You are on page 1of 9

HAKIKAT PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DAERAH

DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

H. Muhammad Syarif Nuh


Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia Makassar
Jalan Urip Sumoharjo Km. 5, 90232
email : nurjannah.hanafizh@yahoo.com

Abstract

Good governance can only be realized in state law. One of the principle of good governance is the principle
of accountability which requires all local governments accountable for their actions in governance.
Accountability of local government consisting of political accountability, law and economics. Political
accountability, there are two kinds of common liability in the form of regional governance that must be done
once a year to the central government as the basic building material evaluation and subsequent local
government and governance accountability reports to Parliament and the Government in form the public
governanceas a judgment to accept or reject the report of accountability that could result in dismissal of the
Local Government and the tremendous responsibility that is required by Parliament in the form requesting
the information reported in the local government accountability office that could result in local governments
can not be nominated for the next period. Legal liability is a liability for the actions of local governments that
harm the public or other parties. Divided into two legal liability personal liability, which focuses on the
functional or behavioral approach may result in a severe misuse of authority in the form of maladministration
and liability positions that focus on the approach to the legality (validity) regarding the use of authority,
procedure and substance. Differences in personal responsibility and liability positions at the consequences
of criminal, civil, and administration. Criminal liability only relates to personal responsibility, civil liability
relating to both personal responsibility and accountability responsibilities and administrative positions
relating to the responsibilities of office. While the economic responsibility held in conjunction with political
accountability.

Keywords: Government, Governance, Accountability

Abstrak

Pemerintahan yang baik hanya dapat diwujudkan dalam Negara Hukum. Salah satu asas pemerintahan
yang baik adalah asas akuntabilitas yang mengharuskan Pemerintah Daerah mempertanggungjawabkan
seluruh tindakannya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
terdiri atas pertanggungjawaban politik, hukum dan ekonomi. Pertanggungjawaban politik, ada dua macam
yaitu pertanggungjawaban biasa dalam bentuk laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang wajib
dilakukan satu kali dalam setahun kepada Pemerintah Pusat sebagai dasar evaluasi dan bahan
pembinaan Pemerintah Daerah selanjutnya dan laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintahan kepada DPRD dan menginformasikan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat
sebagai bahan penilaian untuk menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban tersebut yang dapat
berakibat pemberhentian Pemerintah Daerah dan pertanggungjawaban luar biasa yang diwajibkan oleh
DPRD dalam bentuk meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam masa
jabatannya yang dapat berakibat Pemerintah Daerah tidak dapat dicalonkan untuk periode berikutnya.
Pertanggungjawaban hukum adalah pertanggungjawaban atas tindakan Pemerintah Daerah yang
merugikan masyarakat atau pihak lain. Pertanggungjawaban hukum terbagi dua yakni
pertanggungjawaban pribadi, yang berfokus pada pendekatan fungsional atau prilaku yang dapat
mengakibatkan terjadinya tindakan penyalahgunaan wewenang dalam bentuk maladministrasi dan
pertanggungjawaban jabatan yang berfokus pada pendekatan legalitas (keabsahan) mengenai
penggunaan wewenang, prosedur dan substansi. Perbedaan pertanggungjawaban pribadi dan
pertanggungjawaban jabatan membawa konsekuensi pada pertanggungjawaban pidana, perdata dan
administrasi. Pertanggungjawaban pidana hanya berkaitan dengan tanggung jawab pribadi,

50
H. Muhammad Syarif Nuh, Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

pertanggungjawaban perdata berkaitan dengan baik tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab
jabatan dan pertanggungjawaban administrasi berkaitan dengan tanggung jawab jabatan. Sedangkan
pertanggungjawaban ekonomi dilaksanakan bersamaan dengan pertanggungjawaban politik.

Kata kunci: Pemerintah, Pemerintahan, Pertanggungjawaban, dan Daerah.

