You are on page 1of 13

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Penilaian Praoperasi Bedah Jantung


Preoperative Assessment of Cardiac Surgery
Donni Indra Kusuma*, Heru Dwi Jatmiko**
*
RSUD KRMT Wongsonegoro, Semarang, Indonesia
**
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro/ RSUP
Dr. Kariadi, Semarang, Indonesia

Korespondensi : donnianestesi@icloud.com

ABSTRACT
Although the development of medical science regarding the pathophysiology of
cardiovascular disease has developed, this disease remains to be the most common cause
of death in the world. Heart surgery offers a potential that is quite beneficial for most
patients. There are various methods that used to optimize the results of cardiac surgery
and to reduce postoperative mortality. One of them is preoperative assessment of patients
before performing heart surgery. Preoperative assessment of patients who will
experience the heart surgery includes four main examination, anamnesis, physical
examination, laboratory examination, and cardiology examination. Risk assessment is
needed by the anesthetist to assess the patient's risk factors and how they affect the
patient's mortality rate when a heart surgery is performed. Scoring systems that are often
used include the Detsky preoperative heart risk index, the European System for Cardiac
Operative Risk Evaluation (EuroSCORE) scoring system, and the Cardiac Anesthesia
Risk Evaluation Score (CARE). The American College of Cardiology (ACC) and the
American Heart Association (AHA) compile an algorithm regarding the approach in
preoperative heart assessment based on existing evidence and expert opinion. This
algorithm provides a perspective from the doctor who handles the patient in giving
informed consent and as a guidance in perioperative management to minimize the risk.

Keywords: American College of Cardiology; American Heart Association; heart;


preoperative; perioperative

ABSTRAK
Meskipun perkembangan ilmu kedokteran mengenai patofisiologi penyakit
kardiovaskular sudah berkembang, namun penyakit ini tetap menjadi penyebab kematian
terbanyak di seluruh dunia. Bedah jantung menawarkan potensi yang cukup
menguntungkan bagi sebagian besar pasien. Berbagai macam cara dilakukan untuk
mengoptimalkan hasil dari bedah jantung dan menurunkan tingkat mortalitas
pascaoperasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penilaian praoperasi pasien
sebelum melakukan bedah jantung. Penilaian praoperasi pasien yang akan dilakukan

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 175


Jurnal Anestesiologi Indonesia

operasi jantung meliputi empat hal utama, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan kardiologi. Penilaian risiko diperlukan oleh
dokter anestesi untuk menilai faktor-faktor risiko yang dimiliki pasien dan bagaimana
pengaruhnya dengan tingkat mortalitas pasien apabila dilakukan operasi jantung. Sistem
penilaian yang sering digunakan antara lain indeks risiko jantung praoperasi dari Detsky,
sistem penilaian European System for Cardiac Operative Risk Evaluation (EuroSCORE),
dan Cardiac Anaesthesia Risk Evaluation Score (CARE). American College of
Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA) menyusun sebuah algoritme
mengenai pendekatan dalam pemeriksaan jantung praoperasi. Algoritme ini membantu
dokter dalam memberikan informed consent dan sebagai panduan dalam manajemen
perioperatif untuk meminimalkan risiko.

Kata kunci: American College of Cardiology; American Heart Association; jantung;


perioperatif; praoperasi

PENDAHULUAN harus terjaga karena berpengaruh


Meskipun ilmu kedokteran mengenai terhadap kemungkinan terjadinya
patofisiologi penyakit kardiovaskular kerusakan otak maupun jantung.3,4
telah sangat berkembang, namun
penyakit ini tetap menjadi penyebab Penilaian praoperasi pada pasien yang
kematian terbanyak di seluruh dunia. akan dilakukan operasi jantung
Bedah jantung menawarkan potensi dilakukan sebagai langkah untuk
yang cukup menguntungkan bagi mempersiapkan dan mengoptimalkan
sebagian besar pasien. Bedah jantung pasien sebelum dilakukan operasi.
merupakan operasi dengan tingkat risiko Langkah ini dilakukan oleh dokter
yang tinggi, dan hal ini berhubungan anestesi dengan mencari faktor-faktor
dengan besar kelainan pada jantung, yang dapat meningkatkan risiko pasien
prosedur operasi yang dilakukan, dan mengalami perburukan dan melakukan
keadaan pasien praoperasi.1 Karena intervensi yang sesuai untuk mengurangi
semakin dibutuhkannya tindakan bedah efek dari faktor risiko tersebut. Penilaian
jantung, berbagai macam cara dilakukan praoperasi pasien yang akan dilakukan
untuk mengoptimalkan hasil dari bedah operasi jantung meliputi empat hal
jantung dan menurunkan tingkat utama, yaitu anamnesis, pemeriksaan
mortalitas pascaoperasi. Salah satu cara fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
yang dapat dilakukan adalah penilaian pemeriksaan kardiologi.2,5
praoperasi pasien sebelum dilakukan
bedah jantung.2 Anamnesis
Anamnesis merupakan poin penting
Demi hasil terbaik, dokter anestesi harus dalam penilaian praoperasi. Anamnesis
mengetahui semua faktor risiko yang dimulai dengan menanyakan riwayat
ada, dan dapat mengatasi hal tersebut penyakit yang sekarang dialami,
sebagai bagian dari tim. Seorang dokter terutama mengenai gejala-gejala yang
anestesi harus mengetahui faktor resiko diakibatkan oleh penyakit
yang berkaitan dengan anestesi sehingga kardiovaskular. Selain itu, riwayat
faktor tersebut tidak terabaikan. Selain penyakit dahulu, riwayat alergi, obat-
itu, stabilitas hemodinamik saat anestesi obatan yang dikonsumsi, serta riwayat

