You are on page 1of 10

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.

1, Maret 2017, hal 56-64


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI: 10.7454/jki.v20i1.348

SUPERVISI KEPALA RUANG MODEL PROCTOR UNTUK


MENINGKATKAN PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN

Sri Hananto Ponco Nugroho1* , Untung Sujianto2

1. Program S1Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan, Lamongan 62200, Indonesia


2. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang 50275, Indonesia

*Email: hanantoponco@yahoo.com

Abstrak

Insiden terkait keselamatan pasien semakin meningkat, sehingga diperlukan penanganan akurat. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh supervisi kepala ruang model Proctor terhadap pelaksanaan keselamatan pasien. Rancangan
penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan pre and post test control group. Teknik pengambilan sampel
menggunakan proportional sampling, dengan sampel 88 perawat pelaksana. Sebelum dan sesudah penerapan supervisi
kepala ruang model Proctor, perawat pelaksana diobservasi pelaksanaan keselamatan pasien. Analisa data meng-
gunakan Mann-Whitney menunjukkan ada pengaruh supervisi kepala ruang model Proctor terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien (p= 0,000). Fungsi normatif, formatif dan restoratif dalam supervisi model Proctor, berfokus pada
monitoring evaluasi kualitas pelayanan. Supervisi kepala ruang model Proctor dapat diaplikasikan sebagai salah satu
solusi untuk meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien.

Kata kunci: keselamatan pasien, supervisi proctor

Abstract

Headroom Supervision Proctor Model to Improve the Implementation of Patient Safety. Incident related to patient
safety has increased and it is needed an accurate handling. This study aimed to determine the influence of headroom
supervision proctor model to the implementation of patient safety. The design was quasi experimental using pre and
post test control group. Proportional sampling was used as the sampling technique and the sample obtained was 88
nurses. Before and after the application of headroom supervision proctor model, all nurses were observed about the
implementation of patient safety. The data was analyzed using the Mann-Whitney test and showed that there is influence
of headroom supervision proctor model to the implementation of patient safety (p= 0.000). Normative, formative and
restorative function in supervision proctor model focused on monitoring service quality. Headroom supervision proctor
model can be applied as a solution to improve the implementation of patient safety.

Keywords: patient safety, proctor supervision

Pendahuluan tiap sasaran harus dilakukan sesuai dengan


kebutuhan dan keadaan rumah sakit sehingga
Keselamatan pasien merupakan prioritas yang memberikan solusi nyata dalam mewujudkan
utama dalam pelayanan kesehatan dan pelayan- pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien
an keperawatan sekaligus aspek paling penting (KARS, 2012).
dari manajemen yang berkualitas. Sasaran ke-
selamatan pasien merupakan syarat untuk di- Data dari beberapa penelitian menyatakan
terapkan di semua rumah sakit yang diakre- bahwa insiden keselamatan pasien semakin
ditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit meningkat. Data insiden keselamatan pasien di
(KARS). Maksud dari sasaran keselamatan Minnesota Hospital Woshinton DC meningkat
pasien adalah melaksanakan secara spesifik dari 305 laporan pada tahun 2010 menjadi 316
terkait keselamatan pasien. Implementasi tiap- laporan pada 2011. Berdasar jumlah tersebut
Ponco, et al., Supervisi Kepala Ruang Model Proctor Meningkatkan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 57