Pendahuluan demokratis dalam penyelenggaraan pemerintahan


Pemerintahan yang baik (good governance) daerah sebagaimana dikemukakan di atas, maka
dapat diwujudkan dalam sistem pemerintahan yang kinerja dan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
merefleksikan tatanan hukum yang responsif sesuai seharusnya semakin lebih baik dan optimal serta
dengan kehendak masyarakat. Asumsi tersebut masyarakat akan memainkan peran dan fungsinya
merujuk pada konsep Plato yang dikenal dengan sebagai mitra yang menuntut nilai atas pelayanan
“nomoi” yang menyatakan bahwa penyelenggaraan yang diberikan oleh instansi pemerintah, namun
negara yang baik didasarkan pada pengaturan hukum dalam kenyataannya menunjukkan bahwa
yang baik.1 Asumsi ini menunjukkan bahwa good Pemerintah Daerah belum optimal dalam
governance hanya dapat diwujudkan dalam negara melaksanakan fungsi dan pertanggungjawabannya
hukum. dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dan
Salah satu asas pemerintahan yang baik adalah juga dalam memberikan pelayanan publik yang prima
asas pertanggungjawaban atau akuntabilitas kepada masyarakat. Sebagai contoh, Pemerintah
(accountability). Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Daerah Istimewa Yogyakarta hampir 70%
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 masyarakatnya kecewa atas pelayanan yang
(selanjutnya disingkat UUD NRI Tahun 1945) diterimanya dan Pemerintah Daerah Sulawesi
menegaskan bahwa “kedaulatan berada di tangan Selatan mencapai angka 25,4%,2 hal ini sebagai
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang akibat pengukuran kinerja instansi pemerintah yang
Dasar” merupakan dasar hukum belum dilakukan secara objektif atau belum
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengertian terlaksananya secara baik sistem
bahwa setiap pemegang kekuasaan (pejabat pertanggungjawaban Pemerintah Daerah sebagai
pemerintah) dalam sistem ketatanegaraan Indonesia salah satu bagian dari asas-asas pemerintahan yang
harus dapat mempertanggungjawabkan baik.
implementasi kekuasaannya dalam batas-batas Selama ini, pertanggungjawaban pemerintahan
konstitusi kepada rakyatnya. Dengan demikian, maka lebih ditujukan pada pertanggungjawaban yang
pertanggungjawaban selain diatur dalam negara bersifat adminisfratif formalistik yang meletakkan
hukum juga diatur dalam negara demokrasi. variabelnya pada dokumen dan data yang tersaji
Beralihnya penyelenggaraan pemerintahan dari secara statistik. Padahal jauh lebih penting untuk
sistem sentralisasi ke sistem desentraliasasi di dipahami dan dilaksanakan bahwa
Indonesia berdasarkan Pasal 18 UUD NRI Tahun pertanggungjawaban memiliki ranah makna yang
1945 merupakan entry point bagi Pemerintah Daerah sangat komprehensif termasuk didalamnya
dalam mengatur dan mengurus sendiri argumentasi teoritik dan filosofis dibalik lahirnya suatu
pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas kebijakan yang membutuhkan pertanggungjawaban
pembantuan. Artinya bahwa Pemerintah Daerah dari Pemerintah Daerah.
selain menyelenggarakan urusan rumah tangganya
sendiri juga menyelenggarakan urusan Hakekat Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
Pemerintahan Pusat yang ditugaskan kepadanya. Untuk mengetahui hakikat pertanggungjawaban
Secara normatif, munculnya iklim yang lebih Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

1. Tahir Azhary, 2007, Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam: Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
Cetakan ke tiga, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal.88-89.
2. Agus Dwiyanto, 2008, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, hal. 160.

51
MMH, Jilid 41 No. 1 Januari 2012

pemerintahan, maka terlebih dahulu akan dipaparkan disebut Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
mengenai pengertian-pengertian, konsep-konsep Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk
dan teori-teori yang berkenaan dengan Provinsi disebut Gubernur dan Wakil Gubernur,
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk
penyelenggaraan pemerintahan. Kabupaten/Kota disebut Bupati/Walikota dan Wakil
Terdapat berbagai pandangan mengenai istilah Bupati/Wakil Walikota.
“pemerintah” dan “pemerintahan”. Koentjoro Istilah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Purbopranoto3, mengemukakan bahwa ada dua menunjuk pada Jabatan sedangkan Istilah Gubernur,
pengertian dari istilah pemerintahan yakni Bupati dan Walikota dan Wakil Gubernur, Wakil Bupati
pemerintahan dalam arti yang sempit dan dan Wakil Walikota menunjuk pada Pejabat.
pemerintahan dalam arti yang luas. Dengan Sedangkan istilah pemerintahan menunjuk pada
mengaitkan pandangan van Vollenhoven, fungsi yaitu tugas dan wewenang serta kewajiban
pemerintahan dalam arti yang luas meliputi: 1. yang harus dilaksanakan dan
pembuat peraturan (legislative), 2. dipertanggungjawabkan oleh Kepala Daerah atas
pemerintah/pelaksana (bestuur), 3. peradilan nama Pemerintah Daerah.
(rechtspraak), dan 4. polisi (politie). Dalam pengertian Tugas dan wewenang Kepala Daerah yang
yang sempit, pemerintahan hanya merupakan badan dimaksud di atas, diatur dalam Pasal 25 UU No. 32
pelaksana (executive, bestuur) saja yang disebut Tahun 2004, sebagai berikut:
dengan istilah “pemerintah”, dan karena itu tidak a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan
termasuk badan perundang-undangan, badan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
peradilan dan badan kepolisian. bersama DPRD;
Philipus M. Hadjon4, membedakan istilah b. Mengajukan rancangan Perda;
pemerintah dan pemerintahan dengan menyatakan c. Menetapkan Perda yang telah mendapat
bahwa istilah pemerintahan sebagai “besturen” persetujuan bersama DPRD;
mengandung dua pengertian, yaitu “fungsi d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda
pemerintahan” (kegiatan memerintah) dan “organ” tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan
pemerintahan (kumpulan dari kesatuan-kesatuan ditetapkan bersama;
pemerintah). Kandungan fungsi pemerintahan e. Mengupayakan terlaksananya kewajiban
berkaitan juga dengan fungsi perundang-undangan daerah;
dan peradilan, yang berhubungan dengan ajaran f. Mewakili daerahnya didalam dan diluar
Trias Politika sedangkan kandungan organ pengadilan; dan
pemerintahan inilah yang dimaksud dengan istilah g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai
“pemerintah”. dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam UUD NRI Tahun 1945, dikenal adanya
perbedaan istilah antara “pemerintah” dan Wewenang sebagaimana dimaksud diatas
“pemerintahan”. Dalam Pasal 18 ayat (2) dipertegas dalam Pasal 10 ayat (1) UU No. 32 Tahun
menyebutkan bahwa “Pemerintah daerah provinsi, 2004, bahwa Pemerintah Daerah menyelenggarakan
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya,
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
dan tugas pembantuan”. Selanjutnya dalam UU No. Pemerintah. Urusan Pemerintah dimaksud diatur
32 Tahun 2004, terdapat juga perbedaan antara istilah dalam Pasal 10 ayat (3) meliputi : a. politik luar negeri,
pemerintah dan pemerintahan. Dalam Pasal 19 ayat b. pertahanan, c. keamanan, d. yustiti, e. moneter dan
(2) disebutkan bahwa “penyelenggara pemerintahan fiscal nasional, dan f. agama.
daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD”. Istilah Sedangkan kewajiban Kepala Daerah dan Wakil
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Kepala Daerah diatur dalam Pasal 27 ayat (1) UU No.
Pasal 24 UU No. 32 Tahun 2004, menunjuk pada 32 Tahun 2004, sebagai berikut:
organ atau jabatan yakni Kepala Pemerintah Daerah a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,

3. Koentjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Bandung, Alumni, hal. 15.
4. Philipus M. Hadjon, 1992, Pemerintahan Menurut Hukum, Surabaya, Universitas Airlangga, hal. 6.

52
H. Muhammad Syarif Nuh, Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

melaksanakan UUD NRI Tahun 1945 serta Presiden, DPR, MA, MK, BPK dan sebagainya.
mempertahankan dan memelihara keutuhan Sedangkan pembagian kekuasaan negara secara
NKRI; vertikal adalah pembagian kekuasaan negara antara
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; Pemerintah Pusat (disingkat Pemerintah) dengan
c. Memelihara ketentraman dan ketertiban Pemerintah Daerah.
masyarakat; Dengan adanya penyerahan urusan
d. Melaksanakan kehidupan demokratis; pemerintahan oleh Pemerintah kepada Pemerintah
e. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan Daerah yang menjadi kewenangannya atau
perundang-undangan; otonominya menyebabkan kekuasaan dan beban
f. M e n j a g a e t i k a d a n n o r m a d a l a m Pemerintah Daerah cukup luas, karena itu perlu
penyelenggaraan pemerintahan daerah; diimbangi dengan penyelenggaraan pemerintahan
g. Memajukan dan mengembangkan daya saing yang bertanggung jawab (accountable) untuk
daerah; mencegah terjadinya penyalahgunaan kewenangan
h. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang (detournement de pouvoir) oleh Pemerintah Daerah.
bersih dan baik; Mewujudkan pemerintahan yang bertanggung
i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan jawab, tentu tidak mudah. Karena itu, Lord Acton
pengelolaan keuangan daerah; dalam Miriam Budiardjo,6 telah memperingatkan
j. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi bahwa penggunaan kekuasaan atau wewenang
vertical di daerah dan semua perangkat daerah; sangat potensial untuk disalahgunakan,
k. M e n y a m p a i k a n r e n c a n a s t r a t e g i s sebagaimana diungkapkannya “Power trends to
penyelenggaraan pemerintahan daerah di corrupt, but absolute power corrupts absolutely”.
hadapan Rapat Paripurna DPRD. Semakin besar kekuasaan, akan semakin besar pula
Selain kewajiban di atas, didalam Pasal 27 ayat kecenderungan untuk disalahgunakan.
(2) UU No. 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa Kepala Wewenang menurut Bagir Manan dalam Ridwan
7
Daerah mempunyai kewajiban juga untuk H.R. , dalam bahasa hukum tidak sama dengan
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya
daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak
keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan hak dan kewajiban (rechten en plichten).
pemerintahan daerah kepada masyarakat. Istilah pertanggungjawaban, secara etimologi
Berdasarkan uraian di atas, maka yang berasal dari kata tanggung jawab. W.J.S.
dimaksud Pemerintah Daerah dalam tulisan ini adalah Purwadarminta8 mengartikan kata tanggung jawab
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sedangkan sebagai suatu keadaan wajib menanggung segala
yang dimaksud pemerintahan adalah segala urusan sesuatu (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut,
yang menjadi tugas, wewenang dan kewajiban dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya).
Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan Tanggung jawab dikaitkan dengan sesuatu keharusan
pemerintahan daerah. yang dibarengi dengan sanksi, bila terdapat sesuatu
Philipus M. Hadjon5 mengemukakan bahwa yang tidak beres dalam keadaan wajib menanggung
UUD NRI Tahun 1945 menganut 2 (dua) pola segala sesuatu tersebut.
pembagian kekuasaan Negara dalam Dalam bahasa Inggris pertanggungjawaban
penyelenggaraan pemerintahan, yaitu pembagian disebut accountability yang berasal dari kata account.
kekuasaan negara secara horizontal dan vertikal. Dawn Oliver dan Gavin Drewry,9 mengartikan
Pembagian kekuasaan negara secara horizontal accountability sebagai keadaan untuk
adalah pembagian kekuasaan negara kepada organ dipertanggungjawabkan, dan accountable diartikan
negara yang disebut lembaga Negara, misalnya sebagai bertanggung jawab.

