You are on page 1of 12

Indonesian Journal for Health Sciences

Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57


ISSN 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748 (Online) 46

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN


TINGKAT ANSIETAS SAAT MENGHADAPI
KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Dimas Eka Ardika Putra1, Livana PH1, Yulia Susanti1
1Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Kata kunci: ABSTRAK


Abstract Clients mental disorder characterized by cycles of recurrence,
anak usia sekolah, which reached 60-75% of all patients. Recurrence trigger psychological
keluarga buruh migran conflict such as anxiety in the family. Family characteristics need to be
internasional, konsep diri, considered in understanding the problems of family anxiety when clients
kualitas hidup have a relapse. The purpose of this study was to determine the
characteristics of a family relationship with the level of anxiety when
faced with a client recurrence of mental disorders in RSJD Amino
Gondhohutomo Semarang. The study used a descriptive correlational
design with cross sectional approach. Sample was taken by purposive
sampling as many as 40 families were clients of mental disorder
experience recurrence in emergency ward RSJD Amino Gondhohutomo
Semarang. Research tool questionnaire characteristics and Hamilton
Anxiety Rating Scale (Hars). Statistic test used Kendall's tau_b and
Somers’d. The results showed no relationship between job
characteristics (pvalue = 0.029), income (pvalue = 0.040), and the type
of family (pvalue = 0.027) with the anxiety level families in the face of
recurrence clients with mental disorders, while the educational
characteristics (pvalue = 0.390), relationship status (pvalue = 0.587),
stage of development of the family (pvalue = 0.482), and ethnic culture
(pvalue = a) there is no relationship. Further research is expected
researching family anxiety when faced with a recurrence client by using
different methods and samples consisting of various ethnic cultures

Abstrak Klien gangguan jiwa dicirikan dengan siklus kekambuhan yang


mencapai 60-75% dari keseluruhan penderita. Kekambuhan memicu
terjadinya konflik psikologi seperti ansietas pada keluarga. Karakteristik
keluarga perlu dipertimbangkan dalam memahami permasalahan ansietas
keluarga saat klien mengalami kekambuhan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas saat
menghadapi kekambuhan klien gangguan jiwa di RSJD Amino
Gondhohutomo Semarang. Penelitian menggunakan desain deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara
purposive sampling sebanyak 40 keluarga klien gangguan jiwa yang
mengalami kekambuhan di IGD RSJD Amino Gondhohutomo Semarang.
Alat penelitian menggunakan kuesioner karakteristik dan Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). Uji statistik menggunakan uji Kendall’s
tau_b dan uji Somers’d. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan
antara karakteristik pekerjaan (pvalue=0,029), penghasilan (pvalue=0,040),
dan tipe keluarga (pvalue=0,027) dengan dengan tingkat ansietas keluarga
saat menghadapi kekambuhan klien gangguan jiwa, sedangkan
karakteristik pendidikan (pvalue=0,390), status hubungan (pvalue=0,587),
tahap perkembangan keluarga (pvalue=0,482), dan etnis budaya (pvalue=a)
tidak ada hubungan. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti ansietas
keluarga saat menghadapi kekambuhan klien dengan menggunakan
metode berbeda dan sampel yang terdiri dari berbagai etnis budaya

Copyright © 2018 Indonesian Journal for Health Sciences,


http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/, All rights reserved.
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

Penulis korenpondensi: Cara Mengutip:


Livana PH Putra Dimas Eka Ardika. Hubungan
Program Studi Ilmu Keperawatan Karakteristik Keluarga Dengan Tingkat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Indonesia. Ansietas Saat Menghadapi Kekambuhan
Email: livana.ph@gmail.com Pasien Gangguan Jiwa. Indones. J. Heal.
Sci., vol. 2, no.1, pp. 46-57, 2018