diantaranya kejadian pasien jatuh sebanyak 71 berian obat, dan permasalahan komunikasi oleh
laporan, kesalahan pada prosedur invasif atau perawat.
pembedahan 24 laporan (Stieger, 2012). Data
lain, insiden keselamatan pasien di Canterbury Bukti penelitian menunjukkan bahwa upaya
New Zealand selama tahun 2009/2010 terdapat untuk meningkatkan pelaksanaan keselamatan
378 laporan dengan rincian yaitu kesalahan pasien salah satunya melalui supervisi. Salah
pasien 5 laporan, kesalahan peralatan 9 laporan, satu hasil penelitian menyatakan bahwa upaya
kesalahan terkait manajemen 126 laporan, ke- peningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
salahan pengobatan 17 laporan, pasien jatuh melalui supervisi klinis akan meningkatkan
130 laporan, pasien kabur 3 laporan, serangan keselamatan pasien (Kennedy, Lingard, Baker,
fisik 1 laporan, kejadian infeksi 8 laporan, Kitchen, & Regehr, 2007). Hasil penelitian
lain-lain 15 laporan (Todd, 2010). lainnya menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara supervisi dengan pelaksanaan kesela-
Data keselamatan pasien di Indonesia sesuai matan pasien (Nur, 2013; Rumampuk, 2013).
Laporan Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS) tahun 2012 melaporkan bahwa Hasil penelitian Brunero dan Purbury (2006)
provinsi Jawa Timur menempati urutan ke- tentang efektifitas supervisi keperawatan me-
jadian ketiga terbanyak setelah Banten dan lalui evidenced based literatur review me-
DKI Jakarta dengan 88 laporan. Data berdasar nyatakan supervisi yang paling efektif adalah
tipe insiden: medikasi sebanyak 151 laporan, supervisi Proctor. Penelitian di Centro Hospital
prosedur klinik sebanyak 105 laporan, jatuh menemukan bahwa model supervisi akan me-
sebanyak 81 laporan, laboratorium sebanyak nentukan keberhasilan supervisi, salah satunya
43 laporan, dokumentasi sebanyak 40 laporan. yang efektif adalah model Proctor (Cruz,
Berdasarkan terjadinya insiden pada pasien: Carvalho, & Sousa 2012). Berdasarkan uraian
rawat inap 437 laporan, rawat jalan 64 pasien, di atas, apakah supervisi kepala ruang model
dan IGD 41 laporan (KKPRS, 2012). Hasil Proctor akan meningkatkan pelaksanaan ke-
penelitian Purwanto (2012) juga menyatakan selamatan pasien di instalasi rawat inap sebuah
penerapan keselamatan pasien oleh perawat Rumah Sakit di Kabupaten Lamongan.
masih belum optimal. Penelitian Dewi (2011)
di IRNA I RSUP Dr Sarjito Yogyakarta me- Metode
nemukan masih banyak perawat di rawat inap
kurang baik dalam menerapkan keselamatan Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif meng-
pasien yaitu sebesar 48%. gunakan rancangan penelitian quasi eksperi-
men dengan pendekatan pre and post test
Sebuah Rumah Sakit tipe B non pendidikan di control group. Sebelum kelompok intervensi
Kabupaten Lamongan mempunyai salah satu diberikan perlakuan maka dilakukan peng-
misi yaitu peningkatan mutu pelayanan ru- ukuran awal (pre test) pelaksanaan keselamat-
mah sakit melalui peningkatan pengetahuan, an pasien pada kelompok intervensi dan ke-
kemampuan, dan keterampilan sumber daya lompok kontrol untuk menentukan kemampu-
manusia. Hasil wawancara dengan Bidang Pe- an awal. Selanjutnya pada kelompok intervensi
layanan Keperawatan menyatakan rumah sakit diberikan perlakuan sesuai dengan yang di-
sudah menerapkan kebijakan keselamatan rencanakan, sedangkan pada kelompok kontrol
pasien namun dalam pelaksanaannya masih tidak dilakukan perlakuan. Perlakuan yang
belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih akan dilakukan pada penelitian ini adalah pe-
kurangnya pelaksanaan keselamatan pasien nerapan supervisi kepala ruang model Proctor.
yaitu cuci tangan oleh perawat, kejadian in- Selanjutnya dilakukan pengukuran akhir (post
feksi nosokomial, permasalahan pasien jatuh, test) pada kelompok intervensi dan kelompok
permasalahan dokumentasi, permasalahan pem- kontrol.
58 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal 56-64