5. Philipus M. hadjon, 1992, Ibid, hal. 1-2


6. Miriam Budiardjo, 1993, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia, hlm.52
7. Ridwan H.R., 2010, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, PT. Radja Grafindo Persada, hlm.101
8. W.J.S. Purwadarminta, 2002, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, hlm.1139.
9. Dawn Oliver and Gavin Drewry, 1996, Public Service Reform, Issu of Accountability and Public Law, Reader in Public Law, King's College, University of London,
hlm.3.

53
MMH, Jilid 41 No. 1 Januari 2012

Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan peraturan hukum yang berlaku, maka tindakannya
itu berasal dari peraturan perundang-undangan yang tersebut dipertanggungjawabkan secara jabatan atau
berlaku, artinya sumber wewenang bagi pemerintah pertanggungjawaban institusional, tetapi sebaliknya
adalah peraturan perundang-undangan. Secara jikalau seorang pejabat melaksanakan tugas dan
teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan kewenangannya melanggar norma atau aturan
perundang-undangan diperoleh melalui tiga cara, hukum yang berlaku maka pelaksanaan tindakannya
yakni atribusi, delegasi dan mandat. H.D. van Wijk tersebut dipertanggungjawabkan secara pribadi atau
dalam Ridwan H.R.10 mendefinisikan atribusi, pertanggungjawaban personal.
delegasi dan mandat sebagai berikut: Dalam kamus istilah hukum Fockema Andreae,
a. Attributie atau atribut adalah pemberian Algra14 mengemukakan bahwa tanggung jawab
wewenang pemerintahan oleh pembuat merupakan terjemahan dari Verantwoording yang
undang-undang kepada organ pemerintahan; artinya membuat perhitungan dan
b. Delegatie atau delegasi adalah pelimpahan pertanggungjawaban, tidak hanya
wewenang pemerintahan dari satu organ mempertanggungjawabkan bahwa semua
pemerintahan kepada organ pemerintahan pendapatan yang diperkirakan telah masuk dan
lainnya; pengeluaran apa saja yang telah dibayarkan dan
c. Mandaat atau mandat adalah terjadi ketika untuk apa pengeluaran itu digunakan (kebenaran
organ pemerintahan mengizinkan formal dari perhitungan) tetapi juga harus
kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas mempertahankan kebijakan yang dilakukan dan
namanya. kebenaran materiil dari semua pengeluaran.
Dalam suatu negara hukum setiap tindakan Dalam hubungan dengan pertanggungjawaban
jabatan yang dilakukan oleh suatu perwakilan keuangan Negara atau Daerah, Robert D. Lee15
(vertegenwoordiger) yaitu pejabat (ambtsdrager) menyatakan : “An a democracy, budgeting is adevice
harus berdasarkan pada asas legalitas, artinya setiap for limiting the powers of government. Two issue in the
tindakan jabatan harus berdasarkan pada wewenang evolution of modern publik budgeting as an instrument
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. of ccountability to whom and for what purposes”.
Dan penggunaan wewenang untuk melakukan Dalam hal ini ada keterkaitan antara anggaran Negara
tindakan hukum harus dapat atau daerah dengan pertanggungjawaban, karena
dipertanggungjawabkan. 11 Demikian pula, Sri anggaran adalah alat (as an instrument) dari
Soemantri, 1 2 mengemukakan bahwa setiap pertanggungjawaban (accountability).
pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintah Ketentuan mengenai pertanggungjawaban
tersirat didalamnya tentang pertanggungjawaban dari keuangan daerah dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2)
pejabat yang bersangkutan. Dalam konsep hukum UU No. 17 Tahun 2003, hanya mengatur bahwa
publik dikenal prinsip “geen bevoegdheid (macht) gubernur/bupati/walikota menyampaikan rancangan
zonder veraantwoordelijkheid” (tidak ada peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
kewenangan atau kekuasaan tanpa APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang
pertanggungjawaban). telah diperiksa oleh BPK yang meliputi laporan
Menurut Jimly Asshiddiqie,13 konsep realisasi APBD, neraca, laporan arus kas dan catatan
pertanggungjawaban ada dua yakni atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan
pertanggungjawaban personal atau pribadi dan keuangan perusahaan daerah, berkaitan dengan
pertanggungjawaban institusional atau jabatan. Lebih pengaturan dalam Pasal 27 ayat (1) huruf I UU No. 32
lanjut dikemukakannya bahwa jikalau seorang Tahun 2004.
pejabat didalam melaksanakan tugas dan Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui
kewenangannya sesuai dengan norma atau bahwa makna pertanggungjawaban Pemerintah