PENDAHULUAN dan previous course (akut/kronis,


Menurut World Health manifestasi awal, upaya bunuh diri, dan
(47) faktor presipitasi), psikopatologi (tipe
Organization lebih dari 450 juta
penduduk dunia hidup dengan gangguan residual, gejala afektif, sindrom
jiwa. Hampir tiga perempat beban global paranoid, halusinasi, gejala negatif),
penyakit neuropsikiatrik didapati di pengalaman hidup (pengalaman
Negara berkembang seperti Indonesia. traumatik, gangguan psikiatrik dan
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, perkembangan saat anak), social
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa adjustment (status perkawinan,
berat pada penduduk Indonesia sebanyak pekerjaan, pengalaman seksual, dan
1.728 orang. Gangguan jiwa berat tingkat pendidikan), kepribadian
terbanyak di Yogyakarta sebesar 2,7%, premorbid, situasi emosi keluarga
Aceh sebesar 2,7%, Sulawesi Selatan (ekspresi emosi keluarga yang
sebesar 2,6%, Bali sebesar 2,3%, dan tinggi/rendah), faktor biologi (genetik,
Jawa Tengah sebesar 2,3% (20). pria/ wanita, dan umur) dari penderita
(37)
Gangguan jiwa di Jawa Tengah, tahun .
2014 sudah terdata 1.889 orang, yang Konsekuensi yang ditimbulkan
terdiri dari 30 orang gangguan mental, dari kekambuhan klien gangguan jiwa
55 orang gangguan neurotik, 1.375 orang akan berdampak pada klien tersebut
gangguan psikotik dan 429 orang maupun keluarga klien (43). Klien yang
epilepsi (9). Data diagnosa pasien di kambuh membutuhkan waktu yang lebih
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa, lama untuk kembali pada kondisi semula
tercatat bahwa sebanyak 14.702 pasien dan dengan kekambuhan yang berulang,
gangguan jiwa, 11.206 diantaranya kondisi penderita bisa semakin
merupakan pasien skizofrenia (16). memburuk dan sulit untuk kembali ke
Gangguan jiwa dicirikan oleh keadaan semula (12). Kambuhnya klien
suatu siklus kekambuhan dan remisi. yang merupakan timbulnya pemikiran
Insiden kambuh pasien berkisar 60%- aneh dan perilaku aneh kembali, juga
75% setelah suatu episode psikotik jika akan membingungkan, menakutkan dan
tidak diterapi (39). Kekambuhan adalah melelahkan keluarga (43). Sesama
suatu keadaan dimana timbulnya keluarga akan terjadi konflik saling
kembali suatu penyakit yang sudah menyalahkan (35). Keluarga juga dapat
sembuh dan disebabkan oleh berbagai menjadi marah, cemas, dan frustasi
macam faktor penyebab (6). Prevalensi karena berjuang untuk mendapatkan
kekambuhan pada gangguan jiwa kronis kembali ke rutinitas yang sebelumnya
diperkirakan mengalami kekambuhan klien lakukan (41). Reaksi keluarga saat
50% pada tahun pertama, dan 79% pada klien yang kambuh secara psikologi
tahun kedua, dan secara global angka dapat menyebabkan ansietas pada
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa keluarga (43).
ini mencapai 50% hingga 92% yang Penelitian yang dilakukan di
disebabkan karena ketidakpatuhan dalam RSJD DR. Amino Gondohutomo
berobat maupun karena kurangnya Semarang oleh Suwondo (46) juga
dukungan dan kondisi kehidupan yang menghasilkan bahwa kekambuhan pada
rentan dengan peningkatan ansietas (41). klien gangguan jiwa memicu ansietas
Beberapa penyebab terjadinya pada keluarga yaitu keluarga yang
kekambuhan pada pasien skizofrenia mengalami ansietas ringan sebanyak
antara lain: pemberian neuroleptik, onset 26,7%, keluarga mengalami ansietas
47
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

sedang sebanyak 45,3%, dan keluarga berpendidikan SMP, 3 orang


mengalami ansietas berat sebanyak 8%. berpendidikan SMA, semua keluarga
Ansietas dapat memberikan mengatakan mengalami kebingungan
dampak secara total yaitu terhadap fisik, dan takut saat pasien mengalami
psikologi, intelektual, sosial dan spiritual kekambuhan, kemudian keluarga
yang menyebabkan terjadinya kondisi langsung merasa marah namun tidak bisa
ketidakseimbangan dalam sistem meluapkannya pada klien dan segera
keluarga (36). Koping mekanisme yang membawa klien ke RSJD Amino
digunakan keluarga menjadi tidak Gondho Hutomo Semarang. Penelitian
efektif, dan berujung pada berbagai ini bertujuan untuk mengetahui
respon negatif dari keluarga saat hubungan karakteristik keluarga
kekambuhan pasien. Koping yang tidak terhadap tingkat ansietas keluarga saat
efektif dan respon negatif keluarga menghadapi kekambuhan pasien
tersebut menghambat peran dan fungsi gangguan jiwa di RSJD Amino Gondho
keluarga dalam memberikan dukungan Hutomo Semarang.
kepada anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa, sehingga METODE PENELITIAN
akan berdampak pada dukungan Desain penelitian ini
keluarga selanjutnya dan penelantaran menggunakan deskriptif korelasional
pasien dikemudian hari (36). dengan pendekatan cross sectional.
Keluarga mempunyai Populasi dalam penelitian ini adalah
karakteristik yang terdiri tipe keluarga, semua keluarga klien gangguan jiwa
status sosialekonomi, etnis atau suku, yang mengalami kekambuhan di IGD
budaya, dan tahap perkembangan RSJD Amino Gondho Hutomo
keluarga (18). Sebagian para ahli terapi Semarang. Jumlah sampel dalam
keluarga mempertimbangkan bahwa penelitian ini 40 keluarga klien
problem seorang anggota keluarga gangguan jiwa yang mengalami
disebabkan oleh karakteristik dalam kekambuhan. Teknik pengambilan
keluarga, sementara yang lain melihat sampel dalam penelitian ini
problem seorang anggota keluarga menggunakan purposive sampling.
sebagai neurotik dari seluruh anggota Penelitian dilakukan pada bulan
keluarga (3). Karakteristik keluarga dapat September 2015 sampai Maret 2016
dikembangkan berdasarkan usia, jenis dengan alat penelitian menggunakan
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kuesioner karakteristik keluarga
penghasilan keluarga. (pendidikan, etnis, pekerjaan,
Studi pendahuluan yang penghasilan keluarga, tipe keluarga,
dilakukan wawancara dengan 8 keluarga tahap perkembangan keluarga dan
klien gangguan jiwa yang kambuh di hubungan keluarga), dan kuesioner
IGD RSJD Amino Gondho Hutomo Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Semarang didapatkan data, 5 orang laki- Data dianalisis menggunakan uji
laki, 3 orang perempuan, 2 orang Kendall’s tau-b dan uji Somers’d.
berpendidikan SD, 2 orang