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Kriteria eksklusi pada penelitian ini untuk
modul supervisi model Proctor dan lembar perawat pelaksana yaitu perawat yang sedang
observasi pelaksanaan keselamatan pasien, cuti atau sakit. Pelaksanaan Pengambilan sam-
telah dinyatakan lolos uji etik penelitian oleh pel dengan teknik proportional sampling.
Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Analisis data menggunakan Wilcoxon, Depen-
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dent t-test, Independent t-test, dan Mann-
Semarang. Instrumen penelitian juga sudah Whitney.
dilakukan uji expert. Lembar observasi pe-
laksanaan keselamatan pasien, sesuai Peratur- Hasil
an Menteri Kesehatan tentang keselamatan
pasien rumah sakit, yaitu ketepatan identifikasi Data karakteristik responden pada kelompok
pasien, komunikasi efektif, keamanan obat intervensi dan kelompok kontrol didapatkan
yang perlu diwaspadai, kepastian penandaan data mengenai umur, masa kerja, pendidikan,
lokasi, pencegahan resiko infeksi, dan pen- jenis kelamin, dan pelaksanaan keselamatan
cegahan resiko pasien jatuh (Menteri Kesehatan, pasien sebelum intervensi yang disajikan pada
2011). Tabel 1. Tabel 2 menunjukkan bahwa data
pelaksanaan keselamatan pasien antara se-
Penerapan supervisi model Proctor diawali belum dan sesudah penerapan supervisi model
dengan memberikan pelatihan kepada kepala Proctor pada kelompok intervensi (Wilcoxon)
ruang sehingga kepala ruang dapat melakukan dan kelompok kontrol (dependent t-test). Hasil
supervisi model Proctor sesuai standar sesuai analisis menunjukkan bahwa terdapat per-
modul yang sudah disiapkan. Tujuannya ada- bedaan yang bermakna pelaksanaan kesela-
lah kepala ruang dapat melaksanakan supervisi matan pasien sebelum dan sesudah perlakuan
model Proctor secara mandiri kepada perawat pada kelompok intervensi (p= 0,000, p< 0,05).
pelaksana pada ruangan yang dipimpinnya. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada
Proses pelatihan yang dilakukan adalah pem- perbedaan yang bermakna pelaksanaan ke-
berian materi di kelas dan demonstrasi selama selamatan pasien sebelum dan sesudah per-
tiga hari, pendampingan dan internalisasi se- lakuan (p= 0,318, p> 0,05).
lama tiga minggu. Keunggulan supervisi mo-
del Proctor diantaranya adalah proses evaluasi Data perbedaan pelaksanaan keselamatan pa-
yang ideal dari rencana kegiatan yang sudah sien antara kelompok intervensi dan kelompok
dilakukan, konsistensi, sarana branstorming atau kontrol sesudah penerapan supervisi model
diskusi yang baik, dan meningkatan kualitas Proctor disajikan dalam Tabel 3. Hasil analisis
pelayanan. menunjukkan bahwa ada perbedaan yang ber-
makna antara kelompok intervensi dan kelom-
Penelitian dilaksanakan di instalasi rawat inap pok kontrol sesudah diberikan intervensi su-
sebuah Rumah Sakit di Kabupaten Lamongan. pervisi model Proctor (p= 0,000, p< 0,05).
sebagai kelompok intervensi, dan di instalasi
rawat inap sebuah Rumah Sakit di Kabupaten Perbedaan pelaksanaan keselamatan pasien
Gresik sebagai kelompok kontrol. Jumlah sam- sesudah penerapan supervisi model Proctor
pel 88 perawat pelaksana (44 intervensi dan 44 disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis menyim-
kontrol). Kriteria inklusi dalam penelitian ini pulkan bahwa ada pengaruh supervisi kepala
untuk perawat pelaksana adalah bersedia men- ruang model Proctor terhadap pelaksanaan ke-
jadi responden, pendidikan minimal D3 Kepe- selamatan pasien di instalasi rawat inap sebuah
rawatan, bekerja minimal 1 tahun, telah meng- Rumah Sakit di Kabupaten Lamongan (p=
ikuti pelatihan/inhouse keselamatan pasien. 0,000, p< 0,05).
Ponco, et al., Supervisi Kepala Ruang Model Proctor Meningkatkan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 59

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Pengaruh Supervisi Kepala Ruang Model Proctor terhadap Pelaksanaan
Keselamatan Pasien

Kelompok Kelompok Uji


Variabel
Intervensi Kontrol Homogenitas
Umur
Mean 30,1 30,6
SD 4,3 3,2 0,642
Min-max 23-38 25-38

Masa kerja
Mean 5,1 6,0
SD 1,7 2,3 0,157
Min-max 2-10 2-12

Pendidikan, ∑ (%)
DIII Keperawatan 32 (72,7) 30 (68,2) 0,350
S1 Keperawatan 12 (27,3) 14 (31,8)
Jenis kelamin, ∑ (%)
Laki-laki 16 (36,4) 22 (50) 0,375
Perempuan 28 (63,6) 22 (50)
Pelaksanaan keselamatan pasien sebelum intervensi
Mean 15,9 14,9 0,313
SD 1,8 1,7
Min-max 13-20 10-18

Tabel 2. Pelaksanaan Keselamatan Pasien Sebelum dan Sesudah Penerapan Supervisi Model Proctor

