You are on page 1of 13

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

ANALISIS DAMPAK PENINGKATAN ALOKASI ANGGARAN PADA


SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP
PEMBANGUNAN EKONOMI JAWA TENGAH
Analysis of the Impact of the Budget Allocation Improvement in the Food and Beverages
Industrial Sector to Economic Development of Central Java

Kurniawan Ari Setyanto1, Harianto2, Sugeng Budiharsono3


1 Staf Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta IV, DKI Jakarta 10310. E-mail: ari.bgt@gmail.com
2 Staf Pengajar Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Email: harianto_ipb@yahoo.com
3 Staff Pengajar Sekolah Pascasarjana, IPB. Email: sbudiharsono@gmail.com

ABSTRACT
The movement of the development paradigm causes development direction not only focuses on growth but
also as an effort in reducing poverty and unemployment level and also in improving the quality of human life.
The priorities of the economic development should be directed to the leading sector development which has
strong relevance to other sectors, so that the sector development will provide a great multiplier effect on the
economy. Food and beverages industry is one of the leading sector that contributes greatly to the GRDP of
Central Java. The purposes of this research were to analyze the role of the food and beverages industrial
sector for the economy of Central Java by using input and output analysis, and to analyze the impact of
the increasing budget allocation through government consumption in this sector by using a system dynamic
analysis. The results of this research showed that the food and beverages industrial sector had a forward
linkage coefficient of 2.42 and backward linkage coefficient of 2.18, and also forward dan backward linkage
indexes above 1 which meant that the sector was the key sector in the economy of Central Java because it had
strong linkage with other sectors. Simulations on increasing of the allocation of government consumption
in that sector had a positive impact on the increase of GRDP and IPM and in reducing poverty in Central Java,
but the increase in budget allocation actually causes open unemployment rate in Central Java to increase.
Keywords: budget allocation, government consumption, GRDP, poverty, unemployment,

ABSTRAK
Pergeseran paradigma pembangunan menyebabkan arah pembangunan tidak lagi hanya berfokus pada
pertumbuhan, tetapi juga sebagai sebuah usaha dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran serta
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Prioritas pembangunan ekonomi hendaknya diarahkan pada
pengembangan sector unggulan yang mempunyai keterkaitan yang besar kepada sektor lainnya, sehingga
pengembangan sektor tersebut akan memberikan multiplier effect yang besar terhadap perekonomian. Industri
makanan dan minuman merupakan salah satu sektor unggulan yang memberikan kontribusi besar terhadap
PDRB Jawa Tengah, sehingga pengembangan sektor tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan
pembangunan ekonomi Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis peran sektor
industri makanan dan minuman bagi perekonomian Jawa Tengah dengan menggunakan analisis input output,
serta menganalisis dampak peningkatan alokasi anggaran melalui konsumsi pemerintah pada sektor tersebut
dengan menggunakan analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor industri makanan
dan minuman memiliki koefisien forward linkage sebesar 2.42 dan koefisien backward linkage sebesar 2.18,
serta indeks forward dan backward linkage diatas 1 yang berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor kunci
dalam perekonomian Jawa Tengah karena memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lainnya. Simulasi
terhadap peningkatan alokasi konsumsi pemerintah pada sektor tersebut memberikan dampak yang positif
terhadap peningkatan PDRB dan IPM serta dalam menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah, namun
peningkatan tersebut menyebabkan tingkat pengangguran terbuka bertambah.
Keywords: alokasi anggaran, konsumsi pemerintah, PDRB, kemiskinan, pengangguran

PENDAHULUAN perekonomian untuk mengembangkan 33


kegiatan ekonominya yang berdampak
Pembangunan ekonomi merupakan
pada terjadinya perubahan dalam berbagai
serangkaian usaha dalam suatu

