You are on page 1of 17

Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No.

2 Juli 2016|1

Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016

Evaluasi Pelaksanaan Penandaan Operasi di Ruang OperasI RS PKU


Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Arindah Dwitasari1*, Elsye Maria Rosa2
1
Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
*Penulis Korespondensi : arindtasari@gmail.com

Riwayat Artikel: Riwayat artikel: Diterima 12 April 2016; Direvisi 22 Mei 2016; Dipublikasikan 17 Juni 2016
ABSTRACT
Background: The analysis in 2005 of 126 cases wrong site, wrong procedure, wrong patient obtained 76% of wrong
site, 11% of wrong procedure and 13% of wrong patients (WHO, 2009). In PKU Muhammadiyah Hospital Unit II has
been socialized implementation of site marking operation. However, the implementation of site marking operation
there are not in accordance with SOP. This study aimed to evaluate of site marking implementation in the
operating room of PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta Hospital.
Method:This study uses a mixed method with sequential explanatory. Total observation sample are 62 respondents
and interview sample are 6 respondents. Data obtained using observation, interviews, and documentation. The
results of observations taken from the observation checklist and interviewed the informant and then analyzed
Results and Discussion: The marking operation is performed based on the type of operation 55% according to the
SPO there are 12 general surgery and 22 eye surgery. Implementor, step,and form of site marking are 100% in
accordance with the SOP. Place of site marking of are 35.3% accordance with the SOP, the tools that used in site
marking are 47% accordance with the SOP. Implementation of site marking to determine the right site, right
procedures, and right patient. Obstacles encountered in the implementation of site marking operation that is
about logistics, human resources, patient, time and cost, SOP. Recommendations for the implementation of site
marking operation that is the socialization of the site marking, creating a effective of the culture, changes SOP,
improved logistics, patient education, and one marker for one patient.
Conclusion: Marking operations at PKU Muhammadiyah Hospital Unit II overall is already up and running properly
in accordance the SOP. Implementation of site marking operation in this study are in accordance with the right site,
right procedures and right patient although in practice they found some obstacles. However, some of the
recommendations from the Directors in implementation of site marking is expected to make a significant changes
for patient safety.

Keywords: Site marking, Surgical Safety Checklist

PENDAHULUAN perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari


Patient safety adalah suatu sistem dimana perawatan kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan
rumah sakit membuatasuhan pasien lebih aman, setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di
meliputi pengkajian resiko, identifikasi, danpengelolaan seluruh dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan (Haynes, et al, 2009).
dananalisis insiden, kemampuan belajar dari insiden Tempat pelaksanaan pembedahan disebut
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk kamar operasi adalah tempat dilaksanakannya
meminimalkan timbulnya resiko (Depkes, 2006). pembedahan baik elektif maupun emergency
Sasaran patient safety merupakan salah satu poin untuk yangmerupakan bagian dari rumah sakit yang memiliki
syarat akreditasi yang diterapkan di semua rumah sakit. resiko terjadi insiden salah lokasi, salah prosedur, salah
Pelaksanaan akreditasi tersebut dilakukan oleh Komisi pasien pada operasi. Diperkirakan di Amerika Serikat
Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini kesalahan salah sisi, salah prosedur, dan salah pasien
mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety terjadi sekitar 1 dari 50.000-100.000 prosedur yang
Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang dilakukan, jika dirata-ratakan sekitar 1500-2500 insiden
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien terjadi setiap tahunnya. Analisis kejadian sentinel oleh
Rumah Sakit Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia JCI yang telah dilaporkan dari tahun 2005-2006
(KKPRS-PERSI), dan Joint Commission International ditemukan lebih dari 13% laporan kejadian tidak
(JCI). diharapkan dikarenakan salah sisi operasi. Analisis
Data WorldHealth Organization (WHO) tahun 2005 pada 126 kasus salah sisi, salah prosedur,
menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad salah pasien didapatkan 76% dikarenakan kesalahan
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|2

sisi, 11% salah prosedur dan 13% salah pasien, tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
(WHO,2009).Penelitian dari Siregar (2014)dengan total Selain itu pengkajian pasien yang tidak adekuat,
pasien operasi 345orang, didapatkan ada 134 penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya
responden yang harusdilakukan tindakan marking pra yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
bedah. Totaldilakukan pelaksanaan marking yakni anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan
dilakukanpada 33 responden (25,1%) dan tidak dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
dilakukanmarking 101 orang (74,9%). Penelitian handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-
Hidayat (2015) sejumlah 685 responden dengan hasil faktor kontribusi yang sering terjadi (Depkes RI, 2011).
sebesar 28,7 % operasi ada penandaan dan 71,3 % tidak Rumah sakit harus mengembangkan suatu
ada penandaan lokasi operasi. pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat
Untuk mengurangi kesalahan sisi, salah prosedur, dan tepat pasien. Elemen penilaian sasaran
prosedur, dan salah pasien,maka dilakukan tindakan menurut Depkes RI (2011) diantaranya rumah sakit
marking (penandaan operasi). Marking adalah menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
penandaan dengan menggunakan spidol khusus untuk untuk indentifikasi lokasi operasi dan melibatkan
sayatan yang akan dituju saat pembedahan. Asal mula pasien di dalam proses penandaan. Rumah sakit
marking mendapat perhatian dimulai pada era 1990 menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
dimanaThe Canadian Orthopaedic Assosiation memverifikasi saat praoperasi tepat lokasi, tepat
merekomendasikanmemakai spidol permanent untuk prosedur, dan tepat pasien, dan semua dokumen serta
menandai daerah yang akan diinsisitahun 1994 (WHO, peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan
2008). fungsional. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
Di RS PKU Muhammadiyah Unit II mencatat prosedur Sebelum Insisi (Time Out) tepat
Yogyakarta telah dilakukan sosialisasi pelaksanaan sebelum dimulainya suatu prosedur atau tindakan
penandaan operasipra bedah. Dari mulainya awal ruang pembedahan.
operasi sampai sekarang tidak pernah ada kejadian Proses penandaan operasi sendiri ada
salah lokasi operasi. Namun masalah pada pelaksanaan beberapa tahap yaitu :
penandaan operasi ialah masih ada beberapa dokter a. Kapan pelaksanaan penandaan operasi
yang belum melaksanakan penandaan operasi pra Site marking dilaksanakan sebelum pasien
bedah sesuai dengan standar yang berlaku. Penting dipindahkan ke ruang operasi. Sebelum dilakukan
kepada perawat baik perawat rawat jalan, rawat inap, pembiusan, pasien dalam keadaan sadar dan dapat
maupun perawat ruang operasi untuk mengecek ulang berkomunikasi. Penandaan lokasi operasi (marking)
pelaksanaan penandaan operasi telah dilaksanakan atau perlumelibatkan pasien dan dapat dikenali.
belum. Hal ini masih terus dilakukan sosialisasi agar Tandatersebut digunakan secara konsisten di
pelaksanaan penandaan operasiterus dilakukan dan rumahsakit dan harus dibuat oleh operator yakni
dapat meningkatkan mutu pelayanan ruang operasi. dokteryang akan melakukan tindakan
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan operasi,dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar
penelitian terkait tentang bagaimana evaluasi jikamemungkinkan, dan harus terlihat sampai
pelaksanaan penandaan operasi di ruang operasi RS saatakan disayat.
PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. Peneliti b. Pelaksana penandaan operasi
memilih melakukan penelitian di RS PKU Yang berhak melakukan penandaan lokasi
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta karena PKU operasi adalah dokter operator (pelaskana operasi),
Muhammadiyah Unit II merupakan rumah sakit yang asisten dokter operator (pelaskana operasi), pihak
mempunyai jadwal operasi yang banyak perharinya dan yang diberi pendelegasian (perawat bedah) yang
mempunyai fasilitas 5 kamar operasi yang melayani mengikuti proses operasi (Panduan Penandaan
seluruh pasien jaminan dan umum. Berdasarkan latar Area Operasi, 2014).
belakang tersebut diatas dan menyadari betapa c. Cara pelaksanaan penandaan operasi
pentingnya safe surgery pada kasus tindakan bedah Dokter pelaksana operasi (operator)
terutamapenandaan operasi pada sign in dan bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan
identifikasi pre operasi untuk penandaan sebelum dan informasi tentang penandaan operasi mengenai
tindakan bedah, maka perlu dilakukan evaluasi untuk keuntungan dari penandaan operasi agar tidak
pelaksanaan penandaan operasi di RS PKU terjadi salah lokasi operasi. Dan diperlukan
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. partisipasi dari pasien dan keluarga pasien untuk
bisa memberikan informasi lengkap sebelum
dilakukan operasi dengan efektif untuk keakuratan
lokasi operasi. Rumah sakit harus menyediakan
LANDASAN TEORI informasi, menjelaskan tujuan dan kepentingan yang
Penyimpangan pada verifikasi (tepat lokasi, jelas baik lisan oleh dokter pelaksana operator,
tepat prosedur, dan tepat pasien operasi) akan dapat ataupun tertulis yang nantinya akan dimasukkan ke
mengakibatkan pelaksanaan prosedur yang keliru atau dalam rekam medis kepada pasien yang akan
pembedahan sisi tubuh yang salah. Penyebabnya karena melakukan operasi mengenai tindakan dan
miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau prosedur operasi. Untuk kasus operasi anak, orang
informasinya tidak benar, kurang/tidak melibatkan tua yang akan mendapatkan penjelasan mengenai
pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan prosedur operasi. Untuk pasien dewasa dengan
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|3