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 176


Jurnal Anestesiologi Indonesia

operasi dan anestesi sebelumnya juga prognosis yang berbeda tergantung dari
perlu ditanyakan kepada pasien.2 derajat keparahannya. Terdapat dua
klasifikasi yang dapat digunakan untuk
Riwayat Penyakit Sekarang. mengetahui tingkat keparahan angina,
Gejala yang sering ditemukan pada yaitu klasifikasi dari New York Heart
pasien dengan penyakit jantung koroner Association (NYHA) dan Canadian
berupa angina pektoris. Angina pektoris Cardiovascular Society (CCS) seperti
umumnya dideskripsikan pasien sebagai pada Tabel 1 dan Tabel 2. Klasifikasi ini
nyeri tumpul seperti tertekan pada dapat memberikan gambaran umum
daerah dada kiri pasien dan dapat mengenai fungsi jantung pasien serta
menjalar ke lengan, leher, rahang dan peningkatan risiko perburukan selama
punggung. Gejala ini ditimbulkan akibat operasi. Pasien dengan NYHA 4
adanya perfusi jantung yang tidak memiliki tingkat mortalitas sebesar 6,6%
adekuat.2,6 setelah dilakukan operasi pintas koroner
(Coronary Arterial Bypass Grafting
Meskipun gejalanya dapat bervariasi, (CABG).5
namun angina dapat menunjukkan

Tabel 1. Klasifikasi fungsional New York Heart Association (NYHA)5


Kategori Penjelasan

NYHA 1 Pasien dengan penyakit jantung namun tanpa keterbatasan melakukan aktivitas
fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan berlebihan, palpitasi,
dispnea atau nyeri angina
NYHA 2 Pasien dengan penyakit jantung dengan keterbatasan ringan melakukan aktivitas
fisik. Mereka nyaman pada saat istirahat. Aktivitas fisik biasa menyebabkan
kelelahan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina
NYHA 3 Pasien dengan penyakit jantung dengan keterbatasan nyata melakukan aktivitas
fisik. Mereka nyaman pada saat istirahat. Aktivitas fisik ringan dapat
menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina.
NYHA 4 Pasien dengan penyakit jantung dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
fisik tanpa gangguan. Gejala-gejala insufisiensi jantung atau sindrom angina
dapat muncul bahkan pada saat istirahat. Jika melakukan aktivitas fisik apapun
gangguan akan semakin berat.

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 177


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 2. Klasifikasi angina berdasarkan aktivitas dari Canadian Cardiovascular Society


(CCS)5
Kategori Penjelasan
CCS 1 Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan angina. Angina terjadi pada kegiatan yang
menguras tenaga atau cepat atau berkepanjangan saat kerja atau rekreasi.
CCS 2 Pembatasan ringan aktivitas biasa. Angina terjadi saat berjalan atau menaiki tangga
dengan cepat, berjalan naik, berjalan, atau memanjat tangga setelah makan, atau
dalam cuaca dingin atau berangin, atau di bawah tekanan emosional, atau hanya
selama beberapa jam setelah bangun. Angina terjadi ketika berjalan lebih dari satu
tingkat tangga dengan langkah normal dan dalam kondisi normal.
CCS 3 Pembatasan nyata aktivitas fisik biasa. Angina terjadi saat berjalan satu sampai dua
blok pada lantai yang sama dan menaiki satu tingkat tangga dalam kondisi normal
dengan langkah yang normal.
CCS 4 Ketidakmampuan untuk melanjutkan aktivitas fisik apapun tanpa gangguan –
angina dapat terjadi pada saat istirahat.