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

aspek kegiatan ekonomi (Sukirno 2006). (2009) memandang kemiskinan sebagai


Dalam pandangan tradisional, indikator ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
keberhasilan pembangunan ekonomi memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
identik dengan pertumbuhan ekonomi bukan makanan. Selain itu, PDRB juga
yang tinggi yang tercermin dari tingkat mencerminkan tingkat produksi
pendapatan perkapita masyarakat. Namun, barang/jasa di suatu wilayah. Semakin
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tinggi PDRB maka semakin tinggi pula
tersebut ternyata tidak dapat barang/jasa yang diproduksi, sehingga
menyelesaikan masalah-masalah yang memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih
timbul seperti masalah pengangguran, besar untuk memproduksi barang/jasa
kemiskinan, ketimpangan distribusi tersebut. PDRB yang rendah akan
pendapatan hingga masalah menyebakan penyerapan tenaga kerja yang
ketidakseimbangan struktural (Kuncoro rendah, sehingga pengangguran menjadi
1997). Pergeseran paradigma pembangunan meningkat.
menyebabkan arah pembangunan tidak lagi Indikator tingkat kemiskinan
hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di
namun juga dalam hal mengurangi tingkat Jawa Tengah tergolong tinggi. Tingkat
kemiskinan dan pengangguran serta dalam kemiskinan Jawa Tengah sampai dengan
hal meningkatkan kualitas hidup manusia. bulan Maret 2016 sebesar 13.27 persen,
Perekonomian di Indonesia masih diatas rata-rata nasional yang sebesar
terkonsentrasi di pulau Jawa. Menurut 10.86 persen (BPS 2016b). Sedangkan
Badan Pusat Statistik (2016a), kontribusi Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM)
pulau Jawa dalam pembentukan Produk yang merupakan cermin dari
Domestik Bruto (PDB) nasional tahun pembangunan kualitas hidup manusia
2015 lebih dari 58 persen. Namun dari menunjukkan bahwa pada tahun 2015, IPM
kontribusi pulau Jawa tersebut, kontribusi Jawa Tengah masuk kategori sedang yaitu
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berada pada indeks sebesar 69.49, sedikit
Provinsi Jawa Tengah tergolong kecil dibawah rata-rata nasional 69.55 (BPS
dibanding Provinsi DKI Jakarta, Jawa 2016c). Disisi lain tingkat pengangguran
Timur dan Jawa Barat. Berdasarkan data terbuka di Jawa Tengah sampai dengan
BPS (2016a), PDRB Jawa Tengah tahun 2015 masih tinggi, yaitu sebesar 4.99
berdasarkan harga konstan pada tahun persen atau sejumlah 863.783 orang (BPS
2015 berperan sebesar 8.93 persen terhadap 2016d).
PDB nasional, jauh dari Provinsi DKI Rencana Pembangunan Jangka
Jakarta yang sebesar 16.1 persen, Jawa Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah
Timur 14.74 persen dan Jawa Barat 13.37 tahun 2013-2018 menyatakan bahwa
persen. Sedangkan rata-rata pertumbuhan sektor unggulan yang paling banyak dan
ekonomi antara tahun 2011 sampai 2015 menyebar di wilayah Jawa Tengah
sebesar 5.29 persen, dibawah rata-rata didominasi oleh sektor pertanian dan sektor
pertumbuhan nasional yang sebesar 5.51 industri pengolahan (Pemprov. Jawa
persen. Tengah 2014). Namun, tranformasi
PDRB erat kaitannya dengan struktur ekonomi di Jawa Tengah
tingkat pengangguran dan kemiskinan. menyebabkan kontribusi sektor pertanian
PDRB merupakan representasi dari tingkat terhadap PDRB Jawa Tengah terus
pendapatan masyarakat. PDRB yang mengalami penurunan sejak tahun 1983
rendah mengindikasikan tingkat sampai dengan 2003 dimana kontribusi
pendapatan perkapita masyarakat yang sektor pertanian yang semula sebesar 34.9
rendah pula. Pendapatan masyarakat yang persen pada tahun 1983 turun menjadi
34 rendah menyebabkan seseorang memiliki hanya 18.6 persen pada tahun 2003. Disisi
kemampuan ekonomi yang rendah dalam lain kontribusi sektor industri yang semula
memenuhi kebutuhan dasarnya. BPS hanya berkontribusi sebesar 11.5 persen

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

pada tahun 1983 naik menjadi 31.19 persen pengeluaran pemerintah mempunyai peran
pada tahun 2003 (Sudarmono 2006). penting dalam mempengaruhi permintaan
Sampai dengan saat ini sektor agregrat, yaitu sebagai komponen
pertanian masih tetap menjadi fokus pengeluaran pemerintah melalui konsumsi
pembangunan di Jawa Tengah mengingat pemerintah dan sebagai komponen
ketahanan pangan merupakan salah satu investasi dalam pembentukan modal.
faktor penentu stabilitas ekonomi sehingga Nazara (1997) mengemukakan
upaya kecukupan pangan menjadi kerangka bahwa pengeluaran pemerintah merupakan
pembangunan yang mampu mendorong variabel yang besarnya diatur sepenuhnya
pembangunan sektor lainnya (Pemprov. oleh pemerintah sendiri serta dapat
Jawa Tengah 2014). Alternatif mempengaruhi peningkatan faktor-faktor
pembangunan sektor pertanian dapat lainnya melalui kebijakannya. Dalam
dilakukan dengan melakukan keterpaduan konteks inilah, maka permintaan akhir
antara sektor pertanian dengan sektor lain dapat menjadi salah satu alat kebijakan
yang lebih unggul dalam penciptaan pemerintah. Dalam pencapaian tujuan
pertumbuhan ekonomi dan memiliki pembangunan ekonomi, pemerintah dapat
keterkaitan dengan sektor pertanian, yaitu memilih instrumen ekonomi yang akan
sektor industri pengolahan (Jhingan 2007). digunakan untuk mendorong permintaan
Keterkaitan industri dengan sektor akhir suatu sektor ekonomi, dan sekaligus
pertanian amat kuat apabila sektor industri melihat bagaimana dampak dari perubahan
mempunyai keterkaitan kebelakang yang permintaan akhir tersebut bagi
tinggi (King dan Byerlee dalam Kuncoro perkembangan sektor ekonomi lainnya.
2007). Salah satu industri pengolahan Selama ini peran belanja
yang mempunyai keterkaitan tinggi pemerintah sebagai faktor pendorong
terhadap sektor pertanian yaitu agroindustri, pertumbuhan ekonomi relatif kecil karena
dimana salah satunya adalah industri selain kecilnya porsi belanja modal
makanan dan minuman. dibandingkan porsi belanja rutin, juga
Berdasarkan data BPS (2016e), sebagai akibat dari metode penyerapan
produksi industri makanan dan minuman anggaran yang terlalu terkonsentrasi di
terhadap total produksi sektor industri akhir tahun anggaran. Disisi lain,
pengolahan Tahun 2015 tertinggi ketidaktepatan dalam mengalokasikan
dibandingkan jenis industri lainnya yaitu anggaran menimbulkan inefisiensi
sebesar 32.89 persen, dengan laju anggaran, karena dampak yang diharapkan
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 9.45 dari setiap belanja pemerintah tidak terlalu
persen. Kemajuan perkembangan industri berdampak multiplier terhadap
makanan dan minuman tidak lepas dari perekonomian daerah. Keberhasilan
perannya dalam menghasilkan produk yang pembangunan menuntut ketersediaan
merupakan kebutuhan pokok manusia. sumber daya yang memadai.
Oleh sebab itu, penyebaran industri Kondisi pembangunan suatu
makanan dan minuman merata hampir di wilayah dengan keterbatasan sumber daya
semua wilayah Jawa Tengah. Berdasarkan mengakibatkan harus difokuskannya
data Dinas Perindustrian dan Perdagangan pembangunan pada sektor-sektor yang
Provinsi Jawa Tengah (2014), jumlah memiliki keterkaitan kuat dengan sektor
industri makanan dan minuman di Jawa lainnya sehingga akan memberikan
Tengah pada tahun 2014 sebanyak 8 763 dampak pengganda (multiplier effect)
industri, yang merupakan jenis industri besar terhadap sektor-sektor lainnya atau
agro, kimia dan hasil hutan terbanyak di perekonomian secara keseluruhan. Atas
Jawa Tengah setelah industri mebel yang dasar tersebut diatas, tujuan penelitian ini
berjumlah 2 256 industri dan industri rokok adalah menganalisis peran industri 35
sebanyak 1 840 industri. makanan dan minuman dalam
Dalam teori permintaan agregrat, perekonomian Jawa Tengah, serta