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Variabel
Mean Min-Mak p Mean Min-Mak p
Sebelum 15,9 13-20 14,9 10-18
0,000 0,318
Sesudah 21,3 18-25 15,2 11-19

Tabel 3. Perbedaan Pelaksanaan Keselamatan Pasien Sesudah Penerapan Supervisi Model Proctor

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Variabel p
Mean Mean
Keselamatan Pasien
(Sesudah) 21,3 15,2 0,000

Tabel 4. Pengaruh Supervisi Kepala Ruang Model Proctor Terhadap Pelaksanaan Keselamatan Pasien

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Variabel p
Beda Mean Beda Mean
Pengaruh
Supervisi-Keselamatan Pasien 5,4 0,3 0,000
60 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal 56-64

Pembahasan rerata usia 40,3 tahun, akan patuh terhadap


menerapkan pedoman keselamatan pasien.
Data karakteristik responden pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sesuai Tabel Penyebab lain kurang baiknya pelaksanaan
1 dapat disimpulkan bahwa umur, masa kerja, keselamatan pasien disebabkan oleh masa
pendidikan, jenis kelamin, dan pelaksanaan kerja perawat yang masih kurang. Responden
keselamatan pasien sebelum intervensi adalah penelitian ini mempunyai rerata masa kerja
homogen, artinya responden kelompok in- 5,1 tahun pada kelompok intervensi, sedang-
tervensi dan kelompok kontrol mempunyai kan kelompok kontrol rerata 6 tahun. Hal ini
karakteristik dasar yang setara. diperkuat oleh hasil penelitian Anugrahini
yang menyatakan bahwa perawat yang patuh
Berdasarkan Tabel 2, pelaksanaan keselamat- dalam menerapkan keselamatan pasien jika
an pasien pada kelompok intervensi dan ke- rerata masa kerja 17,3 tahun (Anugrahini, et
lompok kontrol sebelum dan sesudah perlaku- al., 2010).
an memiliki nilai rerata (mean) <25 yang
artinya kurang baik. Dinyatakan kurang baik Hasil pelaksanaan keselamatan pasien yang
karena nilai pelaksanaan keselamatan pasien belum 100% optimal juga disebabkan oleh
harus mempunyai nilai maksimal yaitu 25 tingkat pendidikan perawat yang mayoritas
(100%). Hasil penelitian ini, sama dengan D3, baik pada kelompok intervensi maupun
hasil penelitian Purwanto (2012) di RS Haji kelompok kontrol. Pernyataan ini dikuatkan
dan RS Islam Jakarta, menunjukkan bahwa oleh hasil penelitian Dewi yang menyatakan
dari nilai maksimal 124 (100%), nilai rerata bahwa perawat dengan pendidikan S1 akan
perawat dalam melaksanakan keselamatan menerapkan keselamatan pasien secara baik
pasien kurang dari 124, yang artinya bahwa sebanyak 77,8%, dibandingkan dengan perawat
perawat kurang baik dalam melaksanakan yang berpendidikan D3 sebanyak 48,5%
keselamatan pasien. Dalam penelitian ini, (Dewi, 2011).
walaupun pelaksanaan keselamatan pasien
masih kurang baik tetapi pada kelompok in- Faktor lainnya yang menyebabkan pelaksana-
tervensi terjadi peningkatan rerata 5,4. an keselamatan pasien yang kurang baik
adalah motivasi perawat itu sendiri. Faktor
Pelaksanaan keselamatan pasien yang belum motivasi sangat penting karena dapat me-
100% optimal sebelum perlakuan disebabkan mengaruhi perilaku yang baik. Pendapat ter-
oleh faktor individu dan faktor psikologis. sebut diperkuat oleh penelitian Nur (2013)
Faktor individu meliputi umur, masa kerja yang menyatakan bahwa ada hubungan ber-
dan tingkat pendidikan, serta faktor psikologis makna antara motivasi dengan kinerja pe-
yaitu motivasi. rawat dalam menerapkan keselamatan pasien.

