Professional Documents
Culture Documents
Research article
Muh. Abdurrouf1, Nursalam2, Ahsan3, Mira Triharini2, Maya Dwi Yustini1, Dyah Wiji
Puspitasari1, Retno Issroviatiningrum1, Nila Fauziza1
1 Faculty of Nursing Universitas Islam Sultan Agung, Indonesia
2 Faculty of Nursing, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
3 Faculty of Nursing, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Corresponding author:
Muh. Abdurrouf
abdurrouf@unissula.ac.id
Media Keperawatan Indonesia, Vol 6 No 2, May 2023
e-ISSN: 2615-1669
ISSN: 2722-2802
DOI: 10.26714/mki.6.2.2023.127-133
Media Keperawatan Indonesia, Vol 6 No 2, May 2023/ page 127-133 128
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik
Kategori f %
responden
Umur 23-30 57 48,3 Budaya Keselamatan Pasien
31-40 37 31,4
41-53 24 20,3 Tabel 3.
Jenis kelamin Laki-Laki 29 24.6 Distribusi Frekuensi Penerapan Budaya
Wanita 89 75,4 Keselamatan Pasien
Tingkat D-III Kep 74 62.7 Indikator f %
pendidikan S1 Kep 44 37.3 Budaya Keselamatan Pasien
Lama kerja >16 1 8 Cukup 11 9,3
9-16 36 30.5 Baik 107 90,7
1-8 81 68.6 Total 118 100
Tabel 4.
Tabulasi Silang Hubungan Peran Pemimpin dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien
Peran Budaya Keselamatan Pasien p-value R
Pemimpin
Cukup Baik Total
0,000 0,381
n % n %
Cukup 6 5,1 5 4,2 11 9,3
Baik 3 2,5 104 88,1 107 99,7
Total 9 7,6 109 92,4 118 100
dalam kategori baik, hasil penelitian ini Pimpinan memberikan motivasi dengan
sesuai dengan penelitian Hao et al., (2020) cara menumbuhkan budaya keselamatan
di rumah sakit Shenzhen yaitu secara umum pasien serta melakukan koordinasi antar
pelaksanaan budaya keselamatan pasien unit atau individu mengenai mengambil
termasuk dalam kategori baik. keputusan tentang keselamatan pasien.
Pemimpin mengalokasikan sumber daya
Menurut Reason, (2016) budaya yang baik untuk mengukur serta mengkaji
keselamatan terdiri dari budaya pelaporan, mengenai peningkatkan kinerja rumah
budaya fleksibel, budaya keadilan, budaya sakit serta keselamatan pasien. Pemimpin
informasi dan budaya belajar. Budaya harus mengukur serta mengkaji
keselamatan tersebut dapat dibagi menjadi keefektifan dan berkontribusi
beberapa dimensi yaitu : tindakan meningkatkan kinerja yang baik di rumah
supervisor dalam meningkatkan sakit dan keselamatan pasien. Para perawat
keselamatan pasien, dukungan manajemen diberikan motivasi untuk bersedia
terhadap keselamatan pasien, kerjasama melaporkan setiap insiden atau kejadian
tim di dalam atau antar unit, serah terima yang akan terjadi dan sedang terjadi dan
pasien dan transmisi, respon non punitive pencegahan insiden namun tetap terjadi.
(tidak memberikan hukuman terhadap Oleh karena itu, pelaporan insiden
kesalahan), Frekuensi pelaporan kejadian, merupakan bahan pelajaran yang penting.
kerjasama antar tim [23] Pemimpin harus mampu memotivasi
kepada staff dengan cara memberikan
Budaya keselamatan pasien merupakan pujian. Pujian yang diberikan kepada staf
persepsi anggota organisasi tentang akan menjadikan mereka menyelesaikan
keselamatan pasien dengan tujuan pekerjaan sesuai dengan program yang
melindungi pasien terhadap kesalahan ditetapkan [26].
tindakan maupun cidera akibat tindakan
yang dilakukan. Persepsi tersebut berupa Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
standar profesi, tanggung jawab, dilakukan Ikhlas & Pratama (2021)
komunikasi, norma dan kebijakan. Budaya menyatakan bahwa hal yang penting pada
ini sangat mempengaruhi keyakinan budaya keselamatan pasien adalah
individu dalam memberikan pelayanan memberikan informasi pelaporan yang
kepada pasien (Sorra et al., 2016 ; dapat menjadi bahan evaluasi dan
Alshammari et al., 2019). pembelajaran bagi manajer/ kepala
ruangan di rumah sakit agar dapat
Korelasi Peran Pemimpin dengan Budaya
mencegah insiden atau kejadian
Keselamatan Pasien keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengan
penelitian Yarnita (2019) menyatakan
Hasil penelitian ini menggambarkan frekuensi pelaporan insiden yang terjadi di
hubungan signifikan antara budaya rumah sakit Arifin Achmad sudah
keselamatan pasien dengan peran dilaksanakan dengan tepat. Hasil dari
pemimpin yang memiliki hubungan bersifat pelaporan insiden keselamatan dijadikan
arah dan sedang hubungan positif, adalah keputusan serta sebagai pembelajaran.
apabila peran pemimpin yang terdiri dari Pengambilan keputusan yang tepat
peran pengambilan keputusan, peran sehingga sesuai budaya keselamatan pasien
informasional, peran interpersonal maka diperlukan evaluasi pelaporan
dilaksanakan dengan baik maka akan insiden atau kejadian keselamatan pasien.
meningkatkan budaya keselamatan pasien,
demikian juga sebaliknya apabila peran Penelitian yang dilakukan Nivalinda (2013)
pemimpin tidak dilaksanakan dengan baik menunjukkan adanya hubungan antara
maka budaya keselamatan pasien akan peran pemimpin dengan budaya
kurang baik. keselamatan pasien. Hal ini sesuai dengan