48
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1.
Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Tingkat Ansietas Keluarga Saat Menghadapi
Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa
Ansietas
Total P value
Ringan Sedang Berat
Karakteristik Keluarga f % f % f % f %
SD 4 30,8 9 69,2 0 0 13 100
Pendidikan 0,390
SMP 1 9,1 7 63,6 3 27,3 11 100
SMA 10 62,5 3 18,8 3 18,8 16 100
Pekerjaan Bekerja 8 25,8 18 58,1 5 16,1 31 100 0,029
Tidak bekerja 7 77,8 1 11,1 1 11,1 9 100
Rendah 7 25,9 15 55,6 5 18,5 27 100
Penghasilan 0,040
Tinggi 8 61,5 4 30,8 1 7,7 13 100
Inti 2 18,2 5 45,5 4 36,4 11 100
Tipe Keluarga 0,027
Besar 13 44,8 14 48,3 2 6,9 29 100
Hubungan Ayah 5 29,4 12 70,6 0 0 17 100
0,587
Keluarga Ibu 4 80,0 1 20,0 0 0 5 100
Suami 2 28,6 2 28,6 3 42,9 7 100
Istri 0 0 0 0 1 100 1 100
Kakak kandung 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100
Adik kandung 3 50,0 2 33,3 1 16,7 6 100
Tahap Tahap 2 4 57,1 2 28,6 1 14,3 7 100
0,482
Keluarga Tahap 3 3 27,3 4 36,4 4 36,4 11 100
Tahap 4 0 0 1 50,0 1 50,0 2 100
Tahap 5 4 40,0 6 60,0 0 0 10 100
Tahap 6 0 0 1 100 0 0 1 100
Tahap 7 4 44,4 5 55,6 0 0 9 100
Etnis Jawa 15 37,5 19 47,5 6 15,0 40 100 -
Total 15 37,5 19 47,5 6 15,0 40 100

3.1 Hubungan pendidikan dengan tingkat kekambuhan klien gangguan jiwa di


ansietas keluarga saat menghadapi RSJD Amino Gondho Hutomo
kekambuhan klien gangguan jiwa Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan Teori menurut Notoatmodjo
(34)
keluarga dengan pendidikan SD menjelaskan bahwa tingkat
sebagian besar mengalami ansietas pendidikan seseorang identik dengan
sedang saat menghadapi kekambuhan pengetahuan. Semakin tinggi
pasien yaitu sebanyak 9 (69,2%) pendidikan akan semakin mudah
responden, keluarga dengan berpikir rasional dan menangkap
pendidikan SMP sebagian besar informasi. Keluarga dengan
mengalami ansietas sedang saat pendidikan yang tinggi akan mampu
menghadapi kekambuhan pasien yaitu memahami kekambuhan klien
sebanyak 7 (63,6%) responden, gangguan jiwa merupakan kondisi
sedangkan keluarga dengan yang hampir semua klien gangguan
pendidikan SMA sebagian besar jiwa mengalami periode tersebut (36).
mengalami ansietas ringan saat Teori tersebut berbeda dengan
menghadapi kekambuhan pasien yaitu hasil penelitian yang menunjukkan
sebanyak 10 (62,5%) responden. tidak ada hubungan antara pendidikan
Hasil analisis didapatkan nilai Pvalue = keluarga dengan tingkat ansietas
0,390 yang artinya tidak ada keluarga saat menghadapi
hubungan antara karakteristik kekambuhan klien gangguan jiwa.
pendidikan dengan tingkat ansietas Keluarga dengan pendidikan yang
keluarga saat menghadapi rendah maupun dengan pendidikan
49
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

yang tinggi tidak menunjukkan


tingkat ansietas yang cenderung 3.2 Hubungan pekerjaan dengan tingkat
berbeda. Hasil ini kemungkinan ansietas keluarga saat menghadapi
karena responden yang terlalu sedikit. kekambuhan klien gangguan jiwa
Hasil analisis lebih dalam, Hasil penelitian menunjukkan
keluarga dengan pendidikan SD dan keluarga dengan klien gangguan
SMP cenderung mengalami ansietas jiwa yang memiliki status pekerjaan
sedang sampai berat saat menghadapi yang bekerja sebagian besar
kekambuhan klien gangguan jiwa, mengalami ansietas sedang saat
sedangkan keluarga dengan menghadapi kekambuhan pasien
pendidikan SMA cenderung gangguan jiwa yaitu sebanyak 18
mengalami ansietas ringan saat (58,1%) responden, sedangkan
menghadapi kekambuhan klien status keluarga dengan tidak bekerja
gangguan jiwa. Hasil tersebut sama sebagian besar mengalami ansietas
halnya dengan penelitian yang ringan saat menghadapi
dilakukan oleh Hidayati (16) yang kekambuhan pasien gangguan jiwa
menghasilkan terdapat hubungan yaitu sebanyak 7 (77,8%)
antara pendidikan dengan responden. Hasil analisis didapatkan
kemampuan mengatasi perilaku klien pula nilai Pvalue = 0,029 yang artinya
gangguan jiwa (p value = 0,04). ada hubungan antara karakteristik
Penelitian tersebut menjelaskan pekerjaan dengan tingkat ansietas
bahwa responden dengan pendidikan keluarga saat menghadapi
tinggi mempunyai kemampuan yang kekambuhan klien gangguan jiwa di
lebih baik dalam mengatasi perilaku RSJD Amino Gondho Hutomo
klien gangguan jiwa dibandingkan Semarang.
dengan responden yang Hasil penelitian ini sesuai
berpendidikan rendah. dengan pendapat teori menurut
Teori menurut Stuart (43) yang Stuart (43) mengatakan bahwa
menjelaskan bahwa pendidikan dapat pekerjaan berkaitan yang dimiliki
dijadikan tolak ukur kemampuan seseorang dapat mencetuskan
mengatasi masalah secara efektif. ansietas pada kehidupan individu
Faktor pendidikan mempengaruhi karena suatu konflik tertentu. Sama
kemampuan mengatasi dan halnya dengan penelitian yang
(37)
menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh Ratna
dihadapi, sehingga ansietas seseorang menghasilkan bahwa keluarga
dengan pendidikan yang tinggi dalam dengan status bekerja sebagian besar
menghadapi kekambuhan klien mengalami masalah psikologi
gangguan jiwa berada pada tahapan seperti ansietas saat anggota
yang ringan (14). keluarganya sakit dan harus dirawat
Hubungan karakteristik di rumah sakit.
pendidikan keluarga dengan tingkat Teori menurut Stuart (43)
ansietas saat menghadapi menyebutkan bahwa seseorang yang
kekambuhan klien gangguan jiwa mengalami peran ganda yaitu harus
dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengurusi klien gangguan jiwa
akan mempengaruhi pemahaman akibat kekambuhannya yang
keluarga tentang kekambuhan klien menyebabkan klien tidak bisa
gangguan jiwa. Keluarga yang memenuhi kebutuhannya secara
memahami kekambuhan klien akan mandiri dan harus bekerja mencari
mampu menyelesaikan masalah nafkah mengakibatkan
emosi yang sedang dihadapi. Hal meningkatnya aktivitas dan
tersebut dikarenakan keluarga menimbulkan kelelahan dan stres.
memahami bahwa kekambuhan pada Perubahan dalam pekerjaan,
klien merupakan resiko seseorang penurunan aktivitas bekerja
mengalami gangguan jiwa.