keterbatasan atau tidak dapat melakukan Penelitian ini menggunakan metode penelitian
komunikasi, keluarga terdekat yang bertanggung gabungan (mixed methods) antara metode penelitian
jawab. kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian ini
d. Bentuk pelaksanaan penandaan operasi menggunakan model Sequential Explanatory, yakni
Penandaan lokasi ini bisa menggunakan model penelitian ini dilakukan dengan cara
tanda centang namun bukan silang karena dapat mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif
menimbulkan ambiguitas apakah tanda silang pada tahap pertama,kemudian melakukan
tersebut adalah lokasi yang akan diinsisi atau yang pengumpulan data dan menganalisis data kualitatif pada
tidak diinsisi. Selain penandaan lokasi operasi, tahap kedua, selanjutnya menganalisis data secara
operator juga bisa memberikan inisial nama dokter keseluruhan untuk kemudian diambil kesimpulan dari
yang membuat penandaan lokasi tersebut. Atau analisis data tersebut. Metode kuantitatif digunakan
dengan menggunakan simbol YES untuk area untuk mencari informasi yang terukur mengenai
yang akan di operasi. pelaksanaan penandaan operasi (site marking) di ruang
Penandaan dilakukan sedekat mungkin operasi RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
dengan area yang akan dioperasi. Kecuali hanya ada dan metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan
satu area yang akan dilakukan operasi. Bentuk informasi mengenai evaluasi pelaksanaan penandaan
penandaan lokasi harus disepakati dari pihak rumah operasidi ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Unit
sakit dengan pihak lain yang terkait sehingga secara II Yogyakarta.
profesional dan kedisiplinan, prosedur bentuk Subjek pada penelitian ini adalah dokter
penandaan operasi dapat diikuti oleh semua pihak spesialis pelaksana operasi (operator), kepala ruang
yang terkait. operasi, pasien pre operatif, dan Direktur Pelayanan
e. Tempat pelaksanaan penandaan operasi Medis di PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
Pada pembedahan yang bersifat elektif, Objek penelitian ini adalah pelaksanaan penandaan
penandaan operasiharus dilakukan oleh dokter operasi di ruang operasi RS PKU Muhammadiyah Unit
operator di ruang bangsal. Untuk kasus II Yogyakarta.
pembedahan yang bersifat emergency dapat Definisi operasional dalam penelitian ini ada 6
dilakukan di kamar operasi, di ruang pre operasi yaitu jenis operasi, pelaksana penandaan operasi, cara
maupun di dalam kamar bedah. pelaksanaan penandaan operasi, bentuk penandaan
f. Alat yang digunakan untuk penandaan operasi operasi, tempat pelaksanaan penandaan operasi, alat
Penandaan operasidilakukan dengan spidol yang digunakan untuk penandaan operasi. Teknik
khusus yang permanen dengan melingkari pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan
daerahyang akan dibedah. Diharapkan penandaan dokumen.
yangtelah dibuat tidak cepat pudar dikarenakan Penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu
dalam proses pembedahan nanti akan kuantitaif kemudian diikuti dengan kualitatif. Populasi
dilakukandesinfeksi yang memungkinkan tanda dan sampel kuantitatif menggunakan consecutive
markingmenjadi pudar bahkan hilang. sampling dengan alokasi waktu pengumpulan sampel
g. Bagian mana yang perlu dilakukan penandaan dalam waktu 30 hari pada bulan Februari-Maret 2016.
operasidan yang tidak perlu dilakukan penandaan Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 62 sampel.
operasi. Pengumpulan data dengan menggunakan checklist
Bagian organ mana yang perlu dilakukan observasi. Peneliti mengobservasi pasien dari persiapan
penandaan adalah semua tempat yang melibatkan ruang operasi sampe pasien akan dilakukan pembiusan
insisi kulit dan lateralisasi harus ditandai. Bila (sign in). Setelah terkumpul, data dianalisa dengan
operasi dilakukan di sekitar orifisium maka rumus statistik. Kemudian dilakukan wawancara kepada
penandaan dilakukan disebelahnya dengan tanda pihak yang terlibat dalam prosedur pelaksanaan
panah. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada penandaan yaitu operator (4 sampel), kepala ruang
semua kasus termasuk sisi(laterality), multiple operasi, dan direktur pelayanan medis. Setelah
struktur (jari tangan, jarikaki, lesi), atau multiple dilakukan wawancara, hasil dianalisa dengan
level (tulang belakang). Bagian yang tidak perlu menggunakan metode Miles dan Huberman pada
dilakukan penandaan operasi yaitu Prosedur model 2 yaitu checklist matriks lalu dilakukan coding
endoskopi, Kasus emergency (darurat), Cateterisasi data. Setelah langkah-langkah di atas selesai dilakukan
jantung, Prosedur yang mendekati atau melalui garis peneliti, selanjutnya peneliti melaporkan hasil
midline tubuh : SC, histerektomi, tyroidektomi, penelitian ini berupa tesis dengan menyajikan data-data
laparotomi, Pencabutan gigi atau operasi gigi, beserta analisanya dan kesimpulan penelitian beserta
Operasi pada membran mukosa, Perineum, saran yang ditujukan pada pihak-pihak tertentu.
Ovarium, Kulit yang rusak atau luka infeksius, Analisis data yang digunakan terdiri dari
Operasi pada bayi dan neonatus atau pada kelahiran kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang
prematur, Pada lokasi-lokasi intraorgan seperti mata terkumpul dari checklist observasi pelaksanaan
dan organ THT maka penandaan dilakukan pada penandaan operasi ditabulasi, diolah, dan dianalisis
daerah yang mendekati organ berupa tanda panah. dengan menggunakan statistik deskriptif dan crosstab
menggunakan program SPSS yang disajikan dalam
METODE PENELITIAN bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel crosstab,
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|4

kemudian ditarik kesimpulan. Data yang terkumpul


dari alat ukur sudah merupakan suatu hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk data kualitatif penelitian ini Penelitian di ruang operasi RS PKU
menggunakan model Miles danHubermen yang terdiri Muhammadiyah Unit II Yoyakarta didapatkan hasil
dari 3 (tiga) tahap yaitu tahap reduksi data dengan setelah dilakukan observasi dengan 62 responden
melakukan pengkodean, yang kedua dengn checklist operasi dan wawancara dengan 6 responden yang
matrix, dan terakhir penarikan kesimpulan dan berkaitan dengan penandaan lokasi.
verifikasi.