Riwayat Penyakit Dahulu Aspirin secara permanen menginaktivasi


Riwayat penyakit dahulu juga dapat enzim cyclooxygenase (COX) melalui
menjadi faktor risiko praoperasi yang proses asetilasi, mencegah pembentukan
perlu ditangani. Pasien dengan riwayat tromboksan A2 dan agregasi trombosit.
infark miokard sebelumnya memiliki Aspirin dapat menyebabkan peningkatan
risiko lebih tinggi terjadinya infark pendarahan pascaoperasi. Durasi aspirin
berulang, terutama apabila infark berkisar antara 7 hingga 9 hari, sehingga
miokard terjadi 3 bulan sebelum pasien dengan angina stabil terapi aspirin
dilakukan operasi. Pasien dengan perlu dihentikan 7 hari sebelum operasi.
riwayat gagal jantung kongestif dan Pada pasien dengan angina tidak stabil
hipertensi umumnya memiliki kelainan atau stenosis arteri koroner cabang kiri,
fungsi ventrikel kiri. Pasien dengan lebih aman untuk meneruskan terapi
riwayat kelainan pembuluh darah perifer aspirin dan meminimalisasi efek
memiliki risiko terjadinya diseksi aorta samping perdarahan.5
pada saat kanulasi. Penyakit pembuluh
darah perifer juga dapat mencegah Obat Anti Inflamasi Non Steroid
penggunaan pulsasi balik balon (OAINS) seperti diklofenak dan
intraaorta bila diperlukan. Riwayat ibuprofen juga menghambat COX tetapi
operasi sebelumnya juga perlu efeknya reversibel dalam 6-12 jam.
2
ditanyakan. Obat-obatan ini juga harus dihentikan
karena dapat meningkatkan perdarahan
Riwayat Pengobatan Sebelumnya pascaoperasi. Selain itu OAINS
Riwayat pengobatan sebelumnya, memiliki efek samping lain berupa erosi
termasuk pengobatan yang sedang gastrointestinal dan gangguan ginjal.5
dijalani pasien, penting untuk diketahui,
untuk mencari tahu obat apa saja yang Warfarin merupakan turunan kumarin
dapat mempengaruhi hasil dari bedah sintetik yang berfungsi mencegah
jantung. Beberapa obat bahkan dapat pembentukan faktor koagulasi II, VII,
menimbulkan komplikasi intraoperasi IX, dan X dalam hati dengan
dan pascoperasi sehingga perlu menghambat gamma-karboksilasi
dihentikan sebelum operasi. protein prekursor yang dimediasi

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 178


Jurnal Anestesiologi Indonesia

vitamin K. Efek warfarin dipantau Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan


melalui international normalized ratio rutin, seperti pemeriksaan tanda vital,
(INR). Waktu paruh warfarin sekitar 44 pemeriksaan jalan napas, pemeriksaan
jam sehingga warfarin perlu dihentikan jantung dan sistem organ lain yang dapat
beberapa hari sebelum operasi hingga mempengaruhi hasil pembedahan.
INR berkisar antara 2-2,5. Jika INR tetap Adanya hipotensi praoperasi harus
tinggi meski warfarin telah dihentikan, segera ditangani. Pasien dengan gagal
maka pembedahan harus ditunda atau jantung kongestif yang ditandai dengan
diberikan vitamin K atau infus fresh adanya distensi vena jugularis, gallop,
frozen plasma (FFP) sebanyak 20 ml/Kg atau edema paru memiliki risiko
untuk melawan efek warfarin.5 morbiditas perioperatif yang lebih tinggi.
Pemeriksaan neurologis juga perlu
Heparin terikat pada mencegah dilakukan untuk mengetahui adanya
pembentukan bekuan fibrin dengan defisit neurologis sebelumnya.2
menghambat pembentukan faktor
penstabil fibrin yang teraktivasi oleh Pemeriksaan Laboratorium
trombin. Heparin digunakan dalam Hitung Darah Lengkap
tatalaksana angina tidak stabil, serta Kadar hemoglobin harus diketahui
merupakan terapi utama untuk sebelum pembedahan. Hemodilusi
mencegah pembekuan darah selama signifikan terjadi selama CPB dan dapat
Cardio Pulmonary Bypass (CPB), memerlukan transfusi darah untuk
sehingga terapi heparin harus mempertahankan hantaran oksigen
dilanjutkan sampai loading dose tercapai apabila kadar hemoglobin praoperasi
sebelum pemasangan CPB.5 kurang dari 10 g/dL. Optimalisasi kadar
hemoglobin perlu dilakukan dengan
Obat-obatan antihipertensi seperti beta suplementasi zat besi dan agen lain
blocker dan calcium channel blocker seperti eritropoietin. Anemia akibat
perlu dilanjutkan hingga waktu penyakit kronis dan berhubungan
pembedahan. Akan tetapi, penggunaan dengan hemoglobinopati dapat diterapi
Angiotensin Converting Ezyme-Inhibitor dengan transfusi darah. Penting
(ACE-I) harus dihentikan 24-48 jam diperhatikan bahwa pasien dengan gagal
sebelum pembedahan karena dapat ginjal kronis sering ditemukan anemia,
menyebabkan hipotensi berat selama namun kadar hemoglobin tidak boleh
CPB.5 dinaikkan dengan cepat karena dapat
memicu terjadinya gagal jantung. Selain
Obat hipoglikemik oral dari kelompok hemoglobin, kadar trombosit juga harus
sulfonylurea berperan sebagai diketahui dan ditangani bila perlu. Hal
penghambat kanal kalium, sehingga ini dikarenakan fungsi trombosit akan
dapat melawan efek menguntungkan menurun karena pemberian aspirin,
dari ischaemic preconditioning yang sehingga perlu dipastikan bahwa kadar
dapat meningkatkan mortalitas dan trombosit praoperasi cukup.2
morbiditas pasien diabetes setelah bedah
jantung. Obat hipoglikemik oral Status Koagulasi
disarankan untuk diganti menjadi terapi Kelainan pembekuan darah perlu
insulin 5-7 hari sebelum pembedahan.5 diketahui dan ditangani praoperasi. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi
Pemeriksaan Fisik perdarahan yang terjadi selama operasi.
Harus dilakukan kepada semua pasien. Penyebab utama adanya koagulopati