10. Ridwan H.R.,Op.cit, hal. 104-105.


11. Ridwan, 2009, Hukum Administrasi Di Daerah, Yokyakarta, FH UII Press, hlm. 114.
12. Sri Soemantri, 1987, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Bandung, Alumni, hlm. 7.
13. Jimly Asshiddiqie, 2010, Islam dan Tradisi Negara Konstitusi, Makalah pada Seminar Indonesia-Malaysia, UIN/IAIN Padang, hlm. 12-13.
14. N.E. Algra, et, al, 1983, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae, Belanda Indonesia, Terjemahan dari Saleh Adiwinata, A. Teloeki, Boerhanuddin St. Batoeah, Bina
Cipta, Jakarta, hlm. 608.
15. Robert D. & Johnson, Ronal W, Lee, 1997, Public Budgeting System, Tokyo, hlm. 4

54
H. Muhammad Syarif Nuh, Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah adalah bahwa meskipun Pemerintah Daerah Menurut Brautigam dalam Anis Zakaria Kama,20
mempunyai kebebasan yang bertumpu pada otonomi pertanggungjawaban pemerintah terdiri atas 3 (tiga)
dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang jenis yakni pertanggungjawaban politik (political
dibebankan kepadanya yakni kebebasan dan accountability), pertanggungjawaban hukum (legal
kemandirian (vrijheid en zelfstandigheid), namun accountability) dan pertanggungjawaban ekonomi
Pemerintah Daerah tidak dapat membebaskan diri (economic accountability).
dari hasil atau akibat perbuatannya, dan ia dapat Pertanggungjawaban politik dalam realitasnya
dituntut untuk melaksanakannya secara layak apa berkaitan dengan sistem politik atau lebih
yang diwajibkan kepadanya. memusatkan pada tekanan demokrasi (democratic
pressure). Jika Pertanggungjawaban politik ini
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam diaplikasikan kedalam penyelenggaraan
Penyelenggaraan Otonomi Daerah pemerintahan daerah menurut UU No. 32 Tahun
Otonomi menurut Koesoemahatmadja16 berarti 2004, maka pelaksanaan urusan pemerintahan
pemerintahan sendiri (zelfregering) yang oleh van dalam bentuk tugas dan wewenang serta kewajiban
Vollenhoven dibagi atas zelfwetgeving (membuat Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal
undang-undang sendiri), zelfuitvoering 25, Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 110 ayat (2),
(melaksanakan sendiri), zelfrechtspraak (mengadili menimbulkan konsekuensi untuk
sendiri), dan zelfpolitie (menindaki sendiri). Namun mempertanggungjawabkannya, sesuai ketentuan
demikian, keotonomian daerah tersebut tetap berada Pasal 27 ayat (1) huruf i dan huruf k dan ayat (2) dalam
pada batas yang tidak melampaui wewenang bentuk, Pemerintah Daerah : 1). wajib
Pemerintah yang menyerahkan urusan kepada mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
Pemerintah Daerah.17 daerah, 2). Wajib menyampaikan rencana strategis
Dari pemahaman tentang otonomi daerah (renstra) penyelenggaraan pemerintahan daerah di
tersebut, maka pada hakikatnya otonomi daerah hadapan Rapat Paripurna DPRD, 3). Wajib
adalah wewenang Pemerintah Daerah untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah kepada Pemerintah, 4). Wajib memberikan
sendirinya.18 Wewenang tersebut bersumber dari laporan keterangan pertanggungjawaban kepada
undang-undang (otonomi) dan urusan-urusan DPRD, serta 5). menginformasikan laporan
pemerintah pusat yang diserahkan kepada daerah penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
(tugas pembantuan). Istilah sendiri dalam wewenang masyarakat.
mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan Dalam Pasal 27 ayat (3) ditegaskan bahwa
inti keotonomian suatu daerah. laporan tersebut pada Pasal 27 ayat (2), disampaikan
Sebagai konsekuensi dari negara hukum dan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk
negara demokrasi, maka Pemerintah Daerah di Gubernur, dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui
Indonesia harus memberikan pertanggungjawaban Gubernur untuk Bupati/Walikota 1 (satu) kali dalam 1
terhadap pelaksanaan urusan atau fungsi (satu) tahun.
pemerintahan baik kepada Pemerintah maupun Laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD dan rakyat secara langsung. Oleh kepada Pemerintah lebih bersifat politis, karena
Hughes Owen19 menyatakan bahwa government laporan tersebut digunakan oleh Pemerintah sebagai
organization are created by the publik, for the publik dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan
and need to be accountable to it (organisasi pemerintah daerah dan sebagai bahan pembinaan
pemerintah dibuat oleh publik dan untuk publik, lebih lanjut sedangkan laporan keterangan
karenanya perlu mempertanggungjawabkannya pertanggungjawaban kepada DPRD digunakan
kepada publik). memberikan penilaian atas isi pertanggungjawaban

16. Koesoemahatmadja, R.D.H., 1979, Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia, Bandung, Bina Cipta, hlm. 20.
17. Koesoemahatmadja, R.D.H., 1979, Ibid, hlm. 30.
18. Sarundajang, 2002, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, hlm. 33-35.
19. Hughes Owen, E., 1992, Publik Management and Administration an Introduction, New York, ST. Martin Press, hlm. 240
20. Anis Zakaria Kama, 2012, Hakikat Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan, Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Muslim
Indonesia, Makassar, hlm. 258.