1. Karakteristik Responden Observasi


Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Umur
12 16 tahun 2 3,2 %
17 25 tahun 8 12,9 %
26 35 tahun 9 14,5 %
36 45 tahun 10 16,1 %
46 55 tahun 5 8,1 %
56 65 tahun 6 9,7 %
>65 tahun 22 35,5 %
Jenis kelamin
Laki-laki 29 46,8 %
Perempuan 33 53,2 %
Jenis operasi
Bedah Mulut 1 1,6 %
Bedah Umum 27 43,5 %
Mata 22 35,5 %
Obsgin 6 9,7 %
Ortopedi 4 6,5 %
THT 2 3,2 %

a. Umur b. Jenis Kelamin


Berdasarkan hasil penelitian sebagian Pasien yang melakukan tindakan
besar responden mempunyai kelompok umur pembedahan sebagian besar mempunyai jenis
diatas 65 tahun. Hal ini menggambarkan kelamin perempuan.
bahwa semakin tua usia seseorang maka c. Jenis Operasi
semakin banyak organ tubuh yang mengalami Berdasarkan hasil penelitian
penurunan fungsi bahkan terjadi gangguan terhadap 62 responden didapatkan hasil
kesehatan yang salah satunya membutuhkan bahwa jenis operasi yang paling banyak
tindakan pembedahan untuk menanganinya dilakukan yaitu operasi bedah umum.
(Jimenez, 2013).

2. Hasil Observasi
a. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi perlunya pelaksanaan penandaan operasi
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|5

Kriteria Jenis Operasi Frekuensi Persentase


Perlu dilakukan penandaan operasi
a. Dilakukan 34 54,8 %
b. Tidak dilakukan 7 11,3%
Total 41 66,1 %
Tidak perlu dilaksanakan penandaan operasi
a. Dilakukan 0 0%
b. Tidak dilakukan 21 33,9 %
Total 21 33,9 %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penandaan operasi berjumlah 7 operasi (11,3%).
pelaksanaan penandaan operasi pada operasi yang Selanjutnya pada operasi yangmemang tidak perlu
memang perlu dilakukan penandaan operasi dilakukan penandaan operasi yaitu sebanyak 21
sebanyak 41 operasi (66,1%) dengan frekuensi operasi (33,9%) dengan frekuensi tidak dilakukan
penandaan operasiyang dilakukan sebanyak 34 penandaan operasi pada semua operasi yaitu
operasi (54,8%) dan yang tidak dilakukan dengan jumlah 21 operasi (33,9%).
b. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pelaksana penandaan operasi

Pelaksanapenandaan operasi Frekuensi Persentase


Operator (pelaksana operasi) 12 35,3 %
Perawat 9 26,5 %
Lain-lain 13 38,2 %

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa (35,3%), 9 operasi (26,5 %) dilaksanakan oleh
pelaksana penandaan operasidilaksanakan oleh perawat, dan 13 operasi (38,2 %) dilaksanakan
operator (pelaksana operasi) sebanyak 12 operasi oleh lain-lain.
c. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi cara pelaksanaan penandaan operasi

Cara pelaksanaan penandaan operasi Frekuensi Persentase


Benar 34 100 %
Tidak Benar 0 0

Berdasarkan tabel diatas cara pelaksanaan penandaan operasi sebanyak 34 operasi (100%) dilakukan
dengan benar.
d. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi bentuk penandaan operasi

Bentuk penandaan operasi Frekuensi Persentase


Lingkaran / bulat 7 20,6 %
Ceklist / centang 27 79,4 %
Berdasarkan tabel diatas diketahui terbanyak menggunakan tanda ceklist/centang
bahwa operasi yang menggunakan tanda berupa dengan jumlah 27 operasi (79,4%).
lingkaran/bulat berjumlah 7 operasi (20,6%) dan

e. Tabel 4.6 Distribusi frekuensi tempat penandaan operasi

Tempat pelaksanaan penandaan operasi Frekuensi Persentase


Ruang bangsal 9 26,5 %
Ruang operasi 3 8,8 %
Lain lain 22 64,7 %

Berdasarkan tabel diatas tempat (8,8%), dan terbanyak 22 operasi (64,7%)


penandaan operasi di ruang bangsal berjumlah 9 dilakukan di lain-lain.
operasi (26,5%), di ruang operasi 3 operasi
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|6

f. Tabel 4.7 Alat yang digunakan untuk penandaan operasi

Alat yang digunakan untuk penandaan operasi Frekuensi Persentase


Spidol penanda operasi 16 47,1 %
Spidol permanent 18 52,9 %

Berdasarkan tabel diatas alat yang (52,9%) dan sisanya 16 operasi dengan
digunakan untuk penandaan operasi sebanyak menggunakan spidol penanda operasi (47,1%)
18 operasi ditandai dengan spidol permanent

g. Tabel 4.8 Crosstab jenis operasi dengan pelaksanaan penandaan operasi


Kriteria
Nilai p (p
Jenis Operasi Perlu dilaksanakan Tidak perlu dilasanakan
value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah Umum 15 24,2 % 12 19,3 %
Ortopedi 4 6,5 % 0 0%
Mata 22 35,5 % 0 0% 0.00
THT 0 0% 2 3,2 %
Obsgin 0 0% 6 9,7 %
Bedah Mulut 0 0% 1 1,6 %
Total 41 66,2% 21 33,8%

Pada tabel diatas dapat disimpulkan bedah umum berjumlah 12 operasi (19,3%),
bahwa operasi yang memerlukan penandaan pada operasi THT 2 operasi (3,2%), pada
operasi terbanyak adalah operasi mata dengan operasi obsgin 6 operasi (9,7%), dan yang
22 operasi (35,5%). Pada operasi bedah umum terakhir operasi bedah mulut 1 operasi (1,6%).
yang perlu dilaksanakan penandaan operasi Dengan total operasi yang tidak memerlukan
berjumlah 15 operasi (24,2%), operasi ortopedi penandaan operasi sebesar 21 operasi (33,8%).
berjumlah 4 operasi (6,5%). Dengan total Dari hasil p value(p value = 0,00) didapatkan
operasi yang memerlukan penandaan operasi hasil signifikan yang berarti pelaksanaan
sebesar 41 operasi (66,2%). Operasi yang tidak penandaan operasi dipengaruhi oleh jenis
memerlukan penandaan operasi pada operasi operasi yang dilakukan.

h. Tabel 4.9 Crosstab jenis operasi dengan perlunya dilaksanakan penandaan operasi
Perlu dilaksanakan penandaan operasi (site marking)
Jenis Operasi Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Nilai p (p value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah Umum 12 29,3 % 3 7,3 %
Ortopedi 0 0% 4 9,7 %
Mata 22 53,7 % 0 0% 0.00
THT 0 0% 2 0%
Obsgin 0 0% 0 0%
Bedah Mulut 0 0% 0 0%
Total 34 83% 7 17%

Berdasarkan tabel diatas dapat operasi (29,3%), yang tidak dilaksanakan 3


disimpulkan bahwa jenis operasi yang operasi (7,3%). Pada operasi ortopedi tidak
memerlukan penandaan operasi pada operasi dilaksanakan 4 operasi (9,7%). Pada operasi
bedah umum yang dilaksanakan sebanyak 12 mata, semua dilaksanakan penandaan operasi
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|7

sebanyak 22 operasi (53,7%). Dari total semua, berjumlah 7 operasi (17%). Dari hasil p value(p
jenis operasi yang memerlukan penandaan value = 0,00) didapatkan hasil signifikan yang
operasi dan dilaksanakan penandaan operasi berarti pelaksanaan perlunya penandaan operasi
sebesar 34 operasi (83%) dan tidak dilaksanakan dipengaruhi oleh jenis operasi yang dilakukan.

i. Tabel 4.10 Crosstab jenis operasi dengan tidak perlunya dilaksanakan penandaan operasi

Tidak perlu dilaksanakan penandaan operasi (site marking)


Jenis Operasi Dilaksanakan Tidak dilaksanakan Nilai p (p value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah Umum 0 0% 12 57,1 %
Ortopedi 0 0% 0 0%
Mata 0 0% 0 0%
0.00
THT 0 0% 2 9,5 %
Obsgin 0 0% 6 28,6 %
Bedah Mulut 0 0% 1 4,8 %
Total 0 0% 21 100%