50
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

merupakan kondisi yang dapat yang merupakan dampak dari


memicu timbulnya ansietas (26). kekambuhan seperti pengobatan,
Hasil penelitian ini dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
disimpulkan bahwa tingkat ansietas perawatan rutin, dan kebutuhan
pada keluarga dengan klien selama perawatan di rumah sakit (27).
gangguan jiwa yang mengalami Kemampuan keluarga dalam
kekambuhan cenderung lebih berat memenuhi kebutuhan klien
pada keluarga yang bekerja gangguan jiwa meskipun mengalami
dibandingkan dengan keluarga yang kekambuhan menjadikan keluarga
tidak bekerja. Ansietas timbul tidak mengalami ansietas saat
dikarenakan kekambuhan menghadapi kekambuhan klien
mengakibatkan terganggunya gangguan jiwa. Hal tersebut seperti
pekerjaan keluarga karena adanya dari hasil penelitian yang
anggapan peran ganda harus bekerja menunjukkan keluarga dengan
dan kembali mengurusi dan pengasilan rendah cenderung
menjenguk klien di rumah sakit mengalami ansietas sedang sampai
yang tentunya akan menggangu berat saat menghadapi kekambuhan
pekerjaannya. klien gangguan jiwa dibandingkan
dengan keluarga yang memiliki
3.3 Hubungan penghasilan dengan penghasilan tinggi yang cenderung
tingkat ansietas keluarga saat mengalami ansietas ringan.
menghadapi kekambuhan klien Hasil penelitian ini sama
gangguan jiwa halnya dengan penelitian yang
Hasil penelitian menunjukkan dilakukan oleh Kuraesin (22) yang
keluarga dengan klien gangguan menghasilkan ada hubungan
jiwa yang memiliki penghasilan pekerjaan dengan tingkat ansietas
rendah sebagian besar mengalami seseorang saat menghadapi kondisi
ansietas sedang saat menghadapi yang mengancam kesehatan (p value
kekambuhan pasien gangguan jiwa = 0,021). Hasil penelitian tersebut
yaitu sebanyak 15 (55,6%) menjelaskan bahwa faktor
responden, sedangkan keluarga penghasilan yang tinggi akan
dengan penghasilan tinggi sebagian mempengaruhi tingkat ansietas yang
besar mengalami ansietas ringan rendah, dikarenakan dengan
saat menghadapi kekambuhan penghasilan yang tinggi akan
pasien gangguan jiwa yaitu mampu memenuhi kebutuhan
sebanyak 8 (61,5%) responden. pembiayaan perawatan di rumah
Hasil analisis didapatkan pula nilai sakit dan perawatan lanjutan.
pvalue = 0,040 yang artinya ada Hasil penelitian ini sesuai
hubungan antara karakteristik denga teori Friedman (13) yang
penghasilan dengan tingkat ansietas menyebutkan bahwa penghasilan
keluarga saat menghadapi yang diperoleh keluarga dapat
kekambuhan klien gangguan jiwa di memenuhi kebutuhan pengeluaran
RSJD Amino Gondho Hutomo utama anggota keluarga, salah
Semarang. satunya adalah untuk memenuhi
Menurut teori Notoatmodjo kebutuhan kesehatan anggota
(34)
menyebutkan penghasilan keluarga. Teori menurut Stuart (43)
seseorang akan mempengaruhi juga menyebutkan bahwa
kemamampuan untuk memenuhi penghasilan keluarga yang rendah
kebutuhan hidup anggota memunculkan ansietas keluarga
keluarganya. Seseorang dengan terkait dengan ketidakmampuan
penghasilan yang tinggi akan lebih memenuhi kebutuhan perawatan
mampu memenuhi kebutuhan selama di rumah sakit. Penghasilan
anggota keluarganya, dalam hal ini yang lebih besar memungkinkan
kebutuhan klien gangguan jiwa terpenuhinya kebutuhan klien

