You are on page 1of 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham, J., et al. (2012). Ensuring Patient Safety In Care Transition: an


Empirical Evaluation Of a Handoff Intervention Tool. AMIA Annual
Symposium Proceeding, American Medical Informatics Assocation.
2. Allport. (1960). Personality and Social Encounter. Canada by Saunders of
Toronto, Ltd.
3. Alvarado, K., Lee,R., Chistoffersen, E., Fram, N., Boblin, S., Poole, N., et al.
(2006). Transfer of Acountability : Transforming Shift Handover to Enhance
Patient Safety. Health Care Quarterly. Special Issue (9), 75-79.
4. Angood. (2007). Why The Joint Comission Cares About Handoffs Strategy.
Forum : Reducing Risk During Handoffs, 25 (1), 5-7.
5. Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta
: Rineke Cipto.
6. Berry D (2007). “Health Communication Thery and Practice”. Chapter 1.
Introduction of Health Communication. Diaskes dari
http://en.bookfi.net/bppk/1328390 pada tanggal 10 April 2017.
7. Bloom, B.S., Hasting, J.T., & Madaus, G.F.(1956). Toxonomy of Educational
Objective : The Classification of Educational Goals. Handbook 1, Cognitive
Domain. 12 Maret 2013.
8. Cahyono (2008). “Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktek
Kedokteran “. Kanisius. Yokyakarta.
9. Christie P (2009). Using Communication Framework Handover to Boost
Patient Outcomes. Nursing Times Vol.105 No. 47.
10. Commission. J. (2010). Advancing Effective Communication, Cultural
Competence, and Patient-and Family-Centered Care : A Roadmap For
Hospitals, Joint Commission.
11. Cook, R. and C. Christ (2014). Opportunities For Prosecc Improvements In
Patient Handoffs. IIE Annual Conference. Proceedings, Insitute of Industrial
Engineers-Publisher.
12. DeFleur MH, Kearney P, et al. (2005). “Fundamentals of Human
Communication : Sociall Science in Everyday Life”. Third Edition. McGraw
Hill. New York :p6-11.
13. Depkes. RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety). Edisi Ke-2. Jakarta.
14. Dewi, M. (2011). Pengaruh Pelatihan Timbang Terima PAsien Terhadap
Pelaksanaan di Rumah Sakit Husada Jakarta. Tesisi mahasiswa pasca sarjana
FIK UI. Tidak dipublikasikan.
15. Djubaidah, Siti, (2013). PEngaruh Pelatihan Komunikasi SBAR Terhadap
Pengetahuan Dan Kepatuhan Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Premier
Jatinegara. Tesis mahasiswa pasca sarjana FIK UI. Tidak dipublikasikan.
16. Effendy OU (2000). “ Dinamika Komunikasi”. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung : hal 3-16.
17. Graham, K.L., et al. (2013). “Effect of a Sustems Intervention On The Quality
and Safetyof Patient Handoffs In an Internal Medicine Residency Program.”
Journal of general internal medicine 28(8): 986-993.
18. Halm, M. A. (2013). “Nursing Handoffs: Ensuring Safe Passage For
Patient.”American Journal of Critical Care 22(2): 158-162.
19. Handoko, T. H. (2003). Manajemen. Yokyakarta: BPFE-Yokyakarta.
20. Haibuan, M S. P. (2006). Manajemen Dasar, pengertian dan masalah, Jakarta:
Bumi Aksara.
21. Joint Commussion Resources. Sentinel Events Statistics Released for 2015.
Joit Commission Perspectives. April 2016. Diunduh dari
http://info.jerine.com/rs/494-MTZ-
066/images/Sentinel39.pdf?ref=EMHAPWeekly&mkt_tok=eyjpljoiWWpaa05qazBZakkyt.
Pada tanggal 18 Maret 2015
22. Joint Commission International. International Patient Safety Goals. Diunduh
dari http://www.jointcommissioninternational.org. pada tanggal 20 Maret 2017.
23. Kear, T. M. (2016). “Patient Handoffs : What they are and how thay
contribute to patient safety.” Nephrology Nuesing Journal 43(3):339.
24. Nasir, A., Muhith, A., SAjidin, M., dan Munarak, I. W. (2009). Komunikasi
Dalam Keperawatan : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.
25. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
Rineka Cipta.
26. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka
Cipta.
27. Nursalam (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik
keperawatan professional (Edisi 4). Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
28. Patrick, Julie (2011). Creative Facilitation Techniques For Training. USA.
ASTD Press. Vol. 28 issue 1102.
29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
30. Pertovic, M. A., et al. (2015).”The Perioperative handoff Protocol:
Evaluating impacts on handoff defect and provider satisfaction in adult
perianesthesia care units.” Journal of clinical anesthesia 27(2): 111-119.
31. Pranoto (2007). Ilmu Kebidanan. Yokyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
32. Riesenberg, A.L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. (2010). Nursing Handoffs
: A system review of the literature :Surprisingly little is known about what
constitutesbest practice. American Journal of Nursing, 110(4), 24-34.
33. Saleem, A. M., at al. (2015). “Initial assessment of Patient Handoff In
Accredited General Surgery Residency Programs in The United States and
Canada :a cross-sectional survey.” Canadian Journal of Surgery 58(4): 269.
34. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasarMetodologi Penulisan
Klinis Edisi Ke-4, Jakarta : CV Sagung Seto.
35. Suarli, S., & Bahtiar, y. (2009). Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan
Praktis, Jakarta : Penerbit Erlangga.
36. Suparyadi (2015). Manajemen Sumber Daya MAnusia. Menciptakan
Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM. Yokyakarta : CV Andi
Offset
37. Umar, H. (2010). Desain Penelitian Manajemen Strategik : Cara mudah
meneliti masalah-masalah manajemen strategic untuk skripsi, tesis dan
praktek bisnis. Jakarta : Rajawali Pers.
38. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
39. WHO (2007). “ Communication During Patient Hand-over.” Patien Safety
Solution 1(3): 1-4.
40. Winani. (2012). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Fungsi
Pengawasan Kepala Ruang Dan Pelaksanaan Serah Terima Pasien Di RSUD
Gunung Jati Cirebon. Tesis mahasiswa pasca sarjana FIK UI. Tidak
dipublikaskan.
41. Yudianto, K. (2005). Faktor-faktor Yang BErhubungan Dengan Pelaksanaan
Operan PAsien Perawat Pelaksana Di PErjan RS Hasan Sadikin Bandung.
Tesis mahasiswa pasca sarjana FIK UI. Tidak dipublikasikan.
BAB 5