55
MMH, Jilid 41 No. 1 Januari 2012

Pemerintah Daerah. mencakup pula pertanggungjawaban terhadap


Laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kebijaksanaan penggunaan keuangan daerah,
oleh Pemerintah Daerah kepada Pemerintah harus karena yang dipertanggungjawabkan adalah
diartikan sebagai pertanggungjawaban yang bersifat pemanfaatan keuangan daerah. Dalam hal ini
interen dalam rangka evaluasi dan pembinaan pemerintah daerah tidak boleh berbuat salah, karena
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. rencana pemanfaatan keuangan daerah terlebih
Sedangkan laporan keterangan pertanggungjawaban dahulu harus mendapat persetujuan DPRD.
kepada DPRD dapat diartikan sebagai Persetujuan terhadap Ranperda APBD merupakan
pertanggungjawaban yang bersifat eksteren, tindakan pembenar terhadap rencana pemerintah
walaupun sifatnya hanya berupa laporan keterangan, daerah yang tercantum dalam Perda APBD.
namun hal ini dapat berimplikasi hukum terutama Perencanaan ini diuji kebenarannya oleh DPRD
dalam pengajuan rancangan peraturan daerah melalui usulan Ranperda tentang APBD. Politik
(raperda) tentang APBD dan pemberhentian Kepala pemanfaatan keuangan daerah dalam praktek tidak
daerah dan wakilnya dalam masa jabatannya, yang pernah lepas dari pengawasan DPRD dan Badan
kemungkinannya DPRD akan menolak atau tidak Pemeriksa Keuangan.
menyetujuinya. Adapun mekanisme pertanggungjawaban politik
Selain itu, Pemerintah Daerah mempunyai Pemerintah Daerah diatur lebih lanjut dalam
kewajiban menyusun rencana strategis Peraturan Pemerintah No. 108 tahun 2000 tentang
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
disampaikan dihadapan rapat paripurna DPRD. Mekanisme pertanggungjawaban akhir tahun
Secara politis isi perencanaan ini yang harus anggaran diatur dalam Pasal 6, 7, 8, dan 9 PP No. 108
dipertanggungjawabkan pelaksanaannya dalam Tahun 2000 tersebut yang substansinya menegaskan
bentuk laporan keterangan pertanggungjawaban bahwa pertanggungjawaban akhir tahun anggaran
kepada DPRD. Namun demikian pelaksanaan dibacakan oleh Kepala Daerah di depan sidang
rencana strategis tersebut tidak dapat dipisahkan paripurna DPRD dan setelah itu dokumen
dengan pelaksanaan peraturan perundang- pertanggungjawaban diserahkan kepada DPRD
undangan, karena pelaksanaan rencana strategis untuk dilakukan penilaian. Pertanggungjawaban
membutuhkan dana dari rakyat yang penggunaannya Kepala Daerah dapat ditolak apabila terdapat
harus mendapatkan persetujuan DPRD. perbedaan yang nyata antara rencana dengan
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, realisasi APBD yang merupakan penyimpangan yang
pertanggungjawaban di bidang politik dapat alasannya tidak dapat dipertanggungjawabkan
dibedakan menjadi 2 (dua) macam yakni: berdasarkan tolok ukur renstra. Apabila
pertanggungjawaban wajib dan pertanggungjawaban pertanggungjawaban kepala daerah ditolak oleh
sukarela. Pertanggungjawaban wajib dapat DPRD, maka DPRD dapat mengusulkan
dibedakan lagi menjadi 2 (dua) macam yakni pemberhentian kepada Presiden melalui Menteri
pertanggungjawaban biasa yang wajib dilakukan satu dalam Negeri bagi Gubernut dan kepada Menteri
kali dalam setahun sebagaimana diatur dalam Pasal Dalam Negeri melalui Gubernur bagi Bupati/Walikota.
27 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004, dan Sedangkan mekanisme pertanggungjawaban
pertanggungjawaban luar biasa yang diwajibkan oleh akhir masa jabatan diatur dalam Pasal 18, 19, dan 20
DPRD dalam bentuk meminta laporan keterangan PP No. 108 Tahun 2000 yang substansinya pada
pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam umumnya sama dengan mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan dalam masa jabatan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran. Yang
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam berbeda adalah kalau pertanggungjawaban ini ditolak
Pasal 29 ayat (2) huruf a UU No. 32 Tahun 2004. oleh DPRD, maka Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Sedangkan pertanggungjawaban sukarela timbul Daerah yang bersangkutan tidak dapat dicalonkan
atas dasar tanggung jawab moral pemerintah daerah kembali untuk masa jabatan berikutnya.
kepada rakyat dengan menginformasikan laporan Selain kedua mekanisme di atas, ada lagi
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada mekanisme pertanggungjawaban Kepala daerah
masyarakatnya. karena Hal Tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal
Pertanggungjawaban di bidang politik 21, 22, 23, 24, dan 25 PP. No. 108 Tahun 2000.