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

menganalisis dampak peningkatan alokasi Jawa Tengah 2015 diagregrasi dari semula
anggaran pada sektor industri makanan dan 88 sektor dengan matriks 88x88 menjadi
minuman terhadap pembangunan ekonomi 9 sektor dengan matriks 9x9. Output dari
Jawa Tengah. analisis input output adalah :
1. Forward dan backward linkage
METODE P ENELI TI AN sektor-sektor ekonomi.
2. Koefisien multiplier output, NTB,
Jenis dan Sumber Data
upah/gaji dan tenaga kerja.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder. Data Analisis Sistem Dinamik
sekunder bersumber dari : (1) Badan Pusat Sistem dinamik merupakan suatu metode
Statistik Provinsi Jawa Tengah; (2) Badan sederhana yang menggunakan causal- loop
Pusat Statistik RI; (3) Dinas Perindustrian dan stock flow untuk menjelaskan
dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. hubungan diantara sistem (Kusumo 2012).
Metode Analisis Data Causal loop merupakan gambaran
hubungan antar variabel dalam suatu
Analisis Input Output sistem yang menunjukkan suatu hubungan
Analisis input output adalah suatu sebab akibat. Selain itu, causal loop juga
analisis atas perekonomian wilayah secara digunakan untuk membatasi sistem yang
komprehensif karena melihat keterkaitan akan dikaji (Muhammadi et al. 2001).
antar sektor ekonomi di wilayah tersebut Sistem dinamik digunakan untuk
secara keseluruhan (Tarigan 2005). mengetahui dan menguji kebijakan yang
Penelitian ini menggunakan tabel input diperlukan di masa mendatang (Prasodjo
output Jawa Tengah tahun 2013 yang 2015). Analisis secara teknis dilakukan
kemudian dilakukan updating data menjadi dengan membangun struktur (Stock Flow
tabel input output tahun 2015. Metode Diagram) untuk melakukan simulasi,
yang digunakan untuk melakukan dimana pengelompokan data dan input
updating data adalah dengan metode RAS. data dilakukan dalam struktur model
Dalam penenlitian ini, tabel input output (Firmansyah 2016). Diagram causal- loop
penelitian ini seperti pada Gambar 1.

36
Gambar 1 Diagram Causal-Loop Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

Batasan dalam model sistem dinamik ini sektor ekonomi dalam penyediaan bahan
adalah : baku yang akan digunakan dalam proses
produksi (BPS 2008). Pengembangan
1. Peningkatan alokasi anggaran sektor ekonomi yang mempunyai forward
pemerintah daerah hanya pada dan backward linkage tinggi akan
variabel konsumsi pemerintah di sektor mempunyai dampak yang lebih besar
industri makanan dan minuman. terhadap pengembangan sektor ekonomi
2. Nilai variabel ekonomi lainnya seperti lainnya dibandingkan dengan apabila
konsumsi masyarakat, investasi, ekspor melakukan pengembangan sektor ekonomi
impor dan konsumsi pemerintah pada yang memiliki forward dan backward
sektor lainnya diasumsikan sebesar laju linkage rendah.
pertumbuhan output/PDRB. Berdasarkan Tabel 1, sektor
3. Faktor sumber daya manusia industri makanan dan minuman
diabaikan, sehingga setiap mempunyai koefisien backward linkage
peningkatan kesempatan kerja yang paling besar yaitu sebesar 2.18,
diasumsikan akan selalu diserap oleh sedangkan untuk koefisien forward
angkatan kerja di Jawa Tengah linkage sebesar 2.87 atau berada pada
posisi kedua setelah industri pengolahan
HASIL DAN PEMBAHASAN lainnya. Indeks forward dan backward
Peran Industri Makanan dan Minuman linkage sektor industri makanan dan
Dalam Perekonomian Jawa Tengah minuman memiliki indeks masing-masing
Koefisien Forward dan Backward diatas 1 yang berarti bahwa daya
Linkage penyebaran dan derajat kepekaan di atas
rata-rata keseluruhan sektor. Tingginya
Forward linkage atau daya indeks forward dan backward linkage
penyebaran menunjukkan hubungan antar industri makanan dan minuman
sektor dalam penjualan output dari suatu menandakan bahwa sektor tersebut
sektor ekonomi yang akan digunakan merupakan sektor kunci (key sector) yang
sebagai input bagi sektor ekonomi lainnya, harus dikembangkan kaitannya dalam
sedangkan backward linkage atau derajat meningkatkan pembangunan ekonomi di
kepekaan menunjukkan hubungan antara Jawa Tengah.