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan mixed methods, yakini menggabungkan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif :
1. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan pengumpulan informsai terkait :
a. Pengetahuan perawat mengenai komunikasi efektif dalam proses serah terima
pasien antar perawat. Pengumpulan informasi dilakukan melalui kuesioner yang
diisi oleh perawat pelaksana.
b. Sikap perawat mengenai komunikasi efektif dalam proses serah terima pasien antar
perawat melalui kuesioner, pengumpulan informasi dilakukan melalui kuesioner
yang diisi oleh perawat pelaksana.
c. Fungsi supervise kepala perawat ruangan dalam pelaksanaan serah terima pasien.
Pengumpulan informasi dilakukan melalui kuesioner yang diisi oleh perawat
pelaksana serta bukti dokumentasi paraf/tanda tangan kepala perawat ruangan di
catatan serah terima pasien antara perawat yang ada di berkas rekam medis.
d. Hubungan antara pengetahua, sikap perawat tentang komunikasi efektif dalam
proses serah terima pasien serta fungsisupervisi kepala perawat ruangan terhadap
kepatuhan melaksanakan prosedur komunikasi efektif dalam proses serah terima
pasien.
2. Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang
erkaitan dengan manajemen keperawtan dan komite keselamatan pasien rumah sakit.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional,
dimana mengumpulkan data dilakukan sekaligus dala suatu saaat (Notoatmodjo, 2010).
Pada pemnelitian ini, peneliti mencari hubungan antaravariabel independen dangan
variabel dependen dengan melakukan pengukuran sesaat.

1.2 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2018 dengan lokasi
penelitian di ruang rawat inap RS Bhakti Yudha.
1.3 Penelitian Kuantitatif
5.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


(Notoatmodjo, 2010). Supaya kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian dapat
menggambarkan atau mewakilkn seluruh populasi, maka perlu dilakukan pembatasan-
pembatasan dalam penentuan populasi sehingga memperoleh sampel yang
representative. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang
bekerja di instalasi rawat inap RS Bhakti Yudha (ruang perawatan ibu, ruang perawatan
anak, ruang perawatan umum, kamar bersalin, kamar bayi baru lahi, perinatology level
II dan III, PICU/ICU/ICCU). Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 95 orang perawat.