Berdasarkan tabel diatas semua operasi operasi (28,6%) dan yang terakhir operasi bedah
yang tidak memerlukan penandaan operasi dan mulut hanya 1 operasi (4,8%). Dari hasil p
tidak dilaksanakan berjumlah 21 operasi (100%) value(p value = 0,00) didapatkan hasil signifikan
yaitu operasi bedah umum sebanyak 12 operasi yang berarti tidak perlunya pelaksanaan
(57,1%), operasi THT dengan 2 operasi (9,5%), penandaan operasi dipengaruhi oleh jenis
kemudian operasi obsgin dengan jumlah 6 operasi yang dilakukan.

j. Tabel 4.11 Crosstab jenis operasi dengan pelaksana penandaan operasi


Pelaksana penandaan operasi (site marking)
Jenis
Operator Perawat Lain-lain Nilai p (p value)
Operasi
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah 12 35,3 % 0 0% 0 0
Umum
0.00
Mata 0 0% 9 26,5 % 13 38,2 %
Total 12 35,3 % 9 26,5 % 13 38,2 %

Berdasarkan tabel diatas pelaksana dilaksanakan oleh lain-lain sebanyak 13 operasi


penandaan operasi dilakukan oleh operator (38,2%). Dari hasil p value(p value = 0,00)
(pelaksana operasi) pada kasus bedah umum didapatkan hasil signifikan yang berarti
sebanyak 12 operasi (35,3%). Pelaksana pelaksana penandaan operasi dipengaruhi oleh
penandaan operasi pada operasi mata dilakukan jenis operasi yang dilakukan.
oleh perawat sebanyak 9 operasi (26,5%). Dan

k. Tabel 4.12 Crosstab jenis operasi dengan cara pelaksanaan penandaan operasi
Cara pelaksanaan penandaan operasi (site marking)
Jenis operasi Benar Tidak benar Nilai p (p value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah Umum 12 35,3 % 0 0%
Mata 22 64,7 % 0 0% 0.00
Total 34 100 % 0 0%

Berdasarkan tabel diatas cara (64,7%). Dari hasil p value(p value = 0,00)
pelaksanaan penandaan operasi pada operasi didapatkan hasil signifikan yang berarti cara
bedah umum dilakukan dengan benar sebanyak pelaksanaan penandaan operasi dipengaruhi
12 operasi (35,3%) dan pada operasi mata oleh jenis operasi yang dilakukan.
dilakukan dengan benar sebanyak 22 operasi
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|8

l. Tabel 4.13 Crosstab jenis operasi dengan bentuk penandaan operasi


Bentuk penandaan operasi (site marking)
Jenis operasi Lingkaran/bulat Ceklist/centang Nilai p (p value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah Umum 7 20,6 % 5 14,7 %
Mata 0 0% 22 64,7 % 0.00
Total 7 20,6 % 27 79,4 %

Berdasarkan tabel diatas bentuk menggunakan bentuk ceklist/centang. Dari hasil


penandaan operasi pada operasi bedah umum p value(p value = 0,00) didapatkan hasil
sebanyak 7 operasi (20,6%) menggunakan signifikan yang berarti bentuk penandaan
bentuklingkaran/bulat dan sebanyak 5 operasi operasi dipengaruhi oleh jenis operasi yang
(14,7%) menggunakan bentuk ceklist/centang. dilakukan.
Pada operasi mata sebanyak 22 operasi (79,4%)

m. Tabel 4.14 Crosstab jenis operasi dengan tempat pelaksanaan penandaan operasi
Tempat pelaksanaan penandaan operasi (site marking) Nilai p
Jenis
Ruang operasi Ruang bangsal Lain-lain (p
operasi
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase value)
Bedah 3 8,8 % 9 26,5 % 0 0%
Umum
0.00
Mata 0 0% 0 0% 22 64,7 %
Total 3 8,8 % 9 26,5 % 22 64,7 %

Berdasarkan tabel diatas pada operasi 22 (64,7%) penandaan operasi dilaksanakan di


bedah umum sebanyak 3 operasi (8,8%) tempat lain-lain. Dari hasil p value(p value =
penandaan operasi dilaksanakan di ruang 0,00) didapatkan hasil signifikan yang berarti
operasi dan 9 operasi (26,5%) dilaksanakan di tempat pelaksanaan penandaan operasi
ruang bangsal. Pada operasi mata, semua operasi dipengaruhi oleh jenis operasi yang dilakukan.

n. Tabel 4.15 Crosstab operasi dengan alat yang digunakan untuk penandaan operasi

Alat yang digunakan untuk penandaan operasi (site marking)


Jenis operasi Spidol penanda operasi Spidol permanent Nilai p (p value)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Bedah Umum 7 20,6% 5 14,7 %
Mata 9 26,5% 13 38,2 % 0.00
Total 16 47,1% 18 52,9 %

Berdasarkan tabel diatas pada Prosedur Operasional), dan sebanyak 13


operasi bedah umum sebanyak 7 operasi operasi (38,2%) menggunakan spidol
(20,6%) menggunakan spidol penanda operasi, permanent. Dari hasil p value(p value = 0,00)
dan sebanyak 5 operasi (14,7%) menggunakan didapatkan hasil signifikan yang berarti alat
spidol permanent. Pada operasi mata yang digunakan untuk penandaan operasi
sebanyak 9 operasi (26,5%) menggunakan dipengaruhi oleh jenis operasi yang dilakukan.
spidol yang sesuai dengan SPO (Standar

3. Karakteristik Responden Wawancara


Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Umur
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|9

31 - 40 tahun 2 33,33%
41 - 50 tahun 3 50%
>51 tahun 1 16,67%
Jenis kelamin
Laki-laki 6 100%
Perempuan 0 0%
Lama bekerja
1 5 tahun 2 33,33%
6 10 tahun 1 16,67%
11 15 tahun 2 33,33%
16 20 tahun 0 0%
21 25 tahun 1 16,67%
Tingkat Pendidikan
D3 1 16,67%
Spesialis 5 83,33%
Tempat bekerja
Selain RS PKU Muh Unit II 6 100%

a. Umur Berdasarkan hasil wawancara


Berdasarkan hasil wawancara terhadap 6 responden didapatkan responden
didapatkan respponden terbanyak berusia 41- terbanyak tingkat pendidikannya adalah
50 tahun. Semakin meningkatnya umur akan spesialis. Pendidikan yang dimiliki responden
meningkat pula kedewasaan/kematangan termasuk tinggi. Makin tinggi pendidikan
secara teknis dan psikologis, serta semakin seseorang makin banyak pula pengetahuan
mampu melakukan tugasnya (Siagan, 2006). yang dimiliki. Semakin tinggi pendidikan
b. Jenis kelamin seseorang maka semakin besar keinginan
Berdasarkan hasil wawancara, semua memanfaatkan pengetahuan dan
responden berjenis kelamin laki-laki. Jenis keterampilannya (Siagan, 2006).
kelamin antara laki-laki dan perempuan secara e. Tempat bekerja
umum tidak menunjukkan perbedaan yang Dari hasil wawancara didapatkan
berarti dalam hal produktivitas bekerja. hasil bahwa semua responden selain bekerja di
c. Lama bekerja RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Dari hasil penelitian didapatkan lama juga bekerja di tempat lain yakni semuanya di
bekerja terbanyak selama 11-15 tahun. RS PKU Muhammadiyah Unit I Yogyakarta.
d. Tingkat Pendidikan

4. Hasil Wawancara
a. Tabel 4.17 Matrix Wawancara Evaluasi Penandaan Operasidi Ruang Operasi RS PKU Muhammadiyah Unit II
Yogyakarta
Coding Sub Tema Tema
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|10