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 179


Jurnal Anestesiologi Indonesia

praoperasi antara lain terapi obat-obatan pemeriksaan glukosa darah perlu


seperti aspirin dan dipyridamole serta dilakukan sebelum operasi. Prosedur
fungsi hati yang abnormal. Penanganan bedah dapat menyebabkan sejumlah
koagulopati praoperasi dapat dilakukan gangguan metabolisme yang dapat
dengan cara pemberian obat-obatan mengubah homeostasis glukosa normal.
seperti vitamin K dan antifibrinolitik, Hiperglikemia yang dihasilkan karena
serta pemberian transfusi fresh frozen ketidakseimbangan glukosa merupakan
plasma atau trombosit.2,7 salah satu faktor risiko terjadinya sepsis
pascaoperasi, disfungsi endotel, iskemia
Pemeriksaan Fungsi Ginjal otak, dan gangguan penyembuhan luka.
Pasien dengan gangguan ginjal Selain itu, respon stres juga dapat
sebelumnya mempunyai risiko tinggi menyebabkan gangguan lain termasuk
mengalami gagal ginjal pascaoperasi, ketoasidosis diabetik (KAD) atau
yang mempunyai tingkat mortalitas yang Hyperosmolar Hyperglycemic State
tinggi. Creatinine Clearance merupakan (HHS) selama operasi atau
pengukuran yang dapat dilakukan dan pascaoperasi.10–12
menunjukkan tingkat gangguan ginjal
yang akurat. Pasien-pasien yang berisiko Pemeriksaan Kardiologi
harus selalu terhidrasi dengan baik dan Elektrokardiografi (EKG)
dihindari penggunaan obat-obatan yang EKG dapat memberikan informasi
bersifat nefrotoksik. Selain itu, urine penunjang untuk mengetahui adanya
output pasien harus selalu dipantau baik kelainan jantung praoperasi, antara lain
sebelum, saat dan sesudah operasi. infark miokard, hipertrofi jantung dan
Adanya urine output yang sangat rendah aritmia. Infark miokard ditandai dengan
atau tidak ada sama sekali dapat adanya depresi atau elevasi segmen ST
diakibatkan adanya gagal ginjal akut lebih dari 0,5 mm atau gelombang T
yang perlu segera ditangani.2,8 negatif lebih dari 2 mm. Lokasi
terjadinya infark miokard dapat dinilai
Pemeriksaan Fungsi Hati berdasarkan lead yang menunjukkan
Hati berfungsi sebagai salah satu organ gambaran infark seperti pada Gambar
yang melakukan metabolisme obat, serta 1.2,13
sebagai sumber sintesis faktor
pembekuan. Pasien dengan penyakit hati Exercise Tolerance Test (ETT)
juga dapat mengalami trombositopenia ETT dilakukan pada pasien dengan
yang dapat meningkatkan perdarahan angina stabil yang memiliki gambaran
intraoperasi. Fungsi hati dinilai melalui EKG dalam batas normal pada saat
serum glutamic oxaloacetic istirahat. Pasien sebelum memulai
transaminase (SGOT) dan serum latihan dilakukan pemeriksaan EKG
glutamic pyruvic transaminase (SGPT). terlebih dahulu. Dengan lead terpasang,
Fungsi hati yang terganggu biasanya pasien melakukan latihan dengan
terjadi akibat gagal jantung kanan atau menggunakan treadmill maupun sepeda
konsumsi alkohol berlebihan.2,9 statis. Uji kemudian dihentikan apabila
pasien mengalami gejala, mengalami
Glukosa Darah perubahan segmen ST lebih dari 2 mm,
Diabetes melitus sering ditemukan pada penurunan tekanan darah lebih dari 15
pasien yang menjalani bedah jantung, mmHg atau aritmia ventrikular.13,14
dan terkadang baru ditemukan saat
persiapan pembedahan, oleh karenanya