Tabel 1. Koefisien Forward Dan Backward Linkage Sektor Ekonomi Jawa Tengah
Backward Forward
SEKTOR
Jumlah Koef Rank Jumlah Koef Rank
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 1.26 0.78 9 1.49 0.91 4
Pertambangan dan Penggalian 1.27 0.78 8 1.10 0.67 9
Industri Makanan dan Minuman 2.18 1.34 1 2.42 1.48 2
Industri Pendolahan Lainnya 1.67 1.03 4 2.87 1.76 1
Konstruksi, Listrik, Gas dan Air Bersih 1.94 1.19 2 1.11 0.68 8
Perdagangan,hotel dan Restauran 1.58 0.97 6 1.38 0.85 7
Pengangkutan dan Komunikasi 1.80 1.11 3 1.39 0.85 5
Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Keuangan 1.35 0.83 7 1.39 0.85 6
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya 1.61 0.99 5 1.53 0.94 3

Sumber : Data hasil analisis input output (2017)

Backward linkage sektor industri makanan utama, sehingga peningkatan permintaan


dan minuman paling besar selain dengan akhir di sektor industri makanan dan
sektor itu sendiri adalah dengan sektor minuman akan berdampak besar terhadap 37
pertanian, peternakan, kehutanan dan pengembangan sektor pertanian,
perikanan sebagai sektor penyedia input peternakan, kehutanan dan perikanan.

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

Industri Pengolahan Makanan dan Minuman 1.6910


Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan… 0.2682
Industri Pendolahan Lainnya 0.0762
Perdagangan,hotel dan Restauran 0.0591
Pengangkutan dan Komunikasi 0.0374
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya 0.0295
Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa… 0.0169
Konstruksi, Listrik, Gas dan Air Bersih 0.0046

Pertambangan dan Penggalian 0.0017


1.8

Sumber : Data hasil analisis input output (2017)


Gambar 2 Backward linkage sektor industri makanan dan minuman dengan sektor lainnya

besar perubahan-perubahan output, nilai


Angka Pengganda/Multiplier Effect
tambah bruto (NTB), upah, dan penyerapan
Koefisien multiplier merupakan tenaga kerja sebagai akibat dari perubahan
koefisien yang menyatakan kelipatan permintaan akhir suatu sektor. Dalam
dampak langsung dan tidak langsung dari penelitian ini, angka multiplier
meningkatnya permintaan akhir suatu menggunakan angka multiplier tipe I yang
sektor ekonomi sebesar satu satuan memposisikan permintaan akhir rumah
terhadap aspek-aspek tertentu sektor tangga sebagai variabel exogenous dimana
ekonomi suatu wilayah (Rustiadi et al. pengaruh konsumsi rumah tangga ikut
2011). Analisis ini dapat melihat seberapa mempengaruhi output sistem ekonomi
secara keseluruhan.
Tabel 2. Koefisien Multiplier Sektor Ekonomi Jawa Tengah
Koefis ien Multiplier
Sektor

Output NTB Upah/Gaji Tenaga Kerja


Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 1.264 0.949 0.214 0.027
Pertambangan dan Penggalian 1.270 0.954 0.318 0.006
Industri Makanan dan Minuman 2.184 0.864 0.237 0.012
Industri Lainnya 1.671 0.746 0.225 0.009
Konstruksi, Listrik, Gas dan Air Bersih 1.943 0.803 0.274 0.011
Perdagangan,hotel dan Restauran 1.579 0.907 0.263 0.018
Pengangkutan dan Komunikasi 1.802 0.872 0.330 0.010
Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Keuangan 1.348 0.953 0.163 0.008
Jasa-jasa dan Kegiatan Lainnya 1.606 0.857 0.549 0.017
Sumber : Data hasil analisis input output (2017)

Berdasarkan Tabel 2, sektor output karena adanya faktor biaya


industri makanan dan minuman memiliki produksi. Nilai koefisien multiplier
angka multiplier output terbesar upah/gaji sebesar 0.237 dan koefisien
dibandingkan sektor lainnya, yaitu sebesar multiplier tenaga kerja sebesar 0.012.
2.184. Namun untuk koefisien multiplier Koefisien mulitiplier tersebut menunjukkan
38 bahwa apabila terjadi peningkatan
NTB hanya sebesar 0.864. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan NTB permintaan akhir sebesar 1000 rupiah pada
tidak sebanding dengan peningkatan sektor industri makanan dan minuman,