51
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

gangguan jiwa saat dalam perawatan lain saat perawatan kekambuhan


rumah sakit dan biaya untuk klien gangguan jiwa, dibandingkan
perawatan baik dari segi transportasi dengan keluarga kecil (32). Penelitian
maupun kebutuhan sehari-hari klien yang dilakukan oleh Mubarak (29)
selama perawatan (4). juga menghasilkan bahwa keluarga
Hubungan penghasilan dengan dengan tipe keluarga besar dapat
tingkat ansietas keluarga saat melakukan perawatan pada anggota
menghadapi kekambuhan klien keluarga yang sakit dengan baik
gangguan jiwa dapat disimpulkan dikarenakan kemudahan dalam
bahwa keluarga dengan penghasilan memberikan bantuan antara anggota
tinggi cenderung ansietasnya ringan, keluarga yang lain.
dibandingkan dengan keluarga yang Intensitas pola dukungan yang
berpenghasilan rendah. Hal tersebut diberikan tentunya akan
dikarenakan keluarga dengan mempengaruhi tingkat ansietas saat
penghasilan tinggi akan mampu menghadapi kekambuhan klien
memenuhi kebutuhan klien gangguan jiwa. Keluarga dengan
gangguan jiwa meskipun mengalami tipe keluarga besar tingkat
kekambuhan, sehingga bebannya ansietasnya ringan saat klien
ringan dan tingkat ansietasnya mengalami kekambuhan keluarga
ringan. karena dapat meminta bantuan dari
anggota keluarga yang lain untuk
3.4 Hubungan tipe keluarga dengan memenuhi kebutuhan klien
tingkat ansietas keluarga saat gangguan jiwa. Sebaliknya keluarga
menghadapi kekambuhan klien yang berada pada keluarga inti tidak
gangguan jiwa mendapatkan bantuan dari anggota
Hasil penelitian menunjukkan keluarga lain, sehingga ansietasnya
keluarga dengan klien gangguan tinggi saat menghadapi kekambuhan
jiwa yang merupakan tipe keluarga klien gangguan jiwa
inti sebagian besar mengalami
ansietas sedang saat menghadapi 3.5 Hubungan status hubungan keluarga
kekambuhan pasien gangguan jiwa dengan tingkat ansietas keluarga saat
yaitu sebanyak 5 (45,5%) menghadapi kekambuhan klien
responden, sedangkan keluarga gangguan jiwa
dengan tipe keluarga besar sebagian Hasil penelitian menunjukkan
besar mengalami ansietas sedang keluarga sebagai ayah sebagian
saat menghadapi kekambuhan besar mengalami ansietas sedang
pasien gangguan jiwa yaitu saat menghadapi kekambuhan
sebanyak 14 (48,3%) responden. pasien yaitu sebanyak 12 (70,6%)
Hasil analisis didapatkan nilai pvalue responden. Status hubungan sebagai
= 0,027 yang artinya ada hubungan ibu sebagian besar mengalami
antara karakteristik tipe keluarga ansietas ringan saat menghadapi
dengan tingkat ansietas keluarga pasien yaitu sebanyak 4 (80%)
saat menghadapi kekambuhan klien responden. Status hubungan sebagai
gangguan jiwa di RSJD Amino suami sebagian besar mengalami
Gondho Hutomo Semarang. ansietas berat saat menghadapi
Tipe keluarga merujuk tentang kekambuhan pasien yaitu sebanyak
ukuran sebuah keluarga (11). Teori 3 (42,9%) responden. Status
menurut Friedman (13) menyebutkan hubungan sebagai istri sebagian
bahwa tipe keluarga berdampak besar mengalami ansietas berat saat
pada banyaknya pola dukungan menghadapi kekambuhan pasien
keluarga. Sebuah keluarga besar gangguan jiwa yaitu sebanyak 1
dengan klien gangguan jiwa, akan (100%) responden. Status hubungan
mendapatkan dukungan yang sebagai kakak kandung sebagian
banyak oleh anggota keluarga yang besar mengalami ansietas sedang

52
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

saat menghadapi kekambuhan sehingga kemampuan adaptasi klien


pasien gangguna jiwa yaitu dan keluarga akan mempengaruhi
sebanyak 2 (50%) responden. Status tingkat ansietas (43).
hubungan sebagai adik kandung Teori dan hasil penelitian
sebagian besar mengalami ansietas sebelumnya dapat disimpulkan
ringan saat menghadapi bahwa keluarga yang mengantar
kekambuhan pasien gangguan jiwa klien gangguan jiwa dengan status
yaitu sebanyak 3 (50%) responden. sebagai orangtua, pasangan, maupun
Hasil analisis didapatkan nilai saudara sama-sama memiliki
pvalue = 0,587 yang artinya tidak ada ansietas sedang dan berat. Tingkat
hubungan antara karakteristik status ansietas keluarga tergantung pada
hubungan keluarga dengan tingkat kemampuan adaptasi keluarga
ansietas keluarga saat menghadapi memahami kekambuhan klien dan
kekambuhan klien gangguan jiwa di ketidakmampuan keluarga
RSJD Amino Gondho Hutomo berhubungan interpersonal dan
Semarang. Keluarga yang sebagai akibat dari penolakan.
mengantar klien gangguan jiwa
dengan status sebagai orangtua, 3.6 Hubungan tahap perkembangan
pasangan, maupun saudara sama- keluarga dengan tingkat ansietas
sama memiliki ansietas sedang dan keluarga saat menghadapi
berat. kekambuhan klien gangguan jiwa
Hasil penelitian ini sama Hasil penelitian menunjukkan
halnyadengan penelitian yang keluarga dengan klien gangguan
(24)
dilakukan oleh Listariani yang jiwa yang merupakan tahapan
menghasilkan keluarga yang keluarga tahap 2 sebagian besar
memiliki hubungan keluarga mengalami ansietas ringan saat
sebagai orangtua mayoritas menghadapi kekambuhan psien
memiliki ansietas yang tinggi, gangguan jiwa yaitu sebanyak 4
hubungan keluarga sebagai suami/ (57,1%) responden. Keluarga
istri mayoritas memiliki ansietas dengan tahap 3 sebagian besar
yang tinggi, dan hubungan keluarga mengalami ansietas sedang dan
sebagai saudara juga mayoritas berat saat menghadapi pasien
memiliki ansietas yang tinggi. gangguan jiwa yaitu sebanyak 4
Menurut teori Perry dan potter (36,4%) responden. Keluarga
(36)
, jika salah satu orang dalam dengan tahap 4 sebagian besar
sebuah keluarga menderita sakit, mengalami ansietas sedang dan
maka kegiatan dan pengambilan berat saat menghadapi kekambuhan
keputusan dalam keluarga seringkali pasien gangguan jiwa yaitu
terhenti dan anggota keluarga yang sebanyak 1 (50%) responden.
lainnya menunggu sampai sakitnya Keluarga dengan tahap 5 sebagian
sembuh, atau mereka menunda besar mengalami ansietas sedang
kegiatan karena mereka enggan saat menghadapi kekambuhan
mengambil alih peran atau pasien gangguan jiwa yaitu
tangggung jawab orang yang sakit sebanyak 6 (60%) responden.
tersebut. Keluarga dengan tahap 6 sebagian
Ansietas timbul akibat besar mengalami ansietas sedang
ketidakmampuan berhubungan saat menghadapi kekambuhan
interpersonal dan sebagai akibat dari pasien yaitu sebanyak 1 (100%)
penolakan. Ansietas bisa dirasakan responden. Keluarga dengan tahap 7
bila individu mempunyai sebagian besar menglami ansietas
denkepekaan lingkungan. sedang saat menghadapi
Klien/keluarga yang baru pertama kekambuhan pasien gangguan jiwa
dirawat di rumah sakit dihadapkan yaitu sebanyak 5 (55,6%)
pada situasi dan lingkungan baru responden.