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 180


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Interpretasi dari pemeriksaan ETT pembuluh darah femoralis dengan teknik


berupa kemampuan latihan serta respon Jedkin.2,16
klinis, hemodinamik dan EKG terhadap
latihan yang diberikan. Gambaran Angiografi koroner dapat menunjukkan
respon EKG yang menunjukkan iskemia anatomi pembuluh koroner, lokasi dan
berupa adanya depresi atau elevasi luas stenosis dan sumbatan, dan luas dari
segmen ST minimal 1 mm pada 0,08 sirkulasi kolateral. Ventrikulografi dapat
detik setelah kompleks QRS. ETT juga menilai anatomi dan pergerakan otot
dapat menimbulkan aritmia, umumnya jantung. Ventrikulografi juga dapat
berupa kontraksi ventrikel prematur, mengukur tekanan pada tiap bilik
yang juga menjadi prediktor timbulnya jantung. Selain itu, ventrikulografi juga
perburukan. Kontraindikasi dari dapat mengukur fungsi ventrikel dengan
pemeriksaan ini antara lain adanya menghitung fraksi ejeksi. Kateterisasi
stenosis aorta, infark miokard akut jantung juga dapat melakukan
dalam 7 hari, hipertensi pulmonal dan pengukuran saturasi oksigen dan
angina tidak stabil.5,14 konsentrasi oksigen dalam darah.2,17

Ekokardiografi Magnetic Ressonance Imaging (MRI)


Ekokardiografi adalah modalitas jantung
noninvasif yang dapat memberikan MRI jantung telah mengambil peran
informasi anatomis dan fisiologis yang semakin penting untuk menilai
jantung dengan gambaran real time anatomi, fungsi, dan perkembangan
menggunakan gelombang ultrasonik. patofisiologi. Abnormalitas irama
Ekokardiografi sering digunakan untuk jantung lebih sering terjadi pada pasien
menilai fungsi ventrikel yang dinyatakan yang lebih tua dengan defek residual dan
sebagai fraksi ejeksi atau pemendekan pasien ventrikel tunggal. Jika ada
fraksional. Fraksi ejeksi normal sekitar riwayat kelainan irama jantung,
70%, dan seiring penurunan nilai pemeriksaan EKG atau Holter baru-baru
tersebut akan meningkatkan risiko ini harus ditinjau. Cardiovascular
operasi. Ekokardiografi juga dapat magnetic resonance (CMR) berkembang
mengukur adanya kelainan pada katup pesat sebagai modalitas diagnostik yang
jantung. Awalnya, pemeriksaan penting pada pasien dengan penyakit
ekokardiografi hanya dilakukan secara jantung bawaan (PJB). Sejumlah
transthorakal, namun saat ini penelitian menunjukkan tingginya
pemeriksaan ekokardiografi juga dapat akurasi dalam diagnosis berbagai macam
dilakukan secara transesofageal.2,15 penyakit jantung bawaan.15,18

Kateterisasi Jantung Penilaian Risiko


Saat ini, kateterisasi jantung paling Penilaian risiko diperlukan oleh dokter
sering dilakukan sebagai prosedur anestesi untuk menilai faktor-faktor
intervensi, tetapi data diagnostik yang risiko yang dimiliki pasien dan
berharga juga tersedia dari modalitas ini. bagaimana pengaruhnya dengan tingkat
Kateterisasi jantung merupakan mortalitas pasien apabila dilakukan
pemeriksaan komprehensif yang rutin operasi jantung. Sistem penilaian yang
dilakukan pada semua pasien yang akan sering digunakan antara lain indeks
menjalani bedah jantung. Pemasangan risiko jantung praoperasi dari Detsky,
kanulasi dapat dilakukan baik dari arteri sistem penilaian European System for
brakialis dengan teknik Sones atau Cardiac Operative Risk Evaluation