Umur responden dalam penelitian ini masih Hasil penelitian ini juga memperlihatkan
berusia muda yaitu rerata berusia 30,1 tahun bahwa belum semua responden kelompok
pada kelompok intervensi, dan pada kelom- intervensi mencapai nilai maksimal 25. Hal
pok kontrol 30,6 tahun, sehingga dapat me- ini menunjukkan bahwa merubah perilaku
mengaruhi pelaksanaan keselamatan pasien pelaksanaan keselamatan pasien membutuh-
yang kurang baik. Pernyataan ini dikuatkan kan waktu yang lama dan melibatkan semua
oleh hasil penelitian Anugrahini, Sahar, dan elemen dalam organisasi tidak hanya perawat.
Mustikasari (2010) yang menyatakan bahwa Dukungan organisasi dalam hal ini yaitu
perawat dengan rerata usia 34,4 tahun, akan pimpinan rumah sakit juga sangat penting
kurang patuh terhadap menerapkan pedoman dalam upaya menciptakan budaya kesela-
keselamatan pasien, sedangkan perawat yang matan pasien secara optimal di rumah sakit.
Ponco, et al., Supervisi Kepala Ruang Model Proctor Meningkatkan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 61

Penelitian ini kepala ruang melakukan super- Supervisi model Proctor memiliki beberapa
visi kepada perawat pelaksana selama tiga fungsi dalam melakukan pengarahan pada
minggu. Waktu 3 minggu memang masih ter- perawat yang disupervisi yaitu fungsi nor-
lalu dini untuk dapat menerima perubahan matif, formatif dan restoratif yang efektif
perilaku menjadi optimal seseorang dari yang diterapkan dalam pelayanan keperawatan.
tidak tahu menjadi tahu, yang akhirnya ber- Menurut peneliti, aplikasi fungsi normatif
dampak pada perubahan perilaku dalam mem- bermanfaat untuk mengembangkan perawatan
berikan pelayanan keselamatan pasien. Kepala pasien berkaitan dengan praktik keperawatan
ruang juga kemungkinan belum mengeluar- yang professional, fungsi formatif mening-
kan kemampuan supervisi dengan kemampu- katkan kesadaran diri melalui peran edukatif
an maksimal. sehingga dapat melaksanakan kegiatan pe-
layanan dengan memperhatikan keselamatan
Hasil analisis menyatakan terdapat perbedaan pasien, dan melalui aplikasi fungsi restoratif
hasil pelaksanaan keselamatan pasien antara yang dilakukan kepala ruang melalui pem-
sebelum dan sesudah perlakuan pada kelom- berian dukungan dan komunikasi efektif se-
pok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil hingga perawat dapat termotivasi untuk me-
yang berbeda ini terjadi karena pada ke- laksanakan kegiatan kepada pasien yang se-
lompok intervensi telah dilakukan perlakuan suai standar.
supervisi kepala ruang model Proctor, se-
hingga kepala ruang dapat mengaplikasikan Aplikasi fungsi normatif dalam supervisi
supervisi kepada perawat pelaksana secara model Proctor dapat dicapai oleh supervisor
kontinyu, terjadwal, jelas sasarannya, ada yang memiliki persepsi positif untuk staf yang
umpan balik, terdokumentasi sehingga super- disupervisi, dihubungkan dengan kemampu-
visi yang dilakukan dapat memberikan infor- an supervisor untuk mempertahankan kinerja
masi obyektif terkait pelaksanaan kegiatan staf yang baik dengan cara menciptakan ling-
sesuai standar untuk meningkatkan pelaksana- kungan kerja yang kondusif, menyusun dan
an keselamatan pasien. mensosialisasikan suatu perencanaan, meng-
identifikasi kebutuhan dan permasalah yang
Hal ini membuktikan bahwa supervisi model diperlukan untuk memberikan dukungan lebih
Proctor efektif untuk meningkatkan pelak- lanjut, mempertahankan standar yang ada, dan
sanaan keselamatan pasien. Hasil penelitian memberikan kepercayaan pada staf sehingga
ini diperkuat oleh hasil penelitian Brunero hal tersebut dapat meningkatkan profesio-
dan Purbury (2006) yang menyatakan super- nalisme dan menciptakan kualitas pelayanan
visi yang paling efektif adalah supervisi yang bermutu.
Proctor. Pernyataan ini diperkuat oleh Kennedy,
et al., (2007) yang menyatakan bahwa super- Aplikasi fungsi formatif berfokus pada per-
visi yang efektif akan meningkatkan pelak- kembangan pengetahuan dan keterampilan
sanaan keselamatan pasien. staf sehingga memungkinkan staf bekerja se-
suai dengan standar yang berlaku sebagai
Supervisi Proctor merupakan model supervisi aspek tanggung jawab dalam melakukan prak-
yang paling direkomendasikan dalam pelatih- tek. Kondisi ini dapat dicapai melalui refleksi
an supervisi. Supervisi model Proctor dapat pada praktek yang sudah dilakukan. Hal ini
meningkatkan pelayanan klinis yang mem- merupakan tanggung jawab bersama dari su-
punyai evidence base, dapat memberikan du- pervisor dan staf yang disupervisi.
kungan yang adekuat pada pelayanan klinis
dan mengembangkan profesionalisme super- Fungsi restoratif berfokus pada pemberian
visor keperawatan (Lynch, et al., 2008). dukungan. Supervisor harus memastikan ke-
62 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal 56-64