56
H. Muhammad Syarif Nuh, Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Substansi pertanggungjawaban karena hal tertentu Kolusi, Korupsi dan Nepotisme digunakan istilah
ini merupakan keterangan sebagai wujud “perbuatan tercela”.
pertanggungjawaban Kepala Daerah yang berkaitan Berdasarkan uraian di atas, maka pada
dengan dugaan atas perbuatan pidana Kepala dasarnya setiap pejabat pemerintah dalam
Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah yang oleh melakukan tindak pemerintahan dibebani tanggung
DPRD dinilai dapat menimbulkan krisis kepercayaan jawab yang dikualifikasi sebagai tanggung jawab
publik yang luas yang dilakukan karena panggilan jabatan dan tanggung jawab pribadi. Pembedaan
DPRD atau karena inisiatif sendiri. Apabila DPRD antara tanggung jawab jabatan dengan tanggung
menolak pertanggungjawaban ini, maka DPRD jawab pribadi atas tindak pemerintahan membawa
menyerahkan penyelesaiannya kepada pihak yang konsekuensi yang berkaitan dengan tanggung jawab
berwenang sesuai dengan peraturan perundang- pidana, tanggung jawab perdata dan tanggung jawab
undangan yang berlaku. Kalau DPRD sudah administrasi atau tata usaha negara.
menyerahkan pertanggungjawaban ini untuk diproses Tanggung jawab pidana adalah tanggung jawab
oleh pihak yang berwenang maka pribadi pejabat Pemerintah Daerah yang dalam kaitan
pertanggungjawaban politik ini berubah menjadi dengan tindak pemerintahan telah melakukan
pertanggungjawaban hukum oleh Kepala Daerah. maladministrasi. Tanggung jawab perdata menjadi
Selanjutnya, pertanggungjawaban hukum tanggung jawab jabatan berkaitan dengan perbuatan
mengandung arti bahwa Pemerintah Daerah dalam melanggar hukum oleh penguasa (onrechtmatige
menyelenggarakan pemerintahan yang merugikan overheidsdaad). Sedangkan tanggung jawab perdata
kepentingan rakyat atau pihak lain harus menjadi tanggung jawab pribadi apabila terdapat
mempertanggungjawabkan dan menerima tuntutan unsur maladministrasi. Sementara itu, tanggung
hukum atas tindakannya tersebut. jawab administrasi atau TUN pada dasarnya adalah
Pertanggungjawaban hukum dapat dilakukan tanggung jawab jabatan.
melalui pendayagunaan 3 (tiga) sarana hukum yakni Mengenai pertanggunjawaban hukum
sarana hukum administrasi, hukum pidana dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
hukum perdata. Berdasarkan instrument hukum pemerintahan, dapat dilakukan setiap saat, tanpa
tersebut, maka dikenal adanya tanggung jawab menunggu berakhirnya masa jabatan Pemerintah
administrasi, tanggung jawab pidana, dan tanggung Daerah.
jawab perdata. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan
Dalam kaitan dengan tanggung jawab hukum, bahwa pada dasarnya tanggung jawab yang melekat
menurut Hadjon21 bahwa tindakan pejabat harus pada Pemerintah Daerah dalam melakukan tindak
dicermati, apakah tindakan tersebut termasuk pemerintahan adalah tanggung jawab yang terbatas,
tanggung jawab jabatan atau tanggung jawab pribadi. artinya tergantung pada apakah tindak pemerintahan
Tanggung jawab jabatan berkenaan dengan legalitas yang dilakukannya adalah atas dasar jabatannya
(keabsahan) tindak pemerintahan yang berkaitan sehingga menimbulkan adanya tanggung jawab
dengan penggunaan wewenang, prosedur dan jabatan atau tindakan yang dilakukannya secara
substansi. Sedangkan tanggung jawab pribadi faktual telah menggunakan wewenangnya dengan
berkaitan dengan pendekatan fungsional atau prilaku tujuan lain sebagaimana ditentukan dalam aturan
yang berkenaan tindakan sewenang-wenang atau dasarnya dalam bentuk tindakan sewenang-wenang
penyalahgunaan wewenang (detournement de atau penyalahgunaan wewenang, maka
pouvoir) dalam bentuk maladministrasi. pertanggungjawaban yang timbul adalah tanggung
Maladministrasi adalah berarti pelayanan yang jelek. jawab pribadi.
Dikaitkan dengan norma hukum administrasi, Mengenai tanggung jawab di bidang ekonomi,
maladministrasi masuk kategori norma prilaku aparat menurut Nisjar,22 pertanggungjawaban ekonomi
dalam pelayanan publik. Dalam UU No. 28 Tahun (keuangan) mengandung arti bahwa aparat
1999 tentang Pemerintahan yang Bersih, Bebas dari pemerintah wajib mempertanggungjawabkan setiap
rupiah uang rakyat dalam anggaran belanjanya yang

21. Hadjon, Op.cit, hal. 1-2


22. Nisjar S. Karhi, 1997, Beberapa catatan Tentang Good Governance, Jurnal Administrasi dan Pembangunan, Vol. 1, No. 2, Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia,
Jakarta, hal. 19.