5.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dan memenuhi kriteria
penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan rumus Slovin, dimana penentuan
ukuran sampel minimum diketahui setelah ukuran populasi diketetahui (Umar, 2010).
Rumus Slovin adalah sebagai berikut :

N≥ N
1 + Ne²
Dimana :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

e : Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan penambilan sampel yang mau


ditolerir,

yaitu sebesar 5%

Jumlah sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin adalah :

n≥ 95

1 + 95 (0,05)²

N ≥ 77 orang

Hasil perhitungan sampel dengan menggunakan rumus Slovin didapatkan


jumlah sampel miniml berjumlah 77 orang. Untuk mengatisipasi adanya drop out,
peneliti menambahkan 10% untuk memperbesr sampel (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Setelah ditambahkan 10% maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang
perawat. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability
sampling/ pengambilan sampel secara acak, sehingga setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun kriteria inklusi
untuk perawat pelaksan dalam penelitian ini adalah :

1. Perawat pelaksana yang beridinas di ruang rawat inap RS Bhakti Yudha


2. Perawat pelaksana denagn masa kerja lebih dari enam bulan per Desember 2017
3. Perawat pelaksan yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dibuktikan dengan
surat kesediaan menjadi responden

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah :

1. Perawat pelaksana yang sedang dalam cuti melahirkan/tahunan


2. Perawat pelaksana yang sedang melaksanakan pendidikan lanjutan atau pelatihan
diluar rumah sakit pada rentang waktu periode penelitian

Sampel perawat pelaksana yang berjumlah 85 orang, diambil dari tiap instalasi rawat
inap dengan menggunakan rumus berikut :

n 1 = N1 . n
N
Keterangan :
n1 : Jumlah sampel tiap instalasi rawat inap
n : Jumlah sampel seluruhnya
N1 : Jumlah populasi tiap instalasi rawat inap
N : Jumlah populasi seluruhnya

Sehingga besar sampel untuk tiap instalasi rawat inap adalah seperti yang ditampilkan
dalam table :
Tabel 5.1 . Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Instalasi Rawat Inap
RS Bhakti Yudha Tahun 2017
No Instalasi Jumlah Populasi Jumlah
Sampel
1 Perawatan anak 14 12
2 Perawatan ibu 18 116
3 Perawatan umum 19 17
4 Perinatologi/ICU/PICU/NICU/ICCU 19 17
5 Kamar bersalin 13 12
6 Kamar bayi baru lahir 12 11
Jumlah 95 85

Penentuan sampel di masing-masing instalasi rawat inap dilakukan secara


acak, yaitu dengan membuat undian sejumlah populasi di instalasi tersebut, kemudian
dipilih secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan (Umar, 2010).

5.3.3. Etika Penelitian


Kode etik penelitian perlu diperhatikan oleh peneliti karena subyek penelitian
dalam kegiatan penelitian ini adalah manusia dan dalam hal ini adalah perawat
pelaksana di instalasi rawat inap RS Bhakti Yudha. Kode etik penelitian adalah suatu
pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara
pihak peneliti dan pihak yang diteliti serta masyarakat yang akan memperoleh dampak
hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Adapun prinsip dari etika penelitian
adalah :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Di dalam prinsip ini, responden memiliki hak untuk mendapatkan informasi
berkaitan dengan penelitian dan memiliki kebebasan untuk ikut berpartisipasi
dalam penelitian atau tidak. Oleh karena itu, peneliti perlu mempersiapkan
penjelasan dan informed concent kepada responden mengenai tujuan penelitian.
Peneliti perlu untuk mernjelaskan resiko dan ketidaknyamanan yang mungkin
timbul akibat pengisisan kuesioner, terlebih dalah satu kuesioner dalam penelitian
ini adalah mengenai supervisi kepala perawat ruangan. Responden juga perlu
dujelaskan mengenai perannya dalam mamjukan ilmu pengetahuan dan dapat
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
Setelah respon menyatakan mengeri dan setuju mengenai penelitian ini,
selanjutnya penelitimeminta responden untuk menandatangani surat pernyataan
kesedian mengikutu/berpartisipasi dalam penelitian. Setelah itu, peneliti
mebagikan kuesioner kepada reponden dan memberi kesempatan kepada
responden untuk mengisi kuesioner tampa mengganggu tugas responden sebagai
perawat pelaksan.