Evaluasi Penandaan - Semua pelaksana operasi - Definisi penandaan operasi Evaluasi pelaksanaan
Operasi (Site mengetahui dan memahami - Komponen yang penandaan operasi (site
Marking) di Ruang penandaan operasi berpengaruh pada marking) di ruang
Operasi RS PKU - Pelaksanaan penandaan penandaan operasi operasi RS PKU
Muhammadiyah operasi bagian dari komponen - Tujuan penandaan operasi Muhammadiyah Unit II
Unit II Yogyakarta Patient Safety, komponen - Manfaat dan keuntungan Yogyakarta sudah
penandaan operasi, penandaan operasi berkembang dan berjalan
komponen Surgical Safety - Dasar penandaan operasi dengan baik namun
Checklist, dan komponen pre - Dampak penandaan operasi belum maksimal sesuai
op visite - Indikator penandaan operasi SPO yang berlaku
- Penandaan operasi untuk - Implementasi penandaan
menghindari malpraktek dan operasi
kejadian sentinel
- Adanya keuntungan, pengaruh
baik, dan manfaat yang
didapatkan dari pelaksanaan
penandaan operasi
- Pelaksanaan penandaan
operasi berdampak pada
kepuasan pasien dan
mempengaruhi mutu
pelayanan ruang operasi
- Pelaksanaan penandaan
operasi dilakukan berdasarkan
indikasi operasi, teori operasi,
ilmu, peraturan, dan akreditasi
rumah sakit
- Tempat pelaksanaan
penandaan operasi dan alat
yang digunakan untuk
penandaan operasi sebagian
belum sesuai dengan SPO
- Bentuk penandaan operasi
seluruhnya sudah sesuai
dengan SPO
- Pelaksanaan penandaan
operasi di RS PKU
Muhammadiyah Unit II
Yogyakarta sebagian sudah
sesuai dengan SPO
- Pelaksanaan penandaan
operasi di RS PKU
Muhammadiyah Unit II
Yogyakarta sudah
berjalan,namun belum sesuai
dengan standar yang berlaku

b. Tabel 4.18 Matrix Wawancara Ketepatan Lokasi, Ketepatan Prosedur, dan Ketepatan Pasien Pada Pelaksanaan
Penandaan Operasi di Ruang Operasi RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Coding Sub Tema Tema
Ketepatan Lokasi, - Melakukan verifikasi identitas - Pelaksana verifikasi identitas Pelaksanaan penandaan
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|11

Ketepatan pre operasi dengan tepat akan pasien pre operasi operasi (site marking) di
Prosedur, dan membuat lebih percaya diri - Cara pelaksanaan prosedur ruang operasi RS PKU
Ketepatan Pasien - Pelaksanaan penandaan tepat lokasi, tepat prosedur, Muhammadiyah Unit II
Pada Pelaksanaan operasi memerlukan dan tepat pasien operasi Yogyakarta untuk
Penandaan Operasi komunikasi langsung dengan - Manfaat pelaksanaan menentukan ketepatan
(Site Marking) di pasien saat pasien masih penandaan operasi dengan lokasi, ketepatan
Ruang Operasi RS tersadar tepat lokasi, tepat prosedur prosedur, dan ketepatan
PKU - Kelancaran dan keakuratan dan tepat pasien operasi pasien
Muhammadiyah proses operasi ditentukan oleh
Unit II Yogyakarta tepat lokasi, tepat pasien, dan
tepat prosedur
- Pelaksanaan tepat lokasi, tepat
pasien, dan tepat prosedur
untuk menghindari kesalahan
operasi dan berpengaruh pada
operasi organ dengan dua sisi
- Adanya formulir penandaan
operasi yang berfungsi untuk
verifikasi identitas pasien,
penolakan penandaan operasi,
dan sebagai bukti komunikasi
pasien dengan operator
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|12

c. Tabel 4.19 Matrix Wawancara Kendala atau Kerugian Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Penandaan Operasi
di Ruang OperasiRS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
Coding Sub Tema Tema
Kendala atau - Membutuhkan waktu yang - Logistik yang kurang Kendala atau kerugian
Kerugian Yang lebih untuk komunikasi maksimal yang dihadapi rumah
Dihadapi Dalam dengan pasien - SDM (Sumber Daya sakit dalam pelaksanaan
Pelaksanaan - Spidol penanda operasi yang Manusia) yang kurang penandaan operasi (site
Penandaan Operasi habis atau bahkan tidak maksimal marking) di ruang operasi
(Site Marking) di tersedia di bangsal - Efektifitas waktu yang kurang RS PKU Muhammadiyah
Ruang Operasi RS - Sudah dilakukan penandaan maksimal Unit II Yogyakarta yaitu :
PKU operasi namun hilang - Budaya dan perilaku dari Logistik
Muhammadiyah - Membutuhkan spidol penanda pihak yang terkait tidak SDM (Sumber Daya
Unit II Yogyakarta yang waterproof efektif dalam pelaksanaan Manusia)
- Penandaan operasi dilakukan penandaan operasi Pasien
di ruang operasi karena tidak - Adanya faktor pasien yang Waktu
sempat dan terburu-buru mempengaruhi penandaan Biaya
- Penandaan operasi tidak operasi SPO (Standar Prosedur
dilakukan karena sudah - Adanya dampak negatif dari Operasional) yang
tertandai pada kasus tertentu proses pelaksanaan belum maksimal
- Penandaan operasi dilakukan penandaan operasi
di poliklinik karena pasien - SPO yang membutuhkan
One Day Care perubahan sesuai standar
- Satu spidol penanda untuk yang berlaku
satu pasien
- Menambah biaya penggunaan
spidol penanda operasi pada
pasien dan BPJS belum tentu
menyetujuinya
- Dampak negatif yaitu
menambah beban kerja tim
ruang operasi untuk
mengingatkan operator untuk
melakukan penandaan
- SPO yang belum maksimal
- Pelaksanaan penandaan
operasi membutuhkan
kesadaran dari pihak yang
terkait
- Masih ada beberapa operator
yang belum terbiasa
- Pelaksanaan penandaan
operasi hampir tidak efektif
untuk merubah perilaku dan
budaya pihak yang terkait
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|13

d. Tabel 4.20 Matrix Rekomendasi Pelaksanaan Penandaan Operasi di Ruang Operasi RS PKU Muhammadiyah
Unit II Yogyakarta
Coding Sub Tema Tema
Rekomendasi - Pelaksanaan penandaan - Membutuhkan perubahan Rekomendasi
Pelaksanaan operasi membutuhkan budaya dan perilaku dari pelaksanaan penandaan
Penandaan Operasi kesadaran dari pihak yang pihak-pihak yang terkait operasi (site marking) di
(Site Marking) di terkait - Melaksanakan penandaan ruang operasi RS PKU
Ruang Operasi RS - Mengkampanyekan dan operasi sesuai dengan SPO Muhammadiyah Unit II
PKU mensosialisasikan pentingnya yang berlaku Yogyakarta yaitu:
Muhammadiyah penandaan demi keselamatan - Melakukan perubahan pada Kampanye dan
Unit II Yogyakarta pasien SPO sesuai dengan standar sosialisasi mengenai
- Meningkatkan keselamatan yang berlaku (pada tempat pentingnya
pasien demi meningkatkan pelaksanaan dan operasi penandaan operasi
mutu pelayanan rumah sakit yang memerlukan Peubahan budaya dan
- Harapannya penandaan penandaan) perilaku
operasi dapat sepenuhnya - Meningkatkan mutu Perubahan SPO yang
dilakukan di ruang bangsal pelayanan ruang operasi sesuai dengan standar
- Upaya lebih lanjut sesuai dalam hal penandaan Perbaikan logistik,
dengan standar operasi demi meningkatnya SDM dan efektifitas
- Membutuhkan perubahan mutu pelayanan rumah sakit waktu
pada SPO yang sesuai dengan
standar yang berlaku (tempat
pelaksanaan dan operasi yang
memerlukan penandaan)