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

akan meningkatkan output sektor tersebut tenaga kerja, submodel pengangguran dan
sebesar 2184 rupiah, NTB sebesar 864 kemiskinan, submodel IPM dan submodel
rupiah dan upah/gaji sebesar 237 rupiah. konsumsi pemerintah (Gambar 3).
Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja, Validasi Model
peningkatan permintaan akhir sebesar 1
Validasi model merupakan suatu proses
milyar rupiah akan meningkatkan
tahapan dalam analisis sistem dinamik
penyerapan tenaga kerja sebanyak 12 orang.
yang bertujuan untuk menilai kesesuaian
antara model yang dibangun dengan dunia
Pembangunan Model Sistem Dinamik
nyata yang ditunjukkan dengan sejauh
Struktur model yang dibangun adalah mana data simulasi dan pola simulasi
untuk mengetahui bagaimana dampak dapat menirukan data statistik dan
peningkatan permintaan akhir pada sektor informasi aktul (fakta). Validasi model
industri makanan dan minuman melalui dilakukan dengan membandingkan antara
peningkatan konsumsi pemerintah besar dan sifat kesalahan (muhammadi et
terhadap pembangunan ekonomi, meliputi al. 2001), dengan menghitung Absolute
PDRB, IPM, tingkat pengangguran dan Mean Error (AME) dan Absolute Variation
tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Model Error (AVE). Model dapat dikatakan valid
dalam penelitian ini terbagi menjadi 4 apabila nilai AME ≤ 5 persen dan AVE ≤ 30
submodel, yaitu submodel PDRB dan persen.

Tabel 3. Validasi Model

PDRB harga konstan, tingkat


Hasil uji (Tabel 3) menunjukkan bahwa pengangguran terbuka, IPM dan angka
nilai AME dan AVE hasil output model kemiskinan memiliki nilai AME dibawah 39
yang dibangun masih dibawah batas 5 persen, dan nilai AVE dibawah 30
penyimpangan. Empat variabel yaitu persen. Dengan demikian disimpulkan

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

bahwa model yang dibangun valid perubahan- perubahan yang terjadi terkait
sehingga mampu mensimulasikan pembangunan ekonomi di Jawa Tengah.
SUBMODEL IPM
SUBMODEL PDRB DAN TENAGA KERJA
~ IPM AWAL
ANGKA INDEKS KESEHATAN
~ OUTPUT S 10 HARAPAN HIDUP
~ LAJU S1 INFLOW IPM
PRODUKTIFITAS TK S1 TAMBAHAN ~
OUTPUT S1 PROP O 1 RATA LAMA
INDEKS RLS
SEKOLAH
TK S 1 PDRB S1
INFLOW 1

~ INDEKS PENDIDIKAN
~ OUTPUT S 11 HARAPAN
~ PDRB GROWTH INDEKS HLS
LAJU S2 LAMA SEKOLAH
PRODUKTIFITAS TK S2 IPM IPM GROWTH
PROP O 2
TAMBAHAN
PDRB S2 LAJU PORSI PORSI PPD
TK S 2 INFLOW 2 OUTPUT S2 PDRB AWAL PDRB PERKAPITA
INDEKS PENGELUARAN
~
INFLOW PORSI PPD
OUTPUT S 12
~ LAJU S3 PP DISESUAIKAN
PRODUKTIFITAS TK S3 PROP O 3 INFLOW PDRB

SU BMOD EL PENGAN GGU RAN DAN KEMISK INAN


TK S 3 TAMBAHAN
INFLOW 3
OUTPUT S3 PDRB S3 ~ ~
rata2 kelahiran rata2 kem atian
~ PENDUDUK PEND UDU K
OUTPUT S 13
~ LAJU S4 JML PENDU DUK MISKIN
PROP O 4 inf low outf low PDRB PERKAPITA
PRODUKTIFITAS TK S4 penduduk penduduk

TAMBAHAN PDRB PERKAPITA ~


TK S 4 INFLOW 4
PDRB S4 net mig ras i UK

OUTPUT S4 AN GKA KEMISKINAN


PORSI UK
~
OUTPUT S 14 LAJU RATA2 PORSI UK BU KAN AK

~ LAJU S5 TPT IPM


INFL OW PORSI UK
PROP O 5
PRODUKTIFITAS TK S5
TAMBAHAN
TK S 5 INFLOW 5 AK JML PEN GAN GGU RAN
OUTPUT S5 PDRB S5 PDRB
PDRB HARGA BEKE RJA
~ KONSTAN
OUTPUT S 15
~ LAJU S6
PRODUKTIFITAS TK S6 PROP O 6 TK S 1 TK S 2 TK S 3 TK S 4 TK S 5 TK S 6 TK S 7 TK S 8 TK S 9

TK S 6 TAMBAHAN
INFLOW 6 INDEKS HARGA SU BMODEL KON SU MSI PEMER INTAH
OUTPUT S6 PDRB S6 LAJU IMPLISIT
~ OUTPUT S 16 TAMBAH AN KOEF MUL S1
~ OU TPU T S1
LAJU S7
PRODUKTIFITAS TK S7
PROP O 7 TAMBAH AN KOEF MUL S2
INFLOW OU TPU T S2
TK S 7 TAMBAHAN POR SI GE S3 Y D I
GE S3 Y DI
INLOW 7 OUTPUT S7 TAMBAH AN KOEF MUL S3
PDRB S7 OU TPU T S3
INF LOW GE S3 Y DI