siapan staf dapat menerima dukungan atau katkan kesadaran diri perawat sehingga dapat
motivasi yang diberikan. Diperlukan hubung- memengaruhi keselamatan pasien (Jelinek, et
an yang baik antar staf dan supervisor juga al., 2010). Hasil penelitian ini diperkuat oleh
dukung iklim kerja yang baik sehingga timbul hasil penelitian Rumampuk yang menyatakan
saling menerima, dihargai, memberikan rasa bahwa semakin baik supervisi yang dilakukan
aman, terbuka, jujur, mencegah stres atau kepala ruang akan meningkatkan pelaksanaan
tekanan, mencegah koflik sehingga tujuan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana
supervisi akan tercapai. (Rumampuk, 2013). Hasil yang hampir sama
pada penelitian Nur (2013) yang menyatakan
Hasil penelitian ini diperkuat penelitian oleh bahwa ada hubungan signifikan antara su-
Widiyanto (2012) yang menyatakan bahwa pervisi yang efektif dengan kinerja perawat
supervisi model Proctor meningkatkan kua- pelaksana dalam menerapkan keselamatan
litas tindakan perawatan luka, serta penelitian pasien.
Zakiyah (2012) yang menyatakan bahwa ada
pengaruh fungsi normatif, formatif dan res- Kepala ruang perlu mendapatkan pendidikan
toratif terhadap pemberian cairan intravena. atau pelatihan yang bersifat khusus untuk
dapat melakukan kegiatan supervisi dengan
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pada efektif karena supervisor membutuhkan pe-
kelompok kontrol yang tidak dilakukan in- ngetahuan yang baik, diantaranya yaitu komu-
tervensi supervisi model Proctor terlihat tidak nikasi, motivasi, bimbingan, pengarahan, ke-
ada perbedaan bermakna antara sebelum dan pemimpinan, dan pengalaman sehingga dapat
sesudah perlakuan. Artinya hasil penelitian ini melaksanakan supervisi dengan baik dan se-
menunjukkan bahwa supervisi model Proctor suai tujuan. Hal ini dibuktikan oleh hasil
yang terbukti efektif meningkatkan pelak- penelitian Widiyanto, (2012) tentang kepala
sanaan keselamatan pasien perawat. ruang yang mendapatkan pelatihan supervisi
terbukti meningkatkan kemampuan kegiatan
Hasil analisis menunjukkan pelaksanaan ke- supervisi. Kemampuan supervisi bagi kepala
selamatan pasien oleh perawat pelaksana ruang perlu dikembangkan melalui pelatihan
sesudah dilakukan perlakuan terdapat perbe- supervisi yang akan meningkatkan kemampu-
daan yang bermakna antara kelompok inter- an kognitif, afektif dan psikomotor sehingga
vensi dan kelompok kontrol. Perbedaan hasil akan diperoleh peningkatan produktifitas atau
analisis antara kelompok intervensi dengan hasil yang sesuai tujuan. Pelatihan supervisi
kelompok kontrol menunjukkan bahwa ter- memberikan perubahan yang baik, hal ini
nyata kelompok intervensi dan kelompok ditunjukkan dengan adanya perubahan penge-
kontrol memberikan respon yang berbeda ber- tahuan kepala ruang setelah pelatihan dengan
dasarkan ada atau tidaknya stimulus berupa nilai post test dengan nilai sempurna (100)
perlakuan supervisi kepala ruang model dan evaluasi hasil praktek supervisi semuanya
Proctor. Hal ini menunjukkan bahwa melalui lulus. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan
pelaksanaan supervisi model Proctor terbukti supervisi menjadi bagian penting untuk me-
efektif untuk meningkatkan pelaksanaan ke- ningkatkan kualitas kepala ruang menjadi
selamatan pasien perawat. supervisor yang baik.