1. Evaluasi Pelaksanaan Penandaan Operasi (Site untuk dilakukan penandaan yaitu seperti pada
Marking) di Ruang Operasi RS PKU kasus pre endoskopi, kasus emergency (darurat),
Muhammadiyah Unit II Yogyakarta cateterisasi jantung, prosedur operasi yang
Berdasarkan hasil observasi kepada 62 melewati garis midline tubuh, operasi gigi, operasi
responden, jenis operasi yang dilakukan selama membran mukosa, perineum, ovarium, kulit
penelitian ada 6 operasi yaitu operasi bedah infeksius, operasi pada bayi atau neonatus, pada
mulut, bedah umum, mata, obsgin, ortopedi, dan bayi prematur, dan pada operasi mata atau THT
THT dengan jumlah terbanyak 27 operasi yaitu menggunakan tanda yang mendekati area yang
operasi bedah umum. akan dilakukan operasi (High 5S,2012).
Dari hasil pelaksanaan penandaan Dari 41 responden yang perlu dilakukan
operasipada 62 responden didapatkan hasil 41 penandaan operasi didapatkan 34 operasi
responden yang perlu dilakukan penandaan dilaksanakan penandaan operasi dan 7 operasi
operasi dan 21 operasi yang tidak perlu dilakukan tidak dilaksanakan penandaan operasi. Jenis
penandaan operasi. Jenis operasi yang operasi yang perlu dilakukan penandaan operasi
memerlukan penandaan operasipada penelitian dan dilaksanakan penandaan operasi yaitu operasi
ini adalah operasi bedah umum, operasi mata, bedah umum dan operasi mata. Jenis operasi yang
dan operasi ortopedi. Dari hasil tersebut perlu dilakukan penandaan operasi dan tidak
dilakukan wawancara terhadap operator dilaksanakan penandaan operasi yaitu operasi
(pelaksana operasi). Operasi yang dilakukan ada bedah umum dan ortopedi.
beberapa kasus dan hampir semua kasus Dari 34 operasi yang perlu dilakukan
operasinya adalah kasus bilateral (dua sisi) penandaan operasi dan dilaksanakan diantaranya
sehingga dilakukan penandaan operasi. Hal ini 12 operasi bedah umum dan 22 operasi mata.
sudah sesuai dengan Panduan Penandaan Area Dari hasil wawancara penandaan operasi
Operasi (2014) bahwa penandaan operasi dilakukan pada kasus dua sisi atau bilateral.
dilakukan pada organ yang memiliki dua sisi yaitu Pada operasi mata harus dilakukan
kanan dan kiri, multiple structures (jari tangan, jari penandaan karena termasuk kasus bilateral.
kaki), multiple level (operasi tulang belakang, Menurut Guide to Surgical Site Marking (2012)
cervical, thorax, lumbal, dll) dan multiple tese operasi mata memerlukan perhatian khusus
yang pekerjaannya bertahap. dalam memberikan penandaan lokasi operasi.
Jenis operasi yang tidak memerlukan Berdasarkan Patient Safety Advisory (2005)
penandaan operasi pada penelitian ini adalah menyebutkan bahwa pada operasi mata
operasi bedah mulut, operasi THT, dan operasi penandaan lokasi operasi saja tidak cukup karena
obsgin. Operasi yang memang tidak diindikasikan
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|14

pada operasi mata penandaan dilakukan pada (pelaksana operasi), dan pihak yang diberi
dahi di atas mata. pendelegasian (perawat bedah) yang mengikuti
Peneliti mengamati bahwa penandaan proses operasi. Berdasarkan penjelasan diatas,
area operasi pada bedah umum banyak dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksana penandaan
pada sisi lateral seperti pada operasi hernia, atau operasi 100% sudah sesuai dengan SPO yang
pada operasi tumor. Ini sesuai dengan Guide to berlaku.
Surgical Site Marking (2012) yang menyebutkan Dari hasil observasi didapatkan bentuk
organ simple visceral seperti saluran pencernaan, penandaan operasi yang dilakukan operator
lambung, dan appendiks tidak memerlukan dengan menggunakan tanda lingkaran/bulat pada
penandaan lokasi operasi. Keuntungan penandaan 7 operasi bedah umum dan menggunakan tanda
operasidapat mempercepat tindakan operasi dan checklist/centang pada 5 operasi bedah umum
membantu kesuksesan operasi. Selain keuntungan serta 22 operasi mata. Hal ini sudah sesuai dengan
yang disebutkan diatas, salah satu pengaruh prosedur yang berlaku yaitu gunakan tanda yang
penandaan operasi terhadap pasien adalah dapat telah disepakati, yaitu dengan menggunakan tanda
memperkecil luka sayatan, sehingga bekas luka panah, atau tanda checklist (Panduan Penandaan
operasi lebih minimal (alasan kosmetik). Area Operasi, 2014).Berdasarkan hasil tersebut
Operator telah melakukan penandaan disimpulkan bahwa bentuk penandaan operasi
operasisesuai dengan pemahaman mengenai 100% sudah sesuai dengan SPO yang berlaku.
definisi dan komponen dari proses penandaan Dari hasil observasi didapatkan
operasi. Memahami tentang Patient Safety, dan penandaan operasi dilakukan di ruang operasi
melakukan penandaan operasi sesuai dengan pada 3 operasi bedah umum, ruang bangsal pada
indikasi kasus operasi seperti yang dijelaskan 9 operasi bedah umum dan poliklinik pada 22
diatas.Pemahaman tersebutsesuai dengan definisi operasi mata. Menurut Universal Protokol
patient safety untuk mengurangi resiko Penandaan Lokasi Operasi Sesuai WHO (2009)
kesalahanlokasi operasi yang merupakan bahwa penandaan area operasi seharusnya
malpraktek dan kejadian sentinel. Penandaan dilakukan di bangsal sebelum pasien dibawa ke
operasi sendiri merupakan bagian dari pre op ruang operasi dan mendapatkan pre medikasi
visite. Pelaksanaan penandaan ini memperoleh sedative yaitu pasien dalam keadaan sadar.
beberapa keuntungan serta manfaat Penandaan lokasi operasi ini menurut Guide To
yangmempunyai pengaruh baik terhadap hasil Surgical Site Marking (2012) harus melibatkan
operasi. Diantaranya dengan menggunakan dokter bedah, pasien dan keluarga. Penandaan
penandaan operasi, operator merasa lebih aman dilakukan sebelum pasien berada di kamar
dan lebih percaya diri dalam proses operasi. operasi (Panduan Penandaan Area Operasi,
Selain itu operator lebih dapat komunikatif 2014). Namun dalam hal ini, terjadi ketidak
dengan para pasien dalam pelaksanaan sesuaian antara standar yang berlaku dengan
penandaan. SPOyang ada di rumah sakit.
Dari 7 operasi yang perlu dilakukan Pada operasi mata yang sebagian
penandaan operasi dan tidak dilaksanakan dilakukan di poliklinik mata. Pelaksanaan
diantaranya 3 operasi bedah umum dan 4 operasi penandaan operasi pada operasi mata ini
ortopedi. Dari hasil wawancara penandaan tidak seharusnya dilakukan di ruang rawat inap atau
dilakukan karena operator sudah menggunakan pada pasien rawat jalan dapat langsung dilakukan
tanda spalk sebagai penandaan operasi. di ruang persiapan akan tetapi ada pelaksanaan
Penandaan operasi yang seharusnya dilakukan penandaan operasiyang kurang tepat contohnya
namun tidak dilakukan, dapat menyebabkan pelaksanaan operasi katarak dan penandaan
kejadian sentinel. Termasuk kejadian sentinel operasi dilakukan di poliklinik sesaat sebelum
diantaranya kematian yang tidak diharapkan, operasi dimulai karena semua operasi katarak
operasi pada sisi yang salah, prosedur yang salah, pasiennya One Day Care (Perawatan satu hari)
pasien yang salah (Depkes RI, 2006 & KKP-RS, tanpa rawat inap, dan premedikasi dilakukan saat
2008; Depkes RI, 2011).Berdasarkan hasil diatas di poliklinik. Seharusnya dilakukan di ruang pre
disimpulkan 55% jenis operasi yang dilakukan operasi sehingga dapat dilakukan serangkaian
penandaan, sudah sesuai dengan SPO (Standar tindakan verifikasi pasien dahulu. Berdasarkan hal
Prosedur Operasional) yang berlaku. tersebut dapat disimpulkan bahwa tempat
Dari hasil observasi, didapatkan pelaksanaan penandaan operasi 35,3 % sudah
pelaksana penandaan operasi pada 12 operasi sesuai dengan SPO yang berlaku.
bedah umum semua dilakukan oleh operator. Dari hasil observasi 7 operasi bedah
Pada operasi mata, 9 operasi dilakukan umum dan 9 operasi mata ditandai dengan spidol
penandaan operasi oleh perawat, dan 13 lainnya khusus penanda operasi lalu 5 operasi bedah
dilakukan oleh co-ass mata. Menurut Panduan umum dan 13 operasi mata. Penandaan dengan
Penandaan Area Operasi (2014) dan High 5S spidol permanent pada operasi bedah
(2012), yang berhak melakukan penandaan dikarenakan spidol yang digunakan khusus untu
operasi (site marking) adalah dokter operator menadai tidak ada di ruang bangsal. Logistik yang
(pelaksana operasi), asisten dokter operator tidk tersedia menjadi kendala sehingga dilakukan
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|15