~ OUTPUT S 17
~ TAMBAH AN KOEF MUL S4
LAJU S8 OU TPU T S4

PRODUKTIFITAS TK S8 PROP O 8 POR SI GE S3 TAMBAH AN KOEF MUL S5


GE S3 OU TPU T S5
TK S 8 TAMBAHAN
LAJU POR SI GE
INLOW 8 OUTPUT S8
PDRB S8 POR SI GE
TAMBAH AN KOEF MUL S6
~ OUTPUT S 18 OU TPU T S6
~
LAJU S9 INF LOW POR SI GE GE
TAMBAH AN
PRODUKTIFITAS TK S9 OU TPU T S7
KOEF MUL S7
PROP O 9
TK S 9 INLOW 9 TAMBAHAN
TAMBAH AN KOEF MUL S8
OUPUT S9 PDRB S9 OU TPU T S8
PDRB

TAMBAH AN KOEF MUL S9


OU PU T S9

Gambar 3 Submodel sistem dinamik

Hasil Simulasi Model (Existing) Berdasarkan hasil simulasi (Gambar 4),


PDRB Jawa Tengah pada tahun 2030
Perkembangan PDRB harga konstan (tahun
mencapai sebesar 1 804.67 triliun rupiah
dasar 2010) Jawa Tengah mengalami
dan memiliki laju pertumbuhan sebesar
pertumbuhan yang positif sejak tahun 2011
persen.
sampai dengan 2030. Tercatat
pertumbuhan PDRB Jawa Tengah setiap
tahunnya hingga tahun 2030 terus
mengalami peningkatan.
40

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

Gambar 4 Simulasi PDRB harga konstan Jawa Tengah tahun 2011-2030

Hasil simulasi terhadap IPM Jawa Tengah Tengah masuk pada kategori tinggi pada
menunjukkan peningkatan yang positif. tahun 2017 dengan nilai indeks sebesar
Peningkatan IPM Jawa Tengah mengalami 70.38 dan pada tahun 2030, IPM Jawa
peningkatan sebesar 19.05 persen sejak Tengah sudah mencapai 79.32 (Gambar 5).
tahun 2011 hingga 2030. IPM Jawa

Gambar 5 IPM Jawa Tengah hasil simulasi tahun 2011-2030

2030, TPT Jawa Tengah sebesar 1.92


Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Jawa
persen (Gambar 6). Penurunan tingkat
Tengah dalam kurun waktu 2011- 2030
pengangguran terbuka di Jawa Tengah
mengalami penurunan. Kurun waktu 2011-
dipicu oleh kenaikan penyerapan tenaga
2015, TPT Jawa Tengah mengalami
kerja sektoral yang lebih besar 41
perkembangan yang fluktuatif, namun
dibandingkan dengan peningkatan jumlah
pada tahun berikutnya hingga tahun 2030
penduduk angkatan kerja.
terus mengalami penurunan. Pada tahun

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

Gambar 6 Tingkat pengangguran terbuka Jawa Tengah tahun 2011-2030 hasil simulasi

Peningkatan PDRB dan IPM serta variabel tingkat pengangguran


penurunan tingkat pengangguran berpengaruh positif dan variabel IPM
memberikan dampak signifikan terhadap berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di
angka kemiskinan di Jawa Tengah Jawa Tengah. Berdasarkan hasil simulasi,
(Gambar 7). Sejalan dengan hal tersebut, angka kemiskinan di Jawa Tengah terus
Puspita (2015) serta Rusdarti dan mengalami penurunan dari sebesar 15.96
Sebayang (2013) dalam penelitiannya persen pada tahun 2011 menjadi 4.66
menyatakan bahwa variabel pengangguran persen pada tahun 2030. Hal tersebut
atau tingkat pengangguran terbuka mengindikasikan terjadinya peningkatan
mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa
kemiskinan di Jawa Tengah. Sedangkan Tengah.
Fadlillah et al. (2016) menyatakan bahwa

Gambar 7 Angka kemiskinan Jawa Tengah tahun 2011-2030 hasil simulasi

Skenario Model 3 skenario, yaitu :


42 1. Peningkatan alokasi anggaran
Untuk mengetahui dampak peningkatan sebesar 10 persen pada setiap
konsumsi pemerintah pada sektor periode/tahun.
industri makanan dan minuman, digunakan