Supervisi model Proctor yang dilaksanakan Penelitian Dewi (2012) menyatakan bahwa
secara efektif melalui kegiatan bimbingan, dalam fungsi manajemen faktor paling ber-
umpan balik dilakukan pada masalah yang pengaruh terhadap penerapan keselamatan
dihadapi untuk pengembangan personal, pe- pasien adalah fungsi pengarahan, utamanya
ningkatan pengetahuan, pemberian dukungan adalah supervisi kepala ruang. Penelitian lain-
akan meningkatkan profesionalisme, mening- nya juga menyatakan bahwa variabel yang
Ponco, et al., Supervisi Kepala Ruang Model Proctor Meningkatkan Pelaksanaan Keselamatan Pasien 63

paling berpengaruh dalam kinerja perawat perawat sehingga layak untuk di terapkan
adalah supervisi (Rudianti, Handayanti, & dalam pelayanan keperawatan (Carney, 2005).
Sabri, 2013). Dengan demikian kemampuan Secara umum kelebihan dari implementasi
manajer keperawatan dalam hal ini kepala supervisi model Proctor sehingga efektif dalam
ruang, dituntut mampu menjalankan fungsi pelaksanaan keselamatan pasien diantaranya
pengarahan bagi seorang manajer melalui adalah proses evaluasi yang ideal sesuai ren-
kegiatan supervisi untuk menjamin kualitas cana kegiatan yang sudah dilakukan, konsis-
pelayanan keperawatan. tensi, sarana branstorming atau diskusi yang
baik, peningkatan kualitas pelayanan yang
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada ke- efektif, mempermudah pelaksanakan tindakan
lompok intervensi terjadi peningkatan nilai dengan efektif.
rerata 5,4 (21,6%), sedangkan pada kelompok
kontrol peningkatan nilai rerata hanya 0,3 Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu in-
(1,2%). Ini membuktikan ada pengaruh super- tervensi yang dilaksanakan relatif singkat
visi kepala ruang model Proctor terhadap sehingga belum dapat menjamin kepala ruang
pelaksanaan keselamatan pasien perawat di dapat menerapkan supervisi dengan kemam-
instalasi rawat inap sebuah Rumah Sakit di puan yang maksimal yang terus menerus
Kabupaten Lamongan. selama intervensi.

Hal ini dikuatkan dengan studi literature oleh Kesimpulan


Brunero dan Purbury dan penelitian Cruz di
Centro Hospital yang menyatakan bahwa Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh
supervisi yang efektif adalah supervisi model supervisi kepala ruang model Proctor ter-
Proctor (Brunero & Purbury, 2006; Cruz hadap pelaksanaan keselamatan pasien di
2012). Fungsi normatif pada Proctor mengacu instalasi rawat inap sebuah Rumah Sakit di
pada monitoring dan evaluasi untuk mening- Kabupaten Lamongan. Rumah sakit perlu me-
katkan kualitas pelayanan yang bermutu, ningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien
sedangkan fungsi formatif berfokus pada pe- salah satunya melalui dukungan kebijakan
ngembangan pengetahuan dan keterampilan untuk pelaksanaan supervisi kepala ruang
staf sehingga meningkatkan kesadaran diri model Proctor terhadap keselamatan pasien
untuk belajar dan bekerja sesuai standar yang dengan melaksanakan pada seluruh ruangan
berlaku, serta fungsi restoratif berarti saling pelayanan keperawatan (MS, INR, PN).
memberi dukungan sehingga supervisi yang
dilakukan dapat berjalan dengan optimal.
Untuk itu, supervisor harus memastikan ke- Referensi
siapan staf dapat menerima dukungan atau Anugrahini, C., Sahar, J., & Mustikasari. (2010).
motivasi yang diberikan. Penelitian White, et Kepatuhan perawat menerapkan pedoman
al., (1998) dalam Lynch, et al., (2008) men- patient safety berdasarkan faktor individu dan
jelaskan kelebihan model Proctor dibanding organisasi. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13
yang lain diantaranya adalah proses evaluasi (3), 139–144.
yang ideal dari rencana kegiatan yang sudah
dilakukan, konsistensi, sarana branstorming Brunero, S., & Purbury, J.S. (2006). The
atau diskusi yang baik, peningkatan kualitas effectiveness of clinical supervision in
pelayanan, dan meningkatkan pelaksanakan nursing: an evidenced based literature review.
kegiatan diruangan. Australian Journal of Advanced Nursing, 25
(3), 86–94.
Penelitian Carney menyatakan supervisi model Cruz, S., Carvalho, L., & Sousa, P. (2012).
Proctor dapat di terima oleh sebagian besar Clinical supervision in nursing: The (un)
64 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 20, No. 1, Maret 2017, hal 56-64