dengan spidol permanen. Pada operasi mata prosedur, sebelum anestesi, dan sebelum
setelah dilakukan wawncara dalam delegasi dilakukan tindakan insisi dan yang terakhir
dilakukan dengan menggunakan spidol khusus, memasastikan kelengkapan pemeriksaan
namun dalam implementasinya, dilakukan dengan penunjang (Panduan Penandaan Area Operasi,
spidol permanen. Hal ini tidak sesuai seperti yang 2014). Dari hasil penelitian disimpulkan semua
dijelaskan dalam Panduan Penandaan Area pelaksanaan penandaan operasi 100% tepat pasien
Operasi (2014) bahwa penandaan dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku.
dengan spidol hitam (anti luntur, anti air) atau 3. Kendala atau Kerugian Yang Dihadapi Rumah
spidol khusus untuk site marking dan tetap terlihat Sakit Dalam Pelaksanaan Penandaan Operasi
walaupun sudah diberi desinfektan. Berdasarkan (Site Marking)di Ruang Operasi RS PKU
penjelasan diatas disimpulkan bahwa alat yang Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
digunakan dalam penandaan operasi 47% sudah Dari hasil penelitian didapatkan
sesuai dengan SPO yang berlaku. beberapa kendala yang ditemukan dalam
2. Ketepatan Lokasi, Ketepatan Prosedur dan pelaksanaan penandaan operasi. Diantaranya
Ketepatan Pasien Pelaksanaan Penandaan mengenai logistik (alat penanda operasi), SDM
Operasi (Site Marking) di Ruang Operasi RS (Sumber Daya Manusia), pasien, waktu, biaya, dan
PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta SPO (Standar Prosedur Operasional).
Dari hasil observasi didapatkan cara Dari segi logistik, ada beberapa kendala
pelaksanaan penandaan operasidari 34 responden yaitu tidak membawa spidol penanda waktu visite
yang dilakukan penandaan operasi, semua karena spidol tidak ada, waktu visite yang singkat,
dilakukan dengan benar sesuai dengan tahapan- spidol penanda habis, spidol penanda tidak
tahapan pelaksanaan penandaan seperti yang waterproof, satu spidol untuk satu pasien. Karena
disebutkan dalam High 5S (2012) yaitu itu ada sebagian operasi yang ditandai dengan
penandaan operasidilakukan setelah tersedia spidol yang tidak sesuai dengan SPO (Standar
kelengkapan dokumen pre operasi seperti Prosedur Operasional). Pada saat visite operator
informed consent, hasil pemeriksaan (pelaksana operasi) tidak membawa spidol
laboratorium, rekam medis, hasil pemeriksaan penanda karena tidak tersedia dibangsal.
penunjang yang lain.Berdasarkan hal tersebut, Penandaan lokasi operasi harusnya dilakukan
dapat disimpulkan bahwa cara pelaksanaan biasanya menggunakan tip marker atau spidol
penandaan operasi 100% sudah dilakukan dengan hitam yang permanen dan tidak akan terhapus
benar sesuai dengan SPO yang berlaku. saat dilakukan drapping(WHO Guidelines for
Pelaksanaan penandaan sudah Safe Surgery, 2009). Semua operator
menggunakan tanda yang disepakati oleh rumah menyebutkan bahwa spidol yang digunakan satu
sakit yaitu bulat/lingkaran atau ceklist/centang. spidol hanya untuk satu pasien. Ini menjadi
Penandaan dilakukan tepat ditempat yang akan kendala bagi pihak rumah sakit, karena jika
dioperasi (pada kasus-kasus operasi bedah) dan diterapkan dengan sistem ini, akan menambah
khusus pada operasi mata dilakukan di area yang biaya (cost) penggunaan alat penandaan operasi
dekat dengan organ operasi. Dari hasil penelitian yang akan menjadi beban pada pihak pasien. Di
disimpulkan semua pelaksanaan penandaan sisi lain, pihak BPJS yang mengklaim biaya
operasi 100% tepat lokasi sesuai dengan SPO. operasi pasiennya belum tentu akan menyetujui
Tepat prosedur operasi merupakan hal ini. Seperti yang disebutkan oleh Pennsylvania
tahapan verifikasi yang harus dilakukan sebelum Patient Safety Advisory (2005), penulis mencatat
tindakan pembedahan dengan tahapan antara lain bahwa meskipun whiteboard pena kering
pertama menginformasikan kepada pasien dan mengandung konsentrasi alkohol yang lebih tinggi
keluar, kedua mendokumentasikan semua daripada spidol permanent, mereka menimbulkan
prosedur operasi, ketiga verifikasi dokumen risiko lebih besar untuk kontaminasi silang dari
informed consent, keempat mempersiapkan satu orang ke orang lain bila digunakan dalam
semua hasil laboratorium yang relevan, kelima waktu 10 menit antara pasien. Hal ini sesuai
mengecek tanda lokasi operasi, keenam verifikasi dengan hasil penelitian bahwa alat yang digunakan
rencana operasi, ketujuh verifikasi prosedur dalam penandaan operasi hanya 47% sesuai
operasi, kedelapan verifikasi posisi yang benar dengan SPO.
pada meja operasi dan terakhir verifikasi kesiapan Dari segi SDM ada beberapa sebab yaitu
alat (Panduan Penandaan Area Operasi, 2014). melakukan penandaan operasi langsung di
Dari hasil penelitian disimpulkan semua poliklinik karena pasien One Day Care, dan
pelaksanaan penandaan operasi 100% tepat masih ada beberapa SDM atau pihak yang terlibat
prosedur sesuai dengan SPO yang berlaku. belum terbiasa melakukan penandaan operasi
Tepat pasien merupakan prosedur sesuai SPO. Dari hasil observasi yang didapatkan,
pemastian ketepatan pasien sebelum dilakukan pada operasi ortopedi, dapat disimpulkan dari
tindakan pembedahan dengan tahapan pertama semua operasi sebagian memerlukan penandaan
melakukan identifikasi pasien (cross check), operasi, namun semuanya tidak dilakukan. Empat
kedua mencocokkan identitas tersebut dengan operasi ortopedi yang diteliti, sebagian tidak
rekam medis, ketiga identifikasi pasien dan dilakukan penandaan operasi pra bedah
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|16