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy and
confidentiality)
Peneliti menjaga privasi responden dengan baik dengantidak mencantumkan nama
responden di lembar kuesioner, namun hanya mencantumkan kode responden.
Data tersebut hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan
disebarluaskan kepada siapapun yang mungkindapat mempengaruhi karir dari
responden. Data akan disimpan dalam computer dan menggunakan kode yang
hanya diketahui oleh peneliti, agar penyalahgunaan data dapat terhindarkan.
3. Keadalian dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)
Prosedur penelitian perlu dijelaskan oleh peneliti secara terbuka, adil, dan jujur.
Hubungan baik harus selalu dipertahankan antar peneliti dan responden agar tidak
timbul rasa tersinggung atau keberatan dalam menjalani prosedur penelitian.
Peneliti memperlakukan setip responden secara seragam, tidak membeda-bedakan
jenis kelamin, etnis/suku, agama dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and
benefit)
Kenyamanan responden, baik fisik, psikis maupun sosial perlu diperhatikan oleh
peneliti. Selain menjelaskan mengenai tujuan dan prosedur penelitian, peneliti juga
harus menjamin kerahasiaan identitas responden dan jawaban kuesioner
responden tidak akan disebarluaskan kepada siapapun.

5.3.4. Instrumen
Instumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi lebih mudah dan sistematis.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah kuesioner yang ditujukan
kepada perawat pelaksana dan lembar observasi langsung proses serah terima pasien
antara perawat dan lembar observasi dokumentasi proses serah terima perawat dalam
berkas rekam medis. Sementara instrument yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah daftar pertanyaan untuk proses wawancara mendalam.
5.3.5. Pengumpulan data
Ada dua jenis dalam penelitian kuantitatif, yakni data primer dan data
sekunder. Data primermerupakan data yang diperoleh secara langsung. Metode
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh perawat
pelaksana. Data sekunder merupajan data yang diperoleh secara tidak langsung yang
dilakukan melalui observasi dan telaan dokumen di berkas rekam medis yang berkaitan
dengan dokumntasi proses serah terima pasien antar perawat.

1.3.5.1. Kuesioner A
Kuesioner A terdiri dari pertanyaan yang menggali karakteristik responden sebagai
variabel perancu/ confounding. Kuesioner A terdiri dari pertanyaan mengenai : usia,
jenis kelamin, lama kerja, dan tingkat pendidikan. Data ini diisi langsung oleh
responden.

1.3.5.2. Kuesioner B
Kuesiioner B digunakan sebagai data primer utuk mengukur variabel independen.
Kuesioner B terdir dari pertanyaan yang menggali pengetahuan responden mengenai
komunikasi efektif dalam proses serah terima pasien antara perawat. Kuesioner ini
mengukur pemahaman responden dengan pertanyaan benar dan salah. Jawaban
benar akan dinilai = 1 (satu) dan jawaban salah akan dinilai 0 = nol. Kuesioner diambil
dari peneliti sebelumnya oleh Djubaidah (2013) dengan beberapa perubahan
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
1.3.5.3. Kuesioner C
Kuesioner C digunakan sebagai data primer untuk megukur variabel independen
sikap/persepsi responden mengenai komunikasi efektif dalam proses serah terima
pasien antar perawat. Kuesioner ini mengukur sikap responden dengan menggunakan
skala likert, yang terdiri dari jawaban : Sangat Tidak Setuju (STS), Kurang Setuju (KS),
Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Pertanyaan pada kuesioner ini bersifat
positif (favorable) denga rentang nilai 1 = Sangat Tidak Setuju (STS), 2 = Kurang Setuju
(KS), 3 = Ragu-ragu (R), 4 = Setuju (S), 5 = Sangat Setuju (SS). Kuesioner diambil dari
penelitian sebelumnya oleh Winani (2012) dengan beberapa penambahan.
1.3.5.4. Kuesioner D
Kuesione D digunakan sebagai data primer untuk mengukur variabel independen
persepsi/penilaian perawat mengenai fungsi pengawasan/supervise kepala perawat
ruangan dalam proses serah terima pasien antar perawat. Kuesioner ini mengukur
sikap responden dengan menggunakan skala likert, , yang terdiri dari jawaban : Sangat
Tidak Setuju (STS), Kurang Setuju (KS), Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
Pertanyaan pada kuesioner ini bersifat positif (favorable) denga rentang nilai 1 =
Sangat Tidak Setuju (STS), 2 = Kurang Setuju (KS), 3 = Ragu-ragu (R), 4 = Setuju (S), 5 =
Sangat Setuju (SS). Kuesioner diambil dari penelitian sebelumnya oleh Winani (2012)
dengan beberapa penambahan.
Selain kuesioner, pengukuran fungsi supervise kepal perawat rungan juga dilakukan
dnegan pencatatan dokumentasi paraf kepal perawat rungan di formulir serah terima
pasien antar perawat di berkas rekam medis. Cara penilaian adalah 0 = tidk ada paraf
(supervise kurang) dan 1 = ada paraf Csupervisi baik).