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 181


Jurnal Anestesiologi Indonesia

(EuroSCORE), dan Cardiac Anaesthesia prosedur bedah jantung. Klasifikasi


Risk Evaluation Score (CARE).19–21 menggunakan penilaian dari tiga
variabel klinis yaitu kondisi penyakit
Indeks Risiko Jantung praoperasi Detsky komorbid, kesulitan pembedahan dan
Indeks risiko jantung praoperasi pertama urgensi pembedahan. Klasifikasi ini
kalinya dibuat oleh Goldman dkk, memiliki 5 tingkatan risiko, dengan
namun pada tahun 1986 Detsky dkk klasifikasi tambahan (E) bila
memodifikasi indeks tersebut dengan pembedahan dilakukan segera setelah
menambahkan beberapa variabel seperti diagnosis. Tingkatan risiko serta tingkat
angina dan edema pulmo menjadi seperti mortalitas dan morbiditas masing-
yang ditunjukkan pada Tabel 3. Pada masing tingkatan risiko tercantum pada
indeks ini, pasien dikelompokkan Tabel 5.23
menjadi 3 golongan risiko.
Algoritme Pemeriksaan Jantung
EuroSCORE Perioperatif
Sistem penilaian EuroSCORE (Tabel 4) American College of Cardiology (ACC)
menggunakan beberapa faktor risiko, dan American Heart Association (AHA)
dimana masing-masing faktor risiko menyusun sebuat algoritme mengenai
tersebut memiliki skor tertentu, jumlah pendekatan dalam pemeriksaan jantung
skor akan menunjukkan perkiraan praoperasi (Gambar 2.) berdasarkan
tingkat mortalitas dari pasien bukti dan opini ahli yang ada. Algoritme
19,22
tersebut. ini memberikan perspektif dari dokter
yang menangani pasien dalam
CARE Score memberikan informed consent dan
CARE merupakan klasifikasi sederhana sebagai panduan dalam manajemen
yang bermanfaat dalam memperkirakan perioperatif untuk meminimalkan
mortalitas dan morbiditas setelah suatu risiko.23–25

Gambar 1. Lokalisasi dinding ventrikel pada EKG13

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 182


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 3. Indeks risiko multifaktorial Detsky19


Kriteria Skor
Penyakit Jantung Koroner
Infark miokard < 6 bulan 10
Infark miokard > 6 bulan 5
CCS
CCS III 10
CCS IV 20
Edem Pulmonal
<1 minggu 10
>1 minggu 5
Aritmia
Ritme selain sinus dengan kontraksi atrial prematur 5
pada EKG terakhir
Lebih dari 5 kontraksi ventrikel prematur per menit 5
Dicurigai stenosis aorta kritis 20
Kondisi umum buruk 5
Usia > 70 tahun 5
Operasi darurat 10

Tabel 4. Sistem penilaian EuroSCORE19,22


Faktor pasien Skor
Usia Setiap 5 tahun diatas 60 tahun 1
Jenis kelamin Perempuan 1
Penyakit paru kronis Penggunaan bronkodilator dan steroid jangka panjang untuk 1
penyakit paru
Arteriopati ekstrakardia Salah satu dari berikut : klaudikasio, oklusi atau stenosis 2
>50% pada karotis, riwayat atau rencana intervensi aorta
abdominal, arteri tungkai atau karotis
Gangguan neurologis Penyakit yang sangat mengganggu kegiatan sehari-hari 2
Riwayat bedah jantung Yang membutuhkan pembukaan pericardium 3
Kreatinin serum >200 μmol/L praoperasi 2
Endokarditis aktif Masih mengonsumsi antibiotic untuk endokarditis saat 3
operasi
Kondisi praoperasi kritis Salah satu dari : takikardi atau fibrilasi ventrikel, pijat 3
jantung praoperasi, ventilasi praoperasi sebelum dibawa ke
ruang anestesi, bantuan inotropik praoperasi, intra aortic
counterpulsation, atau gagal ginjal akut praoperasi (anuria
atau oliguria < 10 mL/jam)
Faktor jantung
Angina tidak stabil Angina yang memerlukan nitrat intravena hingga sampai 2
ruang anestesi
Disfungsi ventrikel kiri Sedang (LVEF 30-50%) 1
Buruk (LVEF <30%) 3
Riwayat infark miokard <90 hari sebelum operasi 2
Hipertensi pulmonal Tekanan sistolik arteri pulmonal >60 mmHg 2
Faktor operasi
Emergensi Melakukan rujukan sebelum hari kerja berikutnya 2
Selain operasi CABG Bedah jantung mayor selain atau bersama CABG 2
Pembedahan aorta Untuk gangguan pada aorta asenden, arkus aorta atau aorta 3
thorax desenden
Ruptur septum postinfark 4