57
MMH, Jilid 41 No. 1 Januari 2012

bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi. Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan,


Pertanggungjawaban ekonomi mensyaratkan agar Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum
pemerintah memberikan laporan mengenai Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia,
penguasaan atas dana-dana publik dan Makassar.
penggunaannya sesuai dengan peruntukkannya. Dawn Oliver and Gavin Drewry, 1996, Public Service
Selain itu, pemerintah harus dapat pula Reform, Issu of Accountability and Public
mempertanggungjawabkan kepada rakyat berkenaan Law, Reader in Public Law, King's College,
dengan penggalian atau pemungutan sumber dana University of London.
publik dan tujuan penggunaannya. Hughes Owen, E., 1992, Publik Management and
Pertanggungjawaban ekonomi ini dilakukan oleh Administration an Introduction, ST. Martin
Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Press, New York.
pertanggungjawaban politik. Jimly Asshiddiqie, 2010, Islam dan Tradisi Negara
Konstitusional, Makalah, Seminar Indonesia-
Simpulan Malaysia, UIN/IAIN Padang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat -------------------------, 1992, Islam dan Tegaknya
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : Negara Hukum Kita, Khutbah Idulfitri di Al-
1. Penyelenggaraan pemerintahan oleh Azhar Jakarta, 1 Syawal 1429H.
Pemerintah Daerah mutlak harus Koentjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan
dipertanggungjawabkan. Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan
2. Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah Administrasi Negara, Alumni, Bandung.
dalam penyelenggaraan pemerintahan terdiri Koesoemahatmadja, R.D.H., 1979, Pengantar Ke
atas tiga bentuk yakni (1) pertanggungjawaban Arah Sistem Pemerintahan Daerah di
politik baik yang bersifat wajib maupun yang Indonesia, Bina Cipta, Bandung.
bersifat sukarela, (2) pertanggungjawaban Mirian Budiardjo, 1993, Dasar-dasar Ilmu Politik,
hokum yang terdiri dari pertanggungjawaban Gramedia, Jakarta.
pribadi dan pertanggungjawaban jabatan, baik Moh. Kusnardi dan Bintang R. Siregar, 1998, Ilmu
dalam bidang hukum pidana, hukum perdata Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta.
dan hukum administrasi negara, dan (3) Nisjar S. Karhi, 1997, Beberapa Catatan Tentang
pertanggungjawaban ekonomi. Dari tiga bentuk Good Governance, Jurnal Administrasi dan
pertanggungjawaban tersebut dibingkai dalam Pembangunan, Vol. 1, No. 2, Himpunan
dua model pertanggungjawaban yakni (1) model Sarjana Administrasi Indonesia, Jakarta.
pertanggungjawaban vertikal dan horizontal dan Philipus M. Hadjon, 1992, Pemerintahan Menurut
(2) model pertanggungjawaban objektif dan Hukum, Universitas Airlangga, Surabaya.
subjektif. Purwadarminta, W.J.S., 2002, Kamus Besar bahasa
3. T i g a b e n t u k d a n d u a m o d e l Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka,
pertanggungjawaban inilah yang dimaknai Jakarta.
sebagai hakikat pertanggungjawaban Ridwan, 2009, Hukum Administrasi Di Daerah, FH UII
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan Press, Yokyakarta.
pemerintahan. Ridwan H.R., 2010, Hukum Administrasi Negara, PT.
RadjaGrafindo Persada, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Robert D. & Johnson, Ronal W, Lee, 1997, Public
Budgeting System, Tokyo.
Dwiyanto, Agus, 2008, Mewujudkan Good Sarundajang, 2002, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke
Governance Melalui Pelayanan Publik, Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Yokjakarta : Gajah Mada University Press, . Sri Soemantri, 1987, Prosedur dan Sistem Perubahan
Algra, N.E., et, al, 1983, Kamus Istilah Hukum Konstitusi, Alumni, Bandung.
Fockema Andreae, Belanda Indonesia, Tahir Azhary, 2007, Suatu Studi tentang Prinsip-
Terjemahan dari Saleh Adiwinata, A. Teloeki, prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam:
Boerhanuddin St. Batoeah, Bina Cipta, Implementasinya pada Periode Negara
Jakarta. Madinah dan Masa Kini, Cetakan ke tiga,
Anis Zakaria Kama, 2012, Hakikat Akuntabilitas Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

58

You might also like