1.3.5.5. Lembar obervasi


Lembar observasi terdiri dari tahpan-tahapan yang harus dilakukan dalam prose serah
terima pasien antar perawat sesuai dengan rekomendasi WHO. Lembar observasi ini
berupa ceklis apak tahapan dilakukan atau tidak oleh responden. Lembar
observasidiambil dari penelitian sebelumnya oleh Dewi (2011) dengan beberapa
penambahan.
5.3.6. Tahap persiapan
Tahap persiapan ini merupakan kegiatan awal yaitu mengajukan permohonan
izin penelitian yang ditujukan kepada Direktur yang dijadikan tempat penelitian. Izin
yang diberikan oleh pihak rumah sakit menjadi dasar penelitian melakukan koordinasi
dengan begian keperawatan, komite keselamatan pasien serta bidang pendidikan dan
pelatihan RS Bhakti Yudha. Sosialisasi awal kegiatan dilakukan berupa small group
discussion bersama komite keperawatan, manajer keperawatan dan perawat pendidik,
yang juga membahas kemungkinan-kemungkinan factor pendukung maupun
penghambat selama dilaksanakannya penelitian. Peda tahap ini dilanjutkan dengan
persiapan pada perawat pendidik dan sub komite mutu keperawatan yang berperan
sebagai observer.

5.3.7. Tahap Pelaksanan


5.3.7.1. Prosedur Administratif
Prosedur administratif yang dilakukan adalah dengan melakukan kaji etik
penelitian pada Komite Etik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesi
setelah ujian selesai proposal pada tanggal 18 November 2017. TAhapan selanjutnya
adalah mengajukan permohonan izin untuk melakukan uji validitas dan uji reliabilitas
kuesioner dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas Indonesi, yang
ditujukan kepada Direktur RS Hermina Jatinegara. Setelah itu, peneliti mangajukan
permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, yang ditujukan kepada Direktur RS Bhakti Yudha.

5.3.7.2. Prosedur Teknis


A. RS Hermina Jatinegara
Berdasarkan surat izin dari Direktur RS hermina Jatinegara, peneliti melakukan
koordinasi dengan bidang keperawatan dan bagian diklat RS Hermina Jatinegara
untuk melakukan uji coba kuesioner yang akan dilakukan pada 30 perawat
pelaksana di Istalasi Rawat Inap.

B. RS Bhakti Yudha
Berdasarkan surat izin dari Direktur RS Bhakti Yudha, peneliti melakukan
koordinasi dengan bidang keperawatan, bagian diklat, komite keperawatan, kepala
instansi dan kepala perawat ruangan untuk menjelaskan tentang penelitian yang
akan dilakukan di RS Bhakti Yudha. Selanjutnya peneliti menyebarkan kuesioner
kepada perawat pelaksana yang bertugas di instalasi rawat inap dengan
sebelumnya terlebih dahulu melakukan persetujuan(informend concent).
Penyebaran dan penghupulan kuesioner dilakukan oleh perawat pendidik dan
suyb komite mutu keperawatan dengan catatan pengisian kuesioner harus lengkap
(terisi semua).

5.3.8. Pengolahan data


Proses pengolahan data secara kuantitatif adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner yang telah terisi harus dilakukan penyuntingan (editing)terlebih dahulu. Pada
tahapan ini peneliti megkoreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan
kelengkapan jawaban kuesioner responden. Peneliti perlu memastikan kuesioner terisi
lengkap dan jawaban bias terbaca. Jika terdapat jawaban yang belum lengkap, maka
dapat dilakukan pengambilandata ulang. Jika hal tersebuttidak memungkinkan, maka
pertanyaan yang menjawabnya tidak lengkap tidak diolah atau dimasukan dalam
pengolahan data missing.
2. Peneliti mengelompokan jawban responden ke dalam beberapa katagori.
Pengkelompokan ini dilakukan dengan cara menandai masing-masing jawaban dalam
kode tertentu (coding).
3. Memasukanjawaban-jawaban responden ke dalam program computer )data
entry/processing)
4. Mengecek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode dan ketidak
lengkapan data, kemdian dilakukan koreksi (pembersihan data/ cleaning).

