp_safety_challenge_n0v07
Schwind, C., Fortune, J.B., Sutyak, .pdf. 13 Agustus 2010
J.m Horvath, K.D., Van Eaton, E. 14. Jackson, S. & Braddy, S. 2008.
G., Azzie, G., Potts, J.R., Boehler, Counting Difficulties: Retained
M., Dunnington, G.L. (2007) Instruments. Association of
Surgeon Information Transfer and Perioperative Registered Nurses
Communication. Ann. Surg, 245(2) Journal, 87(2), 315-321.
february, pp. 159-69. 15. Searle, C. 2008. Profesional
8. Mazzoko, K., Petiti, D.B., K.T., Practice: A Southern African
Bonacum, D., Brookey, J., Graham, Nursing Perspective. 4th Edition.
S., et al. (2009). Surgical Team Sandton: Heinemann.
Behaviors and Patient Outcome. 16. Philips, N. 2013. Berry and
Am J Surg, 197(5), pp.678-85. Kohn’s Operating Room Technique.
9. Melekia B.T & Getahun G.M. 12th Edition. St Louis: Mosby.
(2015). Complience With Surgical 17. Sandlin, D. 2007. Improving
Safety Checklist Completion in The Patient Safety by Implementating A
Operating Room of University of Standarized and Consistent
Gondar hospital, Northwest Approach to Handoff
Ethiopia. BMC Res Notes: 8:361. Communication. J Perianesth Nurs;
10. Asefzadeh, S., Rafiei, S., Saeidi, 22(4):289-92.
M. & Karimi M. (2017). 18. Feil, Michelle. (2013). Distraction
Complience With WHO Safe and Their Impact on Patient Safety.
Surfery Checklist in Operating Pennsylvania Patient Safety
Room: A Case Study in Iran Authority Vol. 10, No. 1-March.
Hospitals. Bali Medical Journal 19. Fourcade, A., Blache, J.L.,
Volume 6, No. 3:465-469. Grenier, C., Bourgain, J. &
11. McGinlay, D., Moore, D. & Minvielle, E. (2012). Barriers to
Mironescu A. (2015). A Prospective Staff Adoption of A Surgical Safety
Observational Assesment of Checklist. [online]. Available:
Surgical Safety Checklist USe in https://qualitysafety.bmj.com [2018,
Brasov Children’s Hospital, Barriers July 14].
to Implementation and Methods to
Improve Complience. Romanian
Journal of Anasthasia and Intensive
Care, Vol. No.2:111-121.
12. Adenkie, B.T., Melekie, T.B. &
Getahune, G.M. (2017). Effect of
12

You might also like