53
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

Hasil analisis didapatkan nilai remaja (tahap V) dan keluarga


Pvalue = 0,482 yang artinya tidak ada dengan tahapan keluarga yang
hubungan antara karakteristik status melepas anak usia dewasa muda
hubungan keluarga dengan tingkat (tahap VI) dalam penelitian ini,
ansietas keluarga saat menghadapi klien gangguan jiwa yang
kekambuhan klien gangguan jiwa di mengalami kekambuhan adalah
RSJD Amino Gondho Hutomo posisinya sebagai anak. Seorang
Semarang. Hasil penelitian ini anak yang berada dalam keluarga
menunjukkan setiap keluarga dilihat dengan anak remaja (tahap V) dan
dari tahapan perkembangan mengalami gangguan jiwa tentunya
keluarga memiliki ansietas yang akan menimbulkan ansietas pada
hampir sama, dimana pada keluarga dikarenakan remaja
umumnya memiliki ansietas yang sebagai penerus keluarga yang
sedang sampai berat. diharapkan dan dapat membantu
Menurut teori Isaacs (17), keluarga berada pada kondisi
menjelaskan bahwa ansietas pada gangguan jiwa yang menjadikan
keluarga muncul apabila keluarga remaja tidak bisa produktif untuk
dihadapkan pada situasi yang membantu kebutuhan dalam
mengancam keseimbangan keluarga. Begitu juga pada keluarga
keluarga, pemahaman dari dampak dengan tahapan melepas anak usia
yang ditimbulkan oleh situasi dewasa muda (tahap VI), keluarga
tersebut, dan mekanisme koping yang seharusnya dapat melihat
yang digunakan oleh keluarga. Hasil anaknya bahagia menjalin dan
penelitian yang dilakukan oleh membentuk keluarga barunya, justru
Suwondo (46) juga menghasilkan dihadapkan pada masalah gangguan
bahwa ansietas yang muncul pada jiwa yang menjadikan anak berada
keluarga yang anggota keluarganya pada ancaman keretakan rumah
mengalami kekambuhan gangguan tangganya, sehingga orangtua pasti
jiwa, lebih diakibatkan oleh persepsi tidak akan rela dan berada pada
ancaman dan dampak yang kondisi yang ansietas.
ditimbulkan dari kekambuhan 3.7 Hubungan etnis budaya dengan
gangguan jiwa. tingkat ansietas keluarga saat
Hasil analisis hubungan menghadapi kekambuhan klien
tahapan perkembangan keluarga gangguan jiwa
dengan tingkat ansietas menurut Hasil penelitian menunjukkan
peneliti lebih dikarenakan oleh keluarga dengan klien gangguan
dampak dan persepsi keluarga. jiwa yang mengalami kekambuhan
Keluarga yang berada pada tahapan keseluruhan merupakan keluarga
keluarga yang sedang mengasuh dengan budaya jawa. Tingkat
anak (tahap II) dapat memunculkan ansietas yang dialami oleh keluarga
ansietas yang tinggi karena kondisi menunjukkan sebagian besar
gangguan jiwa menjadikan salah mengalami ansietas tingkat sedang
satu orangtua kerepotan mengasuh yaitu sebanyak 19 (47,5%)
anak dan membiayai pengasuhan responden, ansietas ringan sebanyak
secara individu. Sama halnya 15 (37,5%) responden, ansietas
dengan keluarga yang berada pada berat sebanyak 6 (15%) responden.
tahapan keluarga dengan anak usia Hasil analisis tidak dapat
prasekolah (tahap III) maupun menunjukkan suatu hubungan antara
keluarga dengan anak usia sekolah etnis budaya dengan tingkat ansietas
(tahap IV), ansietas akan muncul keluarga saat menghadapi
karena perasaan tidak mampu untuk kekambuhan klien gangguan jiwa di
memenuhi kebutuhan sekolah anak. RSJD Amino Gondho Hutomo
Keluarga yang berada pada Semarang. Hal tersebut dikarenakan
tahapan keluarga dengan anak