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

2. Peningkatan alokasi anggaran 2030 menjadi sebesar 4.65 persen.


sebesar 30 persen pada setiap Hasil skenario 2 menunjukkan
periode/tahun. bahwa dibandingkan data hasil existing,
3. Peningkatan alokasi anggaran PDRB harga konstan Jawa Tengah
sebesar 50 persen pada setiap mengalami kenaikan pada tahun 2016
periode/tahun. sebesar 0.23 triliun rupiah menjadi sebesar
Hasil Simulasi Model (Skenario) 848.1 triliun rupiah, sedangkan pada tahun
2030 naik sebesar 7.78 triliun rupiah.
Dibandingkan hasil simulasi pada Tingkat pengangguran naik sebesar 0.01
kondisi existing, hasil simulasi dengan persen pada tahun 2016 dan naik sebesar
menggunakan skenario 1, 2 dan 3 0.04 persen pada tahun 2030 menjadi
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 1.97 persen. IPM dan angka
pada variabel PDRB harga konstan dan kemiskinan tidak mengalami perubahan
IPM serta tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2016 namun mengalami
sedangkan angka kemiskinan mengalami kenaikan pada tahun 2030. Pada tahun
penurunan (Tabel 4). 2030, IPM naik menjadi 79.36 dan anga
Pada skenario 1, dengan kemiskinan turun menjadi sebesar 4.64
peningkatan anggaran sebesar 10 persen, persen. Pada skenario 3, dengan kenaikan
PDRB Jawa Tengah tahun 2016 alokasi anggaran sebesar 50 persen, PDRB
mengalami peningkatan sebesar 0.08 triliun naik sebesar 0.39 triliun rupiah pada tahun
rupiah menjadi sebesar 847.95 triliun 2016 menjadi sebesar 848.26 triliun rupiah,
rupiah, dan pada tahun 2030 mengalami dan meningkat sebesar 12.99 triliun
peningkatan sebesar 2.59 triliun rupiah menjadi sebesar 1 817.66 triliun rupiah.
menjadi sebesar 1 807.26 triliun rupiah. Tingkat pengangguran naik menjadi
Tingkat Pengangguran Jawa Tengah pada sebesar 4.93 persen pada tahun 2016 dan
kurun waktu 2016 sampai dengan 2030 mejadi sebesar 2persen pada tahun 2030.
naik sebesar 0.01 menjadi sebesar 4.93 IPM tahun 2016 tidak mengalami
persen pada tahun 2016 dan sebesar 1.94 perubahan dibanding data existing, namun
persen pada tahun 2030. IPM Jawa Tengah meningkat sebesar 0.07 menjadi sebesar
tidak mengalami perubahan pada tahun 79.39 pada tahun 2030. Sedangkan angka
2016 namun meningkat sebesar 0.02 pada kemiskinan turun sebesar 0.04 persen
tahun 2030 menjadi sebesar 79.34. menjadi 4.62 persen pada tahun 2030. Hasil
Sedangkan angka kemiskinan tidak simulasi model terhadap 3 (tiga) skenario
mengalami perubahan pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.
dan turun sebesar 0.01 persen pada tahun

Tabel 4 Hasil simulasi model


Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Tahun Existing Nilai ∆ Nilai ∆ Nilai ∆

PDRB harga konstan (triliun rupiah)


2016 847.87 847.95 0.08 848.10 0.23 848.26 0.39
2030 1 804.67 1 807.26 2.59 1 812.45 7.78 1 817.66 12.99
TPT (%)
2016 4.92 4.93 0.01 4.93 0.01 4.93 0.01
2030 1.92 1.94 0.01 1.97 0.04 2.00 0.07
IPM (Indeks)
2016 69.77 69.77 0.00 69.77 0.00 69.77 0.00
2030 79.32 79.34 0.02 79.36 0.04 79.39 0.07
Angka Kemiskinan (%) 43
2016 12.95 12.95 0.00 12.95 0.00 12.95 0.00
2030 4.66 4.65 -0.01 4.64 -0.02 4.62 -0.04

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

Hasil dari beberapa skenario tingkat pengangguran terbuka dan


tersebut setidaknya menunjukkan bahwa angka kemiskinan Jawa Tengah kurun
semakin besar peningkatan konsumsi waktu 2016-2030 menunjukkan bahwa
pemerintah pada sektor industri makanan terjadi peningkatan PDRB harga
dan minuman memberikan dampak yang konstan dan IPM serta penurunan
semakin besar pula terhadap pembangunan tingkat pengangguran dan kemiskinan
ekonomi Jawa Tengah yang ditunjukkan di Jawa Tengah. Peningkatan alokasi
dengan peningkatan PDRB dan IPM, serta anggaran pemerintah daerah melalui
penurunan angka kemiskinan, namun konsumsi pemerintah pada sektor
semakin besar peningkatan alokasi industri makanan dan minuman
anggaran justru berdampak pada menunjukkan bahwa semakin besar
peningkatan tingkat pengangguran yang peningkatan alokasi anggaran akan
semakin besar pula. Berdasarkan model memberikan dampak yang semakin
yang dibuat, peningkatan penyerapan besar pula terhadap peningkatan PDRB
tenaga kerja sebagai dampak adanya harga konstan dan IPM serta dalam
peningkatan alokasi anggaran pada sektor menurunkan angka kemiskinan di
industri makanan dan minuman Jawa Tengah. Namun, peningkatan
menimbulkan dampak pula terhadap alokasi anggaran tersebut justru
peningkatan jumlah angkatan kerja di Jawa menyebabkan tingkat pengangguran di
Tengah, namun jumlah peningkatan Jawa Tengah meningkat.
angkatan kerja lebih besar dibandingkan
peningkatan penyerapan tenaga kerja,
DAFTAR PUSTAKA
akibatnya jumlah pengangguran mengalami
kenaikan.
[BPS] Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia. 2008. Kerangka Teori
SIMPULAN dan Analisis Tabel Input-Output.
Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik
RI.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis [BPS] Badan Pusat Statistik Republik
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Indonesia. 2009. Analisis
sebagai berikut : Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan
1. Sektor industri makanan dan minuman Distribusi Pendapatan. Jakarta
memiliki peran yang signifikan (ID): CV Nario Sari.
terhadap perkembangan ekonomi [BPS] Badan Pusat Statistik Republik
regional Jawa Tengah, hal tersebut Indonesia. 2016a. Produk
ditunjukkan dengan tingginya Domestik Regional Bruto Provinsi-
koefisien forward linkage (2.42) dan Provinsi di Indonesia Menurut
backward linkage (2.18). Indeks Lapangan Usaha. Jakarta (ID):
forward dan backward linkage sektor Badan Pusat Statistik RI.
industri makanan dan minuman yang [BPS] Badan Pusat Statistik Republik
lebih dari 1 menunjukkan bahwa sektor Indonesia. 2016b. Penghitungan
tersebut merupakan sektor kunci (key dan Analysis Kemiskinan Makro
sector) di Jawa Tengah yang harus Indonesia 2016. Jakarta (ID): Badan
dikembangkan karena akan Pusat Statistik RI.
menimbulkan dampak multiplier yang [BPS] Badan Pusat Statistik Republik
besar terhadap pembangunan ekonomi Indonesia. 2016c. Indeks
44 Jawa Tengah. Pembangunan Manusia 2015.
2. Simulasi model terhadap peramalan Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik
kondisi PDRB harga konstan, IPM, RI.