5.3.9. Analisis data


5.3.9.1. Analisis Univariat (Analisi Deskriptif)
Anlisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik perawat
pelaksana dan kepatuhan perawat dalam melaksanakan komunikasi efektif dalam
proses serah terima pasien. Data numerik dengan ditampilkan dari hasil perhitungan
mean, median, SD dan min- maks dengan CI 95%. Semua data ini merupakan
gambaran dari objek penelitian sebelum dilanjutkan pada analisis bivarian. Analisis
yang diukur dalam analisi univariat ini adalh umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
lamakerja, pengtahuan dan sikap perawat terhadap komunikasi efektif dalam proses
serah terima, fungsi supervisi kepala perawat ruangan, dan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan komunikasi efektif dalam prose serah terima pasien.

5.3.9.2. Analisis Bivariat


Analisi bivariate dilakukan bertujuan untuk megetahui adanya hubungan
antara variabel independen, variabel confounding dan variabel dependen yang
didapatkan melalui kuesioner. Analisis Bivariat dilakukan dengan uji statistic chi
square.
5.3.9.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariate dilakukan untuk mengetahui unsur yang paling
berpengaruh terhadap keputusan perawat dalam pelaksanaan komunikasi efektif
dalam prose serah terima pesan. Analisa dilakukan dengan menggunakan uji statistic
regresi logistic sehingga diketahui urutan-urutan variabel.

5.3.10. Variabel data


Salah satu cara untuk menjaga validitas data kuantitatif adalah dengan melakukan uji
coba pada instrumen penelitian. Kuesioner yang telah disusun diuji coba kepada perawat
pelaksana di ruang rawat inap RS Hermina Jatinegara. Agar diperoleh distribusi normal,
maka jumlah responden dalam uji coba tersebut paling sedikit adalah 30 responden.

1.4 Penelitian Kualitatif


1.4.1 Informan
Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling,
bertujuan untuk meperoleh informan sesuai dengan kriteriayang sudah ditentukan
sebelumnya. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah yang mengetahui standar
prosedur operasional proses serah terima pasien serta melaksanakan proses serah terima
pasien :
1. Manajer keperawatan
2. Komite keperawatan
3. Perawat pendidik
4. Kepala perawat ruangan
5. Perawat pelaksana

5.4.2 Instrumen
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan
wawancara untuk memahami proses serah terima pasien antar perawat. Daftar
pertanyaan wawancar ini digunakan untuk prose wawancara mendalam kepada perawat
pelaksana, kepala perawat ruangan, dan manajer keperawatan untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai prose serah terima pasien antar perawat serta factor-faktor
penghambatnya.

5.4.3 Pengumpulan data


Jenis data dalam penelitian kualitatif berupa data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung berdasarkan keterangan dari informan
yang berkaitan dengan topik penelitian. Metode pengumpulan data primer pada
penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan terpilih.

5.4.4 Pengolahan data


Seluruh hasil wawancara dianalisis dengan analisis konten yang bertujuan
untuk mengelola data sesuai topik penelitian. Tahapan dalam melaksanakan analisis
konten (Wibowo, 2014) :
1. Melihat kembali catatan hasil wawancara dalam kurun waktu 24 jam. KEgiatan ii
berfungsi untuk merapikan catatan dan menulis ulang kalimat yang tidak bias dibaca.
2. Merampingkan catatan dengan membuang kata,frasa atau kalimat yang tidak diperlukan.
3. Membuat transkip hasil wawancara yang siap unatuk analisis

5.4.5 Analisis data


Peneliti menggunakan teknik analisa konten dengan transkip hasil wawancara
(Wibowo, 2014). Informasi yang diperoleh dari metode tersebut digunakan dengan
informasi lain dan dilakukan telaah data serta disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

5.4.6 Validitas data


Validitas data kualitatif menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari
triangulasi sumber data dan triangulasi metodelogi (Wibowo, 2014) :
1. Triangulasi sumber data, yaitu melakukan cross check data dengan sumber/informan
yang berbeda untuk menggali informasi yang sama.
2. Triangulasi metodelogi, yaitu validitas data dengan menggunakan lebih dari satu metode
pengumpulan data. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam, pengisian kuesioner dan telaah dokumen. Penelitian ini juga
dilakukan dengan telaah kebijakan atau standar prosedur operasional terkait proses
serah terima pasien antar perawat dan komunikasi efektif.

You might also like