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 183


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Tabel 5. Sistem penilaian CARE Score23


Care Penjelasan Emergensi Mortalitas Morbiditas
Score
1 Pasien dengan penyakit jantung yang stabil 0,5% 5,4%
tanpa komorbid yang tidak menjalani operasi
kompleks
2 Pasien dengan penyakit jantung yang stabil 1,1% 10,3%
dengan 1 atau lebih penyakit komorbid
terkontrol yang tidak menjalani operasi
kompleks
3 Pasien dengan penyakit komorbid tidak Tidak 2,2% 19,0%
3B terkontrol atau menjalani operasi kompleks Ya 4,5% 32,1%
4 Pasien dengan penyakit komorbid tidak Tidak 8,8% 48,8%
4B terkontrol dan menjalani operasi kompleks Ya 16,7% 65,8%
5 Pasien dengan penyakit jantung kronis atau Tidak 29,3% 79,6%
5B lanjut dimana operasi dilakukan untuk Ya 46,2% 88,7%
menyelamatkan nyawa atau meningkatkan
kualitas hidup

Gambar 2. Algoritme AHA/ACC mengenai Pemeriksaan Jantung Praoperasi23

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 184


Jurnal Anestesiologi Indonesia

RINGKASAN 3. Charlesworth DC, Likosky DS,


Penilaian praoperasi pada pasien yang Marrin CA., Maloney CT, Quinton
akan menjalani bedah jantung dilakukan HB, Morton JR, et al.
sebagai langkah untuk mempersiapkan Development and validation of a
dan mengoptimalkan kondisi pasien prediction model for strokes after
sebelum dilakukan pembedahan, yang coronary artery bypass grafting.
dilakukan dengan mencari faktor-faktor The Annals of Thoracic Surgery.
yang dapat meningkatkan risiko pasien 2003 Aug;76(2):436–43
mengalami perburukan dan melakukan 4. Anyanwu AC, Filsoufi F, Salzberg
intervensi yang sesuai untuk mengurangi SP, Bronster DJ, Adams DH.
efek dari faktor risiko tersebut. Penilaian Epidemiology of stroke after
praoperasi pasien yang akan dilakukan cardiac surgery in the current era.
operasi jantung meliputi empat hal The Journal of Thoracic and
utama, yaitu anamnesis, pemeriksaan Cardiovascular Surgery. 2007
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan Nov;134(5):1121-1127.e1
pemeriksaan kardiologi. 5. Boom C. Panduan Klinis
Perioperatif Kardiovaskular
Penilaian risiko diperlukan oleh dokter Anestesia. Jakarta: Komisi
anestesi untuk menilai faktor-faktor Pendidikan Spesialis
risiko yang dimiliki pasien dan Anestesiologi Konsultan Anestesi
bagaimana pengaruhnya dengan tingkat Kardiovascular (KAKV). Aksara
mortalitas pasien apabila dilakukan Bermakna; 2013: Hal. 91-92
operasi jantung, dan dinilai berdasarkan 6. Anaesthesia Handbook.
sistem penilaian seperti pada indeks International Committee of the
risiko jantung praoperasi dari Detsky, Red Cross. 2017 Jan;180
sistem penilaian EuroSCORE dan 7. Hijrineli, Harahap MS, Soenarjo S.
CARE. Pengaruh Asam Traneksamat pada
Profil Koagulasi Pasien yang
DAFTAR PUSTAKA Mendapatkan Ketorolak. JAI
1. Pons JMV, Espinas JA, Borras JM, (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Moreno V, Martin I, Granados A. [Internet]. 2014 Mar 4 [sebelum
Cardiac Surgical Mortality: November 2018];5(3). Available
Comparison Among Different from:
Additive Risk-Scoring Models in a https://ejournal.undip.ac.id/index.
Multicenter Sample. Archives of php/janesti/article/view/6308
Surgery [Internet]. 1998 Oct 1 8. Coscas R, Wagner S, Vilaine E,
[sebelum November 2018] Sartorius A, Javerliat I, Alvarez
;133(10). Available from: JC, et al. Preoperative Evaluation
http://archsurg.jamanetwork.com/ of the Renal Function before the
article.aspx?doi=10.1001/archsurg Treatment of Abdominal Aortic
.133.10.1053 Aneurysms. Ann Vasc Surg. 2017
2. Estafanous FG, Barash PG, Reves Apr; 40:162–9
JG. Principles and Practice: 9. Kokudo T, Hasegawa K, Amikura
Preoperative anesthetic evaluation K, Uldry E, Shirata C, Yamaguchi
[Internet]. [Sebelum November T, et al. Assessment of
2018]. Available from: Preoperative Liver Function in
http://tele.med.ru/book/cardiac_an Patients with Hepatocellular
esthesia/text/es/es006.htm Carcinoma – The Albumin-