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 10 Nomor Khusus, April 2018

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Nazara S. 1997. Analisis Input Output.
Tengah. 2016d. Profil Rahardja P, editor. Jakarta (ID):
Ketenagakerjaan Jawa Tengah Fakultas Ekonomi Universitas
Hasil Sakernas Agustus 2015. Indonesia.
Semarang (ID): Badan Pusat [Pemprov. Jawa Tengah] Pemerintah
Statistik Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah. 2014.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah. 2016e. Produk Domestik Tengah Nomor 5 Tahun 2014
Regional Bruto Menurut Lapangan tentang Rencana Pembangunan
Usaha Jawa Tengah 2011-2015. Jangka Menengah Daerah
Semarang (ID): Badan Pusat (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah
Statistik Provinsi Jawa Tengah. Tahun 2013-2018. Semarang (ID):
[Disperindag Prov. Jawa Tengah] Dinas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Perindustrian dan Perdagangan Prasojo E. 2015. Model Kebijakan
Provinsi Jawa Tengah. 2014. Buku Pengelolaan Lingkungan
Rekapitulasi Data Industri Agro, Pertambangan Batubara
Kimia dan Hasil Hutan Provinsi Berkelanjutan (Studi Kasus
Jawa Tengah 2014. Semarang (ID): Pertambangan Batubara di Sekitar
Dinas Perindustrian dan Kota Samarinda, Kalimantan
Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Timur) [disertasi]. Bogor (ID):
Fadlillah N, Sukiman, Dewi AS. 2016. Institut Pertanian Bogor.
Analisis Pengaruh Pendapatan Per Puspita DW. 2015. Analisis Determinan
Kapita, Tingkat Pengangguran, Kemiskinan di Provinsi Jawa
IPM dan Pertumbuhan Penduduk Tengah. JEJAK.
Terhadap Kemiskinan di Jawa 8(1):100-107.
Tengah Tahun 2009-2013. Eko- doi:10.15294/jejak.v8i1.3858.
Regional. 11(1):18-26. Rusdarti, Sebayang LK. 2013. Faktor-
Firmansyah I. 2016. Model Pengendalian Faktor Yang Mempengaruhi
Konversi Lahan Sawah di Dalam Tingkat Kemiskinan di Provinsi
DAS Citarum [disertasi]. Bogor Jawa Tengah. Jurnal Economia.
(ID): Institut Pertanian Bogor. 9(1):1-9.
Jhingan ML. 2007. Ekonomi Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuiu DR.
Pembangunan dan Perencanaan. 2011. Perencanaan dan
Jakarta (ID): RajaGrafindo Pengembangan Wilayah.
Persada. Pravitasari, AE, editor. Jakarta (ID):
Kuncoro M. 1997. Ekonomi Crestpent Press dan Yayasan
Pembangunan : Teori, Masalah Pustaka Obor Indonesia.
dan Kebijakan. Sudarmono M. 2006. Analisis Transformasi
Yogyakarta (ID): UPP AMPYKPN. Struktural, Pertumbuhan Ekonomi
Kuncoro M. 2007. Ekonomika Industri dan Ketimpangan Antar Daerah di
Indonesia. Sudiyarto OH, editor. Wilayah Pembangunan I Jateng
Yogyakarta (ID): Andi Offset. [tesis]. Semarang (ID): Universitas
Muhammadi, Aminullah E, Soesilo B. Diponegoro.
2001. Analisis system Dinamis Sukirno S. 2006. Ekonomi Pembangunan
Lingkungan Hidup, Sosial, : Proses, Masalah dan Dasar
Ekonomi, Manajemen. Jakarta (ID): Kebijakan.
UMJ Press. Jakarta (ID): Kencana.
Nazara S. 1997. Analisis Input Output. Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional Teori
Rahardja P, editor. Jakarta (ID): dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta 45
Fakultas Ekonomi Universitas (ID): Bumi Aksara.
Indonesia.

Kurniawan Ari Setyanto, Harianto, Analisis dampak peningkatan alokasi Anggaran


dan Sugeng Budiharsono pada Sektor Industri Makanan dan Minuman terhadap
Pembangunan Ekonomi Jawa Tengah

You might also like