known phenomenon. Procedia - Social and Nur, Q.M. (2013). Hubungan motivasi dan
Behavioral Sciences, 69, 864–873. doi: supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana
10.1016/j.sbspro.2012.12.009 dalam menerapkan patient safety di rawat
inap RS Universitas Hasanuddin (Tesis
Carney, A.S. (2005). Clinical supervision in a Magister, Universitas Hasanudin). Diperoleh
challenging behaviour unit. Nursing Times, dari http://repository.unhas.ac.id
101 (47), 32-34. Diperoleh dari http://
www.nursingtimes.net Purwanto. (2012). Pengaruh penggunaan
pedoman perencanaan kepala ruang terhadap
Dewi, S.C. (2011). Hubungan fungsi manajemen pelaksanaan keselamatan pasien oleh
kepala ruang dan karakteristik perawat perawat di RS Haji Jakarta (Tesis Magister,
dengan penerapan keselamatan pasien dan Universitas Indonesia). Diperoleh dari http://
perawat di irna I RSUP dr Sardjito lontar.ui.ac.id
Yogyakarta (Tesis Magister, Universitas
Indonesia). Diperoleh dari http://lontar.ui. Rudianti, Y., Handayani, H., & Sabri, L. (2013).
ac.id. Peningkatan kinerja perawat pelaksana
melalui komunikasi organisasi di ruang rawat
Jelinek, G.A., Weiland, T.J., & Mackinlay, C. inap rumah sakit. Jurnal Keperawatan
(2010). Supervision and feedback for junior Indonesia, 16 (1), 25–32.
medical staff in Australian emergency
departments : findings from the emergency Rumampuk, M.V. (2013). Peran kepala ruangan
medicine capacity assessment study. BMC melakukan supervisi perawat dengan
Medical Education, 10 (1), 74. doi: penerapan patient safety di ruang rawat inap
10.1186/1472-6920-10-74 (Tesis Magister, Universitas Hasanudin).
Diperoleh dari http://pasca.unhas.ac.id
Kennedy, T.J., Lingard, L., Baker, G. R., Kitchen,
L., & Regehr, G. (2007). Clinical Oversight : Stieger, J. (2012). Number of adverse health
Conceptualizing the Relationship Between events in Minnesota Hospitals increases
Supervision and Safety. Society of General slightly in 2011. Diperoleh dari http://www.
Internal Medicine, 22 (3), 1080–1086. doi: health.state.mn.us/patientsafety/
10.1007/s11606-007-0179-3
Todd, R. (2010). 23 die in 'adverse events'
Komisi Akresitasi Rumah Sakit. (2012). Panduan Canterbury Hospitals. Diperoleh dari http://
Penilaian Survei. Diperoleh dari http:// www. proquest.com
www.kars.or.id
Widiyanto, P. (2012). Pengaruh pelatihan
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit supervisi terhadap penerapan supervisi klinik
(KKPRS). (2012). Laporan insiden keselamatan kepala ruang dan peningkatan kualitas
pasien. Jakarta: KKPRS. tindakan perawatan luka di RSU PKU
Muhammadiyah Temanggung (Tesis Magister,
Lynch, L., Hancox, K., Happel, B., & Parker, J. Universitas Indonesia). Diperoleh dari http://
(2008). Clinical supervision for nurse: Model lontar.ui.ac.id
for clinical supervision. United Kingdom:
Willey-Blackwell. Zakiyah, A. (2012). Pengaruh supervisi pimpinan
ruangan terhadap pelaksanaan pemberian
Menteri Kesehatan RI. (2011). Peraturan menteri cairan intra vena di rsud sidoarjo (Tesis,
kesehatan nomor 1691/MENKES/PER/VIII/ Magister, Universitas Indonesia). Diperoleh
2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. dari http://lontar.ui.ac.id
Diperoleh dari http://hukor.kemkes.go.id

You might also like