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 185


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Indocyanine Green Evaluation Sep;9(5):793–8


(ALICE) Grade. PLoS One 16. Gottlieb EA, Andropoulos DB.
[Internet]. 2016 Jul 19 [sebelum Anesthesia for the patient with
November 2018];11(7). Available congenital heart disease presenting
from: for noncardiac surgery: Current
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pm Opinion in Anaesthesiology. 2013
c/articles/PMC4951137/ Jun;26(3):318–26
10. Sudhakaran S, Surani SR. 17. Diaz LK, Andropoulos DB. New
Guidelines for Perioperative Developments in Pediatric Cardiac
Management of the Diabetic Anesthesia. Anesthesiology
Patient [Internet]. Surgery Clinics of North America. 2005
Research and Practice. 2015 Dec;23(4):655–76
[sebelum November 2018]. 18. Kwong RY. Cardiovascular
Available from: Magnetic Resonance Imaging.
https://www.hindawi.com/journal Springer Science & Business
s/srp/2015/284063/ Media; 2008. 750 p
11. Bock M, Johansson T, Fritsch G, 19. Nashef SA, Roques F, Michel P,
Flamm M, Hansbauer B, Mann E, Gauducheau E, Lemeshow S,
et al. The impact of preoperative Salamon R. European system for
testing for blood glucose cardiac operative risk evaluation
concentration and haemoglobin (EuroSCORE). Eur J Cardiothorac
A1c on mortality, changes in Surg. 1999 Jul;16(1):9–13
management and complications in 20. Estafanous G, Beck GJ, Blum JM,
noncardiac elective surgery: a Paranandi L. Stratification of
systematic review. Eur J Morbidity and Mortality Outcome
Anaesthesiol. 2015 by Preoperative Risk Factors in
Mar;32(3):152–9 Coronary Artery Bypass Patients.
12. Rayfield EJ, Ault MJ, Keusch GT, JAMA Network. 1992 May 6;5
Brothers MJ, Nechemias C, Smith 21. Weightman WM, Gibbs NM,
H. Infection and diabetes: The case Sheminant MR, Thackray NM,
for glucose control. The American Newman MAJ. Risk prediction in
Journal of Medicine. 1982 Mar coronary artery surgery: a
1;72(3):439–50 comparison of four risk scores.
13. Alwi I, Setiati S, Sudoyo A, Medical Journal of Australia.
Sunoto P, Sjaharuddin H, Yamin 1997;166(8):408–11
M. Buku Ajar Penyakit Dalam. 6th 22. Dupuis J-Y, Wang F, Nathan H,
ed. Jakarta: Interna Publisher; Lam M, Grimes S, Bourke M. The
2014 Cardiac Anesthesia Risk
14. Hill J, Timmis A. Exercise Evaluation Score A Clinically
tolerance testing. BMJ. 2002 May Useful Predictor of Mortality and
4;324(7345):1084–7 Morbidity after Cardiac Surgery.
15. Dorfman A, Odegard K, Powell A, Anesthes. 2001 Feb 1;94(2):194–
Laussen P, Geva T. Risk Factors 204
for Adverse Events During 23. Fleisher LA, Fleischmann KE,
Cardiovascular Magnetic Auerbach AD, Barnason SA,
Resonance in Congenital Heart Beckman JA, Bozkurt B, et al.
Disease. Journal of Cardiovascular 2014 ACC/AHA Guideline on
Magnetic Resonance. 2007 Perioperative Cardiovascular

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 186


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Evaluation and Management of RO, Carabello BA, Iii JPE, Guyton


Patients Undergoing Noncardiac RA, et al. 2014 AHA/ACC
Surgery. Journal of the American Guideline for the Management of
College of Cardiology. 2014 Patients With Valvular Heart
Dec;64(22): e77–137 Disease: Executive Summary: A
24. Chopra V, Eagle KA. Report of the American College of
Perioperative Mischief: The Price Cardiology/American Heart
of Academic Misconduct. The Association Task Force on
American Journal of Medicine. Practice Guidelines. American
2012 Oct;125(10):953–5 Heart Association. 2014 Mar
25. Nishimura RA, Otto CM, Bonow 3;127

Volume 10, Nomor 3, Tahun 2018 187

You might also like