54
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

keseluruhan merupakan keluarga menghadapi kekambuhan klien


dengan budaya jawa. gangguan jiwa sebagian besar berada
Hasil penelitian meskipun pada tingkatan sedang yaitu sebanyak
tidak dapat menunjukkan suatu 19 (47,5%) orang.
hubungan, menurut teori 2. Ada hubungan karakteristik pekerjaan
Koentjaraningrat (21) menyebutkan (Pvalue = 0,029), penghasilan (Pvalue =
bahwa budaya jawa menunjukkan 0,040), tipe keluarga (Pvalue = 0,027)
keharmonisan diantara anggota dengan tingkat ansietas keluarga saat
keluarga, saling memiliki dan saling menghadapi kekambuhan klien
ketergantungan tertentu antar gangguan jiwa di RSJD Amino
anggota keluarga. Sehingga apabila Gondho Hutomo Semarang.
ada masalah yang terjadi didalam 3. Tidak ada hubungan karakteristik
keluarga akan dirasakan sebagai pendidikan (Pvalue = 0,390), status
sesuatu yang tidak nyaman dan hubungan keluarga (Pvalue = 0,587),
perlu segera di atasi. Penelitian yang tahap perkembangan keluarga (Pvalue
(33)
dilakukan oleh Naviati = 0,482), dan etnis budaya (Pvalue = a )
menggambarkan bahwa suku jawa dengan tingkat ansietas keluarga saat
lebih banyak mengalami cemas menghadapi kekambuhan klien
sedang. Hal tersebut dikarenakan gangguan jiwa di RSJD Amino
oleh perasaan suku tersebut, Gondho Hutomo Semarang. Bagi
khawatir akan hal buruk yang terjadi keluarga sebaiknya mampu mengatasi
pada anggota keluarganya. ansietas secara mandiri. Cara tersebut
Berdasarkan teori yang telah dapat dilakukan dengan menanamkan
dijelaskan, maka dapat disimpulkan koping yang efektif melalui
bahwa keluarga klien gangguan jiwa penerimaan diri terhadap
dalam kontek budaya jawa dapat kekambuhan klien gangguan jiwa dan
mengalami ansietas yang tinggi saat keluarga juga dapat melakukan
menghadapi kekambuhan pada klien latihan relaksasi yang dilakukan
gangguan jiwa. Hal tersebut melalui teknik pernafasan atau
dikarenakan oleh tingginya perasaan peregangan otot (progressive muscle
khawatir dengan apa yang terjadi relaxation) untuk mengurangi
pada klien gangguan jiwa yang ketegangan saat klien gangguan jiwa
mereka cintai. Keluarga tetap mengalami kekambuhan
mencintai klien meskipun memiliki
gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN 1. Diagnostic and Statistical Manual of
1. Karakteristik keluarga dengan klien Mental Disorders Fourth Edition
gangguan jiwa yang mengalami Text Revision. Washington, DC:
kekambuhan sebagian besar American Psychiatric Association
berpendidikan SMA sebanyak 16 2. Annisa. (2014). Gambaran Tingkat
(40%) orang, masih bekerja sebanyak Kecemasan Keluarga Pasien Di
31 (77,5%) orang, berpenghasilan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
rendah sebanyak 27 (67,5%) orang, RSUD Panembahan Senopati
tipe keluarga besar sebanyak 29 Bantul. Jurnal Universitas
(72,5%) orang, status hubungan Muhammadiyah Yogyakarta
keluarga adalah sebagai ayah 3. Aqib, Zainal. (2013). Konseling dan
sebanyak 17 (42,5%) orang, berada Kesehatan Mental, untuk:
pada tahap perkembangan keluarga Mahasiswa, Guru, Konselor, Dosen.
dengan anak usia prasekolah yaitu Bandung: Yrama Widya
sebanyak 11 (27,5%) orang, dan 4. Arif, I.S. (2009). Skizofrenia
keseluruhan merupakan etnis budaya Memahami Dinamika Keluarga
jawa sebanyak 40 (100%) orang. Klien. Bandung: Refika Aditama
Tingkat ansietas keluarga saat 5. Chen & Paterson. (2006). Family
Health Care Nursing: Theory,
55
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