dikarenakanlesi dapat dilihat kasat mata. hasil observasi pada operasi ortopedi, operator
Contohnya tindakan ortopedi seperti ORIF tidak menyebutkan bahwa penandaan operasi tidak
dilakukan penandaan karena luka fraktur dapat dilakukan karena sudah tertandai dengan spalk,
dilihat dengan perbedaan bentuk ekstremitas dan namun pada SPO tidak disebutkan lebih khusus
pada daerah yang akan dioperasi. Dapat terlihat mengenai hal tersebut sehingga pelaksanaan
pada daerah yang akan dioperasi telahterpasang penandaan operasi menjadi tidak maksimal.
spalk, bebat ataupun arm sling (Siregar, 2014). Selain itu pada SPO tidak disebutkan tempat
Pada operasi yang lain, beberapa penandaan operasi secara khusus sehingga masih
penandaan dilakukan di poliklinik karena pasien ada beberapa operator yang melaksanakan di
ODC. Dari hasil wawancara, ini menjadi kendala ruang operasi (pada ruang pemulihan). Hal ini
karena tidak sesuai SPO. Belum sepenuhnya sesuai dengan tempat pelaksanaan penandaan
tercipta kesadaran dari pihak yang terkait dengan operasi 35,3% dilakukan sesuai SPO yang
penandaan operasi yaitu dari pihak Direksi hingga berlaku.
pihak pelaksana langsung. Perilaku dan budaya 4. Rekomendasi Pelaksanaan Penandaan Operasi
yang belum terbiasa untuk melakukan penandaan (Site Marking) di Ruang Operasi RS PKU
operasi menjadi salah satu kendala. Sehingga Muhammadiyah Unit II Yogyakarta
berdampak kepada ruang operasi dan tim operasi Dari hasil wawancara disimpulkan
untuk mengingatkan kembali bagi operator untuk beberapa rekomendasi untuk pelaksanaan
mengecek atau melakukan penandaan operasi jika penandaan operasi (site marking) di ruang operasi
belum dilakukan. Menurut salah satu responden RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.
wawancara yang bertugas di ruang operasi, kendala Antara lain rumah sakit membutuhkan kesadaran
tersebut menghambat kinerja ruang operasi. Maka dari semua pihak yang terkait dalam proses
dari itu, diperlukan beberapa perubahan untuk penandaan operasi yaitu Direktur, Supervisor,
memaksimalkan SPO. Komite Medik, Kamar Operasi, dan Pelaksana
Hasil lain yang didapatkan peneliti Penandaan Operasi. Pihak rumah sakit akan
mengenai kendala yaitu, adanya penandaan yang selalu membantu dan bekerja sama dengan pihak
tidak dilakukan dikarenakan operator yang terkait melalui kampanye-kampanye dan
membutuhkan waktu yang lebih untuk sosialisasi mengenai pentingnya penandaan
komunikasi dengan pasien. Sehingga verifikasi operasi untuk meningkatkan mutu pelayananan
yang dilakukan menjadi lebih lama, yang rumah sakit terutama mutu pelayanan ruang
membuat kerugian dalam hal waktu karena operasi yang sesuai dengan SPO (Standar
operator melakukan tugas lain seperti visite Prosedur Operasional). Diharapkan pelaksanaan
pasien, praktek di poliklinik dan operasi pasien penandaan operasi sesuai dengan SPO yang
yang selanjutnya. Sehingga operator merasa waktu berlaku demi meningkatkan keselamatan pasien
untuk visite kurang, dan dalam melakukan guna mencegah terjadinya kejadian sentinel
penandaan menjadi tidak maksimal, atau bahkan atapun kesalahan lokasi operasi yang
tidak melakukan penandaan sama sekali. Hal ini menyebabkan malpraktek atau kerugian pada
sesuai dengan hasil penelitian bahwa jenis operasi pasien dan rumah sakit. Selain itu menciptakan
yang dilakukan penandaan hanya 55% sesuai budaya yang lebih efektif dalam menjalankan
dengan SPO. penandaan operasi.
Kendala lain yang dihadapi oleh pihak Perubahan SPO yang menjadi lebih
rumah sakit adalah para pasien yang sudah lengkap dan lebih jelas sesuai standar
dilakukan penandaan operasi, tanda yang internasional kepada pihak-pihak yang terkait
digambar hilang. Kemungkinan bisa dikarenakan dengan pelaskanaan penandaan operasi harus
keringat, atau pasien menggosoknya sampai hilang sering dilakukan sehingga pelaksanaan penandaan
saat mandi dan bisa dikarenakan alkohol. operasi diharapkan akan semakin berkembang
Penandaan operasi dilakukan dengan spidol dan menuju angka yang maksimal guna menjaga
khusus yang permanen dengan melingkari daerah mutu pelayanan rumah sakit. Perlu dilakukan
yang akan dibedah. Diharapkan penandaan yang pengembangan atau pelatihan yang mendukung
telah dibuat tidak cepat pudar dikarenakan dalam penandaan operasi untuk mencapai patient safety
proses pembedahan nanti akan dilakukan dan safe surgery.
desinfeksi yang memungkinkan tanda penandaan Perbaikan logistik (spidol penandaan)
operasi menjadi pudar bahkan hilang (JCI, 2007). yang tepat waktu dan merata untuk semua ruang
Pasien perlu mendapatkan edukasi lebih lengkap bangsal. Pengecekan logistik berkala sehingga
mengenai tanda yang digambar sehingga tidak tidak terjadi keterlambatan pengiriman atau
terhapus sampai operasi akan dilakukan. kekosongan logistik. Usulan untuk perencanaan
SPO yang belum sesuai dengan standar penggunaan spidol untuk satu pasien sesuai
yang berlaku juga menjadi kendala dalam dengan standar penggunan spidol yang berlaku.
pelaksanaan penandaan operasi. Dari hasil Diperlukan perubahan dalam hal waktu untuk
wawancara beberapa poin dalam SPO. Masih melakukan penandaan operasi sehingga menjadi
belum banyak dimengerti oleh pihak yang terkait leih efektif dan maksimal. Dan edukasi kepada
dengan penandaan operasi. Hal ini sesuai dengan
Jurnal Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakit Vol.2 No. 2 Juli 2016|17

pasien perlu dilakukan lebih dalam untuk 4. Patient Safety Advisory. (2005). PA-Pennsylvania
menghindari tanda yang terhapus oleh pasien. Patient Safety Reporting System Patient Safety
Advisory Vol. 2 No. 1. Pennsylvania
KESIMPULAN 5. World Health Organization. 2009. WHO
1. Pelaksanaan penandaan operasi di ruang operasi Guidelines for Safe Surgery: Safe Surgery Saves
RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta 73% Lives. WHO. Geneva
sudah berjalan dan berkembang sesuai dengan 6. World Health Organization. 2009. Surgical Safety
SPO. Checklist. Januari 2009. www.npsa.nhs.uk/advice
2. Pelaksanaan penandaan operasi di ruang operasi 7. Joint Commission (JC) Guidelines. Guidelines for
RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta Implementation of the Universal Protocol for the
sudah sesuai dengan kepastian ketepatan lokasi, Prevention of Wrong Site, Wrong Procedure and
ketepatan prosedur, dan ketepatan pasien. Wrong Person Surgery.
3. Kendala atau kerugian dalam pelaksanaan http://www.ahrq.gov/downloads/pub/advances/vol
penandaan operasiyaitu logistik, SDM (Sumber 3/Ludwick.pdf
Daya Manusia), pasien, waktu dan biaya, serta 8. Joint Commission International. 2007.
SPO. Accreditation standards for hospitals 3rd edition
4. Rekomendasi RS PKU Muhammadiyah Unit II standards only international patient safety goal.
Yogyakarta dalam pelaksanaan penandaan operasi Januari 2014.
yaitu : http://www.jointcommissioninternational.org
a. Sosialisasi dan kampanye mengenai 9. World Health Organization. 2008. World
pentingnya penandaan operasibagi seluruh guidelines for safe surgery first edition. Diperoleh
pihak yang terkait tanggal 21 Januari 2014 dari
b. Menciptakan budaya yang lebih efektif http://www.who.int/patientsafety/safesurgery/tools-
c. Perubahan SPOyang lebih maksimal resources/9789241598552/en/
d. Perbaikan logistik (pengecekan berkala, tepat 10. Haynes AB, Weiser TG, Berry W.R, et al. (2009)
waktu, dan merata) A Surgical Safety Checklist to Reduce Morbidity
e. Usulan perencanaan penggunaan spidol and Mortality in a Global Population. The New
untuk satu pasien England Journal of Medicine ,360(5) January 29,
f. Efekitfitas waktu dalam pelaksanaan pp. 491-99
penandaan operasi. 11. Siregar R, et. al (2014). Analisis Pelaksanaan
g. Edukasi kepada pasien Marking Pra Bedah Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru (Skripsi). Universitas Riau.
DAFTAR PUSTAKA Hidayat S. 2015. Gambaran Pelaksanaan
1. Guide To Surgical Site Marking. Penandaan Lokasi Operasi pada Pasien Pre
(2012).Guidelines for Implementation of the Operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP dr.
Universal Protocol for the Prevention of Wrong Sardjito Yogyakarta (Skripsi). Sekolah Tinggi Ilmu
Site, Wrong Procedure and Wrong Person Kesehatan Aisyiyah. 2015
Surgery. Joint Commission (JC) Guidelines
2. RSKB. Panduan Penandaan Area Operasi (2014)
3. High 5S. 2012. Guide To Surgical Site Marking
Performance of Correct Procedure at Correct
Body Site: Correct Site Surgery. HAS. CEPRAL.

You might also like