Practice, and Research. 18. Kaakinen, J. R.,Gedaly-Duff,


Philadelphia: Davis Company. V.,Coehlo, D. P., & Hanson, S. M.
6. Cynthia, M. Taylor. H. (2010). Family Health Care
(2010). Diagnosis Keperawatan Nursing: Theory, Practive And
dengan Rencana Asuhan Research. Philadelphia: F. A. Davis
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Company.
7. Depkes RI. (2011). Pedoman dan 19. Kaplan, H.L, Saddock, B.J dan
Penggolongan Diagnosis Gangguan Grebb, J.A. (2010). Sinopsis
Jiwa, Jakarta. Depkes Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku
8. Diana. (2014). Hubungan Psikiatri Klinis. Edisi 7. Jilid II.
Karakteristik Keluarga dengan Jakarta : Binaputra Aksara.
Tingkat Kecemasn Keluarga Dalam 20. Kemenkes, RI. (2013). Riset
Menghadapi Anggota Keluarganya Kesehatan Dasar 2013. Badan
yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Penelitian dan Pengembangan
RSJD Provinsi Sumatera Utara. Kesehatan. DepKes RI 2013.
Jurnal Universitas Sumatera Utara. 21. Koentjaraningrat. (2014).
9. DinKes Jateng. (2014). Profil Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Pustaka.
tahun 2013. Balitbangkes RI. 22. Kuraesin. (2009). Faktor-faktor
10. Djamaludin. (2009). Psikiatri: yang Mempengaruhi Tingkat
Konsep Dasar dan Gangguan- Kecemasan pasien yang akan
gangguan. Bandung: PT Refika Menghadapi Operasi di RSUP
Aditama Fatmawati. Skripsi Universitas
11. Efendi, M. (2009). Keperawatan Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Kesehatan Komunitas. Jakarta: 23. Kurniawan. (2014). Kecemasan
Salemba Medika. Keluarga Merawat Pasien Prilaku
12. Elain, M. Edelman. (2010). Kekerasan Di Unit Rawat Jalan
Patients’ Perception of Family Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Involvement and Its Relationship to Sumatera Utara. Jurnal Universitas
Medication Adherence for Persons Sumatera Utara.
with Schizophrenia and 24. Listariani. (2013). Gambaran
Schizoaffective Disorders. Journal. Tingkat Kecemasan Keluarga
New Jersey: The State University of Pasien Diruang Instalasi Gawat
New Jersey. Darurat RSUP Dr Wahidin
13. Friedman, M. (2010). Keperawatan Sudirohusodo Makassar. Skripsi
Keluarga. Jakarta: EGC. Universitas Hasanuddin Makasar.
14. Hanun, Mukhlidah. (2011). Konsep 25. Luddin. (2010). Pengantar Konsep
dalam Mengatasi Gangguan Dasar Keperawatan. Yogyakarta:
Psikologis. Jakarta: Salemba Penerbit Fitramaya.
Medika 26. Maryam. (2009). Strategi Coping
15. Hawari, D. (2011). Manajemen bagi Keluarga Korban Gempa dan
Stres, Cemas Dan Depresi. Jakarta: Tsunami Aceh. Perpustakaan
FKUI. Nasional: Katalog Dalam Terbitan
16. Hidayati. (2011). Pengaruh Terapi (KDT) Cetakan ke-1 Oktober 2009.
Kelompok Supportif terhadap Universitas Malikussaleh Nanggroe
kemampuan Mengatasi Perilaku Aceh Darussalam: Unimal Press.
Kekerasan pada Klien Skizofrenia di 27. Maslim, Rusdi. (2012).
RSJD Amino Gondhohutomo Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiw
Semarang. a. Jakarta: PT Nuh Jaya
17. Isaacs. (2010). Family Nursing 28. McAdam, J.I & Punthillo, K.
(Research Theory and Practice) (2009). Symptoms Experienced by
eight edition. USA. Prentice Hall Family Members of Patients in
Health. Intensive Care Unit. American

56
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 46-57

Association of Critical Care Nurses distress in community clinic


Journal. 18 (3), 200-2009. patients. Journal of Evaluation in
29. Mubarak. (2009). Keperawatan Clinical Practice, Blackwell
Kesehatan Komunitas. Jakarta: Publishing. 2007;13(3):435-9 (5).
Salemba Medika. 40. Rusmiati. (2012). Hubungan Pola
30. Muhaimin. (2011). Asuhan komunikasi Keluarga dengan
Keperawatan Keluarga, edisi 2. frekuensi Kekambuhan Klien
Jakarta: Trans Info Media. Perilaku Kekerasan di RSJD Dr.
31. Nadeed & Rahman, M. (2012). Amini Gondohutomo Semarang.
Factors contributing the outcome of Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Schizophrenia in developing and Kebidanan Vol 1, No 1 (2012).
developed countries: A brief review. Diakses melalui:
International Current Pharmateutical http://ejournal.stikestelogorejo
Journal, 1(2), 81-85. .ac.id/e-
32. Nasir, A & Muhith, A. (2011). journal/index.php/ilmukeperawatan/
Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. article/view/61/58 pada tanggal 1
Jakarta : Salemba Medika Oktober 2015
33. Naviati. (2011). Hubungan 41. Sheewangisaw, Z. (2012).
Dukungan Perawat dengan Tingkat Prevalence and Associated Factors
Kecemasan Orangtua di Ruang of Relapse in Patent with
Rawat Anak RSAB Harapan Kita Schizophernia At Amanuel Mental
Jakarta. Tesis Universitas Indonesia. Specialized Hospital. Congress on
Depok. Public Health, 1(1), 1-10.
34. Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan 42. Sosrosumihardjo. (2006). Catatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9.
Cipta. Surabaya : Airlangga Universitas
35. Nurjanah. (2011). Pedoman press.
Gangguan Jiwa. Yogyakarta: 43. Stuart, G.W. (2013). Buku Saku
Mocomedia. Keperawatan Jiwa. Edisi.5. Jakarta:
36. Potter, P. A. & Perry, A.G. (2009). EGC
Buku ajar fundamental keperawatan 44. Suliswati, Payapo, Tjie, Maruhawa.
(Vol. 1). (Y. Asih, M. Sumarwati, (2005). Konsep Dasar Keperawatan
D. Efriyani, & dkk., Penerjemah). Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Jakarta: EGC. 45. Suliswati. (2005). Konsep Dasar
37. Ratna. (2009). Riwayat Gangguan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jiwa Pada Keluarga Dengan Jakarta: EGC
Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di 46. Suwondo. (2013). Hubungan antara
Rsup Dr Sardjito Yogyakarta. Berita Frekuensi Kekambuhan Pasien
Kedokteran Masyarakat Vol. 25, Skizofrenia dengan Tingkat
No. 4, Desember 2009 alaman 176 – Kecemasan pada Keluarga. Jurnal
179 diakses malalui: Poltekkes Depkes Semarang.
http://www.journal.ugm.ac.id/index. Volume 1, No. 2, November 2013:
php/bkm/article/view/3551 pada 27
tanggal 30 September 2015. 47. WHO. (2007). THE World Health
38. Robinson, D. (2008). Predictors of Organization 2007: Mental Health,
relapse following response from New Understanding, New Hope.
first episode of schizophrenia or Geneva: World Health
schizoaffective disorder. Organization.
Department of Psychiatry, Hillside 48. Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan
Hospital, Long Island. Jiwa. Bandung: PT. Refika
39. Rohrer, J. (2007). Family History of Aditama.
mental illness and frequent mental

57

You might also like